BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...

68
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Sistem Informasi adalah kumpulan dari sub-sub sitem saling terintegrasi dan berkolaborasi untuk menyelesaikan maslaah tertentu dengan cara mengolah data dengan computer sehingga memiliki nilai tambah dan bermanfaat bagi pengguna (Taufiq, 2013). Sedangkan menurut Whitten L. Jeffery dkk (2004) menyatakan bahwa system informasi merupakan pengaturan orang, data, proses, dan teknologi informasi yang berinteraksi untuk mengumpulkan, memproses, menyimpan, dan menyediakan sebagai output informasi yang diperlukan untuk mendukung sebuah organisasi. Secara umum sistem informasi dapat didefinisikan sebagai kumpulan elemen yang terdiri dari sumber daya manusia, perangkat keras, perangkat lunak, jaringan komunikasi, serta data yang saling berinteraksi untuk menerima data sebagai input, memproses data, dan menghasilkan output, yaitu berupa sistem informasi. Berdasarkan fungsi kerjanya dan yang dihasilkan dari system informasi, maka menurut Kendal & Kendal (2006) system informasi bisa dibedakan menjadi empat bagian diantaranya Transaction Processing System (TPS) yang berfungsi untuk membantu memproses masalah- masalah organisasi; Office Automation System (OAS) dan pendukung

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Informasi

2.1.1 Pengertian Sistem Informasi

Sistem Informasi adalah kumpulan dari sub-sub sitem saling

terintegrasi dan berkolaborasi untuk menyelesaikan maslaah tertentu

dengan cara mengolah data dengan computer sehingga memiliki nilai

tambah dan bermanfaat bagi pengguna (Taufiq, 2013). Sedangkan

menurut Whitten L. Jeffery dkk (2004) menyatakan bahwa system

informasi merupakan pengaturan orang, data, proses, dan teknologi

informasi yang berinteraksi untuk mengumpulkan, memproses,

menyimpan, dan menyediakan sebagai output informasi yang diperlukan

untuk mendukung sebuah organisasi.

Secara umum sistem informasi dapat didefinisikan sebagai kumpulan

elemen yang terdiri dari sumber daya manusia, perangkat keras,

perangkat lunak, jaringan komunikasi, serta data yang saling berinteraksi

untuk menerima data sebagai input, memproses data, dan menghasilkan

output, yaitu berupa sistem informasi.

Berdasarkan fungsi kerjanya dan yang dihasilkan dari system

informasi, maka menurut Kendal & Kendal (2006) system informasi bisa

dibedakan menjadi empat bagian diantaranya Transaction Processing

System (TPS) yang berfungsi untuk membantu memproses masalah-

masalah organisasi; Office Automation System (OAS) dan pendukung

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...

8

Knowledge Work System (KWS) yang bekerja pada level knowledge.

Sedangkan system yang lebih tinggi meliputi Management Information

System (MIS) atau yang biasa disebut Sistem Informasi Manajemen

(SIM), Decision Support System (DSS) dan Expert Sytem.

2.1.2 Sistem Informasi Berbasis Manajemen

Dengan perkembangan teknologi yang semakin serba komputerisasi

dan pihak manajemen pun dituntut untuk bisa memberikan sebuah

informasi yang cepat dan tepat, maka dibutuhkan sebuah system yang

cukup-cukup handal dan memadai. Salah satu pilihan untuk mampu

memberikan informasi yang berkualitas adlaah system informasi

manajemen berbasis computer. System informasi manajemen berbasis

computer inilah yang disebut dengan istilah Sistem Informasi Manajemen

(SIM) (Taufiq, 2013).

Haag, Cummings dan Mccubbrey (2004) mengemukakan bahwa

system informasi manajemen merupakan rencana untuk

mengembangkan, manajemen dan menggunakan alat-alat teknologi untuk

membantu manusia dalam melaksanakan tugas yang berhubungan

dengan pengolahan informasi dan manajemen.

Sistem Informasi Manajemen (SIM) dirancang untuk mempermudah

pengaturan dan aplikasi data yang digunakan untuk mengelola suatu

organisasi atau departemen. Sistem ini memberikan analisis yang

digunakan untuk perencanaan, pembuatan keputusan, dan evaluasi

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...

9

aktivitas manajemen. Semua tingkat manajemen mendapatkan manfaat

dari kemampuan untuk mengakses data tersebut (Kozier, et al. 2011).

2.1.3 Catatan Pasien Berbasis Komputer

Catatan pasien berbasis komputer (computer-based patient records,

CPR)atau rekam medis elektronik (electronic medical records, EMR)

memungkinkan pengambilan data elektronik klien oleh pemberi asuhan,

administrator, akreditor, dan orang lain yang membutuhkan data.

Computer-Based Patient Record Institute, yang didirikan pada tahun 1992,

mengidentifikasi empat cara CPR dapat memperbaiki layanan kesehatan:

(a) ketersediaan informasi kesehatan klien yang konstan seumur hidup,

(b) kemampuan untuk memantau kualitas, (c) akses ke penyimpanan

data, dan (d) kemampuan bagi klien untuk berbagi pengetahuan dan

aktivitas yang mempengaruhi kesehatan mereka sendiri (Kozier, et al.

2011).

2.2 Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak

2.2.1 Tumbuh Kembang

Menurut Kozier et al (2011) pertumbuhan dan perkembangan

merupakan proses yang berkelanjutan, teratur, dan berurutan yang

dipengaruhi oleh faktor maturasi, lingkungan, dan genetik. Setiap manusia

memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan yang sama. Urutan setiap

tahap pertumbuhan dan perkembangan dapat diprediksi, meskipun waktu

awitan, lamanya tahap, serta efek dari setiap tahap bervariasi pada

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...

10

individu. Pertumbuhan dan perkembangan berlangsung menurut arah

sefalokaudal yang bermula dari kepala, berlanjut ke badan, tungkai, dan

kaki. Pola ini terutama terlihat saat lahir, yakni dari besar kepala bayi yang

tidak proporsional. Pertumbuhan dan perkembangan juga berlangsung

menurut arah proksimodistal, yang bermula dari pusat tubuh ke arah luar.

Sedangkan pengertian mengenai apa yang dimaksud dengan

pertumbuhan dan perkembangan per definisi adalah sebagai berikut:

2.2.1.1 Pertumbuhan

Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran fisik (anatomi) dan

struktur tubuh dalam arti sebagian atau seluruhnya karena adanya

multiplikasi (bertambah banyak) sel-sel tubuh dan juga

disebabkan oleh bertambah besarnya sel. Adanya multiplikasi dan

bertambah besarnyaukuran sel menandakan pertambahan secara

kuantitatif dan hal tersebut terjadi sejak terjadinya konseps hingga

dewasa. Konsepsi yaitu bertemunya sel telur dan sel sperma

(IDAI, 2002).

Jadi pertumbuhan lebih ditekankan pada pertambahan ukuran

fisik seseorang menjadi lebih besar atau lebih matang bentuknya,

misalnya pertambahan ukuran berat badan, tinggi badan, lingkar

kepala, organ penglihatan, dan organ pendengaran. Pertumbuhan

pada masa anak mengalami perbedaan yang bervariasi sesuai

dengan bertambahnya usia anak.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...

11

Berat badan

Berat badan merupakan salah satu ukuran

antropometri yang terpenting untuk mengetahui keadaan

status gizi anak. Selain itu, dipakai untuk memeriksa

kesehatan anak pada semua kelompok umur, misalnya

apakah anak dalam keadaan normal dan sehat.

Keuntungan lainnya adalah pengukurannya mudah,

sederhana, dan murah. Oleh karena itu, kegunaan

pengukuran berat badan adalah sebagai berikut : (a)

sebagai informasi tentang keadaan gizi anak,

pertumbuhan, dan kesehatannya. (b) untuk monitoring

kesehatan sehingga dapat menentukan terapi apa yang

sesuai dengan kondisi anak. (c) sebagai dasar untuk

menentukan dasar perhitungan dosis obat ataupun diet

yang diperlukan untuk anak.

Pada usia beberapa hari, berat badan akan mengalami

penurunan yang sifatnya normal yaitu sekitar 10% dari

berat badan lahir. Hal ini disebabkan keluarnya mekonium

dan air seni yang belum diimbangi asupan yang adekuat,

misalnya produksi ASI yang belum lancar. Umumnya,

berat badan akan kembali mencapai berat lahir pada hari

ke sepuluh.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...

12

Pada bayi sehat, kenaikan berat badan normal pada

triwulan I sekitar 700-1000 g/bulan, tiwulan II sekitar 500-

600 g/bulan, triwulan III sekitar 350-450 g/bulan, dan pada

triwulan IV sekitar 250-350 g/bulan. Dari perkiraan

tersebut, dapat diketahui bahwa pada usia enam bulan

pertama berat badan akan bertambah sekitar 1 kg/bulan,

enam bulan berikutnya ± 0,5 kg/bulan. Pada tahun kedua

kenaikan ± 0,25 kg/bulan. Setelah dua tahun kenaikan

berat bdan tidak tentu, yaitu sekitar 2,3 kg/tahun.

Tinggi badan

Tinggi badan merupakan ukuran antropometri kedua

terpenting. Keuntungan dari pengukuran tinggi badan ini

adalah alatnya murah, mudah dibuat, dan dibawa sesuai

keinginan tempat tinggi badan akan diukur. Selain itu,

tinggi badan merupakan indikator yang baik untuk

pertumbuhan fisik yang sudah lewat (stunting) dan untuk

perbandingan terhadap perubahan relatif, seperti nilai

berat badan dan lingkar lengan atas. Dengan mengetahui

tinggi badan dan berat badan anak dapat diketahui

keadaan status gizinya.

Tinggi badan untuk anak kurang dari dua tahun sering

diistilahkan panjang badan. Pada bayi baru lahir, panjang

badan rata-rata ±50 cm. Pada tahun pertama

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...

13

pertambahannya 1,25 cm/bulan (1,5 x panjang badan

lahir). Penambahan tersebut berangsur-angsur berkurang

sampai usia 9 tahun, yaitu hanya sekitar 5 cm/tahun.

Lingkar kepala

Ukuran lingkar kepala dimaksudkan untuk menaksir

pertumbuhan otak. Pertumbuhan lingkar kepala umumnya

mengikuti pertumbuhan otak, sehingga bila ada

hambatan/gangguan pertumbuhan lingkar kepala,

pertumbuhan otak biasanya juga terhambat. Berat otak

janin saat kehamilan 20 minggu diperkirakan 100 gram,

waktu lahir sekitar 350 gram, pada usia 1 tahun hamper

mencapai 3 kali lipat, yaitu 925 gram atau mencapai 75%

dari berat seluruhnya. Pada usia 3 tahun sekitar 1100

gram dan pada 6 tahun pertumbuhan otak telah mencapai

90% (1260 gram).

Secara normal, pertambahan ukuran lingkar kepala

setiap tahap relative konstan dan tidak dipengaruhi oleh

factor ras, bangsa, dan letak geografi. Saat lahir, ukuran

lingkar kepala normalnya 34-35 cm. Kemudian bertambah

±0,5 cm/bulan pada bulan pertama atau menjadi ±44 cm.

Pada 6 bulan pertama, pertumbuhan kepala paling cepat

dibanding tahap berikutnya. Kemudian, tahun-tahun

pertama lingkar kepala bertambah tidak lebih dari 5

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...

14

cm/tahun. Pada dua tahun pertama, pertumbuhan otak

relative pesat.

Pertambahan yang relative konstan juga dapat

diketahui dari proporsi besar kepala dengan panjang

badan. Saat lahir, kepala berukuran seperempat bagian

dari panjang badan dan setelah dewasa besar kepala

hanya seperdelapan dari panjang badan. Oleh karena itu,

pengukuran lingkar kepala ini hanya efektif pada enam

bulan pertama sampai umur 2-3 tahun, kecuali pada

keadaan tertentu seperti bentuk kepala yang besar pada

anak hydrocephalus.

Pengukuran lingkar kepala lebih sulit bila dibandingkan

dengan ukuran antropometri lainnya dan jarang dilakukan

pada balita, kecuali bila ada kecurigaan pertumbuhan yang

tidak normal. Namun, alat yang dibutuhkan cukup

sederhana, yaitu dengan pita pengukuran (meteran).

Organ penglihatan

Pada saat bayi lahir, sudah terdapat ketajaman

penglihatan 20/100, adanya reflex pupil dan kornea,

memiliki kemampuan fiksasi pada obyek yang bergerak

rentang 45 derajat, dan bila tidak bergerak sejauh 20-25

cm. pada usai satu bulan, adanya kemampuan melihat

untuk mengikuti gerakan dalam rentang 90 derajat, dapat

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...

15

melihat orang secara terus menerus, dan kelenjar air mata

sudah mulai berfungsi. Pada usia 2-3 bulan memiliki

penglihatan perifer dingga 180 derajat. Usia 4-5 bulan

kemampuan bayi untuk memfiksasi sudah mulai pada

hambatan 1,25 cm, dapat mengenali botol susu, melihat

melihat tangan saat duduk maupun berbaring, melihat

bayangan di cermin, dan mampu mengakomodasi obyek.

Usia 5-7 bulan dapat menyesuaikan postur untuk melihat

obyek, mampu mengembangkan warna kesukaan kuning

dan merah. Menyukai rangsangan visual kompleks, serta

mengembangkan koordinasi mata dan tangan. Pada usia

11-12 bulan ketajaman penglihatan mendekati 20/20,

dapat mengikuti obyek yang dapat bergerak. Usia 12-14

bulan mampu mengidentifikasi bentuk geometric. Pada

usia 18-24 bulan mampu berakomodasi dengan baik.

Organ pendengaran

Pendengaran dimulai pada saat bayi lahir. Setelah

lahir, bayi sudahdapat berespon terhadap bunyi yang

keras dengan reflex. Pada usia 2-3 bulan mampu

memalingkan kepala kesamping bila bunyi dibuat setinggi

telinga. Usia 3-4 bulan anak memiliki kemampuan dalam

melokalisasi bunyi dengan memalingkan kepala ke arah

bunyinya. Usia 4-6 bulan kempuan melokalisai bunyi

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...

16

makin kuat dan mulai mampu membuat bunyi tiruan. Usia

6-8 bulan mampu berespon pada nama sendiri.pada usia

10 bulan sampai 1 tahun mampu menganal beberapa kata

dan artinya. Usia 18 bulan dapat membedakan bunyi. Usia

3 tahun mampu mebedakan bunyi yang halus dalam

bicara. usia 48 bulan mampu membedakan bunyi yang

serupa dan mampu mendengarkan yang lebih halus.

2.2.1.2 Perkembangan

Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dan

struktur/fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang

teratur, serta dapat diperkirakan, dan diramalkan sebagai hasil

dari proses diferensiasi sel, jaringan tubuh, organ-organ, dan

sistem yang terorganisasi (IDAI, 2002). Aspek perkembangan ini

sifatnya kualitatif, yaitu pertambahan kematangan fungsi dari

masing-masing bagian tubuh. Tahap perkembangan awal akna

menentukan tahap perkembangan selanjutnya.

Perkembangan merupakan hasil interaksi kematangan

susunan saraf pusat dengan organ yang dipengaruhinya sehingga

perkembangan ini berperan penting dalam kehidupan manusia.

Menurut Susilaningrum (2013) dalam bukunya yang berjudul

“Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak: untuk Perawat an Bidan

Edisi 2”, terdapat empat aspek perkembangan anak balita sebagai

berikut :

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...

17

Kepribadian/tingkah laku social

Kepribadian/tingkah laku social yaitu aspek yang

berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi,

dan berinteraksi dengan lingkungan. Kepribadian dapat

dianggap sebagai ekspresi yang tampak (interpersonal)

yang mencerminkan bagian dalam diri seseorang

(intrapersonal) (Kozier, et al. 2011).

Motoric halus

Motorik halus yaitu aspek yang berhubungan dengan

kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan

gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan

otot-otot kecil, memerlukan koordinasi yang cermat, serta

tidak memerlukan banyak tenaga. Misalnya, memasukkan

manik ke botol, menempel, menggunting.

Motoric kasar

Motoric kasar yaitu aspek yang berhubungan dengan

pergerakan dan sikap tubuh yang melibatkan sebagian

besar tubuh karena dilakukan oleh otot-otot yang lebih

besar, sehingga memerlukan cukup tenaga. Misalnya,

berjalan dan berlari.

Bahasa

Bahasa adalah aspek yang berhubungan dengan

kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara,

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...

18

mengikuti perintah, dan bicara spontan. Pada masa bayi,

kemampuan bahasa bersifat pasif sehingga bila

menyatakan perasaan atau keinginannya melalui tangisan

dan gerakan. Semakin bertambah usia, anak akan

menggunakan bahasa aktif, yaitu dengan bicara.

Meskipun pertumbuhan dan perkembangan mempunyai arti yang

berbeda, namun keduanya saling mempengaruhi dan berjalan secara

simultan. Adanya pertambahan ukuran fisik akan disertai pertambahan

kemampuan (perkembangan) anak. Pada dasarnya tumbuh kembang

mempunyai prinsip yang berlaku secara umum, antara lain sebagai

berikut: (a) tumbuh kembang merupakan suatu proses terus-menerus dari

konsepsi hingga dewasa, (b) pola tumbuh kembang pada semua anak

umumnya sama, hanya kecepatannya dapat berbeda (Susilaningrum,

2013).

2.2.2 Tahapan Pertumbuhan dan Perkembangan serta Faktor yang

Berpengaruh

2.2.2.1 Tahapan tumbuh kembang

Pada dasarnya, semua umur mengalami tumbuh kembang.

Tahapan tumbuh kembang yang paling memerlukan perhatian

adalah pada masa anak-anak.

Ada beberapa tahapan tumbuh kembang pada masa anak-

anak menurut Soetjiningsih (2002), tahapan tersebut adalah

sebagai berikut :

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...

19

Masa prenatal (konsepsi-lahir), terbagi atas: masa embrio

(konsepsi-8 minggu) dan masa janin (9 minggu-kelahiran)

Masa pascanatal, terbagi atas: masa neonatal (0-28 hari),

masa bayi (1 bulan-2 tahun)

Masa prasekolah (usia 2-6 tahun), terbagi atas: prasekolah

awal (2-3 tahun) dan prasekolah akhir (4-6 tahun)

Masa sekolah atau masa prapubertas, terbagi atas: wanita

(6-10 tahun) dan laki-laki (8-12 tahun)

Masa adolesensi atau masa remaja, terbagi atas: wanita

(10-18 tahun) dan laki-laki (12-20 tahun)

2.2.2.2 Faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang

Menurut Nursalam (2005) terdapat dua factor yang

mempengaruhi tumbuh kembang yaitu:

Factor dalam

- Genetika

Faktor genetika akan mempengaruhi kecepatan

pertumbuhan dan kematangan tulang, alat seksual,

serta saraf.

- Perbedaan ras, etnis, atau bangsa: Tinggi badan

orang Eropa akan berbeda dengan orang Indonesia.

- Keluarga: ada keluarga yang cenderung mempunyai

tubuh gemuk atau pendek.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...

20

- Umur: masa prenatal, masa bayi, dan masa remaja

merupakan tahap yang mengalami pertumbuhan

paling cepat.

- Jenis kelamin

Wanita akan mengalami masa pubertas lebih dahulu

dibandingkan laki-laki.

- Kelainan kromosom

Dapat menyebabkan kegagalan pertmbuhan.

- Pengaruh hormone

Hormone somatrotopin yang dikeluarkan oleh kelenjar

pituitary sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan

yang cepat pada masa prenatal (4 bulan umur janin).

selain itu, kelenjar tiroksin yang berguna untuk

metabolism serta maturase tulang, gigi dan otak.

Faktor lingkungan

- Faktor pra natal (selama kehamilan)

Yang termasuk faktor prenatal, yaitu: gizi, mekanis,

toksin, zat kimia, radiasi, kelainan endokrin, infeksi

TORCH atau penyakit menular seksual, kelainan

imunologi, dan psikologis ibu.

- Faktor kelahiran

Yang termasuk faktor kelahiran, yaitu: kelahiran

dengan vakum ekstraksi atau forceps dapat

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...

21

menyebabkan trauma kepala bayi sehinnga beresiko

terjadinya kerusakan jaringan otak.

- Faktor pasca natal

Yang termasuk faktor pasca natal, yaitu: gizi,

psikologis, endokrin, sosioekonomi, lingkungan

pengasuhan, stimulasi, dan obat-obatan.

2.2.3 Kebutuhan Dasar untuk Tumbuh Kembang

Tumbuh dan kembang seorang anak secara optimal dipengaruhi oleh

faktor dalam dan lingkungan. Agar faktor lingkungan memberikan

pengaruhpositif bagi tumbuh kembang anak, maka diperlukan pemenuhan

atas kebutuhan dasar tertentu. Menurut Soetjiningsih (2000), terdapat tiga

kebutuhan dasar anak, yaitu:

2.2.3.1 Asuh (Kebutuhan Fisik-Biomedis)

Nutrisi yang mencukupi dan seimbang

Pemberian nutrisi yang mencukupi harus di mulai dari

dalam kandungan. Setelah lahir, harus diupayakan

pemberian ASI secara eksklusif. Sejak umur enam bulan

anak diberikan makanan tambahan atau makanan

pendamping ASI. Pemberian makanan tambahan sangat

penting untuk melatih kebiasaan makan yang baik. Selain

itu, untuk memenuhi kebutuhan nutrisi yang meningkat

pada masi bayi dan prasekolah.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...

22

Perawatan kesehatan dasar

Imunisasi, kontrol ke puskesmas/posyandu secara

berkala, memeriksakan anak segera ketika sakit

merupakan upaya untuk mamantau kesehatan anak sejak

dini, sehingga apabila terdapat kelainan anak segera

mendapatkan penanganan yang benar.

Pakaian

Kebutuhan pakaian anak hendaknya yang bersih,

nyaman, dan berbahan yang mudah menyerap keringat

sesuai dengan aktivitas anak yang banyak.

Perumahan

Tempat tinggal yang layak akan membantu tumbuh

kembang anak yang optimal.

Higiene diri dan lingkungan

Meminimalisir terjadinya penularan penyakit infeksi.

Kesegaran jasmani (olahraga dan rekreasi)

Aktivitas kesegaran jasmani digunakan untuk melatih

otot-otot tubuh dan membuang sisa metabolism selain itu

juga meningkatkan motoric anak, dan aspek

perkembangan lainnya.

2.2.3.2 Asih (Kebutuhan Emosi dan Kasih Sayang)

Sejak anak dalam kandungan perlu diupayakan kontak

psikologis antara ibu dan anak, misalnya, dengan mengelus atau

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...

23

mengajak bicara. Setelah lahir, dengan mendekapkan bayi ke

dada ibu segera setelah lahir. Ikatan emosi dan kasih saying yang

erat antara ibu atau orang tua dan anak sangatlah penting karena

dapat menentukan perilaku anak di kemudian hari, merangsang

perkembangan otak anak, serta merangsang perhatian anak

terhadap dunia luar. Kebutuhan asih meliputi: kasih saying orang

tua, rasa aman, harga diri, dukungan/dorongan orang tua,

mandiri, rasa memiliki, kebutuhan akan sukses, mendapatkan

kesempatan, dan pengalaman.

2.2.3.3 Asah

Anak yang banyak mendapatkan stimulasi yang terarah akan

cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang kurang

mendapatkan stimulasi. Pemberian stimulus sudah dapat

dilakukan sejak masa prenatal, dan setelah kelahiran dengan cara

menetekkan bayi pada ibunya sedini mungkin. Asah merupakan

kebutuhan untuk perkembangan mental psikososial anak yang

dapat dilakukan dengan pendidikan dan pelatihan.

Pertumbuhan dan perkembangan mengalami peningkatan yang pesat

pada usia dini, yaitu dari 0 sampai 5 tahun. Masa ini sering juga disebut

sebagai fase ”Golden Age”. Golden age merupakan masa yang sangat

penting untuk memperhatikan tumbuh kembang anak secara cermat agar

sedini mungkin dapat terdeteksi apabila terjadi kelainan. Selain itu,

penanganan kelainan yang sesuai pada masa golden age dapat

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...

24

meminimalisir kelainan pertumbuhan dan perkembangan anak sehingga

kelaianan yang bersifat permanen dapat dicegah.

2.2.4 Deteksi Dini Tumbuh Kembang

Deteksi tumbuh kembang adalah kegiatan atau pemeriksaan untuk

menemukan secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang pada

balita dan anak pra sekolah. Deteksi dini tumbuh kembang sangat penting

dilakukan sesuai dengan kebutuhan dasar asuh anak atau kebutuhan

fisik-biomedis.

Terdapat tiga jenis deteksi dini tumbuh kembang, yaitu:

Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan, yaitu untuk menemukenali

status gizi kurang/buruk dan mikro/makrosefali.

Deteksi dini penyimpangan perkembangan, yaitu untuk

menemukenali gangguan perkembangan anak (keterlambatan),

gangguan daya lihat, dan gangguan daya dengar.

Deteksi dini penyimpangan mental emosional, yaitu untuk

menemukenali adanya masalah mental emosional, autism, dan

gangguan pemusatan perhatian, serta hiperaktivitas.

Untuk mengetahui sejauh mana keadaan pertumbuhan dan

perkembangan dan apakah hal tersebut dapat berlangsung secara normal

diperlukan parameter atau patokan-patokan yang berbeda antara

pertumbuhan dan perkembangan. Dengan mengetahui patokan-patokan

orang tua, tenaga kesehatan, maupun kader kesehatan dapat melakukan

deteksi terhadap tumbuh kembang anak.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...

25

Adapun jadwal kegiatan dan jenis skrining/deteksi dini adanya

penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan anak prasekolah adalah

sebagai berikut:

Umur

Anak

Jenis Deteksi Tumbuh Kembang Yang Harus Dilakukan

Deteksi Dini

Penyimpangan

Pertumbuhan

Deteksi Dini Penyimpangan

Perkembangan

Deteksi Dini

Penyimpangan Mental

Emosional

BB/TB LK KPSP TDD TDL KMME CHAT* GPPH*

0 bulan √ √

3 bulan √ √ √ √

6 bulan √ √ √ √

9 bulan √ √ √ √

12

bulan

15

bulan

18

bulan

21

bulan

24

bulan

30

bulan

36

bulan

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...

26

42

bulan

48

bulan

54

bulan

60

bulan

66

bulan

72

bulan

Keterangan :

BB/TB : Berat Badan terhadap Tinggi Badan

LK : Lingkar kepala

KPSP : Kuisioner Pra Skrining Perkembangan

TDD : Tes Daya Dengar

TDL : Tes Daya Lihat

KMME : Kuisioner Masalah Mental Emosional

CHAT : Checklist for Autism in Toodlers

GPPH : Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas

Tanda * : Deteksi dilakukan atas indikasi

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...

27

2.2.4.1 Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan

Antropometri

Pengukuran antropometri digunakan untuk mengetahui

ukuran-ukuran fisik seorang anak dengan menggunakan

alat ukur, seperti timbangan dan pita pengukuran

(meteran). Pengukuran dapat dilakukan tergantung umur

(BB, TB terhadap usia).

- Berat badan

Selain dengan perkiraan usia anak, berat badan

dapat dihitung menggunakan rumus atau pedoman

Behrman (1992) yang dikutip oleh Bobak dan Jensen

(2005) dalam bukunya yang berjudul “Buku Ajar

Perawatan Maternitas", yaitu:

a) Berat badan lahir rata-rata: 3,25 kg

b) Berat badan usia 3-12 bulan, menggunakan

rumus:

𝑢𝑚𝑢𝑟 (𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛)+9

2 =

𝑛+9

2

c) Berat badan usia 1-6 tahun, menggunakan rumus:

[umur (bulan) x 2] + 8 = 2n + 8

Untuk menentukan umur anak dalam bulan, bilah

lebih dari 15 hari dibulatkan ke atas, sementara bila

kurang dari atau sama dengan 15, dihilangkan.

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...

28

Berat badan merupakan indicator sederhana yang

digunakan di puskesmas untuk menentukan status

gizi anak, yaitu dengan menggunakan KMS (Kartu

Menuju Sehat). Pada KMS dapat diketahui berat

badan anak yang tergolong normal kurang atau buruk.

berat badan mempunyai arti yang penting mengenai

apakah anak dlaam keadaan normal dan sehat.

Keuntungan pengukuran berat badan adalah

pengukuran yang mudah, sederhana, murah informasi

mengenai keadaan gizi, pertumbuhan, dan kesehatan

anak., mengawasi kesehatan, dan sebagai dasar

untuk menentukan perhitungan dosis obat ataupun

diet yang diperlukan oleh anak.

- Tinggi badan

Pengukuran tinggi badan menurut rumus Behrman

(1992) yang dikutip oleh Bobak dan Jensen (2005)

dalam bukunya yang berjudul “Buku Ajar Perawatan

Maternitas", yaitu:

a) Perkiraan panjang lahir 50 cm

b) Perkiraan panjang badan usia 1 tahun= 1,5 x

panjang badan lahir

c) Perkiraan panjang badan 2-12 tahun= (umur x 6)

+ 77 = 6n + 77, n merupakan usia anak dalam

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...

29

tahun, bila usia lebih dari 6 bulan di bulatkan ke

atas dan bila umur anak kurang atau sama

dengan 6 bulan, dihilangkan.

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...

30

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...

31

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...

32

- Lingkar kepala

Saat lahir, kepala berukuran seperempat bagian

dari panjang badan dan setelah dewasa, besar kepala

hanya seperdelapan dari panjang badan. Oleh karena

itu, pengukuran lingkar kepala hanya efektif pada usia

6 bulan pertama sampai umur 2-3 tahun, kecuali pada

keadaan tertentu misalnya, hidrochepalus. Lingkar

kepala berhubungan dengan perkembngan volume

otak. Pada anak yang menderita hidrochepalus

pertumbuhan otak akan meningkat relative pesat

pada usia dua tahun pertama.

Pengukuran lingkar kepala sulit untuk dilakukan

bila dibandingkan dengan ukuran antropometri lainnya

dan jarang dilakukan pada balita, kecuali apabila ada

kecurigaan akan pertumbuhan yang tidak normal.

Interpretasi pada pengukuran lingkar kepala:

1. Bila ukuran lingkaran kepala anak berada di dalam

“jalur hijau” maka lingkaran kepala anak normal.

2. Bila ukuran lingkaran kepala anak berada di luar

“jalur hijau” maka lingkaran kepala anak tidak

normal.

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...

33

3. Lingkaran kepala anak tidak normal ada 2 (dua),

yaitu makrosefal bila berada diatas “jalur hijau”

dan mikrosefal bila berada di bawah “jalur hijau”

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...

34

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...

35

- Lingkar lengan atas (Lila)

Pertumbuhan lingkar lengan atas relative lambat.

Saat lahir, lila sekitar 11 cm dan pada tahun pertama

menjadi 16 cm. selanjutnya tidak banyak berubah

sampai usia 3 tahun. Pegukuran lingkar lengan atas

berguna untuk menilai keadaan gizi dan pertumbuhan

anak pra sekolah. Pada pratiknya pengukuran lila

jarang digunakan kecuali ada gangguan pertumbuhan

atau gangguan gizi berat, sehingga pengukuran lila

hanya efektif pada usia dibawah 3 tahun.

- Lipatan kulit

Apabila anak mengalami defisiensi kalori, lipatan

kulit pada daerah triceps dan subscapular yang

merupakan refleksi pertumbuhan jaringan lemak akan

menipis. Sebaliknya akan menebal apabila anak

kelebihan kalori.

Keseluruhan fisik

Berkaitan dengan pertumbuhan, hal-hal yang dapat

diamati dari pemeriksan fisik adalah:

- Head to toe

Bentuk tubuh, perbandingan kepala, tubuuh dan

anggota gerak, ada tidaknya edema, anemi, dan

tanda gangguan lainnya.

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...

36

- Jaringan otot

Dilihat dengan cubitan tebal pada lengan atas, pantat,

dan paha untuk mengetahui luemak subcutan.

- Jaringan lemak

Diperiksa dengan cubitan tipis pada kulit dibawah

triseps dan subscapular.

- Rambut

Di periksa pertumbuhannya, tebal/tipisnya rambut,

akar mudah dicabut atau tidak.

- Gigi-geligi

Diperhatikan kapan tanggal erupsi gigi susu atau gigi

permanen.

Pemeriksaan laboratorium dan radiologis

Pemeriksaan dilakukan apabila terdapat gejala adanya

suatu gangguan/penyakit ataupetumbuhan fisik yang tidak

normal. Pemeriksaan laboratorium yang sering digunakan

adalah pemeriksaan kadar Hb, serum protein, dan

hormone pertumbuhan.

2.2.4.2 Deteksi dini penyimpangan perkembangan

Untuk menilai perkembangan anak banyak instrumen yang

dapat digunakan. Salah satu instrumen skrining yang dipakai

secara internasional untuk menilai perkembangan anak adalah

DDST II (Denver Development Screening Test). Sedangkan

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...

37

instrument skrining yang dipakai secara nasional yaitu Kuisioner

Pra Skrining Perkembangan (KPSP). Serta Tes Daya Dengar

(TDD) dan Tes Daya Lihat (TDL).

Denver Development Screening Test II (DDST II)

- Pengertian DDST II

DDST II merupakan alat untuk menemukan

secara dini masalah penyimpangan perkembangan

anak umur 0 s/d < 6 tahun. DDST pertama kali

diperkenalkan untuk membantu tenaga kesehatan

mendeteksi masalah perkembangan potensial anak-

anak di bawah usia 6 tahun. DDST telah diadaptasi

untuk digunakan dan distandardisasi oleh lebih dari

12 negara dan telah digunakan untuk menskrining

lebih dari 50 juta anak di seluruh dunia.DDST direvisi

menjadi DDST II. DDST II bukan merupakan tes IQ,

mudah dan cepat dilakukn serta tidak dapat

digunakan untuk meramal kemampuan adaptif masa

depan, tetapi digunakan untuk membandingkan

penampilan kemampuan anak pada berbagai macam

tugas dengan anak lain yang seusia.

- Peralatan yang digunakan

Benang sulaman merah, kismis, kerincingan

dengan pegangan, kubus kayu berwarna ukuran

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...

38

dimensi 1 inci sebanyak 10 buah, lonceng kecil, bola

tenis, pensil merah, boneka plastic kecil dengan dot,

cangkir plastic dengan pegangan, kertas kosong, dan

botol kaca bening yang dapat dibuka. Alat lainnya

yang digunakan adalah meja dan kursi, ruangan yang

cukup luas, tempat tidur lengkap dengan perlak dan

laken.

- Cara pemeriksaan

Dilakukan secara kontinu, didampingi ibu dan

pengasuh, anak dan ibu dlam keaadan rileks, satu

formulir digunakan beberapa kali oleh satu anak,

tempatkan bayi diatas tempat tidur, anak duduk diatas

kursi, dan lengan di atas meja.

- Prinsip

Bertahap dan berkelajutan, dimulai dari tahap

perkembangan yang telah dicapai anak,

menggunakan alat bantu stimulasi yang sederhana,

suasana yang nyaman dan bervariasi, perhatikan

gerakan spontan anak, dilakukan dengan wajar dan

tanpa paksaan serta tidak menghukum, memberikan

pujian (reinforcement) bila berhasil melakukan tes,

sebelum uji coba semua alat diletakkan dulu diatas

meja, pada tes hanya satu alat saja yang digunakan.

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...

39

- Hal hal yang perlu diperhatikan

Uji coba item yang kurang aktif, uji coba yang

lebih mudah dilakukan terlebih dahulu, uji coba

dengan menggunakan alat yang sama dilakukan

berurutan, hanya alat uji coba yang berada di depan

anak, semua uji coba dimulai dari sebelah kiri garis

usia dan yang di tembus dan yang ditembus serta

item di sebelah kana garis usia.

- Cara melakukan tes pada anak dengan resiko

perkembangan

Pada setiap sector paling sedikit dilakukan 3 uji

coba yang ada di seblah kiri garis usia dan item yang

berada pada garis usia, jika anak gagal menolak tidak

ada kesempatan lalukan uji coba tambahan ke seblah

kiri garis usia sampai 3 kali LEWAT tiap sector.

- Cara melakukan tes pada anak normal atau

kemampuan lebih

Pada tiap sector dilakukan paling sedikit 3 uji

coba yang paling dekat di sebelah kiri garis usia dan

item yang dilewati garis usia. Jika anak mampu/bisa

melakukan, dilanjutkan uji coba di sebelah kanan

garis usia sampai 3 kali GAGAL tiap sector.

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...

40

- Menghitung usia anak

Usia anak dihitung dengan mengurangi tanggal lahir

dan tanggal tes.

Contoh 1:

Tanggal tes – tanggal lahir = usia anak

2014/10/19 – 2012/4/5 = 2/6/14

Jadi, usia anak 3 tahun 6 bulan 14 hari dibulatkan

menjadi 2 tahun 6 bulan.

Contoh 2:

Tanggal tes – tanggal lahir = usia anak

2014/10/19 – 2011/12/27 = 3/9/22

Jadi, usia anak 3 tahun 9 bulan 22 hari dibulatkan

menjadi 3 tahun 10 bulan

Contoh 3:

Vina dibawa ke poli rawat jalan tanggal 19 oktober

2014. Tanggal lahirnya 30 November 2011. Vina lahir

6 minggu lebih awal. Hitung usia vina dan

penyesuaian prematurnya!

Tanggal tes – tanggal lahir = usia anak

2014/10/19 – 2011/11/30 = 3

Jadi, usia anak 2 tahun 6 bulan 14 hari dibulatkan

menjadi 2 tahun 6 bulan.

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...

41

Kuisioner Pra Skrining Pra Skrining Perkembangan

(KPSP)

KPSP adalah kuesioner yang berisi 9-10 pertanyaan

tentang kemampuan perkembangan yang telah dicapai

anak dengan sasaran anak umur 0-72 bulan (Depkes RI,

2005). Tujuan KPSP adalah untuk mengetahui

perkembangan anak normal atau adanya penyimpangan.

Skrining dilakukan saat anak umur 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21,

24, 30, 36, 42, 48, 54, 60, 66, dan 72 bulan. Apabila ibu

datang dengan keluhan anaknya mempunyai masalah

tumbuh kembang, sedangkan umur anak bukan umur

skrining, maka dilakukan pemeriksaan menggunakan

KPSP untuk umur skrining terdekat (yang lebih muda)

yang telah dicapai anak. Untuk melakukan pemeriksaan

KPSP perlu mengetahui beberapa hal untuk menunjang

pemeriksaan, yaitu:

- Alat/instrument yang digunakan :

1. Formulir KPSP menurut umur

Formulir ini berisi 9-10 pertanyaan tentang

kemampuan perkembangan yang telah dicapai

anak. Sasaran KPSP anak umur 0-72 bulan.

2. Alat pemeriksaan berupa: pensil, kertas, bola

sebesar bola tenis, kerincingan, kubus berukuran

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...

42

sisi 2,5 cm sebanyak 6 buah, kismis, kacang

tanah, dan potongan biskuit kecil berukuran 0,5-1

cm.

- Petunjuk penggunaan KPSP :

1. Pada waktu pemeriksaan KPSP anak harus

dibawa serta atau orang tua ada disamping anak.

2. Tentukan umur anak. Bila umur anak lebih dari

16 hari, maka dibulatkan menjadi 1 bulan.

3. Setelah menentukan umur anak, pilih KPSP yang

sesuai dengan umur anak.

4. KPSP terdiri dari 2 macam :

i. Pertanyaan yang dijawab oleh orang tua

atau pengasuh anak.

ii. Perintah kepada orang tua atau pengasuh

anak untuk melakukan tugas yang tertulis

pada KPSP.

5. Jelaskan kepada orang tua atau pengasuh agar

tidak ragu-ragu atau takut menjawab. Oleh

karena itu, pastikan orang tua atau pengasuh

mengerti apa yang ditanyakan kepadanya.

6. Tanyakan pertanyaan tersebut secraa berurutan,

satu persatu, setiap pertanyaan hanya ada 1

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...

43

jawaban, ya atau tidak. Catat jawaban tersebut

pada formulir.

7. Ajukan pertanyaan yang berikutnya setelah orang

tua atau pengasuh anak menjawab pertanyaan

sebelumnya.

8. Teliti kembali apakah pertanyaan telah terjawab.

- Interpretasi hasil KPSP

1. Hitung berapa jumlah jawaban “Ya”

i. Ya, orang tua atau pengasuh anak menjawab

bahwa anak bisa, pernah, sering atau

kadang-kadang melakukannya.

ii. Tidak, orang tua atau pengasuh anak

menjawab bahwa anak belum pernah

melakukan atau tidak pernah atau anak tidak

tahu.

2. Jumlah jawaban “Ya” = 9 atau 10, perkembangan

anak sesuai dengan tahap perkembangan (S).

3. Jumlah jawaban “Ya” = 7 atau 8, perkembangan

anak meragukan (M).

4. Jumlah jawaban “Ya” = 6 atau kurang,

kemungkinan adanya penyimpangan (P).

5. Untuk jawaban “Tidak”, perlu dirinci jumlah

jawaban “Tidak” mernurut jenis keterlambatan

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...

44

(motoric kasar, motoric halus, bicara, bahasa,

sosialisasi, dan kemandirian).

- Intervensi

1. Perkembangan anak sesuai umur (S), lakukan

tindakan berikut :

i. Beri pujian kepada orang tua karena telah

mengasuh anaknya dengan baik.

ii. Teruskan pola asuh anak sesuai dengan

tahap perkembangan anak.

iii. Beri stimulasi perkembangan anak setiap

saat, sesering mungkin, sesuai dengan umur

dan kesiapan anak.

iv. Ikutkan anak pada kegiatan penimbangan

dan pelayanan kesehatan di posyansu secara

teratur selama satu kali dalam sebulan dan

setiap ada Bina Keluarga Balita (BKB). Jika

anak sudah memasuki usia pra sekolah (32-

72 bulan), anak dapat diikutkan pada

kegiatan di pusat pendidikan anak usia dini

(PAUD), kelompok bermain, dan taman

kanak-kanak.

v. Lakukan pemeriksaan/skrining rutin

menggunakan KPSP setiap 3 bulan pada

Page 39: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...

45

anak berumur kurang dari 24 bulan dan

setiap 6 bulan pada umur 24 sampai 72

bulan.

2. Perkembangan anak meragukan (M), lakukan

tindakan berikut :

i. Berikan petunjuk pada ibu agar melakukan

stimulasi perkembangan pada anak lebih

sering lagi, setiap saat, dan sesring mungkin.

ii. Ajarkan ibu cara melakukan intervensi

stimulasi perkembangan anak untuk

mengatasi penyimpangan/mengejar

ketertinggalannya.

iii. Lakukan pemeriksaan kesehatan untuk

mencari kemungkinan adanya penyakit yang

menyebabkan penyimpangan

perkembangannya.

iv. Lakukan penilaian ulang KPSP 2 minggu

kemudian dengan menggunakan daftar KPSP

yang sesuai dengan umur anak.

v. Jika KPSP ulang jawaban “Ya” tetap 7 atau 8,

maka kemungkinan ada penyimpangan (P)

3. Jika terjadi penyimpangan pada perkembangan

anak (P), buatlah rujukan ke RS dengan

Page 40: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...

46

menuliskan jenis dan jumlah penyimpangan

perkembangan (motorik kasar, motorik halus,

bicara dan bahasa, sosialisasi dan kemandirian).

Tes Daya Dengar (TDD)

Tes ini bertujuan untuk menemukan gangguan

pendengaran sejak dini agar dapat segera ditindak lanjuti

untuk meningkatkan kemampuan daya dengar dan bicara

anak. Jadwal TDD yaitu setiap 3 bulan pada bayi (usia

kurang dari 12 bulan) dan setiap 6 bulan pada anak usia

12 bulan ke atas.

- Alat/sarana yang diperlukan :

1. Instrument TDD menurut umur anak.

2. Gambar binatang (ayam, anjing, kucing),

manusia.

3. Mainan (boneka, kubus, sendok, cangkir, bola).

- Cara melakukan TDD :

1. Tanyakan tanggal, bulan, dan tahun anak lahir,

hitung umur anak dalam bulan.

2. Pilih daftar pertanyaan TDD yang sesuai dengan

umur anak.

3. Pada anak umur kurang dari 24 bulan :

i. Semua pertanyaan harus di jawab oleh

orangtua/pengasuh anak. Tidak usah ragu-

Page 41: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...

47

ragu atau takut menjawab, karena tidak untuk

mencari siapa yang salah.

ii. Bacakan pertanyaan dengan lambat, jelas

dan nyaring, satu perstu, berurutan.

iii. Tunggu jawaban dari orangtua/pengasuh

anak.

iv. Jawaban YA jika menurut

orangtua/pengasuh, anak dapat

melakukannya dalam satu bulan terakhir.

v. Jawaban TIDAK jika menurut

orangtua/pengasuh anak tidak pernah, tidak

tahu atau tak dapat melakukannya dalam

satu bulan terakhir.

4. Pada anak umur 24 bulan atau lebih:

i. Pertanyaan-pertanyaan berupa perintah

melalui orangtua/pengasuh untuk dikerjakan

oleh anak.

ii. Amati kemampuan anak dalam melakukan

perintah orangtua/pengasuh.

iii. Jawaban YA jika anak dapat melakukan

perintah orangtua/pengasuh.

Page 42: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...

48

iv. Jawaban TIDAK jika anak tidak dapat atau

tidak mau melakukan perintah

orangtua/pengasuh.

- Interpretasi

1. Bila ada satu atau lebih jawaban TIDAK,

kemungkinan anak mengalami gangguan

pendengaran.

2. Catat dalam buku KIA atau kartu kohort

bayi/balita atau status catatan medik anak, jenis

kelainan.

- Intervensi

1. Tindak lanjut sesuai dengan buku pedoman yang

ada.

2. Rujuk ke RS bila tidak dapat ditanggulangi.

Tes Daya Lihat (TDL)

Tujuan tes ini untuk mendeteksi secara dini gangguan

daya lihat agar dapat segera ditindak lanjuti sehingga

kesempatan memperoleh ketajaman daya lihat menjadi

lebih besar. Jadwal TDL yaitu dilakukan setiap 6 bulan

pada anak usia prasekolah (36-72 bulan). Tes ini dapat

dilakukan oleh tenaga kesehatan, guru TK, guru PAUD,

maupun kader kesehatan.

Page 43: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...

49

- Alat/sarana yang diperlukan :

1. Ruangan yang bersih, tenang dengan penyinaran

yang baik.

2. Dua buah kursi, 1 untuk anak, 1 untuk pemeriksa.

3. Poster “E” untuk digantung dan kartu “E” untuk

dipegang anak.

4. Alat penunjuk.

- Cara melakukan tes daya lihat :

1. Pilih suatu ruangan yang bersih dan tenang

dengan penyinaran yang baik.

2. Gantungkan poster “E” setinggi mata anak pada

posisi duduk.

3. Letakkan sebuah kursi sejauh 3 meter dari poster

“E”, menghadap ke poster “E”

4. Letakkan sebuah kursi lainnya disamping poster

“E” untuk pemeriksa.

5. Pemeriksa memberikan kartu “E” pada anak.

Latih anak dalam mengarahkan kartu “E”

mengahadap keatas, kebawah, kiri dan kanan,

sesuai petunjuk pada poster “E” oleh pemeriksa.

Beri pujian setiap kali anak mau melakukannya.

Laukan hal ini sampai anak dapat mengarahkan

kartu “E” dengan benar.

Page 44: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...

50

6. Selanjutnya, anak diminta menutup sebelah

matanya dengan buku/kertas.

7. Dengan alat penunjuk, tunjuk huruf “E” pada

poster, satu persatu, mulai baris pertama sampai

baris keempat atau baris “E” terkecil yang masih

dapat dilihat.

8. Puji anak setiap kali dapat mencocokkan posisi

kartu “E” yang dipegangnya dengan huruf “E”

pada poster.

9. Ulangi pemeriksaan tersebut pada mata satunya

dengan cara yang sama.

10. Tulis baris “E” terkecil yang masih dapat dilihat,

pada kertas yang disediakan:

Mata kanan : …… mata kiri : …..

- Interpretasi :

Anak prasekolah umumnya tidak mengalami

kesulitan sampai melihat baris ketiga poster “E”,

artinya tidak dapat mencocokkan arah kartu “E” yang

dipegangnya dengan arah “E” pada baris ketiga yang

ditunjuk oleh pemeriksa, kemungkinan anak

mengalami gangguan daya lihat.

Page 45: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...

51

- Intervensi :

Bila kemungkinan anak mengalami gangguan

daya lihat, minta anak datang lagi untuk pemeriksaan

ulang. Bila pada pemeriksaan berikutnya, anak tidak

dapat melihat sampai baris yang sama, atau tidak

dapat melihat baris yang sama dengan kedua

matanya, rujuk ke Rumah Sakit dengan menuliskan

mata yang mengalami ganguan (kanan, kiri, atau

keduanya).

2.2.4.3 Deteksi dini penyimpangan mental emosional

Tujuan pemeriksaan ini untuk menemukan secara dini adanya

masalah mental emosional (KMME), autism (CHAT), dan

gangguan pemusatan perhatian serta hiper aktivitas (GPPH) pada

anak agar dapat segera dilakukan tindakan intervensi. Bila

penyimpangan mental emosional terlambat diketahui, maka

intervensinya akan lebih sulit dan hal ini akan berpengaruh pada

tumbuh kembang anak. Untuk CHAT dan GPPH deteksi dilakukan

saat ada indikasi.

2.2.5 Intervensi Penyimpangan Tumbuh Kembang Anak

Penyimpangan/masalah perkembangan pada anak dipengaruhi oleh

banyak faktor, diantaranya tingkat kesehatan dan status gizi anak

disamping pengaruh lingkungan hidup dan tumbuh kembang anak yang

juga merupakan salah satu faktor dominan (Depkes RI, 2005).

Page 46: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...

52

Tujuan intervensi dan rujukan dini perkembangan anak adalah untuk

mengkoreksi, memperbaiki, dan mengatasi masalah atau penyimpangan

perkembangan sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang secara

optimal sesuai dengan potensinya. Waktu yang paling tepat untuk

melakuka intervensi dan rujukan dini penyimpangan perkembangan anak

adalah sesegera mungkin ketika usia anak masih di bawah 5 tahun.

Tindakan intervensi dini tersebut berupa stimulasi perkembangan

terarah yang dilakukan secara intensif di rumah selama 2 minggu, yang

diikuti dengan evaluasi hasil intervensi stimulasi perkembangan.

2.2.5.1 Intervensi Perkembangan

Intervensi perkembangan anak dilakukan atas indikasi yaitu :

Perkembangan anak meragukan (M) artinya kemampuan

anak tidak sesuai dengan yang seharusnya dimiliki anak,

yaitu bila pada umur skrining 3, 6, 9, 12, 15, 18 bulan dan

seterusnya, pemeriksaan KPSP jawaban “YA” = 7 atau 8.

Lakukan intervensi sebagai berikut :

- Pilih kelompok umur stimulasi yang lebih muda dari

umur anak. Misalnya menurut KPSP, anak umur 12

bulan belum bisa berdiri, maka dilihat kelompok umur

stimulasi 9-12 bulan atau yang lebih muda (bukan

kelompok umur stimulasi 12-15 bulan.

- Ajari orang tua cara melakukan intervensi sesuai

dengan masalah/penyimpangan yang ditemukan pada

Page 47: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...

53

anak tersebut. Misalnya, anak mempunyai

penyimpangan motorik kasar, maka yang diintervensi

adalah motorik kasarnya.

- Beri petunjuk pada orang tua dan keluarga untuk

mengintervensi anak sesering mungkin, penuh

kesabaran dan kasih sayang, bervariasi dan sambil

bermain dengan anak agar ia tidak bosan.

- Intervensi pada anak dilakukan secara intensif setiap

hari sekitar 3-4 jam, selama 2 minggu. Bila anak

terlihat senang dan tidak bosan, waktu intervensi

dapat ditambah. Bila anak menolak atau rewel,

intervensi dihentikan dahulu, dilanjutkan apabila anak

sudah dapat diintervensi lagi.

- Minta orang tua atau keluarga datang kembali/control

2 minggu kemudian untuk dilakukan evaluasi hasil

intervensi dan melihat apakah ada

kemajuan/perkembangan atau tidak. Evaluasi

dilakukan dengan menggunakan KPSP yang sesuai

dengan umur skrining yang terdekat.

Bila seorang anak mempunyai masalah/penyimpangan

perkembangan, sedangkan umur anak saat itu bukan pada

jadwal umur skrining, maka lakukan intervensi

Page 48: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...

54

perkembangan sesuai dengan masalah yang ada sebagai

berikut :

- Misalnya anak umur 19 bulan belum bisa menyebut

ayah ibunya dengan panggilan seperti “papa” “mama”

artinya ada penyimpangan kemampuan bahasa dan

bicara. Lihat kelompok umur stimulasi yang lebih

muda , pilih kotak “Kemampuan Bicara dan Bahasa”

yang memuat cara melatih anak supaya bisa

menyebut kata “papa” “mama”, yaitu pada kelompok

umur stimulasi 3-6 bulan.

- Sedangkan intervensi berupa stimulasi untuk

kelompok umur yang lebih muda pada contoh di atas,

stimulasi untuk kelompok umur 15-18 bulan tetap

diberikan.

- Ajari orang tua cara melakukan intervensi

perkembangan anak sebagaimana yang dianjurkan

pada kotak stimulasi tersebut.

- Beri petunjuk pada orang tua dan keluarga untuk

mengintervensi anak sesering mungkin, penuh

kesabaran dan kasih sayang, bervariasi dan sambil

bermain dengan anak agar ia tidak bosan.

- Intervensi pada anak dilakukan secara intensif setiap

hari sekitar 3-4 jam, selama 2 minggu. Bila anak

Page 49: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...

55

terlihat senang dan tidak bosan, waktu intervensi

dapat ditambah. Bila anak menolak atau rewel,

intervensi dihentikan dahulu, dilanjutkan apabila anak

sudah dapat diintervensi lagi.

- Minta orang tua atau keluarga datang kembali/kontrol

2 minggu kemudian untuk dilakukan evaluasi hasil

intervensi dan melihat apakah ada

kemajuan/perkembangan atau tidak. Evaluasi

dilakukan dengan menggunakan KPSP yang sesuai

dengan umur skrining yang terdekat.

2.2.5.2 Evaluasi Intervensi Perkembangan

Setelah orang tua dan keluarga melakukan tindakan intervensi

perkembangan secara intesif di rumah selama 2 minggu, maka

anak perlu dievaluasi apakah ada kemajuan/perkembangan atau

tidak. Cara melakukan evaluasi hasil intervensi perkembangan

adalah :

Apabila umur anak sesuai dengan jadwal umur skrining

(umur 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 30, 36, 42, 48, 54, 60, 66,

dan 72 bulan), maka lakukan evaluasi hasil intervensi

dengan menggunakan formulir KPSP sesuai dengan umur

anak).

Apabila umur anak tidak sesuai dengan jadwal umur

skrining (umur 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 30, 36, 42, 48,

Page 50: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...

56

54, 60, 66, dan 72 bulan), maka lakukan evaluasi hasil

intervensi dengan menggunakan formulir KPSP untuk

umur yang lebih muda, paling dekat dengan umur anak.

Bila hasil evaluasi intervensi ada kemajuan artinya

jawaban “YA” 9 atau 10, artinya perkembangan anak

sesuai dengan umur tersebut, lanjutkan dengan skrining

perkembangan sesuai dengan umurnya sekarang.

Bila hasil evaluasi intervensi jawaban “YA” tetap 7 atau 8,

kerjakan langkah-langkah berikut :

- Teliti kembali apakah ada masalah dengan :

1. Intensitas intervensi perkembangan yang

dilakukan di rumah.

2. Ketepatan jenis kemampuan perkembangan

anak yang diintervensi.

3. Cara pemberian intervensi apakah sudah sesuai

dengan petunjuk/nasihat tenaga kesehatan/kader

kesehatan atau belum.

4. Lakukan pemeriksaan fisik secara teliti, apakah

ada masalah terkait gizi anak, penyakit pada

anak, atau kelainan organ-organ terkait.

- Bila ditemukan salah satu atau lebih masalah di atas :

1. Bila aa masalah gizi atau anak sakit, tangani

kasus tersebut sesuai pedoman/standar

Page 51: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...

57

tatalaksana kasus yang ada di tingkat pelayanan

dasar seperti Manajemen Terpadu Balita Sakit

(MTBS), tatalaksana gzi buruk, dan sebagainya.

2. Bila intervensi dilakukan tidak intensif, kurang

tepat, atau tidak sesuai dengan petunjuk/nasihat

tenaga kesehatan/kader kesehatan, sekali lagi

ajari orang tua dan keluarga cara melakukan

intervensi perkembangan yang intensif, tepat,

dan benar. Bila perlu damping orang tua/keluarga

ketika melakukan intervensi pada anaknya.

- Kemudian lakukan evaluasi hasil intervensi yang ke-2

dengan cara yang sama, jika :

1. Bila kemampuan perkembangan anak ada

kemajuan, berilah pujian kepada orang tua dan

anak. Anjurkan orang tua dan keluarga untuk

terus melakukan intervensi di rumah dan kontrol

kembali pada jadwal umur skrining berikutnya.

2. Bila kemampuan perkembangan tidak ada

kemajuan berarti ada penyimpangan

perkembangan anak (P), dan anak perlu segera

dirujuk ke rumah sakit yang memiliki tenaga

dokter spesialis anak, kesehatan jiwa, rehabilitasi

Page 52: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...

58

medik, psikolog, dan ahli terapi (fisioterapis,

terapis bicara, dan sebagainya).

2.2.5.3 Rujukan Dini Penyimpangan Perkembangan Anak

Rujukan diperlukan jika masalah penyimpangan

perkembangan anak tidak dapat ditangani meskipun sudah

dilakukan tindakan intervensi dini. Rujukan penyimpangan tumbuh

kembang anak dilakukan secara berjenjang, sebagai berikut :

Tingkat keluarga dan masyarakat

Keluarga dan masyarakat (orang tua, anggota

keluarga lainnya, dan kader kesehatan) dianjurkan untuk

membawa anaknya ke tenaga kesehatan di Puskesmas

dan jaringan atau Rumah Sakit. Orang tua/keluarga perlu

diingat agar membawa catatan pemantauan tumbuh

kembang yang ada di dalam buku KIA.

Tingkat puskesmas dan jaringannya

- Pada rujukan dini, bidan dan perawat di Posyandu,

Polindes, Pustu termasuk Puskeling, melakukan

tindakan intervensi dini penyimpangan tumbuh

kembang sesuai standar pelayanan yang terdapat

pada buku pedoman.

- Bila kasus penyimpangan tersebut ternyata

memerlukan penanganan lanjut, maka dilakukan

Page 53: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...

59

rujukan ke tim medis di Puskesmas (dokter, bidan,

perawat, nutrisionis, dan tenaga kesehatan lainnya).

Tingkat rumah sakit rujukan

Bila kasus penyimpangan tersebut tidak dapat

ditangan di tingkat puskesmas atau memerlukan tindakan

yang khusus maka perlu dirujuk ke rumah sakit kabupaten

(tingkat rujukan primer) yang mempunyai fasilitas klinik

tumbuh kembang anak dengan dokter spesialis anak, ahli

gizi serta laboratorium/pemeriksaan penunjang diagnostik.

Rumah sakit provinsi sebagai tempat rujukan sekunder

diharapkan memiliki klinik tumbuh kembang anak yang

didukung oleh tim dokter spesialis anak, kesehatan jiwa,

kesehatan mata, THT, rehabilitasi medic, ahli terapi

(fisioterapis, terapis bicara, dan sebagainya), ahli gizi dan

psikolog.

2.3 Self-Efficacy

2.3.1 Definisi Self-Efficacy

Self-Efficacy merupakan gagasan kunci dari teori social kognitif

(social cognitive theory) yang dikembangan oleh Albert Bandura. Bandura

(1997) mendefinisikan efikasi diri sebagai keyakinan individu akan

kemampuannya untuk mengatur dan melakukan tugas-tugas tertentu yang

dibutuhkan untuk mendapatkan hasil sesuai yang diharapkan. Self-

Page 54: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...

60

Efficacy membantu seseorang dalam menentukan pilihan, usaha untuk

maju, serta kegigihan dan ketekunan dalam mempertahankan tugas-tugas

yang mencakup kehidupan mereka.

Woolfolk (2004) menambahkan bahwa self-efficacy adalah sebuah

penilaian spesifik yang berkaitan dengan konteks mengenai kompetensi

untuk mengerjakan sebuah tugas spesifik. Woolfolk (2004) juga

menyebutkan bahwa self-efficacy adalah kepercayaan mengenai

kompetensi personal dalam sebuah situasi khusus.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa self-

efficacy adalah penilaian seseorang tentang kemampuan dirinya terhadap

keterampilan yang dimilikinya dan berusaha untuk mencapai tujuannya

dengan baik. Penilaian atau perasaan itu berkaitan dengan kompetensi

dan efektifitas.

2.3.2 Fungsi Self-Efficacy

Keyakinan seseorang mengenai kemampuan diri berfungsi sebagai

suatu determinan bagaimana individu tersebut berperilaku, berpola pikir,

dan bereaksi emosional terhadap situasi-situasi yang sedang dialami.

Keyakinan diri juga memberikan kontribusi terhadap kualitas dari fungsi

psikososial seseorang (Bandura, 1997).

Bandura (1997) menjelaskan bahwa fungsi dan berbagai dampak dari

penilaian self-efficacy antara lain sebagai berikut:

Page 55: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...

61

2.3.2.1 Perilaku Memilih

Dalam kehidupan sehari-hari, individu seringkali dihadapkan

dengan pengambilan keputusan, meliputi pemilihan tindakan dan

lingkungan social yang ditentukan dari penilaian efficacy individu.

Seseorang cenderung untuk menghindar dari tugas dan situasi

yang diyakini melampaui kemampuan diri mereka, dan sebaliknya

mereka akan mengerjakan tugas-tugas yang dinilai mampu untuk

mereka lakukan. Self-efficacy yang tinggi akan dapat memacu

keterlibatan aktif dalam suatu kegiatan atau tugas yang kemudian

akan meningkatkan kompetensi seseorang. Sebaliknya, self-

efficacy yang rendah dapat mendorong seseorang untuk menarik

diri dari lingkungan dan kegiatan sehingga dapat menghambat

perkembangan potensi yang dimilikinya.

2.3.2.2 Usaha yang Dilakukan dan Daya Tahan

Penilaian terhadap self-efficacy juga menentukan seberapa

besar usaha yang akan dilakukan seseorang dan seberapa lama

ia akan bertahan dalam menghadapi hambatan atau pengalaman

yang tidak menyenangkan. Semakin tinggi self-efficacy

seseorang, maka akan semakin besar dan gigih pula usaha yang

dilakukan. Ketika dihadapkan dengan kesulitan, individu yang

memiliki self-efficacy tinggi akan mengeluarkan usaha yang besar

untuk mengatasi tantangan tersebut. Sedangkan orang yang

Page 56: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...

62

meragukan kemampuannya akan mengurangi usahanya atau

bahkan menyerah sama sekali.

2.3.2.3 Pola Berpikir dan Reaksi Emosi

Penilaian mengenai kemampuan seseorang juga

mempengaruhi pola berpikir dan reaksi emosionalnya selama

interaksi actual dan terantisipasi dengan lingkungan. Individu yang

menilai dirinya memiliki self-efficacy rendah, merasa tidak mampu

dalam mengatasi masalah atau tuntutan lingkungan, hanya akan

terpaku pada kekurangannya sendiri dan berpikir kesulitan yang

mungkin timbul lebih berat dari kenyataannya. Sebaliknya,

individu yang memiliki self-efficacy yang tinggi akan lebih

memusatkan perhatian dan mengeluarkan usaha yang lebih besar

terhadap situasi yang dihadapinya, dan setiap hambatan yang

muncul akan mendorongnya untuk berusaha lebih keras lagi.

Self-efficacy juga dapat membentuk pola berpikir kausal.

Dalam mengatasi persoalan yang sulit, individu yang memiliki self-

efficacy tinggi akan menganggap kegagalan terjadi karena

kurangnya usaha yang dilakukan, sedang yang memiliki self-

efficacy rendah lebih menganggap kegagalan disebabkan

kurangnya kemampuan yang ia miliki.

2.3.2.4 Perwujudan dari Keterampilan yang Ia Miliki

Seseorang yang memandang dirinya sebagai orang yang self-

efficacy nya tinggi akan membentuk tantangan-tantangan trhadap

Page 57: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...

63

dirinya sendiri yang menunjukkan minat dan keterlibatan dalam

suatu kegiatan. Individu yang memiliki self-efficacy rendah

biasanya akan menghindari tugas yang sulit, sedikit usaha yang

dilakukan dan mudah menyerah menghadapi kesulitan,

mengurangi perhatian terhadap tugas tingkat aspirasi rendah, dan

mudah mengalami stress dalam situasi yang menekan.

2.3.3 Dimensi Self-Efficacy

Bandura mengemukakan bahwa ada 3 macam dimensi self-efficacy

yaitu magnitude, strength, dan generally :

2.3.3.1 Magnitude

Dimensi magnitude berfokus pada tingkat kesulitan tugas

yang diyakini seseorang dapat diselesaikannya. Individu dengan

magnitude self-efficacy yang tinggi, akan mampu menyelesaikan

tugas yang sulit. Sedangkan individu dengan magnitude self-

efficacy yang rendah, akan menilai dirinya hanya mampu

melaksanakan perilaku yang mudah dan sederhana (Bandura,

1997). Semakin tinggi magnitude self-efficacy yang dimiliki maka

akan mudah usaha yang terkait dapat dilakukan.

2.3.3.2 Generality

Dimensi ini berkaitan dengan penguasaan individu terhadap

bidang atau tugas pekerjaan. Individu dapat menyatakan dirinya

memiliki self-efficacy pada aktivitas yang luas, atau terbatas pada

fungsi domain tertentu saja. Individu dengan self-efficacy yang

Page 58: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...

64

tinggi akan mampu menguasai beberapa bidang sekaligus untuk

menyelesaikan suatu tugas. Individu yang memiliki self-efficacy

yang rendah hanya menguasai sedikit bidang yang diperlukan

dalam menyelesaikan suatu tugas (Bandura, 1997).

2.3.3.3 Strength

Dimensi strength berfokus pada kekuatan atau keyakinan

dalam melakukan sebuah usaha. Strength self-efficacy

menunjukkan bahwa tindakan yang dilakukan individu akan

memberikan hasil yang sesuai dengan yang diharapkan individu.

Strength self-efficacy menjadi dasar dirinya melakukan usaha

yang keras, bahkan ketika menemui hambatan sekalipun

(Bandura, 1997).

2.3.4 Sumber-Sumber yang Mempengaruhi Self-Efficacy

Menurut Bandura (1997) ada sumber informasi utama yang

mempengaruhi self-efficacy yang dapat diperoleh dari 4 prinsip sumber

informasi yaitu :

2.3.4.1 Pencapaian Kerja (Performance Accomplishment)

Hasil yang didapatkan secara nyata merupakan sumber

penting tentang informasi self-efficacy karena didasari oleh

pengalaman otentik yang telah dikuasai. Keberhasilan yang

diperoleh akan membawa seseorang pada tingkat self-efficacy

yang lebih tinggi, sedang kegagalan akan merendahkan self-

efficacy, terutama jika kegagalan tersebut terjadi pada awal

Page 59: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...

65

pengerjaan tugas dan bukan disebabkan oleh kurangnya usaha

atau juga karena hambatan dari factor eksternal. Besarnya nilai

yang diberikan dari pengalaman baru tergantung pada sifat dan

kekuatan dari persepsi diri yang ada sebelumnya.

2.3.4.2 Pengalaman Orang Lain (Vicarious Experience)

Self-efficacy dapat juga dipengaruhi karena pengalaman dari

orang lain. Individu yang melihat atau mengamati orang lain yang

mencapai keberhasilan dapat menimbulkan persepsi self-efficacy-

nya. Dengan menlihat keberhasilan orang lain, individu dapat

meyakinkan dirinya bahwa ia juga bisa untuk mencapai hal yang

sama dengan orang yang dia amati. Ia juga meyakinan dirinya

bahwa jika orang lain bisa melakukannya, ia juga harus dapat

melakukannya.

Ada suatu kondisi dimana penilaian terhadap self-efficacy

khususnya sensitif pada informasi dari orang lain. Pertama adalah

ketidakpastian mengenai kemampuan yang dimiliki individu. Self-

efficacy dapat diubah melalui pengaruh modelling yang relevan

ketika seseoang memliki sedikit pengalaman sebagai dasar

penilaian kemampuannya. Karena pengetahuan yang dimiliki

tentang kemampuan diri sendiri sangat terbatas, maka individu

tersebut lebih bergantung pada indikator yang dicontohkan

(Bandura, 1997). Kedua adalah penilaian self-efficacy selalu

Page 60: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...

66

berdasarkan kriteria dimana kemampuan dievaluasi (Bandura,

1997).

2.3.4.3 Persuasi Verbal (Social Persuasion)

Persuasi verbal digunakan untuk memberikan keyakinan

kepada seseorang bahwa ia memiliki suatu kemampuan yang

memadai untuk mencapai apa yang diinginkan. Seseorang yang

berhasil diyakinkan secara verbal akan menunjukkan suatu usaha

yang lebih keras jika dibandingkan dengan individu yang memiliki

keraguan dan hanya memikirkan kekurangan diri ketika

menghadapi suatu kesulitan.

2.3.4.4 Keadaan dan Reaksi Fisiologis (Physiological State and

Emotional Status)

Seseorang menjadikan keadaan fisiologisnya sebagai sumber

informasi untuk memberikan penilaian terhadap kemampuan

dirinya. Dalam kegiatan yang membutuhkan kekuatan dan

stamina tubuh, seseorang merasa bahwa keletihan dan rasa sakit

yang dia alami merupakan tanda-tanda kelemahan fisik, dan hal

ini menurunkan keyakinan akan kemampuan fisiknya.

2.3.5 Proses Pembentukan Self-Efficacy

Menurut Bandura (1997), self-efficacy terbentuk melalui 4 proses,

yaitu kognitif, motivasional, afektif, dan seleksi yang berlangsung

sepanjang kehidupan.

Page 61: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...

67

2.3.5.1 Proses Kognitif

Keyakinan self-efficacy terbentuk melalui proses kognitif,

misalnya melalui perilaku manusia dan tujuan. Penentuan tujuan

dipengaruhi oleh penilaian atas kemampuan diri sendiri. Semakin

kuat self-efficacy seseorang maka semakin tinggi seseorang

untuk berkomitmen demi mencapai tujuan yang telah

ditentukannya. Beberapa tindakan pada awalnya diatur dalam

bentuk pikiran. Keyakinan tentang keberhasilan akan membentuk

sebuah skenario dimana seseorang akan berusaha dan berlatih

untuk mewujudkan keyakinannya. Mereka yang mempunyai self-

efficacy yang tinggi akan menvisualisasikan skenario

keberhasilannya sebagai panduan positif dalam mencapai tujuan,

sedangan orang yang meragukan keberhasilannya akan

menvisualisasikan scenario kegagalan dan banyak melakukan

kesalahan. Fungsi utama dari pemikiran adalah untuk

memungkinkan seseorang memprediksi kejadian dan

mengembangkan cara untuk mengendalikan hidupnya.

2.3.5.2 Proses Motivasional

Tingkat motivasi seseorang tercermin pada seberapa banyak

upaya yang dilakukan dan seberapa lama bertahan dalam

menghadapi hambatan. Semakin kuat keyakinan akan

kemampuan seseorang maka akan lebih besar upaya yang

dilakukannya. Keyakinan dalam proses berfikir sangat penting

Page 62: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...

68

bagi pembentukan motivasi, karena sebagian besar motivasi

dihasilkan melalui proses berfikir. Mereka mengantisipasi tindakan

dengan mentapkan tujuan dan rencana program untuk mencapai

tujuannya.

2.3.5.3 Proses Afektif

Keyakinan seseorang tentang seberapa kuat mengatasi stress

dan depresi melalui berbagai yang dialaminya akan sangat

berpengaruh pada motivasi seseorang. Self-efficacy dapat

mengendalikan depresi yaitu dengan mengontrol stress.

Seseorang yang dapat mengontrol depresi maka pikirannya tidak

akan terganggu. Tetapi bagi orang-orang yang tidak bisa

mengontrol berbagai ancaman maka akan mengalami kecemasan

yang tinggi. Kecemasan tidak hanya dipengaruhi oleh koping

mekanisme seseorang tetapi juga dipengaruhi oleh kemampuan

untuk mengendalikan pemikiran yang mengganggu.

2.3.5.4 Proses Seleksi

Tujuan akhir dari proses self-efficacy adalah untuk

membentuk lingkungan yang menguntungkan dan dapat

dipertahankannya. Sebagian besar orang adalah produk dari

lingkungan. Oleh karena itu keyakinan self-efficacy dipengaruhi

dari tipe aktivitas dan lingkungan yang dipilihnya. Seseorang akan

menghindari sebuah aktivitas dan lingkungan bila orang tersebut

merasa tidak mampu untuk melakukannya. Tetapi mereka akan

Page 63: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...

69

siap dengan berbagai tantangan dan situasi yang dipilihnya bila

mereka menilai dirinya mampu untuk melakukannya.

2.3.6 Faktor yang Berhubungan dengan Self-Efficacy

Ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap self-efficacy, yaitu :

2.3.6.1 Jenis Kelamin

Pada beberapa bidang pekerjaan tertentu, pria memiliki self-

efficacy yang lebih tinggi dibandingkan dengan wanita. Begitu

juga sebaliknya self-efficacy wanita unggul dalam beberapa

pekerjaan dibandingkan dengan pria. Hasil penelitian Ariani

(2011) menyebutkan bahwa laki-laki memiliki efikasi diri yang

lebih tinggi daripada perempuan.

2.3.6.2 Usia

Self-efficacy terbentuk melalui proses belajar social yang

dapat berlangsung selama kehidupan. Menurut Ariani (2011)

bahwa usia 40-60 tahun disebut juga tahap keberhasilan, yaitu

waktu untuk pengaruh maksimal, membimbing diri sendiri serta

menilai diri sendiri, sehingga seseorang memiliki efikasi diri yang

baik.

2.3.6.3 Tingkat pendidikan

Self-efficacy terbentuk melalui proses belajar yang dapat

diterima individu pada tingkat pendidikan formal. Ariani (2011)

mengatakan bahwa seseorang dengan pendidikan yang lebih

tinggi dilaporkan memiliki efikasi diri yang baik.

Page 64: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...

70

2.3.6.4 Pekerjaan

Semakin lama seseorang bekerja maka semakin tinggi self-

efficacy yang dimilikinya dalam bidang pekerjaan tertentu. Namun

tidak menutup kemungkinan self-efficacy orang tersebut justru

cenderung tetap atau menurun. Hal ini tergantung bagaimana

individu menghadapi keberhasilan dan kegagalan yang dialami

selama melakukan pekerjaan. Ariani (2011) mengungkapkan

bahwa pekerjaan secara signifikan sebagai prediktor efikasi diri

secara umum atau dengan kata lain seseorang yang bekerja

memiliki kepercayaan diri yang lebih tinggi untuk mengatasi

masalahnya.

2.3.6.5 Status Pernikahan

Menurut Ariani (2011), orang yang menikah akan mempunyai

penyesuaian psiklogis yang baik.

2.4 Pelatihan

2.4.1 Definisi Pelatihan

Menurut Santoso (2010) pelatihan adalah suatu proses pembelajaran

yang lebih menekankan praktek dari pada teori yang dilakukan seseorang

atau kelompok dengan menggunakan pendekatan berbagai pembelajaran

dan betujuan meningkatkan kemampuan dalam satu atau beberapa jenis

keterampilan tertentu. Pelatihan adalah proses menjadikan seseorang

atau kelompok menjadi lebih baik dari kondisi sebelumnya.

Page 65: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...

71

2.4.2 Tujuan Pelatihan

Menurut Santoso (2010) tujuan pelatihan yaitu :

Supaya peserta pelatihan baik seseorang atau kelompok dapat

menguasai pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang dilatihkan

dalam program sehingga dapat diaplikasikan baik untuk jangka waktu

pendek maupun jangka waktu panjang.

Pelatihan merupakan suatu penyataan tentang pengetahuan,

keterampilan dan sikap/perilaku yang diharapkan dapat dicapai atau

dikuasai oleh peserta pelatihan ketika pelatihan telah selesai.

2.4.3 Jenis Pelatihan

Menurut Santoso (2010) dari segi materi, pelatihan dapat digolongkan

menjadi 2 jenis, yaitu :

2.4.3.1 Pelatihan wacana (knowledge based training)

Sebuah pelatihan mengenai sebuah wacana baru yang harus

disosialisasikan kepada peserta pelatihan dengan tujuan wacana

baru tersebut dapat meningkatkan pencapaian tujuan seseorang,

kelompok, organisasi atau lembaga.

2.4.3.2 Pelatihan keterampilan (skill based training)

Sebuah pelatihan mengenai pengenalan atau pendalaman

keterampilan seseorang, kelompok, organisasi atau lembaga baik

secara teknis (hard skill) maupun bersifat non teknis yang lebih

bersifat pada perkembangan pribadi (soft skill).

Page 66: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...

72

Hard skill

Hard skill bersifat teknis, sehingga cukup mudah untuk

dipelajari berdasarkan panduan, dan mudah diukur hasil

pelaksanaannya. Pengukuran bersifat kuantitatif untuk

dapat melihat hasil pelatihan.

Soft skill

Soft skill cukup sulit diukur karena parameter

pengukurnya tidak sebaku pengukuran hard skill.

Pengukuran bersifat kualitatif untuk melihat pemahaman

peserta pelatihan.

2.4.4 Ciri Pelatihan dan Pergeseran Paradigma Pelatihan

Ciri pelatihan menurut Santoso (2010) antara lain :

Menginginkan terjadinya perubahan dan peningkatan kemampuan,

lebih mengacu pada aspek psikomotori untuk melakukan sesuatu.

Materi yang disajikan hanya mengacu pada satu aspek kompetensi

tertentu yang ingin dicapai (khusus).

Hanya untuk jangka waktu tertentu pada kondisi tertentu, masanya

relatif pendek.

Mengembangkan pemahaman, pengetahuan, dan keterampilan.

Prosesnya mempelajari dan mempraktekkan dengan menuruti

prosedur sehingga menjadi kebiasaan.

Diberikan secara instruksional baik in-door maupun out-door.

Page 67: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...

73

Pergeseran paradigma pelatihan dari training menjadi learning menurut

Santoso (2010), meliputi :

2.4.4.1 Paradigma training

Paradigma training yaitu pelatihan yang berorientasi pada pelatih

(trainer’s oriented), sehingga memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

Keberadaan trainer lebih penting daripada peserta

Trainer mempunyai kekuasaan atas berlangsungnya

proses

Peserta pasif (mendengarkan, mencatat, dan bertanya

untuk klarifikasi)

Metode yang digunakan lebih banyak ceramah.

2.4.4.2 Paradigma learning

Paradigma learning yaitu pelatihan yang berorientasi pada

peserta (learner’s oriented), sehingga memiliki ciri-ciri sebagai

berikut :

Keterlibatan penuh dari peserta pelatihan

Memberikan kebebasan kepada peserta

Kerjasama murni

Variasi dan keragaman dalam metode belajar

Motivasi internal

Adanya kegembiraan dan kesenangan dalam proses

pelatihan

Page 68: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...

74

Integrasi pembelajaran yang lebih menyeluruh dalam

proses pelatihan