BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PENGERTIAN STRUKTUR … · besar aktivanya berupa aktiva tetap,...

22
15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PENGERTIAN STRUKTUR PENDANAAN Struktur pendanaan mengindikasikan bagaimana perusahaan membiayai kegiatan operasionalnya atau bagaimana perusahaan membiayai aktivanya. Riyanto (1993:15) mengatakan bahwa “Struktur finansial mencerminkan cara bagaimana aktiva-aktiva perusahaan dibelanjai, dengan demikian struktur finansial tercermin pada keseluruhan pasiva dalam neraca. Struktur finansial mencerminkan pula perimbangan antara keseluruhan modal asing (baik jangka pendek maupun jangka panjang) dengan jumlah modal sendiri”. Struktur pendanaan merupakan perbandingan antara hutang (modal asing) dengan ekuitas (modal sendiri). Keputusan pendanaan berkaitan dengan pemilihan sumber dana, baik yang berasal dari dalam (internal) maupun dari luar (eksternal) perusahaan, sangat mempengaruhi nilai perusahaan. Sumber dana perusahaan yang berasal dari sumber internal yaitu laba ditahan dan depresiasi. Dana yang diperoleh dari sumber dana eksternal adalah dana yang berasal dari para kreditur dan pemilik, peserta atau pengambil bagian didalam perusahaan. Pemenuhan kebutuhan dana yang berasal dari kredit merupakan hutang bagi perusahaan atau disebut dengan metode pembelajaran dengan utang (debt financing). Dana yang diperoleh dari para pemilik, serta atau mengambil

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PENGERTIAN STRUKTUR … · besar aktivanya berupa aktiva tetap,...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PENGERTIAN STRUKTUR … · besar aktivanya berupa aktiva tetap, komposisi penggunaan hutang akan lebih didominasi oleh hutang jangka panjang (Brigham,

15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. PENGERTIAN STRUKTUR PENDANAAN

Struktur pendanaan mengindikasikan bagaimana perusahaan

membiayai kegiatan operasionalnya atau bagaimana perusahaan membiayai

aktivanya. Riyanto (1993:15) mengatakan bahwa “Struktur finansial

mencerminkan cara bagaimana aktiva-aktiva perusahaan dibelanjai, dengan

demikian struktur finansial tercermin pada keseluruhan pasiva dalam neraca.

Struktur finansial mencerminkan pula perimbangan antara keseluruhan modal

asing (baik jangka pendek maupun jangka panjang) dengan jumlah modal

sendiri”. Struktur pendanaan merupakan perbandingan antara hutang (modal

asing) dengan ekuitas (modal sendiri).

Keputusan pendanaan berkaitan dengan pemilihan sumber dana,

baik yang berasal dari dalam (internal) maupun dari luar (eksternal)

perusahaan, sangat mempengaruhi nilai perusahaan. Sumber dana perusahaan

yang berasal dari sumber internal yaitu laba ditahan dan depresiasi. Dana

yang diperoleh dari sumber dana eksternal adalah dana yang berasal dari para

kreditur dan pemilik, peserta atau pengambil bagian didalam perusahaan.

Pemenuhan kebutuhan dana yang berasal dari kredit merupakan hutang bagi

perusahaan atau disebut dengan metode pembelajaran dengan utang (debt

financing). Dana yang diperoleh dari para pemilik, serta atau mengambil

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PENGERTIAN STRUKTUR … · besar aktivanya berupa aktiva tetap, komposisi penggunaan hutang akan lebih didominasi oleh hutang jangka panjang (Brigham,

16

bagian dalam perusahaan merupakan modal sendiri perusahaan. Proporsi atau

bauran dari penggunaan modal sendiri dan utang dalam memenuhi kebutuhan

dana perusahaan disebut struktur modal perusahaan (Diyanto, 2003).

Ada beberapa rasio yang dapat digunakan untuk mengukur struktur

pendanaan. Dalam penelitian ini, rasio yang dipakai untuk mengukur struktur

pendanaan adalah debt to total asset, yaitu perbandingan antara hutang

dengan total aktiva. Alasan menggunakan total hutang atas aktiva karena

kondisi di Indonesia. Indonesia sebagai Negara yang sedang berkembang

sering menggantikan Hutang Jangka Pendek menjadi Hutang Jangka Panjang

dan Roll Over Hutang Jangka Pendek (Mardi, 2008) .

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Pendanaan

Dalam penetapan struktur pendanaan, perusahaan perlu

mempertimbangkan berbagai variabel yang mempengaruhinya. Birmigham

dan Houston (2001:39) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang

berpengaruh dalam pengambilan keputusan struktur pendanaan antara lain:

1. Stabilitas penjualan

Perusahaan dengan penjualan yang relative stabil dapat lebih aman

memperoleh lebih banyak pinjaman dan menanggung beban tetap yang

lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang penjualannya tidak

stabil, secara historis mampu menggunakan lebih banyak leverage

keuangan daripada perusahaan industri. Semakin stabil penjualan suatu

perusahaan, semakin besar kemungkinan perusahaan membelanjai

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PENGERTIAN STRUKTUR … · besar aktivanya berupa aktiva tetap, komposisi penggunaan hutang akan lebih didominasi oleh hutang jangka panjang (Brigham,

17

kegiatannya dengan utang. Karena stabilitas penjualan akan

mempengaruhi stabilitas pendapatan, yang pada akhirnya akan digunakan

sebagai jaminan untuk memperoleh pinjaman.

2. Struktur aktiva

Perusahaan yang aktivanya sesuai untuk dijadikan jaminan kredit

cenderung lebih banyak menggunakan banyak utang. Aktiva multiguna

yang dapat digunakan oleh banyak perusahaan merupakan jaminan yang

baik, sedangkan aktiva yang hanya digunakan untuk tujuan tertentu tidak

begitu baik untuk dijadikan jaminan.

Dalam suatu perusahaan, struktur aktiva akan mempunyai

pengaruh terhadap sumber-sumber pembelanjaan dalam beberapa cara.

Pertama, pada perusahaan yang sebagian besar modalnya tertanam dalam

aktiva tetap, pemenuhan kebutuhan dana akan diutamakan dari modal

sendiri dan modal asing hanya berfungsi sebagai pelengkap (Riyanto

dalam Diyanto, 2003). Hal ini akan menimbulkan adanya beban tetap yang

berupa biaya tetap. Dan apabila perusahaan menggunkan modal asing

dalam membelanjai aktiva tetapnya maka beban tetap yang akan

ditanggung menjadi lebih besar. Kedua, pada perusahaan yang sebagian

besar aktivanya berupa aktiva tetap, komposisi penggunaan hutang akan

lebih didominasi oleh hutang jangka panjang (Brigham, 1999). Karena

jangka waktu terikatnya dana dalam aktiva tetap adalah lebih ditekankan

pada utang jangka panjang. Hal ini juga dimaksudkan untuk menjaga

likuiditas perusahaan (Diyanto 2003).

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PENGERTIAN STRUKTUR … · besar aktivanya berupa aktiva tetap, komposisi penggunaan hutang akan lebih didominasi oleh hutang jangka panjang (Brigham,

18

3. Leverage operasi

Jika hal-hal lain tetap sama, perusahaan dengan leverage operasi

yang lebih kecil cenderung lebih mampu untuk memperbesar leverage

keuangan karena perusahaan tersebut akan mempunyai risiko bisnis yang

lebih kecil.

4. Tingkat pertumbuhan

Jika hal-hal lain tetap sama, perusahaan yang tumbuh dengan pesat

harus lebih banyak mengandalkan modal eksternal. Lebih jauh lagi, biaya

pengembangan untuk penjualan saham biasa lebih besar dari pada biaya

untuk penerbitan surat utang, yang mendorong perusahaan untuk lebih

banyak mengandalkan utang. Namun, pada saat yang sama perusahaan

yang tumbuh dengan pesat sering mengadapi ketidakpastian yang lebih

besar, yang cenderung mengurangi keinginannya untuk menggunakan

utang.

5. Profitabilitas

Seringkali pengamatan menunjukkan bahwa perusahaan dengan

tingkat yang tinggi atas investasi menggunkan utang yang relatif kecil.

Meskipun tidak ada pembenaran teoritis mengenai hal ini, namun

penjelasan praktis atas kenyataan ini adalah perusahaan yang sangat

menguntungkan, seperti Intel, Microsoft, dan Coca-Cola memang tidak

memerlukan banyak pembiayaan dengan utang. Tingkat pengembalian

yang tinggi memungkinkan perusahaan untuk membiayai sebagian besar

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PENGERTIAN STRUKTUR … · besar aktivanya berupa aktiva tetap, komposisi penggunaan hutang akan lebih didominasi oleh hutang jangka panjang (Brigham,

19

kebutuhan pendanaan mereka dengan dana yang dihasilkan secara

internal(Mardi, 2003).

Perusahaan dengan rate of return yang tinggi cenderung

menggunakan proporsi hutang yang relative kecil. Karena dengan rate of

return yang tinggi, kebutuhan dana dapat diperoleh dari laba ditahan.

Beberapa bukti penelitian (Baskin, 1989; Titman & Wessels, 1988; Thies

& Klock, 1992) dalam Diyanto, 2003 menunjukkan bahwa perusahaan

yang mempunyai tingkat pengembalian keuntungan investasi tinggi,

menggunakan proporsi hutang yang relative kecil.

6. Pajak

Bunga merupakan beban yang dapat dikurangi untuk tujuan

perpajakan, dan pengurangan tersebut sangat bernilai bagi perusahaan

yang terkena tarif pajak yang tinggi. Karena itu, makin tinggi tarif pajak

perusahaan makin besar manfaat penggunaan utang.

7. Pengendalian

Pengendalian utang lawan saham terhadap posisi pengendalian

menajemen dapat mempengaruhi struktur pendanaan. Apabila manajemen

saat ini mempunyai hak suara untuk mengendalikan perusahaan

(mempunyai daham lebih dari 50 persen) tetapi sama sekali tidak

diperkenankan untuk membeli saham tambahan, mereka mungkin akan

memilih utang untuk pembiayaan baru. Dilain pihak, manajemen mungkin

memutuskan untuk menggunakan ekuitas jika kondisi keuangan

perusahaan sangat lemah sehingga penggunaan utang dapat membawa

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PENGERTIAN STRUKTUR … · besar aktivanya berupa aktiva tetap, komposisi penggunaan hutang akan lebih didominasi oleh hutang jangka panjang (Brigham,

20

perusahaan pada risiko kebangkrutan, karena jika perusahaan jatuh

bankrut, para manager tersebut akan kehilangan pekerjaan. Tetapi jika

utangnya terlalu kecil, manajemen menhadapi risiko pengambil alihan.

Jadi, pertimbangan pengendalian tidak selalu menghendaki penggunaan

hutang atau ekuitas karena jenis modal yang member perlindungan terbaik

bagi manajemen bervariasi dari suatu situasi ke situasi yang lain.

Bagaimanapun, jika posisi majemen sangat rawan, situasi pengendalian

perusahaan akan dipertimbangkan.

8. Sikap manajemen

Karena tidak seorang pun dapat membuktikan bahwa struktur

pendanaan yang satu akan membuat harga saham lebih tinggi daripada

struktur pendanaan lainnya, manajemen dapat melakukan pertimbangan

sendiri terhadap struktur pendanaan yang tepat. Sejumlah manajemen

cenderung lebih konservatif daripada manajemen lainnya, sehingga

menggunakan jumlah utang yang lebih kecil dari pada rata-rata perusahaan

dalam industri yang bersangkutan sementara manajemen lain lebih

cenderung menggunakan banyak utang dalam usaha mengejar laba yang

lebih tinggi.

9. Sikap pemberi pinjaman dan lembaga penilaian peringkat

Tanpa memperhatikan analisis para manajer atas faktor-faktor

leverage yang tepat bagi perusahaan mereka, sikap para pemberi pinjaman

dan perusahaan penilai peringkat (rating agency) seringkali

mempengaruhi keputusan struktur keuangan. Dalam sebagian besar kasus,

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PENGERTIAN STRUKTUR … · besar aktivanya berupa aktiva tetap, komposisi penggunaan hutang akan lebih didominasi oleh hutang jangka panjang (Brigham,

21

perusahaan membicarakan struktur pedanaannya dengan pemberi

pinjaman dan lembaga penilai peringkat serta sangat memperhatikan

masukan yang diterima. Misalnya, sebuah perusahaan umum yang besar

diberi tahu oleh Moody dan Standard & Poor bahwa obligasi akan terkena

penururnan peringakat apabila Perum tersebut memberiakan lebih banyak

obligasi. Ini mempengaruhi keputusannya untuk membiayai perluasan

usahanya dengan saham biasa.

10. Kondisi pasar

Kondisi di pasar saham dan obligasi mengalami perubahan jangka

panjang dan pendek yang sangat berpengaruh terhadap struktur pendanaan

perusahaan yang optimal. Misalnya, selama situasi kacaunya kredit di A.

S., pasar obligasi bernilai rendah (junk bonds) kosong, dan tidak ada pasar

dengan tingkat suku bunga yang “wajar” untuk obligasi jangka panjang

yang baru dengan peringkat dibawah tiga B. karena itu perusahaan

berperingkat rendah yang membutuhkan modal terpaksa beralih kepasar

saham atau pasar utang jangka pendek, tanpa memperdulikan struktur

pendanaan yang ditargetkan. Tetapi setelah keadaan membaik perusahaan

ini dapat menjual obligasi untuk mengembalikan struktur pendanaanya

yang ditargetkan semula.

11. Kondisi Internal Perusahaan

Kondisi internal perusahaan juga berpengaruh terhadap struktur

pendanaan yang ditargetkannya. Misalnya, andaikan suatu perusahaan

baru saja menyekesaikan program penelitian dan pengembangan dan

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PENGERTIAN STRUKTUR … · besar aktivanya berupa aktiva tetap, komposisi penggunaan hutang akan lebih didominasi oleh hutang jangka panjang (Brigham,

22

perusahaan tersebut meramalkan laba yang lebih tinggi dalam waktu

dekat. Namun, menaikkan laba tersebut belum diantisipasi oleh investor,

karena belum tercermain dalam harga saham maka lebih menyukai

pembiayaan dengan utang sampai kenaikan laba tersebut terealisasi dan

tercermin pada harga saham. Kemudian pada saat itu perusahaan akan

menerbitkan saham biasa, melunasi utang dan kembali pada struktur

pendanaan yang ditargetkan.

12. Fleksibilitas keuangan

Jika dipandang dari sudut pandang operasional, mempertahankan

fleksibilitas keuangan berarti mempertahankan kapasitas cadangan yang

memadai. Menentukan kapasitas yang memadai tersebut bersifat

pertimbangan, tetapi hal itu jelas bergantung pada beberapa faktor

termasuk ramalan kebutuhan dana perusahaan, ramalan kondisi pasar

modal, keyakinan manajemen atas ramalannya, dan berbagai akibat dari

kekurangan modal.

Atmaja (1994:338) menyatakan bahwa berbagai faktor yang

dipertimbangkan dalam pembuatan keputusan tentang struktur modal adalah

kelangsungan hidup jangka panjang (long-run viability), konservatisme

manajemen, pengawasan, struktur aktiva, risiko bisnis, tingkat pertumbuhan,

pajak, dan cadangan kapasitas peminjaman.

Sedangkan Husnan (1989:261) menyatakan bahwa berbagai faktor

yang menentukan pemilihan struktur pendanaan antara lain:

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PENGERTIAN STRUKTUR … · besar aktivanya berupa aktiva tetap, komposisi penggunaan hutang akan lebih didominasi oleh hutang jangka panjang (Brigham,

23

1. Lokasi distribusi keuntungan

Yang dimaksud dengan lokasi ditribusi keuntungan adalah

seberapa besar nilai yang diharapkan (expacted value) dari

keuntungan perusahaan. Semakin besar expected value keuntungan,

dengan penyimpangan yang sama, maka semakin kecil kemungkinan

mendapat kerugian.

Dengan demikian, maka semakin ke kanan lokasi distribusi

keuntungan, semakin berani perusahaan menggunakan modal asing,

apabila faktor-faktor yang lain sama. Sebaliknya, apabila keuntungan

yang diharapkan berada pada posisi di kiri (lebih rendah) maka

penggunaan modal asing yang mempunyai beban tetap bisa

membahayakan, apabila kondisi usaha menurun.

2. Stabilitas penjualan dan keuntungan

Faktor lain yang menentukan besarnya keuntungan dan dengan

demikian menentukan jumlah hutang yang bisa dipinjam adalah

stabilitas penjualan, yang pada akhirnya mempengaruhi kestabilan

keuntungan. Semakin stabil keuntungan, berarti semakin sempit

penyebarannya, jadi semakin besar kemungkinan perusahaan mampu

memenuhi kewajiban tetapnya. Oleh karena itu, perusahaan bisa

membelanjai kegiatannya dengan proporsi hutang yang lebih besar.

3. Kebijakan deviden

Banyak perusahaan yang mencoba menggunakan kebijakan

deviden yang stabil, yaitu membayarkan sejumlah deviden dalam

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PENGERTIAN STRUKTUR … · besar aktivanya berupa aktiva tetap, komposisi penggunaan hutang akan lebih didominasi oleh hutang jangka panjang (Brigham,

24

jumlah yang konstan. Implikasi kebijakan seperti ini akan langsung

dirasakan bagi manajer keuangan, yaitu harus menyediakan dana

untuk membayar sejumlah deviden yang tetap ini. Denga demikian,

semakin tinggi tingkat leverage-nya, makin besar kemungkinan

perusahaan tidak bisa membayar deviden dalam jumlah yang tetap.

Secara tidak langsung, kebijakan dividen akan mempunyai

pengaruh terhadap tingkat penggunaan hutang suatu perusahaan.

Kebijakan deviden yang stabil menyebabkan adanya keharusan bagi

perusahaan untuk menyediakan sejumlah dana guna membayar

jumlah dividen yang tetap tersebut. Dan apabila perusahaan

menggunakan tingkat hutang yang tinggi, maka ada kemungkinan

bahwa dalam jangka panjang perusahaan tidak akan mampu

membayar dividen yang stabil serta memenuhi beban tetap hutang

(Diyanto, 2003).

4. Pengendalian (Control)

Dalam beberapa peristiwa perusahaan mungkin memilih

menggunakan leverage yang agak tinggi dari pada mengeluarkan

saham baru lagi. Meskipun mungkin pengeluaran saham baru lebih

menguntungkan, mereka mungkin memilih penggunaan hutang. Hal

ini disebabkan karena mereka mungkin segan membagi kepemilikan

(yang berarti juga control) perusahaan dengan orang lain. Sebab bisa

terjadi pihak yang semula memiliki sebagian besar saham, dengan

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PENGERTIAN STRUKTUR … · besar aktivanya berupa aktiva tetap, komposisi penggunaan hutang akan lebih didominasi oleh hutang jangka panjang (Brigham,

25

pengeluaran saham baru akan menjadi berkurang bagiannya. Denga

demikian akan berkurang pula penguasaan atas perusahaan.

5. Risiko kebangkrutan

Dalam prakteknya, suatu perusahaan dihadapkan pada tingkat

bunga yang meningkat makin cepat setelah melewati suatu tingkat

leverage tertentu, karena kreditor mulai khawatir tentang

kebangkrutan perusahaan. Jadi tingkat bunga pinjaman akan berbeda

dengan jumlah yang cukup besar karena adanya risiko kebankrutan

ini. Dengan demikian perusahaan mungkin akan memutuskan untuk

tidak “melanggar” batas tersebut.

Dalam penelitian ini, faktor-faktor yang diteliti pengaruhnya

terhadap struktur pendanaan dalam perusahaan adalah struktur aktiva,

profitabilitas, kebijakan dividen, likuiditas dan ukuran perusahaan.

2.2. PENGERTIAN STRUKTUR AKTIVA

Dalam suatu perusahaan, struktur aktiva akan mempunyai pengaruh

terhadap sumber-sumber pembelanjaan dalam beberapa cara. Pertama, pada

perusahaan yang sebagian besar modalnya tertahan dalam aktiva tetap,

pemenuhan kebutuhan dana akan diutamakan dari modal sendiri dan modal

asing hanya berfungsi sebagai pelengkap (Bambang Riyanto, 1989). Hal ini

disebabkan oleh penggunaan aktiva tetap akan menimbulkan adanya beban

tetap yang berupa biaya tetap. Dan apabila perusahaan menggunakan modal

asing dalam membelanjai aktiva tetapnya maka beban tetap yang akan

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PENGERTIAN STRUKTUR … · besar aktivanya berupa aktiva tetap, komposisi penggunaan hutang akan lebih didominasi oleh hutang jangka panjang (Brigham,

26

ditanggung menjadi lebih besar. Kedua, pada perusahaan yang sebagian besar

aktivanya berupa aktiva tetap, komposisi penggunaan hutang akan lebih

didominasi oleh utang jangka panjang. Hal ini juga dimaksudkan untuk

menjaga likuiditas perusahaan. Penelitian yang membuktikan struktur aktiva

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap debt (Titman & Wessels,

1988; Thies & Klock, 1992) dalam Diyanto (2003).

Struktur aktiva merupakan perbandingan atau perimbangan antara

aktiva lancar dan aktiva tetap akan menentukan struktur kekayaan (struktur

aktiva). Sturktur aktiva merupakan sisi sebelah kiri neraca (aktiva perusahaan

yang harus dibelanjai). Dalam penelitian ini, struktur aktiva diukur dengan

membandingkan antara aktiva tetap terhadap total aktiva.

2.3. PENGERTIAN PROFITABILITAS

Perusahaan yang memiliki profit akan menggunakan lebih banyak

utang (Ooi, 1999) untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar dari

pengurangan pajak (Andrianto dan Wibowo, 2007). Selain itu Gitman

(2003:61) menyatakan tanpa adanya laba perusahaan tidak mungkin dapat

menarik modal dari luar. Pendanaan secara eksternal hanya dimungkinkan

jika kinerja perusahaan yang tercermin dari perolehan laba yang cukup baik.

Dengan adanya laba yang memadai, pemberi pinjaman dapat diyakinkan

bahwa perusahaan dapat membayar bunga secara teratur kepada mereka.

Profitabilitas perusahaan diindikasikan oleh earning (laba). Menurut

Brimigham dan Houston (2001:89) mengatakan bahwa “Profitabilitas adalah

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PENGERTIAN STRUKTUR … · besar aktivanya berupa aktiva tetap, komposisi penggunaan hutang akan lebih didominasi oleh hutang jangka panjang (Brigham,

27

hasil bersih dari serangkaian kebijakan dan keputusan. Ada banyak rasio

yang dapat digunakan untuk mengukur profitabilitas. Rasio-rasio tersebut

memungkinkan analisis untuk mengevaluasi laba perusahaan sehubungan

dengan tingkat penjualan tertentu, tingkat aktiva tertentu, atau ekuitas

pemegang saham. Di dalam penelititan ini, rasio yang dipakai untuk

mengukur profitabilitas adalah Return on asset (ROA). Menurut Dendawijaya

(2005) dalam Lestari (2008) rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan

manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan.

Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang

dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari sisi

penggunaan asset.

Dalam penelitian ini Return on Asset (ROA) dipilih sebagai indikator

pengukur kinerja keuangan perbankan adalah karena Return on Asset digunakan

untuk mengukur efektifitas perusahaan didalam menghasilkan keuntungan

dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Return on Asset merupakan rasio

antara laba sebelum pajak terhadap total asset. Semakin besar Return on Asset

menunjukkan kinerja keuangan yang semakin baik, karena tingkat kembalian

(return) semakin besar. Apabila Return on Asset meningkat, berarti profitabilitas

perusahaan meningkat, sehingga dampak akhirnya adalah peningkatan

profitabilitas yang dinikmati oleh pemegang saham (Husnan, 1998).

Profitabilitas merupakan suatu indikator kinerja yang dilakukan

menejemen dalam mengelola kekayaan perusahaan yang ditunjukkan oleh

laba yang dihasilkan. Secara garis besar, laba yang dihasilkan perusahaan

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PENGERTIAN STRUKTUR … · besar aktivanya berupa aktiva tetap, komposisi penggunaan hutang akan lebih didominasi oleh hutang jangka panjang (Brigham,

28

berasal dari penjualan dan investasi yang dilakukan oleh perusahaan

(Sudarmaji & Sularto:2007).

2.4. PENGERTIAN KEBIJAKAN DEVIDEN

Kebijakan deviden pada hakekatnya menentukan berapa banyak

bagian keuntungan yang akan dibagikan kepada pemegang saham dan berapa

banyak yang akan ditahan. Riyanto (1993:201) mengatakan bahwa

“Kebijakan deviden adalah bersangkutan dengan penentuan pembagian

pendapatan (earning) antara penggunaan pendapatan untuk dibayarkan

kepada para pemegang saham sebagai deviden atau untuk digunakan di

dalam perusahaan, yang berarti pendapatan tersebut harus ditahan didalam

perusahaan”.

Ada beberapa rasio yang dapat digunakan untuk mengukur kebijakan

deviden. Di dalam penelitian ini, rasio yang dipakai untuk mengukur

kebijakan deviden adalah dividend payout ratio Martin, et al (1999:449)

dalam Mardi (2008) mengatakan bahwa “Kebijakan deviden suatu

perusahaan memiliki dua karakteristik. Pertama adalah rasio pembayaran

deviden (dividend payout ratio) yang menunjukan berapa bagian pendapatan

perusahaan yang dibayarkan sebagai dividen. Karakteristik kedua adalah

stabilitas dividen dari waktu ke waktu”.

Martin, et al (1999:473) mengatakan ada beberapa pola kebijakan

pembayaran deviden yang biasa dipraktikkan, yaitu:

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PENGERTIAN STRUKTUR … · besar aktivanya berupa aktiva tetap, komposisi penggunaan hutang akan lebih didominasi oleh hutang jangka panjang (Brigham,

29

1. Rasio Pembayaran Deviden Konstan (Constant Dividend Payout

Ratio)

Jumlah deviden dibakukan sekian persendari pendapatan perusahaan.

Meskipun rasio deviden terhadap pendapatan itu stabil atau tetap,

jumlah uangnya (sekian dolar, sekian rupiah) tentu saja bisa berubah

sesuai dengan perubahan jumlah pendapatan.

2. Deviden Per Lembar Saham dalam jumlah stabil (Stabil Amount per

Share)

Dari waktu ke waktu jumlah yang dibayarkan tetap. Kenaikan jumlah

deviden akan terlaksana jika manajemen yakin perusahaan sudah

mampu membayarnya dari waktu ke waktu, karena sekali naik

jumlahnya tidak akan turun lagi. Tetapi manajemen juga bisa

memutuskan untuk mengurangi jumlah itu jika kemampuan

pendapatan perusahaan dirasakan mengendur. Perubahan jumlah

tersebut perlu lebih cermat, karena sifatnya yang semi permanen.

3. Deviden regular plus ekstra tutup tahun (Low Reguler dividen Plus

Extra)

Perusahaan secara regular (misalnya per kuartal) membayarkan

dividen dalam jumlah yang kecil, namun di akhir tahun perusahaan

menambah ekstra deviden (tentu saja bila ditahun itu perusahaan

memang memetik laba cukup banyak). Tujuan digunakannya cara ini

adalah menghapus konotasi deviden permanen.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PENGERTIAN STRUKTUR … · besar aktivanya berupa aktiva tetap, komposisi penggunaan hutang akan lebih didominasi oleh hutang jangka panjang (Brigham,

30

Banyak perusahaan yang menjalankan kebijakan dividen yang stabil.

Deviden yang stabil ini dipertahankan untuk beberapa tahun, kemudian

apabila ternyata pendapatan perusahaan meningkat dan kenaikan pendapatan

tersebut nampak mantap dan relatif permanen, barulah besarnya deviden per

saham dinaikkan. Dan deviden yang sudah dinaikkan ini akan dipertahankan

untuk jangka waktu yang relatif panjang.

Beberapa teori yang relevan dalam kebijakan deviden dikemukakan

oleh Suherli dan Harahap (2004:230) dalam Jortan (2007) yang telah diuji

secara empiris, yatu:

1. Smoothing Theory

Teori ini dikembangkan oleh Lintner. Lintner mengatakan bahwa

jumlah deviden tergantung akan keuntungan perusahaan sekarang dan

dividen tahun sebelumnya.

2. Dividend Irrelevance Theory

Teori ini diperkenalkan oleh Miller dan Mondigliani dalam

makalahnya Dividend Irrelevance Preposition. Makalah tersebut

menjelaskan bahwa dalam dunia tanpa pajak, dan tidak

diperhitungkannya biaya transaksi serta dalam kondisi pasar yang

sempurna, maka kebijakan dividen tidak akan memberikan pengaruh

apapun pada harga saham tersebut.(067017041:38)

3. Bird in the Hand Theory

Gordon mengemukakan Bird in the Hand Theory. Gordon mengatakan

bahwa dengan mendapatkan dividen (a bird in the hand) adalah lebih

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PENGERTIAN STRUKTUR … · besar aktivanya berupa aktiva tetap, komposisi penggunaan hutang akan lebih didominasi oleh hutang jangka panjang (Brigham,

31

baik daripada saldo laba (a bird in the bush) karena pada akhirnya

saldo laba tersebut mungkin tidak akan pernah terwujud sebagai

dividen di masa depan (it can fly away).

4. Tax Preference Theory

Teori ini di ungkapkan oleh Bhattacharya yang menjelaskan bahwa

berkaitan dengan pajak, investor lebih memilih pembayaran deviden

yang rendah dibandingkan dengan dividen yang tinggi.

5. Clientele Effect Theory

Teori ini diungkapkan oleh Black dan Scholes yang mengasumsikan

jika perusahaan membayar deviden, investor seharusnya mendapatkan

keuntungan dari deviden tersebut untuk menghilangkan konsekuensi

negatif dari pajak.

Secara tidak langsung, kebijakan deviden akan mempunyai pengaruh

terhadap tingkat penggunaan utang suatu perusahaan. Kebijakan deviden

yang stabil menyebabkan adanya keharusan bagi perusahaan untuk

menyediakan sejumlah dana guna membayar jumlah deviden yang tetap

tersebut. Dan apabila perusahaan menggunkan tingkat utang yang tinggi,

maka ada kemungkinan bahwa dalam jangka panjang perusahaan tidak akan

mampu membayar deviden yang stabil serta memenuhi beban tetap utang.

Jensen, et al (1992), menemukan bukti bahwa kebijakan deviden mempunyai

pengaruh yang signifikan dan berhubungan negatif terhadap debt ratio

(Diyanto, 2003).

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PENGERTIAN STRUKTUR … · besar aktivanya berupa aktiva tetap, komposisi penggunaan hutang akan lebih didominasi oleh hutang jangka panjang (Brigham,

32

2.5. PENGERTIAN LIKUIDITAS

Ketersediaan dana dan sumber dana bank pada saat ini dan di masa

yang akan datang, merupakan pemahaman konsep likuiditas dalam indikator

ini. Menurut Ali (2006) dalam Mahardian (2008), pengaturan likuiditas

terutama dimaksudkan agar bank setiap saat dapat memenuhi kewajiban-

kewajibannya yang harus segera dibayar. Likuiditas dinilai dengan mengingat

bahwa aktiva bank kebanyakan bersifat tidak liquid dengan sumber dana

dengan jangka waktu lebih pendek. Indikator likuiditas antara lain dari

besarnya cadangan sekunder (secondary reserve) untuk kebutuhan likuiditas

harian, rasio konsentrasi ketergantungan dari dana besar yang relatif kurang

stabil, dan penyebaran sumber dana pihak ketiga yang sehat, baik dari segi

biaya maupun dari sisi kestabilan. Menurut Bank Indonesia, penilaian aspek

likuiditas mencerminkan kemampuan bank untuk mengelola tingkat likuiditas

yang memadai guna memenuhi kewajibannya secara tepat waktu dan untuk

memenuhi kebutuhan yang lain. Disamping itu bank juga harus dapat

menjamin kegiatan dikelola secara efisien dalam arti bahwa bank dapat

menekan biaya pengelolaan likuiditas yang tinggi serta setiap saat bank dapat

melikuidasi assetnya secara cepat dengan kerugian yang minimal (SE. Intern

BI, 2004).

Menurut Dendawijaya (2005:116) dalam Lestari (2008), LDR adalah

rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang

diterima oleh bank. Loan to deposit ratio tersebut menyatakan seberapa jauh

kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PENGERTIAN STRUKTUR … · besar aktivanya berupa aktiva tetap, komposisi penggunaan hutang akan lebih didominasi oleh hutang jangka panjang (Brigham,

33

deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber

likuiditasnya. Dengan kata lain, seberapa jauh pemberian kredit kepada

nasabah kredit dapat mengimbangi kewajiban bank untuk segera memenuhi

permintaan deposan yang ingin menarik kembali uangnya yang telah

digunakan oleh bank untuk memberikan kredit. Semakin tinggi rasio tersebut

memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang

bersangkutan. Hal ini disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan untuk

membiayai kredit semakin besar.

Peraturan Bank Indonesia menyatakan bahwa kemampuan likuiditas

bank dapat diproksikan dengan LDR (Loan to Deposit Ratio) yaitu

perbandingan antara kredit dengan Dana Pihak Ketiga (DPK). Rasio ini

digunakan untuk menilai likuiditas suatu bank yang dengan cara membagi

jumlah kredit yang diberikan oleh bank terhadap dana pihak ketiga. Menurut

Muljono, (1999), Loan to Deposit Ratio menunjukkan perbandingan antara

volume kredit dibandingkan volume deposit yang dimiliki oleh bank. Hal ini

berarti menunjukkan tingkat likuiditas semakin kecil dan sebaliknya karena

sumber dananya (deposit) yang dimiliki telah habis digunakan untuk

membiayai financing portofolio kreditnya. Semakin tinggi rasio ini, semakin

rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan sehingga

kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah akan semakin besar.

Kredit yang diberikan tidak termasuk kredit kepada bank lain sedangkan

untuk dana pihak ketiga adalah giro, tabungan, simpanan berjangka, sertifikat

deposito. Standar yang digunakan Bank Indonesia untuk rasio LDR adalah

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PENGERTIAN STRUKTUR … · besar aktivanya berupa aktiva tetap, komposisi penggunaan hutang akan lebih didominasi oleh hutang jangka panjang (Brigham,

34

80% hingga 110%. Jika angka rasio LDR suatu bank berada pada angka

dibawah 80% (misalkan 60%), maka dapat disimpulkan bahwa bank tersebut

hanya dapat menyalurkan sebesar 60% dari seluruh dana yang berhasil

dihimpun. Karena fungsi utama dari bank adalah sebagai intermediasi

(perantara) antara pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang kekurangan

dana, maka dengan rasio LDR 60% berarti 40% dari seluruh dana yang

dihimpun tidak tersalurkan kepada pihak yang membutuhkan, sehingga dapat

dikatakan bahwa bank tersebut tidak menjalankan fungsinya dengan baik.

Kemudian jika rasio LDR bank mencapai lebih dari 110%, berarti

total kredit yang diberikan bank tersebut melebihi dana yang dihimpun. Oleh

karena dana yang dihimpun dari masyarakat sedikit, maka bank dalam hal ini

juga dapat dikatakan tidak menjalankan fungsinya sebagai pihak intermediasi

(perantara) dengan baik. Semakin tinggi LDR menunjukkan semakin riskan

kondisi likuiditas bank, sebaliknya semakin rendah LDR menunjukkan

kurangnya efektifitas bank dalam menyalurkan kredit. Jika rasio LDR bank

berada pada standar yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, maka laba yang

diperoleh oleh bank tersebut akan meningkat (dengan asumsi bank tersebut

mampu menyalurkan kreditnya dengan efektif). Dengan meningkatnya laba,

maka return on asset (ROA) juga akan meningkat, karena laba merupakan

komponen yang membentuk return on asset (ROA).Dalam perbankan, rasio

yang digunakan hanya satu, yaitu: LDR (Loan to Deposit Ratio). LDR

merupakan rasio yang menggambarkan seberapa jauh kemampuan bank

dalam membayar kembali penarikan dana yang mungkin dilakukan oleh

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PENGERTIAN STRUKTUR … · besar aktivanya berupa aktiva tetap, komposisi penggunaan hutang akan lebih didominasi oleh hutang jangka panjang (Brigham,

35

deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber

likuiditasnya. Dana ini dapat berupa giro,tabungan, maupun deposito yang

dimiliki deposan.

2.6. PENGERTIAN UKURAN PERUSAHAAN

Salah satu tolok ukur yang menunjukan besaran perusahaan adalah

ukuran perusahaan. Penentuan ukuran perusahaan dapat dinyatakan dengan

total penjualan, total aktiva, rata-rata tingkat penjualan dan rata-rata total

aktiva. Faktor ukuran perusahaan yang menunjukan besaran perusahaan

merupakan faktor penting dalam pembentukan laba. Ukuran perusahaan

merupakan besaran suatu perusahaan yang dilihat dari total assetnya.

Variabel ukuran perusahaan dapat dilihat dengan menilai total asset yang

dimiliki perusahaan (Jogiyanto, 1988).

Menurut pecking order theory, ukuran memiliki pengaruh negatif

terhadap struktur modal. Rajan dan Zingales (1995) menyatakan semakin

besar ukuran peruswahaan, semakin kompleks organisasinya. Hal ini

menyebabkan semakin tinggi biaya informasi tidak simetris sehingga

semakin sulit mendapatkan pendanaan eksternal bagi perusahaan (Wijaya dan

Hadianto, 2008).

Ukuran perusahaan akan mempunyai pengaruh terhadap struktur

modal. Pada kenyataannya bahwa semakin mesar suatu perusahaan maka

kecenderungan penggunaan dana eksternal juga semakin besar. Hal ini

disebabkan karena perusahaan yang besar memiliki kebutuhan dana yang

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PENGERTIAN STRUKTUR … · besar aktivanya berupa aktiva tetap, komposisi penggunaan hutang akan lebih didominasi oleh hutang jangka panjang (Brigham,

36

besar dan salah satu alteranatif pemenuhan dana yang tersedia adalah

menggunakan dana eksternal. Banyak penelitian yang menyatakan kebijakan

hutang perusahaan dipengaruhi oleh ukuran perusahaan, dan menyatakan ada

hubungan positif antara ukuran perusahaan dengan rasio hutang. Homaifar,

et.al (1994) membuktikan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif

terhadap leverage perusahaan (Diyanto, 2003).

Ukuran perusahaan disini dinyatakan dengan ukuran besaran suatu

perusahaan yang dapat dan dilihat dari letak aktiva yang dimiliki oleh suatu

perusahaan. Sesuai dengan ketentuan BAPEPAM No. 11/PM/1997,

disebutkan bahwa kategori perusahaan besar adalah yang total aktivanya

lebih dari Rp 100.000.000.000 sedangkan perusahaan kecil dan menengah

total aktivanya tidak lebih dari Rp 100.000.000.000.