BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Mata Uang
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Mata Uang
2
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Mata Uang
Mata uang adalah alat pembayaran transaksi ekonomi yang digunakan
di suatu negara. Untuk Indonesia, mata uang adalah rupiah. Dahulu kala,
manusia primitif belum menggunakan uang, ataupun alat pertukaran. Ini
dikarenakan oleh pada waktu itu manusia dapat memenuhi semua
keinginannya dari lam sekitarnya. Ketika sumber daya alam yang mereka
gunakan habis, mereka berpindah dan mulai menggunakan sumber daya alam
yang ada di sekitarnya lagi. Barulah ketika munculnya peradaban kuno
manusia mulai menukar barang miliknya dengan barang milik orang lain,
yang disebut barter. Kemudian setelah zaman lebih maju, manusia mulai
menggunakan alat penukar, walaupun belum berupa uang. Alat ini disebut
uang barang. Barulah setelah manusia menguasai penggunaan tulisan dan
huruf, dikenalah uang atau disebut uang kepercayaan (uang fiduciair) yaitu
uang yang nilai bahannya lebih kecil dari nilai yang tertera pada uang
tersebut. Contohnya pada uang kertas.
2.2. Pemalsuan Mata Uang Rupiah
Pemalsuan adalah proses pembuatan, beradaptasi, meniru atau benda,
statistik, atau dokumen-dokumen, dengan maksud untuk menipu. Kejahatan
yang serupa dengan penipuan adalah kejahatan memperdaya yang lain,
termasuk melalui penggunaan benda yang diperoleh melalui pemalsuan.
10
3
Menyalin, studio pengganda, dan mereproduksi tidak dianggap sebagai
pemalsuan, meskipun mungkin mereka nanti dapat menjadi pemalsuan
selama mengetahui dan berkeinginan untuk tidak dipublikasikan. Dalam hal
penempaan uang atau mata uang itu lebih sering disebut pemalsuan. Barang
konsumen tetapi juga meniru ketika mereka tidak diproduksi atau yang
dihasilkan oleh manufaktur atau produsen diberikan pada label atau merek
dagang tersebut ditandai oleh simbol. Ketika objek-adakan adalah catatan
atau dokumen ini sering disebut sebagai dokumen palsu.1 Uang palsu
merupakan semua benda berupa hasil tiruan uang baik uang kertas maupun
uang logam atau semacam uang atau uang yang dipalsukan yang dapat dan
atau dengan maksud akan diedarkan serupa yang asli. Maka dapat
disimpulkan bahwa pemalsuan uang palsu adalah suatu tindakan pidana
memalsukan suatu benda.2
Dalam hal ini uang yang dilakukan oleh seseorang secara sengaja
maupun tidak sengaja. Keberadaan uang palsu merupakan suatu hal yang sulit
untuk dihindari karena uang memiliki fungsi yang strategis di dalam
kelangsungan suatu pemerintahan atau negara. Sifat strategis tersebut
disebabkan karena uang dapat menjadikan sebagai alat transaksi untuk
memenuhi kebutuhan ekonomi masyarakat dan juga dijadikan sebagai alat
politik untuk menjatuhkan perekonomian suatu negara. Agar keberadaan uang
1 https://id.wikipedia.org/wiki/Pemalsuan diakses pada tanggal 4 april 2019
2http://psikologi-untar.blogspot.com/2014/11/pemalsuan-uang-cherika-705140165.html
diakses pada tanggal 4 april 2019
4
di suatu negara tetap selalu dalam fungsinya sesuai dengan tujuannya, maka
pencegahan uang palsu perlu diupayakan baik secara preventif maupun
represif. Pemalsuan uang dilatarbelakangi oleh situasi perekonomian yang
terpuruk, menyebabkan banyak masyarakat yang ingin mendapatkan uang
banyak untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dengan cara yang mudah.Salah
satu motivasi yang kuat bagi para pemalsu dalam melakukan perbuatannya, di
samping motivasi lainnya seperti motivasi politis untuk mengacaukan
perekonomian negara.:
Kejahatan Pemalsuan Uang sebagian besar adalah:
1. Kejahatan yang sifatnya tidak berdiri sendiri namun merupakan
kejahatan yang terorganisir dengan baik, bahkan sangat mungkin
merupakan kejahatan yang bersifat transnasional
2. Pelaku Tindak Pidana Pemalsuan Uang Rupiah pada umumnya para
residivis. Hal ini kemungkinan disebabkan hukuman yang
dijatuhkan terhadap para pelaku masih ringan;
3. Pemalsuan terhadap mata uang memerlukan suatu proses yang
cukup rumit, oleh karena itu biasanya pelaku Tindak Pidana
merupakan orang-orang yang memiliki keahlian khusus.
Uang dalam ilmu ekonomi tradisional didefinisikan sebagai setiap alat tukar yang
dapat diterima secara umum. Alat tukar itu dapat berupa benda apapun yang dapat
diterima oleh setiap orang di masyarakat dalam proses pertukaran barang dan jasa.
Dalam ilmu ekonomi modern, uang didefinisikan sebagai sesuatu yang tersedia
dan secara umum diterima sebagai alat pembayaran bagi pembelian barang-barang
5
dan jasa-jasa serta kekayaan berharga lainnya serta untuk pembayaran hutang.
Beberapa ahli juga menyebutkan fungsi uang sebagai alat penunda pembayaran.
Secara kesimpulan, uang adalah suatu benda yang diterima secara umum oleh
masyarakat untuk mengukur nilai, menukar, dan melakukan pembayaran atas
pembelian barang dan jasa, dan pada waktu yang bersamaan bertindak sebagai
alat penimbun kekayaan.
Keberadaan uang menyediakan alternatif transaksi yang lebih mudah
daripada barter yang lebih kompleks, tidak efisien, dan kurang cocok digunakan
dalam sistem ekonomi modern karena membutuhkan orang yang memiliki
keinginan yang sama untuk melakukan pertukaran dan juga kesulitan dalam
penentuan nilai. Efisiensi yang didapatkan dengan menggunakan uang pada
akhirnya akan mendorong perdagangan dan pembagian tenaga kerja yang
kemudian akan meningkatkan produktivitas dan kemakmuran. Pada awalnya di
Indonesia, uang dalam hal ini uang kartal diterbitkan oleh pemerintah Republik
Indonesia. Namun sejak dikeluarkannya UU No. 13 tahun 1968 pasal 26 ayat 1,
hak pemerintah untuk mencetak uang dicabut. Pemerintah kemudian menetapkan
Bank Sentral, Bank Indonesia, sebagai satu-satunya lembaga yang berhak
menciptakan uang kartal. Hak untuk menciptakan uang itu disebut dengan hak
oktroi. Uang yang kita kenal sekarang ini telah mengalami proses perkembangan
yang panjang. Pada mulanya, masyarakat belum mengenal pertukaran karena
setiap orang berusaha memenuhi kebutuhannnya dengan usaha sendiri.
Perkembangan selanjutnya mengahadapkan manusia pada kenyataan bahwa apa
yang diproduksi sendiri ternyata tidak cukup untuk memenuhui seluruh
6
kebutuhannya. Untuk memperoleh barang-barang yang tidak dapat dihasilkan
sendiri, mereka mencari orang yang mau menukarkan barang yang dimiliki
dengan barang lain yang dibutuhkan olehnya. Akibatnya munculah sistem barter
yaitu barang yang ditukar dengan barang. Namun pada akhirnya, banyak
kesulitan-kesulitan yang dirasakan dengan sistem ini. Di antaranya adalah
kesulitan untuk menemukan orang yang mempunyai barang yang diinginkan dan
juga mau menukarkan barang yang dimilikinya serta kesulitan untuk memperoleh
barang yang dapat dipertukarkan satu sama lainnya dengan nilai pertukaran yang
seimbang atau hampir sama nilainya. Untuk mengatasinya, mulailah timbul
pikiran-pikiran untuk menggunakan benda-benda tertentu untuk digunakan
sebagai alat tukar.
Barang-barang yang dianggap indah dan bernilai, seperti kerang ini,
pernah dijadikan sebagai alat tukar sebelum manusiamenemukan uang logam.
Meskipun alat tukar sudah ada, kesulitan dalam pertukaran tetap ada. Kesulitan-
kesulitan itu antara lain karena benda-benda yang dijadikan alat tukar belum
mempunyai pecahan sehingga penentuan nilai uang, penyimpanan (storage), dan
pengangkutan (transportation) menjadi sulit dilakukan serta timbul pula kesulitan
akibat kurangnya daya tahan benda-benda tersebut sehingga mudah hancur atau
tidak tahan lama. Kemudian muncul apa yang dinamakan dengan uang logam.
Logam dipilih sebagai alat tukar karena memiliki nilai yang tinggi sehingga
digemari umum, tahan lama dan tidak mudah rusak, mudah dipecah tanpa
mengurangi nilai, dan mudah dipindah-pindahkan. Logam yang dijadikan alat
tukar karena memenuhi syarat-syarat tersebut adalah emas dan perak. Uang logam
7
emas dan perak juga disebut sebagai uang penuh (full bodied money). Artinya,
nilai intrinsik (nilai bahan) uang sama dengan nilai nominalnya (nilai yang
tercantum pada mata uang tersebut). Pada saat itu, setiap orang berhak menempa
uang, melebur, menjual atau memakainya, dan mempunyai hak tidak terbatas
dalam menyimpan uang logam. Sejalan dengan perkembangan perekonomian,
timbul suatu anggapan kesulitan ketika perkembangan tukar-menukar yang harus
dilayani dengan uang logam bertambah sementara jumlah logam mulia (emas dan
perak) sangat terbatas. Penggunaan uang logam juga sulit dilakukan untuk
transaksi dalam jumlah besar sehingga diciptakanlah uang kertas mula-mula
uang kertas yang beredar merupakan bukti-bukti pemilikan emas dan perak
sebagai alat atau perantara untuk melakukan transaksi. Dengan kata lain, uang
kertas yang beredar pada saat itu merupakan uang yang dijamin 100% dengan
emas atau perak yang disimpan di pandai emas atau perak dan sewaktu-waktu
dapat ditukarkan penuh dengan jaminannya. Pada perkembangan selanjutnya,
masyarakat tidak lagi menggunakan emas (secara langsung) sebagai alat
pertukaran. Sebagai gantinya, mereka menjadikan 'kertas-bukti' tersebut sebagai
alat tukar.
Fungsi Secara umum, uang memiliki fungsi sebagai perantara untuk
pertukaran barang dengan barang, juga untuk menghindarkan perdagangan dengan
cara barter. Secara lebih rinci, fungsi uang dibedakan menjadi dua yaitu fungsi
asli dan fungsi turunan.
8
Fungsi asli uang ada tiga, yaitu sebagai alat tukar, sebagai satuan hitung, dan
sebagai penyimpan nilai.Uang berfungsi sebagai alat tukar atau yang dapat
mempermudah pertukaran.
Orang yang akan melakukan pertukaran tidak perlu menukarkan dengan
barang, tetapi cukup menggunakan uang sebagai alat tukar. Kesulitan-
kesulitan pertukaran dengan cara barter dapat diatasi dengan pertukaran
uang.
Uang juga berfungsi sebagai satuan hitung karena uang dapat digunakan
untuk menunjukan nilai berbagai macam barang/jasa yang diperjualbelikan,
menunjukkan besarnya kekayaan, dan menghitung besar kecilnya pinjaman.
Uang juga dipakai untuk menentukan harga barang atau jasa Sebagai alat
satuan hitung, uang berperan untuk memperlancar pertukaran.
Selain itu, uang berfungsi sebagai alat penyimpan nilai karena dapat
digunakan untuk mengalihkan daya beli dari masa sekarang ke masa
mendatang. Ketika seorang penjual saat ini menerima sejumlah uang
sebagai pembayaran atas barang dan jasa yang dijualnya, maka ia dapat
menyimpan uang tersebut untuk digunakan membeli barang dan jasa pada
masa mendatang.
Fungsi Turunan Selain ketiga hal di atas, uang juga memiliki fungsi lain yang
disebut sebagai fungsi turunan. Fungsi turunan itu antara lain:
Uang sebagai alat pembayaran yang sah. Kebutuhan manusia akan barang
dan jasa yang semakin bertambah dan beragam tidak dapat dipenuhi
9
melalui cara tukar-menukar atau barter. Guna mempermudah dalam
mendapatkan barang dan jasa yang diperlukan, manusia memerlukan alat
pembayaran yang dapat diterima semua orang, yaitu uang.
Uang sebagai alat pembayaran utang .Uang dapat digunakan untuk
mengukur pembayaran pada masa yang akan datang.
Uang sebagai alat penimbun kekayaan. Sebagian orang biasanya tidak
menghabiskan semua uang yang dimilikinya untuk keperluan konsumsi.
Ada sebagian uang yang disisihkan dan ditabung untuk keperluan pada
masa datang.
Uang sebagai alat pemindah kekayaan. Seseorang yang hendak pindah dari
suatu tempat ke tempat lain dapat memindahkan kekayaannya yang berupa
tanah dan bangunan rumah ke dalam bentuk uang dengan cara menjualnya.
Di tempat yang baru dia dapat membeli rumah yang baru dengan
menggunakan uang hasil penjualan rumah yang lama.
Uang sebagai alat pendorong kegiatan ekonomi. Apabila nilai uang stabil
orang lebih bergairah dalam melakukan investasi. Dengan adanya kegiatan
investasi, kegiatan ekonomi akan semakin meningkat.3
Ciri keaslian uang Untuk menghindari uang dari pemalsuan, Bank Indonesia
sudah sejak dulu memakai bermacam sekuriti atau faktor pengaman. Ada dua
jenis pengaman, yaitu ditanam di kertas dan dibuat saat cetak. Pengaman yang
ditanam dalam kertas misalnya watermark (tanda air), security thread (benang
3 https://id.wikipedia.org/wiki/Uang diakses pada tanggal 30 juni 2019
10
pengaman), dan fiber (serat). Melihat seringnya peredaran uang palsu, maka butuh
adanya alat pendeteksi uang. Pendeteksian ini bisa dilakukan secara manual dan
otomatis (alat ukur/menggunakan mesin). Cara pendeteksian uang kertas yang
dilakukan pada saat ini adalah secara manual menggunakan sinar ultraviolet.
Namun pendeteksian dengan cara ini relatif lambat, subjektif, dan tergantung
kondisi. Dinilai lambat, karena uang harus diperiksa satu persatu di bawah
paparan sinar ultraviolet. Uang yang dideteksi secara manual ini bersifat subjektif.
Jika uang yang sama diperlihatkan kepada dua orang untuk diperiksa, barangkali
si A menganggap asli, sedangkan si B menilai bahwa uang tersebut palsu. Jika
dideteksi dengan beberapa mesin (otomatis), penialian lebih objektif.
Ciri-ciri keaslian uang Rupiah yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia dapat
dikenali dari unsur pengaman yang tertanam pada bahan uang dan teknik cetak
yang digunakan adalah sebagai berikut:
Tanda Air (Watermark) dan “Electrotype” Pada kertas uang terdapat tanda
air berupa gambar yang akan terlihat apabila diterawangkan ke arah
cahaya.
Benang Pengaman (Security Thread) Ditanam di tengah ketebalan kertas
atau terlihat seperti dianyam sehingga tampak sebagai garis melintang dari
atas ke bawah, dapat dibuat tidak memendar maupun memendar di bawah
sinar ultraviolet dengan satu warna atau beberapa warna.
Gambar Tersembunyi (Latent Image) Teknik cetak dimana terdapat tulisan
tersembunyi yang dapat dilihat dari sudut pandang tertentu.
11
Gambar Saling Isi (Rectoverso) Pencetakan suatu ragam bentuk yang
menghasilkan cetakan pada bagian muka dan belakang beradu tepat dan
saling mengisi jika diterawangkan ke arah cahaya.
Tinta Berubah Warna (Optical Variable Ink) Hasil cetak mengkilap
(glittering) yang berubah-ubah warnanya bila dilihat dari sudut pandang
yang berbeda.
Pasal 20 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia
sebagaimana diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009
memberikan mandat bagi Bank Indonesia untuk mengeluarkan dan mengedarkan
Uang Rupiah serta mencabut, menarik & memusnahkan uang dimaksud dari
peredaran. Dalam rangka menjaga kualitas uang beredar di masyarakat, Bank
Indonesia menerapkan kebijakan untuk mengganti uang tidak layak edar dengan
uang yang layak edar. Kebijakan ini bertujuan utk menjaga Uang Rupiah yang
beredar berada dalam kualitas yang baik sehingga mudah dikenali ciri-ciri
keasliannya.4
Jenis uang yang beredar dimasyarakat dapat dikelompokan menjadi tiga,
yaitu uang kartal, uang giral, dan uang kuasi.
Uang kartal terdiri dari uang kertas dan uang logam. Uang kartal adalah alat bayar
yang sah dan wajib diterima oleh masyarakat dalam melakukan transaksi jual beli
sehari-hari. Jenis Uang Menurut Nilai yang terkandung didalamnya, Menurut
Undang-Undang pokok Bank Indonesia No. 11 tahun 1953, terdapat dua jenis
4 http://tissorindonesia.com/mengenal-ciri-ciri-uang-palsu-yang-beredar-2/diakses
pada tanggal 1 juli 2019
12
uang kartal, yaitu uang negara dan uang bank. Uang negara adalah uang yang
dikeluarkan oleh pemerintah, terbuat dari kertas yang memiliki ciri-ciri:
Dikeluarkan oleh pemerintah
Dijamin oleh undang undang
Bertuliskan nama negara yang mengeluarkannya
Ditanda tangani oleh menteri keuangan
Namun, sejak berlakunya Undang-undang No. 13 tahun 1968, uang negara
dihentikan peredarannya dan diganti dengan Uang Bank. Uang Bank adalah uang
yang dikeluarkan oleh Bank Sentral berupa uang logam dan uang kertas, Ciri-
cirinya sebagai berikut.
Dikeluarkan oleh Bank Sentral
Dijamin dengan emas atau valuta asing yang disimpan di Bank Sentral
Bertuliskan nama bank sentral negara yang bersangkutan (di Indonesia:
Bank Indonesia)
Ditandatangani oleh gubernur bank sentral.
Jenis Uang Kartal Menurut Bahan Pembuatnya
A. Uang logam
Uang logam biasanya terbuat dari emas atau perak karena emas dan perak
memenuhi syarat-syarat uang yang efesien. Karena harga emas dan perak yang
cenderung tinggi dan stabil, emas dan perak mudah dikenali dan diterima orang.
Di samping itu, emas dan perak tidak mudah musnah. Emas dan perak juga
mudah dibagi-bagi menjadi unit yang lebih kecil. Di zaman sekarang, uang
13
logam tidak dinilai dari berat emasnya, namun dari nilai nominalnya. Nilai
nominal itu merupakan pernyataan bahwa sejumlah emas dengan berat tertentu
terkandung di dalamnya. Uang logam memiliki tiga macam nilai:
- Nilai Intrinsik yaitu nilai bahan untuk membuat mata uang, misalnya
berapa nilai emas dan perak yang digunakan untuk mata uang. Menurut
sejarah, uang emas dan perak pernah dipakai sebagai uang. Ada
beberapa alasan mengapa emas dan perak dijadikan sebagai bahan uang
yaitu bahan yang Tahan lama dan tidak mudah rusak (Rp. 100,00), atau
lima ratus rupiah (Rp. 500,00).
- Nilai Tukar, nilai tukar adalah kemampuan uang untuk dapat ditukarkan
dengan suatu barang (daya beli uang).
Uang giral tercipta akibat semakin mendesaknya kebutuhan masyarakat akan
adanya sebuah alat tukar yang lebih mudah, praktis dan aman. Di Indonesia, bank
yang berhak menciptakan uang giral adalah bank umum selain Bank Indonesia.
Menurut UU No. 7 tentang Perbankan tahun 1992, definisi uang giral
adalah tagihan umum, yang dapat digunakan sewaktu-waktu sebagai alat
pembayaran. Bentuk uang giral dapat berupa cek, giro, atau telegrafic transfer.
Uang giral bukan merupakan alat pembayaran yang sah. Artinya, masyarakat
boleh menolak dibayar dengan uang giral. Uang giral dapat terjadi dengan cara
berikut:
- Penyetoran uang tunai kepada bank dan dicatat dalam rekening koran atas
nama penyetor, penyetor menerima buku cek dan buku giro bilyet. Uang
tersebut sewaktu-waktu dapat diambil atau penyetor menerima
14
pembayaran utang dari debitur melalui bank. Penerimaan piutang itu oleh
bank dibukukan dalam rekening koran orang yang bersangkutan. Cara di
atas disebut primary deposit.
- Karena transaksi surat berharga. Uang giral dapat diciptakan dengan cara
menjual surat berharga ke bank, lalu bank membukukan hasil penjualan
surat berharga tersebut sebagai deposit dari yang menjual. Cara ini
disebut derivative deposi.
- Mendapat kredit dari bank yang dicatat dalam rekening koran dan dapat
diambil sewaktu-waktu. Cara ini disebut dengan loan deposit.
Pembayaran dengan uang giral dapat dilakukan dengan menggunakan cek,giro
bilyet,dan pemindahan telegrafis[telegraphic transfer]. Keuntungan menggunakan
uang giral. Keuntungan menggunakan uang giral sebagai berikut.
Memudahkan pembayaran karena tidak perlu menghitung uang
Alat pembayaran yang dapat diterima untuk jumlah yang tidak terbatas,
nilainya sesuai dengan yang dibutuhkan (yang ditulis oleh
pemilik cek/bilyet giro)
Lebih aman karena risiko uang hilang lebih kecil dan bila hilang bisa
segera dilapokan ke bank yang mengeluarkan cek/bilyet giro dengan cara
pemblokiran.
15
Uang Kuasi adalah surat-surat berharga yang dapat dijadikan sebagai alat
pembayaran. Biasanya uang kuasi ini terdiri atas deposito berjangka dan tabungan
serta rekening valuta asing milik swasta domestik. 5
Pengertian uang palsu dalam kitab Undang-Undang hukum Pidana (KUHP) tidak
diatur secara tegas, tapi berdasarkam penjelasan dari pasal-pasal yang ada dalam
KUHP, bahwa hal-hal yang berkaitan dengan uang palsu adalah:
1. Uang hasil pemalsuan
2. Uang hasil peniruan
3. Mata uang yang dikurangkan nilai atau harganya
4. Benda-benda semacam mata uang atau semacamnya yang oleh pemerintah
tidak diakui sebagai alat pembayaran yang sah.6
2.3. Faktor-faktor Penyebab terjadinya Pemalsuan Mata Uang
Penyebab terjadinya peredaran uang palsu.faktor-faktor yang menyebabkan
terjadinya peradaran uang palsu, yaitu:
1) Faktor ekonomi, banyaknya jumlah penduduk dan kurangnya
perhatian negara menyebabkan para penduduk menghalalkan
segala cara untuk bertahan hidup yaitu salah satunya dengan
melakukan kejahatan pemalsuan uang;
5 https://id.wikipedia.org/wiki/Jenis-jenis_uang diakses pada tanggal 2 juli 2019
6 http://www.suduthukum.com/2015/09/pengertian-tindak-pidana-pemalsuan-
uang.html diakses pada tanggal 2 juli 2019
16
2) Faktor teknologi, semakin canggihnya teknologi membuat orang
dengan mudahnya mencetak uang palsu; dan
3) Faktor lingkungan, faktor ini mempengaruhi seseorang melakukan
upaya pengedaran uang palsu karena dalam sebuah lingkungan
seseorang akan bertemu dengan orang yang berbeda-beda, apabila
bergaul dengan penjahat maka orang baik pun juga dapat berubah
menjadi jahat.7
2.4. Pengertian Tindak Pidana dan Unsur Tindak Pidana Pemalsuan Mata
Uang Palsu
Dalam ilmu hukum pengertian tindak pidana atau delik atau starbaarfeit
sama halnya dengan tindak pidana, pelanggaran pidana, perbuatan yang
dapat dihukum dan perbuatan yang dapat dihukum. Bila ditinjau dari segi
penggunaan umum dan yang dipergunakan dalam perundang-undangan
negara kita, maka nampaklah penggunaan istilah tindak pidana, Perbuatan
pidana adalah perbuatan yang oleh aturan hukum pidana dilarang dan
diancam dengan pidana, barang siapa yang melanggar larangan tersebut”.
Pada dasarnya dijelaskan pula bahwa menurut wujudnya atau sifatnya
perbuatan pidana adalah perbuatan yang melawan hukum. Hal mana
perbuatan ini dapat merugikan masyarakat dalam arti bertentangan dengan
atau menghambat akan terlaksananya tata dalam pergaulan masyarakat
dianggap baik dan adil, sehingga dari penjelasan perbuatan pidana tersebut,
7 http://psikologi-untar.blogspot.com/2014/11/pemalsuan-uang-cherika-705140165.html diakses
pada tanggal 2 juli 2019
17
oleh penulis dapat ditarik kesimpulan bahwa perbuatan dapat dikatakan
suatu tindak pidana, apabila perbuatan itu mengandung 4 unsur penting
yaitu sebagai berikut :
1. Perbuatan itu melawan hukum
2. Perbuatan itu merugikan masyarakat
3. Perbuatan itu dilarang oleh aturan pidana
4. Pelaku perbuatan itu diancam dengan pidana
Jadi apabila suatu perbuatan belum mempunyai keempat unsur tersebut,
maka belum dikatakan suatu tindak pidana. Tindakan yang hanya dapat
dihukum apabila tindakan itu didahului oleh ancaman hukuman dalam
undang-undang. Peristiwa pidana apabila dikaji lebih lanjut, maka pada
intinya mempunyai dua segi yaitu segi obyektif dan segi subyektif.
Ditinjau dari segi obyektif, peristiwa pidana adalah suatu tindakan (berbuat
atau lalai berbuat) yang bertentangan dengan hukum positif, dalam hal ini
bersifat tanpa hak yang dapat menimbulkan akibat yang oleh hukum
dilarang dan dikenakan ancaman hukuman. Unsur penting dalam peristiwa
pidana ini adalah unsur Onrechtmatigheid yaitu unsur sifat tanpa hak.
Apabila dalam suatu peristiwa tidak ada onrechtmatigheid, maka tidak ada
pula peristiwa pidana. Disamping itu ada lagi beberapa hal yang dapat
menghilangkan terjadinya peristiwa pidana seperti ambtelijk bevel, yakni
suatu tindakan menjadi tanpa hak jika tindakan itu dilakukan oleh karena
perintah jabatan. Adapun bela paksa (noodweer) terpaksa dilakukan
18
terhadap jiwa sendiri atau jiwa orang lain, terhadap kehormatan diri atau
benda yang diserang secara tiba-tiba dan melanggar hukum. Terakhir
adalah keadaan darurat, yakni keadaan yang tak dapat dielakkan harus
melanggar hak-hak orang lain karena keadaan itu diperlukan untuk
membela jiwa. Ditinjau dari segi subyektif adalah segi kesalahan, yakni
seseorang yang melakukan perbuatan yang dilarang oleh undang-uundang
hanya dapat di hukum, apabila orang tersebut dapat dipertanggung
jawabkan. Untuk dapat mellihat apakah suatu perbuatan yang dilakukan
oleh seseorang itu merupakan tindak pidana atau bukan, maka haruslah
dilihat pada berbagai macam ketentuan hukum pidana yang berlaku umum
(hukum positif). Di indonesia dikenal adanya Kitab Undang-undang
Pidana lainnya yang merupakan ketentuan hukum pidana diluar KUHP.
Dalam hal ini kita berpatokan pada Pasal 1 ayat (1) KUHP yang lebih
dikenal dengan asas legalitas yang artinya :“Suatu perbuatan tidak dapat
dipidana, kecuali berdasarkan kekuatan ketentuan perundang-undangan
pidana yang telah ada.” Tindak pidana secara lebih rinci terbagi lagi dalam
tindak kejahatan yang diatur dalam Buku II KUHP dan tindak pelanggaran
yang diatur dalam Buku III KUHP. Antara keduanya hanya dibedakan
oleh unsur kesengajaan dan kegelapan serta berat ringannya hukuman
yang dijatuhkan bagi pelaku tindak pidana tersebut
2.5. Tindak Pidana Pengedaran Mata Uang Palsu Dalam KUHP
Tindak pidana terhadap uang palsu secara menyeluruh pada pasal 244
19
KUHP sampai dengan Pasal 252 KUHP dan Pasal 519 KUHP serta Pasal IX
sampai dengan XIII Undang-undang No 1 Tahun 1946 jo. Undang-undang Nomor
73 Tahun 1958. Berkaitan dengan pengedaran mata uang palsu dapat dilihat dari
beberapa ketentuan Pasal yang mengaturnya, yaitu Pasal 244, pasal 245, pasal
247, dan Pasal 249 KUHP serta Pasal X dan Pasal XI Undang-undang Nomor 1
Tahun 1946. Pada Pasal 244 KUHP. Soesilo menyebutkan bahwa : “Barang siapa
meniru atau memalsukan mata-uang atau uang kertas negara atau bank dengan
maksud untuk mengedarkan mata uang atau uang kertas tersebut seolah-olah ia
asli dan tidak dipalsu,diancam dengan pidana penjara maksimum limas belas
tahun”.
Ketentuan pasal diatas menunjukan bahwa unsur kesengajaan tersurat pada
yaitu membuat sesuatu yang menyerupai uang yang berlaku. Dengan kata lain,
ada kehendak pelaku untuk memalsukan uang yang sudah ada. Kesengajaan ini
harus berkaitan dengan maksud si pelaku delik, yaitu untuk mengedarkannya
seolah-olah asli atau palsu. Tindakan meniru atau memalsukan uang yang
dilakukan suatu perbuatan mengadakan uang yang menyerupai aslinya. Dalam hal
memalsukan yaitu perbuatan yang dilakukan oleh pelaku delik dengan
mengadakan perubahan pada uang yang telah ada, baik mengenai bahannya
maupun mengenai tulisan yang terdapat pada uang tersebut. Misalnya bahan
logam atau kertasnya diganti denganbahan lain, atau ada uang yang berbeda
nilainya tetapi hampir sama bentuknya kecuali tulisan nominal yang tertulis
tersebut adalah pemalsuan. Pada unsur dengan maksud untuk mengedarkannya,
memiliki pengertian bahwa keadaan atau keberadaan uang palsu tersebut masih
20
berada di tangan si pelaku delik, berarti belum beredar atau teredarkan. Dengan
demikian pengertian dengan maksud disini, selain memperkuat kesengajaannya
untuk meniru atau memalsu adalah juga tujuannya yang terdekat. Di dalam urutan
Pasal selanjutnya adalah Pasal 245 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana oleh
Soesilo yang menyebutkan sebagai berikut :
“Barang siapa dengan sengaja mengedarkan mata uang atau uang kertas negara
atau bank seolah-olah mata uang atau uang kertas yang asli dan tidak palsu,
padahal telah ditiru atau dipalsu olehnya sendiri, atau waktu diterimanya diketahui
tidak asli atau palsu, ataupun (barangsiapa) mempunyai persediaan atau
memasukkan ke indonesia mata uang kertas yang demikian,dengan maksud untuk
mengedarkan atau menyuruh mengedarkan seolah-olah asli dan tidak
dipalsu,diancam dengan penjara maksimum lima belas tahun”.
Kesengajaan dalam rumusan Pasal diatas adalah meliputi seluruh
unsurnya, hal ini dapat terlihat dari penempatannya di depan kalimat. Kesengajaan
itu ditujukan agar dalam pengedarannya seakan-akan asli atau tidak dipalsu.
Unsur-unsur Pasal 245 KUHP tersebut, maka dapat dibagi dalam empat kriteria,
yaitu sebagai berikut :
1. Barang siapa dengan sengaja mengedarkan uang logam atau uang kertas negara
atau bank,yang ia buat sendiri secara meniru atau yang ia palsukan.
2. Barang siapa dengan sengaja mengedarkan barang-barang itu, yang
diketahuinya pada waktu itu ia menerima barang-barang itu adalah uang palsu.
21
3. Barang siapa dengan sengaja mengedarkan barang-barang itu, yang
diketahuinya pada waktu itu ia menerima barang-barang itu adalah uang palsu.
4. Barang siapa dengan sengaja menyimpan atau memasukkan kedalam wilayah
Indonesia barang-barang tersebut, yang ia buat atau memalsukan sendiri, atau
yang ia ketahui kepalsuannya pada waktu ia menerimanya, dengan tujuan
untuk mengedarkan atau menyuruh mengedarkan uang itu seolah-olah betulan
atau asli.
Dalam hal ini, tidak perlu ia mengetahui bahwa yang membuat atau yang
memalsukan mata uang itu mempunyai maksud dan tujuan untuk
mengedarkannya. Dengan demikian yang jelas dan pasti bahwa para pelaku
harus tahu bahwa mata uang tersebut adalah mata uang palsu yang sendirinya
harus ada unsur kesengajaan. Adapun menurut Andi Zainnal Abidin Farid
membedakan tingkat kesengajaan atas tingkatan atau corak sebagai berikut :
1) Sengaja sebagai niat. Akibat delik adalah motif utama untuk selalu
perbuatan, yang seandainya tujuan itu tidak ada, maka perbuatan itu tidak
akan dilaksanakan.
2) Sengaja dengan kesadaran pasti terjadi.
3) Sengaja sebagai berinsyafkan kemungkinan
Tindakan untuk Pasal 245 KUHP jika dilihat dari sudut terjadinya yang
berlanjut terdapat dua macam, yaitu :
Meniru atau memalsukan mata uang atau uang kertas dan kemudian
dilanjutkan oleh perbuatan :
- Mengedarkan uang tersebut,atau
22
- Mempunyai persediaan uang seperti itu, atau
- Memasukkan ke Indonesia uang seperti itu
Mengetahui bahwa uang tersebut waktu diterimanya adalah tiruan atau
palsu, namun dilanjutkan dengan perbuatan seperti disebut diatas.Maksud dari
diterimanya adalah kenyataan bahwa pada saat uang tersebut diterima telah
diketahui tiruan atau palsu. Apabila melihat unsur meniru atau memalsukan
yang dilakukan oleh pelaku delik, maka terdapat adanya perbedaan antara
Pasal 244 KUHP dan Pasal 245 KUHP. Pada Pasal 244 KUHP, pelaku meniru
atau memalsukan mata uang atau uang kertas dengan maksud untuk
mengedarkannya, sedangkan Pasal 245 KUHP, tindakan si pelaku delik
berkelanjutan yaitu setelah ia ditiru atau dipalsukan lalu ia mengedarkannya.
Apabila melihat rumusan Pasal 246 KUHPidana, maka kesengajaannya
ditujukan untuk mengedarkan atau menyuruh mengedarkan mata uang yang
sudah dikurangi nilainya seakan-akan belum dikurangi. Dalam rangka tujuan
inilah pelaku delik mengurangi nilai mata uang tersebut. Dengan demikian juga
tersirat kesengajaan pada tindakan megurangi nilai tersebut dan ditujukan pula
agar penerima menganggap seakan-akan masih asli. Pada Pasal 247
KUHPidanas dalam perbandingannya dengan Pasal 246 KUHP yang secara
berkelanjutan terjadinya terdapat dua macam yaitu :
1) Mengurangi nilai mata uang itu dan kemudian dilanjutkan dengan
perbuatan:
Mengedarkan uang tersebut yang seolah-olah tidak rusak .
23
Mempunyai persediaan uang seperti itu dengan maksud untuk
mengedarkannya atau menyuruh mengedarkannya seolah –olah tidak
rusak.
Memasukkan uang seperti itu ke Indonesia dengan maksut seperti di
atas
2) Mengetahui bahwa uang tersebut waktu diterimanya sudah ada
kerusakannya namun dilanjutkan dengan perbuatan tersebut diatas.
Pasal 249 KUHP hanya memuat tentang ketentuan bagi si pelaku delik
yang mengedarkan uang palsu saja, dengan catatan bahwa si pelaku delik tidak
mengetahui kepalsuan uang itu pada saat ia menerimanya. Jadi si pelaku dapat
membuktikan dirinya bahwa ia baru menyadari kepalsuan uang tersebut setelah
beberapa lama sesudah diterimanya. Jika ia mengetahui pada saat diterimanya,
maka ketentuan pasal yang dilanggarnya adalah Pasal 245 dan Pasal 247 KUHP.
Rumusan kejahatan Pasal 249 tersebut di atas terdiri dari unsure-unsur sebagai
berikut :
1. Unsur-unsur objektif :
- Perbuatan : mengedarkan;
- Objeknya :
Mata uang tidak asli atau dipalsu;
Mata uang yang dirusak;
Uang kertas negara palsu atau dipalsu
Uang kertas bank palsu atau dipalsu.
- Unsur subjektif : dengan sengaja.
24
Berdasarkan rumusan Pasal 245 KUHP, maka upaya untuk mengedarkan
mata uang palsu seharusnya dilakukan oleh pelaku sendiri, tetapi tidak
menutup kemungkinan bahwa orang lain dapat dapat turut terlihat dalam tindak
pidana tersebut, baik selaku penyerta maupun sebagai subyek dalam bentuk
lain. Pasal X Undang-undang nomor 1 tahun 1946 menyebutkan sebagai
berikut :
”Barang siapa dengan sengaja menjalankan sebagai alat pembayaran yang sah
mata uang atau uang kertas, sedang ia sewaktu menerimanya mengetahui
setidak-tidaknya patut dapat menduga bahwa benda-benda itu oleh pemerintah
tidak diakui sebagai alat pembayaran yang sah, atau dengan maksud untuk
menjalankannya sebagai alat pembayaran yang sah, menyediakannya atau
memasukkannya ke dalam Indonesia, dihukum dengan penjara setinggi-tinggi
lima belas tahun”.
Selanjutnya Pasal XI Undang-undang Nomor 1 tahun 1946 berbunyi
sebagai berikut :
“Barang siapa yang dengan sengaja menjalankan sebagai alat pembayaran yang
sah mata uang atau uang kertas dari pihak pemerintah tidak diakui sebagai alat
pembayaran yang sah, dalan hal diluar keadaan sebagai yang tersebut dalam
pasal yang diatas dihukum dengan hukuman setinggi-tingginya lima belas
tahun”.
Ketentuan kedua pasal tersebut diatas adalah ditujukan pada pelaku atau
pengedar atau yang menjalankan uang yang tidak diakui oleh pemerintah.
Berkaitan dengan hal tersebut, penjelasan mengenai tindak pidana pengedaran
mata uang palsu. Dikatakannya bahwa mengedarkan berasal dari kata belanda
uitgeven yang berarti mengedarkan, tetapi oleh beberapa pakar memberikan
terjemahan pada wetboek van stsrafrech (WVS) yaitu dengan arti menjalankan
25
atau megeluarkan. Jadi keterlibatan orang lain di dalam perbuatan tindak
pidana pengedaran mata uang palsu dapat sebagai :
Mededader yaitu orang yang turut melakukan
Manus ministra yaitu orang yang disuruh mengedarkan
Uitgelokte yaitu orang yang memakai salah satu upaya sesuai rumusan
Pasal 245 ayat (1) ke-2 KUHP
Medeplichtig yaitu orang yang hanya bermaksud memudahkan
pelaksanaaan dari alat pelaku untuk mengedarkan. Dengan demikian,
apabila orang tersebut termasuk kedalam salah satu point keterlibatan
diatas, maka seorang tersebut dapat dituntut dalam Pasal 245 KUHP.
Dalam tindak pidana mengedarkan mata uang palsu, yang dapat
dituntut secara hukum bukan hanya mereka yang mengedarkan mata uang
palsu,tetapi terlebih lagi kepada mereka yang pada waktu menerima mata
uang tersebut telah mengetahuinya sebagai mata uang palsu. Dalam hal ini
bukan pelaku pengedaran yang memalsukannya melainkan orang lain.8
2.5.1. Pidana Mengedarkan Mata Uang Palsu Dalam KUHP
Akan halnya dengan mata uang asing palsu maka mata uang rupiah juga
secara yuridis tidak dapat dianggap sah, sehingga dengan sendirinya tidak
dapat dipergunakan sebagai alat tukar menukar maupun sebagai alat
pembayaran yang sah dalam perekonomian di Indonesia. Ketidaksahannya
8 Lamintang, Drs. P.A.F, (DASAR-DASAR HUKUM PIDANA DI INDONESIA,
2011), Hal.98
26
tersebut, maka Undang-undang yang berlaku dengan tegas melarang
beredar, apabila pelakunya terbukti dalam persidangan maka akan
mendapat sanksi pidana yang cukup berat,mengingat bahwa perbuatan
mereka tersebut akan mengganggu ketentraman umum, khususnya
penipuan kepada masyarakat dan menurunkan nilai mata uang Indonesia
dalam pasar perekonomian. Di dalam kitab Undang-undang hukum pidana
sebagai landasan hukum setiap tindak pidana di Indonesia, melarang
diedarkan dan dipergunakannya benda-benda yang palsu antara lain mata
uang palsu, sehingga peredarannya dan penggunaannya dianggap tidak sah
dan merupakan suatu tindak pidana penipuan kepada masyarakat. Dengan
demikian adalah hal yang positif, jika setiap orang yang mendapatkan dan
memiliki mata uang palsu untuk segera melaporkan dan menyerahkannya
ke pihak yang berwenang serta diselesaikan menurut prosedur hukum yang
berlaku. Keinginan para pakar hukum untuk membentuk suatu lembaga
khususnya mengenai tindak pidana pemalsuan dan pengedaran mata uang
palsu, baik milik indonesia maupun milik asing seyogyanya mendapat
respon yang positif dari instansi terkait bahkan dari masyarakat umum.
Hal ini untuk mencegah terjadinya tindak pidana pemalsuan dan
pengedaran mata uang palsu tersebut. Dengan demikian kepercayaan
masyarakat terhadap nilai mata uang yang dipalsukan itu dapat meningkat
kembali dan tercipta ketertiban serta stabilitas perekonomian yang mantap.
Mengenai kejahatan mata uang tidak dipersyaratkan harus merupakan
uang dari negara yang menggarap tersangka atau uang dari negara
27
tersangka, tetapi uang tersebut mungkin juga berasal dari negara ketiga.
Berdasarkan perjanjian-perjanjian internasional, disepakati bahwa negara-
negara yang menyetujui perjanjian tersebut diharapkan agar supaya
menuangkan dalam perundang-undangan masing-masing pemberantasan
kejahatan-kejahatan mengenai mata uang. Perhatikanlah rumusan dalam
pasal 4 ayat (2) KUHP, yang tidak memberi predikat kepada uang, uang
kertas atau uang kertas bank. Apabila misalnya diberi predikat uang negara
indonesia atau uang kertas Bank Indonesia maka asas yang diterapkan
bukan asas universal melainkan asas perlindungan. Dianutnya asas
universal di bidang kejahatan uang ini, maka peniruan, pemalsuan,
pengurangan nilai uang negara lain dan bahkan oleh orang asing di
wilayah Republik Indonesia dapat diterapkan ketentuan Bab X Buku II
KUHP dan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1946.
2.6 Ancaman pidana pelaku tindak pidana pemalsuan mata uang rupiah
Ancaman pidana adalah hukuman atau sanksi pidana yang diancamkan
kepada orang yang melakukan suatu perbuatan pidana. Jadi untuk setiap
tindak pidana selalu ada ancaman pidana bagi mereka yang melanggarnya.
Ancaman pidana ini berbeda-beda untuk setiap tindak pidana, bisa berupa
pidana mati, pidana penjara, atau pidana kurungan maupun pidana
denda. Ancaman pidana ini bisa dilihat dari bunyi pasal-pasal dalam setiap
undang-undang yang mengatur mengenai tindak pidana, misalnya Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana. Untuk setiap tindak pidana disebutkan
28
maksimal ancaman pidana yang dapat dijatuhkan kepada pelaku tindak
pidana, misalnya untuk tindak pidana pemalsuan mata uang pasal 244 KUHP
dengan ancaman 15 tahun penjara subsider 245 KUHP tentang uang palsu
dengan ancaman hukuman 15 tahun penjara, pasal 244 KUHP berbunyi:
"Barang siapa memalsu, meniru atau memalsu mata uang atau kertas yang
dikeluarkan oleh negara dengan maksud untuk mengedarkan atau menyuruh
mengedarkan mata uang atau uang kertas itu sebagai asli dan tidak palsu
diancam pidana 15 tahun penjara.
Pasal 245 KUHP berbunyi :
"Barang siapa dengan sengaja mengedarkan mata uang atau uang kertas yang
dikeluarkan oleh negara atau bank sebagai mata uang atau uang kertas asli
dan tidak palsu padahal ditiru atau dipalsu olehnya sendiri atau waktu
diterima diketahuinya bahwa tidak asli atau palsu atau pun barang siapa
menyimpan atau memasukkan ke indonesia, mata uang dan uang kerta yang
demikian dengan maksud untuk mengedarkan atau menyuruh mengedarkan
mata uang atau uang kertas itu sebagai asli dan tidak palsu diancam dengan
pidana 15 tahun penjara".