BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PENCEMARAN...
-
Upload
truongkhanh -
Category
Documents
-
view
223 -
download
2
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PENCEMARAN...
6
http://digilib.unimus.ac.id
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. PENCEMARAN UDARA
Pencemaran udara diartikan sebagai adanya bahan-bahan atau zat-zat asing
didalam udara yang menyebabkan perubahan susunan (komposisi) udara dari
keadaan normalnya. Kehadiran bahan atau zat asing dalam udara dengan jumlah
tertentu serta berada diudara dalam waktu yang cukup lama, akan dapat
mengganggu kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan. Bila keadaan tersebut
terjadi maka udara dikatakan sudah tercemar (Wardhana.W.A, 2001).
Sumber pencemaran udara yang utama berasal dari transportasi, dimana
hampir 60% dari polutan yang dihasilkan terdiri dari karbonmonoksida (CO) dan
sekitar 15% terdiri dari hidrokarbon (HC). sumber-sumber polusi lain misalnya
pembakaran, proses industri, pembuangan limbah dan lain-lain. Polutan yang
utama adalah karbonmonoksida yang mencapai hampir setengah dari seluruh
polutan udara yang ada (Fardiaz. S, 1999).
Udara yang berada dalam atmosfer merupakan campuran beberapa macam
gas yang perbandingannya tidak tetap, tergantung pada keadaan suhu udara,
tekanan udara dan lingkungan sekitar. Udara adalah juga atmosfir yang berada
disekeliling bumi yang fungsinya sangat penting bagi kehidupan di dunia ini.
Dalam udara terdapat oksigen (O2) untuk bernafas, karbon dioksida (CO2) untuk
proses fotosintesis oleh klorifil pada daun dan ozon (O3) untuk menahan sinar
ultra violet. Susunan (komposisi) udara bersih dan kering, kira-kira tersusun oleh :
Nitrogen (N2) = 78,09 %
Oksigen (O2) = 21,94 %
Argon (Ar) = 0,93%
Karbon dioksida = 0,032%
dan gas-gas lain dalam udara antara lain gas-gas mulia, nitrogen oksida, hydrogen,
methane, belerang dioksida, ammonia, dan lain-lain (Wardhana.W.A, 2001).
7
http://digilib.unimus.ac.id
Udara didaerah perkotaan yang mempunyai banyak kegiatan industri dan
teknologi serta lalu lintas yang padat. Udara didaerah kota tersebut relative sudah
tidak bersih lagi karena banyaknya kegiatan industri dan teknologi . Udara
didaerah industri sudah kotor terkena bermacam-macam pencemar. Dari
bermacam-macam komponen pencemar udara, maka yang paling banyak
berpengaruh dalam pencemaran udara adalah komponen-komponen berikut ini:
(Wardhana.W.A, 2001).
1. Karbon monoksida (CO)
2. Nitrogen oksida (NOx)
3. Belerang oksida (SOx)
4. Hidro karbon (HC)
5. Partikel (particulate), dan lain-lain
2.1.1. Penyebab Pencemaran Udara
Diera globalisasi seperti sekarang ini pembangunan berkembang semakin
pesat, khususnya dalam bidang industry dan teknologi, serta kemacetan akibat
meningkatnya jumlah kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar
minyak bumi menyebabkan udara yang kita hirup disekitar kita menjadi tercemar
oleh gas-gas buang hasil pembakaran.
Secara umum penyebab pencemaran udara ada 2 macam yaitu (Wardhana.W.A,
2001):
1. Karena factor internal (secara alamiah), contoh:
a. Debu yang berterbangan akibat tiupan angina
b. Abu yang dikeluarkan dari letusan gunung berapi berikut gas-gas vulkanik
c. Proses pembusukan sampah organic
2. Karena factor eksternal (karena ulah manusia), contoh :
a. Hasil pembakaran bahan bakar fosil
b. Debu / serbuk dari kegiatan industri.
c. Pemakaian zat-zat kimia yang disemprotkan ke udara
8
http://digilib.unimus.ac.id
2.1.2. Komponen Pencemar Udara
Pengaruh yang sangat berbahaya untuk kesehatan dari pencemaran udara
tentu sangat merugikan manusia. Pencemaran udara didaerah perkotaan yang
sebagian besar disebabkan oleh emisi gas buang dari kendaraan bermotor yang
menggunakan bahan bakar minyak bumi. Jelas hal ini sangat mengganggu
kesehataan masyarakat perkotaan karena banyaknya kendaraan yang berlalu-
lalang disetiap jalan. Pencemaran udara semakin parah dengan minimnya lahan
hijau diperkotaan sebagai tempat pensuplai kebutuhan oksigen.
Prosentase pencemar udara disumbang terbesar oleh karbonmonoksida.
Sumber pencemaran udara yang berasal dari transportasi adalah komponen-
komponen seperti dijelaskan pada table 2.1.
Table 2.1 prosentase pencemar udara (Wardhana.W.A, 2001)
Komponen pencemar Prosentase
CO 70,50%
Nox 8,89%
SOx 0,88%
HC 18,34%
Partikel 1,33%
Total 100%
Berdasarkan pada table diatas penyumbang terbesar pencemaran udara pada
kendaraan mobil adalah CO dengan prosentase 70,50% dan yang ke dua adalah
HC dengan 18,34%. Berarti komponen terbanyak yang kita hirup jika udara
tercemar adalah CO dan HC. Padahal seperti yang kita ketahui kedua komponen
ini sangat berbahaya bagi kesehatan manusia.
a. Karbon Monoksida (CO)
9
http://digilib.unimus.ac.id
Karbon monoksida (CO) adalah suatu komponen tidak berwarna, tidak
berbau dan tidak mempunyai rasa yang terdapat dalam bentuk gas pada suhu
diatas (-1920C). Komponen ini mempunyai berat sebesar 96,5% dari berat air dan
tidak larut didalam air. Karbon monoksida yang terdapat dialam terbentuk dari
salah satu proses sebagai berikut : (Fardiaz. S, 1999).
1. Pembakaran tidak lengkap terhadap karbon atau komponen yang mengandung
karbon.
2. Reaksi antara karbon dioksida dan komponen yang mengandung karbon pada
suhu tinggi.
3. Pada suhu tinggi karbon dioksida terurai menjadi karbon monoksida dan O
Sedangkan pengaruh CO terhadap kesehatan manusia yang menyebabkan
gangguan pada tubuh ditunjukan pada table 2.2.
Tabel 2.2 Pengaruh CO diudara pada kesehatan manusia (Wardhana.W.A,
2001).
Kosentrasi CO
diudara (ppm)
Kosentrasi CO Hb dalam
darah (%)
Gangguan pada
tubuh
3 0,98 Tidak ada
5 1,3 Belum begitu terasa
10 2,1 System syaraf sentral
20 3,7 Panca indra
40 6,9 Fungsi jantung
60 10,1 Sakit kepala
80 13,3 Sulit bernafas
100 16,5 Pingsan – kematian
b. Hidrokarbon (HC)
Hirdokarbon atau sering disingkat dengan HC adalah pencemar udara yang
dapat berupa gas, cair, maupun padatan. Hidrokarbon merupakan komponen
penyumbang pencemaran udara terbesar ke dua setelah karbonmonoksida.
10
http://digilib.unimus.ac.id
Dinamakan hidrokarbon karena penyusun utamanya adalah atom carbon dan atom
hidrogen yang dapat terikat (tersusun) secara ikatan lurus (ikatan rantai) atau
terikat secara ikatan cincin(ikatan tertutup). Jumlah atom karbon (atom C) dalam
senyawa hidrokarbon akan menentukan bentuknya, apakah akan berbentuk gas,
cairan atau padatan. Pada suhu kamar umumnya hidrokarbon suku rendah (jumlah
atom C sedikit) akan berbentuk gas. Hidrokarbon suku menengah (jumlah atom C
sedang) akan berbentuk cairan dan hidrkarbon suku tinggi (jumlah atom C
banyak) akan berbentuk padatan (Wardhana.W.A, 2001).
Toksisitas dua buah senyawa HC aromatic yaitu Benzena (C6H6) dan
senyawa Toluena (C7H8) terhadap tubuh manusia ditunjukan pada tabel 2.3.
Tabel 2.3. Toksisitas Benzena dan Toluena (Ebenezer.dkk, 2006)
Jenis Hidrokarbon Konsentrasi
(ppm)
Dampak kesehatan
Benzena (C6H6) 100 Iritasi terhadap mukosa
3.000 Lemas setelah (0,5 - 1 jam)
7.500 Pengaruh sangat berbahaya
setelah pemaparan 1 jam
20.000 Kematian (5 – 10 menit)
Toluene (C7H8) 200 Pusing, lemas, kunang-kunang
setelah 8 jam
600 Kehilangan koordinasi, bolamata
terbalik setelah pemaparan 8 jam
2.2 Proses Pembakaran Motor Bensin 4 Langkah
Campuran bahan bakar – udara didalam silinder motor bensin harus sesuai
dengan syarat busi,yaitu jangan terbakar sendiri. Ketika busi mengeluarkan api
listrik,yaitu pada saat beberapa derajat engkol sebelum torak mencapai TMA,
campuran bahan bakar – udara disekitar itulah yang mula-mula terbakar.
11
http://digilib.unimus.ac.id
Kemudian nyala api merambat ke segala arah dengan kecepatan yang sangat
tinggi (25-50 m/detik), menyalakan campuran yang dilaluinya sehingga tekanan
gas didalam silinder naik,sesuai dengan jumlah bahan bakar yang terbakar
(Arismunandar.W, 2005).
Sesuai dengan namanya motor bensin 4 langkah melakuan 4 kali proses
dalam 1 kali pembakaran. Proses prinsip kerja motor bensin 4 langkah
ditunjukkan pada gambar 2.1 dan untuk diagram P – V secara jelas pada gambar
2.2.
Gambar 2.1 Proses kerja mesin 4 langkah Otto (Nurcholis, L. 2011)
V V
12
http://digilib.unimus.ac.id
Gambar 2.2 Grafik P – V siklus Otto (Nurcholis, L. 2011)
Langkah Hisap (0 - 1)
a. Langkah hisap merupkan proses isentropic kompressi yaitu proses tekanan
konstan. Selama proses ini berjalan tidak terjadi perubahan tekanan.
b. Katup masuk terbuka dan katup buang tertutup.
c. Torak bekerja dari TMA (titik mati atas) menuju TMB (titik mati bawah)
sehingga volume ruang bakar bertambah.
Langkah Kompressi
a. Merupakan proses adiabatic dimana tidak ada kalor yang masuk dan kalor yang
keluar.
b. Torak bekerja dari TMB menuju ke TMA sehingga volume ruang bakar
berkurang.
c. Katup masuk dan katup buang tertutup.
Langkah Ekspansi
a. Katup masuk dan katup buang masih tertutup.
13
http://digilib.unimus.ac.id
b. Torak bekerja dari TMA menuju ke TMB karena adanya gaya dorong dari hasil
pembakaran sehingga disebut juga langkah kerja.
c. Gas sisa pembakaran diekspansi sehingga volume ruang bakar bertambah.
d. Merupakan proses Adiabatis.
Langkah Buang
a. Katup masuk tertutup dan katup buang terbuka.
b. Torak bekerja dari TMB menuju ke TMA sehingga gas sisa pembakaran akan
terdorong keluar melalui katup buang.
c. Merupakan proses tekanan konstan.
Pembakaran sempurna terjadi karena ada tiga komponen yang bereaksi , yaitu
bahan bakar, oksigen dan panas, jika salah satu komponen tersebut tidak ada maka
tidak akan terjadi reaksi pembakaran. Reaksi pembakaran sempurna, dimana
diamsumsikan semua bensin terbakar dengan sempurna perbandingan udara
dengan bahan bakar 14,7 : 1.
Persamaan reaksi pembakaran sempurna adalah sebagai berikut:
2 C8H18 + 25 O2 18 H2O + 16 CO2 (2.1)
Skema pembakaran ditunjukan pada gambar 2.3 dimana energi + gas buang
berasal dari pembakaran yang membutuhkan bahan bakar, oksigen dan panas.
Gambar 2.3 Skema Pembakaran Sempurna pada Mesin Bensin (Syaharani, 2006)
Bahan Bakar + Oksigen + Panas
Pembakaran
Energi + Gas buang
14
http://digilib.unimus.ac.id
C8H18 atau oktane adalah rumus kimia bahan bakar yang digunakan yaitu
premium. Kemudian oksigen (O2) dari udara. Setelah pembakaran berlangsung
maka terbentuklah gas yang terbuang keudara yaitu karbondioksida (CO2) dan dan
air (H2O) (Syahrani, A. 2006).
2.3 Nilai AFR dan Lambda
Perbandingan bahan bakar dengan udara sangat mempengaruhi kadar emisi
gas buang yang dihasilkan, untuk mengetahui kadar emisi gas buang, alat uji
emisi dilengkapi dengan pengukuran nilai (lambda) atau AFR ( air fuel ratio).
Yang dapat mengindikasikan campuran tersebut basah atau kering ( Swisscontact,
2003). Lambda adalah suatu perbandingan antara kebutuhan teoritis udara dan
kondisi nyata dari suatu campuran bahan bakar dengan udara ( Warju, 2006).
Untuk membakar 1 gram bensin dengan sempurna diperlukan 14,7 gram
oksigen. Dengan kata lain, perbandingan campuran ideal = 14,7 : 1. Jumlah
perbandingan tersebut sama dengan teori Stoichiometri. Perbandingan campuran
sering disebut dengan istilah AFR atau perbandingan udara dan bahan bakar.
Untuk membandingkan teori dengan kondisi nyata, dirumuskan suatu perhitungan
yang disebut dengan istilah lambda ( ), secara sederhana dapat dirumuskan pada
persamaan 2.2.
=
(2.2)
Jika jumlah udara sesungguhnya adalah 14,7 maka:
= 14,7 / 14,7:1
= 14,7 / 14,7
= 1
Artinya :
= 1 ( mengindikasikan campuran ideal)
15
http://digilib.unimus.ac.id
> 1 ( mengindikasikan campuran kurus atau kering, dimana udara pembakaran
berlebih)
< 1 ( mengindikasikan campuran kaya atau basah, dimana bahan bakar
berlebih). Persamaan AFR dan lambda ) ditunjukan pada table 2.3.
Tabel 2.4 Persamaan AFR dan Lambda ) (Syahrani, A. 2006)
AFR Lambda AFR Lambda
5 0,340 15 1,020
6 0,408 15,5 1,054
7 0,476 16 1,088
8 0,544 16,5 1,122
9 0,612 17 1,156
10 0,680 17,5 1,190
11 0,748 18 1,224
12 0,816 18,5 1,259
13 0,884 19 1,293
14 0,952 19,5 1,327
14,7 1,000 20 1,361
Gambar 2.4 memperlihatkan daerah operasi katalitik reduksi dan katalitik
oksidasi. Daerah yang gelap merupakan daerah operasi sekitar = 1 ± 1%.
Gambar 2.4 Daerah operasi three way Catalytic Converter
16
http://digilib.unimus.ac.id
Gambar 2.4 diatas menunjukan adanya reduksi katalis dan oxidase katalis.
Sistem pengendalian yang menjaga komposisi campuran udara - bahan bakar yang
masuk ke ruang bakar tetap pada daerah lambda yang diinginkan ( = 1 ± 1%).
Sebagai pendeteksi gas buang digunakan sensor lamnda. Sensor ini akan
mendeteksi apakah campuran lebih kaya atau lebih miskin dari = 1
(Ellyanie.2011).
2.4 Sumber Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor
Polutan yang keluar dari hasil pembakaran pada motor pembakaran dalam
disebut emisi gas buang. Pembakaran yang mendekati sempurna lebih sedikit
mengandung gas CO2 dan H2O. Ada empat sumber polusi yang berasal dari
kendaraan bermotor yaitu (Warju, 2009).
a. Pipa gas buang knalpot adalah sumber yang paling utama sekitar (65-85%)
dan mengeluarkan Hidrokarbon (HC) yang terbakar maupun tidak terbakar,
bermacam-macam nitrogen oksida (NOx), Karbonmonoksida (CO) dan
campuran alcohol, aldehida, keton, penol, asam, ester, ether, epoksida,
peroksida dan oksigen lainya.
b. Bak oli adalah sumber kedua sekitar 20% dan mengeluarkan hidrokarbon yang
terbakar maupun yang tidak yang dikerenakan blowby.
c. Tangki bahan bakar adalah factor yang disebabkan oleh cuaca panas dengan
kerugian penguapan hidrokarbon mentah (5%).
d. Karburator adalah factor lainya terutama saat kendaraan pada posisi stop and
go (kondisi macet) dengan cuaca panas, dengan kerugian penguapan dan bahan
bakar mentah (5-10%)
Besarnya gas buang bermotor tanpa kontrol emisi ditunjukan pada table 2.5.
Saluran gas buang merupakan sumber CO, HC dan NOx terbesar, kemudian
disusul oleh ruang engkol.
Tabel 2.5 Kontribusi gas buang bermotor tanpa control emisi
(Arismunandar , W. 2005)
17
http://digilib.unimus.ac.id
Sumber polutan CO (%) NOx (%) HC (%)
Ruang engkol 1 – 2 1 - 2 25
System bahan bakar 0 0 10
Gas buang 98 – 99 98 - 99 65
Pada motor bensin konvensional dengan perbandingan bahan bakar udara
yang kaya, kadar NOx dalam gas buang turun akan tetapi kadar CO dan HC naik.
Jika digunakan perandingan bahan bakar udara yang miskin, Kadar CO dan HC
turun, tetapi kadar NOx naik. Sedangkan jika digunakan perbandingan yang
sangat miskin, kadar CO dan NOx turun, tetapi kadar HC bertambah besar. Hal
tersebut terjadi karena kesulitan penyalaan, kecepatan pembakaran yang rendah
srta pemmbakaran yang tidak stabil (Arismunandar,W. 2005).
Standar emisi gas buang kendaraan bermotor yang telah ditetapkan oleh
pemerintah berdasarkan keputusan mentri lingkungan hidup tentang ambang batas
emisi gas buang kendaraan bermotor, nampak pada table 2.6.
Table 2.6 KepMen LH No. 05 Tahun 2006 Tentang Ambang Batas Emisi
Gas Buang
18
http://digilib.unimus.ac.id
Adapun kandungan gas buang yang dapat mengangu kesehatan adalah:
1. Karbonmonoksida (CO)
Karbonmonoksida yang bersumber dari saluran gas buang merupakan
komponen polutan terbesar. Perbandingan bahan bakar dan udara menentukan
banyaknya CO yang dihasilkan dari gas buang kendaraan kendaraan bermotor.
Untuk mengurangi kadar CO maka perbandingan udara dan bahan bakar harus
sebasar 14,7 : 1. Besarnya perbandingan ini pada waktu motor berjalan jarang
dipertahankan, karena kualitas campuran selalu berubah-ubah dengan frekuansi
putar dan pembebanan motor. Pada table dibawah ni akan dijelaskan bahwa
presentase karbonmonoksida pada motor diesel bila dibandingkan dengan motor
otto praktis diabaikan. Hal ini disebabkan karena motor diesel selalu bekerja
dengan udara lebih yang dapat mengakibatkan pembakaran sempurna dari bahan
bakarnya (Arends,B. 1980).
Berdasarkan tabel 2.7 bahwa kadar CO pada motor bensin lebih tinggi dari
pada motor diesel pada setiap kecepatan putaran mesin. Hal ini disebabkan karena
perbandingan campuran kurang ideal. Disebabkan pula oleh frekuensi putaran
rendah, derajat isian tidak sempurna dan tekanan kompresi yang rendah sehingga
mengakibatkan pembakaran tidak sempurna.
19
http://digilib.unimus.ac.id
Table 2.7 Prosentase perbandingan CO motor Otto dan motor Diesel (Sampe
bane.M, 2011)
Pengujian tersebut dilakukan dengan pada suhu, volume pembakaran yang
sama. Perbedaan nilai CO tersebut disebabkan oleh pemakaian udara lebih selama
pembakaran. Jika semakin miskin campuran maka akan meningkatnya presentase
zat asam. Apabila karbon didalam bahan bakar terbakar habis dengan sempurna,
maka terjadi reaksi seperti pada persamaan 2.3 (Warju, 2009).
C + O2 CO2 (2.3)
Namun jika unsur oksigen (udara) tidak cukup, maka terjadi proses
pembakaran yang tidak sempurna yang menghasilkan CO seperti pada reaksi 2.4.
C + ½ O2 CO (2.4)
Jumlah gas CO yang dikeluarkan oleh mesin kendaraan dipengaruhi oleh
perbandingan antara udara dan bahan bakar yang dihisap oleh mesin kedalam
ruang bakar. Pada saat campuran kaya (kekurangan udara) emisi gas buang CO
cenderung naik. Penyebabnya dikarenakan atom karbonmonoksida (CO) yang
berasal dari bahan bakar kekurangan oksigen (O2) yang berasal dari udara luar
untuk berikatan melalui reaksi kimia didalam ruang bakar dan berubah menjadi
karbondioksida (CO2). Sedangkan pada kondisi campuran miskin (kelebihan
udara) konsentrasi CO berbanding lurus dengan campuran bahan bakar dan udara
yang dihisap sehingga konsentrasi CO akan turun, karena oksigen yang bersal dari
20
http://digilib.unimus.ac.id
udara cukup untuk memenuhi reaksi dengan karbon membentuk CO2 tetapi mesin
akan cepat panas karena kekurangan bahan bakar (Warju, 2009).
2. Hidrokarbon (HC)
Hidrokarbon terbentuk karena bahan bakar yang belum terbakar tetapi sudah
keluar bersama-sama gas buang ke atmosfir, karena bahan bakar yang dipakai
pada motor bensin tersebut dari hidrokarbon. Selain itu disebabkan oleh
pemakaran yang kurang sempurna, karena kekurangan oksigen ( campuran kaya
atau basah) sehingga ada sebagian bahan bakar yang belum terbakar dan keluar
dalam bentuk didrokarbon atau juga terjadi karena penguapan dari tangki bahan
bakar dan bak oli.
Campuran kurus menyebabkan konsentrasi HC menjadi naik, hal ini
disebabkan kurangnya pasokan bahan bakar sehingga menyebabkan rambatan
bunga api menjadi lambat dan bahan bakar akan segera keluar sebelum terbakar
dengan sempurna dan juga pada kondisi campuran kaya.
Selain itu emisi gas buang hidrokarbon timbul disebabkan oleh:
1. Dinding ruang bakar yang bertemperatur rendah sehingga mengakibatkan HC
disekitar dinding tidak terbakar dan keluar bersama gas buang.
2. Pembakaran yang tidak merata (ever misfire).
Adanya overlap intake valve (kedua katup bersama-sama membuka) sehingga
HC berfungsi sebagai gas pembilas/pembersih (Swisscontact, 2003). Terdapat zat
hidrokarbon dalam gas buang yang belum terbakar. Banyaknya tergantung dari
keadaan waktu berjalan seperti yang ditunjukan pada table 2.8. Situasi saat motor
direm akan mencapai presentase tinggi sekali, penyebabnya adalah kehampaan
dikatup gas lebih tinggi dari berputar stasioner.
21
http://digilib.unimus.ac.id
Tabel 2.8 HC dalam situasi pembakaran (Arends, B. 1980)
Situasi pembakaran Prosentase HC yang belum terbakar
Stasioner 17 %
Akselerasi 7 %
Kecepatan normal 13 %
Mengerem mendadak 63 %
2.5 Teknologi Pengontrol Emisi
Emsi gas buang dapat dikontrol dan dilakukan untuk mereduksi gas buang
berbahaya pada kendaraan bermotor. Teknologi pengontrol emisi sudah banyak
dikembangkan dinegara - negara maju. Metode yang digunakan ada beberapa
macam, antara lain dengan jalan pemilihan bahan bakar dan perawatan mesin.
Ada beberapa teknologi pengontrol emisi gas buang kendaraan guna mengurangi
emisi gas buang antara lain (Irawan.B, Subri.M. 2005):
1. Modifikasi mesin
2. Modifikasi pada saluran gas buang
3. Modifikasi penggunaan bahan bakar atau system bahan bakarnya.
Tugas akhir ini menggunakan metode yang kedua yaitu modifikasi pada
saluran gas buang kendaraan bermotor yaitu dengan menggunakan Cataltic
Converter dengan katalis jenis metallic honeycomb yang terbuat dari bahan Cu
dan Cu*Cr.
2.6 Gambaran Umum Catalytic Converter
2.6.1 Katalis
Katalis terdapat pada bagian dalam casing dari Cataytic Converter. Katalis
merupakan suatu zat yang mempengaruhi kecepatan reaksi tetapi tidak
dikonsumsi dalam reaksi dan tidak mempengaruhi kesetimbangan kimia pada
22
http://digilib.unimus.ac.id
akhir reaksi. Akhir-akhir ini katalis juga digunakan untuk menangani masalah
polusi udara termasuk untuk mengurangi emisi gas hidrokarbon pada kendaraan
bermotor bensin (Irawan.B. Subri.M, 2005).
Katalis adalah bahan yang mempercepat terjadinya reaksi kimia yang tidak
mempengaruhi keadaan akhir keseteimbangan reaksi dan komposisi kimia katali
tersebut tidak berubah. Bisa juga dikatakan katalis adalah suatu zat yang
meningkatkan lajureaksi kimia tanpa ikut terpakai. Fungi utama dari katalis adalah
untukt menangani masalah emisi gas buang. Dalam Catalytic Converter, katalis
yang digunakan berupa Tembaga (Cu) dan Tembaga lapis Crome (Cu*Cr).
2.6.2. Catalytic Converter
Catalytic converter merupakan alat yang digunakan sebagai kontrol emisi
gas buang yang diletakkan setelah exhaust manifold pada system pembuangan
kendaraaan bermotor (William L. Husselbee, 1985). Catalytic Converter
merupakan alat yang berfungsi untuk mengubah polutan yang membahayakan
pada gas buang menjadi gas yang tidak membahayakan. Alat ini dipasang pada
sistem pembuangan, sehingga semua gas buang yang berbahaya dapat berkurang
setelah mengalir melaluinya . Gas buang yang keluar dari Catalytic Converter
kandungan HC, CO, dan NOxnya lebih rendah dibandingkan yang masuk. Bahan
aktif yang digunakan untuk oksidasi CO dan HC atau pengurangan NO (biasanya
berupa logam mulia) harus dirancang agar emisi yang didistribusikan dapat
melalui luas area permukaan katalis, sehingga karakteristik transfer massa antara
fasa gas dan permukaan katalis aktif yang cukup untuk menghindari hampir 100%
terkonversi menjadi gas buang yang tidak membahayakan dengan aktivitas
katalitik yang tinggi.
Catalytic Converter ini terdiri dari dua bagian utama, yaitu casing dan
katalis. Katalis merupakan logam yang aktif yang akan menyebabkan terjadinya
reaksi kimia jika suhu kerjanya sudah mencukupi. Bahan yang sering dipakai
sebagai inti logam aktif adalah platina (Pt), rhodium (Rh), palladium (Pd), dan
keramik monolith. Logam Pt dan Pd sangat efektif untuk mereduksi CO dan HC,
23
http://digilib.unimus.ac.id
Sedangkan logam Rh mampu “menjinakan” NO. Paduan Rhodium (Rh) dan
platina (Pt) akan membentuk Catalytic Converter yang disebut Three Way
Catalyts (TWC) yang sangat efektif mereduksi sekaligus mengoksidasi CO, NOx
maupun HC (Ellyanie, 2011).
Dari beberapa penelitian terdapat beberapa logam yang diketahui efektik
sebagai katalis oksidasi dan reduksi dari yang besar sampai yang kecil adalah Pt,
Pd, Ru, Mn, Cu, Ni, Fe, Cr, Zn dan oksidasi dari logam-logam tersebut (Dowden,
1970).
2.7 Prinsip Kerja Catalytic Converter
a. Tahap awal dari proses yang dilakukan pada Catalytic Converter adalah
reduction katalis.
Katalis yang digunakan pada tahap ini menggunakan platinum dan rhodium
untuk membantu mengurangi emisi NOx. Ketika molekul NO atau NO2
bersinggungan denagn katalis, sirip katalis mengeluarkan atom nitrogen dari
molekul dan menahannya. Sementara oksigen yang ada diubah kebentuk O2.
Atom nitrogen yang diterperangkap dalam catalyst tersebut bereaksi dengan atom
nitrogen lainnya sehingga terbentuk format N2. Rumus kimianya dapat dilihat
pada persamaan 2.5 (Ellyanie, 2011).
2NO N2 + O2 atau 2NO2 N2 + 2O2 (2.5)
b. Tahap kedua dari proses didalam Catalytic Converter adalah oxidization
catalyst.
Ruang bakar yang masih dingin menyebabkan hidrokarbon meningkat. Proses
ini mengurangi hidrokarbon yang tidak terbakar di ruang bakar dan CO dengan
membakarnya (oxidizing) melalui katalis platinum dan palladium. Katalis ini
membantu reaksi CO dan HC dengan oksigen yang ada didalam gas buang.
Reaksinya dapat dilihat pada persamaan 2.6.
2CO + O2 2 CO2 (2.6)
c. Tahap ketiga adalah pengendalian system yang memonitor arus gas buang.
24
http://digilib.unimus.ac.id
System akan memonitoring informasi yang diperoleh sebagi kendali system
injeksi bahan bakar. Ada sensor oksigen yang diletakkan sebelum Catalytic
Converter dan cenderung lebih dekat kemesin dari pada converter itu sendiri.
Sensor ini memberi informasi ke Electronic Control System (ESC). ESC akan
memproses informasi tersebut kemudian hasil outputnya adalah pengurangan atau
penambahan jumlah oksigen sesuai rasio udara-bahan bakar. Skema pengendalian
membuat ESC memastikan kondisi mesin mendekati rasio stoikometri dan
memastikan ketersediaan oksigen dalam saluran buang untuk proses oxidization
HC dan CO yang belum terbakar (Ellyanie, 2011).
Tahap ke 3 tidak berlaku pada penelitian tugas akhir ini. Hal ini disebabkan
egine pengujian masih menggunakan system pembakaran konvensional
(karburator) sehingga tidak dilengkapi Electronic Control System (ECS).
2.8. Tipe Catalytic Converter
Catalytic Converter mempunyai berbagai macam bentuk, namun secara garis
besar dapat digolongkan menjadi 3 golongan yaitu Catalytic Converter Oksidasi,
Two-way Catalytic Converter, Three-way Catalytic Converter.
2.8.1 Catalytic Converter Oksidasi
Katalis oksidasi berfungsi untuk mengubah CO dan HC menjadi CO2 dan
air dalam gas buang. Katalis jenis ini beroperasi pada kendaraan udara berlebih.
Udara berlebih yang digunakan untuk proses oksidasi dapat melalui pengaturan
campuran miskin ( > 1) (Irawan.B, 2012). Catalytic Converter oksidasi
ditunjukan pada gambar 2.5.
25
http://digilib.unimus.ac.id
Gambar 2.5 Catalytic Converter Oksidasi (Irawan.B, 2012)
2.8.2. Two- way Catalytic Converter
Sistem Two-way Catalitic Converter ini terdiri dari dua sistem katalis
dimana gas buang akan melalui katalik reduksi dan kemudian katalik oksidasi.
Sistem pertama merupakan katalik reduksi yang akan berperan dalam menurunkan
emisi NOX. Sedangkan sistem kedua merupakan sistem oksidasi yang berperan
menurunkan emisi HC dan CO. Two-way Catalitic Converter biasanya dipasang
pada mesin dengan campuran kaya (basa) (Irawan.B, 2012). Adapun Two -
way Catalytic Converter ditunjukan pada gambar 2.6.
Gambar 2.6 Two way Catalytic Converter (Irawan.B, 2012)
2.8.3. Three way Catalytic Conventer
26
http://digilib.unimus.ac.id
Gambar 2.7 Three Way Catalytic Converter (Irawan.B, 2012)
Three Way Catalytic Converter digunakan untuk mereduksi gas-gas polutan
seperti CO, HC, dan NOx yang keluar dari sistem gas buang dengan cara
mengubah melalui reaksi kimia sehingga menjadi CO2, uap air (H2O) dan
Nitrogen (N). Sistem ini tergolong canggih karena sudah menggunakan control
lambda sensor yang dapat mengatur nilai sehingga dapat berfungsi secara
optimal (Irawan.B, 2012). Three Way Catalytic Converter ditunjukan pada
gambar 2.7.
2.9 Mekanisme Reaksi Catalytic Converter
Reaksi antara karbonmonoksida dengan katalis oksida dan reduksi pada
logam transisi dapat berlangsung dengan menggunakan oksigen sebagai oksidator.
Reaksi tersebut dapat berlangsung pada permukaan katalis oksida logam tersebut.
Reaksi pada permukaan katalis dapat diuraikan menurut:
2.9.1 Mekanisme Mars-Van Krevelen
Adsorpsi merupakan proses berlangsungnya reaksi oksidasi karbonmonoksida
pada katalis, diikuti terjadinya reaksi CO dengan atom O2 dari katalis kemudian
desorpsi CO2 sebagai hasil reaksi. Reaksi ini terjadi pada permukaan bagian
dalam (Aryanto A, Razif, M. 2000).
2.9.2. Mekanisme Langmuir- Hinshelwood
27
http://digilib.unimus.ac.id
Gas karbonmonoksida (CO) yang berasal dari ruang bakar dapat mengalami
kondensasi diatas permukaan katalis dan atom oksigen berada disampingnya,
selanjutnya keduanya berinteraksi. Reaksi terjadi antara molekul oksigen dengan
molekul karbonmonoksida yang keduanya teradsorpsi dipermukaan katalis
(Aryanto A ,Razif,M. 2000). Secara jelas mekanismenya dapat ditunjukan pada
gambar 2.8.
Gambar 2.8 mekanisme reaksi oksidasi CO menurut Langmuir – Hinshelwood
2.9.3 Mekanisme Eley – Rideal
Oksigen akan teradorpsi pada permukaan katalis, sedangkan
karbonmonoksida dapat mengalami ikatan dengan oksigen selama proses
tumbukan. Hasil dari reaksi tersebut akan membentuk CO2. Mekanisme ini
ditunjukan pada gambar 2.9.
Gambar 2.9 Skema mekanisme reaksi oksidasi CO menurut Eley- Rideal
(Aryanto A , Razif,M.2000)
28
http://digilib.unimus.ac.id
2.10. Substract
Substart merupakan bahan dasar dari kontruksi Catalytic Converter yang
nantinya dilapisi dengan washcoat. Ada 3 jenis substarct yaitu :
a. Cramic Pellet (Bola-bola keramik)
b. Ceramic Honeycomb (monolith) atau sarang lebah keramik.
c. Metallic Honeycomb (monolith) atau saang lebah logam.
ketiga bentuk Catalytic Converter tersebut ditunjukan pada gambar 2.10 dan
potongan metallic honeycomb ditunjukan pada gambar 2.11.
a. Ceramic Pellet
b. Ceramic honeycomb
c. Metallic honeycomb
Gambar 2.10 Konstruksi Catalytic Convereter (Irawan, B. 2012)
29
http://digilib.unimus.ac.id
Gambar 2.11. Potongan metallic honeycomb (Irawan,B. 2012)
2.11. Bahan Katalis
a. Tembaga (Cu)
Tembaga (Cu) adalah salah satu dari sederetan logam yang mempunyai
termal ataupun electric conductivity terbaik. Logam ini merupakan salah satu
unsur logam transisi yang berwarna coklat kemerahan.Tembaga (Cu) adalah
termasuk logam mulia dengan logam yang cukup lama dikenal manusia dan
mempunyai sifat tahan karat non asam, mampu mengalirkan panas serta listrik
dengan baik (Suharto, 1995).
Karena Tembaga (Cu) mempunyai sifat mampu alir panas dan listrik yang
baik, maka banyak dipakai sebagai kondensor dan alat-alat pemanas. Tembaga
mempunyai titik lebur pada 10830C, titik didih 2567
0C, kapasitas panas 0,385 j/g
K serta mempunyai kemampuan St 37 (Sunardi, 2006).
b. Chrome (Cr)
Chrome atau kromium (Cr) merupakan logam berat dengan berat atom 51,996
g/mol . Berwarna abu-abu , tahan terhadap oksidasi meskipun pada suhu tinggi,
mengkilat, keras, memiliki titik cair 1.8570 0C dan titik didih 2.6720
0C, bersifat
paramagnetik ( sedikit tertarik oleh magnet), membentuk senyawa-senyawa
berwarna, memiliki beberapa bilangan oksidasi , yaitu +2, +3, +6 dan stabil pada
bilangan oksidasi +3. Bilangan oksidasi +4 dan +5 jarang ditemukan pada logam
ini. Senyawa kromium pada bilangan oksidasi +6 merupakan oksidan yang kuat.
Kromium bisa membentuk berbagai macam ion kompleks yang berfungsi sebagai
katalisator (Widowati,W. 2008).
30
http://digilib.unimus.ac.id
2.12 Pelapisan Tembaga (Cu) dengan Chrome (Cr)
Lapis listrik (electroplating) adalah suatu proses pengendapan zat (ion – ion
logam) pada elektroda (katoda) dengan cara elektrolisa. Terjadinya suatu endapan
pada proses ini adalah karena adanya ion-ion bermuatan listrik berpindah dari
suatu elektroda melalui elektrolit/ hasil dari elektrolisa tersebut akan
mengendapka pada elektroda lain (negative/katoda).
Proses electroplating mengubah sifat fisik, mekanik, dan sifat teknologi suatu
material. Salah satu contoh perubahan fisik ketika material dengan nikel adalah
bertambahnya daya tahan material tersebut terhadap korosi, serta bertambahnya
kapasitas konduktifitasnya. Adapun dalam sifat mekanik, terjadinya perubahan
kekuatan tarik maupun tekan dari suatu material sesudah mengalami pelapisan
dibanding sebelumnya.
Selama proses pengendapan/deposit berlangsung terjadi reaksi kimia pada
elektroda dan elektrolit baik reduksi menuju arah tertentu secara tatap, oleh karena
itu dibutuhkan arus listrik searah dan tegangan secara constant (Hadromi, 2000).
Prinsip teori dari lapis listrik adalah berpedoman atau berdasarkan pada hokum
faraday yang mengatakan bahwa “jumlah unsur-unsur yang terbentuk dan
terbebas pada elektroda selama elektrolisa sebanding dengan jumlah arus listrik
yang mengalir dalam larutan elektrolit.
Jumlah zat-zat (unsur-unsur) yang dihasilkan oleh arus listrik besarnya sama
selama elektrolisa adalah sebanding dengan berat ekivalen masing-masing zat
tersebut. pernyataan tersebut diatas dapat ditulis dengan rumus/ ketentuan sebagai
berikut (Hadromi, 2000).
(2.7)
Dimana :
B = Berat zat yang terbentuk (gram)
I = Jumlah arus yang mengalir (Ampere)
31
http://digilib.unimus.ac.id
t = Waktu (detik)
e = Berat ekivalen zat yang dibebaskan ( berat atoh suatu unsur dibagi
umur tersebut)
F = Jumlah arus yang diperlukan untuk membebaskan sejumlah gram
ekivalen suatu zat
Adapun prinsip dasar electroplating adalah sebagai berikut:
1. Anoda adalah terminal positif, dihubungkan dengan kutub positif dari sumber
arus listrik. Anoda dalam larutan elektrolit ada yang larut da nada yang tidak.
Anoda yang tidak larut berfungsi sebagai penghantar arus listrik, sedangkan
anoda yang larut berfungsi selain sebagai penghantar arus listrik juga sebagai
bahan baku pelapis.
2. Katoda dapat diartikan sebagai benda kerja yang akan dilapisi, dihubungkan
dengan kutub negative dari sumber arus listrik.
3. Elektrolit berupa larutan yang molekulnya dapat larut dalam air dan terurai
menjadi partikel - partikel yang bermuatan positif atau negative.
Adapun skema proses electroplating ditunjukan pada gambar 2.12.
Gambar 2.12 Proses electroplating tembaga dengan Crome
(retrieved, 14 agustus 2009)
32
http://digilib.unimus.ac.id
2.13 Nozel dan Difuzer
Nozel merupakan alat yang berfungsi untuk merubah tekanan menjadi
kecepatan aliran suatu fluida. Nosel mempunyai bentuk penyempitan luas
penampang sehingga tekanan akan mengecil dan kecepatan aliran meningkat
(White Frank,M .1997). Bentuk kerucut dan mempunyai dua buah diameter yang
besarnya berbeda. Diameter awal D1 lebih besar dari D2 sehingga aliran fluida
yang melewatinya akan saling berhimpitan yang menyebabkan kecepatan
alirannya bertambah sehingga gradient menguntungkan. Untuk lebih jelasnya
nozel ditunjukan pada gambar 2.13.
Gambar 2.13 Aliran Udara pada Nozel dan Difuser
(White Frank,M .1997).
Gambar 2.13 terjadi aliran balik pada difuzer. Aliran balik tersebut
diharapkan mampu membuat emisi gas buang menjadi lebih turbulen pada
Catalytic Converter sehingga proses reaksi kimia lebih maksimal. Difuzer
merupakan kebalikan dari nozel. Difuzer memiliki bentuk diameter awal D1 lebih
kecil dari pada D2 sehingga terjadi penurunan kecepatan dan penambahan
tekanan. Tekanan dan luas membesar kecepatan menurun gradient merugikan
(White Frank,M .1997).
2.14. Orifice Plate Flowmeter
2.14.1. Pengertian Orifice
33
http://digilib.unimus.ac.id
Pengukuran aliran adalah untuk mengukur kapasitas aliran massa, laju
aliran, volume aliran. Pemilihan alat ukur aliran tergantung pada ketelitian,
kemampuan pengukuran, harga, kemudahan pembacaan, kesederhanaan dan
keawetan alat ukur tersebut. Dalam pengukuran fluida termasuk penentuan
tekanan, kecepatan, debit, gradient keceatan, turbulensi dan viskositas.
Oriffice adalah salah satu alat ukur aliran fluida yang menghasilkan
perbedaan tekanan udara untuk menentukan laju aliran massa aliran. Concentric
Orifice merupakan jenis orifice yang paling banyak digunakan. Profil lubang
orifice ini mempunyai takik (bevel) dengan kemiringan 450 pada tepi bagian
downstream dapat dilihat pada gambar 2.14. Hal ini akan mengurangi jarak
tempuh dari aliran tersebut mengalami perbedaan tekanan melintang. Setelah
aliran melewati orifice akan terjadi peneurunan tekanan dan keudian mencoba
kembali ke tekanan semula tetapi terjadi sedikit tekanan yang hilang permanen
(permanent pressure loss) sehingga perbedaan tekanan upstream dan downstream
tidak terlalu besar.
Pebandingan diameter orifice dan diameter dalam pipa delambangkan
dengan “ ”. Orifice jenis ini memiliki ketentuan untuk nilai = d/ D yaitu antara
0.2 – 0.7 karena akurasinya akan berkurang untuk nilai diluar batas tersebut
(Retrieved 8 April, 2013).
34
http://digilib.unimus.ac.id
Gambar 2.14 Concentric Oriffice
Gambar 2.15 Profil lubang plat tipis/ plat orifice
(Victor L Streeter,E, B, W. 1995)
Gambar 2.15 menunjukan bahwa piranti dasar dari orifice yang
pemakaiannya disarankan oleh organisasi internasional untuk standarisasi (ISO).
35
http://digilib.unimus.ac.id
2.14.2. Prinsip dan Persamaan Dasar
Pada dasarnya orifice berupa plat tipis dengan lubang dibagian tertentu
(umumnya ditengah). Fluida yang mengalir melalui pipa ketika sampai pada
orifice akan dipaksa untuk melewati lubang pada orifice. Hal itu menyebabkan
terjadinya perubahan kecepatan dan tekanan. Titik dimana terjadi kecepatan
maksimum dan tekanan minimum disebut vena contracta. Setelah melewati vena
contracta kecepatan dan tekanan akan mengalami perubahan lagi. Dengan
mengetahui perbedaan tekanan pada pipa normal dan tekanan pada vena
contracta, laju aliran volume dan laju aliran massa dapat diperoleh dengan
persamaan Bernoulli dan persamaam kontinuitas. Perubahan kecepatan dan
tekanan melalui meteran pengahalang dapat dilihat pada gambar 2.16.
Gambar 2.16 Perubahan kecepatan dan tekanan melalui meteran penghalang
Bernoulli (White,Frank,M. 2001)
Beda tekanan pada manometer pipa (P1 - P2)
(P1 - P2) = hg . g . (2.8)
Dimana :
P1 = tekanan 1 pipa manometer (kg/m.s2)
P2 = tekanan 2 pipa manometer (kg/m.s2)
hg = massa jenis air raksa (kg/m3)
36
http://digilib.unimus.ac.id
g = grafitasi bumi ( m/s2)
= perbedaan tinggi air raksa ( m )
Persamaan Bernoulli:
gz1 =
gz2 (2.9)
P1- P2 =
*
+ (2.10)
Subtitusi persamaan:
P1- P2 =
*
+
Sehingga V2 teoritis:
V2 = √
(2.11)
Dimana :
V2 = kecepatan aliran (m/s)
= perbandingan diameter orifice dan diameter dalam pipa
= perbedaan tekanan 1 dan 2 ( kg/m.s2)
= massa jenis ( kg/m3)
Persamaan Kontinuitas:
0 =
+
.
0 = { | |} + {| |}
37
http://digilib.unimus.ac.id
(
)
= (
)
= (
)
(2.12)
Dimana:
=
= (2.13)
= (
)
Re =
=
(2.14)
Dimana :
= massa jenis udara ( kg/m3)
= kecepatan aliran udara (m/s)
= diameter dalam pipa (m)
= laju aliran massa udara ( kg/m.s)
Persamaan diatas kurang akurat karena diabaikan beberapa factor seperti
gaya gesek, oleh karena itu untuk mengurangi ketidak sesuainan tersebut ditamah
satu koefisien baru yaitu :
Cd (discharge coefficient), dan D2/ D1 = sehingga (A2 /A1)2 = (D2/ D1)
4 = 4
Untuk nilai Cd ASME merekomendasikan persamaan yang dikembangkan oleh
ISO adalah sebagai berikut:
(2.15)
Berbagai tipe taping pada Orifice Flow Meter dapat dilihat pada gambar 2.16.
38
http://digilib.unimus.ac.id
Gambar 2.17 Berbagai tipe taping pada Orifice Flowmeter
(White,Frank.M.2001)
Nilai F1 dan F2 berdasarkan posisi tap seperti pada gambar 2.14 adalah:
Corner taps : F1 = 0 F2 = 0
D: ½ D taps : F1 = 0,4333 F2 = 0,47
Flange taps : F1 = 1/D (in) F2 = 1/D (in) (2.16)
Sehingga teoritis adalah :
teoritis = V2 A2 = √
[ (
) ]
=
√ √
=
√ √ (2.17)
Dimana = laju aliran massa (kg/s)
39
http://digilib.unimus.ac.id