BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Dasar...

27
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Dasar Desalinasi Desalinasi pada prinsipnya merupakan cara untuk mendapatkan air bersih melalui proses penyulingan air kotor. Secara umum terdapat berbagai cara yang sering digunakan untuk mendapatkan air bersih yaitu : perebusan, penyaringan, desalinasi dan lain-lainnya. Cara perebusan dilakukan hanya untuk mematikan kuman dan bakteri-bakteri yang merugikan, namun kotoran yang berupa padatan- padatan kecil tidak bisa terpisah dengan air. Penyaringan digunakan hanya untuk menyaring kotoran-kotoran yang berupa padatan kecil, namun kuman dan bakteri yang merugikan tidak bisa terpisah dari air. Cara desalinasi merupakan cara yang efektif digunakan untuk menghasilkan air bersih yang bebas dari kuman, bakteri, dan kotoran yang berupa padatan kecil. Proses desalinasi secara umum biasanya yang diambil hanyalah air kondensatnya, sedangkan konsentrat garam dibuang dan ini dapat berakibat buruk bagi kehidupan air laut (Ketut dkk, 2011). Prinsip kerja desalinasi secara umum sebenarnya sangat sederhana. Air laut dipanaskan hingga menguap, dan kemudian uap yang dihasilkan dikondensasikan kembali dan ditampung di sebuah wadah. Air kondensat tersebut adalah air bersih. Sedangkan air laut yang tidak mendidih selama pemanasan adalah konsentrat garam. Proses desalinasi yang akan penulis bahas pada penelitian ini adalah desalinasi sistem vakum dengan modifikasi suplai panas menggunakan elemen pemanas berdaya rendah. Konsep dari sistem ini adalah memanfaatkan ruang vakum yang dibentuk secara alami untuk dapat mengevaporasikan sejumlah air laut pada tekanan rendah sehingga dapat berevaporasi dengan suplai energi panas yang lebih sedikit dibanding dengan teknik konvensional. Suplai energi panas yang sedikit dapat diambil dari kolektor surya plat datar dan / atau panas yang dibuang. Namun pada penelitian ini akan digunakan elemen pemanas daya rendah agar suplai panas dalam evaporator konstan. Keunikan dari sistem ini adalah cara gaya gravitasi dan tekanan atmosfer digunakan dalam pembentukan kondisi vakum. Pembentukan sistem vakum bertujuan untuk menurunkan tekanan ruang evaporator agar pemanasan dapat

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Dasar...

  • 5

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Teori Dasar Desalinasi

    Desalinasi pada prinsipnya merupakan cara untuk mendapatkan air bersih

    melalui proses penyulingan air kotor. Secara umum terdapat berbagai cara yang

    sering digunakan untuk mendapatkan air bersih yaitu : perebusan, penyaringan,

    desalinasi dan lain-lainnya. Cara perebusan dilakukan hanya untuk mematikan

    kuman dan bakteri-bakteri yang merugikan, namun kotoran yang berupa padatan-

    padatan kecil tidak bisa terpisah dengan air. Penyaringan digunakan hanya untuk

    menyaring kotoran-kotoran yang berupa padatan kecil, namun kuman dan bakteri

    yang merugikan tidak bisa terpisah dari air. Cara desalinasi merupakan cara yang

    efektif digunakan untuk menghasilkan air bersih yang bebas dari kuman, bakteri,

    dan kotoran yang berupa padatan kecil. Proses desalinasi secara umum biasanya

    yang diambil hanyalah air kondensatnya, sedangkan konsentrat garam dibuang

    dan ini dapat berakibat buruk bagi kehidupan air laut (Ketut dkk, 2011).

    Prinsip kerja desalinasi secara umum sebenarnya sangat sederhana. Air

    laut dipanaskan hingga menguap, dan kemudian uap yang dihasilkan

    dikondensasikan kembali dan ditampung di sebuah wadah. Air kondensat tersebut

    adalah air bersih. Sedangkan air laut yang tidak mendidih selama pemanasan

    adalah konsentrat garam. Proses desalinasi yang akan penulis bahas pada

    penelitian ini adalah desalinasi sistem vakum dengan modifikasi suplai panas

    menggunakan elemen pemanas berdaya rendah. Konsep dari sistem ini adalah

    memanfaatkan ruang vakum yang dibentuk secara alami untuk dapat

    mengevaporasikan sejumlah air laut pada tekanan rendah sehingga dapat

    berevaporasi dengan suplai energi panas yang lebih sedikit dibanding dengan

    teknik konvensional. Suplai energi panas yang sedikit dapat diambil dari kolektor

    surya plat datar dan / atau panas yang dibuang. Namun pada penelitian ini akan

    digunakan elemen pemanas daya rendah agar suplai panas dalam evaporator

    konstan. Keunikan dari sistem ini adalah cara gaya gravitasi dan tekanan atmosfer

    digunakan dalam pembentukan kondisi vakum. Pembentukan sistem vakum

    bertujuan untuk menurunkan tekanan ruang evaporator agar pemanasan dapat

  • 6

    berlangsung dengan suplai panas yang rendah. Tekanan atmosfer akan sama

    dengan tekanan hidrostatis yang dibentuk dengan pipa air yang tingginya sekitar

    10 meter. Jadi, jika ketinggian pipa lebih dari 10 meter dan ditutup dari bagian

    atas dengan air, dan air dibiarkan jatuh kebawah akibat gravitasi, air akan jatuh

    pada ketinggian sekitar 10 meter, dan membentuk ruang vakum diatasnya.

    Komponen-komponen yang terdapat pada desalinasi sistem vakum natural

    adalah evaporator, kondensor, dan alat penukar kalor berupa Tube-in-Tube.

    Evaporator berfungsi sebagai ruang pemanasan air laut dengan suplai panas

    berasal dari pemanas listrik berdaya rendah untuk menjaga kestabilan suplai

    panas. Kondensor berfungsi untuk mengumpulkan uap yang dihasilkan oleh

    pemanasan air laut di evaporator untuk dikondensasikan kembali sehingga air

    kondensat dapat ditampung dan didapat air bersih sebagai produk sistem.

    Sedangkan tube in tube heat exchanger berfungsi sebagai heat recovery (pemulih

    panas), dimana air laut yang tidak mendidih akibat pemanasan di ruang evaporator

    akan jatuh melalui pipa luar dari tube in tube untuk memanaskan pipa dalam yang

    sedang dialiri air laut dari tangki pengumpan. Alasan penggunaan sistem

    desalinasi vakum natural dalam penelitian ini adalah karena penggunaan daya

    listriknya yang rendah, cocok untuk pemakaian skala besar terutama di pesisir

    pantai, dan keunikan sistemnya yang tidak membutuhkan pompa vakum untuk

    menyuplai air laut ke evaporator yang tingginya 10m. Gambar 2.1 menunjukkan

    desalinasi sistem vakum. Adapun kelebihan dan kelemahan dari sistem desalinasi

    vakum natural sebagai berikut.

    Kelebihan menggunakan Desalinasi Vakum Natural :

    1. Tidak membutuhkan pompa vakum untuk penyuplaian air laut

    2. Biaya konstruksi termurah diantara semua jenis desalinasi tenaga surya

    3. Pemanasan dapat menggunakan suplai panas rendah karena sistem dalam

    keadaan vakum

  • 7

    Kelemahan menggunakan Desalinasi Vakum Natural :

    1. Konstruksi cukup sulit karena proses instalasi berhubungan dengan

    ketinggian

    2. Hanya cocok untuk pemakaian skala besar (untuk luas alas evaporator

    yang besar)

    3. Pemilihan bahan konstruksi sangat mempengaruhi lifetime sistem

    Selain desalinasi sistem vakum, masih banyak jenis lain sistem desalinasi

    bertenaga surya. Pembahasan mengenai sistem desalinasi jenis lain beserta prinsip

    kerja, kelebihan dan kelemahannya dibahas pada subbab berikutnya.

    10,34 m

    C o n d e n s e r

    Evaporator

    Saline Water Tank

    SalineWater

    Brine Condensate

    Heater

    Gambar 2.1. Desalinasi Sistem Vakum Natural

    2.2 Klasifikasi Sistem Desalinasi

    2.2.1 Solar Still

    Solar still terdiri dari bak yang dicat hitam yang diisi oleh air laut hingga

    pada kedalaman tertentu dan ditutup oleh kaca yang dimiringkan sebagai tempat

    masuknya radiasi surya sekaligus peristiwa kondensasi. Radiasi surya memasuki

    bak melalui kaca untuk memanaskan sisi bak yang dicat hitam yang

    mengakibatkan pemanasan air laut hingga terjadi evaporasi, karena perbedaan

    tekanan parsial dan perbedaan temperatur, uap air terkondensasi sepanjang kaca

    penutup yang dimiringkan dan ditampung oleh penampung yang berada tepat

  • 8

    dibawah kemiringan kaca (Qiblawey dkk, 2008). Gambar 2.2 menunjukkan sistem

    solar still sederhana.

    Kelebihan menggunakan Solar Still :

    1. Konstruksi yang sederhana

    2. Kondensasi tidak memerlukan kondensor, proses kondensasi terjadi pada

    kaca

    3. Mudah dalam perawatannya

    Kelemahan menggunakan Solar Still :

    1. Laju produksi air bersih per hari rendah

    2. Sebagian uap air yang terkondensasi pada kaca dapat langsung jatuh

    kembali dan bercampur dengan air laut yang belum berevaporasi

    3. Proses evaporasi lambat karena air laut dipanaskan pada tekanan atmosfer

    Gambar 2.2. Solar Still Sederhana

    2.2.2 Solar Desalinasi Humidifikasi-Dehumidifikasi

    Ide utama dibalik proses solar humidification-dehumidification adalah uap

    saturasi dapat membawa udara dengan kapasitas yang semakin banyak dengan

    meningkatnya temperatur. Air laut akan melalui pemanasan awal sebelum

    disemprotkan ke dalam evaporator. Pemanasan terjadi pada dua fluida, yakni air

    laut dan angin. Pemanasan pada angin bertujuan untuk disirkulasikan ke dalam

    ruang evaporator - kondensor. Sesuai dengan ide utama sistem ini, udara panas

    membawa uap dari pemanasan air laut ke ruang kondensor yang berada tepat di

    Sea

    Water

    Tank

    Basin

    Brine TankFresh Water Tank

    Solar Radiation

    Glass

    SUN

  • 9

    sebelah ruang evaporator untuk dikondensasikan. Air laut yang tidak berevaporasi

    akan langsung jatuh ke tempat penampungan konsentrat garam (Parekh dkk,

    2004). Gambar 2.3 menunjukkan sistem desalinasi surya humidifikasi –

    dehumidifikasi.

    Kelebihan sistem desalinasi humidifikasi-dehumidifikasi :

    1. Efektif dalam memproduksi air bersih

    2. Sangat cocok dioperasikan untuk kapasitas rendah

    3. Konsentrat garam yang masih mengandung air dapat diproses ulang

    Kelemahan sistem desalinasi humidifikasi – dehumidifikasi :

    1. Konstruksi yang kompleks

    2. Air laut yang tidak berevaporasi dibiarkan jatuh bebas ke tempat

    penampungan dapat menimbulkan percikan air sehingga memungkinkan

    terkontaminasi konsentrat garam ke air bersih jika isolasi tidak baik

    3. Meskipun menggunakan energi surya sebagai sumber pemanas, sistem

    masih menggunakan energi listrik untuk mensirkulasikan udara dan air

    laut

    Gambar 2.3. Sistem Desalinasi Surya Humidifikasi – Dehumidifikasi

    Hot Air

    Evaporator

    Air in

    Solar Air Heater

    BlowerHot Air Inlet

    Brine Out

    Brine Storage Tank

    Solar Water Heater

    Preheated Sea WaterHot Sea Water

    Distillate TankBrine Recycle

    Pump

    Dehumidified Air Outlet

    Saline Water

    Tank

    Sea Water In

    Condenser

  • 10

    2.2.3 Solar Chimney

    Solar Chimney mengkonversikan energi termal surya ke energi kinetik

    yang akan dikonversikan menjadi energi listrik dengan menggunakan turbo-

    generator. Komponen-komponen utama dalam solar chimney adalah diameter

    kolektor surya yang besar, turbin, generator dan cerobong (chimney) yang tinggi.

    Penggunaan kolektor terutama kaca atau lembaran plastik yang berperan sebagai

    rumah kaca akan menjebak panas dan menyebabkan pemanasan pada ruang

    dibawah kolektor sehingga terjadi perbedaan temperatur antara udara lingkungan

    dan udara di dalam sistem yang menyebabkan udara panas mengalir melalui

    cerobong. Energi kinetik dari udara yang mengalir menyebabkan turbin yang

    dipasang dibawah cerobong berotasi dan menghasilkan daya (Sangi, 2012)

    Kelebihan sistem desalinasi solar chimney :

    1. Laju produksi air bersih yang tinggi

    2. Dapat menghasilkan daya selain air bersih

    3. Biaya produksi air bersih yang lebih rendah

    Kelemahan sistem desalinasi solar chimney :

    1. Konstruksi sistem kompleks

    2. Biaya turbin dan kolektor surya yang mahal karena dibutuhkan kolektor

    yang sangat besar

    3. Perawatan sistem sangat sulit dan mahal

    Gambar 2.4. Instalasi Sistem Desalinasi Solar Chimney pada Air Laut

    Condensate Tank

    Condensate

    Pump

    Condenser

    Air InSea Water

    Air InSea Water

    Transparent Plastic or

    Glass Cover

    SUN

    Chimney

    Humid Hot Air

    Wind Turbine

    Solar RadiationSolar Radiation

  • 11

    2.2.4. Solar Multi Stage Flash Desalination

    Dalam sistem desalinasi Multi-Stage Flash, air laut pengumpan

    dipanaskan diatas temperatur saturasi dalam pemanas konsentrat garam dan

    mengalami perubahan fasa secara cepat dalam bak tekanan rendah yang

    dipertahankan dengan menggunakan pompa vakum. Konsentrat garam yang

    dibuang keluar dari tingkat sebelumnya diperbolehkan untuk berubah fasa pada

    tingkat berikutnya dan uap dibentuk di setiap tingkat dikondensasikan dengan

    menggunakan kondensor dimana air laut masuk telah dipanaskan terlebih dahulu

    (Manjarrez dkk, 1979)

    Kelebihan solar multi stage flash desalination :

    1. Laju produksi air bersih yang sangat tinggi

    2. Pemanasan yang cepat sehingga tidak memakan banyak energi panas dari

    kolektor surya

    3. Adanya tangki penyimpan kalor yang dapat menyuplai energi panas

    selama 24 jam

    Kelemahan solar multi stage flash desalination :

    1. Konstruksi sistem yang kompleks

    2. Tangki penyimpan kalor (Thermal Energy Storage) dan pompa vakum

    mahal

    3. Perawatan sulit dan mahal

    Gambar 2.5. Sistem Desalinasi Solar Multi Stage Flash

    Brine

    Saline Water Tank

    Saline Water

    Destilate

    TankPump

    Condenser

    Preheated

    Feed Water

    Solar Field

    Thermal Energy Storage

    Heat Transfer Field

    Thermic Fluid

    Boiler

    Vacum Pump

  • 12

    2.2.5. Solar Multi Effect Distillation

    Unit Multi-Effect Distillation (MED) terdiri dari bak-bak dimana secara

    umum disebut efek yang dipertahankan pada tekanan rendah dengan pompa

    vakum. Panas yang dibutuhkan untuk mengevaporasi air laut pada efek pertama

    disuplai dari kumpulan kolektor surya atau dengan pembakaran bahan bakar fosil

    dan uap yang dibentuk digunakan untuk memanaskan air laut pengumpan pada

    efek selanjutnya. Sehingga, panas laten yang diproduksi uap air pada efek

    sebelumnya dapat digunakan seluruhnya di efek selanjutnya pada MED (Mezher

    dkk, 2011)

    Kelebihan solar multi effect distillation :

    1. Proses pemanasan dilakukan secara bertingkat, sehingga tidak ada

    konsentrat garam yang terkandung dalam air bersih

    2. Sistem dapat diperbanyak dengan menambah efek

    3. Laju produksi air bersih tinggi

    Kelemahan solar multi effect distillation :

    1. Proses pemvakuman menggunakan pompa vakum dimana pada pasaran

    pompa vakum sangat mahal

    2. Masih menggunakan energi listrik pada sistem

    3. Konstruksi sistem mahal dan kompleks

    Gambar 2.6. Solar Multi Effect Distillation

    To Vacuum To Vacuum To Vacuum

    Preheated Feed Water

    Saline Water Tank

    Destillste Tank

    Destillate

    Pump

    Condenser

    Brine

    Solar Cell

    Hot Thermic Fluid

  • 13

    2.2.6 Desalinasi Kompresi Uap

    Dalam Desalinasi Kompresi Uap, air laut pengumpan dipanaskan oleh

    sumber panas eksternal dan berubah fasa menjadi uap, sehingga uap yang

    diproduksi akan dikompres menggunakan Mechanical Vapor Compressor (MVC)

    atau Thermo Vapor Compressor (TVC) untuk meningkatkan tekanan kondensasi

    dan temperatur uap dan uap terkompresi digunakan untuk memanaskan air

    pengumpan pada tingkat yang sama maupun tingkat yang lain (Helal dkk, 2006)

    Kelebihan sistem desalinasi kompresi uap :

    1. Pemanasan menggunakan pemanas air listrik sehingga perawatannya lebih

    mudah

    2. Konstruksi sistem yang sederhana

    3. Air bersih tidak akan terkontaminasi dengan air laut di kondensor

    Kelemahan sistem desalinasi kompresi uap :

    1. Komponen sistem yakni pompa dan kompresor mahal

    2. Masih menggunakan enegi listrik yang tidak sedikit

    3. Tidak cocok dalam memproduksi air bersih untuk skala kecil

    Gambar 2.7. Sistem Desalinasi Kompresi Uap Mekanik

    Condenser

    Destillate Tank Saline Water Tank

    Pump

    Brine Tank

    Brine Out

    Compressor

    External power

    Source

    Electic Heater

    Hot Saline Water

    Heated Vapor

    Vapor

  • 14

    2.2.7 Freeze Desalination

    Desalinasi beku adalah teknik di mana air laut dibiarkan untuk didinginkan

    di bawah titik beku, sehingga kristal es dari air bersih yang terbentuk di

    permukaan. Ketiga jenis desalinasi beku adalah desalinasi beku kontak lansung,

    desalinasi beku kontak tidak langsung dan desalinasi beku operasi vakum (Rane

    dkk, 2011). Dalam proses desalinasi beku kontak langsung cairan refrigeran

    (biasanya n-butana) dicampur langsung dengan air laut pengumpan dalam

    pembeku sehingga panas dari air laut akan diserap oleh refrigeran menghasilkan

    pembentukan kristal es yang kemudian dipisahkan dan dimurnikan untuk

    mendapatkan air bersih dalam bentuk kristal es. Proses desalinasi beku seperti ini

    membutuhkan rasio tekanan rendah, untuk mencapai rasio tekanan ini dengan

    kompresor konvensional tidak ekonomis, sehingga dewasa ini mengarah pada

    pengembangan refrigeran kompresor hidrolik. Kompresor pendingin hidrolik

    tidak menggunakan minyak pelumas karena dapat mengkontaminasi kristal es.

    Ukuran dari alat pencairan dan pembersihan dapat diperkecil dengan memperkecil

    jumlah dalam air sehingga biaya dan ukuran sistem dapat diperkecil dan dapat

    digunakan untuk tujuan irigasi di daerah yang mengalami kelangkaan air bersih

    (Rice dkk, 1997). Dalam desalinasi beku kontak tak langsung, pendingin dan air

    laut yang tidak dicampur satu sama lain, mereka dipisahkan dalam bentuk kristal

    oleh permukaan perpindahan panas dan es yang terbentuk dalam sistem ini

    kemudian dikerok dari permukaan perpindahan panas (Rane dkk, 2011). Dalam

    sistem desalinasi beku vakum, air laut umpan didinginkan di bawah three point

    dengan mengurangi tekanan untuk menghasilkan masing-masing es dan uap. Es

    yang terbentuk dikumpulkan dan uap yang dihasilkan dikompresi dan kondensasi

    di ruang beku. Metode ini membutuhkan kompresor ukuran besar karena volume

    spesifik uap air yang tinggi dan dikenal dengan vacuum vapors compression

    freeze desalination.

    Kelebihan Freeze Desalination :

    1. Efisiensi sistem desalinasi sangat tinggi

    2. Konstruksi mudah

    3. Laju Produksi air bersih tinggi

  • 15

    Kelemahan Freeze Desalination :

    1. Sistem masih menggunakan energi listrik

    2. Perawatan sistem sulit

    3. Membutuhkan kompresor yang besar sehingga biaya konstruksi sistem

    mahal

    Gambar 2.8. Desalinasi Beku menggunakan Auto Reversed Vapor Compression

    Heat Pump

    2.2.8 Desalinasi Adsorpsi

    Sistem utama desalinasi adsorpsi terdiri dari evaporator, dudukan adsorpsi

    (silica atau zirconia) dan kondensor. Dudukan adsorpsi disuplai dengan air panas

    atau pendingin sesuai kebutuhan. Air laut yang menguap di evaporator diserap

    oleh dudukan dengan dipertahankan pada suhu rendah oleh sirkulasi air

    pendingin. Uap air terperangkap di dudukan dipulihkan oleh sirkulasi air panas,

    uap air terjebak di dalam dudukan dipulihkan oleh sirkulasi air panas, uap air yang

    telah dipulihkan dikondensasikan dalam kondensor dan hasil kondensasi

    berkualitas tinggi karena distilasi ganda. Untuk sistem dua dudukan, adsorpsi

    berlangsung di satu dudukan dan Desorpsi berlangsung di dudukan lain secara

    bersamaan (Wu dkk, 2010)

    Fresh Water

    Brine Water

    Waste

    Washing Water Line

    Brine

    Fresh Water

    BA

    Evaporator

    or CondenserEvaporator or

    Condenser

    Solar PV or Thermal

    Powered Compressor Unit

    Solenoid Controlled Valve

    Reversing Unit

    Throttling Valve

    Sea Water Tank Saline Water

  • 16

    Kelebihan sistem desalinasi adsorpsi :

    1. Laju produksi air bersih yang tinggi

    2. Air bersih yang dihasilkan berkualitas tinggi karena melalui distilasi ganda

    3. Air bersih tidak mungkin terkontaminasi oleh konsentrat garam

    Kelemahan sistem desalinasi adsorpsi :

    1. Konstruksi yang kompleks dan mahal karena memerlukan distilasi ganda

    2. Perawatan sistem sulit

    3. Masih menggunakan energi listrik (pompa) untuk mensirkulasikan air

    dingin dan air panas

    Gambar 2.9. Sistem Desalinasi Adsorpsi

    2.2.9 Desalinasi Osmosis Terbalik Tenaga Surya

    Dalam desalinasi RO (Reverse Osmosis) tenaga surya, energi mekanik

    yang dihasilkan oleh aliran fluida organik secara langsung digunakan untuk

    menjalankan unit RO dan pompa tekanan tinggi. Unit desalinasi RO surya thermal

    adalah teknologi yang lebih menjanjikan, setiap perkembangan teknologi RO

    akan berguna untuk mengembangkan teknologi RO berdasarkan sistem panas

    matahari. Menggabungkan unit RO dengan siklus Rankine tenaga surya dapat

    Brine Tank

    Ambient Temperatur Water

    Saline Water

    V1 V2

    Warm Water Out Warm Water Out

    Cold water In Hot water In

    Adsorption Process

    Desorption Process

    BED 1 BED 2

    V3V4

    Chilled Water Warm Water

    Desalinated Water

    Destillate

    Tank

    Condenser

    Pump

    Chilled Water

    Evaporator

  • 17

    memotong emisi CO2 dan mengakibatkan penghematan lingkungan dengan selisih

    sedikit tambahan biaya modal (Salcedo dkk, 2012)

    Kelebihan Desalinasi Osmosis Terbalik Tenaga Surya Termal :

    1. Adanya tangki penyimpan kalor yang dapat menyimpan energi termal

    selama 24 jam

    2. Proses pemanasan sangat cepat karena dibantu oleh boiler

    3. Adanya kolektor surya dalam jumlah banyak dapat menyuplai baik energi

    termal mauun energi listrik yang dibutuhkan sistem

    Kelemahan Desalinasi Osmosis Terbalik Tenaga Surya Termal :

    1. Sistem membutuhkan daya listrik yang besar karena adanya boiler dan dua

    pompa bertekanan tinggi

    2. Perawatan sistem yang sulit

    3. Konstruksi kompleks dan mahal

    Gambar 2.10. Unit Desalinasi Reverse Osmosis Bertenaga Siklus Rankine

    Organik Surya

    Saline Water Tank

    Saline Water

    Condenser

    Solar Organic

    Rankine Cycle

    Organic Fluid

    Turbine

    High Pressure Pump

    RO Module

    Fresh WaterBrine

    Brine Tank Fresh Water

    Tank

    Heat Transfer Fluid

    Thermal

    Energy

    Storage

    Boiler

    Solar Field

    Thermic Fluid

  • 18

    2.2.10 Elektrodialisis Tenaga Surya (ED)

    Elektrodialisis (ED) adalah proses penghilangan garam dari air laut dan

    unit ED terdiri dari sejumlah besar ruangan diisi dengan air laut dan dipisahkan

    oleh membran pertukaran kation dan anion. Ketika polaritas DC diterapkan

    melalui katoda dan anoda, ion negatif melewati membran pertukaran anion dan

    ion positif melewati membran pertukaran kation dan ion-ion ini akan terakumulasi

    dalam ruangan khusus dan dibuang sebagai konsentrat garam. Pembalikan

    polaritas biasanya diikuti setiap 20 menit untuk mencegah pengendapan garam di

    membran (Charcosset dkk, 2009)

    Kelebihan Elektrodialisis :

    1. Tidak adanya penggunaan kalor untuk pemanasan air laut, kolektor surya

    disini digunakan untuk membangkitkan arus listrik DC

    2. Tidak ada kemungkinan kontaminasi konsentrat garam ke air bersih

    karena melalui banyak membran

    3. Laju produksi air bersih tinggi

    Kelemahan Elektrodialisis :

    1. Membran sangat mahal

    2. Membutuhkan energi listrik yang besar untuk disuplai pada pompa dan

    unti elektrodialisis

    3. Perawatan sistem sulit dan mahal

    Gambar 2.11. Prinsip Kerja Unit Elektrodialisis

    Saline Water Tank

    Pump

    Fresh Water TankBrine Tank

    Saline Water

    AnodeCathode

    CEM AEM CEM AEM

    CEM

    AEM

    - Cation Exchange Membrane

    - Anion Exchange Membrane

  • 19

    2.2.11 Distilasi Membran Tenaga Surya (MD)

    Distilasi membran adalah proses pemisahan yang mana hanya uap yang

    diperbolehkan untuk melewati poros membran hidrofobik. Pemisahan ini dapat

    terjadi karena perbedaan tekanan uap antara permukaan membran. Ada empat

    jenis proses distilasi membran yaitu membran distilasi celah udara, sweeping gas

    distillation, membran distilasi kontak langsung dan membran distilasi vakum. Di

    semua proses ini larutan panas umpan berkontak langsung dengan permukaan

    membran (Qtaishat dkk, 2012). Penjelasan tentang keempat jenis proses distilasi

    membran dapat dilihat pada diagram berikut.

    Gambar 2.12. Tipe Proses Distilasi Membran

    Destilasi Membran Kontak Langsung

    larutan umpan panas dan permeat dingin akan berada dalam kontak langsung dengan membrane

    kondensasi uap terjadi dalam modul membran

    panas hilang secara konduksi

    Destilasi Membran Celah Udara

    Kehadiran celah udara antara membran dan

    permukaan kondensat

    kondensasi uap terjadi di dalam sel membran

    setelah melintasi celah

    Pengurangan panas hilang secara konduksi

    adanya udara meningkatkan resistensi

    perpindahan massa

    Destilasi Membran gas Menyapu

    gas menyapu digunakan untuk

    menyapu uap di sisi membran permeat

    kondensasi terjadi di luar modul

    membrane

    Pengurangan panas hilang secara

    konduksi

    perpindahan massa ditingkatkan

    Destilasi Membran Vakum

    vakum dibuat dalam sisi membran

    permeat

    kondensasi terjadi di luar modul

    membran

    kehilangan panas oleh konduksi

    diabaikan

    Proses Destilasi Membran

  • 20

    Gambar 2.13. Unit distilasi membran bertenaga surya

    2.2.12 Forward Osmosis (FO)

    Forward Osmosis adalah sebuah proses di mana molekul air dari air laut

    bergerak melalui membran semi permeabel terhadap larutan seimbang yang mana

    umumnya pada konsentrasi yang lebih tinggi daripada larutan umpan. Utamanya

    FO menggunakan gradien tekanan osmotik dan bukan gradien tekanan hidrolik

    (Cath dkk, 2006).

    Kelebihan Forward Osmosis :

    1. Konstruksi sederhana

    2. Perawatan mudah yaitu cukup dengan mengganti membran semi

    permeabel

    3. Laju produksi air bersih yang tinggi

    Kelemahan Forward Osmosis :

    1. Membran semi permeabel yang mahal

    2. Kontaminasi konsentrat garam ke air bersih bergantung pada efektivitas

    membran semi permeabel

    3. Usia membran semi permeabel singkat

    Saline Water Tank

    Pump

    Distillate

    Brine

    Membrane

    Condensate

    Solar Collector Field

    Hot Saline Water

  • 21

    Gambar 2.14. Unit Forward Osmosis

    2.2.13 Sistem Desalinasi Vakum Natural Tenaga Surya

    Dalam sistem desalinasi, uap air bersih dapat diproduksi dari air laut pada

    tekanan operasi yang rendah jika vakum telah disediakan oleh pompa vakum,

    akan tetapi hal ini akan mengkonsumsi lebih banyak daya. Konsumsi energi listrik

    dapat dikurangi atau ditiadakan dengan memvakumkan ruangan secara alami,

    artinya dengan menggunakan gaya gravitasi yang diikuti oleh jatuhnya air

    dibawah gravitasi sehingga membentuk vakum pada ketinggian 10,34 meter.

    Gambar 2.15. Sistem Desalinasi Vakum Natural Tenaga Surya

    Sea Water Tank

    Fresh Water Tank

    Fresh Water

    Solar Radiation

    Draw SolutionBrine Tank

    Semi Permeable Membrane

    Sea Water

    CondensateBrine

    Saline Water

    Saline Water Tank

    Solar Heating System

    Evaporator

    C o n d e n s e r

    10 m

  • 22

    2.3 Pemodelan Matematik Sistem

    Pada subbab ini akan dijelaskan pemodelan matematis dari setiap

    komponen yang ada dalam desalinasi sistem vakum. Pemodelan matematis yang

    akan dibahas adalah pada evaporator, sumber panas (heat source), alat penukar

    kalor tube in tube, dan kondensor. Pembahasan akan lebih sederhana apabila telah

    ditetapkan beberapa asumsi, antara lain :

    1. Kapasitas panas di evaporator dan kondensor diabaikan

    2. Temperatur pada masing-masing komponen adalah seragam atau tidak ada

    variasi temperatur di evaporator dan kondensor

    3. Sumber panas menggunakan pemanas listrik agar suplai panas ke

    evaporator merata dan tidak mengganggu perhitungan konfigurasi

    evaporator dan kondensor

    4. Aliran fluida dalam sistem diasumsikan laminar karena kecepatan fluida

    kerja baik dalam alat penukar kalor, evaporator dan kondensor sangat kecil

    5. Kenaikan konsentrasi air laut dalam evaporator sangat kecil sehingga

    dapat diabaikan

    6. Efek radiasi diabaikan

    7. Panas hilang secara konveksi natural

    8. Ketinggian air laut dalam evaporator konstan

    2.3.1 Analisis pada Evaporator

    Pada subbab 2.1 telah dijelaskan bahwa fungsi dari evaporator adalah

    sebagai ruang pemanasan air laut hingga sejumlah air laut dapat menjadi air

    bersih. Air laut akan masuk ke evaporator dari pipa pengumpan pada laju aliran

    massa yang disimbolkan im [kg/s]. Kemudian akan terjadi penguapan dengan laju

    em [kg/s] yang akan mengalir dalam bentuk uap dan masuk ke kondensor.

    Sebagai sisanya akan terbentur air garam yang akan keluar dari evaporator dengan

    laju wm [kg/s]. Pada saat terjadi penguapan diperlukan panas untuk menyuplai

    panas laten penguapan. Panas ini akan diambil dari elemen pemanas dengan daya

    pemanasan Qin. Diagram Aliran pada evaporator ditampilkan pada gambar 2.14

  • 23

    Gambar 2.16 Diagram Aliran Massa pada Evaporator

    Penerapan hukum kekekalan massa diberikan oleh persamaan berikut :

    eewwiis VVVVdt

    d (2.1)

    Dimana V [m3] adalah volume air laut di evaporator, dan V [m3/s] laju aliran

    volume pada masing-masing sisi masuk dan sisi keluar evaporator. Akibat adanya

    penguapan, maka konsentrasi garam di dalam evaporator akan bertambah. Jika

    konsentrasi dinyatakan dengan C [%], maka perubahan konsentrasi garam di

    dalam tabung evaporator dapat dinyatakan dengan:

    wsiis VCVCCVdt

    d (2.2)

    Dimana huruf s menyatakan sea water yang ada di evaporator.

    Hukum kekekalan energi pada evaporator dapat didefenisikan sebagai banyaknya

    panas yang masuk dikurangi dengan panas yang keluar akan digunakan untuk

    menaikkan temperatur fluida di evaporator. Dalam bentuk persamaan menjadi:

    lossewspiipinsp QQVTCVTCQVTCdtd

    (2.3)

    Pada persamaan ini pC [J/kg.K] adalah panas jenis.

  • 24

    Laju penguapan (evaporasi) dari air laut di dalam evaporator (dinyatakan dengan

    huruf "s") ke dalam air murni di kondensor (dinyatakan dengan huruf "f") dapat

    dirumuskan dengan menggunakan persamaan berikut:

    5,05,0273

    )(

    273

    )()(

    f

    f

    s

    s

    s

    f

    m

    seT

    TP

    T

    TPCfAV

    (2.4)

    Dimana sA adalah luas permukaan air yang ada di evaporator. Parameter m

    adalah koefisien empirik yang diperoleh dengan cara eksperimen, nilainya

    67 1010 m [kg/m2.Pa.s.K

    0,5] (Bemporad, 1995). Tekanan uap sebagai fungsi

    temperatur dapat dirumuskan dengan persamaan:

    )273ln(2558,6)273(6,7139042,63100)( TTeTP [Pa] (2.5)

    Pada persamaan (4), )(Cf adalah faktor koreksi yang dihitung dengan

    menggunakan persamaan:

    CCf 11)( (2.6)

    Dimana 1 0,0054 [tanpa dimensi] adalah koefisien empirik. Pada persamaan

    (2.4), laju penguapan juga dipengaruhi oleh massa jenis fluida. Sementara massa

    jenis juga dipengaruhi oleh konsentrasi dan temperatur fluida, yang dirumuskan

    dengan

    000 1),( CTCT CT (2.7)

    Dimana 4105 T /

    oC adalah koefisien ekspansi thermal volumetrik dan

    3108 C /% adalah koefisien ekspansi larutan (Al-Kharabsheh dan Goswami,

    2004).

    Panas jenis air laut juga merupakan fungsi dari temperatur dan konsentrasi dan

    dapat dirumuskan dengan persamaan (Mamayev, 1975):

    224105261,30162,00049,14186),( BTATCCCTCp (2.8)

  • 25

    Konstanta A dan B dirumuskan dengan

    42 10)07765,04795,12506,3( CCA dan,

    62 10)0612,02084,18013,3( CCB (2.9)

    Laju panas penguapan di evaporator pada persamaan (2.4), dapat dihitung dengan

    menggunakan persamaan:

    esfgfe VThQ)( (2.10)

    Dimana )( sfg Th adalah panas laten penguapan air laut, yang dapat dihitung

    dengan persamaan (Incropera dan DeWitt, 1996):

    )]273(36,23146[1000)( ssfg TTh (2.11)

    Untuk pengujian dengan suplai panas konstan, panas hilang dari evaporator dapat

    diasumsikan sebagai konveksi natural. Dalam perhitungan ini radiasi diabaikan,

    dan panas hilang diasumsikan dari tiga bagian, yaitu kerucut (atas), dinding, dan

    alas evaporator. Setiap bagian memiliki koefisien konveksi yang berbeda-beda.

    Panas hilang dari konduksi antara pipa outlet uap ke pipa kondensor diabaikan

    karena terdapat insulasi panas berbahan karet.

    Panas hilang dari alas evaporator ke lingkungan dapat dihitung dengan

    persamaan:

    (2.12)

    Koefisien perpindahan panas konveksi natural diberikan dengan persamaan :

    (2.13)

    dengan RaL adalah bilangan tanpa dimensi Rayleigh diberikan dengan :

    (2.14)

    l adalah panjang karakteristik yang dirumuskan dengan :

  • 26

    (2.15)

    dimana As dan p masing-masing adalah luas alas evaporator dan keliling

    evaporator.

    Panas hilang dari sisi dinding diberikan dengan persamaan :

    (2.16)

    dimana rins,o dan ls masing-masing merupakan radius dari pusat evaporator ke

    permukaan luar dari insulasi dan tinggi dinding evaporator.

    Koefisien perpindahan panas konveksi natural dari sisi dinding evaporator

    diberikan oleh :

    (2.17)

    Bagian atas dari evaporator dibentuk seperti kerucut terpotong dimana dapat

    dianggap sebagai plat miring dengan sudut kemiringan θ. Panas hilang dari bagian

    tersebut dapat dihitung dengan rumus :

    (2.18)

    Koefisien perpindahan panas konveksi natural pada bagian atas evaporator

    dihitung dengan :

    (2.19)

    2.3.2 Analisis Alat Penukar Kalor Tube in Tube

    Pada saat air garam turun atau keluar dari evaporator temperaturnya masih relatif

    tinggi. Sementara air laut yang baru yang ditarik naik ke evaporator

    temperaturnya juga masih relatif rendah. Panas yang terbawa bersama aliran

  • 27

    garam akan diambil kembali (heat recovery) dengan menggunakan sebuah Alat

    Penukar Kalor pipa annulus, seperti Gambar 2.16 berikut.

    0T

    iT

    im

    wmwT

    iD

    oD

    00 pipoic CVCmC

    pswspswh CVCmC

    Jika Cc > Ch

    Jika Cc < Ch

    h

    cr

    C

    CC

    c

    hr

    C

    CC

    l

    Gambar 2.17 Alat Penukar Kalor sebagai Heat Recovery

    Perpindahan panas pada Alat Penukar Kalor ini dapat dirumuskan dengan

    menggunakan persamaan efektifitas ( ).

    0min TTCq wr (2.20)

    Efektivitas untuk APK pipa ganda sepusat dirumuskan dengan

    )1(exp1

    )1(exp1

    rr

    r

    CNTUC

    CNTU

    (2.21)

    Dimana NTU adalah Number of Transfer Unit dan rC adalah perbandingan

    kapasitas panas kedua fluida. Kedua persamaan ini dirumuskan masing-masing

    sebagai berikut:

    minC

    UANTU (2.22)

    max

    min

    C

    CCr (2.23)

    Untuk menentukan aliran fluida mana (air laut yang naik atau air garam yang

    turun) yang minimum, maka kedua nya harus dibandingkan terlebih dahulu.

  • 28

    Perkalian koefisien perpindahan panas menyeluruh dengan luas bidang

    perpindahan panas untuk pipa ganda sepusat dapat dihitung dengan menggunakan

    persamaan berikut.

    00

    0 1

    2

    ln1

    1

    lhDkl

    DD

    lhD

    UAi

    ii

    (2.24)

    Semua dimensi pada persamaan ini sudah ditampilkan pada Gambar 2.16

    Sementara untuk koefisien perpindahan panas di luar pipa dalam diantara kedua

    pipa (annulus) dapat dihitung dengan metode berikut (Incropera dan DeWitt,

    1996).

    Jika aliran adalah laminar, yang dinyatakan dengan bilangan Reynolds berikut:

    2300)(25,0

    )(Re

    22

    0

    0

    i

    wsiD

    DD

    VDD

    (2.25)

    Maka Bilangan Nusselt diantara annulus merupakan fungsi perbandingan

    diameternya dan dapat dipilih dari Tabel 2.1.

    Tabel 2.1. Bilangan Nu di dalam pipa annulus aliran laminar

    0DDi 0,05 0,1 0,25 0,5 1

    0Nu 17,46 11,56 7,37 5,74 4,86

    Tetapi jika aliran adalah turbulent 2300Re D maka koefisien di dalam annulus

    akan sama dengan di dalam pipa dan persamaan berikut dapat digunakan :

    4,08,0 PrRe023,0 Dk

    hDNu (2.26)

    Setelah semua parameter ini dihitung, maka temperatur air laut masuk ke

    evaporator dapat dihitung.

    0

    00

    TCV

    QT

    pi

    hi

    (2.27)

  • 29

    2.4 Evaporative Cooling

    Fenomena yang terjadi pada evaporator untuk mengevaporasikan sejumlah

    fluida kerja bukan hanya bergantung pada pemanas air listrik, namun lebih

    bergantung pada fenomena evaporative cooling.

    Untuk lebih memahami mekanisme evaporative cooling, bayangkan

    evaporasi air dari kolam renang ke udara. Asumsikan air dan udara bertemperatur

    sama pada kondisi awal. Jika udara bersaturasi (humiditas relatif 100%), maka

    tidak akan ada perpindahan panas atau massa selama kondisi isotermal terjadi.

    Namun apabila udara tidak bersaturasi (humiditas relatif < 100%), maka akan ada

    perbedaan diantara konsentrasi uap air pada lapisan antara uap air dan udara (yang

    mana selalu tersaturasi) dan posisi di atas lapisan tersebut (lapisan batas

    konsentrasi). Perbedaan konsentrasi adalah gaya penggerak untuk perpindahan

    massa, dan oleh karena itu perbedaan konsentrasi ini akan menggerakkan air ke

    udara. Akan tetapi air harus berevaporasi terlebih dahulu, dan untuk berevaporasi

    air membutuhkan panas laten evaporasi. Pada kondisi awal, seluruh panas

    penguapan berasal dari air di dekat lapisan uap air – udara karena tidak ada

    perbedaan temperatur diantara air dan sekitarnya sehingga tidak mungkin ada

    perpindahan panas. Temperatur air yang dekat dengan permukaan harus turun

    sebagai akibat kehilangan panas sensibel, dimana juga menurunkan tekanan

    saturasi sehingga terbentuk uap air pada lapisan air – udara.

    Penurunan temperatur ini membentuk perbedaan temperatur pada bagian

    atas air dan juga diantara air dan udara sekitarnya. Perbedaan temperatur ini akan

    menyebabkan perpindahan panas ke permukaan air dari udara dan bagian lebih

    dalam dari air, seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.19. Jika laju evaporasi

    tinggi dan kebutuhan panas penguapan lebih tinggi daripada jumlah panas yang

    dapat disuplai dari bagian bawah air dan sekitarnya, kekurangan panas akan

    disuplai oleh panas sensibel air pada permukaan, yang menyebabkan temperatur

    air pada permukaan akan jatuh lebih jauh. Fenomena ini akan berlangsung secara

    kontinu hingga panas laten penguapan sama dengan laju perpindahan panas ke air

    pada permukaan. Saat kondisi tetap tercapai dan temperatur lapisan telah stabil,

  • 30

    keseimbangan energi pada lapisan tipis cairan pada permukaan dapat diberikan

    dengan rumus sebagai berikut.

    atau

    (2.28)

    Gambar 2.18. Mekanisme Evaporative Cooling (Yunus A. Cengel, 2002)

    2.5 Fortran PowerStation 95

    Untuk menganalisa perhitungan matematik sistem yang membutuhkan

    perhitungan pada setiap detiknya, perhitungan secara manual akan lebih sulit dan

    rumit. Untuk itu digunakanlah bahasa pemrograman agar analisa dapat dilakukan

    secara kontinu. Dalam perhitungan ini, analisa data akan dibantu dengan program

    Fortran PowerStation 95. Fortran adalah sebuah bahasa pemrograman. Pertama

    kali dikembangkan pada tahun 1956 oleh John Backus di IBM Corporation

    (International Business Machines). Digunakan dalam bidang sains selama 50

    tahun kemudian. Ditujukan untuk mempermudah pembuatan aplikasi matematika,

    ilmu pengetahuan, dan teknik.

    Pertama kali bernama FORTRAN yang merupakan singkatan dari Formula

    Translator/Translation, tetapi penggunaan huruf besar kemudian ditiadakan sejak

    versi Fortran 90. Merupakan bahasa pemrograman tingkat tinggi pertama dan

    prosedural, akan tetapi versi-versi terbaru dari Fortran kemudian dikembangkan

    dengan memasukkan kemampuan object-oriented programming. Unggul pada

    dukungan dalam menangani bentuk perhitungan, termasuk bilangan kompleks.

  • 31

    Kelemahannya pada operasi input/output yang lalu. Kode sumbernya juga sulit

    dipahami dibanding bahasa pemrograman tingkat tinggi lainnya.

    Fortran dapat melakukan analisa terhadap sistem secara kontinu dan dapat

    mengurangi waktu yang lama jika dibandingkan dengan perhitungan secara

    manual. Alasan penggunaan Fortran dalam analisis ini adalah agar lebih mudah

    dan lebih cepat dalam perhitungan. Pada Bab 4 akan dibahas mengenai koding

    pada fortran beserta hasil analisis dalam bentuk tabel perbandingan dan grafik.