BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/67591/3/BAB II.pdf · 2020. 10....

33
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu 2.1.1 Sikap Petani Terhadap Program Pengambangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) di Kota Salatiga skripsi oleh (Wibisono, 2011). Tujuan dari penelitian: (a) Mengkaji sikap petani terhadap program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) di Kota Salatiga. (b) Mengkaji faktor-faktor pembentuk sikap petani terhadap program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) di Kota Salatiga. (c) Mengkaji hubungan antara faktor-faktor pembentuk sikap dengan sikap petani terhadap program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) di Kota Salatiga. Metode dasar yang digunakan adalah metode deskriptif yaitu suatu metode dalam meneliti suatu kelompok manusia, objek, kondisi, pemikiran atau peristiwa di masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah membuat deskripsi gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antara fenomena yang diselidiki. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive yaitu pemilihan lokasi penelitian melalui pilihan-pilihan berdasarkan kesesuaian karakteristik yang dimiliki calon sampel/responden dengan kriteria tertentu yang ditetapkan/dikehendaki oleh peneliti, sesuai tujuan penelitian.

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/67591/3/BAB II.pdf · 2020. 10....

  • 6

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Penelitian Terdahulu

    2.1.1 Sikap Petani Terhadap Program Pengambangan Usaha Agribisnis

    Perdesaan (PUAP) di Kota Salatiga skripsi oleh (Wibisono, 2011).

    Tujuan dari penelitian: (a) Mengkaji sikap petani terhadap program

    Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) di Kota Salatiga. (b)

    Mengkaji faktor-faktor pembentuk sikap petani terhadap program Pengembangan

    Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) di Kota Salatiga. (c) Mengkaji hubungan

    antara faktor-faktor pembentuk sikap dengan sikap petani terhadap program

    Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) di Kota Salatiga.

    Metode dasar yang digunakan adalah metode deskriptif yaitu suatu metode

    dalam meneliti suatu kelompok manusia, objek, kondisi, pemikiran atau peristiwa

    di masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah membuat deskripsi

    gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta,

    sifat-sifat, serta hubungan antara fenomena yang diselidiki.

    Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive yaitu pemilihan lokasi

    penelitian melalui pilihan-pilihan berdasarkan kesesuaian karakteristik yang

    dimiliki calon sampel/responden dengan kriteria tertentu yang

    ditetapkan/dikehendaki oleh peneliti, sesuai tujuan penelitian.

  • 7

    Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petani yang tergabung dalam

    Gapoktan Prima Agung dan Gapoktan Ngudi Raharjo yang mengikuti program

    Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan pada tahun anggaran 2008 yang ada di

    Kota Salatiga. Penarikan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

    metode Proportional random sampling yaitu pengambilan sampel dengam

    menetapkan jumlah tergantung besar kecilnya sub populasi atau kelompok yang akan

    diwakilinya.

    Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: (1) Data primer adalah

    data yang diperoleh langsung dari responden dengan wawancara dengan

    menggunakan kuisioner sebagai alatnya. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini

    adalah umur, pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting,

    pendidikan formal dan non formal, media massa serta sikap responden terhadap

    program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan itu sendiri. (2) Data sekunder

    adalah data-data yang dikumpulkan dari instansi atau lembaga yang berkaitan dengan

    penelitian, dengan cara mencatat langsung data yang bersumber dari dokumentasi

    yang ada. Data sekunder yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data

    monografi daerah penelitian, daftar kelompok tani yang menjadi responden dan data-

    data yang berkaitan dengan petani Kota Salatiga.

    Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan cara-cara sebagai

    berikut : (1) 1. Observasi, Pengamatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang

    diteliti di lapangan, yang meliputi daerah penelitian dan pencatatan informasi yang

    diperoleh dari petugas dan petani responden di daerah penelitian. Teknik observasi

  • 8

    dilakukan dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap obyek yang akan

    diteliti sehingga diperoleh gambaran yang jelas mengenai tujuan, pelaksanaan dan

    hasil yang dicapai. Data yang diperoleh berhubungan dengan program Pengembangan

    Usaha Agribisnis Perdesaan di Kota Salatiga. (2) Wawancara, Tanya jawab yang

    dilakukan secara langsung antara peneliti dengan responden dengan menggunakan

    kuisioner, yaitu panduan berupa daftar pertanyaan yang telah disiapkan oleh peneliti.

    Wawancara dilakukan dalam penelitian ini, dengan pihak-pihak yang terlibat dalam

    program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan di Kota Salatiga. (3)

    Dokumentasi, Teknik yang dilakukan untuk memperoleh data baik dari responden

    dokumen. Tentunya data yang diperoleh berupa data yang berhubungan dengan

    program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan di Kota Salatiga.

    Menurut Djarwanto (1996) sesuai data yang tersedia data primer dianalisis

    melalui tahap editing, coding dan tabulasi, untuk mengetahui sikap petani terhadap

    program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) dapat menggunakan

    skala Likert. Menurut Mueller (1986), Mengukur sikap seseorang adalah mencoba

    untuk menempatkan posisinya pada suatu kontinum afektif berkisar dari sangat

    positif hingga sangat negatif terhadap suatu obyek sikap. Kuantifikasi dalam skala

    likert dilakukan dengan mencatat penguatan respon dan untuk pernyataan

    kepercayaan positif dan negatif tentang obyek sikap. Skor tiap-tiap variabel yang

    diteliti dikategorikan menjadi 5 yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi dan sangat

    tinggi. Kategori pengukurannya dengan menggunakan rumus lebar interval, yaitu:

    Lebar Interval (I) : Jumlah skor tertinggi – jumlah skor terendah

  • 9

    Jumlah kelas (K)

    Hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap petani

    dengan sikapnya terhadap Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan

    (PUAP) dapat diketahui dengan rumus koefisien (korelasi Rank Spearman).

    Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang yakni pada variabel terikat

    atau dependent, yang mana pada penelitian terdahulu melihat sikap petani terhadap

    pengembangan usaha agribisnis sedangkan pada penelitian sekarang melihat sikap

    petani terhadap risiko usahatani bawang merah. Lokasi kedua penelitian terdahulu

    dan sekarang juga berbeda mengakibatkan perbedaan komoditas penelitian.

    Komoditas pada penelitian terdahulu tidak dikhususkan yang mana hanya meneliti

    pengembahangan usaha agribisnis perdesaan di Kota Salatiga sedangkan pada

    penelitian sekarang lebih fokus pada salah satu komoditas yakni bawang merah yang

    ada di Kecamatan Ngantang. Metode pengumpulan data sampel terdapat perbedaan

    yang mana pada penelitian terdahulu menggubnakan metode proportional random

    sampling, sedangkan pada penelitian sekarang menggunakan simple random

    sampling. Metode analisis data juga terdapat perbedaan yakni penelitian terdahulu

    dinilai menggunakan skala likert terlebih dahulu. Penelitian terdahulu menggunakan

    analisis korelasi rank spearmant sedangkan penelitian sekarang menggunakan

    analisis sikap fishbein..

    Persamaan penelitian terdahulu dan sekarang yakni pada metode pemilihan lokasi

    dengan metode purposive yang mana pemilihan berdasarkan karakteristik yang

    sesuai. Populasi yang diambil pada penelitian yakni anggota kelompok tani kemudian

  • 10

    penentuan jumlah sampel dengan merode solvin. Teknik pengumpulan data

    dilakukan dengan metode observasi, wawancara dengan bantuan questioner dan

    dokumentasi untuk memperkuat hasil penelitian. Metode analisis data juga ditemukan

    persamaan yakni dinilai menggunakan skala likert terlebih dahulu. Akantetapi,

    terdapat perbedaan setelahnya karena penelitian terdahulu menggunakan analisis

    korelasi rank spearmant sedangkan penelitian sekarang menggunakan metode

    analisis model fishbein.

    2.1.2 Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Petani di Kabupaten Tegal dalam

    Penggunaan Pestisida dan Kaitannya dengan Tingkat Keracunan Terhadap

    Pestisida oleh (Firman Hidayat, 2007)

    Tujuan penelitian ini adalah memperoleh informasi dasar tentang penggunaan

    pestisida oleh petani padi, petani cabai dan petani bawang merah di Kabupaten Tegal

    tentang jenis, frekuensi, tingkat bahaya (hazard level), pengetahuan, sikap dan

    tindakan petani di terhadap penggunaan pestisida dan kaitannya dengan tingkat

    keracunan di Kabupaten Tegal.

    Penelitian dilakukan pada bulan Maret-Mei 2008 di tiga kecamatan yaitu

    Suradadi, Dukuhturi dan Bumijawa. Petani yang diwawancarai sebanyak 90 orang,

    terdiri dari 30 orang dari Kecamatan Suradadi (petani padi), 30 orang dari Kecamatan

    Dukuhturi (petani bawang merah) dan 30 orang dari Kecamatan Bumijawa (petani

    cabai). Penelitian ini bersifat eksploratif. Informasi diperoleh dengan teknik

    wawancara dengan bantuan kuesioner terstruktur. Informasi yang akan diperoleh

    terdiri data dasar petani (umur, luas garapan, pendidikan formal, pengalaman bertani),

  • 11

    aspek-apek pengetahuan, sikap dan tindakan petani berkaitan dengan pestisida, selain

    itu juga digali gejala keracunan setelah aplikasi pestisida baik gejala neurobeharioral,

    gastrointestinal maupun gejala pada kulit.

    Data yang diperoleh dikelompokkan per jenis petani berdasarkan tanaman

    utama yang dibudidayakan, kemudian dibandingkan. Pestisida yang digunakan oleh

    petani dicatat nama dagangnya, kemudian ditelusuri dengan Buku Pestisida untuk

    Pertanian dan Kehutanan di Indonesia (Ditjen Tanaman Pangan, 2004) untuk

    menentukan bahan aktifnya. Kemudian bahan aktif pestisida tersebut dikelompokkan

    berdasarkan tingkat bahaya dengan Hazard Level WHO (WHO, 2005) dan potensi

    dampak terhadap kesehatan sesuai ILO (2005). Tingkat keracunan digolongkan

    menjadi gejala keracunan pestisida berat, sedang dan ringan (Quijano dan Sarojeni,

    2001), didasari atas pengakuan sendiri yaitu:

    Ringan : 1-2

    gejala Sedang : 3-5

    gejala Berat : > 5

    Analisis data selanjutnya dilakukan penggolongan pengetahuan, sikap dan

    tindakan. Pengetahuan, Sikap dan Tindakan dinilai dengan prinsip-prinsip PHT

    (Pengendalian Hama Terpadu), yang mana penggunaan pestisida seminimal mungkin

    didasari prinsip kehati-hatian dengan mempertimbangkan aspek keamanan pemakai

    dan keamanan lingkungan. Penggolongan atas pengetahuan, sikap dan tindakan

    adalah sebagai berikut:

  • 12

    Pengetahuan: Rendah: 0-3 jawaban benar, Sedang 4-5 jawaban benar,

    Tinggi > 5 jawaban benar.

    Sikap- Kurang: 0-2 jawaban benar, sedang: 3-4 jawaban benar, Sesuai PHT:

    5 jawaban benar.

    Tindakan: rendah: 0-4 jawaban benar, sedang: 5- 7 jawaban sesuai, Sesuai

    PHT : 8-11 jawaban sesuai.

    Analisis tabulasi silang (cross tabulation) dilakukan antara pengetahuan,

    sikap dan tindakan dengan tingkat keracunan setelah aplikasi pestisida, yang

    dilanjutkan uji ÷ 2 (chi-square) untuk menentukan keterkaitan antar variabel tersebut.

    Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang yakni pada

    Variabel terikat yakni pada penelitian sekarang melihat sikap petani terhadap risiko

    usatani bawang merah di Kecamatan Ngantang, sedangkan pada penelitian terdahulu

    variabel terikatnya yakni melihat Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Petani di

    Kabupaten Tegal dalam Penggunaan Pestisida dan Kaitannya dengan Tingkat

    Keracunan Terhadap Pestisida di tiga kecamatan yaitu Suradadi, Dukuhturi dan

    Bumijawa. Metode analisis data juga berbeda, pada penelitian sekarang menggunkaan

    skala likert kemudian dianalisis dengan metode model fishbein, sedangkan pada

    penelitian terdahulu menggunakan analisis tabulasi silang yang kemudian diuji

    dengan metode che square.

    Persamaan pada penelitian ini terletak pada komoditas yang diteliti yakni

    bawang merah meskipun pada penelitian terdahulu tidak hanya meneliti bawang

    merah akan tetapi terdapat komoditas lain misalnya padi dan cabai. Persamaan

  • 13

    penelitian terdahulu dan sekarang terdapa juga pada variabel bebas yang diteliti untuk

    melihat tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan petani pada penelitian terdahulu,

    diantaranya: umur, luas garapan, pendidikan formal, pengalaman bertani. Variabel

    bebas yang diteliti pada penelitian sekarang diantaranya: umur, tingkat pendidikan,

    pengalaman berusahatani, interaksi sosial.perbedaan variabel kedua penelitian yakni

    pada penelitian terdahulu menggunakan variabel luas garapan sedangkan pada

    penelitian sekarang melihat tinglat interaksi sosial petani.

    2.1.3 Sikap Petani Terhadap Kegagalan Produksi Usahatani Padi Sawah di

    Desa Magepanda, Kecamatan Magepanda, Kabupaten Sikka Oleh (Noni,

    2019)

    Tujuan penelitian ini mengetahui pengaruh antara faktor pembentuk sikap

    dengan sikap petani terhadap kegagalan produksi usahatani padi sawah di Desa

    Magepanda Kecamatan Magepanda Kabupaten Sikka. Jenis penelitian yang

    digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif kuantitatif dan

    korelasi. Kuantitatif yaitu data yang diukur dalam suatu numeric (angka) dengan

    tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Data yang digunakan dalam

    penelitian ini adalah data primer. Berdasarkan hasil analisis data, maka dapat

    disimpulkan bahwa sikap petani terhadap kegagalan produksi di kelompok tani Desa

    Magepanda, dengan menggunakan metode analisis fishbein berdasarkan pada enam

    atribut diperoleh rata-rata skor sebesar 85,17 yang dikategorikan positif artinya sikap

    petani di kelompok tani desa magepanda menerima kegagalan produksi sebagai

  • 14

    motivasi keberlanjutan kegiatan produksinya. Hasil analisis Koefisien Determinasi

    (R2) sebesar 0, 185 yang berarti bahwa kontribusi variabel sikap petani (X) terhadap

    kegagalan produksi (Y) pada kelompok tanii di Desa Magepanda sebesar 18,5%,

    sedangkan sisanya sebesar 81,5% dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak

    diikut sertakan dalam model penelitian ini. Hasil analisa regresi linear sederhana

    dapat diketahui bahwa variabel sikap petani (X) diperoleh : -2,613 < - 2,042,

    sehingga Ho ditolak dan Ha diterima artinya sikap petani (X) berpengaruh signifikan

    terhadap kegagalan produksi (Y).

    Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang yakni pada jenis

    data yang digunakan. Jenis data pada penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang

    menggunakan data primer, yang mana data diambil langsung oleh peneliti dengan

    cara wawancara langsung kepada narasumber. Persamaan yang lain dari penelitian

    sekarang dan penelitian terdahulu yakni tujuan penelitian terdahulu untuk melihat

    faktor pembentuk sikap petani terhadap kegagalan, akan tetapi pada penelitian

    sekarang yakni melihat bagaimana sikap petani dalam menghadapi risiko usahatani.

    Persamaan yang lainnya metode analisis data. Penelitian terdahulu dan penelitian

    sekarang menggunkaan metode analisis model fishbein. Perbedaan penelitian

    terdahulu dengan penelitian sekarang yakni jenis penelitiannya yang mana penelitian

    terdahulu merupakan penelitian kuantitatif deskriptif sedangkan penelitian sekarang

    yakni kualitatif deskriptif.

    2.1.4 Sikap Petani Terhadap Penggunaan Benih Padi Varietas Unggul di

    Kabupaten Jember Oleh (Permata, Putu, & Si, 2018)

  • 15

    Tujuan dari penelitian ini peneliti ingin mengetahui sikap petani padi terhadap

    penggunaan benih padi varietas unggul di Kabupaten Jember. Responden dalam

    penelitian ini merupakan petani padi yang dipilih secara purposive dengan memenuhi

    kualifikasi karakteristik petani dalam penelitian. Kualifikasi karakteristik petani padi

    yaitu pernah menanam benih padi dengan varietas unggul hibidra dan varietas

    inbrida. Petani padi yang dipilih adalah petani yang berada di wilayah sentra produksi

    padi di Kabupaten Jember bagian utara, bagian selatan, bagian barat, dan bagian

    timur. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif analitik.

    Metode pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara, dan

    dokumentasi. Responden dalam penelitian ini sebanyak 56 orang yang tersebar pada

    empat wilayah bagian di Kabupaten Jember. Jenis data yang digunakan adalah data

    primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari proses wawancara, sedangkan

    data sekunder diperoleh dari studi pustaka. Metode analisis data yang digunakan

    untuk mengetahui penilaian sikap petani terhadap penggunaan benih padi varietas

    unggul di Kabupaten Jember yaitu dengan menggunakan metode analisis multi atribut

    Fishbein. Petani akan menilai sikapnya terhadap penggunaan benih padi varietas

    hibrida dan varietas inbrida. Masing-masing penilaian untuk mengetahui tanggapan

    petani terhadap kedua varietas tersebut.

    Perbedaan penelitian terdahulu dan sekarang yakni ada pada komoditas

    penelitiandan variabel terikat. Penelitian terdahulu meneliti komoditas padi dengan

    membandingkan benih padi varietas hibrida dan varietas inbrida. Komoditas untuk

    penelitian sekarang yakni bawang merah. Perbedaan penelitian terdahulu dengan

  • 16

    penelitian sekarang ada pada variabel terikat, meskipun sama-sama meneliti sikap

    petani. Penelitian terdahulu ingin melihat sikap petani terhadap penggunaan benih

    padi varietas unggul, sedangkan pada penelitian sekarang yakni melihat sikap petani

    terhadap risiko usahatani..

    Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang yakni pada jenis

    data, metode pengumpulan data dan metode analisis data. Jenis data yang digunakan

    kedua penelitian yakni menggunakan data primer dan data sekunder. Data pada

    penelitian terdahulu data primer diperoleh dari proses wawancara, sedangkan data

    sekunder diperoleh dari studi pustaka. Data pada penelitian sekarang data primer

    didapat dari hasil wawancara sedangkan pada data sekunder diperoleh dari badan

    pusat statistika. Metode pengumpulan data penelitian terdahulu dan penelitian

    sekarang yakni menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi.

    Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian juga terdapat persamaan.

    Penelitian terdahulu menggunakan metode metode analisis Fishbein, begitu juga

    dengan penelitian sekarang untuk metode analisis data menggunakan metode analisis

    fishbein.

    2.1.5 Sikap Petani Buah Naga Merah (Hylocereus Polyrhizus) Terhadap

    Teknik Penyuluhan di Desa Toriyo Kecamatan Bendosari Kabupaten

    Sukoharjo Oleh (Teknik et al., n.d. 2013)

    Tujuan penelitian diantaranya: (1) Mendeskripsikan faktor-faktor pembentuk

    sikap petani buah naga terhadap teknik penyuluhan di Desa Toriyo Kecamatan

    Bendosari Kabupaten Sukoharjo. (2) Menganalisis sikap petani buah naga terhadap

  • 17

    teknik penyuluhan di Desa Toriyo Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo. (3)

    Menganalisis hubungan antara faktor-faktor pembentuk sikap petani buah naga

    dengan sikap petani terhadap teknik penyuluhan di Desa Toriyo Kecamatan

    Bendosari Kabupaten Sukoharjo.

    Penelitian ini merupakan penelitian dengan menggunakan pendekatan

    kuantitatif diawali dengan merumuskan masalah penelitian. Masalah penelitian

    dirumuskan secara operasional, dimana konsep-konsep yang dipilih dapat diukur

    secara kuantitatif. Masalah penelitian dijawab secara teoritik dengan cara mengacu

    pada teori-teori yang telah ada. Penelitian ini menggunakan teknik sensus. Teknik

    sensus ini yaitu pengambilan responden dengan menetapkan seluruh jumlah

    responden yang akan diteliti karena pada penelitian ini hanya ada satu kelompok tani

    yang diteliti.

    Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) yaitu

    berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu disesuaikan dengan tujuan

    penelitian. Lokasi penelitian dipilih di Desa Toriyo Kecamatan Bendosari Kabupaten

    Sukoharjo, dengan pertimbangan bahwa daerah tersebut merupakan daerah yang

    banyak membudidayakan buah naga. Populasi dalam penelitian ini adalah semua

    petani buah naga di Desa Toriyo Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo.

    Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan sensus yaitu pengambilan

    responden dengan menetapkan seluruh jumlah responden yang akan diteliti. Besar

    sampel yang diambil sebanyak 33 responden dari populasi petani sejumlah 33 petani

    dalam 1 kelompok tani. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer

  • 18

    dan data sekunder. (1) Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui penyebaran

    kuisioner yang kemudian diisi oleh responden yaitu petani. Data yang dikumpulkan

    dalam penelitian ini adalah pengalaman responden berusahatani, pendidikan formal,

    pendidikan non formal, orang lain yang dianggap penting serta sikap responden

    terhadap ragam teknik penyuluhan. (2) Data sekunder yang dikumpulkan dalam

    penelitian ini berupa data monografi desa dan data statistik dari BPS.

    Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: (1)

    Wawancara dilakukan dengan petani-petani sebagai responden dalam penelitian ini

    dan pihak lain yang terlibat baik dari pemerintah dan instansi terkait. Data yang

    diperoleh melalui wawancara meliputi identitas responden, faktor pembentuk sikap

    terhadap teknik penyuluhan. (2) Observasi, yaitu cara pengumpulan data dengan

    melakukan pengamatan langsung terhadap sasaran penelitian untuk mendapatkan

    data-data yang berhubungan penelitian. (3) Pencatatan, yaitu cara pengumpulan data

    sekunder atas data umum, sosial ekonomi seperti monografi desa asli dari BPS yang

    ada di Desa Toriyo Kecamatan Bedosari Kabupaten Sukoharjo. Metode analisis data

    untuk mengetahui sikap petani terhadap teknik penyuluhan di Desa Toriyo

    Kecamatan Bedosari Kabupaten Sukoharjo dengan menggunakan Skala Likert karena

    ukuran asosiasi yang ada pada variabel X dan Y adalah diukur dengan skala ordinal

    dan obyek-obyeknya dapat diranking dalam rangkaian berurut maka, untuk

    mengetahui hubungan antara pengalaman petani, orang lain yang dianggap penting,

    pendidikan formal, pendidikan non formal, dengan sikapnya terhadap ragam metode

    penyuluhan dapat diketahui dengan rumus koefisien korelasi Rank Spearman.

  • 19

    Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang yakni variabel

    terikat, komoditas, lokasi, jenis penelitian, teknik pengambilan sampel dan metode

    analisis data. Variabel terikat pada penelitian terdahulu yakni mengetahui sikap petani

    buah naga terhadap teknik penyuluhan, sedangkan pada penelitian sekarang yakni

    mengetahui sikap petani terhadap risiko usahatani bawang merah. Berdasarkan

    variabel terikat dari kedua penelitian, terdapat perbedaan dalam pemilihan komoditas.

    Penelitian terdahulu melihat sikap petani buah naga merah sedangkan pada penelitian

    sekarang melihat sikap petani bawang merah. Perbedaan komoditas mengakibatkan

    perbedaan lokasi penelitian. Jenis penelitian pada penelitian terdahulu yakni dengan

    pendekatan kuantitatif sedangkan pada penelitian sekarang yakni kualitatif. Teknik

    pengambilan sampel pada penelitian terdahulu menggunakan teknik sensus yang

    mana seluruh populasi dijadikan sampel penelitian karena hanya meneliti satu

    kelompok tani buah naga merah. Penelitian sekarang menggunakan teknik survey

    yang mana hanya sebagian dari populasi dijadikan sebagai sampel berdasarkan hasil

    perhitungan metode slovin. Perbedaan jenis penelitian mengakibatkan perbedaan

    dalam metode analisis data. Penelitian terdahulu menggunakan metode korelasi Rank

    Spearman. Penelitian sekarang dalam menganalisis data selain menggunakan metode

    analisis fishbein.

    Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang yakni jenis data,

    penentuan lokasi, dan teknik pengumpulan data. Jenis data yang digunakan dalam

    penelitian ada 2: data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari

    wawancara dan pengamatan langsung oleh peneliti kepada narasumbernya. Data

  • 20

    sekunder didapatkan dari sumber yang sudah ada, yang mana baik pada penelitian

    terdahulu maupun penelitian sekarang data sekunder diperoleh dari Badan Pusat

    Statistika. Teknik penentuan lokasi dengan sengaja (purposive) berdasarkan

    pertimbangan-pertimbangan yang mana pemilihan lokasi pada penelitian terdahulu

    dan penelitian sekarang berdasarkan daerah penghasil komoditas terbesar. Penelitian

    terdahulu memilih daerah di Desa Toriyo Kecamatan Bendosari Kabupaten

    Sukoharjo, dengan pertimbangan bahwa daerah tersebut merupakan daerah yang

    banyak membudidayakan buah naga. Penelitian sekarang memilih Kecamatan

    Ngantang karena di daerah tersebut penghasil bawang merah terbesar se-Kabupaten

    Malang. Persamaan yang lain dari penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang

    yakni pada teknik pengambilan sampel. Teknik pengambilan data pada kedua

    penelitian yakni menggunakan metode wawancara, observasi, dan pencatatan.

    2.1.6 Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Petani Bawang Merah dalam

    Penggunaan Pestisida (Study Kasus di Kabupaten Nganjuk, Provinsi Jawa

    Timur) Oleh (Sulistiyono, Tarumingkeng, & Sanim, 2008)

    Penelitian ini bertujuan untuk menjajaki pengetahuan petani tentang pestisida,

    sikap petani terhadap peraturan yang ditetapkan, tindakan petani dalam penggunaan

    pestisida dan menganalisis korelasi antar variabel serta mengetahui dampak

    negatifnya pada aktivitas Acetylcholinesterase. Penelitian ini dilaksanakan mulai

    Bulan Maret sampai dengan Agustus 2006. Jumlah responden 192 petani dengan

    metode Stratified Sampling yang didasarkan pada jenjang pendidikan formal dan

    sekolah lapang pengelolaan hama terpadu (SLPHT), bertempat di enam desa pada

  • 21

    tiga kecamatan meliputi Kecamatan Sukomoro, Kecamatan Rejoso dan Kecamatan

    Bagor, ketiganya masuk wilayah Kabupaten Nganjuk, Propinsi Jawa Timur.

    Pengumpulan data primer menggunakan instrumen kuesioner dan lembar observasi

    yang bersisi pertanyaan terstruktur melalui wawancara. Kuesioner dibagi atas tiga

    kelompok pertanyaan meliputi; Pertama pertanyaan tentang pengetahuan tentang

    pestisida; Kedua mengenai sikap petani terhadap aturan penggunaan dan; Ketiga

    mengenai tindakan petani dalam penggunaan pestisida. Dampak penggunaan

    pestisida terhadap aktivitas Acetylcholinesterase dengan uji darah menggunakan Tito

    kit meter terhadap petani responden yang bersedia untuk diteliti. Data sekunder

    dikumpulkan melalui survei di instansi terkait. Data dianalisis dengan menggunakan

    analisis Rank Spearman.

    Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang yaitu variabel

    terikat, lokasi penelitian, dan metode analisis data. Variabel terikat penelitian

    terdahulu tidak hanya melihat sikap petani, akan tetapi Pengetahuan, Sikap dan

    Tindakan Petani Bawang Merah dalam Penggunaan Pestisida. Penelitian sekarang

    melihat sikap petani terhadap risiko usahatani bawang merah. Lokasi penelitian

    terdahulu dan sekarang juga menjadi pembeda. Penelitia terdahulu melakukan

    penelitian di Kabupaten Nganjuk, Provinsi Jawa Timur. Lokasi penelitian sekarang di

    Kecamatan Ngantang Kabupaten Malang Jawa Timur. Perbedaan selanjutnya ada

    pada metode analisis data. Penelitian terdahulu menggunakan metode analisis data

    rank spearman. Penelitian sekarang menggunakan metode analisis model fishbein.

  • 22

    Persamaan penelitian terdahulu dan penelitian sekarang teknik pengumpulan

    data. Teknik pengumpulan data pada penlitian terdahulu dan penelitian sekarang

    untuk data primer menggunakan instrumen kuesioner dan lembar observasi yang

    bersisi pertanyaan terstruktur melalui wawancara. Teknik pengumpulan data sekunder

    diperoleh berdasarkan sumber data yang telah ada.

    2.1.7 Sikap Petani dalam Pengaplikasian Rhizobakteri pada Tanaman

    Bawang Merah di Plemahan Kediri Jawa Timur (Attitude Of Farmers In The

    Application Of Rhizobacteria On Shallots In Plemahan Kediri East Java) oleh

    (Yuli Ika Wati, Umi Wahjuti, 2018).

    Tujuan penelitian untuk: 1) mengetahui sikap petani dalam pengaplikasian

    Rhizobakteri, 2) mengetahui hubungan antara faktor internal dan faktor eksternal

    dengan sikap petani dalam pengaplikasian Rhizobakteri. Penelitian dilakukan di

    Kecamatan Plemahan Kabupaten Kediri pada tanggal 01 Februari 2018 sampai

    dengan 31 Mei 2018 menggunakan metode kuantitatif. Pemilihan lokasi dilakukan

    dengan metode purposif. Kriteria pengambilan lokasi penelitian didasarkan oleh desa

    yang mempunyai luas tanam bawang merah terluas dan sudah pernah dilakukan

    penyuluhan terkait pengaplikasian Rhizobakteri, sehingga lokasi penelitian adalah

    Desa Puhjarak. Teknik pengambilan sampel pada kajian ini menggunakan teknik

    probability sampling, yaitu proportionate stratified random sampling. Berdasarkan

    hasil perhitungan menggunakan rumus solvin dari populasi 140 orang, yang menjadi

    sampel penelitian yaitu 59 orang. Data berasal dari data primer dan data sekunder.

  • 23

    Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan petani dan data sekunder

    diperoleh dari lembaga terkait. Teknik pengumpulan data yang digunakan pada

    penelitian ini yaitu dengan wawancara dan pembagian kuesioner pada responden.

    Instrumen penelitian menggunakan skala Likert, alternatif pilihan jawabannya

    dikategorikan dengan Sangat Setuju, Setuju, Ragu-Ragu, Tidak setuju dan Sangat

    Tidak setuju. Data terkait dengan sikap petani dianalisis secara deskriptif presentase

    dilanjutkan dengan T-Skor. Analisis korelasi pearson product moment, dengan

    aplikasi SPSS 20.0 dilakukan untuk mengetahui hubungan antara faktor internal dan

    faktor eksternal dengan sikap petani.

    Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang variabel terikat,

    lokasi penelitian, dan teknik pengambilan sampel. Variabel terikat penelitian

    terdahulu yakni mengetahui Sikap Petani dalam Pengaplikasian Rhizobakteri pada

    Tanaman Bawang Merah di Plemahan Kediri Jawa Timur. Variabel terikat penelitian

    sekarang yakni mengetahui sikap petani terhadap risiko usahatani bawang merah di

    Kecamatan Ngantang Kabupaten Malang Jawa Timur. Teknik pengambilan sampel

    pada penelitian terdahulu berbeda dengan penelitian sekarang. Penelitian terdahulu

    menggunkaan teknik probability sampling, yaitu proportionate stratified random

    sampling. Penelitian sekarang menggunkaan teknik sampling acak sederhana (simple

    random sampling). Metode analisis data juga menjadi pembeda penelitian terdahulu

    dan penelitian sekarang. Penelitian terdahulu menggunkaan metode analisis korelasi

    pearson product moment, sedangkan pada penelitian sekarang menggunkaan metode

    analisis model fishbein.

  • 24

    Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang yakni metode

    pemilihan lokasi, teknik pengumpulan data dan instrument penelitian. Metode

    pemilihan lokasi penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang menggunakan

    metode sengaja atau purposive berdasarkan pertimbangan keunggulan dari daerah

    tujuan penelitian. Teknik pengumpulan data pada penelitian menggunkaan metode

    wawancara dengan bantuan kuisioner dan observasi langsung oleh peneliti.

    Instruumen penelitian pada penelitian terdahulu dan penelitian sekarang

    menggunkaan skala likert. Alternatif pilihan jawabannya dikategorikan dengan

    Sangat Setuju, Setuju, Ragu-Ragu, Tidak setuju dan Sangat Tidak setuju.

    2.2 Kajian Pustaka

    2.2.1 Sikap

    2.2.1.1. Definisi sikap

    Sikap adalah salah satu faktor penentu prilaku petani terhadap suatu inovasi

    (Yuli Ika Wati, Umi Wahjuti, 2018). Gerungan (2004) mengungkapkan bahwa sikap

    itu dapat diterjemahkan dengan sikap terhadap obyek tertentu, yang dapat merupakan

    sikap pandangan atau sikap perasaan, tetapi sikap tersebut disertai oleh

    kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan sikapnya terhadap obyek tadi itu. Jadi

    sikap itu tepat diterjemahkan sebagai sikap dan kesediaan bereaksi terhadap suatu hal.

    Sikap senantiasa terarahkan terhadap suatu hal, suatu obyek. Tidak ada sikap tanpa

    ada obyeknya.

    Prasetiawan (2013) mengungkapkan bahwa Sikap adalah kecondongan

    evaluatif terhadap suatu objek atau subjek yang mempunyai konsekuensi yakni

  • 25

    bagaimana seseorang berhadap-hadapan dengan objek sikap. Sikap yang meliputi

    rasa suka dan tidak suka, penilaian reaksi yang menyenangkan terhadap obyek, orang,

    situasi aspek-aspek lain dunia, termasuk ide abstrak dari kebijaksanaan sosial

    memiliki fungsi psikologi yang berbeda-beda bagi setiap orang, diantaranya :

    a. Fungsi instrumental

    Sikap yang dipegang karena alasan praktis atau manfaat dikatakan

    memiliki sikap instrumental. Sikap ini semata-mata mengekspresikan

    keadaan spesifik keinginan untuk mendapatkan manfaat atau hadiah

    untuk menghindari hukum.

    b. Fungsi pengetahuan

    Sikap yang membantu seseorang memahami dunia membawa keteraturan

    bagi berbagai informasi yang harus diasimilasikan dalam kehidupan

    sehari-hari. Sikap tersebut merupakan skema yang penting yang

    memungkinkan seseorang mengorganisasikan dan mengolah informasi

    secara efisien tanpa harus memperhatikan detailnya.

    c. Fungsi Nilai Ekspresif

    Sikap yang mengekspresikan nilai-nilai dari seseorang atau

    mencerminkan konsep diri.

    d. Fungsi Pertahanan Ego

    Sikap yang melindungi seseorang dari kecemasan atau dari ancaman bagi

    harga diri seseorang

    e. Fungsi Penyesuaian Sosial

  • 26

    Sikap yang membantu seseorang merasa menjadi bagian dari komunitas.

    Azwar (1991) mengatakan sikap sosial terbentuk dari adanya interaksi sosial

    yang dialami oleh individu. Individu bereaksi membentuk pola sikap tertentu

    terhadap berbagai obyek psikologis yang dihadapinya, diantara berbagai faktor yang

    mempengaruhi pembentukan sikap adalah:

    a) Pengalaman Pribadi

    Sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi terjadi dalam

    situasi yang melibatkan faktor emosional, dalam situasi yang melibatkan emosi,

    penghayatan akan lebih mendalam dan lebih lama berbekas. Lebih lanjut Mardikanto

    (1996) menyatakan bahwa pengalaman dalam melakukan kegiatan bertani tercermin

    dari kebiasaan-kebiasaan yang mereka (petani) terapkan dalam kegiatan bertani dan

    merupakan hasil belajar dari pengalamannya.

    b) Pengaruh Orang Lain Yang Dianggap Penting

    Seseorang yang dianggap penting akan banyak mempengaruhi pembentukan

    sikap. Orang yang biasanya dianggap penting bagi individu diantaranya adalah orang

    tua, orang yang berstatus sosial lebih tinggi, teman sebaya, teman dekat, guru, teman

    kerja, istri atau suami. Umumnya individu cenderung untuk memiliki sikap yang

    konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting. Kecenderungan ini

    antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk

    menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.

    c) Media Massa

  • 27

    Media Massa digunakan sebagai sarana komunikasi berbagai bentuk seperti

    televisi, radio, surat kabar, majalah dan lain-lain yang mempunyai pengaruh dalam

    pembentukan opini dan kepercayaan orang. Media Massa dalam penyampaian

    informasi sebagai tugas pokoknya, membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti

    yang dapat mengarahkan opini seseorang.

    d) Lembaga Pendidikan

    Lembaga pendidikan sebagai sistem mempunyai pengaruh dalam

    pembentukan sikap. Hal ini dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan

    konsep moral dalam diri individu.

    e) Umur

    Umur seseorang akan menentukan bagaimana sikap seseorang. Umumnya

    orang muda sikapnya radikal daripada sikap orang yang telah tua, masalah umur akan

    berpengaruh pada sikap seseorang.

    2.2.1.2. Konsep Sikap

    Murdianingsih (2015) mengatakan bahwa konsep sikap sebagai berikut:

    a. Dalam bersikap ada objek yang disikapi

    b. Suatu Predisposisi atau kecenderungan umum yang dipelajari atau dibentuk

    dan karena itu sikap memiliki kualitas motivasional yang dapat mendorong

    konsumen kepada suatu perilaku tertentu.

    c. Sikap itu Konsisten

    d. Sikap Terjadi dalam Suatu situasi

  • 28

    e. Sikap terarah dan mempunyai intensitas tertentu, karena sikap menyebabkan

    orang mempunyai pandangan negatif terhadap objek sikap. Seberapa besar

    ketidak sukaanya atau sukanya terhadap objek sikap dinyatakan oleh

    intensitas itu.

    2.2.1.3. Model Sikap

    Model sikap menurut Murdianingsih (2015) terdiri dari 3 komponen,

    diantaranya:

    a. Komponen Kognitif

    Berkenaan dengan kesadaran (awareness) dan pengetahuan

    (knowledge) seseorang pada suatu objek. Kesadaran dan pengetahuan

    ini mencakup harga, feature, dan atribut produk.

    b. Komponen Afektif

    Emosi atau perasaan terhadap suatu objek. Perasaan seseorang

    memiliki hakikat evaluatif yaitu apakah seseorang tersebut suka atau

    tidak terhadap produk objek. Menyangkut masalah emosional subjektif

    seseorang terhadap suatu objek sikap, secara umum komponen ini

    disamakan dengan perasaan yang dimiliki objek tertentu.

    c. Komponen Koanatif

    Yaitu kecenderungan seseorang untuk melaksanakan tindakan dan

    perilaku dengan cara tertentu terhadap suatu objek sikap. Komponen

    koanatif ini lebih ditekan pada ekspresi seseorang untuk menerima

    atau menolak suatu objek.

  • 29

    2.2.1.4. Cara Mengukur Sikap

    Pengukuran sikap menurut Murdianingsih (2015) dapat dilakukan dengan

    menilai pernyataan sikap seseorang. Pernyataan sikap adalah rangkaian

    kalimat yang mengatakan sesuatu mengenai objek sikap yang hendak

    diungkap. Pernyataan sikap mungkin berisi atau mengatakan hal-hal yang

    positif mengenai objek sikap, yaitu kalimatnya bersifat mendukung atau

    memihak pada objek sikap. Pernyataan ini disebut dengan pernyataan yang

    baik atau favorable, sebaliknya pernyataan sikap mungkin pula berisi hal- hal

    negatif mengenai objek sikap yang bersifat tidak mendukung maupun kontra

    terhadap objek sikap. Pernyataan seperti ini disebut dengan pernyataan yang

    tidak favorable. Suatu skala sikap dapat diusahakan agar terdiri atas

    pernyataan favorable dan tidak favorable dalam jumlah yang seimbang,

    dengan demikian pernyataan yang disajikan tidak semua positif dan tidak

    semua negatif yang seolah-olah isi skala memihak atau tidak mendukung

    sama sekali objek sikap.

    2.2.2 Petani

    Pratiwi (2018) mengatakan bahwa yang disebut petani adalah orang yang

    menggantungkan hidupnya pada lahan pertanian sebagai mata pencaharian utamanya.

    Secara garis besar terdapat tiga jenis petani, yaitu petani pemilik lahan, petani pemilik

    yang sekaligus juga menggarap lahan, dan buruh tani. Salah satu faktor yang

    mempengaruhi yaitu faktor sosial ekonomi petani antara lain adalah umur, tingkat

  • 30

    pendidikan, pengalaman usahatani, luas lahan, dan jumlah tanggungan keluarga

    terhadap kinerja petani.

    a) Umur

    Bagi petani yang lebih tua bisa jadi mempunyai kemampuan berusahatani

    yang konservatif dan lebih mudah lelah, sedangkan petani muda mungkin

    lebih miskin dalam pengalaman dan keterampilan tetapi biasanya sifatnya

    lebih progresif terhadap inovasi baru dan relatif lebih kuat.

    b) Tingkat pendidikan

    Rendahnya tingkat pendidikan petani dan keterbatasan teknologi modern

    merupakan dua faktor penyebab utama yang menyebabkan kemiskinan di

    sektor pertanian di Indonesia. Keterbatasan dua faktor produksi tersebut yang

    sifatnya komplementer satu sama lain mengakibatkan rendahnya tingkat

    produktivitas yang pada akhirnya membuat rendahnya tingkat pendapatan riil

    petani sesuai mekanisme pasar yang sempurna

    c) Pengalaman berusahatani

    Belajar dengan mengamati pengalaman petani lain sangat penting, karena

    merupakan cara yang lebih baik untuk mengambil keputusan dari pada dengan

    cara mengolah sendiri informasi yang ada, misalnya seorang petani dapat

    mengamati dengan seksama dari petani lain yang lebih mencoba sebuah

    inovasi baru dan ini menjadi proses belajar secara sadar. Mempelajari pola

    perilaku baru, bisa juga tanpa disadari.

    d) Luas lahan

  • 31

    Luas lahan yang selalu digunakan dalam skala usaha pertanian tradisional

    karena komunitas yang ditanam oleh petani tradisional selalu seragam yakni

    jagung dan tanaman keras yang sejenisnya, dengan demikian pedoman luas

    lahan juga secara otomatis mengaju pada nilai modal, aset dan tenaga.

    e) Jumlah tanggungan keluarga

    Terdapat hubungan yang nyata yang dapat dilihat melalui keengganan

    petani terhadap resiko dengan jumlah anggota keluarga. Keadaan demikian

    sangat beralasan, karena tuntutan kebutuhan uang tunai rumah tangga yang

    besar, sehingga petani harus berhati-hati alam bertindak khususnya berkaitan

    dengan cara-cara baru yang riskan terhadap risiko. Jumlah anggota keluarga

    yang besar seharusnya memberikan dorongan yang kuat untuk berusaha tani

    secara intensif dengan menerapkan teknologi baru sehingga akan

    mendapatkan pendapatan

    Kemampuan berusahatani merupakan keahlian yang dimiliki petani responden

    dalam melaksanakan kegiatan usahatani yang sedang dijalankan. Keahlian yang

    dimaksudkan dalam hal ini yaitu meliputi: task skills, management skills, contigency

    task skills, job and role environment task skills, dan transfered Skills (Yuli Ika Wati,

    Umi Wahjuti, 2018).

    2.2.3 Risiko

    Simmon (2002) mengatakan bahwa risiko adalah ketidakpastian yang

    mempengaruhi kesejahteraan individu, dan sering dikaitkan dengan kesulitan dan

    kerugian. Risiko adalah ketidakpastian yang "penting," dan mungkin melibatkan

  • 32

    kemungkinan kehilangan uang, bahaya yang mungkin terjadi terhadap kesehatan

    manusia, dampak yang mempengaruhi sumber daya dan jenis lain dari peristiwa yang

    berpengaruh terhadap kesejahteraan seseorang.

    Risiko bisa didefinisikan dengan berbagai cara. Sebagai contoh, risiko bisa

    didefinisikan sebagai kejadian yang merugikan. Definisi lain yang sering dipakai

    untuk analisis investasi, adalah kemungkinan hasil yang diperoleh menyimpang dari

    yang diharapkan. Deviasi standar merupakan alat statistik yang bisa digunakan untuk

    mengukur penyimpangan, karena itu deviasi standar bisa dipakai untuk mengukur

    risiko. Pengukuran yang lain adalah menggunakan probabilitas, sebagai contoh:

    pengemudi kendaraan orang muda lebih sering mengalami kecelakaan dibandingkan

    dengan orang dewasa. Probabilitas terjadinya kecelakaan untuk orang muda lebih

    tinggi dibandingkan dengan untuk orang dewasa, karena itu risiko kecelakaan untuk

    orang muda lebih tinggi dibandingkan untuk orang dewasa.

    Risiko berkaitan erat dengan kondisi ketidakpastian. Risiko muncul karena

    ada kondisi ketidakpastian. Praktis kita menghadapi banyak ketidakpastian di dunia

    ini. Sebagai contoh, hari ini bisa hujan, bisa juga tidak hujan. Investasi kita bisa

    mendatangkan keuntungan (harga naik), bisa juga menyebabkan kerugian (harga

    turun). Kepastian dalam dunia ini adalah ketidakpastian itu sendiri. Ketidakpastian

    tersebut menyebabkan munculnya risiko. Ketidakpastian itu sendiri ada banyak

    tingkatannya (Ashlih Amria Nailil HS & Husna, 2016).

    2.2.4 Usahatani Bawang Merah

  • 33

    Usahatani bawang merah merupakan sumber pendapatan dan kesempatan

    kerja yang memberikan kontribusi cukup tinggi terhadap perkembangan ekonomi

    wilayah. Hal ini tidak terlepas dari status bawang merah sebagai komoditas

    hortikultura bernilai tinggi (high value comodity). Usahatani bawang merah mampu

    mendatangkan keuntungan yang jauh lebih besar jika dibandingkan dengan usahatani

    pada komoditas pangan seperti padi atau jagung. Walaupun bawang merah

    merupakan salah satu komoditas bernilai tinggi yang mampu mendatangkan

    keuntungan yang besar bagi petani, kondisi saat ini menunjukkan produksi bawang

    merah dalam negeri belum sepenuhnya dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri.

    Tahun 2008-2012 Indonesia masih menjadi net importer bawang merah. Indonesia

    mengimpor bawang merah dari beberapa negara di antaranya Thailand, Vietnam,

    India, Filipina, Malaysia dan Cina. Ketidakstabilan produksi menyebabkan pasokan

    bawang merah bervariasi antar waktu sehingga pada saat-saat tertentu Indonesia

    masih mengimpor bawang merah. Hal ini dikarenakan bawang merah merupakan

    tanaman musiman yang hanya ditanam pada musim-musim tertentu.

    Fluktuasi produksi dan harga akan berpengaruh terhadap pendapatan

    usahatani petani bawang merah. Pendapatan petani dari usahatani bawang merah

    dapat bervariasi antar musim tanam. Hal ini dikarenakan adanya pengaruh musim

    terhadap produksi dan harga bawang merah mengingat bawang merah merupakan

    tanaman musiman yang hanya ditanam pada musim-musim tertentu, oleh karena itu

    perlu dilakukan penelitian yang mengkaji bagaimana karakteristik dan keragaan

    usahatani bawang merah dan komparasi profitabilitas usahatani bawang merah

  • 34

    berdasarkan musim di daerah sentra produksi di Indonesia (Aldila, Fariyanti, &

    Tinaprilla, 2015).

    2.2.5 Usahatani

    Usahatani adalah kegiatan usaha manusia untuk mengusahakan tanahnya

    dengan maksud untuk memperoleh hasil tanaman atau hewan tanpa mengakibatkan

    berkurangnya kemampuan tanah yang bersangkutan untuk memperoleh hasil

    selanjutnya. Pendapatan kotor usahatani atau penerimaan usahatani sebagai nilai

    produksi total usahatani dalam jangka waktu tertentu baik yang dijual maupun tidak

    dijual, untuk menaksir komoditi atau produk yang tidak dijual digunakan nilai

    berdasarkan harga pasar yaitu dengan cara mengalikan produksi dengan harga pasar

    (Utara, Sula, Jauda, & Timban, 2016).

    Ciri usahatani salah satunya adalah adanya ketergantungan kepada keadaan alam

    dan lingkungan, oleh sebab itu untuk memperoleh produksi yang maksimal, petani

    harus mampu memadu faktor-faktor produksi tenaga kerja, pupuk dan bibit yang

    digunakan. Ketiga faktor produksi ini saling berkaitan satu sama lain dalam

    mempengaruhi produksi untuk menghasilkan produktivitas yang baik dan optimal

    (Pratiwi, 2018).

    Berdasarkan definisi Usahatani di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kegiatan

    usahatani merupakan suatu usaha memanfaatkan, mengelolah, mengorganisasi dan

    mengkoordinasikan lahan atau tanah sera alam sekitar untuk menanam tanaman dan

    hewan sebagai peternakan. Hasil yang didapat dari usaha tersebut dapat dijual serta

    memenuhi kebutuhan manusia dalam segala aspek kebutuhannya. Tujuan dilakukan

  • 35

    usahatani ini untuk mendapatkan keuntungan setinggi-tingginya tanpa merusak alam

    yang ada serta penggunaan sumberdaya baik manusia maupun hewan dengan

    seefisien mungkin. Jangka waktu yang diharapkan dengan berusahatani yakni

    berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan jangka panjang.

    Tri Tunggal Usahatani adalah suatu konsep yang di dalamnya terdapat tiga

    fondasi atau modal dasar dari kegiatan usahatani. Tiga modal dasar tersebut adalah

    petani, lahan dan tanaman atau tenak, dari pengertian tersebut petani memiliki suatu

    kedudukan yang memegang alih dalam menggerakkan kegiatan usahatani, kemudian

    lahan diperlukan sebagai tempat untuk menjalankan usahatani, sedangkan tanaman

    merupakan komoditas yang dibudidayakan dalam kegiatan usahatani (Pratiwi, 2018).

    2.3 Kerangka Berfikir

    Usatani pada umumnya tidak selalu mengalami keuntungan, akantetapi dapat juga

    mengalami kerugian yang diakibatkan oleh berbagai faktor-faktor diluar kendali

    sumber daya manusianya. Usahatani bawang merah pada umumnya memiliki banyak

    risiko yang mengakibatkan kerugian pada petani. Sikap petani terhadap risiko

    usahatani dapat terbentuk oleh beberapa faktor, diantaranya: umur, Pengalaman

    Pribadi, Pengaruh Orang Lain yang dianggap penting, Media Massa, dan Lembaga

    Pendidikan. Perbedaan umur tiap petani dapat mempengaruhi sikap dan keputusan

    yang akan diambil dalam menghadapi risiko dalam berusahatani. Pengalaman pribadi

    dalam berusahatani mampu mempengaruhi sikap dan keputusan petani dalam

    menghadapi risiko usahatani. Pengalaman dalam berusahatani mampu mempengaruhi

    pembentukan sikap petani dalam menghadapi risiko ushaatani. Lama berusahatani

  • 36

    dihitung dalam lamanya petani dalam berusahatani dengan satuhan tahun. Semakin

    lama petani dalam berusahatani, maka pengalaman berbagai macam risiko yang telah

    mereka hadapi juga bermacam-macam sehingga akan lebih mudah dalam menyikapi

    risiko usahatani yang dihadapi nantinya. Pengaruh orang lain yang dianggap penting

    misalnya : penyuluh, aparat desa, petani lain, pemerintah, ketua gapoktan dan lain

    sebagainya yang dapat mempengaruhi sikap petani terhadap risiko usatani.

    Pengetahuan petani terhadap perkembangan zaman juga mampu mempengaruhi

    pembentukan sikap petani yang mana semakin luas wawasan atau pengetahuan

    seorang petani akan berbeda sikap dengan petani yang minim pengetahuan dan

    informasi seputar usahatani. Tingkat lembaga pendidikan formal yang ditempuh

    setiap petani juga mampu membedakan sikap antar petani. Pendidikan informal juga

    sangat berpengaruh dalam pembentukan sikap petani dalam berusahatani.

    Kerangka pemikiran dalam penelitin ini yakni dengan mengetahui sikap petani

    untuk menghadapi risiko usahatani. Sikap petani dalam menghadapi risiko usahatani

    akan menentukan apakah petani tetap melanjutkan berusahatani bawang merah

    meskipun telah mengalami kegagalan dan menghadapi banyak risiko dalam

    berusahatani atau petani akan memberhentikan usahatani bawang merah dan beralih

    komoditas atau beralih usaha lainnya.

  • 37

    Bagan 2.1 Kerangka Berfikir Peneliti

    Usahatani bawang merah

    Untung Rugi

    Sikap petani

    Tidak

    melanjutkan

    usahatani

    Melanjutkan

    usahatani

    umur, pengalaman pribadi,

    pengaruh orang lain yang

    dianggap penting, media

    massa, dan lembaga

    pendidikan baik formal

    maupun non formal

    Penyebab kerugian: :

    fluktuasi harga, penyusutan

    berat timbangan produk,

    cuaca tidak menentu, dan

    kesesuaian bibit

  • 38

    2.4 Hipotesis

    Berdasarkan faktor pembentuk sikap maka variabel penelitian diantaranya: umur,

    pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting, media massa, dan

    lembaga pendidikan baik formal maupun non formal pada penelitian ini dapat dibuat

    hipotesis yang berbunyi:

    H0= variabel bebas (x) diantaranya: umur, pengalaman pribadi, pengaruh orang lain

    yang dianggap penting, media massa, dan lembaga pendidikan baik formal

    maupun non formal dianggap tidak mempengaruhi sikap petani terhadap risiko

    usahatani untuk tetap melanjutkan usahatani

    H1= variabel bebas (x) diantaranya: umur, pengalaman pribadi, pengaruh orang lain

    yang dianggap penting, media massa, dan lembaga pendidikan baik formal

    maupun non formal dianggap mempengaruhi sikap petani terhadap risiko

    usahatani untuk tetap melanjutkan usahatani.