BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Mata Uang

27
11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Mata Uang Mata uang adalah alat pembayaran transaksi ekonomi yang digunakan di suatu negara. Untuk Indonesia, mata uang adalah rupiah. Dahulu kala, manusia primitif belum menggunakan uang, ataupun alat pertukaran. Ini dikarenakan oleh pada waktu itu manusia dapat memenuhi semua keinginannya dari lam sekitarnya. Ketika sumber daya alam yang mereka gunakan habis, mereka berpindah dan mulai menggunakan sumber daya alam yang ada di sekitarnya lagi. Barulah ketika munculnya peradaban kuno manusia mulai menukar barang miliknya dengan barang milik orang lain, yang disebut barter. Kemudian setelah zaman lebih maju, manusia mulai menggunakan alat penukar, walaupun belum berupa uang. Alat ini disebut uang barang. Barulah setelah manusia menguasai penggunaan tulisan dan huruf, dikenalah uang atau disebut uang kepercayaan (uang fiduciair) yaitu uang yang nilai bahannya lebih kecil dari nilai yang tertera pada uang tersebut. Contohnya pada uang kertas. 2.2. Pemalsuan Mata Uang Rupiah Pemalsuan adalah proses pembuatan, beradaptasi, meniru atau benda, statistik, atau dokumen-dokumen, dengan maksud untuk menipu. Kejahatan yang serupa dengan penipuan adalah kejahatan memperdaya yang lain, termasuk melalui penggunaan benda yang diperoleh melalui pemalsuan. 10

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Mata Uang

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Mata Uang

2

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Mata Uang

Mata uang adalah alat pembayaran transaksi ekonomi yang digunakan

di suatu negara. Untuk Indonesia, mata uang adalah rupiah. Dahulu kala,

manusia primitif belum menggunakan uang, ataupun alat pertukaran. Ini

dikarenakan oleh pada waktu itu manusia dapat memenuhi semua

keinginannya dari lam sekitarnya. Ketika sumber daya alam yang mereka

gunakan habis, mereka berpindah dan mulai menggunakan sumber daya alam

yang ada di sekitarnya lagi. Barulah ketika munculnya peradaban kuno

manusia mulai menukar barang miliknya dengan barang milik orang lain,

yang disebut barter. Kemudian setelah zaman lebih maju, manusia mulai

menggunakan alat penukar, walaupun belum berupa uang. Alat ini disebut

uang barang. Barulah setelah manusia menguasai penggunaan tulisan dan

huruf, dikenalah uang atau disebut uang kepercayaan (uang fiduciair) yaitu

uang yang nilai bahannya lebih kecil dari nilai yang tertera pada uang

tersebut. Contohnya pada uang kertas.

2.2. Pemalsuan Mata Uang Rupiah

Pemalsuan adalah proses pembuatan, beradaptasi, meniru atau benda,

statistik, atau dokumen-dokumen, dengan maksud untuk menipu. Kejahatan

yang serupa dengan penipuan adalah kejahatan memperdaya yang lain,

termasuk melalui penggunaan benda yang diperoleh melalui pemalsuan.

10

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Mata Uang

3

Menyalin, studio pengganda, dan mereproduksi tidak dianggap sebagai

pemalsuan, meskipun mungkin mereka nanti dapat menjadi pemalsuan

selama mengetahui dan berkeinginan untuk tidak dipublikasikan. Dalam hal

penempaan uang atau mata uang itu lebih sering disebut pemalsuan. Barang

konsumen tetapi juga meniru ketika mereka tidak diproduksi atau yang

dihasilkan oleh manufaktur atau produsen diberikan pada label atau merek

dagang tersebut ditandai oleh simbol. Ketika objek-adakan adalah catatan

atau dokumen ini sering disebut sebagai dokumen palsu.1 Uang palsu

merupakan semua benda berupa hasil tiruan uang baik uang kertas maupun

uang logam atau semacam uang atau uang yang dipalsukan yang dapat dan

atau dengan maksud akan diedarkan serupa yang asli. Maka dapat

disimpulkan bahwa pemalsuan uang palsu adalah suatu tindakan pidana

memalsukan suatu benda.2

Dalam hal ini uang yang dilakukan oleh seseorang secara sengaja

maupun tidak sengaja. Keberadaan uang palsu merupakan suatu hal yang sulit

untuk dihindari karena uang memiliki fungsi yang strategis di dalam

kelangsungan suatu pemerintahan atau negara. Sifat strategis tersebut

disebabkan karena uang dapat menjadikan sebagai alat transaksi untuk

memenuhi kebutuhan ekonomi masyarakat dan juga dijadikan sebagai alat

politik untuk menjatuhkan perekonomian suatu negara. Agar keberadaan uang

1 https://id.wikipedia.org/wiki/Pemalsuan diakses pada tanggal 4 april 2019

2http://psikologi-untar.blogspot.com/2014/11/pemalsuan-uang-cherika-705140165.html

diakses pada tanggal 4 april 2019

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Mata Uang

4

di suatu negara tetap selalu dalam fungsinya sesuai dengan tujuannya, maka

pencegahan uang palsu perlu diupayakan baik secara preventif maupun

represif. Pemalsuan uang dilatarbelakangi oleh situasi perekonomian yang

terpuruk, menyebabkan banyak masyarakat yang ingin mendapatkan uang

banyak untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dengan cara yang mudah.Salah

satu motivasi yang kuat bagi para pemalsu dalam melakukan perbuatannya, di

samping motivasi lainnya seperti motivasi politis untuk mengacaukan

perekonomian negara.:

Kejahatan Pemalsuan Uang sebagian besar adalah:

1. Kejahatan yang sifatnya tidak berdiri sendiri namun merupakan

kejahatan yang terorganisir dengan baik, bahkan sangat mungkin

merupakan kejahatan yang bersifat transnasional

2. Pelaku Tindak Pidana Pemalsuan Uang Rupiah pada umumnya para

residivis. Hal ini kemungkinan disebabkan hukuman yang

dijatuhkan terhadap para pelaku masih ringan;

3. Pemalsuan terhadap mata uang memerlukan suatu proses yang

cukup rumit, oleh karena itu biasanya pelaku Tindak Pidana

merupakan orang-orang yang memiliki keahlian khusus.

Uang dalam ilmu ekonomi tradisional didefinisikan sebagai setiap alat tukar yang

dapat diterima secara umum. Alat tukar itu dapat berupa benda apapun yang dapat

diterima oleh setiap orang di masyarakat dalam proses pertukaran barang dan jasa.

Dalam ilmu ekonomi modern, uang didefinisikan sebagai sesuatu yang tersedia

dan secara umum diterima sebagai alat pembayaran bagi pembelian barang-barang

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Mata Uang

5

dan jasa-jasa serta kekayaan berharga lainnya serta untuk pembayaran hutang.

Beberapa ahli juga menyebutkan fungsi uang sebagai alat penunda pembayaran.

Secara kesimpulan, uang adalah suatu benda yang diterima secara umum oleh

masyarakat untuk mengukur nilai, menukar, dan melakukan pembayaran atas

pembelian barang dan jasa, dan pada waktu yang bersamaan bertindak sebagai

alat penimbun kekayaan.

Keberadaan uang menyediakan alternatif transaksi yang lebih mudah

daripada barter yang lebih kompleks, tidak efisien, dan kurang cocok digunakan

dalam sistem ekonomi modern karena membutuhkan orang yang memiliki

keinginan yang sama untuk melakukan pertukaran dan juga kesulitan dalam

penentuan nilai. Efisiensi yang didapatkan dengan menggunakan uang pada

akhirnya akan mendorong perdagangan dan pembagian tenaga kerja yang

kemudian akan meningkatkan produktivitas dan kemakmuran. Pada awalnya di

Indonesia, uang dalam hal ini uang kartal diterbitkan oleh pemerintah Republik

Indonesia. Namun sejak dikeluarkannya UU No. 13 tahun 1968 pasal 26 ayat 1,

hak pemerintah untuk mencetak uang dicabut. Pemerintah kemudian menetapkan

Bank Sentral, Bank Indonesia, sebagai satu-satunya lembaga yang berhak

menciptakan uang kartal. Hak untuk menciptakan uang itu disebut dengan hak

oktroi. Uang yang kita kenal sekarang ini telah mengalami proses perkembangan

yang panjang. Pada mulanya, masyarakat belum mengenal pertukaran karena

setiap orang berusaha memenuhi kebutuhannnya dengan usaha sendiri.

Perkembangan selanjutnya mengahadapkan manusia pada kenyataan bahwa apa

yang diproduksi sendiri ternyata tidak cukup untuk memenuhui seluruh

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Mata Uang

6

kebutuhannya. Untuk memperoleh barang-barang yang tidak dapat dihasilkan

sendiri, mereka mencari orang yang mau menukarkan barang yang dimiliki

dengan barang lain yang dibutuhkan olehnya. Akibatnya munculah sistem barter

yaitu barang yang ditukar dengan barang. Namun pada akhirnya, banyak

kesulitan-kesulitan yang dirasakan dengan sistem ini. Di antaranya adalah

kesulitan untuk menemukan orang yang mempunyai barang yang diinginkan dan

juga mau menukarkan barang yang dimilikinya serta kesulitan untuk memperoleh

barang yang dapat dipertukarkan satu sama lainnya dengan nilai pertukaran yang

seimbang atau hampir sama nilainya. Untuk mengatasinya, mulailah timbul

pikiran-pikiran untuk menggunakan benda-benda tertentu untuk digunakan

sebagai alat tukar.

Barang-barang yang dianggap indah dan bernilai, seperti kerang ini,

pernah dijadikan sebagai alat tukar sebelum manusiamenemukan uang logam.

Meskipun alat tukar sudah ada, kesulitan dalam pertukaran tetap ada. Kesulitan-

kesulitan itu antara lain karena benda-benda yang dijadikan alat tukar belum

mempunyai pecahan sehingga penentuan nilai uang, penyimpanan (storage), dan

pengangkutan (transportation) menjadi sulit dilakukan serta timbul pula kesulitan

akibat kurangnya daya tahan benda-benda tersebut sehingga mudah hancur atau

tidak tahan lama. Kemudian muncul apa yang dinamakan dengan uang logam.

Logam dipilih sebagai alat tukar karena memiliki nilai yang tinggi sehingga

digemari umum, tahan lama dan tidak mudah rusak, mudah dipecah tanpa

mengurangi nilai, dan mudah dipindah-pindahkan. Logam yang dijadikan alat

tukar karena memenuhi syarat-syarat tersebut adalah emas dan perak. Uang logam

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Mata Uang

7

emas dan perak juga disebut sebagai uang penuh (full bodied money). Artinya,

nilai intrinsik (nilai bahan) uang sama dengan nilai nominalnya (nilai yang

tercantum pada mata uang tersebut). Pada saat itu, setiap orang berhak menempa

uang, melebur, menjual atau memakainya, dan mempunyai hak tidak terbatas

dalam menyimpan uang logam. Sejalan dengan perkembangan perekonomian,

timbul suatu anggapan kesulitan ketika perkembangan tukar-menukar yang harus

dilayani dengan uang logam bertambah sementara jumlah logam mulia (emas dan

perak) sangat terbatas. Penggunaan uang logam juga sulit dilakukan untuk

transaksi dalam jumlah besar sehingga diciptakanlah uang kertas mula-mula

uang kertas yang beredar merupakan bukti-bukti pemilikan emas dan perak

sebagai alat atau perantara untuk melakukan transaksi. Dengan kata lain, uang

kertas yang beredar pada saat itu merupakan uang yang dijamin 100% dengan

emas atau perak yang disimpan di pandai emas atau perak dan sewaktu-waktu

dapat ditukarkan penuh dengan jaminannya. Pada perkembangan selanjutnya,

masyarakat tidak lagi menggunakan emas (secara langsung) sebagai alat

pertukaran. Sebagai gantinya, mereka menjadikan 'kertas-bukti' tersebut sebagai

alat tukar.

Fungsi Secara umum, uang memiliki fungsi sebagai perantara untuk

pertukaran barang dengan barang, juga untuk menghindarkan perdagangan dengan

cara barter. Secara lebih rinci, fungsi uang dibedakan menjadi dua yaitu fungsi

asli dan fungsi turunan.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Mata Uang

8

Fungsi asli uang ada tiga, yaitu sebagai alat tukar, sebagai satuan hitung, dan

sebagai penyimpan nilai.Uang berfungsi sebagai alat tukar atau yang dapat

mempermudah pertukaran.

Orang yang akan melakukan pertukaran tidak perlu menukarkan dengan

barang, tetapi cukup menggunakan uang sebagai alat tukar. Kesulitan-

kesulitan pertukaran dengan cara barter dapat diatasi dengan pertukaran

uang.

Uang juga berfungsi sebagai satuan hitung karena uang dapat digunakan

untuk menunjukan nilai berbagai macam barang/jasa yang diperjualbelikan,

menunjukkan besarnya kekayaan, dan menghitung besar kecilnya pinjaman.

Uang juga dipakai untuk menentukan harga barang atau jasa Sebagai alat

satuan hitung, uang berperan untuk memperlancar pertukaran.

Selain itu, uang berfungsi sebagai alat penyimpan nilai karena dapat

digunakan untuk mengalihkan daya beli dari masa sekarang ke masa

mendatang. Ketika seorang penjual saat ini menerima sejumlah uang

sebagai pembayaran atas barang dan jasa yang dijualnya, maka ia dapat

menyimpan uang tersebut untuk digunakan membeli barang dan jasa pada

masa mendatang.

Fungsi Turunan Selain ketiga hal di atas, uang juga memiliki fungsi lain yang

disebut sebagai fungsi turunan. Fungsi turunan itu antara lain:

Uang sebagai alat pembayaran yang sah. Kebutuhan manusia akan barang

dan jasa yang semakin bertambah dan beragam tidak dapat dipenuhi

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Mata Uang

9

melalui cara tukar-menukar atau barter. Guna mempermudah dalam

mendapatkan barang dan jasa yang diperlukan, manusia memerlukan alat

pembayaran yang dapat diterima semua orang, yaitu uang.

Uang sebagai alat pembayaran utang .Uang dapat digunakan untuk

mengukur pembayaran pada masa yang akan datang.

Uang sebagai alat penimbun kekayaan. Sebagian orang biasanya tidak

menghabiskan semua uang yang dimilikinya untuk keperluan konsumsi.

Ada sebagian uang yang disisihkan dan ditabung untuk keperluan pada

masa datang.

Uang sebagai alat pemindah kekayaan. Seseorang yang hendak pindah dari

suatu tempat ke tempat lain dapat memindahkan kekayaannya yang berupa

tanah dan bangunan rumah ke dalam bentuk uang dengan cara menjualnya.

Di tempat yang baru dia dapat membeli rumah yang baru dengan

menggunakan uang hasil penjualan rumah yang lama.

Uang sebagai alat pendorong kegiatan ekonomi. Apabila nilai uang stabil

orang lebih bergairah dalam melakukan investasi. Dengan adanya kegiatan

investasi, kegiatan ekonomi akan semakin meningkat.3

Ciri keaslian uang Untuk menghindari uang dari pemalsuan, Bank Indonesia

sudah sejak dulu memakai bermacam sekuriti atau faktor pengaman. Ada dua

jenis pengaman, yaitu ditanam di kertas dan dibuat saat cetak. Pengaman yang

ditanam dalam kertas misalnya watermark (tanda air), security thread (benang

3 https://id.wikipedia.org/wiki/Uang diakses pada tanggal 30 juni 2019

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Mata Uang

10

pengaman), dan fiber (serat). Melihat seringnya peredaran uang palsu, maka butuh

adanya alat pendeteksi uang. Pendeteksian ini bisa dilakukan secara manual dan

otomatis (alat ukur/menggunakan mesin). Cara pendeteksian uang kertas yang

dilakukan pada saat ini adalah secara manual menggunakan sinar ultraviolet.

Namun pendeteksian dengan cara ini relatif lambat, subjektif, dan tergantung

kondisi. Dinilai lambat, karena uang harus diperiksa satu persatu di bawah

paparan sinar ultraviolet. Uang yang dideteksi secara manual ini bersifat subjektif.

Jika uang yang sama diperlihatkan kepada dua orang untuk diperiksa, barangkali

si A menganggap asli, sedangkan si B menilai bahwa uang tersebut palsu. Jika

dideteksi dengan beberapa mesin (otomatis), penialian lebih objektif.

Ciri-ciri keaslian uang Rupiah yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia dapat

dikenali dari unsur pengaman yang tertanam pada bahan uang dan teknik cetak

yang digunakan adalah sebagai berikut:

Tanda Air (Watermark) dan “Electrotype” Pada kertas uang terdapat tanda

air berupa gambar yang akan terlihat apabila diterawangkan ke arah

cahaya.

Benang Pengaman (Security Thread) Ditanam di tengah ketebalan kertas

atau terlihat seperti dianyam sehingga tampak sebagai garis melintang dari

atas ke bawah, dapat dibuat tidak memendar maupun memendar di bawah

sinar ultraviolet dengan satu warna atau beberapa warna.

Gambar Tersembunyi (Latent Image) Teknik cetak dimana terdapat tulisan

tersembunyi yang dapat dilihat dari sudut pandang tertentu.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Mata Uang

11

Gambar Saling Isi (Rectoverso) Pencetakan suatu ragam bentuk yang

menghasilkan cetakan pada bagian muka dan belakang beradu tepat dan

saling mengisi jika diterawangkan ke arah cahaya.

Tinta Berubah Warna (Optical Variable Ink) Hasil cetak mengkilap

(glittering) yang berubah-ubah warnanya bila dilihat dari sudut pandang

yang berbeda.

Pasal 20 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia

sebagaimana diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009

memberikan mandat bagi Bank Indonesia untuk mengeluarkan dan mengedarkan

Uang Rupiah serta mencabut, menarik & memusnahkan uang dimaksud dari

peredaran. Dalam rangka menjaga kualitas uang beredar di masyarakat, Bank

Indonesia menerapkan kebijakan untuk mengganti uang tidak layak edar dengan

uang yang layak edar. Kebijakan ini bertujuan utk menjaga Uang Rupiah yang

beredar berada dalam kualitas yang baik sehingga mudah dikenali ciri-ciri

keasliannya.4

Jenis uang yang beredar dimasyarakat dapat dikelompokan menjadi tiga,

yaitu uang kartal, uang giral, dan uang kuasi.

Uang kartal terdiri dari uang kertas dan uang logam. Uang kartal adalah alat bayar

yang sah dan wajib diterima oleh masyarakat dalam melakukan transaksi jual beli

sehari-hari. Jenis Uang Menurut Nilai yang terkandung didalamnya, Menurut

Undang-Undang pokok Bank Indonesia No. 11 tahun 1953, terdapat dua jenis

4 http://tissorindonesia.com/mengenal-ciri-ciri-uang-palsu-yang-beredar-2/diakses

pada tanggal 1 juli 2019

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Mata Uang

12

uang kartal, yaitu uang negara dan uang bank. Uang negara adalah uang yang

dikeluarkan oleh pemerintah, terbuat dari kertas yang memiliki ciri-ciri:

Dikeluarkan oleh pemerintah

Dijamin oleh undang undang

Bertuliskan nama negara yang mengeluarkannya

Ditanda tangani oleh menteri keuangan

Namun, sejak berlakunya Undang-undang No. 13 tahun 1968, uang negara

dihentikan peredarannya dan diganti dengan Uang Bank. Uang Bank adalah uang

yang dikeluarkan oleh Bank Sentral berupa uang logam dan uang kertas, Ciri-

cirinya sebagai berikut.

Dikeluarkan oleh Bank Sentral

Dijamin dengan emas atau valuta asing yang disimpan di Bank Sentral

Bertuliskan nama bank sentral negara yang bersangkutan (di Indonesia:

Bank Indonesia)

Ditandatangani oleh gubernur bank sentral.

Jenis Uang Kartal Menurut Bahan Pembuatnya

A. Uang logam

Uang logam biasanya terbuat dari emas atau perak karena emas dan perak

memenuhi syarat-syarat uang yang efesien. Karena harga emas dan perak yang

cenderung tinggi dan stabil, emas dan perak mudah dikenali dan diterima orang.

Di samping itu, emas dan perak tidak mudah musnah. Emas dan perak juga

mudah dibagi-bagi menjadi unit yang lebih kecil. Di zaman sekarang, uang

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Mata Uang

13

logam tidak dinilai dari berat emasnya, namun dari nilai nominalnya. Nilai

nominal itu merupakan pernyataan bahwa sejumlah emas dengan berat tertentu

terkandung di dalamnya. Uang logam memiliki tiga macam nilai:

- Nilai Intrinsik yaitu nilai bahan untuk membuat mata uang, misalnya

berapa nilai emas dan perak yang digunakan untuk mata uang. Menurut

sejarah, uang emas dan perak pernah dipakai sebagai uang. Ada

beberapa alasan mengapa emas dan perak dijadikan sebagai bahan uang

yaitu bahan yang Tahan lama dan tidak mudah rusak (Rp. 100,00), atau

lima ratus rupiah (Rp. 500,00).

- Nilai Tukar, nilai tukar adalah kemampuan uang untuk dapat ditukarkan

dengan suatu barang (daya beli uang).

Uang giral tercipta akibat semakin mendesaknya kebutuhan masyarakat akan

adanya sebuah alat tukar yang lebih mudah, praktis dan aman. Di Indonesia, bank

yang berhak menciptakan uang giral adalah bank umum selain Bank Indonesia.

Menurut UU No. 7 tentang Perbankan tahun 1992, definisi uang giral

adalah tagihan umum, yang dapat digunakan sewaktu-waktu sebagai alat

pembayaran. Bentuk uang giral dapat berupa cek, giro, atau telegrafic transfer.

Uang giral bukan merupakan alat pembayaran yang sah. Artinya, masyarakat

boleh menolak dibayar dengan uang giral. Uang giral dapat terjadi dengan cara

berikut:

- Penyetoran uang tunai kepada bank dan dicatat dalam rekening koran atas

nama penyetor, penyetor menerima buku cek dan buku giro bilyet. Uang

tersebut sewaktu-waktu dapat diambil atau penyetor menerima

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Mata Uang

14

pembayaran utang dari debitur melalui bank. Penerimaan piutang itu oleh

bank dibukukan dalam rekening koran orang yang bersangkutan. Cara di

atas disebut primary deposit.

- Karena transaksi surat berharga. Uang giral dapat diciptakan dengan cara

menjual surat berharga ke bank, lalu bank membukukan hasil penjualan

surat berharga tersebut sebagai deposit dari yang menjual. Cara ini

disebut derivative deposi.

- Mendapat kredit dari bank yang dicatat dalam rekening koran dan dapat

diambil sewaktu-waktu. Cara ini disebut dengan loan deposit.

Pembayaran dengan uang giral dapat dilakukan dengan menggunakan cek,giro

bilyet,dan pemindahan telegrafis[telegraphic transfer]. Keuntungan menggunakan

uang giral. Keuntungan menggunakan uang giral sebagai berikut.

Memudahkan pembayaran karena tidak perlu menghitung uang

Alat pembayaran yang dapat diterima untuk jumlah yang tidak terbatas,

nilainya sesuai dengan yang dibutuhkan (yang ditulis oleh

pemilik cek/bilyet giro)

Lebih aman karena risiko uang hilang lebih kecil dan bila hilang bisa

segera dilapokan ke bank yang mengeluarkan cek/bilyet giro dengan cara

pemblokiran.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Mata Uang

15

Uang Kuasi adalah surat-surat berharga yang dapat dijadikan sebagai alat

pembayaran. Biasanya uang kuasi ini terdiri atas deposito berjangka dan tabungan

serta rekening valuta asing milik swasta domestik. 5

Pengertian uang palsu dalam kitab Undang-Undang hukum Pidana (KUHP) tidak

diatur secara tegas, tapi berdasarkam penjelasan dari pasal-pasal yang ada dalam

KUHP, bahwa hal-hal yang berkaitan dengan uang palsu adalah:

1. Uang hasil pemalsuan

2. Uang hasil peniruan

3. Mata uang yang dikurangkan nilai atau harganya

4. Benda-benda semacam mata uang atau semacamnya yang oleh pemerintah

tidak diakui sebagai alat pembayaran yang sah.6

2.3. Faktor-faktor Penyebab terjadinya Pemalsuan Mata Uang

Penyebab terjadinya peredaran uang palsu.faktor-faktor yang menyebabkan

terjadinya peradaran uang palsu, yaitu:

1) Faktor ekonomi, banyaknya jumlah penduduk dan kurangnya

perhatian negara menyebabkan para penduduk menghalalkan

segala cara untuk bertahan hidup yaitu salah satunya dengan

melakukan kejahatan pemalsuan uang;

5 https://id.wikipedia.org/wiki/Jenis-jenis_uang diakses pada tanggal 2 juli 2019

6 http://www.suduthukum.com/2015/09/pengertian-tindak-pidana-pemalsuan-

uang.html diakses pada tanggal 2 juli 2019

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Mata Uang

16

2) Faktor teknologi, semakin canggihnya teknologi membuat orang

dengan mudahnya mencetak uang palsu; dan

3) Faktor lingkungan, faktor ini mempengaruhi seseorang melakukan

upaya pengedaran uang palsu karena dalam sebuah lingkungan

seseorang akan bertemu dengan orang yang berbeda-beda, apabila

bergaul dengan penjahat maka orang baik pun juga dapat berubah

menjadi jahat.7

2.4. Pengertian Tindak Pidana dan Unsur Tindak Pidana Pemalsuan Mata

Uang Palsu

Dalam ilmu hukum pengertian tindak pidana atau delik atau starbaarfeit

sama halnya dengan tindak pidana, pelanggaran pidana, perbuatan yang

dapat dihukum dan perbuatan yang dapat dihukum. Bila ditinjau dari segi

penggunaan umum dan yang dipergunakan dalam perundang-undangan

negara kita, maka nampaklah penggunaan istilah tindak pidana, Perbuatan

pidana adalah perbuatan yang oleh aturan hukum pidana dilarang dan

diancam dengan pidana, barang siapa yang melanggar larangan tersebut”.

Pada dasarnya dijelaskan pula bahwa menurut wujudnya atau sifatnya

perbuatan pidana adalah perbuatan yang melawan hukum. Hal mana

perbuatan ini dapat merugikan masyarakat dalam arti bertentangan dengan

atau menghambat akan terlaksananya tata dalam pergaulan masyarakat

dianggap baik dan adil, sehingga dari penjelasan perbuatan pidana tersebut,

7 http://psikologi-untar.blogspot.com/2014/11/pemalsuan-uang-cherika-705140165.html diakses

pada tanggal 2 juli 2019

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Mata Uang

17

oleh penulis dapat ditarik kesimpulan bahwa perbuatan dapat dikatakan

suatu tindak pidana, apabila perbuatan itu mengandung 4 unsur penting

yaitu sebagai berikut :

1. Perbuatan itu melawan hukum

2. Perbuatan itu merugikan masyarakat

3. Perbuatan itu dilarang oleh aturan pidana

4. Pelaku perbuatan itu diancam dengan pidana

Jadi apabila suatu perbuatan belum mempunyai keempat unsur tersebut,

maka belum dikatakan suatu tindak pidana. Tindakan yang hanya dapat

dihukum apabila tindakan itu didahului oleh ancaman hukuman dalam

undang-undang. Peristiwa pidana apabila dikaji lebih lanjut, maka pada

intinya mempunyai dua segi yaitu segi obyektif dan segi subyektif.

Ditinjau dari segi obyektif, peristiwa pidana adalah suatu tindakan (berbuat

atau lalai berbuat) yang bertentangan dengan hukum positif, dalam hal ini

bersifat tanpa hak yang dapat menimbulkan akibat yang oleh hukum

dilarang dan dikenakan ancaman hukuman. Unsur penting dalam peristiwa

pidana ini adalah unsur Onrechtmatigheid yaitu unsur sifat tanpa hak.

Apabila dalam suatu peristiwa tidak ada onrechtmatigheid, maka tidak ada

pula peristiwa pidana. Disamping itu ada lagi beberapa hal yang dapat

menghilangkan terjadinya peristiwa pidana seperti ambtelijk bevel, yakni

suatu tindakan menjadi tanpa hak jika tindakan itu dilakukan oleh karena

perintah jabatan. Adapun bela paksa (noodweer) terpaksa dilakukan

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Mata Uang

18

terhadap jiwa sendiri atau jiwa orang lain, terhadap kehormatan diri atau

benda yang diserang secara tiba-tiba dan melanggar hukum. Terakhir

adalah keadaan darurat, yakni keadaan yang tak dapat dielakkan harus

melanggar hak-hak orang lain karena keadaan itu diperlukan untuk

membela jiwa. Ditinjau dari segi subyektif adalah segi kesalahan, yakni

seseorang yang melakukan perbuatan yang dilarang oleh undang-uundang

hanya dapat di hukum, apabila orang tersebut dapat dipertanggung

jawabkan. Untuk dapat mellihat apakah suatu perbuatan yang dilakukan

oleh seseorang itu merupakan tindak pidana atau bukan, maka haruslah

dilihat pada berbagai macam ketentuan hukum pidana yang berlaku umum

(hukum positif). Di indonesia dikenal adanya Kitab Undang-undang

Pidana lainnya yang merupakan ketentuan hukum pidana diluar KUHP.

Dalam hal ini kita berpatokan pada Pasal 1 ayat (1) KUHP yang lebih

dikenal dengan asas legalitas yang artinya :“Suatu perbuatan tidak dapat

dipidana, kecuali berdasarkan kekuatan ketentuan perundang-undangan

pidana yang telah ada.” Tindak pidana secara lebih rinci terbagi lagi dalam

tindak kejahatan yang diatur dalam Buku II KUHP dan tindak pelanggaran

yang diatur dalam Buku III KUHP. Antara keduanya hanya dibedakan

oleh unsur kesengajaan dan kegelapan serta berat ringannya hukuman

yang dijatuhkan bagi pelaku tindak pidana tersebut

2.5. Tindak Pidana Pengedaran Mata Uang Palsu Dalam KUHP

Tindak pidana terhadap uang palsu secara menyeluruh pada pasal 244

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Mata Uang

19

KUHP sampai dengan Pasal 252 KUHP dan Pasal 519 KUHP serta Pasal IX

sampai dengan XIII Undang-undang No 1 Tahun 1946 jo. Undang-undang Nomor

73 Tahun 1958. Berkaitan dengan pengedaran mata uang palsu dapat dilihat dari

beberapa ketentuan Pasal yang mengaturnya, yaitu Pasal 244, pasal 245, pasal

247, dan Pasal 249 KUHP serta Pasal X dan Pasal XI Undang-undang Nomor 1

Tahun 1946. Pada Pasal 244 KUHP. Soesilo menyebutkan bahwa : “Barang siapa

meniru atau memalsukan mata-uang atau uang kertas negara atau bank dengan

maksud untuk mengedarkan mata uang atau uang kertas tersebut seolah-olah ia

asli dan tidak dipalsu,diancam dengan pidana penjara maksimum limas belas

tahun”.

Ketentuan pasal diatas menunjukan bahwa unsur kesengajaan tersurat pada

yaitu membuat sesuatu yang menyerupai uang yang berlaku. Dengan kata lain,

ada kehendak pelaku untuk memalsukan uang yang sudah ada. Kesengajaan ini

harus berkaitan dengan maksud si pelaku delik, yaitu untuk mengedarkannya

seolah-olah asli atau palsu. Tindakan meniru atau memalsukan uang yang

dilakukan suatu perbuatan mengadakan uang yang menyerupai aslinya. Dalam hal

memalsukan yaitu perbuatan yang dilakukan oleh pelaku delik dengan

mengadakan perubahan pada uang yang telah ada, baik mengenai bahannya

maupun mengenai tulisan yang terdapat pada uang tersebut. Misalnya bahan

logam atau kertasnya diganti denganbahan lain, atau ada uang yang berbeda

nilainya tetapi hampir sama bentuknya kecuali tulisan nominal yang tertulis

tersebut adalah pemalsuan. Pada unsur dengan maksud untuk mengedarkannya,

memiliki pengertian bahwa keadaan atau keberadaan uang palsu tersebut masih

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Mata Uang

20

berada di tangan si pelaku delik, berarti belum beredar atau teredarkan. Dengan

demikian pengertian dengan maksud disini, selain memperkuat kesengajaannya

untuk meniru atau memalsu adalah juga tujuannya yang terdekat. Di dalam urutan

Pasal selanjutnya adalah Pasal 245 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana oleh

Soesilo yang menyebutkan sebagai berikut :

“Barang siapa dengan sengaja mengedarkan mata uang atau uang kertas negara

atau bank seolah-olah mata uang atau uang kertas yang asli dan tidak palsu,

padahal telah ditiru atau dipalsu olehnya sendiri, atau waktu diterimanya diketahui

tidak asli atau palsu, ataupun (barangsiapa) mempunyai persediaan atau

memasukkan ke indonesia mata uang kertas yang demikian,dengan maksud untuk

mengedarkan atau menyuruh mengedarkan seolah-olah asli dan tidak

dipalsu,diancam dengan penjara maksimum lima belas tahun”.

Kesengajaan dalam rumusan Pasal diatas adalah meliputi seluruh

unsurnya, hal ini dapat terlihat dari penempatannya di depan kalimat. Kesengajaan

itu ditujukan agar dalam pengedarannya seakan-akan asli atau tidak dipalsu.

Unsur-unsur Pasal 245 KUHP tersebut, maka dapat dibagi dalam empat kriteria,

yaitu sebagai berikut :

1. Barang siapa dengan sengaja mengedarkan uang logam atau uang kertas negara

atau bank,yang ia buat sendiri secara meniru atau yang ia palsukan.

2. Barang siapa dengan sengaja mengedarkan barang-barang itu, yang

diketahuinya pada waktu itu ia menerima barang-barang itu adalah uang palsu.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Mata Uang

21

3. Barang siapa dengan sengaja mengedarkan barang-barang itu, yang

diketahuinya pada waktu itu ia menerima barang-barang itu adalah uang palsu.

4. Barang siapa dengan sengaja menyimpan atau memasukkan kedalam wilayah

Indonesia barang-barang tersebut, yang ia buat atau memalsukan sendiri, atau

yang ia ketahui kepalsuannya pada waktu ia menerimanya, dengan tujuan

untuk mengedarkan atau menyuruh mengedarkan uang itu seolah-olah betulan

atau asli.

Dalam hal ini, tidak perlu ia mengetahui bahwa yang membuat atau yang

memalsukan mata uang itu mempunyai maksud dan tujuan untuk

mengedarkannya. Dengan demikian yang jelas dan pasti bahwa para pelaku

harus tahu bahwa mata uang tersebut adalah mata uang palsu yang sendirinya

harus ada unsur kesengajaan. Adapun menurut Andi Zainnal Abidin Farid

membedakan tingkat kesengajaan atas tingkatan atau corak sebagai berikut :

1) Sengaja sebagai niat. Akibat delik adalah motif utama untuk selalu

perbuatan, yang seandainya tujuan itu tidak ada, maka perbuatan itu tidak

akan dilaksanakan.

2) Sengaja dengan kesadaran pasti terjadi.

3) Sengaja sebagai berinsyafkan kemungkinan

Tindakan untuk Pasal 245 KUHP jika dilihat dari sudut terjadinya yang

berlanjut terdapat dua macam, yaitu :

Meniru atau memalsukan mata uang atau uang kertas dan kemudian

dilanjutkan oleh perbuatan :

- Mengedarkan uang tersebut,atau

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Mata Uang

22

- Mempunyai persediaan uang seperti itu, atau

- Memasukkan ke Indonesia uang seperti itu

Mengetahui bahwa uang tersebut waktu diterimanya adalah tiruan atau

palsu, namun dilanjutkan dengan perbuatan seperti disebut diatas.Maksud dari

diterimanya adalah kenyataan bahwa pada saat uang tersebut diterima telah

diketahui tiruan atau palsu. Apabila melihat unsur meniru atau memalsukan

yang dilakukan oleh pelaku delik, maka terdapat adanya perbedaan antara

Pasal 244 KUHP dan Pasal 245 KUHP. Pada Pasal 244 KUHP, pelaku meniru

atau memalsukan mata uang atau uang kertas dengan maksud untuk

mengedarkannya, sedangkan Pasal 245 KUHP, tindakan si pelaku delik

berkelanjutan yaitu setelah ia ditiru atau dipalsukan lalu ia mengedarkannya.

Apabila melihat rumusan Pasal 246 KUHPidana, maka kesengajaannya

ditujukan untuk mengedarkan atau menyuruh mengedarkan mata uang yang

sudah dikurangi nilainya seakan-akan belum dikurangi. Dalam rangka tujuan

inilah pelaku delik mengurangi nilai mata uang tersebut. Dengan demikian juga

tersirat kesengajaan pada tindakan megurangi nilai tersebut dan ditujukan pula

agar penerima menganggap seakan-akan masih asli. Pada Pasal 247

KUHPidanas dalam perbandingannya dengan Pasal 246 KUHP yang secara

berkelanjutan terjadinya terdapat dua macam yaitu :

1) Mengurangi nilai mata uang itu dan kemudian dilanjutkan dengan

perbuatan:

Mengedarkan uang tersebut yang seolah-olah tidak rusak .

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Mata Uang

23

Mempunyai persediaan uang seperti itu dengan maksud untuk

mengedarkannya atau menyuruh mengedarkannya seolah –olah tidak

rusak.

Memasukkan uang seperti itu ke Indonesia dengan maksut seperti di

atas

2) Mengetahui bahwa uang tersebut waktu diterimanya sudah ada

kerusakannya namun dilanjutkan dengan perbuatan tersebut diatas.

Pasal 249 KUHP hanya memuat tentang ketentuan bagi si pelaku delik

yang mengedarkan uang palsu saja, dengan catatan bahwa si pelaku delik tidak

mengetahui kepalsuan uang itu pada saat ia menerimanya. Jadi si pelaku dapat

membuktikan dirinya bahwa ia baru menyadari kepalsuan uang tersebut setelah

beberapa lama sesudah diterimanya. Jika ia mengetahui pada saat diterimanya,

maka ketentuan pasal yang dilanggarnya adalah Pasal 245 dan Pasal 247 KUHP.

Rumusan kejahatan Pasal 249 tersebut di atas terdiri dari unsure-unsur sebagai

berikut :

1. Unsur-unsur objektif :

- Perbuatan : mengedarkan;

- Objeknya :

Mata uang tidak asli atau dipalsu;

Mata uang yang dirusak;

Uang kertas negara palsu atau dipalsu

Uang kertas bank palsu atau dipalsu.

- Unsur subjektif : dengan sengaja.

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Mata Uang

24

Berdasarkan rumusan Pasal 245 KUHP, maka upaya untuk mengedarkan

mata uang palsu seharusnya dilakukan oleh pelaku sendiri, tetapi tidak

menutup kemungkinan bahwa orang lain dapat dapat turut terlihat dalam tindak

pidana tersebut, baik selaku penyerta maupun sebagai subyek dalam bentuk

lain. Pasal X Undang-undang nomor 1 tahun 1946 menyebutkan sebagai

berikut :

”Barang siapa dengan sengaja menjalankan sebagai alat pembayaran yang sah

mata uang atau uang kertas, sedang ia sewaktu menerimanya mengetahui

setidak-tidaknya patut dapat menduga bahwa benda-benda itu oleh pemerintah

tidak diakui sebagai alat pembayaran yang sah, atau dengan maksud untuk

menjalankannya sebagai alat pembayaran yang sah, menyediakannya atau

memasukkannya ke dalam Indonesia, dihukum dengan penjara setinggi-tinggi

lima belas tahun”.

Selanjutnya Pasal XI Undang-undang Nomor 1 tahun 1946 berbunyi

sebagai berikut :

“Barang siapa yang dengan sengaja menjalankan sebagai alat pembayaran yang

sah mata uang atau uang kertas dari pihak pemerintah tidak diakui sebagai alat

pembayaran yang sah, dalan hal diluar keadaan sebagai yang tersebut dalam

pasal yang diatas dihukum dengan hukuman setinggi-tingginya lima belas

tahun”.

Ketentuan kedua pasal tersebut diatas adalah ditujukan pada pelaku atau

pengedar atau yang menjalankan uang yang tidak diakui oleh pemerintah.

Berkaitan dengan hal tersebut, penjelasan mengenai tindak pidana pengedaran

mata uang palsu. Dikatakannya bahwa mengedarkan berasal dari kata belanda

uitgeven yang berarti mengedarkan, tetapi oleh beberapa pakar memberikan

terjemahan pada wetboek van stsrafrech (WVS) yaitu dengan arti menjalankan

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Mata Uang

25

atau megeluarkan. Jadi keterlibatan orang lain di dalam perbuatan tindak

pidana pengedaran mata uang palsu dapat sebagai :

Mededader yaitu orang yang turut melakukan

Manus ministra yaitu orang yang disuruh mengedarkan

Uitgelokte yaitu orang yang memakai salah satu upaya sesuai rumusan

Pasal 245 ayat (1) ke-2 KUHP

Medeplichtig yaitu orang yang hanya bermaksud memudahkan

pelaksanaaan dari alat pelaku untuk mengedarkan. Dengan demikian,

apabila orang tersebut termasuk kedalam salah satu point keterlibatan

diatas, maka seorang tersebut dapat dituntut dalam Pasal 245 KUHP.

Dalam tindak pidana mengedarkan mata uang palsu, yang dapat

dituntut secara hukum bukan hanya mereka yang mengedarkan mata uang

palsu,tetapi terlebih lagi kepada mereka yang pada waktu menerima mata

uang tersebut telah mengetahuinya sebagai mata uang palsu. Dalam hal ini

bukan pelaku pengedaran yang memalsukannya melainkan orang lain.8

2.5.1. Pidana Mengedarkan Mata Uang Palsu Dalam KUHP

Akan halnya dengan mata uang asing palsu maka mata uang rupiah juga

secara yuridis tidak dapat dianggap sah, sehingga dengan sendirinya tidak

dapat dipergunakan sebagai alat tukar menukar maupun sebagai alat

pembayaran yang sah dalam perekonomian di Indonesia. Ketidaksahannya

8 Lamintang, Drs. P.A.F, (DASAR-DASAR HUKUM PIDANA DI INDONESIA,

2011), Hal.98

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Mata Uang

26

tersebut, maka Undang-undang yang berlaku dengan tegas melarang

beredar, apabila pelakunya terbukti dalam persidangan maka akan

mendapat sanksi pidana yang cukup berat,mengingat bahwa perbuatan

mereka tersebut akan mengganggu ketentraman umum, khususnya

penipuan kepada masyarakat dan menurunkan nilai mata uang Indonesia

dalam pasar perekonomian. Di dalam kitab Undang-undang hukum pidana

sebagai landasan hukum setiap tindak pidana di Indonesia, melarang

diedarkan dan dipergunakannya benda-benda yang palsu antara lain mata

uang palsu, sehingga peredarannya dan penggunaannya dianggap tidak sah

dan merupakan suatu tindak pidana penipuan kepada masyarakat. Dengan

demikian adalah hal yang positif, jika setiap orang yang mendapatkan dan

memiliki mata uang palsu untuk segera melaporkan dan menyerahkannya

ke pihak yang berwenang serta diselesaikan menurut prosedur hukum yang

berlaku. Keinginan para pakar hukum untuk membentuk suatu lembaga

khususnya mengenai tindak pidana pemalsuan dan pengedaran mata uang

palsu, baik milik indonesia maupun milik asing seyogyanya mendapat

respon yang positif dari instansi terkait bahkan dari masyarakat umum.

Hal ini untuk mencegah terjadinya tindak pidana pemalsuan dan

pengedaran mata uang palsu tersebut. Dengan demikian kepercayaan

masyarakat terhadap nilai mata uang yang dipalsukan itu dapat meningkat

kembali dan tercipta ketertiban serta stabilitas perekonomian yang mantap.

Mengenai kejahatan mata uang tidak dipersyaratkan harus merupakan

uang dari negara yang menggarap tersangka atau uang dari negara

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Mata Uang

27

tersangka, tetapi uang tersebut mungkin juga berasal dari negara ketiga.

Berdasarkan perjanjian-perjanjian internasional, disepakati bahwa negara-

negara yang menyetujui perjanjian tersebut diharapkan agar supaya

menuangkan dalam perundang-undangan masing-masing pemberantasan

kejahatan-kejahatan mengenai mata uang. Perhatikanlah rumusan dalam

pasal 4 ayat (2) KUHP, yang tidak memberi predikat kepada uang, uang

kertas atau uang kertas bank. Apabila misalnya diberi predikat uang negara

indonesia atau uang kertas Bank Indonesia maka asas yang diterapkan

bukan asas universal melainkan asas perlindungan. Dianutnya asas

universal di bidang kejahatan uang ini, maka peniruan, pemalsuan,

pengurangan nilai uang negara lain dan bahkan oleh orang asing di

wilayah Republik Indonesia dapat diterapkan ketentuan Bab X Buku II

KUHP dan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1946.

2.6 Ancaman pidana pelaku tindak pidana pemalsuan mata uang rupiah

Ancaman pidana adalah hukuman atau sanksi pidana yang diancamkan

kepada orang yang melakukan suatu perbuatan pidana. Jadi untuk setiap

tindak pidana selalu ada ancaman pidana bagi mereka yang melanggarnya.

Ancaman pidana ini berbeda-beda untuk setiap tindak pidana, bisa berupa

pidana mati, pidana penjara, atau pidana kurungan maupun pidana

denda. Ancaman pidana ini bisa dilihat dari bunyi pasal-pasal dalam setiap

undang-undang yang mengatur mengenai tindak pidana, misalnya Kitab

Undang-Undang Hukum Pidana. Untuk setiap tindak pidana disebutkan

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Mata Uang

28

maksimal ancaman pidana yang dapat dijatuhkan kepada pelaku tindak

pidana, misalnya untuk tindak pidana pemalsuan mata uang pasal 244 KUHP

dengan ancaman 15 tahun penjara subsider 245 KUHP tentang uang palsu

dengan ancaman hukuman 15 tahun penjara, pasal 244 KUHP berbunyi:

"Barang siapa memalsu, meniru atau memalsu mata uang atau kertas yang

dikeluarkan oleh negara dengan maksud untuk mengedarkan atau menyuruh

mengedarkan mata uang atau uang kertas itu sebagai asli dan tidak palsu

diancam pidana 15 tahun penjara.

Pasal 245 KUHP berbunyi :

"Barang siapa dengan sengaja mengedarkan mata uang atau uang kertas yang

dikeluarkan oleh negara atau bank sebagai mata uang atau uang kertas asli

dan tidak palsu padahal ditiru atau dipalsu olehnya sendiri atau waktu

diterima diketahuinya bahwa tidak asli atau palsu atau pun barang siapa

menyimpan atau memasukkan ke indonesia, mata uang dan uang kerta yang

demikian dengan maksud untuk mengedarkan atau menyuruh mengedarkan

mata uang atau uang kertas itu sebagai asli dan tidak palsu diancam dengan

pidana 15 tahun penjara".