3 Rahasia Cara Investasi Emas Batangan - Emas Syariah, Emas Online
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertambangan Emas · mulai digunakan di Cina sebagai alat ... grain...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertambangan Emas · mulai digunakan di Cina sebagai alat ... grain...
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pertambangan Emas
Cara penambangan endapan emas tergantung pada keadaan geologi bentuk
dan letaknya bijih tersebut di alam. Yang pertama endapan emas sekunder yang
potensinya lebih kecil pada umumnya daripada endapan emas primer, dapat
ditambang secara sederhana dengan cara terbuka, dengan sistem pendulangan atau
dengan tambang semprot yang melibatkan banyak pekerja (padat karya), tanpa
menggunakan peralatan besar dan padat teknologi serta modal yang besar, kecuali
jika endapannya sangat luas dapat ditambang dengan kapal keruk.
Yang kedua adalah endapan emas primer yang memerlukan modal besar
dan padat teknologi. Pada umumnya potensi endapan emas primer jauh lebih
besar daripada endapan emas sekunder, karena itu akan tetap menguntungkan
walaupun harus menyerap modal yang cukup besar untuk menambangnya dengan
cara tambang terbuka jika endapannya relatif dangkal, atau dengan cara
penambangan bawah tanah jika letaknya agak dalam. Kondisi bijih emas primer
yang terdapat dalam batuan beku (batuan asal) yang dimuntahkan oleh magma
atau bijih emas alluvial yang terdapat dalam batuan sedimen yang dihanyutkan
oleh sungai, tergantung kepada kedalaman endapannya, struktur dan kondisi
geologinya, suatu cadangan endapan primer dapat ditambang dengan cara
tambang terbuka atau dengan cara tambang bawah tanah, atau dengan cara
kombinasi dari keduanya.
16
2.1.1. Sejarah Pertambangan Emas
Emas telah dipakai sejak berabad-abad lamanya, bahkan mungkin sejak
bermilenium-milenium sebelumnya. Pada tahun 4000 sebelum Masehi Sebuah
kebudayaan yang berpusat disebuah daerah yang saat ini disebut dengan Eropa
Timur mulai menggunakan emas sebagai objek aksesoris & fashion.
Kemungkinan besar emas tersebut ditambang di Transylvanian Alps atau bisa
juga berasal dari tambang di daerah pegunungan Pangaion. Pada tahun 3000
sebelum Masehi Sebuah peradaban di irak selatan menggunakan emas untuk
menciptakan perhiasan yang sangat mengagumkan dan model desain perhiasan
dari peradaban itu masih banyak dipakai sampai saat ini. Pada tahun 2500
sebelum Masehi Raja Tomb of Djer dikubur bersama perhiasannya, dia adalah
raja pertama dari dinasti mesir di Abydos, Mesir.
Pada tahun 1500 sebelum Masehi Daerah Nubia yang sangat kaya akan
deposit kandungan emas membuat mesir menjadi negara yang sangat kaya setelah
emas dikenal sebagai alat tukar untuk perdagangan internasional. Dimana standar
unit di timur tengah pada waktu itu menggunakan koin emas shekel dengan berat
11.3 Gram. Shekel terbuat dari campuran alami logam 2/3 emas dan 1/3 silver
yang biasa di sebut electrum. Pada tahun 1350 sebelum Masehi, Babilonia mulai
menggunakan api sebagai teknik untuk menguji kemurnian emas. Pada tahun
1200 sebelum Masehi, Orang Mesir yang menguasai seni pembuatan emas
dengan cara memasukkan emas ke dalam daun untuk memperpanjang umur
pakainya, mereka juga mencampur emas dengan logam lain untuk meningkatkan
kekerasan dan variasi warna emas yang dihasilkan (dengan campuran tertentu
emas bisa berubah menjadi warna hijau, merah, ungu dll). Pada era ini mereka
17
juga mulai menggunakan teknik lost wax dimana saat ini teknik lost wax ini masih
menjadi jantung dari industri perhiasan. Kulit domba yang tidak dicukur mulai
dipergunakan untuk memisahkan emas dari pasir sungai di timur laut, Laut Hitam.
Setelah pasir dituang ke dalam kulit domba mereka lalu mengeringkannya untuk
mengeluarkan partikel emas, teknik seperti ini menjadi inspirasi “Golden Fleece”.
Tahun 1091 sebelum Masehi emas berbentuk kotak yang berukuran kecil
mulai digunakan di Cina sebagai alat tukar yang syah (uang). Tahun 560 sebelum
Masehi Koin pertama yang dibuat dari emas murni ditambang di Lydia sebuah
kerajaan di Asia Minor. Pada tahun 344 sebelum Masehi, Raja Alexander
melewati Hellespont bersama 40.000 prajurit dimana pada era ini dimulainya
kampanye yang sangat besar dalam sejarah militer dan jumlah emas terbesar yang
pernah dibawa dari kekaisaran Persia. Pada tahun 300 sebelum Masehi Orang
Yunani dan Yahudi di Alexandria kuno mulai mempraktekan teknik kimia untuk
memisahkan emas dari logam lainnya. Pencarian mencapai puncak dari akhir abad
kegelapan melalui Renaissance. Tahun 202 sebelum Masehi selama era Punic
War dengan Carthage Romawi mendapatkan banyak sekali akses ke
pertambangan emas di Spanyol.
Pada tahun 58 sebelum Masehi setelah kemenangan kampanye di Gaul,
Julius Caesar pulang dengan membawa emas yang jumlahnya sangat besar,
sehingga dia bisa memberikan koin emas sebanyak 200 buah kepada setiap
prajuritnya dan membayar semua utang-utang Romawi. Dan pada tahun 50
sebelum Masehi, Romawi mulai mengeluarkan koin emas yang dinamai Aures.
Pada tahun 699 Masehi, Kekaisaran Byzantine melanjutkan proyek penambangan
di Eropa Tengah dan Perancis, dimana area ini merupakan area penambangan
18
emas yang tidak pernah di explorasi selama era kekaisaran Romawi berkuasa.
Pada tahun 814 Masehi Charlemagne menyerbu Avars dan merampas emas
mereka dalam jumlah besar, yang membuatnya menjadi sangat berkuasa di Eropa
Barat. Pada tahun 1066 Masehi setelah terjadinya penaklukan oleh Norman,
standar mata uang logam akhirnya kembali diberlakukan di Inggris dengan
diperkenalkannya sistem Pounds, Shillings, dan Pence, yang secara definisi
Pounds berarti setengah kilo sterling silver.
Pada tahun 1299 Masehi, Marco Polo menulis jurnal dari perjalanannya ke
Timur jauh (saat ini di sebut Asia) dengan judul “gold wealth was almost
unlimited”. Pada tahun 1284 Masehi, Venice memperkenalkan Gold Ducat yang
akhirnya menjadi koin yang sangat terkenal di dunia dan terus menjadi sangat
terkenal sampai lima abad setelah peluncurannya. Pada tahun yang sama Great
Britain mengeluarkan Koin emas utama untuk pertama kali, koin emas ini di beri
nama Florin, yang selanjutnya diikuti oleh dikeluarkannya koin bernama Noble,
Angel, Crown dan Guinea. Tahun 1377 Great Britain merubah sistem keuangan
mereka berdasarkan emas dan perak. Pada tahun 1511, Raja Ferdinand dari
Spanyol mengatakan kepada para penjelajah “jika bisa mendapatkan emas, tapi
banyak bahaya untuk mendapatkan emas” yang akhirnya ekspedisi besar-besaran
ke tanah yang baru ditemukan di western hemisphere. Tahun 1556, Georgius
Agricola menerbitkan buku yang berjudul De Re Metallica yang berisi penjelasan
proses pengujian emas menggunakan api yang biasa digunakan diabad
pertengahan.
Pada tahun 1700 ditemukannya cadangan deposit emas di Brazil,
menjadikan Brazil sebagai penghasil emas terbesar didunia pada tahun 1720
19
dengan kapasitas produksi hampir mendekati 2/3 dari total kapasitas produksi
seluruh dunia. Isaac Newton yang berperan sebagai kepala tambang menetapkan
harga dalam satuan mata uang Great Britain sebesar 84 shillings 11,5 Pence per
Troy ounce. The Royal Commission (Komisi Kerajaan) yang terdiri dari Isaac
Newton, John Locke, and Lord Somers memutuskan untuk menarik seluruh mata
uang lama dan menerbitkan mata uang baru dari emas atau perak dengan rasio
16:1. Dengan begitu harga emas dididirikan pertama kali di Inggris 200 tahun
yang lalu. Pada tahun 1744 kebangkitan pertambangan emas di Rusia dimulai
pada saat ditemukannya singkapan pasir kuarsa di Ekaterinburg pada tahun 1787,
dan koin emas Amerika pertama kali ditemukan oleh Ephraim Brasher yang
berprofesi sebagai tukang emas. Pada tahun 1792 undang-undang mata uang
logam Amerika Serikat menetapkan standar bimetallic emas perak, dimana telah
ditetapkan dolar AS setara dengan 24,75 grain emas murni dan 371,25 grain perak
murni (1 grain = 0.0648 grams).
Pada tahun 1799 Gold Nugget seberat 17 Pon ditemukan di Cabarus
county, North Carolina dimana penemuan ini merupakan penemuan emas yang
pertama kali terdokumentasikan. Pada tahun 1803 penemuan emas di Little
Meadow Creek, North Carolina memicu terjadinya Gold Rush di Amerika untuk
yang pertama kalinya. Tahun 1828 North Carolina memasok seluruh kebutuhan
koin emas US Mint untuk skala domestik dengan peruntukan sebagai mata uang.
Tahun 1816 Inggris secara resmi mengikat Poundsterling terhadap emas dengan
kuantitas berat tertentu dimana mata uang Inggris dapat digunakan sebagai nilai
tukarnya. Tahun 1817 Inggris mulai memperkenalkan Sovereign yaitu sebuah
koin emas berukuran kecil yang memiliki nilai setara 1 Poundsterling. Tahun
20
1830 Heinrich G. Kuhn mengumumkan penemuannya atas sebuah formula Fired
on Glanz Gold. Tahun 1837 berat emas dalam satuan US dolar di kurangi 23,22
grain sehingga nilai emas murni seberat 1 troy ounce emas akan setara dengan $
20.67. Pada tahun 1848 John Marshall menemukan serpihan emas (gold flake)
ketika sedang membangun sawmill milik John Sutter di dekat Sacramento,
California. Penemuan John Marshall ini menyebabkan terjadinya Gold Rush di
California.
Pada tahun 1850 Edward Hammong Hargraves kembali ke Australia
setelah perjalanan ke California, dia memprediksi akan dapat menemukan emas di
negaranya dalam kurun waktu 1 minggu setelah kedatangannya dan dia
menemukan emas di New South Wales seminggu setelah dia sampai di Australia.
Tahun 1859 Comstock Lode yang merupakan deposit perak pertama di Amerika
ditemukan di daerah yang saat ini bernama Virginia City, Nevada yang
didalamnya juga terkandung deposit emas. Tahun 1862 Latin Monetary Union,
ketetapan yang mengatur kadar, berat, ukuran dan nominal dari koin perak dan
koin emas bagi negara Perancis, Italia, Belgia, Swiss, dan Yunani (pada tahun
1868) dan mewajibkan semua negara itu menerima koin emas dan koin perak dari
masing-masing negara tersebut sebagai alat pembayaran yang syah. Tahun 1868
George Harrison menemukan emas ketika menggali batu untuk membangun
rumah, dimana emas tersebut ditemukan di Afrika Selatan, sejak saat itu sumber
emas tersebut mendekati 40% dari total emas yg pernah ditambang di Afrika
Selatan. Pada tahun 1873 sebagai hasil dari perubahan undang-undang
pertambangan dan koin, perak telah dihapuskan dari standar nilainya dan Amerika
secara tidak resmi kembali ke standar emas. Pada tahun 1887 Hak Paten Inggris
21
dikeluarkan kepada John Steward MacArthur untuk penemuannya dalam proses
recovery atau pemurnian emas dengan menggunakan proses sianida. Proses
sianida ini dapat menghasilkan emas sampai dua kali lipat dari total produksi
dunia sampai 20 tahun yang akan datang.
Tahun 1896 William Jennings Bryan berpidato di konvensi nasional partai
demokrat yang berjudul “cross of gold” dimana pidatonya ini berisi desakan agar
kembali ke sistem bimetallism. Pidato ini menjadikan William Jennings Bryan
sebagai salah satu kandidat presiden dari partai demokrat, tapi dia dikalahkan
pada saat Pemilu oleh William McKinley (Dalam ilmu ekonomi Bimetallism
memiliki arti Standar keuangan dimana nilai dari mata uang dalam sistem
moneter sebuah negara didefiniskan setara atau senilai dengan sejumlah tertentu
berat emas atau bisa juga setara atau senilai dengan sejumlah tertentu berat perak).
Tahun 1898 Dua orang pemancing ikan menemukan emas saat memancing di
Klondike, Alaska yang menimbulkan gold rush diakhir abad ke 19. Tahun 1900
Undang-undang Standar emas di Amerika Serikat menempatkan sistem ekonomi
Amerika pada Standar emas, dengan komitmen bahwa Amerika akan
mempertahankan nilai tukar mata uangnya terhadap negara lain berdasarkan
Standar Emas. Tahun 1903 Sebuah perusahaan bernama Engelhard
memperkenalkan sistem untuk mencetak emas diatas permukaan sebuah objek. Ini
pertama kalinya emas digunakan sebagai dekorasi dengan menggunakan sistem
ini dan teknologi untuk Microcircuit Printing. Tahun 1913 undang-undang Bank
sentral Amerika menetapkan bahwa USD akan didukung dengan emas sebanyak
40%.
22
Pada tahun 1919 Standar emas dihentikan sementara oleh beberapa negara
termasuk Amerika, Inggris selama perang dunia 1. Pada tahun 1927 penelitian
bidang kedokteran dalam skala besar yang dilakukan di Perancis yang
membuktikan bahwa emas memiliki nilai yang sangat berharga dalam
pemakaiannya untuk pengobatan atau perawatan penyakit rheumatoid arthritis
(Rheumatoid Arthritis (RA) merupakan penyakit autoimun (penyakit yang terjadi
pada saat tubuh diserang oleh sistem kekebalan tubuhnya sendiri) yang
mengakibatkan peradangan dalam waktu lama pada sendi. Penyakit ini menyerang
persendian, biasanya mengenai banyak sendi, yang ditandai dengan radang pada
membran sinovial dan struktur-struktur sendi serta atrofi otot dan penipisan
tulang). Tahun 1931 Inggris meninggalkan sistem standar emas logam mulia.
Pada tahun 1933 untuk mengurangi kepanikan sektor perbankan, Presiden
Amerika Franklin D. Roosevelt melarang warga negara Amerika memiliki koin
emas, emas batangan logam mulia, dan sertifikat emas.
Begitu panjangnya usia kegiatan pertambangan Emas tentunya juga
banyak mengalami perubahan metode, dimulai dengan cara pertambangan
tradisional yaitu menggunakan gravitasi atau amalgamasi air raksa, kemudian
metode Sianida, flotasi dan heap leaching. Pertambangan Emas terbesar saat ini
adalah Afrika Selatan, walau demikian tidak berarti Afrika Selatan memilki
cadangan emas terbesar. Sesuai sifatnya Emas memang tidak habis dikonsumsi,
berbeda dengan komoditi lain yang habis dikonsumsi sehingga memungkinkan
negara lain yang tidak memilki tambang Emas yang banyak tetapi justru memilki
cadangan Emas yang besar, hal ini terkait dengan fungsi Emas sebagai cadangan
devisa dan instrumen moneter serta investasi (Aris Purbo).
23
Untuk di Negara Indonesia, pertambangan emas yang diduga merupakan
pertambangan tertua di Sumatera maupun di Indonesia terdapat di pesisir selatan
yang disebut dengan pertambangan emas Salida. Sebelum kedatangan VOC di
pantai barat Sumatera, kandungan emas di Salida sudah ditambang oleh penduduk
setempat. Jauh sebelum bangsa Barat berhasil menemukan Sumatera, berita
mengenai ‘Pulau Emas’ sudah sampai ke Eropa melalui cerita-cerita para pelaut
Arab. Penyair Portugis yang terkenal, Luiz de Camoens (1524-1580), menulis
dalam Os Lusiadas (terbit 1572), sebuah puisi epik panjang yang monumental,
tentang Gunung Ophir di Pasaman yang kaya emas, yang diperdagangkan oleh
penduduk lokal dengan orang asing. Camoens bertualang hanya sampai di Goa,
India, dan tidak pernah sampai di Sumatra.
Gambar 3: Tambang emas di Salida (Makassar Kota, 2008)
Makassar, Sulawesi Selatan merupakan provinsi yang memiliki tambang
emas terbesar di dunia yang hingga saat ini belum dieksplorasi. Padahal potensi
ini memberi kesempatan kerja dan peningkatan pendapatan bagi masyarakat. Ahli
geologi dunia asal Malaysia, Datu Azis Chemor berkata bahwa pada ekspose
"Peluang Tambang Emas Sulsel" di ruang Rapim kantor Gubernur Sulsel, di
24
Makassar, dalam peta pertambangan dunia, Sulsel merupakan sentra jalur emas di
dunia. Potensi tambang emas Sulsel tersebar disejumlah kabupaten, yakni Luwu,
Luwu Utara, Palopo, Luwu Timur, Tanatoraja, Pangkep, Barru, Bone, Jeneponto,
Takalar, Gowa, Maros, Selayar dan Wajo, perlu dijaga dan diawasi supaya dapat
diolah menjadi industri yang menjanjikan kehidupan yang layak bagi warga di
daerah itu. Hanya saja, lanjutnya, untuk pemanfaatan dan pengelolaan sumber
daya alam ini menjadi emas maka harus dibangun industrinya yang investasinya
cukup besar, termasuk desain lokasinya, survey lapangan, studi kelayakannya dan
lainnya (Makassar Kota, 2008).
2.1.2. Sejarah Pertambangan Emas Pongkor
Survey geologi Gunung Pongkor diawali pada tahun 1979 oleh tim
geologi PT. Aneka Tambang, tentang logam berat. Kemudian pada tahun 1980
dilanjutkan penelitian vein (cebakan) batuan kuarsa yang mengandung emas (Au)
dan kandungan perak (Ag). Berdasarkan penemuan tersebut perusahaan meminta
dan memperoleh K.P. (Kuasa Pertambangan) Eksplorasi No. 562 di daerah ini
pada tahun 1983, yang kemudian ditingkatkan ke K.P. Eksploitasi pada tahun
1988.
Pada tahun 1990 PT. Aneka Tambang mengundang Kilborn Engineering
Pacific Ltd (Kilborn) untuk pekerjaan studi kelayakan di bidang pertambangan,
pengolahan, dan fasilitas untuk pengembangan dan operasi penambangan dengan
kapasitas 500 ton bijih per hari. Menurut Laporan Tahunan ANTAM (1997)
pembangunan pabrik dilakukan pada tahun 1993 dan produksi komersial dimulai
pada bulan Mei 1994. Pengembangan Pongkor diselesaikan pada bulan November
25
1997 yang direncanakan mampu meningkatkan kapasitas produksi menjadi sekitar
5 ton emas per tahun.
Lokasi kegiatan Pertambangan Emas Pongkor terletak pada areal dengan
topograpi yang terjal dan curam, sebagian besar berbukit dan bergunung.
Pengelolaan lingkungan dilaksanakan pada seluruh areal yang terkena dampak
akibat aktivitas penambangan dan pembangunan sarana penunjangnya seperti
kegiatan pembenahan lahan bukaan areal kolam buangan, penanganan batuan
buangan, dan air tambang serta penanganan limbah dari pabrik pengolahan.
Sistem penambangan yang diterapkan oleh PT. Antam Tbk. Adalah sistem
penambangan bawah tanah (Underground Mining) dengan menggunakan metode
“Cut and Fill” yaitu mengambil bijih emas dari perut bumi lalu rongga yang telah
kosong diisi kembali dengan menggunakan material limbah (waste material)
berbentuk lumpur (slurry) yang merupakan limbah hasil pengolahan yang telah
bersih dari zat- zat berbahaya. Terdapat lima siklus dalam penambangan emas di
PT. Antam Tbk. UBPE Pongkor yaitu tahap Drilling, Blasting, Mucking,
Transportation, dan Backfilling. Tahap pertama proses penambangan bijih emas
yaitu dengan membuat lubang bor dengan cara Drilling (pengeboran) untuk
menempatkan bahan peledak di perut bumi. Alat yang digunakan adalah Jack Leg
atau Jumbo Drill.
Tahap kedua adalah Blasting (peledakan) sekaligus Clearing Smoke
(pembersihan asap). Selanjutnya adalah Mucking (pengerukan) setelah dilakukan
peledakan, bijih (Ore) dikeruk menggunakan LHD dan dijatuhkan melalui Ore
Pass ke level terendah (level 500). Tahap keempat adalah Transporting,
mengangkut bijih dari dalam tambang ke area proses penghancuran bijih
26
(Crushing Plant Area) dengan menggunakan Grandby. Tahap terakhir yaitu
Backfilling (pengisian ulang) merupakan proses pemompaan Backfill dalam
bentuk campuran air dan padatan (Slurry) ke dalam Stope (lubang hasil proses
penambangan), hal ini untuk menghindari terjadinya Subsidence permukaan, serta
sebagai pijakan pemboran selanjutnya.
Sistem pengolahan bijih emasnya dilakukan oleh PT. Antam Tbk. Dengan
menggunakan dua buah pabrik yang berbeda namun dengan proses yang sama.
Kapasitas untuk pabrik pertama sebesar 500 dry million ton atau ton kering per
jam dan pabrik kedua berkapasitas 720 dry million ton. Alur proses pengolahan
bijih menjadi dore bullion melewati 5 tahap proses yaitu, yang pertama adalah
Crushing Unit yaitu proses pengecilan bijih hasil penambangan mulai dari ukuran
400 mm menjadi ukuran kurang dari 12.5 mm. selanjutnya adalah Milling Unit,
dari Crushing bijih emas dibawa ke bin dengan belt conveyor menuju ballmill,
kemudian bijih digerus bersama kapur mati, bola baja sebagai media gerus dan
Pb(NO ) (lead nitrat) untuk mempercepat proses pelindian perak pada proses
sianidasi, dan jenis prosesnya adalah proses basah (media air).
3 2
Tahap ketiga adalah Leaching and Carbon In Leach Unit (CIL) yaitu
proses pelindian (pelarutan) bijih logam (emas dan perak) dalam larutan sianida.
Emas dan perak dalam lumpur (produk ballmill) dimasukkan dalam tanki pelarut
dimana tanki tersebut ditambahkan NaCN 700-900 ppm. Tahap yang selanjutnya
adalah Gold Recovery Unit yaitu pengambilan emas dan perak dari loaded carbon
(karbon aktif yang telah bermuatan logam emas dan perak dengan kadar tertentu)
sampai berbentuk dore bullion melalui tiga proses yaitu, tahap elution,
electrowining, dan smelting. Dalam tahap elution, karbon yang telah jenuh
27
menyerap larutan emas dan perak di sirkuit CIL, dilepaskan kembali menjadi fase
larutan.
Hasil dari proses elution disebut sebagai air kaya (eluate solution) akan
diolah dalam proses electrowining. Air kaya dari tanki eluate dipompakan menuju
bak elektrowining, emas dan perak dalam air kaya akan terdeposisi ke kawat
katoda menggunakan arus searah (elektrolisa). Emas dan perak yang menempel
pada proses elektrolisis di sel katoda yang berupa endapan disebut cake. Setelah
proses electrowining adalah proses smelting, dimana cake dipanaskan sampai
melebur dengan waktu sekitar 4 jam dan hasil peleburan ini berupa dore bullion.
Dore bullion ditampung dalam louder untuk dimasukkan ke percetakan bullion
(bullion mold) yang selanjutnya dikirim ke unit pemurnian logam mulia di Jakarta
yang juga merupakan satu unit produksi PT. Antam Tbk. Untuk dimurnikan
sehingga kadarnya mencapai 99.8 %.
Dan tahap terakhir adalah proses pengolahan limbah yang dihasilkan dari
proses produksi. PT. Antam Tbk. UBPE Pongkor dalam menangani limbahnya
dilengkapi dengan tailing dam sebagai tempat penampungan limbah terakhir dan
dua area Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yaitu IPAL Tambang dan IPAL
Cikaret. IPAL tambang mengelola limbah dengan kadar TSS (Total Suspended
Solid) yang tinggi dan IPAL Cikaret mengelola limbah dengan kadar sianida yang
tinggi, maka adanya penambahan CuSO dan H O selain flocculant dan
coagulant. IPAL ini dibangun untuk mengolah limbah cair dari overflow tailing
dam, sebelum dialirkan ke sungai cikaniki, sludge yang mengendap diangkut oleh
dump truck untuk dikembalikan ke tailing dam.
4 2 2
28
2.1.3. Buangan dari Pertambangan dan Pengolahan Emas
Buangan dari adanya pertambangan dan pengolahan emas cukup
bervariasi tergantung pada teknik yang digunakan. Pertambangan emas biasanya
akan menghasilkan air, tanah, batu, yang merupakan sisa dari proses
penambangan. Untuk pengolahan emas juga dihasilkan buangan berupa air,
lumpur, dan bahan-bahan yang dipakai dalam proses pengolahan bijih emas.
2.2. Limbah Berbahaya
Pencemaran lingkungan dalam kehidupan sehari-hari dapat dipahami
sebagai sesuatu kejadian lingkungan yang tidak diingini, menimbulkan gangguan
atau kerusakan lingkungan bahkan dapat menimbulkan gangguan kesehatan
sampai kematian. Hal-hal yang tidak diinginkan yang dapat disebut pencemaran,
misalnya udara berbau tidak sedap, air berwarna keruh, tanah ditimbuni sampah.
Hal tersebut dapat berkembang dari sekedar tidak diingini menjadi gangguan.
Udara yang tercemar baik oleh debu, gas maupun unsur kimia lainnya dapat
menyakitkan saluran pernafasan, mata menjadi pedas atau merah dan berair. Bila
zat pencemar tersebut mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3),
kemungkinan dapat berakibat fatal.
Hal yang sama dapat terjadi pada air. Air yang tercemar dapat
menimbulkan gangguan gatal pada kulit, atau sakit saluran pencernaan bila
terminum dan dapat berakibat lebih jauh bila ternyata mengandung B3. Demikian
pula halnya dengan tanah yang tercemar, yang pada gilirannya dapat mengotori
sumber air didekatnya. Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang dimaksud dengan pencemaran lingkungan
hidup adalah : masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan
29
atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga
kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup
tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya.
2.2.1. Jenis dan Akibat Limbah Berbahaya
Secara umum yang disebut limbah adalah bahan sisa yang dihasilkan dari
suatu kegiatan dan proses produksi, baik pada skala rumah tangga, industri,
pertambangan, dan sebagainya. Bentuk limbah tersebut dapat berupa gas dan
debu, cair atau padat. Di antara berbagai jenis limbah ini ada yang bersifat
beracun atau berbahaya dan dikenal sebagai limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun (Limbah B3).
Suatu limbah digolongkan sebagai limbah B3 bila mengandung bahan
berbahaya atau beracun yang sifat dan konsentrasinya, baik langsung maupun
tidak langsung, dapat merusak atau mencemarkan lingkungan hidup atau
membahayakan kesehatan manusia.Yang termasuk limbah B3 antara lain adalah
bahan baku yang berbahaya dan beracun yang tidak digunakan lagi karena rusak,
sisa kemasan, tumpahan, sisa proses, dan oli bekas kapal yang memerlukan
penanganan dan pengolahan khusus. Bahan-bahan ini termasuk limbah B3 bila
memiliki salah satu atau lebih karakteristik berikut: mudah meledak, mudah
terbakar, bersifat reaktif, beracun, menyebabkan infeksi, bersifat korosif, dan lain-
lain, yang bila diuji dengan toksikologi dapat diketahui termasuk limbah B3.
Limbah merupakan zat ataupun benda sisa dari suatu proses baik itu proses
produksi maupun proses konsumsi. Adapun limbah berasal dari berbagai tempat,
limbah bisa berasal dari kegiatan rumah tangga, kegiatan rumah sakit, kegiatan
30
industri, dan kegiatan pertambangan. Jenis dan akibat dari limbah berbahaya yang
dihasilkan dari tempat-tempat tersebut akan dijelaskan dibawah ini.
2.2.1.1. Limbah Berbahaya yang Bersumber dari Rumah Tangga
Terdapat dua jenis limbah rumah tangga yaitu limbah organik dan
anorganik, dimana sebagian besar limbah rumah tangga merupakan bahan organik
seperti sisa-sisa makanan (sayuran, sisa tepung, kulit buah dan daun-daun), dan
juga berupa tinja dan limbah cair yang semuanya dapat mencemari lingkungan
perairan. Sedangkan untuk limbah anorganik yang berasal dari rumah tangga
adalah berupa botol plastik, tas plastik, kaleng, dan kain (sintetis).
Dampak yang diakibatkan dari limbah hasil rumah tangga adalah yang
pertama dampak terhadap kesehatan. Lokasi dan pengelolaan limbah yang kurang
memadai (pembuangan sampah yang tidak terkontrol) merupakan tempat yang
cocok bagi beberapa organisme dan menarik bagi berbagai binatang seperti lalat
dan anjing yang dapat menjangkitkan penyakit. Adapun penyakit-penyakit yang
ditimbulkan adalah diare, kolera, tifus yang menyebar dengan cepat karena virus
yang berasal dari limbah dengan pengelolaan tidak tepat yang dapat bercampur air
minum.
Penyakit demam berdarah (haemorhagic fever) dapat juga meningkat
dengan cepat di daerah yang pengelolaan limbahnya kurang memadai, dan
penyakit yang disebabkan oleh jamur (misalnya jamur kulit). Penyakit yang dapat
menyebar melalui rantai makanan, salah satu contohnya adalah penyakit yang
dijangkitkan oleh cacing pita (taenia). Cacing ini sebelumnya masuk ke dalam
pencernaan binatang ternak melalui makanannya yang berupa sisa makanan atau
sampah.
31
2.2.1.2. Limbah Berbahaya yang Bersumber dari Industri
Limbah industri baik berupa gas, cair maupun padat umumnya termasuk
kategori atau dengan sifat limbah B3. Kegiatan industri disamping bertujuan
untuk meningkatkan kesejahteraan, ternyata juga menghasilkan limbah sebagai
pencemar lingkungan perairan, tanah, dan udara. Limbah cair, yang dibuang ke
perairan akan mengotori air yang dipergunakan untuk berbagai keperluan dan
mengganggu kehidupan biota air. Limbah padat akan mencemari tanah dan
sumber air tanah, limbah gas yang dibuang ke udara pada umumnya mengandung
senyawa kimia berupa SOx, NOx, CO, dan gas-gas lain yang tidak diinginkan.
Adanya SO2 dan NOx diudara dapat menyebabkan terjadinya hujan asam yang
dapat menimbulkan kerugian karena merusak bangunan, ekosistem perairan, lahan
pertanian dan hutan.
Limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) yang sangat ditakuti adalah limbah
dari industri kimia. Limbah dari industri kima pada umumnya mengandung
berbagai macam unsur logam berat yang mempunyai sifat akumulatif dan beracun
(toxic) sehingga berbahaya bagi kesehatan manusia. Limbah-limbah yang biasa
dihasilkan oleh industri adalah
• Chromium
Chromium adalah suatu logam keras berwarna abu-abu dan sulit dioksidasi
meski dalam suhu tinggi. Chromium digunakan oleh industri Metalurgi, Kimia,
Refractory (heat resistant application). Dalam industri metalurgi, chromium
merupakan komponen penting dari stainless steels dan berbagai campuran logam.
Dalam industri kimia digunakan sebagai : Cat pigmen (dapat berwarna merah,
kuning, orange dan hijau), Chrome plating, penyamakan kulit, Treatment Wool 8
Chromium terdapat stabil dalam 3 valensi. Berdasarkan urutan toksisitasnya
32
adalah Cr-O, Cr-III, Cr-VI Electroplating, penyamakan kulit dan pabrik textil
merupakan sumber utama pemajanan chromium ke air permukaan.
Limbah padat dari tempat prosesing chromium yang dibuang ke landfill
dapat merupakan sumber kontaminan terhadap air tanah. Kelompok Resiko
Tinggi : Pekerja di industri yang memproduksi dan menggunakan Cr, dan
perumahan yang terletak dekat tempat produksi akan terpajan Cr-VI lebih tinggi.
Perumahan yang dibangun diatas bekas landfill, akan terpajan melalui pernafasan
(inhalasi) atau kulit. Pemajanan melaui, inhalasi terutama pekerja, kulit, dan Oral
(masyarakat pada umumnya). Dampak Kesehatan dan efek fisiologi yang akan
terjadi ketika tercemar oleh Cromium adalah Cr (III) yang merupakan unsur
penting dalam makanan (trace essential) yang mempunyai fungsi menjaga agar
metabolisme glucosa, lemak dan cholesterol berjalan normal. Organ utama yang
terserang karena Cr terhisap adalah paru-paru, sedangkan organ lain yang bisa
terserang adalah ginjal, lever, kulit dan sistem imunitas. Efek pada Kulit adalah
Dermatitis berat dan ulkus kulit karena kontak dengan Cr-IV. Efek pada Ginjal
bila terhirup Cr-VI dapat mengakibatkan necrosis tubulus renalis, efek pada hati
adalah pemajanan akut Cr dapat menyebabkan necrosis hepar. Bila terjadi 20 %
tubuh tersiram asam Cr akan mengakibatkan kerusakan berat hepar dan terjadi
kegagalan ginjal akut.
• Cadmium (Cd)
Cadmium merupakan bahan alami yang terdapat dalam kerak bumi.
Cadmium murni berupa logam berwarna putih perak dan lunak, namun bentuk ini
tak lazim ditemukan di lingkungan. Umumnya cadmium terdapat dalam
kombinasi dengan elemen lain seperti Oxigen (Cadmium Oxide), Clorine
33
(Cadmium Chloride) atau belerang (Cadmium Sulfide). Kebanyakan Cadmium
(Cd) merupakan produk samping dari pengecoran seng, timah atau tembaga
cadmium yang banyak digunakan berbagai industri, terutama plating logam,
pigmen, baterai dan plastik.
Pemajanan
Sumber utama pemajanan Cd berasal dari makanan karena makanan
menyerap dan mengikat Cd. misalnya : tanaman dan ikan. Tidak jarang Cd
dijumpai dalam air karena adanya resapan dari tempat buangan limbah bahan
kimia.
Dampak pada kesehatan
Beberapa efek yang ditimbulkan akibat pemajanan Cd adalah adanya
kerusakan ginjal,liver, testes, sistem imunitas, sistem susunan saraf dan darah.
• Cupper (Cu)
Tembaga merupakan logam berwarna kemerah-merahan dipakai sebagai
logam murni atau logam campuran (suasa) dalam pabrik kawat, pelapis logam,
pipa dan lain-lain.
Pemajanan
Pada manusia pemajanan terjadi melalui pernafasan, oral dan kulit yang
berasal dari berbagai bahan yang mengandung tembaga. Tembaga juga terdapat
pada tempat pembuangan limbah bahan berbahaya. Senyawa tembaga yang larut
dalam air akan lebih mengancam kesehatan. Cu yang masuk ke dalam tubuh,
dengan cepat masuk ke peredaran darah dan didistribusi ke seluruh tubuh.
34
Dampak terhadap Kesehatan
Cu dalam jumlah kecil (1 mg/hr) penting dalam diet agar manusia tetap
sehat. Namun suatu intake tunggal atau intake perhari yang sangat tinggi dapat
membahayakan. Bila minum air dengan kadar Cu lebih tinggi dari normal akan
mengakibatkan muntah, diare, kram perut dan mual. Bila intake sangat tinggi
dapat mengakibatkan kerusakan liver dan ginjal, bahkan sampai kematian.
• Timah Hitam (Pb)
Sumber emisi antara lain dari : Pabrik plastik, percetakan, peleburan
timah, pabrik karet, pabrik baterai, kendaraan bermotor, pabrik cat, tambang timah
dsb.
Pemajanan
melalui Oral dan Inhalasi
Dampak pada Kesehatan
Sekali masuk ke dalam tubuh timah didistribusikan terutama ke 3 (tiga)
komponen yaitu
• Darah
• Jaringan lunak (ginjal, sumsum tulang, liver, otak)
• Jaringan dengan mineral (tulang + gigi)
Tubuh menimbun timah selama seumur hidup dan secara normal
mengeluarkan dengan cara yang lambat. Efek yang ditimbulkan adalah gangguan
pada saraf perifer dan sentral, sel darah, gangguan metabolisme Vit.D dan
Calsium sebagai unsur pembentuk tulang, gangguan ginjal secara kronis, dapat
menembus placenta sehingga mempengaruhi pertumbuhan janin.
35
• Nickel (Ni)
Nikel berupa logam berwarna perak dalam bentuk berbagai mineral. Ni
diproduksi dari biji Nikel, peleburan atau daur ulang besi, terutama digunakan
dalam berbagai macam baja dan suasa serta elektroplating. Salah satu sumber
terbesar Ni terbesar di atmosfir berasal dari hasil pembakaran BBM,
pertambangan, penyulingan minyak, incenerator. Sumber Ni di air berasal dari
lumpur limbah, limbah cair dari “Sewage Treatment Plant”, air tanah dekat lokasi
landfill.
Pemajanan
Melalui inhalasi, oral dan kontak kulit.
Dampak terhadap Kesehatan
Ni dan senyawanya merupakan bahan karsinogenik. Inhalasi debu yang
mengandung Ni-Sulfide mengakibatkan kematian karena kanker pada paru-paru
dan rongga hidung, dan mungkin juga dapat terjadi kanker pita suara.
• Pestisida
Pestisida mengandung konotasi zat kimia dan atau bahan lain termasuk
jasad renik yang mengandung racun dan berpengaruh menimbulkan dampak
negatif yang signifikan terhadap kesehatan manusia, kelestarian lingkungan dan
keselamatan tenaga kerja. Pestisida banyak digunakan pada sektor pertanian dan
perdagangan/ komoditi.
Pemajanan
Melalui Oral, Inhalasi, Kulit.
36
Dampak pada Kesehatan
Pestisida golongan Organophosphat dan Carbamat dapat mengakibatkan
keracunan sistemik dan menghambat enzim Cholinesterase (Enzim yang
mengontrol transmisi impulse saraf) sehingga mempengaruhi kerja susunan saraf
pusat yang berakibat terganggunya fungsi organ penting lainnya dalam tubuh.
Keracunan pestisida golongan Organochlorine dapat merusak saluran pencernaan,
jaringan, dan organ penting lainnya.
• Arsene
Arsene berwarna abu-abu, namun bentuk ini jarang ada di lingkungan.
Arsen di air ditemukan dalam bentuk senyawa dengan satu atau lebih elemen lain.
Senyawa Arsen dengan oksigen, klorin atau belerang sebagai Arsen inorganik,
sedangkan senyawa dengan Carbon dan Hydrogen sebagai Arsen Organik. Arsen
inorganik lebih beracun dari pada arsen organik. Suatu tempat pembuangan
limbah kimia mengandung banyak arsen, meskipun bentuk bahan tak diketahui
(Organik/ Inorganik). Industri peleburan tembaga atau metal lain biasanya
melepas arsen inorganik ke udara. Arsen dalam kadar rendah biasa ditemukan
pada kebanyakan fosil minyak, maka pembakaran zat tersebut menghasilkan
kadar arsen inorganik ke udara, dan penggunaan arsen terbesar adalah untuk
pestisida.
Pemajanan
Arsen ke dalam tubuh manusia umumnya melalui oral, dari makanan atau
minuman. Arsen yang tertelan secara cepat akan diserap lambung dan usus halus
kemudian masuk ke peredaran darah.
37
Dampak terhadap Kesehatan
Arsen inorganik telah dikenal sebagai racun manusia sejak lama, yang
dapat mengakibatkan kematian. Dosis rendah akan mengakibatkan kerusakan
jaringan, bila melalui mulut, pada umumnya efek yang timbul adalah iritasi
saluran makanan, nyeri, mual, muntah dan diare. Selain itu mengakibatkan
penurunan pembentukan sel darah merah dan putih, gangguan fungsi jantung,
kerusakan pembuluh darah, luka di hati dan ginjal.
• Nitrogen Oxide (NOx)
NOx merupakan bahan polutan penting dilingkungan yang berasal dari
hasil pembakaran dari berbagai bahan yang mengandung Nitrogen.
Pemajanan
Pada manusia pada umumnya melalui inhalasi atau pernafasan.
Dampak terhadap kesehatan
Berupa keracunan akut sehingga tubuh menjadi lemah, sesak nafas, batuk
yang dapat menyebabkan edema pada paru-paru
• Sulfur Oxide (SOx)
Sumber SO2 bersal dari pembakaran BBM dan batu bara, penyulingan
minyak, industri kimia dan metalurgi.
Dampak terhadap Kesehatan
• Bila pemajanan lewat ingesti efeknya berat, rasa terbakar di mulut, pharynx,
abdomen yang disusul dengan muntah, diare, tinja merah gelap (melena). Tekanan
darah turun drastis.
38
• Pemajanan lewat inhalasi, menyebabkan iritasi saluran pernafasan, batuk, rasa
tercekik, kemudian dapat terjadi edema paru, rasa sempit didada, tekanan darah
rendah dan nadi cepat.
• Pemajanan lewat kulit terasa sangat nyeri dan kulit terbakar.
• Karbonmonoksida (CO)
Karbonmonoksida adalah gas yang tidak berbau dan tidak berwarna,
berasal dari hasil proses pembakaran tidak sempurna dari bahan bakar yang
mengandung rantai karbon.
Pemajanan
Pada manusia melalui inhalasi.
Dampak terhadap kesehatan
• Keracunan akut terjadi setelah terpajan karbonmonoksida berkadar tinggi. CO
yang masuk kedalam tubuh dengan cepat mengikat haemoglobine dalam darah
membentuk karboksihaemoglobine (COHb), sehingga haemoglobine tidak
mempunyai kemampuan untuk mengikat oksigen yang sangat diperlukan untuk
proses kehidupan dari pada jaringan dalam tubuh. Hal ini disebabkan karena CO
mempunyai daya ikat terhadap haemoglobine 200 sampai 300 kali lebih besar dari
pada oksigen, yang dapat mengakibatkan gangguan fungsi otak atau hypoxia,
susunan saraf, dan jantung, karena organ tersebut kekurangan oksigen dan
selanjutnya dapat mengakibatkan kematian.
• Keracunan kronis terjadi karena terpajan berulang-ulang oleh CO yang berkadar
rendah atau sedang. Keracunan kronis menimbulkan kelainan pada pembuluh
darah, gangguan fungsi ginjal, jantung, dan darah.
39
2.2.1.3. Limbah Berbahaya yang Bersumber dari Pertambangan
Pertambangan memerlukan proses lanjutan pengolahan hasil tambang
menjadi bahan yang diinginkan. Misalnya proses dipertambangan emas,
memerlukan bahan air raksa atau merkuri akan menghasilakan limbah logam berat
cair penyebab keracunan syaraf dan merupakan bahan teratogenik. Adapun
penjelasan mengenai limbah berbahaya yang dihasilkan oleh pertambangan adalah
sebagai berikut.
1. Merkuri
Logam merkuri (Hg) adalah salah satu trace element yang memiliki sifat
cair pada temperatur ruang dengan gaya berat spesifik (specific gravity) dan daya
hantar listrik yang tinggi, mudah bergerak, tidak berbau, tidak larut dalam air,
sebagai pelarut organik, cenderung membentuk Alloy dengan logam lain,
bertekanan uap tinggi dan berat jenis yaitu 13,54 pada suhu 20 C. Karena sifat-
sifat tersebut, merkuri banyak digunakan baik dalam kegiatan perindustrian
maupun laboratorium. Merkuri merupakan zat yang sangat beracun bagi makhluk
hidup baik sebagai unsur tunggal maupun yang telah membentuk persenyawaan
(Palar, 2004).
o
Menurut William et . a l (1995) beberapa sumber polutan yang
menyebabkan terjadinya penimbunan merkuri di lingkungan laut, yang terpenting
adalah industri penambangan logam, industri bijih besi, termasuk metal plating,
industri yang memproduksi bahan kimia, baik organik maupun anorganik, dan
sampah domestik (offshore dumping), lumpur dan lain-lain.
Telah lama diketahui bahwa merkuri dan turunannya sangat beracun,
sehingga kehadirannya di lingkungan perairan dapat mengakibatkan kerugian
40
pada manusia karena sifatnya yang mudah larut dan terikat jaringan tubuh
organisme air. Merkuri harus ditangani dengan hati-hati, dijauhkan dari anak-anak
dan wanita yang sedang hamil. Standar yang ditetapkan badan-badan internasional
untuk merkuri adalah sebagai berikut: di air minum 2 ppb (2 gr dalam
1.000.000.000 (satu milyar gr air atau kira-kira satu juta liter)). Di makanan laut 1
ppm (1 gram tiap 1 juta gram) atau satu gram dalam 10 ton makanan. Di udara 0,1
mg (miligram) metilmerkuri setiap 1 m3, 0,05 mg/m3 logam merkuri untuk
orang-orang yang bekerja 40 jam seminggu (8 jam sehari) (Ismunandar, 2002).
Sifat ion Merkuri yang mudah berinteraksi dengan air, maka merkuri
dengan mudah memasuki tubuh melalui tiga cara, yaitu melalui kulit, inhalasi
(pernafasan) maupun lewat makanan. Bila masuk melalui kulit akan menyebabkan
reaksi alergi kulit berupa iritasi kulit, reaksi seperti ini tidak perlu menunggu lama
cukup mandi beberapa kali di sungai atau di laut yang tercemar merkuri, kulit pun
akan segera mengalami iritasi. Pekerja yang biasa menggunakan merkuri berisiko
tinggi menghirup uap merkuri lewat hidungnya. Uap yang terhirup ini dapat
menyebabkan gangguan pada saluran pernafasan dan paru, sehingga saraf juga
bisa rusak. Cara lain masuknya merkuri ke dalam tubuh manusia adalah melalui
makanan atau minuman. Jadi pada gilirannya, manusia sendiri juga ikut
menimbun merkuri dalam tubuhnya. Dampak akibat masuknya merkuri ke dalam
tubuh biasanya muncul dalam waktu lama, bisa bulanan atau tahunan tergantung
kadar merkuri yang masuk. Merkuri akan menumpuk dan selanjutnya
mengganggu fungsi ginjal atau sering disebut nefrotoksik (Budiawan, 2009).
41
1.1. Proyek Merkuri Global Penilaian Lingkungan di dua area pertambangan emas skala kecil di Indonesia
Tujuan dari proyek ini adalah untuk memimpin penilaian terhadap
besarnya kontaminasi merkuri dalam dua area pertambangan emas tersebut,
memberikan dukungan secara teknik untuk langkah- langkah intervensi yang akan
dilakukan, penyelidikan keberadaan sumber merkuri saat ini dan sebelum adanya
kegiatan tambang, evaluasi ketersediaan merkuri serta pergerakannya melalui
karakteristik hidrokomia, geokimia, mineralogy, dan bioindikator.
Pertambangan batu keras dilakukan didalam lubang sempit dengan
diameter 50-70 cm dan kedalaman mencapai 30 m, penemuan bijih emas
utamanya dilakukan dengan mencari lapisan-lapisan urat-urat emas dalam batu-
batu vulkanik. Lalu untuk mengangkat bijih-bijih emas yang ditemukan dilakukan
dengan menggunakan karung-karung agar dapat diangkut dari kedalaman 30 m
tersebut ke permukaan lubang tambang. Setelah mengumpulkan bijih-bijih emas
tersebut, barulah dilakukan pengolahan untuk mendapatkan emas. Bijih-bijih
tersebut diangkut dan dibawa ke tempat penggilingan, lalu bijih-bijih tersebut
dihancurkan dengan alat penggilingan untuk mendapatkan kualitas bijih yang
terbaik.
Setelah didapatkan bijih dengan kualitas yang terbaik selanjutnya adalah
memasukkan bijih-bijih tersebut ke dalam tromel untuk dihancurkan kembali,
setelah itu dilakukan pencampuran langsung dengan menggunakan merkuri tanpa
konsentrasi gravitasi untuk mendapatkan emas yang diinginkan. Merkuri yang
hilang setelah proses pencampuran untuk Kasus di Tatelu, dimana terdapat 100
unit dengan 12 tromel per unit yang menggunakan 1 kg merkuri per tromel untuk
42
satu kali putaran, dimana dilakukan 3 kali putaran per hari adalah sebanyak 2 %
dari total 3600 kg per hari penggunaan merkuri yaitu sekitar 72 kg merkuri yang
hilang per harinya.
Rasio penggunaan merkuri untuk mengikat emas yang normal biasanya
ada pada interval 1:1 hingga 2:1, untuk kasus di Tatelu ini rasio penggunaan
merkuri untuk mengikat emasnya adalah 60:1, jadi untuk satu kg emas digunakan
60 kg merkuri. Hal tersebut menyebabkan besarnya merkuri yang hilang ke
lingkungan, sehingga besar pula resiko bahaya kesehatan yang dihadapi, terutama
yang melakukan pengolahan bijih emas yang berinteraksi langsung dengan
merkuri tersebut akan mudah terkontaminasi merkuri yaitu melalui udara yang
dihirupnya yang telah terkontaminasi merkuri.
Sedangkan untuk di daerah Galangan, jumlah merkuri yang hilang setelah
proses pencampuran dimana terdapat 500 unit dan hanya melakukan 1 kali
putaran per harinya dengan penggunaan merkuri 1kg per tromel. Dan rasi
penggunaa merkuri untuk mengikat emasnya hanya 2,4:1 yaitu 2,4 kg merkuri
untuk 1 kg emas. Di daerah Galangan ini lebih sedikit menggunakan merkuri
dibanding di daerah Tatelu (Saulo dkk, 2004).
2. Sianida
Sianida secara alami terbentuk dalam ikatan yang dihasilkan oleh reaksi
biokimia. Banyak spesies tumbuhan yang terdiri atas senyawa organik yang
mengandung sianida dalam bentuk cyanogenic glycosides (Knowles, 1976 dalam
Hardiani, Lidya 2002). Contohnya sianida yang terdapat pada tanaman seperti
selada, jagung, ubi, kedelai, dan almond, selain tanaman sianida juga terdapat
43
dalam asap rokok (hardiani, 2002.) berdasarkan tingkat keracunannya, dikenal
tiga macam senyawa sianida, yaitu:
a. Sianida bebas (CN free)
Sianida bebas adalah jumlah dari konsentrasi HCN dan ion CN- dalam
larutan air. CN free beracun bagi manusia, hewan mamalia dan spesies air
(Doudoroff, 1976 dalam Hardiani, 2002.). Dosis mematikan untuk manusia
dewasa sangat bervariasi tergantung pada besarnya pemaparan, seperti dibawah
ini:
• 1 sampai 3 mg/kg berat tubuh, jika terminum;
• 100 sampai 300 ppm, jika terhirup;
• 100 mg/kg berat tubuh jika terserap.
b. Sianida Total (Total Cyanide)
Sianida total adalah jumlah konsentrasi dari senyawa sianida yang terdapat
dalam air termasuk senyawa kompleks sianida logam. Dalam terminologi, CN
total dituliskan CN-, dan CN free juga berlabel CN-, dengan demikian terkadang
sulit membedakan antara CN total dengan CN free. Pada umumnya ahli biologi
dan ilmuwan-ilmuwan lingkungan lebih menyukai peraturan yang menunjukkan
terminologi CN free, karena CN total kurang beracun bila dibandingkan CN free.
c. Weak Acid Dissociable Cyanide (CN WAD)
CN wad adalah jumlah konsentrasi dari senyawa sianida yang terdisosiasi
dalam asam lemah. Konsentrasi ini tidak termasuk senyawa kompleks sianida
yang stabil (seperti ferisianida, ferosianida dan senyawa kompleks sianida logam
lainnya). Logam-logam yang biasanya berikatan dengan sianida jenis ini antara
lain Zinc dan Cadmium. Masing-masing logam yang berikatan dengan sianida
44
memiliki efek toksisitas tersendiri. Untuk Zinc sianida efek toksisitasnya antara
0,18 sampai 0,26 mg/l, sedangkan Cadmium sianida sebesar 0,18 mg/l.
Pencemaran sianida pada proses pengolahan bijih emas menurut Soedjoko
et al (1991) adalah gangguan akibat penggunaan sianida yang mungkin timbul
dalam proses ekstraksi emas, meliputi antara lain tercemarnya air sungai, air tanah
dan udara. Sianidasi biasanya diterapkan oleh perusahaan-perusahaan yang
bermodal besar, maka pada umumnya mereka sudah melengkapinya dengan unit
pengendali limbah, meresirkulasikan limbah cairnya ke dalam proses pengolahan
dan membuat tailing pond/tailing dam, dimana disini terjadi degradasi sianida
secara alami. Namun demikian pencemaran masih tetap akan ada, apabila
penanganannya tidak dilakukan dengan baik dan tidak dilakukan pengawasan dan
pemantauan secara terus menerus terhadap limbah yang akan dibuang ke sungai.
Soedjoko et al (1991) juga menyebutkan bahwa pemakaian garam-garam
sianida pada industri, seperti pengolahan emas dapat menimbulkan dampak
negatif terhadap kesehatan manusia/pekerja. Hal ini disebabkan karena ion sianida
mempunyai sifat menghambat kerjanya beberapa sistem enzim dalam tubuh
manusia. Enzin yang sangat peka terhadap sianida adalah enzim sitokrom oksidase
dan enzim lainnya yang mengontrol oksidasi dalam jaringan sel. Jaringan sel yang
terhambat oleh ion sianida tidak dapat menggunakan oksigen yang dibawa oleh
darah, sebagai akibatnya pembentukan oxyhaemoglobin yang diperlukan untuk
pembakaran terganggu. Persenyawaan sianida berupa gas sangat mudah diserap
oleh paru-paru dan penyerapan melalui kulit umumnya lambat. Serangan sianida
berjalan cepat, gejala yang timbul umumnya: lemah, sakit kepala, pandangan
kabur, dan kadang-kadang pingsan.
45
2.2.1.4. Limbah Berbahaya yang Bersumber dari Rumah Sakit
Setiap ruang kerja di rumah sakit berpotensi menghasilkan limbah, baik
limbah padat maupun limbah cair. Adapun jenis limbah dari setiap ruang dapat
berbeda-beda sesuai dengan fungsi ruangan tersebut. Secara umum, berdasarkan
asalnya sampah rumah sakit dibedakan menjadi 3 (tiga), yaitu:
1. Sampah Anatomis, contoh: potongan tubuh manusia
2. Sampah Non anatomis, contoh: perban, kapas, kasa pembalut luka
3. Sampah inventaris/administrasi dan sampah domestik, contoh: pembungkus
makanan, sisa makanan pasien, kertas, kardus, plastik.
Berdasarkan sifatnya dapat dikelompokkan kedalam dua kategori, yaitu
sampah medis atau klinis, dan sampah non medis. Dari keseluruhan sampah
rumah sakit, sekitar 10% merupakan sampah infektif (dapat menularkan penyakit)
sehingga memerlukan penanganan terlebih dahulu sebelum dibuang. Sedangkan
limbah cair dikelompokkan menjadi dua, yaitu limbah cair infektif dan limbah
cair non infektif. Limbah cair infektif terutama berasal dari kegiatan-kegiatan:
1. Pengobatan/perawatan pasien dengan penyakit infeksi, berupa buangan
pasien dan pencucian peralatan pasien.
2. Kegiatan operasi dan kegiatan laboratorium klinis berupa darah, sisa obat,
dan pencucian peralatan.
3. Kegiatan laundry dan pembersihan ruangan infektif.
Sedangkan sumber limbah cair non infektif berasal dari kegiatan seperti:
1. Dapur
2. Pembersih ruangan-ruangan non infektif
46
Limbah medis atau klinis adalah limbah yang berasal dari pelayanan
medis, perawatan gigi, veterinary (kedokteran hewan), pengobatan, terapi,
penelitian. Rumah sakit merupakan penghasil limbah medis terbesar, berbagai
jenis limbah yang dihasilkan di rumah sakit dan unit-unit pelayanan kesehatan
bisa membahayakan dan menimbulkan gangguan kesehatan bagi pengunjung
terutama bagi petugas yang menangani limbah tersebut serta masyarakat di sekitar
rumah sakit. Berdasarkan potensi bahaya yang terkandungdalam limbah medis,
maka jenis limbah dapat digolongkan sebagai berikut (Depkes RI, 1996 dalam
Ariany, 2005):
1. Limbah Benda Tajam
Selain berpotensi menyebabkan cidera melalui sobekan atau tusukan, limbah
benda tajam juga memiliki potensi bahaya tambahan yang dapat menularkan
penyakit digunakan untuk pengobatan pasien infeksi.
2. Limbah infeksius
Limbah infeksius mencakup pengertian sebagai berikut:
a. Limbah yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan isolasi penyakit
menular (perawatan intensif)
b. Limbah laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan mikrobiologi
dari poliklinik dan ruangan perawatan (isolasi) penyakit menular.
3. Limbah jaringan tubuh
Jaringan tubuh meliputi organ, anggota badan, darah, cairan tubuh yang
dihasilkan pada saat pembedahan (autopsi).
4. Limbah sitotoksik
47
Limbah sitotoksik adalah bahan yang terkontaminasi atau mungkin
terkontaminasi dengan obat sitotoksik selama peracikan, pengangkutan atau
tindakan terapi sitotoksik.
5. Limbah farmasi
Limbah farmasi berasal dari obat-obatan yang kadaluarsa, obat-obatan yang
terbuang karena batch yang tidak memenuhi spesifikasi atau kemasan yang
terkontaminasi, obat-obatan yang dikembalikan oleh pasien atau dibuang oleh
masyarakat, obat-obatan yang tidak diperlukan lagi oleh institusi yang
bersangkutan, limbah yang dihasilkan selama produksi obat-obatan.
6. Limbah kimia
Limbah kimia dihasilkan dari penggunaan kimia dalam tindakan medis,
veterinary, laboratorium, proses sterilisasi dan riset.
7. Limbah radioaktif
Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radioisotop yang
berasal dari penggunaan medis atau riset radionukleida. Limbah ini dapat
berasal dari antara lain tindakan kedokteran nuklir, radiommunoasaay dan
bakteriologis. Limbah ini dapat berbentuk padat, cair maupun gas.
2.2.1 Nilai Harapan Hidup
Keberhasilan program kesehatan dan program pembangunan sosial
ekonomi pada umumnya dapat dilihat dari peningkatan usia harapan hidup
penduduk dari suatu negara. Meningkatnya perawatan kesehatan melalui
Puskesmas, meningkatnya daya beli masyarakat akan meningkatkan akses
terhadap pelayanan kesehatan, mampu memenuhi kebutuhan gizi dan kalori,
mampu mempunyai pendidikan yang lebih baik sehingga memperoleh pekerjaan
48
dengan penghasilan yang memadai, yang pada gilirannya akan meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat dan memperpanjang usia harapan hidupnya.
Angka Harapan Hidup pada suatu umur x adalah rata-rata tahun hidup
yang masih akan dijalani oleh seseorang yang telah berhasil mencapai umur x,
pada suatu tahun tertentu, dalam situasi mortalitas yang berlaku di lingkungan
masyarakatnya. Angka Harapan Hidup Saat Lahir adalah rata-rata tahun hidup
yang akan dijalani oleh bayi yang baru lahir pada suatu tahun tertentu. Angka
Harapan Hidup merupakan alat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam
meningkatkan kesejahteraan penduduk pada umumnya, dan meningkatkan derajat
kesehatan pada khususnya. Angka Harapan Hidup yang rendah di suatu daerah
harus diikuti dengan program pembangunan kesehatan, dan program sosial
lainnya termasuk kesehatan lingkungan, kecukupan gizi dan kalori termasuk
program pemberantasan kemiskinan.
Idealnya Angka Harapan Hidup dihitung berdasarkan Angka Kematian
Menurut Umur (Age Specific Death Rate/ASDR) yang datanya diperoleh dari
catatan registrasi kematian secara bertahun-tahun sehingga dimungkinkan dibuat
Tabel Kematian. Tetapi karena sistem registrasi penduduk di Indonesia belum
berjalan dengan baik maka untuk menghitung Angka Harapan Hidup digunakan
cara tidak langsung dengan program Mortpak Lite. Contohnya, Angka Harapan
Hidup yang terhitung untuk Indonesia dari Sensus Penduduk Tahun 1971 adalah
47,7 tahun. Artinya bayi-bayi yang dilahirkan menjelang tahun 1971 (periode
1967-1969) akan dapat hidup sampai 47 atau 48 tahun. Tetapi bayi-bayi yang
dilahirkan menjelang tahun 1980 mempunyai usia harapan hidup lebih panjang
yakni 52,2 tahun, meningkat lagi menjadi 59,8 tahun untuk bayi yang dilahirkan
49
menjelang tahun 1990, dan bagi bayi yang dilahirkan tahun 2000 usia harapan
hidupnya mencapai 65,5 tahun. Peningkatan Angka Harapan Hidup ini
menunjukkan adanya peningkatan kehidupan dan kesejahteraan bangsa Indonesia
selama tiga puluh tahun terkahir dari tahun 1970-an sampai tahun 2000.
Tabel 2. Angka Harapan Hidup saat Lahir Propinsi/Kabupaten Angka Harapan Hidup
Laki-laki Angka Harapan Hidup
Perempuan Sumatera Selatan 65,5 69,5
Kab. OKI 64,4 68,5 Kota Palembang 69,9 73,5
Jawa Barat 63,8 68,0 Kab. Kuningan 63,4 67,7 Kota Bandung 70,0 73,6
NTT 62,9 67,2 Kab. Flores Timur 63,5 67,8
Kab. Timor Tengah Utara 62,6 67,0 Sumber: Menurut Beberapa Propinsi dan Kabupaten/Kota, yang dihitung dari data Susenas 2004 memakai program Mortpak 4. 2.3. Pertambangan Emas Liar (PETI)
PETI adalah usaha pertambangan yang dilakukan oleh perseorangan,
sekelompok orang, perusahaan atau yayasan berbadan hukum yang dalam
operasinya tidak memiliki izin dari instansi pemerintah pusat atau daerah sesuai
peaturan perundang-undangan yang berlaku. Jadi semua izin, rekomendasi, atau
bentuk apapun yang diberikan kepada perseorangan, sekelompok orang,
perusahaan atau yayasan oleh instansi pemerintah diluar ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, dapat dikategorikan sebagai PETI.
Pertambangan emas tradisional yang dilakukan secara turun temurun dan
telah berlangsung sebelum Indonesia merdeka, merupakan cikal bakal usaha
pertambangan yang kemudian dikenal sebagai PETI. PETI emas di Gunung
Pongkor memasuki kawasan pertambangan emas Pongkor PT. ANTAM sejak
tahun 1991 dan lebih dikenal dengan istilah gurandil. Keberadaan PETI awalnya
50
sekitar puluhan orang dan aktifitasnya dilakukan dengan sembunyi-sembunyi
(KLH, 2002).
Adanya krisis moneter yang diikuti dengan krisis ekonomi pada tahun
1998 di Indonesia menambah jumlah PETI yang datang menjadi ribuan dengan
komposisi perbandingan jumlah PETI yaitu: pendatang 70% dan penduduk lokal
30%. Secara teknis kegiatan para pelaku kegiatan PETI di Gunung Pongkor
dibedakan menjadi: (1). PETI: Pemahat, kuli pikul dan pemilik lubang, (2).
Kelompok pendukung: pemodal, pengolah, penampung, dan oknum aparat/jawara
yang bertindak sebagai pelindung kegiatan PETI (beking). Pola kegiatan PETI
dapat dilihat dari diagram berikut:
Pemikul
Suplai gelundungan dan merkuri
Pengolahan emas di lokasi
Penggalian
Pengolahan emas di luar lokasi penggalian
Di dalam Kec.Nanggung
Penadah
Di luar Kec. Nanggung
Penggali
Lokasi Kegiatan PETI
PEMODAL+BEK I NG
Sumber: KLH, 2002 Gambar 4. Diagram alir kegiatan PETI emas di Pongkor
51
Pengolahan bijih-bijih emas yang telah ditambang dilakukan dengan cara
sederhana serta menggunakan bahn kimia merkuri (Hg) yang berfungsi sebagai
pengikat butiran-butiran emas membentuk bullion, karena sifat merkuri yang
cenderung membentuk Alloy bila bereaksi dengan logam lain. Batuan yang
ditambang diremukkan menjadi butiran-butiranyang halus. Kemudian butirn-
butiran tersebut dimasukkan ke dalam alat yang dinamakan glundungan, yang
dicampur dengan bahan kimia merkuri (Hg) dan air. Untuk satu alat glundungan
yang berkpasitas 8-12 kg diperlukan 0,5-1 kg merkuri. Setelah melalui proses
penggelundungan selama ±6-8 jam dihasilkan bullion (emas+merkuri).
Selanjutnya dari bullion-bullion ini dilakukan pemurnian dan peleburan
(Hasmalina, 2004). Diagram prosesnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Sumber: KLH, 2002
Gambar 5. Proses pengolahan emas oleh PETI di Gunung Pongkor
Penggilingan+Amalgamisasi
Emas
Peleburan
Retorting
Pengotor + emas yang tidak terambil
+ air raksa yang hancur
Buangan Limbah/Tailing Di Sungai atau ditmbun
Bullion Emas+Raksa Air Raksa
BIJIH EMAS
52
2.4. Metode Transfer Benefit
Transfer benefit adalah sebuah proses mengadopsi estimasi nilai yang
telah ada dan mentransfernya kedalam sebuah aplikasi baru yang berbeda dari
bentuk aslinya (Boyle and Bergstrom, 1992). Terdapat dua tipe dari transfer
benefit, yaitu transfer nilai dan transfer fungsi. Transfer nilai adalah mengadopsi
sebuah estimasi nilai tunggal atau estimasi poin rata-rata dari beberapa penelitian,
untuk mentransfer kedalam aplikasi kebijakan baru. Transfer fungsi menggunakan
jumlah estimasi untuk memprediksi nilai yang seragam untuk membuat aplikasi
kebijakan yang baru.
Transfer benefit biasanya digunakan dalam analisis-analisis kebijakan
karena estimasi-estimasi nilai diluar lokasi aslinya jarang yang sangat cocok untuk
pertanyaan-pertanyaan kebijakan yang spesifik. EPA membuat petunjuk praktis
untuk memimpin cara transfer benefit, yang telah dibuat berupa panduan tinjauan
untuk memimpin analisis-analisis tersebut (EPA, 2000a). Karena transfer benefit
meliputi penggunaan data yang telah ada, maka transfer benefit tidak menetapkan
batasan eror untuk nilai dalam aplikasi baru setelah ditransfer. Untuk alasan-
alasan ini, transfer benefit secara umum dipertimbangkan sebagai metode valuasi
kedua terbaik oleh para ekonomis.
2.5. Kasus Minamata
Penyakit minamata pertama kali ditemukan di Kumamoto pada tahun
1956, dan pada tahun 1968 Jepang mangumumkan penyakit ini disebabkan oleh
pencemaran pabrik perusahaan Chisso Co. Ltd. Penyakit Minamata diduga akibat
banyaknya ikan dan kerang yang mati di Teluk Minamata karena airnya tercemar
oleh metil merkuri (methylmercury).
53
Gambar 6. Kedudukan teluk Minamata yang terletak di Jepang
Tahun 1908 perusahaan Chisso didirikan dan pada tahun 1932 perusahaan
ini mulai mengeluarkan berbagai jenis produk dari pewarna kuku, peledak dan
sebagainya. Industri ini berkembang melalui industri kimia, dan kemudian mulai
membuang sisa limbahnya ke perairan teluk Minamata. Kira-kira 200-600 ton
merkuri dibuang dari tahun 1932 hingga 1968. Selain merkuri, sisa limbah PT
Chisso juga terdiri dari mangan, thalium, dan selenium.
Gambar 7. Saluran pipa sisa buangan merkuri dari perusahaan Chisso.
Bencana mulai dirasakan pada tahun 1949 ketika kawasan batu karang
semakin rusak, sehingga ikan yang menjadi sumber tangkapan nelayan Minamata
mulai menurun secara drastis. Pada tahun 1953 beberapa ekor kucing yang
memakan ikan dari teluk Minamata mengalami kejang- kejang, seperti menari-
nari, dan mengeluarkan air liur dan beberapa saat kemudian kucing itu mati.
Gambar 8. putaran proses pencemaran yang dimulai dari sisa buangan mengandungi metil
merkuri
54
Pada Tahun 1956, gadis berusia 5 tahun menderita gejala kerusakan otak,
gangguan berkomunikasi, dan kehilangan keseimbangan, akibatnya dia tidak
dapat berjalan seperti biasa, hal yang sama terjadi pada adik dan empat orang
saudaranya. Penyakit ini kemudiannya diberi nama oleh Dr. Hosokawa sebagai
penyakit minamata atau minamata disease.
Tahun 1959 terbukti penyakit Minamata disebabkan oleh keracunan metil
merkuri, dibuktikan melalui kucing yang kejang dan diikuti dengan kematian
setelah diberi makan metil merkuri. Kemudian pada tahun 1960 bukti tersebut
menyatakan bahwa PT Chisso berperanan besar dalam tragedi Minamata, karena
penemuan metil merkuri dalam ekstrak kerang dari teluk Minamata. Sedimen
kerang mengandung 10-100 ppm metil merkuri, sedangkan di dasar dekat
pembuangan pabrik mencapai 2000 ppm. Akhirnya pada tahun 1968 pemerintah
secara resmi mengakui sisa buangan pabrik Chisso sebagai sumber utama
penyebab penyakit Minamata.
Tabel 3. Daftar Waktu Perkembangan Kasus Minamata
Tahun Kejadian
1908 Perusahaan Chisso berdiri
1932 Chisso mengeluarkan berbagai jenis produk dari pewarna kuku, peledak, dan sebagainya
1932-1968 Kira-kira 200-600 ton merkuri dibuang ke alam
1949 Batu karang semakin rusak, ikan semakin sulit didapat
1953 Beberapa ekor kucing yang memakan ikan dari Teluk Minamata mengalami kejang- kejang, mengeluarkan air liur kemudian mati
1956
Gadis berusia 5 tahun menderita gejala kerusakan otak, gangguan berkomunikasi, dan kehilangan keseimbangan akibatnya tidak bisa berjalan, dan hal yang sama terjadi pada adik dan 4 orang saudaranya
1959 Terbukti penyakit Minamata disebabkan oleh metil merkuri
1960
PT. Chisso dinyatakan berperan besar dalam tragedi Minamata karena ditemukan metil merkuri dalam ekstrak kerang (10-100ppm) dari teluk Minamata
55
1968 Pemerintah Jepang secara resmi mengakui sisa buangan PT. chisso sebagai penyebab penyakit Minamata
1973 Distrik Kumamoto menetapkan bahwa Chisso secara resmi bertanggungjawab atas terjadinya penyakit Minamata
1988
Presiden dan Direktur Chisso dihukum bersalah dan harus membayar kompensasi untuk gejala gangguan sensorik yang parah menerima 2.6 juta yen dari Chisso
1995 Telah tercatat 14.753 orang mengaku menjadi korban pencemaran di Minamata
2.4.1 Gejala-gejala akibat penyakit Minamata
Minamata adalah penyakit yang disebabkan keracunan metil merkuri
dengan mengakibatkan gangguan pada saraf pusat dan otak karena logam merkuri.
Penyakit Minamata tidak menular secara genetik. Selain itu, penyakit Minamata
juga tidak dapat diobati contonya dengan Antibiotik karena bukan disebabkan
oleh infeksi, namun dengan merawat secara khusus dapat mengurangi gejala dan
fisioterapi fisik.
Gambar 9. Korban yang mengalami kekejangan otot
Untuk pengetahuan anda, merkuri banyak digunakan dalam industri seperti
Thermometer, baterai dan soda. Pada tubuh manusia metil merkuri menyebar ke
seluruh jaringan terutama darah dan otak. Sekitar 90% ditemukan dalam sel darah
merah dan sisanya dibuang melalui empedu ke saluran pencernaan juga air
kencing. Metil merkuri memasuki tubuh manusia melalui tiga cara, yaitu melalui
kulit, inhalasi(pernafasan) dan juga makanan. Apabila ia memasuki melalui kulit
ia akan menyebabkan reaksi alergi pada kulit. Reaksinya berlangsung dengan
singkat, seperti mandi beberapa kali pada air yang tercemar merkuri, kulit akan
segera mengalami iritasi. Kadar metil merkuri tertinggi dapat ditemukan pada
56
ginjal, hati, dan otak. Selain itu juga dapat menyebabkan radang buah pinggang
atau nephritis, efek-efek saraf dan Jantung. Setelah keracunan, dapat timbul
gangguan pada sistem saluran pencernaan dan pernafasan. Metil merkuri juga
dapat menembus blood brain barrier dan menimbulkan kerusakan di otak.
Metil merkuri yang masuk tubuh manusia akan menyerang sistem saraf
pusat, akibatnya terjadi kerusakan sel-sel saraf pada otak kecil, selaput saraf dan
bagian otak yang mengatur penglihatan. Korbannya mengalami kejang- kejang
(paresthesia), gangguan berkomunikasi, hilang daya mengingat, ataxia dan lain-
lain lagi. Gejala-gejala dapat berkembang lebih buruk menjadi seperti kesulitan
menelan, kelumpuhan, kerusakan otak, dan terakhir adalah kematian. Penderita
kronik penyakit ini mengalami sakit kepala, sering lelah, hilang kemampuan indra
perasa dan pembau serta menjadi pelupa (Anonim).
2.4.1. Kompensasi kepada Para Korban
Korban akibat penyakit minamata semakin bertambah banyak karena
penduduk pada distrik Kumamoto mayoritas mengkonsumsi ikan yang merupakan
media transfer utama merkuri kedalam tubuh para korban, ditambah dengan
penyakit minamata bawaan yang menyerang anak-anak yang dilahirkan setelah
adanya penyakit minamata ini. Pada tahun 1958 tepatnya bulan Agustus dibentuk
lembaga solidaritas keluarga dan penderita penyakit minamata yang beraksi untuk
menuntut dana kompensasi bagi para korban. Pihak perusahan tetap mengelak
bahwa penyakit tersebut tidak disebabkan oleh limbah yang dihasilkan oleh
perusahaan Chisso tersebut. Lembaga solidaritas ini tetap berjuang yang akhirnya
pada akhir tahun 1959 mereka ditawarkan kontrak oleh perusahaan Chisso melalui
gubernur Teramoto yang berisi pemberian dana kompensasi kepada korban yang
57
meninggal sebesar 300 ribu yen dengan biaya pemakaman sebesar 20 ribu yen,
dan bagi mereka yang masih hidup diberikan dana kompensasi sebesar 100 ribu
yen untuk orang dewasa dan 30 ribu yen untuk anak-anak per tahunnya.
Hingga tahun 1995 masalah permintaan dana kompensasi terus
berlangsung, karena tidak semua korban mendapatkan dana kompensasi namun
hanya yang memiliki sertifikasi saja yang akan mendapatkan dana kompensasi.
Pada tanggal 27 April tahun 2001 para korban menuntut penegakan hukum hingga
ke pengadilan tinggi Osaka, dan memutuskan bahwa pemerintah tidak ada usaha
untuk menolong dan bertanggung jawab akibat limbah perusahaan Chisso sebagai
biang pencemaran yang berujung pada penyakit minamata, dan pemerintah
diharuskan untuk bertanggungjawab dengan memberi kompensasi bagi para
korban. Pada tanggal 11 Mei 2001 kasus ini dibawa lagi ke pengadilan tinggi
Jepang dan kasus ini berlanjut tanpa kesimpulan. Seiring dengan meninggalnya
para korban, pada faktanya penyakit minamata belumlah berakhir hingga saat ini.
Sebagai kelanjutan gugatan masyarakat yang terkena penyakit Minamata
kepada pemerintah Jepang sejak tahun 1995, telah digelar persidangan di
Pengadilan Tinggi Kansai di Osaka Jepang pada tanggal 15 Oktober 2004. Hasil
dari persidangan tersebut adalah memutuskan untuk memenangkan gugatan 37
orang masyarakat yang terkena penyakit Minamata dan mengharuskan pemerintah
Jepang dan perusahaan Chisso memberi dana kompensasi sebagai bentuk
tanggungjawab akibat pencemaran yang ditimbulkan sebesar 71.500.000 yen
kepada korban.