BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Bawang Dayak...

17
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Bawang Dayak (Eleutherine palmifolia (L.) Merr) Bawang dayak merupakan tanaman khas Kalimantan. Bawang dayak secara turun temurun sudah dipergunakan oleh masyarakat suku dayak sebagai tanaman obat. Secara empiris bawang dayak diketahui dapat menyembuhkan penyakit kanker usus, kanker payudara, diabetes melitus, hipertensi, menurunkan kolesterol, obat bisul, stroke, dan sakit perut sesudah melahirkan. Bawang dayak termasuk tanaman habitus herba semusim, merambat, dengan tinggi 30-40 cm, bentuk batang semu, memiliki umbi yang berlapis, berwarna merah, berbentuk bulat telur dan memanjang. Daun tunggal dengan bentuk pita, ujung dan pangkal runcing, tepi rata, berwarna hijau. Bunga majemuk, tumbuh di ujung batang dengan panjang tangkai ± 40 cm, bentuk silindris, kelopak terdiri dari dua daun kelopak, hijau kekuningan, terdiri dari empat daun mahkota dengan panjang ± 5 mm, berwarna putih. Benang sari empat, kepala sari kuning, putik bentuk jarum, panjang ± 4 mm, putih kekuningan. Memiliki akar serabut dan berwarna coklat muda (BPOM RI, 2011). Dalam ilmu taksonomi, berikut adalah klasifikasi dari bawang dayak atau Eleutherine palmifolia L. (BPOM RI, 2008) : Divisi : Spermatophyta Kelas : Monocotyledoneae Ordo : Liliales Famili : Iridaceae Genus : Eleutherine Spesies : Eleutherine americana Merr Bawang dayak banyak terdapat di daerah pegunungan dengan ketinggian 600-2000 m di atas permukaan laut, banyak ditemui di pinggir-pinggir jalan yang berumput dan di dalam kebun-kebun teh, kina, dan karet. Nama lain dari bawang dayak atau Eleutherine palmifolia antara lain Eleutherine americana, E. bulbosa, E. subaphyla, E. citriodora, E. guatemalensis, E. latifolia, E. longifolia,dan E.

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Bawang Dayak...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Bawang Dayak (eprints.umm.ac.id/42571/3/jiptummpp-gdl-dewisukmal-49303-3-2.babii.pdf · Parameter non spesifik terdiri dari susut pengeringan dan

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Bawang Dayak (Eleutherine palmifolia (L.) Merr)

Bawang dayak merupakan tanaman khas Kalimantan. Bawang dayak secara

turun temurun sudah dipergunakan oleh masyarakat suku dayak sebagai tanaman

obat. Secara empiris bawang dayak diketahui dapat menyembuhkan penyakit

kanker usus, kanker payudara, diabetes melitus, hipertensi, menurunkan

kolesterol, obat bisul, stroke, dan sakit perut sesudah melahirkan. Bawang dayak

termasuk tanaman habitus herba semusim, merambat, dengan tinggi 30-40 cm,

bentuk batang semu, memiliki umbi yang berlapis, berwarna merah, berbentuk

bulat telur dan memanjang. Daun tunggal dengan bentuk pita, ujung dan pangkal

runcing, tepi rata, berwarna hijau. Bunga majemuk, tumbuh di ujung batang

dengan panjang tangkai ± 40 cm, bentuk silindris, kelopak terdiri dari dua daun

kelopak, hijau kekuningan, terdiri dari empat daun mahkota dengan panjang ± 5

mm, berwarna putih. Benang sari empat, kepala sari kuning, putik bentuk jarum,

panjang ± 4 mm, putih kekuningan. Memiliki akar serabut dan berwarna coklat

muda (BPOM RI, 2011).

Dalam ilmu taksonomi, berikut adalah klasifikasi dari bawang dayak atau

Eleutherine palmifolia L. (BPOM RI, 2008) :

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Monocotyledoneae

Ordo : Liliales

Famili : Iridaceae

Genus : Eleutherine

Spesies : Eleutherine americana Merr

Bawang dayak banyak terdapat di daerah pegunungan dengan ketinggian

600-2000 m di atas permukaan laut, banyak ditemui di pinggir-pinggir jalan yang

berumput dan di dalam kebun-kebun teh, kina, dan karet. Nama lain dari bawang

dayak atau Eleutherine palmifolia antara lain Eleutherine americana, E. bulbosa,

E. subaphyla, E. citriodora, E. guatemalensis, E. latifolia, E. longifolia,dan E.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Bawang Dayak (eprints.umm.ac.id/42571/3/jiptummpp-gdl-dewisukmal-49303-3-2.babii.pdf · Parameter non spesifik terdiri dari susut pengeringan dan

5

plicata. Di Indonesia, bawang dayak juga dikenal dengan nama: Sumatera:

bawang kapal; Jawa: bebawangan beureum, bawang sabrang, bawang siem

(Sunda), brambang sabrang, luluwan sapi, teki sabrang (Jawa), bawang arab,

bawang mekah babawangan, beureum (Jawa Barat); Kalimantan Barat: bawang

dayak, bawang-bawangan; Nusa Tenggara Timur: bawang berlian. Bawang dayak

dapat digunakan dalam bentuk segar, simplisia, dan dalam bentuk bubuk.

Masyarakat tradisional menggunakan umbi segar bawang dayak sebanyak ± 50 g

dengan cara dicuci, diparut, diperas, dan disaring. Hasil saringan ditambahkan

setengah gelas air matang panas, kemudian diminum seperempat gelas, 2 kali

sehari. Bawang dayak juga dapat dikonsumsi secara mentah sebanyak 7-10 siung

3 kali sehari (BPOM RI, 2011).

Gambar 2.1. Tanaman Bawang Dayak (Materia Medika Batu, 2017)

2.1.1 Senyawa Kimia

Bawang dayak memiliki kandungan senyawa bioaktif seperti alkaloid,

glikosida, flavanoid, fenolik, steroid, dan tannin yang merupakan sumber

potensial untuk dikembangkan sebagai tanaman obat (Galingging, 2009).

Senyawa flavonoid dan fenol yang terdapat dalam ekstrak bawang dayak memiliki

aktivitas sebagai antioksidan dan inhibitor alpha-glucosidase (Febrinda dkk,

2014). Kombinasi dari kapasitas antioksidan dan kemampuan penghambatan

enzim alfa glukosidase bawang dayak memiliki potensi sebagai agen antidiabetik

yang bermanfaat dalam pencegahan dan perlindungan terhadap penyakit diabetes

mellitus (Fibrinda, dkk., 2013).

Selain itu, bawang dayak juga memiliki kandungan kimia seperti

eleutherine, elekanakin, eleuthosida B, isoeleutherin, eleutherol, eleuthinon A,

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Bawang Dayak (eprints.umm.ac.id/42571/3/jiptummpp-gdl-dewisukmal-49303-3-2.babii.pdf · Parameter non spesifik terdiri dari susut pengeringan dan

6

eleuthraquinon A dan B, eleucanarol, naftokuinon, bi-eleuterol, dan elekanasin

(BPOM RI, 2011).

2.2.2 Khasiat

Senyawa naftokuinon dan turunannya dikenal sebagai antimikroba,

antifungal, antivirial dan antiparasitik. Selain itu, naftokuinon memiliki

bioaktivitas sebagai antikanker dan antioksidan yang biasanya terdapat di dalam

sel vakuola dalam bentuk glikosida (Babula et al.,2005). Zat aktif eleutherinoside

A, eleuthoside B, dan eleutherol pada Eleutherine palmifolia (L.) Merr dapat

sebagai inhibitor alpha-glucosidase yang bisa menurunkan kadar glukosa darah

postpandrial, dan juga dapat memperbaiki kerusakan sel beta pankreas, sehingga

dapat meningkatkan sekresi insulin secara langsung. Pada terapi diabetes

digunakan ekstrak etanol dari Eleutherine palmifolia dengan 100 mg/kg tikus

perhari (Febrindaet al, 2014). Eleutherinoside A memiliki hasil yang paling aktif

dengan IC50 0,5 mM, sedangkan dua lainnya menunjukkan kurang dari 50%

penghambatan pada konsentrasi 1mm (Ieyama et al. 2011).

(a) (b) (c)

Gambar2.2 Struktur kimia senyawa (a) eleutherinoside A, (b) eleuthoside B, (c)

Eleutherol (Pubchem, 2016).

2.2 Tinjauan Ekstrak

Ekstrak merupakan sediaan kental yang diperoleh dari proses ekstraksi zat

aktif suatu simplisia nabati atau simplisia hewani dengan pelarut yang sesuai,

dimana semua atau hampir semua pelarut tersebut kemudian diuapkan dan massa

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Bawang Dayak (eprints.umm.ac.id/42571/3/jiptummpp-gdl-dewisukmal-49303-3-2.babii.pdf · Parameter non spesifik terdiri dari susut pengeringan dan

7

atau serbuk yang terbentuk diperlakukan sesuai dengan baku yang ditetapkan

(Depkes RI, 2014).

Ekstrak sebagai produk jadi merupakan ekstrak yang siap digunakan dalam

sediaan obat. Ekstrak tersebut berupa ekstrak kering, ekstrak kental, dan ekstrak

cair yang proses pembuatannya telah sesuai dengan kandungan bahan aktif serta

tujuan bentuk sediaan yang akan dibuat (BPOM RI, 2005).

2.2.1 Metode Ekstraksi

Metode ekstraksi yang umum dilakukan adalah maserasi dan perkolasi.

Pemilihan metode ekstraksi tergantung pada beberapa faktor, seperti sifat bahan

simplisia obat, penyesuaian terhadap tiap macam metode ekstraksi dan

kepentingan penggunaan ekstrak.

2.2.1.1 Maserasi

Maserasi merupakan proses pengekstrakan serbuk simplisia menggunakan

pelarut dengan beberapa kali pengadukan pada temperatur ruangan. Secara

teknologi merupakan prinsip metode pencapaian konsentrasi pada keseimbangan.

Maserasi kinetik dilakukan dengan pengadukan secara terus-menerus. Remaserasi

berarti dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan

maserat pertama, dan seterusnya (Depkes RI, 2000).

Adapun ekstraksi dengan maserasi ultrasonik. Metode ekstraksi ultrasonik

merupakan metode ekstraksi menggunakan getaran ultrasonik (> 20.000 Hz) yang

memberikan efek pada proses ekstrak dengan prinsip meningkatkan permeabilitas

dinding sel, menimbulkan gelembung spontan (cavitation) sebagai stress dinamik

serta menimbulkan fraksi interfase. Frekuensi getaran, kapasitas alat, dan lama

proses ultrasonikasi merupakan faktor yang mempengaruhi hasil ekstraksi

(Depkes RI, 2000).

2.2.1.2 Perkolasi

Perkolasi merupakan ekstraksi yang dilakukan dengan pelarut yang selalu

baru sampai sempurna (exhaustive extraction), umumnya dilakukan pada

temperatur ruangan. Terdiri dari beberapa tahap seperti, tahap pengembangan

bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya (penetesan/

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Bawang Dayak (eprints.umm.ac.id/42571/3/jiptummpp-gdl-dewisukmal-49303-3-2.babii.pdf · Parameter non spesifik terdiri dari susut pengeringan dan

8

penampungan ekstrak), terus menerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat) dengan

jumlah 1-5 kali bahan (Depkes RI, 2000).

2.2.2 Standarisasi Ekstrak

Standarisasi merupakan proses penjaminan produk akhir (obat, ekstrak atau

produk ekstrak) memiliki nilai parameter tertentu yang konstan dan ditetapkan

atau dirancang dalam formula terlebih dahulu. Persyaratan mutu ekstrak terdiri

dari berbagai parameter standar umum dan parameter standar spesifik (Depkes RI,

2000).

2.2.2.1 Parameter Non Spesifik

Parameter non spesifik terdiri dari susut pengeringan dan bobot jenis, kadar

air, kadar abu, sisa pelarut, residu pestisida, cemaran logam berat, cemaran

mikroba, cemaran kapang, khamir dan aflatoksin.

Parameter susut p

dinyatakan dalam persen. Jika bahan tidak mengandung minyak atsiri dan sisa

pelarut organik menguap identik dengan kadar air, yaitu kandungan air karena

berada di atmosfer/lingkungan udara terbuka. Tujuannya untuk memberikan

batasan maksimal (rentang) senyawa yang hilang pada proses pengeringan

(Depkes RI, 2000).

Parameter bobot jenis adalah masa per satuan volume pada suhu kamar

tertentu

Parameter ini bertujuan untuk memberikan batasan tentang besarnya masa per

satuan volume yang merupakan parameter khusus ekstrak cair sampai ekstrak

pekat (kental) yang masih dapat dituang. Memberikan gambaran kandungan kimia

terlarut (Depkes RI, 2000).

Parameter kadar air merupakan pengukuran kandungan air yang berada di

dalam bahan, dilakukan dengan cara yang tepat seperti cara titrasi, destilasi atau

gravimetric, yang bertujuan untuk memberikan batasan minimal atau rentang

besarnya kandungan air di dalam bahan (Depkes RI, 2000).

Parameter kadar abu, adalah pemanasan bahan pada temperatur dimana

senyawa organik dan turunannya terdestruksi dan menguap. Sehingga unsur

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Bawang Dayak (eprints.umm.ac.id/42571/3/jiptummpp-gdl-dewisukmal-49303-3-2.babii.pdf · Parameter non spesifik terdiri dari susut pengeringan dan

9

mineral dan anorganik memiliki nilai tinggi. Memberikan gambaran kandungan

mineral internal dan eksternal yang berasal dari proses awal sampai terbentuknya

ekstrak (Depkes RI, 2000).

Parameter sisa pelarut menentukan kandungan sisa pelarut tertentu yang

ditambahkan secara umum dengan kromatografi gas. Untuk ekstrak cair,

kandungan pelarutnya, seperti kadar alkohol. Tujuannya untuk memberikan

jaminan bahwa selama proses tidak meninggalkan sisa pelarut yang seharusnya

tidak boleh ada. Sedangkan untuk ekstrak cair menunjukkan jumlah pelarut

(alkohol) sesuai dengan yang ditetapkan. Nilai maksimal yang diperbolehkan,

namun dalam hal pelarut berbahaya seperti kloroform nilai harus negatif sesuai

batas deteksi instrumen. Terkait dengan kemurnian dan kontaminasi (Depkes RI,

2000).

Parameter sisa pestisida menentukan kandungan sisa pestisida yang

mungkin pernah ditambahkan atau mengkontaminasi bahan simplisia pembuatan

ekstrak. Memberikan jaminan bahwa ekstrak tidak mengandung pestisida

melebihi nilai yang ditetapkan karena berbahaya bagi kesehatan (Depkes RI,

2000).

Parameter cemaran logam berat menentukan kandungan logam berat secara

spektroskopi serapan atom atau lainnya yang lebih valid. Memberikan jaminan

bahwa ekstrak tidak mengandung logam berat tertentu (Hg, Pb, Cd,dll) melebihi

nilai yang ditetapkan karena berbahaya bagi kesehatan (Depkes RI, 2000).

Parameter cemaran mikroba menentukan (identifikasi) adanya mikroba yang

patogen secara analisis mikrobiologis. Memberikan jaminan bahwa ekstrak tidak

boleh mengandung mikroba patogen dan non patogen melebihi batas yang

ditetapkan karena berpengaruh pada stabilitas ekstrak dan berbahaya bagi

kesehatan (Depkes RI, 2000).

Parameter cemaran kapang, khamir dan aflatoksin menentukan adanya

jamur secara mikrobiologis dan adanya aflatoksin dengan KLT. Bertujuan untuk

memberikan jaminan bahwa ekstrak tidak mengandung cemaran jamur melebihi

batas yang ditetapkan karena berpengaruh pada stabilitas ekstrak dan aflatoksin

yang berbahaya bagi kesehatan (Depkes RI, 2000).

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Bawang Dayak (eprints.umm.ac.id/42571/3/jiptummpp-gdl-dewisukmal-49303-3-2.babii.pdf · Parameter non spesifik terdiri dari susut pengeringan dan

10

2.2.2.2 Parameter Spesifik

Parameter spesifik terdiri dari identitas, organoleptik, dan senyawa terlarut

dalam pelarut tertentu.

Parameter identitas ekstrak meliputi: deskripsi tata nama (nama ekstrak)

nama latin tumbuhan (sistematika botani), bagian tumbuhan yang digunakan

(rimpang, daun, dsb), dan nama Indonesia tumbuhan. Ekstrak dapat mempunyai

senyawa identitas, artinya senyawa tertentu yang menjadi petunjuk spesifik

dengan metode tertentu. Memberikan identitas obyektif dari nama dan spesifik

dari senyawa identitas (Depkes RI, 2000).

Parameter organoleptik ekstrak merupakan penggunaan pancaindera untuk

mendeskripsikan bentuk (padat, serbuk-kering, kental, cair), warna (kuning,

coklat, dan sebagainya), bau (aromatik, tidak berbau, dan sebagainya), rasa (pahit,

manis, kelat, dan sebagainya) (Depkes RI, 2000).

Parameter senyawa terlarut dalam pelarut tertentu melarutkan ekstrak

dengan pelarut (alkohol atau air) untuk ditentukan jumlah solut yang identik

dengan jumlah senyawa kandungan secara gravimetric. Dalam hal tertentu dapat

diukur senyawa terlarut dalam pelarut lain seperti heksana, diklorometan,

methanol. Bertujuan untuk memberikan gambaran awal jumlah senyawa

kandungan (Depkes RI, 2000).

2.3 Tinjauan Tablet Efervesen

Tablet efervesen merupakan sediaan tablet berbuih yang dibuat secara

kempa. Selain zat aktif, tablet efervesen juga mengandung campuran komponen

asam (asam sitrat, asam tartat) dan komponen basa (natrium bikarbonat) yang

dimaksudkan untuk menghasilkan gelembung gas (CO2) saat dimasukkan ke

dalam air. Pemberian tablet efervesen yakni dengan dilarutkan atau didispersikan

dalam air terlebih dahulu. Penyimpanan tablet efervesen harus dalam wadah

tertutup rapat atau dalam kemasan yang tahan terhadap lembab (Depkes RI,

2014).

Tablet efervesen memiliki reaksi yang cukup cepat dan biasanya

berlangsung dalam waktu satu menit atau kurang. Persyaratan yang harus

diperhatikan pada pembuatan tablet efervesen adalah kadar air. Selain itu, bahan

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Bawang Dayak (eprints.umm.ac.id/42571/3/jiptummpp-gdl-dewisukmal-49303-3-2.babii.pdf · Parameter non spesifik terdiri dari susut pengeringan dan

11

baku yang digunakan harus dalam bentuk anhidrat, agar sedikit atau tidak

mengadsorpsi kelembaban, atau bahan baku dalam bentuk hidrat yang stabil,

karena granul yang bersifat anhidrat secara sempurna pada umumnya tidak akan

kompresibel (Hadisoewignyo dan Fudholi, 2013).

Pembuatan tablet efervesen memiliki beberapa keuntungan, antara lain:

dapat untuk formula dengan bahan aktif dalam dosis besar, dapat 3-10 kali dosis

tablet biasa; tablet tidak perlu ditelan; memiliki rasa yang enak ketika dicampur

dengan air; dosis yang lebih baik, penelitian menunjukkan bahwa tablet efervesen

meningkatkan jumlah penyerapan bahan aktif. Sedangkan keterbatasan pembuatan

tablet dalam bentuk efervesen adalah tidak semua rasa bahan obat dapat ditutup,

dan kadang waktu melarut tablet dalam air dapat lebih dari lima menit, hal

tersebut tergantung dari suhu air yang digunakan dan sifat bahan aktif yang

digunakan (Hadisoewignyo dan Fudholi, 2013).

2.3.1 Bahan Pembawa Tablet Efervesen

Formula tablet efervesen mengandung bahan aktif dan beberapa bahan

tambahan yang berfungsi sebagai bahan pengisi, bahan pengikat, bahan

penghancur, dan bahan pelican. Bahan-bahan yang digunakan pada pembuatan

tablet efervesen harus mudah larut agar tidak menghasilkan residu ketika

dilarutkan. Bahan tambahan dalam pembuatan tablet efervesen antara lain:

2.3.1.1 Komponen asam

Komponen asam merupakan bahan yang dibutuhkan pada reaksi efervesen,

yang umumnya dijadikan sumber asam adalah asam makanan, anhidrida asam,

dan garam asam. Asam makanan merupakan bahan yang umumnya digunakan,

bahan ini diperoleh dari alam serta dapat digunakan dalam bahan tambahan

makanan. Asam makanan antara lain adalah asam sitrat, asam tartrat, asam malat,

asam fumarat, asam suksinat, dan asam adipat (Hadisoewignyo dan Fudholi,

2013). Komponen asam yang digunakan adalah kombinasi asam sitrat dan asam

tartrat karena penggunaan bahan asam tunggal akan menimbulkan kesukaran.

Apabila asam tartrat sebagai asam tunggal, granul yang dihasilkan akan mudah

kehilangan kekuatannya dan akan menggumpal. Sedangkan asam sitrat saja akan

menghasilkan campuran lekat dan sukar menjadi granul (Ansel, 2008).

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Bawang Dayak (eprints.umm.ac.id/42571/3/jiptummpp-gdl-dewisukmal-49303-3-2.babii.pdf · Parameter non spesifik terdiri dari susut pengeringan dan

12

2.3.1.2 Komponen basa

Komponen basa, umumnya adalah garam karbonat yang padat dan kering

menghasilkan gas karbondioksida pada sebagian besar produk efervesen.

Karbonat dan bikarbonat merupakan bahan yang lebih reaktif dan lebih sering

digunakan pada pembuatan tablet efervesen. Sumber karbonat dalam pembuatan

tablet efervesen antara lain natrium bikarbonat, natrium karbonat, kalium

bikarbonat, kalium karbonat, natrium sesquicarbonat, natrium glisin karbonat, l-

lysin karbonat, arginin karbonat, amorphous kalsium karbonat. Natrium

bikarbonat merupakan sumber utama karbondioksida dalam sistem efervesen

(Hadisoewignyo dan Fudholi, 2013).

2.3.1.3 Bahan pengikat

Bahan pengikat memberikan kekompakan dan daya tahan tablet.

Penggunaan pengikat dalam formulasi tablet efervesen lebih terbatas

dibandingkan dengan tablet konvensional. Bahan pengikat yang larut air akan

memperlambat disintegrasi tablet efervesen. Bahan pengikat dalam formula tablet

digunakan dengan tujuan membentuk ikatan antarpartikel tablet yang baik,

memenuhi persyaratan bobot tablet, kekerasan tablet, dan kerapuhan tablet. Bahan

pengikat berperan sebagai perekat untuk mengikat serbuk-serbuk komponen tablet

menjadi granul, selanjutnya membantu mengikat granul-granul menjadi tablet

dalam proses pengempaan (Hadisoewignyo dan Fudholi, 2013).

Bahan pengikat memberikan daya adhesi pada massa serbuk sewaktu

granulasi dan pada tablet kempa serta menambah daya kohesi yang telah ada pada

bahan pengisi. Zat pengikat dapat ditambahkan dalam bentuk kering, tetapi lebih

efektif jika ditambahkan dalam larutan. Bahan pengikat yang umum meliputi gom

akasia, gelatin, sukrosa, povidon, metilselulosa, karboksimetilselulosa dan pasta

pati terhidrolisis (Depkes RI, 2014).

2.3.1.4 Bahan pengisi

Pada tablet efervesen biasanya memerlukan bahan-bahan pengisi yang perlu

ditambahkan. Bahan pengisi ditambahkan apabila jumlah zat aktif sedikit atau

sulit dikempa. Sifat tablet secara keseluruhan ditentukan oleh bahan pengisi yang

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Bawang Dayak (eprints.umm.ac.id/42571/3/jiptummpp-gdl-dewisukmal-49303-3-2.babii.pdf · Parameter non spesifik terdiri dari susut pengeringan dan

13

memiliki jumlah besar. Bahan pengisi yang sering digunakan antara lain laktosa,

sukrosa, manitol dan sorbitol (Depkes RI, 2014).

2.3.1.5 Bahan pelicin

Bahan pelicin memudahkan pengeluaran tablet dari ruang cetak melalui

pengurangan gesekan antara dinding dalam lubang ruang cetak dengan permukaan

sisi tablet. Secara umum, suatu lubrikan yang sempurna atau adjuvant untuk

sediaan efervesen harus nontoksik, tidak berasa dan larut air (Siregar dan Wikarsa,

2010). Pada umumnya lubrikan bersifat hidrofobik, sehingga cenderung

menurunkan kecepatan disintegrasi dan disolusi tablet. Oleh karena itu kadar

pelicin yang berlebihan harus dihindari. Polietilen glikol dan beberapa garam

lauril sulfat digunakan sebagai bahan pelicin yang larut, tetapi bahan pelicin

tersebut umumnya tidak memberikan sifat lubrikasi yang optimal, dan diperlukan

dengan kadar yang lebih tinggi (Depkes RI, 2014).

2.4 Metode Granulasi

Granulasi berasal dari bahasa latin “ ” b

Proses granulasi merupakan proses penggabungan partikel-partikel kecil untuk

membentuk ukuran yang lebih besar, memiliki massa permanen dimana partikel-

partikelnya dapat diidentifikasi. Efektivitas dan hasil granulasi bergantung pada

beberapa sifat yaitu besarnya ukuran partikel bahan aktif dan bahan tambahan,

tipe bahan pengikat yang digunakan, efektivitas dan lama pengadukan pada saat

pencampuran bahan pengikat, dan kecepatan pengeringan (Hadisoewignyo dan

fudholi, 2013).

Metode granulasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu metode granulasi

basah (wet granulation) dan metode granulasi kering (dry granulation). Granulasi

basah adalah suatu metode yang dilakukan dengan membasahi massa tablet

menggunakan larutan pengikat hingga diperoleh tingkat kebasahan tertentu,

kemudian digranulasi. Bahan aktif yang sukar larut dalam air dan yang tahan

pemanasan atau lembab dilakukan dengan metode ini. Pada umumnya, metode

granulasi basah digunakan untuk zat aktif yang sulit dicetak karena sifat alir dan

kompresibilitasnya buruk (Hadisoewignyo dan fudholi, 2013).

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Bawang Dayak (eprints.umm.ac.id/42571/3/jiptummpp-gdl-dewisukmal-49303-3-2.babii.pdf · Parameter non spesifik terdiri dari susut pengeringan dan

14

Pada pembuatan tablet efervesen biasanya dilakukan menggunakan metode

granulasi basah. Adapun langkah–langkah yang diperlukan pada pembuatan tablet

dengan metode granulasi basah, yakni sebagai berikut: menimbang dan

mencampurkan bahan, pembuatan granulasi basah, pengayakan adonan lembab

menjadi granul, pengeringan, pengayakan kering, pencampuran bahan pelicin, dan

pembuatan tablet dengan kompresi (Ansel, 2005).

2.5 Mutu Fisik Granul

Mutu fisik granul meliputi kecepatan alir dan sudut diam, kelembaban

(MC), dan kompaktibilitas.

2.5.1 Kecepatan Alir dan Sudut Diam

Kecepatan alir adalah waktu yang dibutuhkan sejumlah serbuk untuk

mengalir. Pada campuran serbuk atau granul, sifat alir dipengaruhi oleh beberapa

faktor, diantaranya adalah rapat jenis, porositas, bentuk partikel, ukuran partikel,

kondisi percobaan, dan kandungan lembab (Voigt, 1984). Kecepatan alir

dinyatakan dalam gram/detik. Granul dinyatakan memiliki sifat alir yang baik bila

100 gram granul yang diuji memiliki kecepatan alir lebih dari 10 g/detik (Aulton,

2002).

b b

b b

b b b b b b

b b b b

(Lachman, 2008).

2.5.2 Kelembaban

Kandungan lembab granul ditentukan secara gravimetri dengan Moisture

Balance. Kadar air atau kelembaban merupakan titik kritis yang berpengaruh pada

aliran granul, proses pencetakan dan kualitas tablet. Persyaratan kandungan

lembab pada granul efervesen yakni sebesar 0,2 – 0,3% (Bertuzzi, 2005).

2.5.3 Kompaktibilitas

Kemampuan serbuk membentuk massa kompak dengan pemberian tekanan

tergantung pada karakteristik kompresibilitas serbuk tersebut. Kompaktibilitas

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Bawang Dayak (eprints.umm.ac.id/42571/3/jiptummpp-gdl-dewisukmal-49303-3-2.babii.pdf · Parameter non spesifik terdiri dari susut pengeringan dan

15

serbuk dapat diketahui dengan menggunakan penekan hidrolik. Kompaktibilitas

merupakan parameter untuk mengetahui kekerasan dan kerapuhan tablet. Serbuk

yang dapat membentuk tablet yang keras di bawah tekanan yang diberikan tanpa

“capping” b

mudah (Siregar dan Wikarsa, 2010).

2.6 Mutu Fisik Tablet Efervesen

Setelah tablet berhasil dikompresi, kemudian dilakukan pemeriksaan mutu

fisik tablet yang meliputi kekerasan tablet, kerapuhan tablet, dan waktu melarut

tablet.

2.6.1 Kekerasan Tablet

Kekerasan tablet adalah kekuatan untuk menghancurkan tablet. Ditentukan

oleh besarnya tenaga yang diperlukan untuk memecah tablet dalam uji kompresi

diametrik. Tablet harus mempunyai kekuatan atau kekerasan tertentu serta tahan

atas kerapuhan agar dapat bertahan terhadap berbagai guncangan mekanik pada

saat pembuatan, pengepakan, dan pengiriman. Alat untuk melakukan uji

kekerasan seperti Monsanto tester, Strong – Cobb tester, Pfizer tester, Erweka

tester, dan Schleuniger tester. Faktor – faktor yang mempengaruhi kekerasan

tablet adalah tekanan kompresi dan sifat bahan yang dikempa. Peningkatan

jumlah bahan pengikat akan meningkatkan kekerasan tablet meskipun diberikan

tekanan yang sama (Hadisoewignyo dan Fudholi, 2013). Semakin besar tekanan,

maka semakin keras tablet yang dihasilkan, walaupun sifat dari granul juga

menentukan kekerasan tablet (Ansel, 2005).

Kekerasan tablet berhubungan dengan waktu hancur dan disolusi.

Kekerasan tablet juga berhubungan dengan terbentuknya densitas dan porositas

dari tablet. Syarat kekerasan tablet adalah 4-8 kg untuk tablet pada umumnya, 3

kg untuk tablet kunyah dan tablet hipodermik, 7-14 kg untuk tablet hisap dan 10-

20 kg untuk tablet lepas lambat (Hadisoewignyo dan Fudholi, 3013).

2.6.2 Kerapuhan Tablet

Kerapuhan tablet merupakan parameter yang menggambarkan kekuatan

permukaan tablet dalam berbagai perlakuan yang dapat menyebabkan abrasi pada

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Bawang Dayak (eprints.umm.ac.id/42571/3/jiptummpp-gdl-dewisukmal-49303-3-2.babii.pdf · Parameter non spesifik terdiri dari susut pengeringan dan

16

permukaan tablet. Erweka friabilator merupakan alat yang digunakan pada uji

kerapuhan. Uji kerapuhan berhubungan dengan hilangnya bobot tablet akibat

abrasi yang terjadi pada permukaan tablet. Nilai persentase kerapuhan berbanding

lurus dengan besarnya massa yang hilang. Semakin besar nilai persentase

kerapuhan, maka semakin besar juga massa tablet yang hilang. Kerapuhan yang

tinggi dapat mempengaruhi kadar zat aktif yang ada pada tablet. Kerapuhan tablet

dianggap cukup baik apabila hasilnya kurang dari 0,8% (Hadisoewignyo dan

Fudholi, 3013).

2.6.3 Waktu Melarut Tablet

Waktu melarut pada tablet efervesen adalah waktu yang dibutuhkan tablet

untuk terlarut atau terkikis dalam pelarut air. Waktu larut tablet dilakukan dengan

memasukkan sebuah tablet efervesen ke dalam air suling dengan volume 200 ml.

Waktu melarut tablet efervesen dihitung menggunakan stopwatch mulai dari

tablet efervesen tercelup sampai semua tablet larut (Siregar dan Wikarsa, 2010).

Tablet efervesen yang baik akan terlarut dengan cepat dalam waktu 1 - 2 menit

(Lachman, 2008).

2.7 Tinjauan Bahan Pembawa

2.7.1 Asam Sitrat

Asam sitrat berbentuk anhidrat, mengandung satu molekul air hidrat.

Mengandung tidak kurang dari 99,5% dan tidak lebih dari 100% C6H8O7, dihitung

terhadap zat anhidrat. Pemerian: hablur bening, tidak berwarna atau serbuk hablur

granul sampai halus, putih, tidak berbau, rasa sangat asam. Bentuk hidrat mekar

dalam udara kering (Depkes RI, 1995). Kelarutan bahan yakni sangat mudah larut

dalam air (1: <1), mudah larut dalam etanol 95% (1:1,5), agak sukar larut dalam

eter. Asam sitrat monohidrat digunakan sebagai preparat granul efervesen

sedangkan asam sitrat anhidrat secara luas digunakan sebagai tablet efervesen

(Rowe et al, 2009). Struktur molekul asam sitrat dapat dilihat pada gambar 2.3.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Bawang Dayak (eprints.umm.ac.id/42571/3/jiptummpp-gdl-dewisukmal-49303-3-2.babii.pdf · Parameter non spesifik terdiri dari susut pengeringan dan

17

Gambar 2.3 Struktur Molekul Asam Sitrat (Rowe et al, 2009).

2.7.2 Asam tartrat

Asam tartrat yang dikeringkan di atas fosfor pentoksida P selama 3 jam,

mengandung tidak kurang dari 99,7% dan tidak lebih dari 100,5% C4H6O6.

Pemerian: hablur, tidak berwarna, bening atau serbuk hablur sampai granul, warna

putih, tidak berbau, rasa asam dan stabil di udara (Depkes RI, 1995). Kelarutan

bahan yakni praktis tidak larut dalam kloroform, mudah larut dalam etanol 95%

(1: 2,5), sukar larut dalam eter (1: 250), larut dalam gliserin, mudah larut dalam

metanol (1: 1,7), sangat mudah larut dalam air (1: 0,75). Pada formulasi

pharmaceutical, secara luas digunakan dalam kombinasi dengan bikarbonat,

sebagai sumber asam pada komponen granul, serbuk, dan tablet efervesen (Rowe

et al, 2009). Struktur molekul asam tartrat dapat dilihat pada gambar 2.4.

Gambar 2.4 Struktur Molekul Asam Tartrat (Rowe et al, 2009).

2.7.3 Natrium bikarbonat

Natrium bikarbonat mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih

dari 100,5% NaHCO3, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Pemerian

bahan ini yakni serbuk hablur, putih, stabil di udara kering, namun dalam udara

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Bawang Dayak (eprints.umm.ac.id/42571/3/jiptummpp-gdl-dewisukmal-49303-3-2.babii.pdf · Parameter non spesifik terdiri dari susut pengeringan dan

18

lembab terurai secara perlahan. Larutan segar dalam air dingin, tanpa dikocok

bersifat basa terhadap lakmus. Kebasaan bertambah jika larutan dibiarkan,

digoyang kuat atau dipanaskan. Bahan ini memiliki kelarutan yakni larut dalam

air dan tidak larut dalam etanol (Depkes RI, 1995). Natrium bikarbonat larut

sangat baik dalam air, non higroskopis, serta tersedia secara komersial mulai

bentuk bubuk sampai granul, sehingga lebih banyak digunakan dalam pembuatan

tablet efervesen. Penggunaan untuk tablet efervesen yakni sebesar 25 – 50 % b/b

(Rowe et al, 2009).

2.7.4 Gelatin

Gelatin merupakan bahan pengikat yang memiliki kekuatan pengikat tinggi

dan dapat menghasilkan granul yang seragam dengan daya kompaktibilitas yang

baik (Kokil, et al., 2004). Oleh karena itu, gelatin dapat membentuk granul yang

lebih kompak dan tablet efervesen yang dihasilkanpun akan memiliki kekerasan

dan kerapuhan yang lebih baik. Gelatin adalah suatu bahan yang diperoleh melalui

hidrolisa parsial kolagen dari kulit, jaringan ikat putih, dan tulang hewan. Gelatin

yang berasal dari prekursor yang diasamkan dikenal sebagai Tipe A sedangkan

yang berasal dari prekursor yang dibasakan dikenal sebagai Tipe B.

Gelatin berbentuk lembaran, kepingan, atau serbuk kasar sampai halus

berwarna kuning lemah atau coklat terang, warna bervariasi tergantung dari

ukuran partikel. Larutannya berbau lemah seperti kaldu. Jika kering, maka akan

stabil di udara, tetapi jika lembab atau dalam bentuk larutan maka akan mudah

terurai oleh mikroba. Gelatin Tipe A menunjukkan titik isoelektrik antara pH 7

dan pH 9, gelatin Tipe B menunjukkan titik isoelektrik antara pH 4,7 dan pH 5,2.

Gelatin memiliki kelarutan tidak larut dalam air dingin, mengembang dan lunak

jika dicelup dalam air, menyerap air secara bertahap sebanyak 5-10 kali beratnya,

larut dalam air panas, dan tidak larut dalam etanol (Depkes RI, 2014).

2.7.5 Manitol

Manitol merupakan bahan yang tidak higroskopis, mengandung tidak

kurang dari 96,0% dan tidak lebih dari 101,5% C6H14O6, dihitung terhadap zat

yang telah dikeringkan. Pemerian manitol berupa serbuk hablur putih atau granul

mengalir bebas, tidak berbau dan mempunyai rasa manis sehingga dapat

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Bawang Dayak (eprints.umm.ac.id/42571/3/jiptummpp-gdl-dewisukmal-49303-3-2.babii.pdf · Parameter non spesifik terdiri dari susut pengeringan dan

19

memperbaiki rasa dalam tablet efervesen. Manitol mudah larut dalam air, larut

dalam larutan basa dan sangat sukar larut dalam etanol (Depkes RI, 2014). Dalam

pembuatan tablet, manitol digunakan sebagai bahan pengisi dengan konsentrasi

antara 10 -90% (Rowe, et al, 2009). Struktur molekul manitol dapat dilihat pada

gambar 2.5.

Gambar 2.5 Struktur Molekul Manitol (Depkes RI, 2014).

2.7.6 Polyethylene glycol 6000 (PEG 6000)

Polyethylene glycol 6000 (PEG 6000) berbentuk padat berwarna putih dan

memiliki konsistensi dari pasta sampai serpihan lilin, memiliki rasa manis,

memiliki titik lebur 55-63°C. PEG 6000 larut dalam air dan dapat bercampur

dalam semua proporsi dengan PEG yang lainnya; larut dalam aseton,

diklorometana, etanol dan metanol; agak sukar larut dalam hidrokarbon alifatik

dan eter; tidak larut dalam fixed oil, minyak mineral. Semua PEG larut dalam air

dan bercampur dalam berbagai perbandingan polietilen glycol (setelah

dipanaskan, jika diperlukan). PEG secara kimia stabil di udara dan dalam larutan,

tidak rentan terhadap pertumbuhan mikroba dan tidak mudah menjadi tengik.

WHO menetapkan ADI (Acceptable Daily Intake) dari PEG adalah 10mg/kgBB

(Rowe et al, 2009). Struktur molekul polietilen glikol 6000 dapat dilihat pada

gambar 2.6.

Gambar 2.6 Struktur Molekul Polietilen glikol 6000 (Rowe et al, 2009).

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Bawang Dayak (eprints.umm.ac.id/42571/3/jiptummpp-gdl-dewisukmal-49303-3-2.babii.pdf · Parameter non spesifik terdiri dari susut pengeringan dan

20

2.7.7 Aspartam

Aspartam berbentuk serbuk kristal, berwarna putih, hampir tidak berbau

dengan rasa sangat manis, stabil pada kondisi kering namun tidak stabil pada

kondisi lembab. Sedikit larut dalam etanol (95%), mudah larut dalam air,

kelarutan meningkat pada suhu tinggi dan pH asam. Aspartam digunakan sebagai

agen pemanis dalam produk minuman, produk makanan, dan dalam sediaan

farmasi termasuk tablet karena kekuatan aspartam sebagai pemanis 180 – 200 kali

dari sukrosa. Aspartam dimetabolisme dalam tubuh dan memiliki nilai gizi 1 gram

yakni sekitar 17 kJ (4 kkal). Aspartam memiliki ADI (Acceptable Daily Intake)

sebesar 40mg/kgBB (Rowe et al, 2009). Struktur molekul aspartam dapat dilihat

pada gambar 2.7.

Gambar 2.7 Struktur Molekul Aspartam (Rowe et al, 2009)