BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/67591/3/BAB II.pdf · 2020. 10....
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/67591/3/BAB II.pdf · 2020. 10....
-
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
2.1.1 Sikap Petani Terhadap Program Pengambangan Usaha Agribisnis
Perdesaan (PUAP) di Kota Salatiga skripsi oleh (Wibisono, 2011).
Tujuan dari penelitian: (a) Mengkaji sikap petani terhadap program
Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) di Kota Salatiga. (b)
Mengkaji faktor-faktor pembentuk sikap petani terhadap program Pengembangan
Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) di Kota Salatiga. (c) Mengkaji hubungan
antara faktor-faktor pembentuk sikap dengan sikap petani terhadap program
Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) di Kota Salatiga.
Metode dasar yang digunakan adalah metode deskriptif yaitu suatu metode
dalam meneliti suatu kelompok manusia, objek, kondisi, pemikiran atau peristiwa
di masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah membuat deskripsi
gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta,
sifat-sifat, serta hubungan antara fenomena yang diselidiki.
Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive yaitu pemilihan lokasi
penelitian melalui pilihan-pilihan berdasarkan kesesuaian karakteristik yang
dimiliki calon sampel/responden dengan kriteria tertentu yang
ditetapkan/dikehendaki oleh peneliti, sesuai tujuan penelitian.
-
7
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petani yang tergabung dalam
Gapoktan Prima Agung dan Gapoktan Ngudi Raharjo yang mengikuti program
Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan pada tahun anggaran 2008 yang ada di
Kota Salatiga. Penarikan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
metode Proportional random sampling yaitu pengambilan sampel dengam
menetapkan jumlah tergantung besar kecilnya sub populasi atau kelompok yang akan
diwakilinya.
Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: (1) Data primer adalah
data yang diperoleh langsung dari responden dengan wawancara dengan
menggunakan kuisioner sebagai alatnya. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini
adalah umur, pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting,
pendidikan formal dan non formal, media massa serta sikap responden terhadap
program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan itu sendiri. (2) Data sekunder
adalah data-data yang dikumpulkan dari instansi atau lembaga yang berkaitan dengan
penelitian, dengan cara mencatat langsung data yang bersumber dari dokumentasi
yang ada. Data sekunder yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data
monografi daerah penelitian, daftar kelompok tani yang menjadi responden dan data-
data yang berkaitan dengan petani Kota Salatiga.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan cara-cara sebagai
berikut : (1) 1. Observasi, Pengamatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang
diteliti di lapangan, yang meliputi daerah penelitian dan pencatatan informasi yang
diperoleh dari petugas dan petani responden di daerah penelitian. Teknik observasi
-
8
dilakukan dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap obyek yang akan
diteliti sehingga diperoleh gambaran yang jelas mengenai tujuan, pelaksanaan dan
hasil yang dicapai. Data yang diperoleh berhubungan dengan program Pengembangan
Usaha Agribisnis Perdesaan di Kota Salatiga. (2) Wawancara, Tanya jawab yang
dilakukan secara langsung antara peneliti dengan responden dengan menggunakan
kuisioner, yaitu panduan berupa daftar pertanyaan yang telah disiapkan oleh peneliti.
Wawancara dilakukan dalam penelitian ini, dengan pihak-pihak yang terlibat dalam
program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan di Kota Salatiga. (3)
Dokumentasi, Teknik yang dilakukan untuk memperoleh data baik dari responden
dokumen. Tentunya data yang diperoleh berupa data yang berhubungan dengan
program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan di Kota Salatiga.
Menurut Djarwanto (1996) sesuai data yang tersedia data primer dianalisis
melalui tahap editing, coding dan tabulasi, untuk mengetahui sikap petani terhadap
program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) dapat menggunakan
skala Likert. Menurut Mueller (1986), Mengukur sikap seseorang adalah mencoba
untuk menempatkan posisinya pada suatu kontinum afektif berkisar dari sangat
positif hingga sangat negatif terhadap suatu obyek sikap. Kuantifikasi dalam skala
likert dilakukan dengan mencatat penguatan respon dan untuk pernyataan
kepercayaan positif dan negatif tentang obyek sikap. Skor tiap-tiap variabel yang
diteliti dikategorikan menjadi 5 yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi dan sangat
tinggi. Kategori pengukurannya dengan menggunakan rumus lebar interval, yaitu:
Lebar Interval (I) : Jumlah skor tertinggi – jumlah skor terendah
-
9
Jumlah kelas (K)
Hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap petani
dengan sikapnya terhadap Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan
(PUAP) dapat diketahui dengan rumus koefisien (korelasi Rank Spearman).
Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang yakni pada variabel terikat
atau dependent, yang mana pada penelitian terdahulu melihat sikap petani terhadap
pengembangan usaha agribisnis sedangkan pada penelitian sekarang melihat sikap
petani terhadap risiko usahatani bawang merah. Lokasi kedua penelitian terdahulu
dan sekarang juga berbeda mengakibatkan perbedaan komoditas penelitian.
Komoditas pada penelitian terdahulu tidak dikhususkan yang mana hanya meneliti
pengembahangan usaha agribisnis perdesaan di Kota Salatiga sedangkan pada
penelitian sekarang lebih fokus pada salah satu komoditas yakni bawang merah yang
ada di Kecamatan Ngantang. Metode pengumpulan data sampel terdapat perbedaan
yang mana pada penelitian terdahulu menggubnakan metode proportional random
sampling, sedangkan pada penelitian sekarang menggunakan simple random
sampling. Metode analisis data juga terdapat perbedaan yakni penelitian terdahulu
dinilai menggunakan skala likert terlebih dahulu. Penelitian terdahulu menggunakan
analisis korelasi rank spearmant sedangkan penelitian sekarang menggunakan
analisis sikap fishbein..
Persamaan penelitian terdahulu dan sekarang yakni pada metode pemilihan lokasi
dengan metode purposive yang mana pemilihan berdasarkan karakteristik yang
sesuai. Populasi yang diambil pada penelitian yakni anggota kelompok tani kemudian
-
10
penentuan jumlah sampel dengan merode solvin. Teknik pengumpulan data
dilakukan dengan metode observasi, wawancara dengan bantuan questioner dan
dokumentasi untuk memperkuat hasil penelitian. Metode analisis data juga ditemukan
persamaan yakni dinilai menggunakan skala likert terlebih dahulu. Akantetapi,
terdapat perbedaan setelahnya karena penelitian terdahulu menggunakan analisis
korelasi rank spearmant sedangkan penelitian sekarang menggunakan metode
analisis model fishbein.
2.1.2 Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Petani di Kabupaten Tegal dalam
Penggunaan Pestisida dan Kaitannya dengan Tingkat Keracunan Terhadap
Pestisida oleh (Firman Hidayat, 2007)
Tujuan penelitian ini adalah memperoleh informasi dasar tentang penggunaan
pestisida oleh petani padi, petani cabai dan petani bawang merah di Kabupaten Tegal
tentang jenis, frekuensi, tingkat bahaya (hazard level), pengetahuan, sikap dan
tindakan petani di terhadap penggunaan pestisida dan kaitannya dengan tingkat
keracunan di Kabupaten Tegal.
Penelitian dilakukan pada bulan Maret-Mei 2008 di tiga kecamatan yaitu
Suradadi, Dukuhturi dan Bumijawa. Petani yang diwawancarai sebanyak 90 orang,
terdiri dari 30 orang dari Kecamatan Suradadi (petani padi), 30 orang dari Kecamatan
Dukuhturi (petani bawang merah) dan 30 orang dari Kecamatan Bumijawa (petani
cabai). Penelitian ini bersifat eksploratif. Informasi diperoleh dengan teknik
wawancara dengan bantuan kuesioner terstruktur. Informasi yang akan diperoleh
terdiri data dasar petani (umur, luas garapan, pendidikan formal, pengalaman bertani),
-
11
aspek-apek pengetahuan, sikap dan tindakan petani berkaitan dengan pestisida, selain
itu juga digali gejala keracunan setelah aplikasi pestisida baik gejala neurobeharioral,
gastrointestinal maupun gejala pada kulit.
Data yang diperoleh dikelompokkan per jenis petani berdasarkan tanaman
utama yang dibudidayakan, kemudian dibandingkan. Pestisida yang digunakan oleh
petani dicatat nama dagangnya, kemudian ditelusuri dengan Buku Pestisida untuk
Pertanian dan Kehutanan di Indonesia (Ditjen Tanaman Pangan, 2004) untuk
menentukan bahan aktifnya. Kemudian bahan aktif pestisida tersebut dikelompokkan
berdasarkan tingkat bahaya dengan Hazard Level WHO (WHO, 2005) dan potensi
dampak terhadap kesehatan sesuai ILO (2005). Tingkat keracunan digolongkan
menjadi gejala keracunan pestisida berat, sedang dan ringan (Quijano dan Sarojeni,
2001), didasari atas pengakuan sendiri yaitu:
Ringan : 1-2
gejala Sedang : 3-5
gejala Berat : > 5
Analisis data selanjutnya dilakukan penggolongan pengetahuan, sikap dan
tindakan. Pengetahuan, Sikap dan Tindakan dinilai dengan prinsip-prinsip PHT
(Pengendalian Hama Terpadu), yang mana penggunaan pestisida seminimal mungkin
didasari prinsip kehati-hatian dengan mempertimbangkan aspek keamanan pemakai
dan keamanan lingkungan. Penggolongan atas pengetahuan, sikap dan tindakan
adalah sebagai berikut:
-
12
Pengetahuan: Rendah: 0-3 jawaban benar, Sedang 4-5 jawaban benar,
Tinggi > 5 jawaban benar.
Sikap- Kurang: 0-2 jawaban benar, sedang: 3-4 jawaban benar, Sesuai PHT:
5 jawaban benar.
Tindakan: rendah: 0-4 jawaban benar, sedang: 5- 7 jawaban sesuai, Sesuai
PHT : 8-11 jawaban sesuai.
Analisis tabulasi silang (cross tabulation) dilakukan antara pengetahuan,
sikap dan tindakan dengan tingkat keracunan setelah aplikasi pestisida, yang
dilanjutkan uji ÷ 2 (chi-square) untuk menentukan keterkaitan antar variabel tersebut.
Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang yakni pada
Variabel terikat yakni pada penelitian sekarang melihat sikap petani terhadap risiko
usatani bawang merah di Kecamatan Ngantang, sedangkan pada penelitian terdahulu
variabel terikatnya yakni melihat Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Petani di
Kabupaten Tegal dalam Penggunaan Pestisida dan Kaitannya dengan Tingkat
Keracunan Terhadap Pestisida di tiga kecamatan yaitu Suradadi, Dukuhturi dan
Bumijawa. Metode analisis data juga berbeda, pada penelitian sekarang menggunkaan
skala likert kemudian dianalisis dengan metode model fishbein, sedangkan pada
penelitian terdahulu menggunakan analisis tabulasi silang yang kemudian diuji
dengan metode che square.
Persamaan pada penelitian ini terletak pada komoditas yang diteliti yakni
bawang merah meskipun pada penelitian terdahulu tidak hanya meneliti bawang
merah akan tetapi terdapat komoditas lain misalnya padi dan cabai. Persamaan
-
13
penelitian terdahulu dan sekarang terdapa juga pada variabel bebas yang diteliti untuk
melihat tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan petani pada penelitian terdahulu,
diantaranya: umur, luas garapan, pendidikan formal, pengalaman bertani. Variabel
bebas yang diteliti pada penelitian sekarang diantaranya: umur, tingkat pendidikan,
pengalaman berusahatani, interaksi sosial.perbedaan variabel kedua penelitian yakni
pada penelitian terdahulu menggunakan variabel luas garapan sedangkan pada
penelitian sekarang melihat tinglat interaksi sosial petani.
2.1.3 Sikap Petani Terhadap Kegagalan Produksi Usahatani Padi Sawah di
Desa Magepanda, Kecamatan Magepanda, Kabupaten Sikka Oleh (Noni,
2019)
Tujuan penelitian ini mengetahui pengaruh antara faktor pembentuk sikap
dengan sikap petani terhadap kegagalan produksi usahatani padi sawah di Desa
Magepanda Kecamatan Magepanda Kabupaten Sikka. Jenis penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif kuantitatif dan
korelasi. Kuantitatif yaitu data yang diukur dalam suatu numeric (angka) dengan
tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data primer. Berdasarkan hasil analisis data, maka dapat
disimpulkan bahwa sikap petani terhadap kegagalan produksi di kelompok tani Desa
Magepanda, dengan menggunakan metode analisis fishbein berdasarkan pada enam
atribut diperoleh rata-rata skor sebesar 85,17 yang dikategorikan positif artinya sikap
petani di kelompok tani desa magepanda menerima kegagalan produksi sebagai
-
14
motivasi keberlanjutan kegiatan produksinya. Hasil analisis Koefisien Determinasi
(R2) sebesar 0, 185 yang berarti bahwa kontribusi variabel sikap petani (X) terhadap
kegagalan produksi (Y) pada kelompok tanii di Desa Magepanda sebesar 18,5%,
sedangkan sisanya sebesar 81,5% dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak
diikut sertakan dalam model penelitian ini. Hasil analisa regresi linear sederhana
dapat diketahui bahwa variabel sikap petani (X) diperoleh : -2,613 < - 2,042,
sehingga Ho ditolak dan Ha diterima artinya sikap petani (X) berpengaruh signifikan
terhadap kegagalan produksi (Y).
Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang yakni pada jenis
data yang digunakan. Jenis data pada penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang
menggunakan data primer, yang mana data diambil langsung oleh peneliti dengan
cara wawancara langsung kepada narasumber. Persamaan yang lain dari penelitian
sekarang dan penelitian terdahulu yakni tujuan penelitian terdahulu untuk melihat
faktor pembentuk sikap petani terhadap kegagalan, akan tetapi pada penelitian
sekarang yakni melihat bagaimana sikap petani dalam menghadapi risiko usahatani.
Persamaan yang lainnya metode analisis data. Penelitian terdahulu dan penelitian
sekarang menggunkaan metode analisis model fishbein. Perbedaan penelitian
terdahulu dengan penelitian sekarang yakni jenis penelitiannya yang mana penelitian
terdahulu merupakan penelitian kuantitatif deskriptif sedangkan penelitian sekarang
yakni kualitatif deskriptif.
2.1.4 Sikap Petani Terhadap Penggunaan Benih Padi Varietas Unggul di
Kabupaten Jember Oleh (Permata, Putu, & Si, 2018)
-
15
Tujuan dari penelitian ini peneliti ingin mengetahui sikap petani padi terhadap
penggunaan benih padi varietas unggul di Kabupaten Jember. Responden dalam
penelitian ini merupakan petani padi yang dipilih secara purposive dengan memenuhi
kualifikasi karakteristik petani dalam penelitian. Kualifikasi karakteristik petani padi
yaitu pernah menanam benih padi dengan varietas unggul hibidra dan varietas
inbrida. Petani padi yang dipilih adalah petani yang berada di wilayah sentra produksi
padi di Kabupaten Jember bagian utara, bagian selatan, bagian barat, dan bagian
timur. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif analitik.
Metode pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Responden dalam penelitian ini sebanyak 56 orang yang tersebar pada
empat wilayah bagian di Kabupaten Jember. Jenis data yang digunakan adalah data
primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari proses wawancara, sedangkan
data sekunder diperoleh dari studi pustaka. Metode analisis data yang digunakan
untuk mengetahui penilaian sikap petani terhadap penggunaan benih padi varietas
unggul di Kabupaten Jember yaitu dengan menggunakan metode analisis multi atribut
Fishbein. Petani akan menilai sikapnya terhadap penggunaan benih padi varietas
hibrida dan varietas inbrida. Masing-masing penilaian untuk mengetahui tanggapan
petani terhadap kedua varietas tersebut.
Perbedaan penelitian terdahulu dan sekarang yakni ada pada komoditas
penelitiandan variabel terikat. Penelitian terdahulu meneliti komoditas padi dengan
membandingkan benih padi varietas hibrida dan varietas inbrida. Komoditas untuk
penelitian sekarang yakni bawang merah. Perbedaan penelitian terdahulu dengan
-
16
penelitian sekarang ada pada variabel terikat, meskipun sama-sama meneliti sikap
petani. Penelitian terdahulu ingin melihat sikap petani terhadap penggunaan benih
padi varietas unggul, sedangkan pada penelitian sekarang yakni melihat sikap petani
terhadap risiko usahatani..
Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang yakni pada jenis
data, metode pengumpulan data dan metode analisis data. Jenis data yang digunakan
kedua penelitian yakni menggunakan data primer dan data sekunder. Data pada
penelitian terdahulu data primer diperoleh dari proses wawancara, sedangkan data
sekunder diperoleh dari studi pustaka. Data pada penelitian sekarang data primer
didapat dari hasil wawancara sedangkan pada data sekunder diperoleh dari badan
pusat statistika. Metode pengumpulan data penelitian terdahulu dan penelitian
sekarang yakni menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian juga terdapat persamaan.
Penelitian terdahulu menggunakan metode metode analisis Fishbein, begitu juga
dengan penelitian sekarang untuk metode analisis data menggunakan metode analisis
fishbein.
2.1.5 Sikap Petani Buah Naga Merah (Hylocereus Polyrhizus) Terhadap
Teknik Penyuluhan di Desa Toriyo Kecamatan Bendosari Kabupaten
Sukoharjo Oleh (Teknik et al., n.d. 2013)
Tujuan penelitian diantaranya: (1) Mendeskripsikan faktor-faktor pembentuk
sikap petani buah naga terhadap teknik penyuluhan di Desa Toriyo Kecamatan
Bendosari Kabupaten Sukoharjo. (2) Menganalisis sikap petani buah naga terhadap
-
17
teknik penyuluhan di Desa Toriyo Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo. (3)
Menganalisis hubungan antara faktor-faktor pembentuk sikap petani buah naga
dengan sikap petani terhadap teknik penyuluhan di Desa Toriyo Kecamatan
Bendosari Kabupaten Sukoharjo.
Penelitian ini merupakan penelitian dengan menggunakan pendekatan
kuantitatif diawali dengan merumuskan masalah penelitian. Masalah penelitian
dirumuskan secara operasional, dimana konsep-konsep yang dipilih dapat diukur
secara kuantitatif. Masalah penelitian dijawab secara teoritik dengan cara mengacu
pada teori-teori yang telah ada. Penelitian ini menggunakan teknik sensus. Teknik
sensus ini yaitu pengambilan responden dengan menetapkan seluruh jumlah
responden yang akan diteliti karena pada penelitian ini hanya ada satu kelompok tani
yang diteliti.
Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) yaitu
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu disesuaikan dengan tujuan
penelitian. Lokasi penelitian dipilih di Desa Toriyo Kecamatan Bendosari Kabupaten
Sukoharjo, dengan pertimbangan bahwa daerah tersebut merupakan daerah yang
banyak membudidayakan buah naga. Populasi dalam penelitian ini adalah semua
petani buah naga di Desa Toriyo Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan sensus yaitu pengambilan
responden dengan menetapkan seluruh jumlah responden yang akan diteliti. Besar
sampel yang diambil sebanyak 33 responden dari populasi petani sejumlah 33 petani
dalam 1 kelompok tani. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer
-
18
dan data sekunder. (1) Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui penyebaran
kuisioner yang kemudian diisi oleh responden yaitu petani. Data yang dikumpulkan
dalam penelitian ini adalah pengalaman responden berusahatani, pendidikan formal,
pendidikan non formal, orang lain yang dianggap penting serta sikap responden
terhadap ragam teknik penyuluhan. (2) Data sekunder yang dikumpulkan dalam
penelitian ini berupa data monografi desa dan data statistik dari BPS.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: (1)
Wawancara dilakukan dengan petani-petani sebagai responden dalam penelitian ini
dan pihak lain yang terlibat baik dari pemerintah dan instansi terkait. Data yang
diperoleh melalui wawancara meliputi identitas responden, faktor pembentuk sikap
terhadap teknik penyuluhan. (2) Observasi, yaitu cara pengumpulan data dengan
melakukan pengamatan langsung terhadap sasaran penelitian untuk mendapatkan
data-data yang berhubungan penelitian. (3) Pencatatan, yaitu cara pengumpulan data
sekunder atas data umum, sosial ekonomi seperti monografi desa asli dari BPS yang
ada di Desa Toriyo Kecamatan Bedosari Kabupaten Sukoharjo. Metode analisis data
untuk mengetahui sikap petani terhadap teknik penyuluhan di Desa Toriyo
Kecamatan Bedosari Kabupaten Sukoharjo dengan menggunakan Skala Likert karena
ukuran asosiasi yang ada pada variabel X dan Y adalah diukur dengan skala ordinal
dan obyek-obyeknya dapat diranking dalam rangkaian berurut maka, untuk
mengetahui hubungan antara pengalaman petani, orang lain yang dianggap penting,
pendidikan formal, pendidikan non formal, dengan sikapnya terhadap ragam metode
penyuluhan dapat diketahui dengan rumus koefisien korelasi Rank Spearman.
-
19
Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang yakni variabel
terikat, komoditas, lokasi, jenis penelitian, teknik pengambilan sampel dan metode
analisis data. Variabel terikat pada penelitian terdahulu yakni mengetahui sikap petani
buah naga terhadap teknik penyuluhan, sedangkan pada penelitian sekarang yakni
mengetahui sikap petani terhadap risiko usahatani bawang merah. Berdasarkan
variabel terikat dari kedua penelitian, terdapat perbedaan dalam pemilihan komoditas.
Penelitian terdahulu melihat sikap petani buah naga merah sedangkan pada penelitian
sekarang melihat sikap petani bawang merah. Perbedaan komoditas mengakibatkan
perbedaan lokasi penelitian. Jenis penelitian pada penelitian terdahulu yakni dengan
pendekatan kuantitatif sedangkan pada penelitian sekarang yakni kualitatif. Teknik
pengambilan sampel pada penelitian terdahulu menggunakan teknik sensus yang
mana seluruh populasi dijadikan sampel penelitian karena hanya meneliti satu
kelompok tani buah naga merah. Penelitian sekarang menggunakan teknik survey
yang mana hanya sebagian dari populasi dijadikan sebagai sampel berdasarkan hasil
perhitungan metode slovin. Perbedaan jenis penelitian mengakibatkan perbedaan
dalam metode analisis data. Penelitian terdahulu menggunakan metode korelasi Rank
Spearman. Penelitian sekarang dalam menganalisis data selain menggunakan metode
analisis fishbein.
Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang yakni jenis data,
penentuan lokasi, dan teknik pengumpulan data. Jenis data yang digunakan dalam
penelitian ada 2: data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari
wawancara dan pengamatan langsung oleh peneliti kepada narasumbernya. Data
-
20
sekunder didapatkan dari sumber yang sudah ada, yang mana baik pada penelitian
terdahulu maupun penelitian sekarang data sekunder diperoleh dari Badan Pusat
Statistika. Teknik penentuan lokasi dengan sengaja (purposive) berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan yang mana pemilihan lokasi pada penelitian terdahulu
dan penelitian sekarang berdasarkan daerah penghasil komoditas terbesar. Penelitian
terdahulu memilih daerah di Desa Toriyo Kecamatan Bendosari Kabupaten
Sukoharjo, dengan pertimbangan bahwa daerah tersebut merupakan daerah yang
banyak membudidayakan buah naga. Penelitian sekarang memilih Kecamatan
Ngantang karena di daerah tersebut penghasil bawang merah terbesar se-Kabupaten
Malang. Persamaan yang lain dari penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang
yakni pada teknik pengambilan sampel. Teknik pengambilan data pada kedua
penelitian yakni menggunakan metode wawancara, observasi, dan pencatatan.
2.1.6 Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Petani Bawang Merah dalam
Penggunaan Pestisida (Study Kasus di Kabupaten Nganjuk, Provinsi Jawa
Timur) Oleh (Sulistiyono, Tarumingkeng, & Sanim, 2008)
Penelitian ini bertujuan untuk menjajaki pengetahuan petani tentang pestisida,
sikap petani terhadap peraturan yang ditetapkan, tindakan petani dalam penggunaan
pestisida dan menganalisis korelasi antar variabel serta mengetahui dampak
negatifnya pada aktivitas Acetylcholinesterase. Penelitian ini dilaksanakan mulai
Bulan Maret sampai dengan Agustus 2006. Jumlah responden 192 petani dengan
metode Stratified Sampling yang didasarkan pada jenjang pendidikan formal dan
sekolah lapang pengelolaan hama terpadu (SLPHT), bertempat di enam desa pada
-
21
tiga kecamatan meliputi Kecamatan Sukomoro, Kecamatan Rejoso dan Kecamatan
Bagor, ketiganya masuk wilayah Kabupaten Nganjuk, Propinsi Jawa Timur.
Pengumpulan data primer menggunakan instrumen kuesioner dan lembar observasi
yang bersisi pertanyaan terstruktur melalui wawancara. Kuesioner dibagi atas tiga
kelompok pertanyaan meliputi; Pertama pertanyaan tentang pengetahuan tentang
pestisida; Kedua mengenai sikap petani terhadap aturan penggunaan dan; Ketiga
mengenai tindakan petani dalam penggunaan pestisida. Dampak penggunaan
pestisida terhadap aktivitas Acetylcholinesterase dengan uji darah menggunakan Tito
kit meter terhadap petani responden yang bersedia untuk diteliti. Data sekunder
dikumpulkan melalui survei di instansi terkait. Data dianalisis dengan menggunakan
analisis Rank Spearman.
Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang yaitu variabel
terikat, lokasi penelitian, dan metode analisis data. Variabel terikat penelitian
terdahulu tidak hanya melihat sikap petani, akan tetapi Pengetahuan, Sikap dan
Tindakan Petani Bawang Merah dalam Penggunaan Pestisida. Penelitian sekarang
melihat sikap petani terhadap risiko usahatani bawang merah. Lokasi penelitian
terdahulu dan sekarang juga menjadi pembeda. Penelitia terdahulu melakukan
penelitian di Kabupaten Nganjuk, Provinsi Jawa Timur. Lokasi penelitian sekarang di
Kecamatan Ngantang Kabupaten Malang Jawa Timur. Perbedaan selanjutnya ada
pada metode analisis data. Penelitian terdahulu menggunakan metode analisis data
rank spearman. Penelitian sekarang menggunakan metode analisis model fishbein.
-
22
Persamaan penelitian terdahulu dan penelitian sekarang teknik pengumpulan
data. Teknik pengumpulan data pada penlitian terdahulu dan penelitian sekarang
untuk data primer menggunakan instrumen kuesioner dan lembar observasi yang
bersisi pertanyaan terstruktur melalui wawancara. Teknik pengumpulan data sekunder
diperoleh berdasarkan sumber data yang telah ada.
2.1.7 Sikap Petani dalam Pengaplikasian Rhizobakteri pada Tanaman
Bawang Merah di Plemahan Kediri Jawa Timur (Attitude Of Farmers In The
Application Of Rhizobacteria On Shallots In Plemahan Kediri East Java) oleh
(Yuli Ika Wati, Umi Wahjuti, 2018).
Tujuan penelitian untuk: 1) mengetahui sikap petani dalam pengaplikasian
Rhizobakteri, 2) mengetahui hubungan antara faktor internal dan faktor eksternal
dengan sikap petani dalam pengaplikasian Rhizobakteri. Penelitian dilakukan di
Kecamatan Plemahan Kabupaten Kediri pada tanggal 01 Februari 2018 sampai
dengan 31 Mei 2018 menggunakan metode kuantitatif. Pemilihan lokasi dilakukan
dengan metode purposif. Kriteria pengambilan lokasi penelitian didasarkan oleh desa
yang mempunyai luas tanam bawang merah terluas dan sudah pernah dilakukan
penyuluhan terkait pengaplikasian Rhizobakteri, sehingga lokasi penelitian adalah
Desa Puhjarak. Teknik pengambilan sampel pada kajian ini menggunakan teknik
probability sampling, yaitu proportionate stratified random sampling. Berdasarkan
hasil perhitungan menggunakan rumus solvin dari populasi 140 orang, yang menjadi
sampel penelitian yaitu 59 orang. Data berasal dari data primer dan data sekunder.
-
23
Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan petani dan data sekunder
diperoleh dari lembaga terkait. Teknik pengumpulan data yang digunakan pada
penelitian ini yaitu dengan wawancara dan pembagian kuesioner pada responden.
Instrumen penelitian menggunakan skala Likert, alternatif pilihan jawabannya
dikategorikan dengan Sangat Setuju, Setuju, Ragu-Ragu, Tidak setuju dan Sangat
Tidak setuju. Data terkait dengan sikap petani dianalisis secara deskriptif presentase
dilanjutkan dengan T-Skor. Analisis korelasi pearson product moment, dengan
aplikasi SPSS 20.0 dilakukan untuk mengetahui hubungan antara faktor internal dan
faktor eksternal dengan sikap petani.
Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang variabel terikat,
lokasi penelitian, dan teknik pengambilan sampel. Variabel terikat penelitian
terdahulu yakni mengetahui Sikap Petani dalam Pengaplikasian Rhizobakteri pada
Tanaman Bawang Merah di Plemahan Kediri Jawa Timur. Variabel terikat penelitian
sekarang yakni mengetahui sikap petani terhadap risiko usahatani bawang merah di
Kecamatan Ngantang Kabupaten Malang Jawa Timur. Teknik pengambilan sampel
pada penelitian terdahulu berbeda dengan penelitian sekarang. Penelitian terdahulu
menggunkaan teknik probability sampling, yaitu proportionate stratified random
sampling. Penelitian sekarang menggunkaan teknik sampling acak sederhana (simple
random sampling). Metode analisis data juga menjadi pembeda penelitian terdahulu
dan penelitian sekarang. Penelitian terdahulu menggunkaan metode analisis korelasi
pearson product moment, sedangkan pada penelitian sekarang menggunkaan metode
analisis model fishbein.
-
24
Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang yakni metode
pemilihan lokasi, teknik pengumpulan data dan instrument penelitian. Metode
pemilihan lokasi penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang menggunakan
metode sengaja atau purposive berdasarkan pertimbangan keunggulan dari daerah
tujuan penelitian. Teknik pengumpulan data pada penelitian menggunkaan metode
wawancara dengan bantuan kuisioner dan observasi langsung oleh peneliti.
Instruumen penelitian pada penelitian terdahulu dan penelitian sekarang
menggunkaan skala likert. Alternatif pilihan jawabannya dikategorikan dengan
Sangat Setuju, Setuju, Ragu-Ragu, Tidak setuju dan Sangat Tidak setuju.
2.2 Kajian Pustaka
2.2.1 Sikap
2.2.1.1. Definisi sikap
Sikap adalah salah satu faktor penentu prilaku petani terhadap suatu inovasi
(Yuli Ika Wati, Umi Wahjuti, 2018). Gerungan (2004) mengungkapkan bahwa sikap
itu dapat diterjemahkan dengan sikap terhadap obyek tertentu, yang dapat merupakan
sikap pandangan atau sikap perasaan, tetapi sikap tersebut disertai oleh
kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan sikapnya terhadap obyek tadi itu. Jadi
sikap itu tepat diterjemahkan sebagai sikap dan kesediaan bereaksi terhadap suatu hal.
Sikap senantiasa terarahkan terhadap suatu hal, suatu obyek. Tidak ada sikap tanpa
ada obyeknya.
Prasetiawan (2013) mengungkapkan bahwa Sikap adalah kecondongan
evaluatif terhadap suatu objek atau subjek yang mempunyai konsekuensi yakni
-
25
bagaimana seseorang berhadap-hadapan dengan objek sikap. Sikap yang meliputi
rasa suka dan tidak suka, penilaian reaksi yang menyenangkan terhadap obyek, orang,
situasi aspek-aspek lain dunia, termasuk ide abstrak dari kebijaksanaan sosial
memiliki fungsi psikologi yang berbeda-beda bagi setiap orang, diantaranya :
a. Fungsi instrumental
Sikap yang dipegang karena alasan praktis atau manfaat dikatakan
memiliki sikap instrumental. Sikap ini semata-mata mengekspresikan
keadaan spesifik keinginan untuk mendapatkan manfaat atau hadiah
untuk menghindari hukum.
b. Fungsi pengetahuan
Sikap yang membantu seseorang memahami dunia membawa keteraturan
bagi berbagai informasi yang harus diasimilasikan dalam kehidupan
sehari-hari. Sikap tersebut merupakan skema yang penting yang
memungkinkan seseorang mengorganisasikan dan mengolah informasi
secara efisien tanpa harus memperhatikan detailnya.
c. Fungsi Nilai Ekspresif
Sikap yang mengekspresikan nilai-nilai dari seseorang atau
mencerminkan konsep diri.
d. Fungsi Pertahanan Ego
Sikap yang melindungi seseorang dari kecemasan atau dari ancaman bagi
harga diri seseorang
e. Fungsi Penyesuaian Sosial
-
26
Sikap yang membantu seseorang merasa menjadi bagian dari komunitas.
Azwar (1991) mengatakan sikap sosial terbentuk dari adanya interaksi sosial
yang dialami oleh individu. Individu bereaksi membentuk pola sikap tertentu
terhadap berbagai obyek psikologis yang dihadapinya, diantara berbagai faktor yang
mempengaruhi pembentukan sikap adalah:
a) Pengalaman Pribadi
Sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi terjadi dalam
situasi yang melibatkan faktor emosional, dalam situasi yang melibatkan emosi,
penghayatan akan lebih mendalam dan lebih lama berbekas. Lebih lanjut Mardikanto
(1996) menyatakan bahwa pengalaman dalam melakukan kegiatan bertani tercermin
dari kebiasaan-kebiasaan yang mereka (petani) terapkan dalam kegiatan bertani dan
merupakan hasil belajar dari pengalamannya.
b) Pengaruh Orang Lain Yang Dianggap Penting
Seseorang yang dianggap penting akan banyak mempengaruhi pembentukan
sikap. Orang yang biasanya dianggap penting bagi individu diantaranya adalah orang
tua, orang yang berstatus sosial lebih tinggi, teman sebaya, teman dekat, guru, teman
kerja, istri atau suami. Umumnya individu cenderung untuk memiliki sikap yang
konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting. Kecenderungan ini
antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk
menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.
c) Media Massa
-
27
Media Massa digunakan sebagai sarana komunikasi berbagai bentuk seperti
televisi, radio, surat kabar, majalah dan lain-lain yang mempunyai pengaruh dalam
pembentukan opini dan kepercayaan orang. Media Massa dalam penyampaian
informasi sebagai tugas pokoknya, membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti
yang dapat mengarahkan opini seseorang.
d) Lembaga Pendidikan
Lembaga pendidikan sebagai sistem mempunyai pengaruh dalam
pembentukan sikap. Hal ini dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan
konsep moral dalam diri individu.
e) Umur
Umur seseorang akan menentukan bagaimana sikap seseorang. Umumnya
orang muda sikapnya radikal daripada sikap orang yang telah tua, masalah umur akan
berpengaruh pada sikap seseorang.
2.2.1.2. Konsep Sikap
Murdianingsih (2015) mengatakan bahwa konsep sikap sebagai berikut:
a. Dalam bersikap ada objek yang disikapi
b. Suatu Predisposisi atau kecenderungan umum yang dipelajari atau dibentuk
dan karena itu sikap memiliki kualitas motivasional yang dapat mendorong
konsumen kepada suatu perilaku tertentu.
c. Sikap itu Konsisten
d. Sikap Terjadi dalam Suatu situasi
-
28
e. Sikap terarah dan mempunyai intensitas tertentu, karena sikap menyebabkan
orang mempunyai pandangan negatif terhadap objek sikap. Seberapa besar
ketidak sukaanya atau sukanya terhadap objek sikap dinyatakan oleh
intensitas itu.
2.2.1.3. Model Sikap
Model sikap menurut Murdianingsih (2015) terdiri dari 3 komponen,
diantaranya:
a. Komponen Kognitif
Berkenaan dengan kesadaran (awareness) dan pengetahuan
(knowledge) seseorang pada suatu objek. Kesadaran dan pengetahuan
ini mencakup harga, feature, dan atribut produk.
b. Komponen Afektif
Emosi atau perasaan terhadap suatu objek. Perasaan seseorang
memiliki hakikat evaluatif yaitu apakah seseorang tersebut suka atau
tidak terhadap produk objek. Menyangkut masalah emosional subjektif
seseorang terhadap suatu objek sikap, secara umum komponen ini
disamakan dengan perasaan yang dimiliki objek tertentu.
c. Komponen Koanatif
Yaitu kecenderungan seseorang untuk melaksanakan tindakan dan
perilaku dengan cara tertentu terhadap suatu objek sikap. Komponen
koanatif ini lebih ditekan pada ekspresi seseorang untuk menerima
atau menolak suatu objek.
-
29
2.2.1.4. Cara Mengukur Sikap
Pengukuran sikap menurut Murdianingsih (2015) dapat dilakukan dengan
menilai pernyataan sikap seseorang. Pernyataan sikap adalah rangkaian
kalimat yang mengatakan sesuatu mengenai objek sikap yang hendak
diungkap. Pernyataan sikap mungkin berisi atau mengatakan hal-hal yang
positif mengenai objek sikap, yaitu kalimatnya bersifat mendukung atau
memihak pada objek sikap. Pernyataan ini disebut dengan pernyataan yang
baik atau favorable, sebaliknya pernyataan sikap mungkin pula berisi hal- hal
negatif mengenai objek sikap yang bersifat tidak mendukung maupun kontra
terhadap objek sikap. Pernyataan seperti ini disebut dengan pernyataan yang
tidak favorable. Suatu skala sikap dapat diusahakan agar terdiri atas
pernyataan favorable dan tidak favorable dalam jumlah yang seimbang,
dengan demikian pernyataan yang disajikan tidak semua positif dan tidak
semua negatif yang seolah-olah isi skala memihak atau tidak mendukung
sama sekali objek sikap.
2.2.2 Petani
Pratiwi (2018) mengatakan bahwa yang disebut petani adalah orang yang
menggantungkan hidupnya pada lahan pertanian sebagai mata pencaharian utamanya.
Secara garis besar terdapat tiga jenis petani, yaitu petani pemilik lahan, petani pemilik
yang sekaligus juga menggarap lahan, dan buruh tani. Salah satu faktor yang
mempengaruhi yaitu faktor sosial ekonomi petani antara lain adalah umur, tingkat
-
30
pendidikan, pengalaman usahatani, luas lahan, dan jumlah tanggungan keluarga
terhadap kinerja petani.
a) Umur
Bagi petani yang lebih tua bisa jadi mempunyai kemampuan berusahatani
yang konservatif dan lebih mudah lelah, sedangkan petani muda mungkin
lebih miskin dalam pengalaman dan keterampilan tetapi biasanya sifatnya
lebih progresif terhadap inovasi baru dan relatif lebih kuat.
b) Tingkat pendidikan
Rendahnya tingkat pendidikan petani dan keterbatasan teknologi modern
merupakan dua faktor penyebab utama yang menyebabkan kemiskinan di
sektor pertanian di Indonesia. Keterbatasan dua faktor produksi tersebut yang
sifatnya komplementer satu sama lain mengakibatkan rendahnya tingkat
produktivitas yang pada akhirnya membuat rendahnya tingkat pendapatan riil
petani sesuai mekanisme pasar yang sempurna
c) Pengalaman berusahatani
Belajar dengan mengamati pengalaman petani lain sangat penting, karena
merupakan cara yang lebih baik untuk mengambil keputusan dari pada dengan
cara mengolah sendiri informasi yang ada, misalnya seorang petani dapat
mengamati dengan seksama dari petani lain yang lebih mencoba sebuah
inovasi baru dan ini menjadi proses belajar secara sadar. Mempelajari pola
perilaku baru, bisa juga tanpa disadari.
d) Luas lahan
-
31
Luas lahan yang selalu digunakan dalam skala usaha pertanian tradisional
karena komunitas yang ditanam oleh petani tradisional selalu seragam yakni
jagung dan tanaman keras yang sejenisnya, dengan demikian pedoman luas
lahan juga secara otomatis mengaju pada nilai modal, aset dan tenaga.
e) Jumlah tanggungan keluarga
Terdapat hubungan yang nyata yang dapat dilihat melalui keengganan
petani terhadap resiko dengan jumlah anggota keluarga. Keadaan demikian
sangat beralasan, karena tuntutan kebutuhan uang tunai rumah tangga yang
besar, sehingga petani harus berhati-hati alam bertindak khususnya berkaitan
dengan cara-cara baru yang riskan terhadap risiko. Jumlah anggota keluarga
yang besar seharusnya memberikan dorongan yang kuat untuk berusaha tani
secara intensif dengan menerapkan teknologi baru sehingga akan
mendapatkan pendapatan
Kemampuan berusahatani merupakan keahlian yang dimiliki petani responden
dalam melaksanakan kegiatan usahatani yang sedang dijalankan. Keahlian yang
dimaksudkan dalam hal ini yaitu meliputi: task skills, management skills, contigency
task skills, job and role environment task skills, dan transfered Skills (Yuli Ika Wati,
Umi Wahjuti, 2018).
2.2.3 Risiko
Simmon (2002) mengatakan bahwa risiko adalah ketidakpastian yang
mempengaruhi kesejahteraan individu, dan sering dikaitkan dengan kesulitan dan
kerugian. Risiko adalah ketidakpastian yang "penting," dan mungkin melibatkan
-
32
kemungkinan kehilangan uang, bahaya yang mungkin terjadi terhadap kesehatan
manusia, dampak yang mempengaruhi sumber daya dan jenis lain dari peristiwa yang
berpengaruh terhadap kesejahteraan seseorang.
Risiko bisa didefinisikan dengan berbagai cara. Sebagai contoh, risiko bisa
didefinisikan sebagai kejadian yang merugikan. Definisi lain yang sering dipakai
untuk analisis investasi, adalah kemungkinan hasil yang diperoleh menyimpang dari
yang diharapkan. Deviasi standar merupakan alat statistik yang bisa digunakan untuk
mengukur penyimpangan, karena itu deviasi standar bisa dipakai untuk mengukur
risiko. Pengukuran yang lain adalah menggunakan probabilitas, sebagai contoh:
pengemudi kendaraan orang muda lebih sering mengalami kecelakaan dibandingkan
dengan orang dewasa. Probabilitas terjadinya kecelakaan untuk orang muda lebih
tinggi dibandingkan dengan untuk orang dewasa, karena itu risiko kecelakaan untuk
orang muda lebih tinggi dibandingkan untuk orang dewasa.
Risiko berkaitan erat dengan kondisi ketidakpastian. Risiko muncul karena
ada kondisi ketidakpastian. Praktis kita menghadapi banyak ketidakpastian di dunia
ini. Sebagai contoh, hari ini bisa hujan, bisa juga tidak hujan. Investasi kita bisa
mendatangkan keuntungan (harga naik), bisa juga menyebabkan kerugian (harga
turun). Kepastian dalam dunia ini adalah ketidakpastian itu sendiri. Ketidakpastian
tersebut menyebabkan munculnya risiko. Ketidakpastian itu sendiri ada banyak
tingkatannya (Ashlih Amria Nailil HS & Husna, 2016).
2.2.4 Usahatani Bawang Merah
-
33
Usahatani bawang merah merupakan sumber pendapatan dan kesempatan
kerja yang memberikan kontribusi cukup tinggi terhadap perkembangan ekonomi
wilayah. Hal ini tidak terlepas dari status bawang merah sebagai komoditas
hortikultura bernilai tinggi (high value comodity). Usahatani bawang merah mampu
mendatangkan keuntungan yang jauh lebih besar jika dibandingkan dengan usahatani
pada komoditas pangan seperti padi atau jagung. Walaupun bawang merah
merupakan salah satu komoditas bernilai tinggi yang mampu mendatangkan
keuntungan yang besar bagi petani, kondisi saat ini menunjukkan produksi bawang
merah dalam negeri belum sepenuhnya dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Tahun 2008-2012 Indonesia masih menjadi net importer bawang merah. Indonesia
mengimpor bawang merah dari beberapa negara di antaranya Thailand, Vietnam,
India, Filipina, Malaysia dan Cina. Ketidakstabilan produksi menyebabkan pasokan
bawang merah bervariasi antar waktu sehingga pada saat-saat tertentu Indonesia
masih mengimpor bawang merah. Hal ini dikarenakan bawang merah merupakan
tanaman musiman yang hanya ditanam pada musim-musim tertentu.
Fluktuasi produksi dan harga akan berpengaruh terhadap pendapatan
usahatani petani bawang merah. Pendapatan petani dari usahatani bawang merah
dapat bervariasi antar musim tanam. Hal ini dikarenakan adanya pengaruh musim
terhadap produksi dan harga bawang merah mengingat bawang merah merupakan
tanaman musiman yang hanya ditanam pada musim-musim tertentu, oleh karena itu
perlu dilakukan penelitian yang mengkaji bagaimana karakteristik dan keragaan
usahatani bawang merah dan komparasi profitabilitas usahatani bawang merah
-
34
berdasarkan musim di daerah sentra produksi di Indonesia (Aldila, Fariyanti, &
Tinaprilla, 2015).
2.2.5 Usahatani
Usahatani adalah kegiatan usaha manusia untuk mengusahakan tanahnya
dengan maksud untuk memperoleh hasil tanaman atau hewan tanpa mengakibatkan
berkurangnya kemampuan tanah yang bersangkutan untuk memperoleh hasil
selanjutnya. Pendapatan kotor usahatani atau penerimaan usahatani sebagai nilai
produksi total usahatani dalam jangka waktu tertentu baik yang dijual maupun tidak
dijual, untuk menaksir komoditi atau produk yang tidak dijual digunakan nilai
berdasarkan harga pasar yaitu dengan cara mengalikan produksi dengan harga pasar
(Utara, Sula, Jauda, & Timban, 2016).
Ciri usahatani salah satunya adalah adanya ketergantungan kepada keadaan alam
dan lingkungan, oleh sebab itu untuk memperoleh produksi yang maksimal, petani
harus mampu memadu faktor-faktor produksi tenaga kerja, pupuk dan bibit yang
digunakan. Ketiga faktor produksi ini saling berkaitan satu sama lain dalam
mempengaruhi produksi untuk menghasilkan produktivitas yang baik dan optimal
(Pratiwi, 2018).
Berdasarkan definisi Usahatani di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kegiatan
usahatani merupakan suatu usaha memanfaatkan, mengelolah, mengorganisasi dan
mengkoordinasikan lahan atau tanah sera alam sekitar untuk menanam tanaman dan
hewan sebagai peternakan. Hasil yang didapat dari usaha tersebut dapat dijual serta
memenuhi kebutuhan manusia dalam segala aspek kebutuhannya. Tujuan dilakukan
-
35
usahatani ini untuk mendapatkan keuntungan setinggi-tingginya tanpa merusak alam
yang ada serta penggunaan sumberdaya baik manusia maupun hewan dengan
seefisien mungkin. Jangka waktu yang diharapkan dengan berusahatani yakni
berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan jangka panjang.
Tri Tunggal Usahatani adalah suatu konsep yang di dalamnya terdapat tiga
fondasi atau modal dasar dari kegiatan usahatani. Tiga modal dasar tersebut adalah
petani, lahan dan tanaman atau tenak, dari pengertian tersebut petani memiliki suatu
kedudukan yang memegang alih dalam menggerakkan kegiatan usahatani, kemudian
lahan diperlukan sebagai tempat untuk menjalankan usahatani, sedangkan tanaman
merupakan komoditas yang dibudidayakan dalam kegiatan usahatani (Pratiwi, 2018).
2.3 Kerangka Berfikir
Usatani pada umumnya tidak selalu mengalami keuntungan, akantetapi dapat juga
mengalami kerugian yang diakibatkan oleh berbagai faktor-faktor diluar kendali
sumber daya manusianya. Usahatani bawang merah pada umumnya memiliki banyak
risiko yang mengakibatkan kerugian pada petani. Sikap petani terhadap risiko
usahatani dapat terbentuk oleh beberapa faktor, diantaranya: umur, Pengalaman
Pribadi, Pengaruh Orang Lain yang dianggap penting, Media Massa, dan Lembaga
Pendidikan. Perbedaan umur tiap petani dapat mempengaruhi sikap dan keputusan
yang akan diambil dalam menghadapi risiko dalam berusahatani. Pengalaman pribadi
dalam berusahatani mampu mempengaruhi sikap dan keputusan petani dalam
menghadapi risiko usahatani. Pengalaman dalam berusahatani mampu mempengaruhi
pembentukan sikap petani dalam menghadapi risiko ushaatani. Lama berusahatani
-
36
dihitung dalam lamanya petani dalam berusahatani dengan satuhan tahun. Semakin
lama petani dalam berusahatani, maka pengalaman berbagai macam risiko yang telah
mereka hadapi juga bermacam-macam sehingga akan lebih mudah dalam menyikapi
risiko usahatani yang dihadapi nantinya. Pengaruh orang lain yang dianggap penting
misalnya : penyuluh, aparat desa, petani lain, pemerintah, ketua gapoktan dan lain
sebagainya yang dapat mempengaruhi sikap petani terhadap risiko usatani.
Pengetahuan petani terhadap perkembangan zaman juga mampu mempengaruhi
pembentukan sikap petani yang mana semakin luas wawasan atau pengetahuan
seorang petani akan berbeda sikap dengan petani yang minim pengetahuan dan
informasi seputar usahatani. Tingkat lembaga pendidikan formal yang ditempuh
setiap petani juga mampu membedakan sikap antar petani. Pendidikan informal juga
sangat berpengaruh dalam pembentukan sikap petani dalam berusahatani.
Kerangka pemikiran dalam penelitin ini yakni dengan mengetahui sikap petani
untuk menghadapi risiko usahatani. Sikap petani dalam menghadapi risiko usahatani
akan menentukan apakah petani tetap melanjutkan berusahatani bawang merah
meskipun telah mengalami kegagalan dan menghadapi banyak risiko dalam
berusahatani atau petani akan memberhentikan usahatani bawang merah dan beralih
komoditas atau beralih usaha lainnya.
-
37
Bagan 2.1 Kerangka Berfikir Peneliti
Usahatani bawang merah
Untung Rugi
Sikap petani
Tidak
melanjutkan
usahatani
Melanjutkan
usahatani
umur, pengalaman pribadi,
pengaruh orang lain yang
dianggap penting, media
massa, dan lembaga
pendidikan baik formal
maupun non formal
Penyebab kerugian: :
fluktuasi harga, penyusutan
berat timbangan produk,
cuaca tidak menentu, dan
kesesuaian bibit
-
38
2.4 Hipotesis
Berdasarkan faktor pembentuk sikap maka variabel penelitian diantaranya: umur,
pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting, media massa, dan
lembaga pendidikan baik formal maupun non formal pada penelitian ini dapat dibuat
hipotesis yang berbunyi:
H0= variabel bebas (x) diantaranya: umur, pengalaman pribadi, pengaruh orang lain
yang dianggap penting, media massa, dan lembaga pendidikan baik formal
maupun non formal dianggap tidak mempengaruhi sikap petani terhadap risiko
usahatani untuk tetap melanjutkan usahatani
H1= variabel bebas (x) diantaranya: umur, pengalaman pribadi, pengaruh orang lain
yang dianggap penting, media massa, dan lembaga pendidikan baik formal
maupun non formal dianggap mempengaruhi sikap petani terhadap risiko
usahatani untuk tetap melanjutkan usahatani.