BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Semen Ionomer Kacarepository.ub.ac.id/11547/3/BAB II.pdf · kimiawi...

13
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Semen Ionomer Kaca Material Semen Ionomer Kaca telah dikembangkan sejak awal tahun 1970 oleh Alan Wilson dan Kent di Inggris dengan kombinasi semen silikat dan semen polycarboxylate (Mc Cabe and Walls, 2009). SIK digunakan sebagai bahan restorasi karena perlekatan adhesinya yang baik dengan struktur gigi dan potensinya mencegah karies. SIK juga digunakan untuk luting agent, liners dan basis core build-up, semen ortodontik, dan fissure sealent (Anusavice, 2003). 2.1.1. Komposisi Semen Ionomer Kaca membutuhkan pencampuran dari bubuk dan cairan dalam penggunaannya. SIK pada dasarnya memiliki komponen penting yakni polycarboxylic acid, fluoroaminosilicate (FAS) glass, air dan asam tartarik. Bubuk SIK adalah calsium fluoroaminosilicate glass atau semen silikat yang larut dalam cairan asam. Kandungan bubuk SIK terdiri dari silica (SiO2), alumina (Al2O3), aluminium fluoride (AlF3), calsium fluoride (CaF2), natrium fluoride (NaF) dan aluminium phosphate (AlPO4). Ukuran partikel bubuk SIK berkisar 15-50 μm, untuk bahan tumpat memiliki ukuran partikel maksimal 50 μm dan untuk bahan perekat atau pelapis dibawah 20 μm. Kandungan cairan SIK adalah larutan 47,5% polyacrilic acid/itaconic acid polymer dalam air. Itaconic acid mengurangi viskositas cairan dan menghambat pembentukan gel yang disebabkan oleh ikatan hidrogen antar molekul, asam tartarik dalam cairan berfungsi sebagai akselerator dengan memfasilitasi ekstraksi ion dari FAS glass. Lanthanum,

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Semen Ionomer Kacarepository.ub.ac.id/11547/3/BAB II.pdf · kimiawi...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Semen Ionomer Kacarepository.ub.ac.id/11547/3/BAB II.pdf · kimiawi berikatan dengan enamel. dentin, dan restorasi porselen (Craig, 2004). 2. Tipe II

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Semen Ionomer Kaca

Material Semen Ionomer Kaca telah dikembangkan sejak awal tahun

1970 oleh Alan Wilson dan Kent di Inggris dengan kombinasi semen silikat dan

semen polycarboxylate (Mc Cabe and Walls, 2009). SIK digunakan sebagai

bahan restorasi karena perlekatan adhesinya yang baik dengan struktur gigi dan

potensinya mencegah karies. SIK juga digunakan untuk luting agent, liners dan

basis core build-up, semen ortodontik, dan fissure sealent (Anusavice, 2003).

2.1.1. Komposisi

Semen Ionomer Kaca membutuhkan pencampuran dari bubuk dan

cairan dalam penggunaannya. SIK pada dasarnya memiliki komponen penting

yakni polycarboxylic acid, fluoroaminosilicate (FAS) glass, air dan asam tartarik.

Bubuk SIK adalah calsium fluoroaminosilicate glass atau semen silikat yang larut

dalam cairan asam. Kandungan bubuk SIK terdiri dari silica (SiO2), alumina

(Al2O3), aluminium fluoride (AlF3), calsium fluoride (CaF2), natrium fluoride (NaF)

dan aluminium phosphate (AlPO4). Ukuran partikel bubuk SIK berkisar 15-50 µm,

untuk bahan tumpat memiliki ukuran partikel maksimal 50 µm dan untuk bahan

perekat atau pelapis dibawah 20 µm. Kandungan cairan SIK adalah larutan

47,5% polyacrilic acid/itaconic acid polymer dalam air. Itaconic acid mengurangi

viskositas cairan dan menghambat pembentukan gel yang disebabkan oleh

ikatan hidrogen antar molekul, asam tartarik dalam cairan berfungsi sebagai

akselerator dengan memfasilitasi ekstraksi ion dari FAS glass. Lanthanum,

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Semen Ionomer Kacarepository.ub.ac.id/11547/3/BAB II.pdf · kimiawi berikatan dengan enamel. dentin, dan restorasi porselen (Craig, 2004). 2. Tipe II

7

Strontium, Barium glass atau Zinc Oxide ditambahkan ke bubuk SIK untuk

memberikan radiopasitas (Anusavice, 2003).

2.1.2. Reaksi Pengerasan

Reaksi pengerasan SIK konvensional melalui reaksi asam basa yang

dimulai saat asam poliakrilat bertemu dengan kation yang dilepaskan dari

permukaan alumino silicate glass (Sakaguchi and Powers, 2012).

SIK mengalami 3 fase reaksi pengerasan yang berbeda dan saling

tumpang tindih. Fase pertama adalah Ion-Leaching Phase yang terjadi segera

setelah pencampuran bubuk dan cairan. Pada saat ini, asam perlahan

mendegradasi lapisan terluar dari partikel kaca sehingga ion Ca2+ dan Al3+

terlepas. Ion Ca2+ dilepaskan lebih cepat dan berikatan dengan polyacid dan Al3+

dilepaskan lebih lambat dan dilibatkan dalam proses pengerasan di tahap

selanjutnya. Ca2+ dan Al3+ akan bereaksi dengan ion F membentuk CaF2, AlF3.

Dengan meningkatnya derajat keasaman ikatan CaF2 menjadi tidak stabil dan

terbentuklah ikatan kopolimer akrilik untuk membentuk sebuah senyawa

kompleks yang lebih stabil. Saat memasuki fase awal campuran SIK akan

tampak mengkilap namun pada akhir fase ini kilap akan berkurang (Albers,

2002).

Fase yang kedua merupakan Fase Hydrogel, dimulai 5-10 menit setelah

mixing. Ion Ca2+ dan Al3+ yang terlepas membentuk suatu poliagram yaitu gugus

karboksil. Gugus karboksil yang bermuatan negatif bereaksi dengan asam

poliakrilat yang bermuatan positif sehingga terbentuk ikatan silang. Hal tersebut

menyebabkan mobilitas rantai polimer berkurang sehingga terbentuknya gelasi

awal matriks ionomer. Pada fase ini asam tartarik bekerja menghilangkan ion

Ca2+ dan Al3+ pada glass yaitu polyacrilic copolymer yang menjembatani celah

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Semen Ionomer Kacarepository.ub.ac.id/11547/3/BAB II.pdf · kimiawi berikatan dengan enamel. dentin, dan restorasi porselen (Craig, 2004). 2. Tipe II

8

antara ion tidak tereaksi untuk membantu pertukaran ion dan menstabilkan gelasi

matriks. Selama fase ini, bahan tumpatan harus dilindungi dari lingkungan yang

lembab dan kering karena gelasi tersebut akan terus mengalami pengerasan dan

pematangan. Jika tidak dilindungi, maka ikatan silang ionik yang mudah larut

akan melemahkan SIK dan terjadi penurunan tingkat translusensi sehingga

mempengaruhi estetika (Albers, 2002).

Fase terakhir adalah Fase Polysalt, dimana material SIK mencapai

tahap akhir dan dapat berlanjut sampai beberapa bulan. Proses pengerasan ini

didasari oleh hidrogel kalsium, aluminium, dan fluoroaluminium poliakrilat yang

menyebabkan partikel kaca tidak bereaksi dan dilapisi oleh lapisan ikatan lemah

hidrogel silika. Matriks akan matang saat ion AlF3, yang pelepasannya dari

permukaan lebih lambat, membantu membentuk hidrogel poliagram yang

menyebkan semen menjadi lebih kaku dan menyerupai gigi (Albers, 2002).

Gambar 2.1. Proses Pengerasan Semen Ionomer Kaca (Albers, 2002)

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Semen Ionomer Kacarepository.ub.ac.id/11547/3/BAB II.pdf · kimiawi berikatan dengan enamel. dentin, dan restorasi porselen (Craig, 2004). 2. Tipe II

9

2.1.3. Klasifikasi

SIK digunakan untuk restorasi estetika pada gigi anterior, dan

direkomendasikan untuk penggunaan pada restorasi gigi kavitas kelas III dan V

(Klasifikasi Black). Kekuatan tekan SIK terhadap dentin lebih rendah daripada

resin komposit, tetapi studi klinis telah menunjukkan retensi SIK pada area

servikal jauh lebih baik daripada komposit (Sakaguchi and Powers, 2012).

Berdasarkan kegunaanya, SIK dibagi menjadi 9 tipe:

1. Tipe I ― Luting

Digunakan untuk merekatkan mahkota, jembatan, dan veneer. Secara

kimiawi berikatan dengan enamel. dentin, dan restorasi porselen (Craig,

2004).

2. Tipe II ― Restorasi

Digunakan untuk tumpatan estetika. Kebanyakan bersifat radiolusen namun

memiliki reaksi pengerasan yang panjang sehingga dapat mengakibatkan

kontaminasi cairan (water-in, water-out) selama 24 jarn setelah

pengaplikasian. Namun dengan seiring berkembang teknologi, tipe ini diberi

tambahan strontium untuk meningkatkan viskositas sehingga memiliki

kekuatan kompresif yang lebih baik, digunakan pada tumpatan

membutuhkan pengerasan yang cepat dan sifat-sifat yang tinggi; untuk

tambalan posterior atau komponen inti.

3. Tipe III ― Liner dan Basis

SIK jenis ini digunakan sebagai liner pada teknik sandwich. Kemampuannya

dalam berikatan dengan dentin dan enamel serta melepas fluor dapat

meminimalisir terbentuknya karies sekunder dan merangsang pembentukan

dentin sekunder (Anusavice, 2003).

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Semen Ionomer Kacarepository.ub.ac.id/11547/3/BAB II.pdf · kimiawi berikatan dengan enamel. dentin, dan restorasi porselen (Craig, 2004). 2. Tipe II

10

4. Tipe IV ― Fissure Sealent

Konsistensi yang cair memungkinkan bahan mengalir ke pit dan fissure gigi

posterior yang sempit (Craig, 2004).

5. Tipe V ― Semen Ortodonti

SIK memiliki ikatan langsung ke jaringan gigi oleh interaksi ion Polyacrylate

dan kristal hidroksiapatit, dengan demikian dapat menghindari etsa asam

sehingga dapat digunakan sebagai semen bracket ortodonti (Craig, 2004).

6. Tipe VI ― Core Build Up

SIK jenis ini mengandung perak sehingga mampu meningkatkan sifat fisik

dan mekanisnya (Craig, 2004).

7. Tipe VII ― Fluoride Release

Kemampuan SIK konvensional dalam menghasilkan fluorida lima kali lebih

banyak daripada kompomer dan 21 kali lebih banyak dari resin komposit

dalam waktu 12 bulan (Craig, 2004).

8. Tipe VIII ― Atraumatic Restorative Treatment

ART adalah metode perawatan karies yang dikembangkan untuk digunakan di negara-

negara dimana tenaga dokter gigi dan fasilitas terbatas namun kebutuhan

untuk perawatan tinggi. Teknik ini menggunakan instrumen terbatas

untuk membuang jaringan karies. Ketika karies dibersihkan, rongga yang

tersisa direstorasi dengan menggunakan SIK (Craig, 2004).

9. Tipe IX ― Restorasi Gigi Sulung

Restorasi gigi susu berbeda dari restorasi di gigi permanen karena kekuatan

kunyah dan usia gigi. Kemampuan SIK untuk melepaskan fluor dan

membutuhkan preparasi yang minimal dapat dijadikan keuntungan dalam

merawat gigi pada anak-anak (Craig, 2004).

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Semen Ionomer Kacarepository.ub.ac.id/11547/3/BAB II.pdf · kimiawi berikatan dengan enamel. dentin, dan restorasi porselen (Craig, 2004). 2. Tipe II

11

2.1.4. Karakteristik

SIK memiliki kekuatan tekan yang lebih rendah dibandingkan bahan

restorasi lainnya, namun SIK tergolong memiliki kekuatan yang cukup untuk

menjadi bahan restorasi. SIK memerlukan waktu 6−8 menit dari awal proses

pencampuran untuk mencapai setting, namun untuk mencapai setting yang

tuntas, SIK memerlukan waktu 24 jam. Kekuatan tekan SIK adalah 160 - 180

MPa dan kekuatan tensile nya mencapai 12−15 MPa (1,700−2,100 psi)

(Sakaguchi and Powers, 2012).

SIK memiliki beragam karakteristik, baik yang menguntungkan maupun

merugikan. Kelebihan SIK dibandingkan dari bahan tumpatan lainnya adalah

memiliki kemampuan pelepasan fluorida baik (bakteriostatik, mencegah karies),

tidak mengalami shrinkage, biokompabilitas terhadap dentin baik, tidak

mengiritasi pulpa, dan melekat pada enamel dan dentin dengan baik (Albers,

2002). Sedangkan kekurangan yang dimiliki oleh SIK adalah memiliki kelarutan

yang tinggi (rapuh), sensitif terhadap air dan lingkungan yang lembab, dan

memiliki resistensi yang buruk terhadap asam (Albers, 2002).

Karakteristik SIK yang rentan terhadap erosi asam terjadi karena

terbentuknya garam anorganik dan inti kaca tidak tereaksi saat reaksi asam

basa. SIK yang terpajan lingkungan asam dapat mengalami perubahan bentuk

anatomis, permukaan menjadi kasar, melunak dan mudah pecah (Mc Cabe and

Walls, 2009). Bubuk SIK yang mengenai cairan SIK menyebabkan permukaan

kaca bereaksi dengan melepaskan kation (Ca2+ dan Al3+) dan ion F. Pertukaran

kation antar molekul polyacid menghasilkan matriks garam dan inti kaca yang

tidak tereaksi. Kondisi ini dapat diperburuk jika SIK yang baru mengeras,

direndam dalam larutan asam yang tinggi seperti minuman isotonik dan minuman

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Semen Ionomer Kacarepository.ub.ac.id/11547/3/BAB II.pdf · kimiawi berikatan dengan enamel. dentin, dan restorasi porselen (Craig, 2004). 2. Tipe II

12

teh. Proses erosi asam ini mengakibatkan kerusakan pada restorasi SIK (Mc

Cabe and Walls, 2009).

Menurut penelitian Fukazawa dalam Zaki (2012) disebutkan bahwa

selama perendaman dalam larutan yang asam, ion H+ pada larutan asam

berdifusi kedalam semen dan terjadi pelepasan ikatan ion-ion pada semen

tersebut kedalam larutan. Proses ini menyebabkan mobilitas rantai polimer

meningkat yang menyebabkan proses gelasi matriks ionomer menurun. Oleh

karena itu, proses terpaparnya permukaan semen oleh ion H+ dapat melemahkan

dan melunakkan SIK sehingga SIK mudah pecah.

Menurut penelitian oleh Gao dalam Yuliarti (2008) bahwa perendaman

material SIK konvensional dalam waktu yang lama dapat menyebabkan

terjadinya kelarutan partikel filler kaca yang dibuktikan dengan adanya endapan

gel silika pada larutan asam yang merupakan sisa dari material semen yang

direndam. Pernyataan tersebut dilengkapi oleh penelitian yang dilakukan oleh

Ghanim (2008) bahwa kelarutan material semen berpengaruh terhadap

perubahan dimensi semen, kehilangan retensi, perubahan warna, serta

berpengaruh terhadap sifat mekanik seperti kekuatan tekan dan kekerasan.

Gambar 2.2. Bubuk dan Cairan Semen Ionomer Kaca (Anusavice, 2003)

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Semen Ionomer Kacarepository.ub.ac.id/11547/3/BAB II.pdf · kimiawi berikatan dengan enamel. dentin, dan restorasi porselen (Craig, 2004). 2. Tipe II

13

Tahun 1990, bahan restorasi SIK konvensional dikembangkan menjadi

high viscous convetional glass ionomer cement atau SIK viskositas tinggi yang

didukung oleh WHO. Bahan ini berpolimerisasi dengan reaksi kimia konvensional

tetapi memiliki sifat yang sama bahkan melebihi resin modified GIC. Viskositas

tinggi diperoleh dari hasil penambahan asam poliakrilat, strontium dan lanthanum

pada bubuk dan distribusi partikelnya lebih halus. Viskositas tinggi berarti

mempunyai kekentalan yang tinggi dengan flow yang rendah sehingga SIK

memiliki kekuatan terhadap keausan yang lebih baik dan kekuatan kompresif

yang lebih tinggi. Dengan peningkatan kekuatan kompresif, maka SIK yang

awalnya kontraindikasi dengan restorasi posterior kelas I dan II dan restorasi

anterior kelas IV, dengan SIK viskositas tinggi jenis restorasi tersebut dapat

menjadi indikasi (Frankerberger et al., 2009).

2.2 Teh Hijau

Tanaman teh (Camelia sinensis) termasuk tanaman tropis yang tumbuh

baik pada daerah pegunungan. Kualitas teh dipengaruhi oleh teknik saat

pemrosesannya (Ho CT et al., 2009). Prinsipnya teh berasal dari satu jenis

tanaman, yang membuat teh menjadi beragam adalah cara pengolahannya.

Hasil pengolahan dari daun teh adalah teh hijau (tanpa fermentasi), teh oolong

(semi-fermentasi), dan teh hitam (dengan fermentasi). Ketiga jenis teh tersebut

memiliki karakteristik masing-masing, termasuk warna, aroma, rasa dan

penampilan (Astawan dan Andreas, 2008).

Teh hijau adalah jenis teh yang dalam pengolahannya tidak melalui

proses fermentasi. Daun teh hijau segar dipetik lalu dilakukan proses pelayuan

dengan metode penguapan secara cepat untuk menonaktifkan enzim polifenol

oksidase. Enzim polifenol oksidase merupakan sumber enzim didalam daun teh

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Semen Ionomer Kacarepository.ub.ac.id/11547/3/BAB II.pdf · kimiawi berikatan dengan enamel. dentin, dan restorasi porselen (Craig, 2004). 2. Tipe II

14

yang berperan untuk menjaga kestabilan kandungan kimia pada teh sehingga

kadar polifenol paling tinggi didapatkan pada teh hijau (Hayat et al., 2013).

Gambar 2.3. Teh Hijau Daun Kering dan Teh Hijau Celup (Mitscher, 1996)

2.2.1. Kandungan Kimia Teh Hijau

Kandungan kimia utama pada teh yaitu senyawa polifenol (katekin,

flavanol, tanin, antocyanin), dan sejumlah mineral seperti (fluor, fosfor dan

kalsium) dan terdapat enzim polifenol oksidase yang berperan penting dalam

proses pengolahan teh hijau (Towaha, 2013). Fenol (C6H5OH) adalah

senyawa organik yang mengandung gugus hidroksil (−OH) yang merupakan

gugus asam dengan derajat keasaman rendah yang terikat pada atom karbon

pada cincin benzena dan memiliki tetapan ionisasi asam yang besar. Fenol

bersifat asam karena adanya pengaruh cincin aromatik dan kemampuannya

melepaskan ion H+ dari gugus hidroksilnya sehingga kepolarannya cukup tinggi

(Isyuniarto, 2005; Oxtoby, 2003).

Nilai derajat keasaman pada teh dipengaruhi oleh kandungan katekin

dalam senyawa polifenol. Katekin merupakan senyawa metabolit alami yang

memiliki aktivitas antioksidan berkat gugus fenol yang dimilikinya (Towaha,

2013). Kandungan katekin dalam senyawa polifenol pada teh tersusun dari

senyawa katekin (C), epikatekin (EC), epikatekin galat (ECG), epigalokatekin

galat (EGCG), dan galokatekin (GC). EGCG berperan penting dalam

menentukan kadar katekin pada daun teh. Kandungan total katekin pada daun

teh segar berkisar 13,5-31% dari seluruh berat kering daun teh, dimana

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Semen Ionomer Kacarepository.ub.ac.id/11547/3/BAB II.pdf · kimiawi berikatan dengan enamel. dentin, dan restorasi porselen (Craig, 2004). 2. Tipe II

15

kandungan katekin akan mengalami penurunan akibat proses pelayuan, oksidasi

enzimatis, penggilingan dan pengeringan. Namun proses pengolahan teh hijau

tidak banyak mendegradasi kandungan katekin (Towaha, 2013; Kaur et al.,

2004). Terdapat dua cara yang dikenal masyarakat untuk menyeduh teh hijau,

antara lain bentuk seduhan daun teh kering dan bentuk seduhan teh celup

(Sundari, 2009).

US Departement of Agriculture (2007) menyatakan bahwa total katekin

pada 100 ml pada teh hijau yang diseduh dengan daun kering terkandung 127

mg katekin dan pada 100 ml teh hijau seduhan celup terkandung 56 mg katekin

didalamnya (Kaur et al., 2004; Yang et al., 2003). Hal-hal yang dapat

mempengaruhi kualitas kandungan kimia pada teh hijau yaitu proses pengolahan

dan penyimpanannya. Waktu penyeduhan dan suhu air juga sangat

mempengaruhi konsentrasi flavonoids (Kaur et al., 2004).

Teh hijau yang diseduh dengan daun kering memiliki perbedaan kadar

katekin dengan penyeduhan celup dikarenakan adanya kandungan fenol yang

terdegradasi lebih besar saat pengolahan teh celup (Yang et al., 2003).

Kandungan katekin berperan penting dalam menentukan derajat keasaman (pH)

pada teh. Menurut penelitian Udall (2001), Teh hijau seduhan daun kering

memiliki pH rendah 4,0 dan pada teh hijau seduhan celup memiliki pH rendah

4,2. Perbedaan kandungan katekin dari kedua penyeduhan teh hijau terjadi

karena saat proses pengemasan teh hijau celup, seluruh daun teh hijau yang

telah diolah, dipotong-potong menjadi partikel kecil, hal ini menyebabkan teh

hijau seduhan celup kehilangan kandungan penting didalamnya lebih cepat

dibandingkan teh hijau seduhan daun kering (Henning et al., 2003).

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Semen Ionomer Kacarepository.ub.ac.id/11547/3/BAB II.pdf · kimiawi berikatan dengan enamel. dentin, dan restorasi porselen (Craig, 2004). 2. Tipe II

16

Gambar 2.4. Struktur molekul katekin (Towaha, 2013)

2.2.2. Proses Penyeduhan Teh Hijau

Proses penyeduhan dapat mempengaruhi kualitas suatu teh hijau yang

akan dikonsumsi. Dengan penyeduhan yang benar, kandungan pada teh hijau

akan dapat tetap terjaga. Proses penyeduhan teh hijau yang benar yaitu

menggunakan air hangat (80o C), karena suhu air yang terlalu tinggi (100o C)

menyebabkan kandungan pada teh hijau, khususnya polifenol akan larut. Waktu

penyeduhan juga memiliki peran pada kualitas teh hijau, dimana waktu ideal

penyeduhan teh hijau adalah 4-5 menit. Jika terlalu lama diseduh, kandungan

yang tidak diinginkan juga akan ikut terlarut sehingga dapat mengurangi kadar

polifenol pada teh hijau (Suryaningrum dkk., 2007).

2.3. Kekuatan Tekan

Kekuatan tekan adalah sifat mekanis bahan restorasi yang menunjukkan

atau memperlihatkan tegangan maksimum yang dapat diterima suatu bahan

dengan pemberian kekuatan tekan secara sentris pada material (Chotimah,

2012; Roberson et al., 2006). Tegangan tekan dapat menyebabkan terjadinya

mikrofraktur pada bahan restorasi bahkan pada struktur gigi (Roberson et al.,

2006). Kekuatan tekan menjadi persyaratan utama bahan restorasi untuk

memiliki kekuatan yang cukup untuk melawan fraktur bahkan di area yang kecil.

Kekuatan tekan dianggap sebagai indikator yang penting dalam proses

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Semen Ionomer Kacarepository.ub.ac.id/11547/3/BAB II.pdf · kimiawi berikatan dengan enamel. dentin, dan restorasi porselen (Craig, 2004). 2. Tipe II

17

pengunyahan karena kekuatan tekan yang besar dibutuhkan untuk tekanan

pengunyahan (Bresciani et al., 2004).

2.3.1. Cara Pengukuran Kekuatan Tekan

Kekuatan tekan dapat diuji dengan menggunakan uji tekan. Uji tekan ini

dilakukan untuk megetahui batas kekuatan material menerima tekanan sebelum

pecah (Illnois Tool Works Inc, 2013). Universal Testing Machine merupakan alat

yang dapat digunakan untuk melakukan uji tekan pada material (Hedge, 2011).

Sebelum dilakukan uji tekan, mesin harus dipersiapkan dengan mengganti

komponen penekanan menggunakan compression platens untuk menekan

material hingga pecah. Compression platens ini berbentuk cakram dengan

permukaan rata. Spesimen diatur dan diletakkan di tengah sehingga dapat

menyentuh permukaan compression platens (Bresciani et al., 2004)

Gambar 2.5. Alat Universal Testing Machine

Bentuk dan ukuran spesimen yang ideal untuk uji kekuatan tekan adalah

berbentuk silinder dan memiliki diameter dua kali dari ukuran panjang (Sakaguchi

and Powers, 2012).

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Semen Ionomer Kacarepository.ub.ac.id/11547/3/BAB II.pdf · kimiawi berikatan dengan enamel. dentin, dan restorasi porselen (Craig, 2004). 2. Tipe II

18

Gambar 2.6. Skema ilustrasi kekuatan tekan (Darvell, 2000)

Kuat tekan merupakan kemampuan material dalam menahan beban

atau gaya mekanis sampai terjadinya kegagalan (failure). Persamaan untuk

menguji kekuatan tekan dengan menggunakan Universal Testing Machine

adalah sebagai berikut: (Anusavice, 2003)

𝐶𝑠 = 𝐹

𝐴

Cs = Kekuatan tekan spesimen (Mpa)

F = Beban maksimum yang diterima SIK (N)

A = Luas permukaan spesimen (𝜋𝑟2)

𝜋 = phi = 3,14