BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lembaga Keuangan Menurut ...

46
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lembaga Keuangan Menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 tentang pokok-pokok perbankan, yang dimaksud Lembaga Keuangan adalah semua badan yang melalui kegiatan-kegiatan di bidang keuangan menarik uang dari dan menyalurkan uang tersebut kembali ke masyarakat. Secara garis besar lembaga keuangan dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu: a. Lembaga Keuangan Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak (Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Perubahan Undang-Undang Nomor 7 Tahunn 1992 tentang perbankan) b. Lembaga Keuangan Non Bank. Sebagaimana bank, Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKNB) ini juga berfungsi sebagai pengumpul dan penyalur dana dari dan ke masyarakat, yang bertujuan untuk menunjang pengembangan pasar uang dan modal serta membantu permodalan perusahaan-perusahaan. Akan tetapi, lembaga keuangan non bank tidak dapat secara langsung menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk giro, tabungan dan deposito berjangka. Lembaga keuangan non bank hanya memfokuskan pada salah satu kegiatan keuangan saja. Misalnya perusahaan leasing menyalurkan dana dalam menyalurkan dana dalam bentuk pinjaman jangka pendek dengan jaminan barang

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lembaga Keuangan Menurut ...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lembaga Keuangan Menurut ...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lembaga Keuangan Menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 tentang

pokok-pokok perbankan, yang dimaksud Lembaga Keuangan adalah semua badan

yang melalui kegiatan-kegiatan di bidang keuangan menarik uang dari dan

menyalurkan uang tersebut kembali ke masyarakat. Secara garis besar lembaga

keuangan dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:

a. Lembaga Keuangan Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari

masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada

masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam

rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak (Undang-Undang Nomor

10 Tahun 1998 Perubahan Undang-Undang Nomor 7 Tahunn 1992 tentang

perbankan)

b. Lembaga Keuangan Non Bank. Sebagaimana bank, Lembaga Keuangan

Bukan Bank (LKNB) ini juga berfungsi sebagai pengumpul dan penyalur

dana dari dan ke masyarakat, yang bertujuan untuk menunjang

pengembangan pasar uang dan modal serta membantu permodalan

perusahaan-perusahaan.

Akan tetapi, lembaga keuangan non bank tidak dapat secara langsung

menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk giro, tabungan dan deposito

berjangka. Lembaga keuangan non bank hanya memfokuskan pada salah satu

kegiatan keuangan saja. Misalnya perusahaan leasing menyalurkan dana dalam

menyalurkan dana dalam bentuk pinjaman jangka pendek dengan jaminan barang

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lembaga Keuangan Menurut ...

bergerak. Secara garis besar, lembaga keuangan non bank dapat dikelompokkan

menjadi: Asuransi, Dana Pensiun, Pegadaian, Pasar Uang, dan Reksadana.

Untuk menjadi suatu perusahaan asuransi yang layak harus memiliki 6

macam prinsip dasar, yaitu: insurable interest, utmost good faith, proximate cause,

indemnity,subrogation dan contribution.

a. Insurable interest, yaitu hak untuk mengasuransikan, yang timbul dari

suatu hubungan keuangan, antara anda dengan obyek yang diasuransikan

dan dapat diakui secara hukum.

b. Utmost good faith, yaitu suatu tindakan untuk mengungkapkan secara

akurat dan lengkap, semua fakta yang material (material fact) mengenai

sesuatu yang akan diasuransikan baik diminta maupun tidak.

c. Proximate cause, yaitu suatu penyebab aktif, efisien yang menimbulkan

rantaian kejadian yang menimbulkan suatu akibat tanpa adanya suatu

intervensi yang mulai dan secara aktif dari sumber yang baru da

independen.

d. Indemnity, yaitu suatu mekanisme di mana perusahaan asuransi

menyediakan kompensasi financial dalam upaya menempatkan anda dalam

posisi keuangan yang anda miliki sesaat sebelum terjadinya kerugian

(KUHD Pasal 252, 253 dan dipertegas dalam Pasal 278).

e. Subrogation, Yaitu pengalihan hak tuntut dari nasabah kepada perusahaan

asuransi setelah klaim dibayar.

f. Contribution, yaitu suatu perusahaan asuransi untuk mengajak perusahaan

asuransi lainnya untuk sama-sama menanggung, tetapi tidak harus sama

kewajibannya terhadap tertanggung dalam memberikan indemnity.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lembaga Keuangan Menurut ...

2.2 Asuransi Salah satu penanggulangan resiko melalui pembiayaan adalah dengan

mengasuransikan suatu resiko kepada perusahaan asuransi. Cara ini dianggap

sebagai metode yang efektif dalam upaya penanggulangan resiko yang

diakibatkan oleh ketidakpastian dalam suatu perencanaan. Asuransi telah

berkembang menjadi bidang usaha/bisnis yang menarik dan mempunyai peranan

penting dalam kehidupan ekonomi maupun pembangunan ekonomi terutama di

bidang pendanaan.

Ada beberapa definisi tentang asuransi seperti:

a. Menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha

Perasuransian:”Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua

pihak atau lebih, dengan nama pihak penanggung mengakibatkan diri

kepada tertanggung, dengan menerima premi, untuk memberikan

penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau

kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum

kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul

dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu

pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang

yang dipertanggungkan”.

b. Asuransi adalah transaksi pertanggungan yang melibatkan dua pihak,

tertanggung dan penanggung (Djojosoedarso,2003).

c. Menurut Mehr dan Cammark (Djojosoedarso,2003); asuransi adalah alat

social untuk mengurangi resiko dengan menggabungkan sejumlah yang

memadai unit-unit yang terkena resiko, sehingga kerugian individual

mereka secara objektif dapat diramalkan.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lembaga Keuangan Menurut ...

d. Menurut C.Arthur William Jr dan Richard M Heins (Djojosoedarso,2003);

bahwa asuransi dilihat dari dua sudut pandang, yaitu:

Asuransi adalah suatu pengamanan terhadap kerugian financial yang

dilakukan oleh seorang penanggung.

Asuransi adalah suatu persetujuan dengan mana dua atau lebih orang

atau badan mengumpulkan dana untuk menanggulangi kerugian

financial.

2.2.1 Jenis Usaha Asuransi Sesuai Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian, maka

usaha perasuransian dapat dibagi menjadi 2, yaitu:

a. Usaha asuransi yang terdiri dari:

Asuransi kerugian (non life insurance)

Asuransi jiwa (life insurance)

Reasuransi (reinsurance)

b. Usaha penunjang usaha asuransi yang terdiri dari:

Pialang asuransi

Pialang reasuransi

Penilai kerugian asuransi

Konsultan aktuaria

Agen asuransi

Menurut jenis bidang yang ditangani asuransi dikelompokkan menjadi:

a. Asuransi jiwa; pada hakikatnya merupakan suatu bentuk kerjasama antara

orang-orang yang menghindarkan atau minimal mengurangi resiko yang

diakibatkan oleh resiko kematian; resiko hari tua dan resiko kecelakaan.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lembaga Keuangan Menurut ...

b. Asuransi kecelakaan diri yaitu usaha untuk melindungi resiko financial

akibat kecelakaan yang mengakibatkan kematian atau cacat/luka yang sifat

dan tempatnya ditentukan oleh dokter.

c. Asuransi sosial; merupakan asuransi yang menyediakan jaminan sosial

bagi anggota masyarakat baik secara lokal, regional ataupun Nasional.

d. Asuransi sosial tenaga kerja yaitu perlindungan sosial bagi tenaga kerja

yang dijalankan melalui pola mekanisme asuransi yang dikelola oleh

perum ASTEK.

e. Asuransi Kesehatan yaitu asuransi yang memberikan santunan kesehatan

kepada seseorang (tertanggung) berupa sejumlah uang untuk biaya

pengobatan dan perawatan.

f. Asuransi kesehatan penumpang yaitu asuransi yang mengelola

perlindungan sosial dalam kecelakaan penumpang dan lalu lintas jalan.

g. Asuransi kebakaran yaitu pertanggungan yang menjamin

kerugian/kerusakan atas harta benda yang diakibatkan kebakaran.

h. Asuransi Kredit yaitu pertanggungan yang diberikan kepada pemberi

kredit (bank, Lembaga Keuangan) terhadap resiko kredit.

i. Asuransi Rekayasa (engineering insurance) adalah pertanggungan yang

diterapkan pada proyek-proyek pembangunan yang berhubungan dengan

rekayasa.

j. Asuransi perusahaan yang meliputi pertanggungan terhadap: Asuransi

pengiriman uang, penyimpanan uang, penggelapan uang dan pencurian

uang.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lembaga Keuangan Menurut ...

k. Asuransi tanggung gugat yang dijamin adalah kewajiban untuk

bertanggung jawab atas kerugian yang diderita oleh pihak lain.

l. Asuransi transportasi adalah asuransi yang berkenaan dengan barang-

barang dalam transit atau barang-barang yang sedang ditangani perusahaan

pengangkutan.

2.2.2 Manfaat Asuransi Asuransi memberikan manfaat bagi tertanggung, penanggung, dan

pemerintah. Manfaat yang diterima tertanggung baik sebagai individu atau

sebagai pengusaha dari jasa asuransi, yaitu:

a. Rasa aman dan perlindungan

b. Pendistribusian biaya dan manfaat yang lebih adil

c. Polis asuransi dapat dijadikan memperoleh kredit dan dapat dijadikan

sebagai kelengkapan memperoleh kredit

d. Berfungsi sebagai tabungan dan sumber pendapatan.

Asuransi dapat memberikan manfaat bagi penanggung untuk mendorong

peningkatan kegiatan usaha serta memperoleh keuntungan.

Asuransi dapat memberikan manfaat kepada pemerintah, yaitu:

a. Mendorong peningkatan investasi di berbagai bidang usaha

b. Mendorong peningkatan kesempatan kerja

c. Meningkatkan penerimaan pajak

2.2.3 Tujuan Asuransi Tujuan dari Asuransi atau Pertanggungan adalah sebagai berikut:

a. Tujuan Ganti Rugi

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lembaga Keuangan Menurut ...

Ganti rugi yang diberikan oleh penanggung kepada tertanggung apabila

tertanggung menderita kerugian yang dijamin oleh polis, yang bertujuan untuk

mengembalikan tertangung dari kebangkrutan sehingga ia masih mampu berdiri

seperti sebelum menderita kerugian.

Jadi tertanggung hanya boleh memperoleh ganti rugi sebesar kerugian

yang dideritanya, artinya tertanggung tidak boleh mencari keuntungan (speklasi)

dari asuransi. Bagitu juga dengan penanggung, ia tidak boleh mencari keuntungan

atas interst yang ditanggungnya, kecuali memperoleh balas jasa atau premi.

b. Tujuan tertanggung adalah sebagai berikut :

Untuk memperoleh rasa tentram dan aman dari resiko yang dihadapinya

atas kegiatan usahanya atas harta miliknya.

Untuk mendorong keberanianya mengikatkan usaha yang lebih besar

dengan resiko yang lebih besar pula, karena risiko yang benar itu diambil

oleh penanggung.

c. Tujuan penanggung dibagi 2 (dua), yaitu :

Tujuan Umum, yaitu : memperoleh keuntungan selain menyediakan

lapangan kerja, apabila penanggung membutuhkan tenaga pembantu.

Tujuan Khusus, adalah :

o Meringankan resiko yang yang dihadapi oleh para nasabah atau

para tertanggung dengan mangambil alih risiko yang dihadapi.

o Menciptakan rasa tentram dan aman dikalangan nasabahnya,

sehingga lebih berani mengikatkan usaha yang lebih besar.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lembaga Keuangan Menurut ...

o Mengumpulkan dana melalui premi yang terkumpul sedikit demi

sedikit dari para nasabahnya sehingga terhimpun dana besar yang

dapat digunakan untuk membiayai pembagian Bangsa dan Negara.

2.2.4. Sifat Asuransi Asuransi atau pertanggungan di Indonesia sebenarnya berasal dari hukum

Berat, baik dalam pengertian maupun dalam bentuknya. Asuransi sebagai bentuk

hukum di Indonesia yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

yang mempunyai beberapa sifat sebagai berikut: (W irjono Projodikoro, 1994)

a. Sifat Perjanjian

Semua asuransi berupa perjanjian tertentu (Boyzondere Over Komst), yaitu

suatu pemufakatan antara dua pihak atau lebih dengan maksud akan mencapai

suatu tujuan, dimana seorang atau lebih berjanji terhadap seorang lain atau

lebih (pasal 1315 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata).

b. Sifat timbal balik (Weder Kerige)

Persetujuan asuransi atau pertanggungan merupakan suatu persetujuan timbal

balik (Weder Kerige Overeen Komst), yang berarti bahwa masing-masing

pihak berjanji akan melakukan sesuatu bagi pihak lain.

Pihak terjamin berjanji akan membayar uang premi, pihak penjamin berjanji

akan membayar sejumlah uang (uang asuransi) kepada pihak terjamin,

apabila suatu peristiwa tertentu terjadi.

c. Sifat Konsensual

Persetujuan asuransi atau pertangungan merupakan suatu persetujuan yang

bersifat konsensual, yaitu sudah dianggap terbentuk dengan adanya kata

sepakat antara kedua belah pihak (pasal 251 KURD).

d. Sifat Perkumpulan

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lembaga Keuangan Menurut ...

Jenis asuransi yang bersifat perkumpulan (Vereeninging ) adalah asuransi

saling menjamin yang terbentuk diantara para terjamin selaku anggota.

Asuransi seperti ini disebutkan dalam pasal 286 Kitab Undang-undang

Hukum Dagang (KUHD) yang menyatakan bahwa asuransi itu takluk pada

persetujuannya dan peraturannya.

Perkumpulan asuransi diatur dalam Pasal 1635, 1654 dan 1655 Kitab

Undang-undang Hukum Perdata (KUHPer), yang dapat disimpulkan bahwa

perkumpulan asuransi saling menjamin merupakan “Zadelijk Lichaam” yang

artinya asuransi dalam masyarakat dapat bertindak selaku orang dan dapat

mengadakan segala perhubungan hukum dengan orang lain secara sah.

Perkumpulan asuransi dapat bertindak kedalam dan keluar, yaitu kedalam

dapat mengadakan persetujuan asuransi dengan para anggota selaku terjamin, dan

keluar dengan perbuatan hukum lainnya, persetujuan ini takluk pada ketentuan

Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD), baik dengan anggota sendiri

maupun dengan orang lain.

e. Sifat Perusahaan

Asuransi yang mengatur sifat perusahaan adalah asuransi secara premi dimana

diadakan antara pihak penjamin dan pihak terjamin, tanpa ikatan hukum

diantara terjamin dengan orang lain yang juga menjadi pihak terjamin terhadap

si penjamin.

Dalam hal ini pihak penjamin biasanya bukan seorang individu, melainkan suatu

badan yang bersifat perusahaan, yang memperhitungkan untung rugi dalam

tindakannya.

2.2.5. Polis dan Premi di dalam Asuransi a. Polis Asuransi

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lembaga Keuangan Menurut ...

Suatu perjanjian asuransi atau pertanggungan bersifat konsensual (adanya

kesepakatan), harus dibuat secara tertulis dalam suatu akta antara pihak yang

mengadakan perjanjian. Pada akta yang dibuat secara tertulis itu dinaman “polis”.

Jadi, polis adalah tanda bukti perjanjian pertanggungan yang merupakan bukti

tertulis.

Pada perjanjian asuransi atau pertanggungan antara para pihak, seorang

penanggung harus menyerahkan polis kepada tertanggung dalam jangka waktu

sebagai berikut:

Bila perjanjian dibuat seketika dan langsung antara penanggung dan

tertanggung yang dikuasakan tertanggung, maka polis yang telah

ditandatangani oleh penanggung harus duserahkan kepada tertanggung

dalam tempo 24 jam (pasal 259 KUHD).

Jika pertanggungan dilakukan mulai makelar asuransi (broker), maka polis

yang telah ditandatangani oleh penanggung harus diserahkan kepada

tertangung paling lama dalam tempo 8 (delapan) hari (pasal 260 KUHD).

Fungsi Umum Polis, adalah :

Perjanjian pertanggungan (Contract Of Indonesia)

Sebagai bukti jaminan diri penanggung kepada tertanggung untuk

mengganti kerugian yang mungkin dialami oleh tergugat akibat peristiwa

yang tidak diduga sebelumnya dengan prinsip :

o Untuk mengembalikan tertanggung kepada kedudukannya semula

sebelum mengalami kerugian; atau

o Untuk mengindarkan tertanggung dari kebangkrutan (Toial

Collapse)

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lembaga Keuangan Menurut ...

Bukti pembayaran premi asuransi oleh tertanggung kepada penanggung

sebagai balas jasa atas jaminan penanggung.

Isi polis pada Umumnya dalam Asuransi

Sesuai dengan peraturan Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD),

dengan pengecualian terhadap asuransi atau pertanggungan jiwa, terdapat 8

(delapan) syarat diantaranya yaitu

Hari ditutupnya perjanjian pertanggungan

yang menutup pertanggungan, atas namanya sendiri atau atas tanggungan

orang ketiga.

Uraian yang jelas mengenai benda pertangungan atau obyek yang dijamin

Jumlah pertanggungan, untuk mana diadakan jaminan (uang asuransi)

Bahaya-bahaya yang ditanggung oleh penanggung

Saat mulai dan akhir tenggang waktu, dalam mana didakan jaminan oleh

penjamin.

Jumlah uang Premi yang harus dibayar oleh si terjamin

Keterangan tambahan yang perlu diketahui oleh penjamin dan janji-janji

khusus yang diadakan oleh kedua belah pihak.

b. Premi Asuransi

Pengertian premi dalam asuransi atau pertanggungan adalah kewajiban

tertanggung, dimana hasil dari kewajiban tertanggung akan digunakan oleh

penangung untuk mengganti kerugian yang diderita tertanggung.

Premi biasanya ditentukan dalam suatu presentase dari jumlah

pertanggungan, dimana dalam presentase menggambarkan penilaian penanggung

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lembaga Keuangan Menurut ...

terhadap resiko yang ditanggungnya, penilaian penanggung berbeda-beda, akan

tetapi hal ini dipengaruhi oleh hukum permintaan dan penawaran.

Fungsi dari premi merupakan harga pembelian dari tanggungan yang wajib

diberikan oleh penanggung atau sebagai imbalan resiko yang diperalihkan

pertanggungan dibuat, kecuali pertanggungngan saling menanggung. Sedangkan

mengenai pembayaran premi, biasanya dibayar tunai pada saat perjanjian

pertanggungan ditutup. Tetapi jika premi diperjanjikan dengan anggaran maka

premi dibayar pada permulaan tiap-tiap waktu angsuran.

Kriteria premi asuransi adalah:

a. dalam bentuk sejumlah uang

b. dibayar lebih dahulu oleh tertanggung

c. sebagai imbalan pengalihan risiko

d. dihitung berdasarkan persenase terhaddap nilai risiko yang dialihkan

c. Jumlah premi yang harus dibayarkan.

Penetapan tingkat premi asuransi harus didasarkan pada perhitungan analisis

risiko sehat. Besarnya jumlah premi yang harus dibayar oleh tertanggung

ditentukan berdasarkan peniliaian risiko yang dipikul oleh penanggung. Dalam

praktiknya penetapan besarnya jumlah premi itu diperjanjikan oleh tertanggung

dan penanggung secara layak dan dicantumkan dalam polis. Besarnya jumlah

premi dihitung sedemikian rupa, sehingga dengan penerimaan premi dari

beberapa tertanggung, penanggung berkemampuan membayar klaim ganti

kerugian kepada tertanggung yang terkena peristiwa yang menimbulkan kerugian.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lembaga Keuangan Menurut ...

Dalam jumlah premi yang harus dibayar oleh tertanggung juga termasuk

biaya yang berkenaan dengan pengadaan asuransi itu. Rincian yang dapat

dikalkulasikan dalam jumlah premi adalah:

a. Jumlah persentase dari jumlah yang diasuransikan

b. Jumlah biaya-biaya yang dikeluarkan oleh penanggung, misalnya biaya

materai, biaya polis.

c. Kurtase untuk pialang jika asuransi diadakan melalui pialang.

d. Keuntungan bagi penanggung dan jumlah cadangan.

Menurut ketentuan Pasal 20 Peraturan Pemerintah Nomor 73 tahun 1992, premi

harus ditetapkan padda tingkat yang mencukupi, tidak berlebihan, dan tidak

diterapkan secara diskriminatif. Tingkat premi dinilai tidak mencukupi apabila:

a. sedemikian rendah sehingga sangat tidak sebanding dengan manfaat yang

diperjanjikan dalam polis asuransi yang bersangkutan.

b. Penerapan tingkat premi secara berkelanjutan akan membahayakan tingkat

solvabilitas perusahaan.

c. Penerapan tingkat premi secara berkelanjutan akan dapat merusak iklim

kompetisi yang sehat.

Tingkat premi dinilai berlebihan apabila sedemikian tinggi, sehingga sangat tidak

sebanding dengan manfaat yang diperjanjikan dalam polis asuransi yang

bersangkutan. Penerapan tingkat premi dinilai bersifat diskriminatif apabila

tertanggung dengan luas pengadaan yang sama serta dengan jenis dan tingkat

risiko yang sama dikenakan tingkat premi yang berbeda.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lembaga Keuangan Menurut ...

2.2.6. Subyek dan Obyek Asuransi

a. Subyek Asuransi

Dalam tiap-tiap persetujuan selalu ada 2 (dua) macam subyek, yaitu di satu

pihak seorang atau badan hukum mendapat badan kewajiban untuk sesuatu, dan

dilain pihak ada seorang atau suatu badan hukum yang mendapat hak atas

pelaksanaan kewajiban itu, maka dalam tiap-tiap persetujuan selalu ada pihak

berkewajiban dan pihak berhak. Dengan demikian, para pihak dalam perjanjian

pertanggungan yaitu penanggung dan tertanggung.

Jadi berdasarkan Pasal 246 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang. (KUHD) bisa

disimpulkan bahwa ada dua pihak yang berperan sebagai subyek asuransi, yaitu :

Pihak tertanggung, yaitu pihak yang mempunyai harta benda yang

diancam bahaya. Pihak ini bermaksud untuk mengalihkan resiko atas harta

bendanya, atas peralihan resiko tersebut pihak tertanggung mempunyai

kewajiban untuk membayar premi.

Pihak penanggung, yakni pihak yang mau menerima resiko atas harta

benda orang lain, dengan suatu kontra prestasi berupa premi. Dengan

demikian apabila terjadio peristiwa yang mengakibatkan keinginan

penanggnglah yang memberi ganti rugi

b. Obyek Asuransi

Yang dipergunakan pada umumnya adalah harta benda seseorang atau

tepatnya milik atas harta benda, misalnya ; rumah, bangunan, perhiasan dan benda

berharga lainnya. Dalam hal ini dikatakan bahwa yang pertanggungkan adalah

sama dengan benda pertanggungan.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lembaga Keuangan Menurut ...

Disamping itu bisa terjadi bahwa obyek pertanggungan tidak sama dengan benda

pertanggungan. Contohnya asuransi kendaraan bermotor, benda

pertanggungannya adalah tanggung jawab pemilik pabila kendaraan itu membuat

celaka orang lain.

Jadi ada 3 (tiga) hal yang dapat didipertanggungkan (obyek asuransi), yaitu :

Risiko pribadi, yaitu kehidupan dan kesehatan.

Hak milik atas benda

Tanggung jawab atau kewajiban yang harus dipikul seseorang.

Obyek pertanggungan dikenal pula dengan sebutan “Kepintangan”.

kepentingan merupakan unsur utama dalam pertanggungan Pasal 250 Kitab

Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) menyebutkan bahwa bila pada waktu

pertanggungan seorang tertanggung tidak mempunyai kepentingan atas benda

yang dipertanggungkan, penanggung tidak wajib memberi ganti rugi. Mengingat

pentingnya obyek pertanggungan tersebut maka tidak setiap kepentingan dapat

dipertanggungkan. Agar dapat dipertanggungkan, kepentingan yang dimaksud

harus memenuhi syarat tertentu.

Pasal 268 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) menyatakan,

bahwa yang dapat menjadi obyek asuransi ialah semua kepentingan yang :

Dapat dinilai dengan sejumlah uang

Dapat diancam oleh macam bahaya

Tidak dikecualikan oleh undang-undang

Ada kalanya diadakan asuransi terhadap kemungkinan orang menderita

karena tidak mendapat untung dalam suatu perusahaan. Dalam hal ini tidak ada

suatu benda berwujud, yang akan musnah atau akan ada kerusakan dan

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lembaga Keuangan Menurut ...

sebagainya. Jadi selama persetujuan asuransi berjalan, tidak ada suatu benda yang

terlihat sebagai barang yang terkena suatu macam bahaya.(W irjono Prof

Jodikoro,1994)

a. Benda Pertanggungan

Jika seorang pemilik rumah mempertanggungkan rumahnya terhadap bahaya

kebakaran, maka disini benda pertanggungannya ialah apa yang menjadi

obyek dari bahaya itu, yaitu rumahnya. Kerugian yang timbul disebabkan

terbakarnya rumah. Sebagai akibat kebakaran rumah, maka pemilik menderita

suatu kehilangan yang akan diganti kerugiannya oleh penanggung dan rumah

itulah benda yang terkena. Dalam hal ini benda pertanggungannya jatuh

bersamaan dengan pokok pertanggungannya.

b. Kepentingan Yang Tidak Jatuh Bersamaan Dengan Benda Pertanggungan

Ada pertanggungan dimana benda pertanggungannya dan pokok

pertanggungannya tidak jatuh bersama. Pokok pertanggungan berbeda dengan

benda pertanggungan, walaupun sering dikemukakan bahwa pokok

penanggungan dan benda pertanggungan itu adalah identik.

Kepentingan adalah obyek pertanggungan dan merupkan hak subyektif yang

mungkin akan lenyap atau berkurang karena terjadinya suatu peristiwa tak

tentu atau tidak pasti. Unsur kepentingan adalah unsur mutlak harus ada pada

tiap-tiap pertanggungan, baik pada saat ditutupnya pertanggungan maupun

pada saat terjadinya evenemen.

Molengraff mendefenisikan bahwa yang dimaksud dengan kepentingan ialah harta

kekayaan atau sebagian dari harta kekayaan tertanggung yang dipertanggungkan

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lembaga Keuangan Menurut ...

yang mungkin diserang bahaya. Definisi Molengraff ini menunjuk langsung pada

benda, yakni harta kekayaan.

Namun hal ini sulit dijelaskan pada pertanggungan kendaraan bermotor

dengan WA (Wettelijke Annsprakelijkeheid), yaitu pertanggungan tanggung jawab

menurut hukum. Pada pertentangan jenis ini yang merupakan kepentingan ialah

kewajiban tertanggung menurut hukum terhadap kerugian pada pihak ketiga. Jadi

singkatnya menurut Purwosutjipto, S.H., kepentingan adalah hak dan kewajiban

tertanggung yang dipertanggungkan.

2.3 Pendidikan dan Pembangunan Ekonomi

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan Negara (UUD RI;6).

Pendidikan menekankan pada kemampuan yang harus dimiliki oleh

lulusan suatu jenjang pendidikan. Kompetensi atau standar kompetensi merupakan

perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan

dalam kebiasaan berfikir dan bertindak (Mulyasa, 2001). Mardhapi (2001)

memberikan batasan atandar kompetenssi yaitu batas dan arah kemampuan yang

harus dimiliki dan dapat dilakukan siswa setelah mengikuti proses pembelajaran

suatu mata pelajaran tertentu.

Cakupan materi yang terkandung pada setiap standar kompetensi cukup

luas terkait dengan konsep yang ada dalam suatu mata pelajaran. Pendidikan

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lembaga Keuangan Menurut ...

berbasis kompetensi ini berimplikasi terhadap pengembangan silabus dan system

pengujian berbasis kemampuan dasar. Kemampuan dasar yakni kemampuan

minimal (pengetahuan, keterampilan dan sikap) yang harus dimiliki siswa dalam

mempelajari mata pelajaran atau bidang studi tertentu. Kompetensi standar

merupakan standar atau bakuan kinerja yang harus dicapai ketika siswa harus

menyelesaikan suatu mata pelajaran tertentu.

Setiap standar kompetensi dijabarkan menjadi beberapa kemampuan dasar

yang merupakan perincian lebih lanjut dari standar kompetensi tersebut.

Perumusan kemampuan dasar menurut Sutiman (2001), dapat menggunakan kata-

kata kerja misalnya: menunjukkan, menghitung, menggambarkan, menentukan,

menyusun, menyimpulkan, mengevaluasi, merumuskan, membuat, menganalisis,

mensintesis dan sebagainya yang merupakan tingkah laku hasil belajar yang dapat

diamati (observable) dan diukur (measurable).

Silabus disusun dengan mengacu kepada kompetensi standar dan

kemampuan dasar. Silabus inilah yang dijadikan acuan untuk merencanakan dan

melaksanakan program pembelajaran, dimana pihak sekolah dan para guru

mempunyai tugas menentukan indicator pencapaian kemampuan dasar.

Pengembangan kemampuan dasar menjadi sejumlah indicator dan pengembangan

indicator menjadi soal ujian harus mengikuti prosedur tertentu (Azra, 2002).

Mangkunegara (2003) menyatakan bahwa tingkat pendidikan adalah suatu

proses jangka panjang yang menggunakan prosedur sistematis dan terorganisir,

yang mana tenaga kerja manajerial mempelajari pengetahuan konseptual dan

teoritis untuk tujuan-tujuan umum. Demikian pula Hariandja (2002) menyatakan

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lembaga Keuangan Menurut ...

bahwa tingkat pendidikan seorang karyawan dapat meningkatkan daya saing

perusahaan dan memperbaiki produktivitas perusahaan.

Konsekuensi dunia pendidikan dengan sektor ekonomi masyarakat

Indonesia memiliki hubungan yang erat, di mana kedua kkomponen lembaga

tersebut merupakan asset Negara yang memerlukan pengelolaan secara hati-hati

dan cermat. Secara lebih khusus hubungannya menyangkut modal fisik, tenaga

kerja dan kemajuan teknologi yang merupakan faktor produksi pokok sebagai

masukan (input) dalam produksi pendapatan nasional. Semakin besar jumlah

tenaga kerja, berarti laju pertumbuhan penduduk tinggi dan semakin besar

pendapatn nasional akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Perhatian terhadap faktor manusia menjadi bagian yang utama yang

berkaitan dengan perkembangan dalam ilmu ekonomi pembangunan dan sosiologi.

Para ahli di kedua bidang tersebut umumnya sepakat pada bahwa manusia

merupakan modal utama yang berperan secara signifikan, bahkan lebih penting

dari pada faktor teknologi, dalam memacu pertumbuhan ekonomi. Modal manusia

tersebut tidak hanya menyangkut kuantitas tetapi yang jauh lebih penting adalah

dari segi kualitas.

Di antara berbagai aspek ini, pendidikan dianggap memiliki peranan

paling penting dalam menentukan kualitas manusia. Melalui pendidikan, manusia

diharapkan dapat membangun keberadaan hidupnya dengan lebih baik.

Implikasinya, semakin tinggi pendidikan, hidup manusia akan semakin berkualitas.

Dalam kaitannya dengan perekonomian secara umum (nasional), semakin tinggi

kualitas hidup suatu bangsa, semakin tinggi tingkat pertumbuhan dan

kesejahteraan bangsa tersebut.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lembaga Keuangan Menurut ...

Menurut Tobing (2001) dewasa ini berkembang paling tidak tiga

perspektif secara teoritis yang menjelaskan hubungan antara pendidikan dan

pertumbuhan ekonomi, yakni teori modal manusia, teori alokasi dan teori

reproduksi strata sosial. Teori modal manusia menjelaskan proses di mana

pendidikan memiliki pengaruh positif pada pertumbuhan ekonomi. Teori ini

mendominasi literature pembangunan ekonomi dan pendidikan pada pasca perang

dunia kedua sampai pada tahun 70-an. Termasuk para pelopornya adalah

pemenang hadiah Nobel ilmu ekonomi Gary Schultz (dalam Tobing, 2001), juga

pemenang hadiah Nobel ekonomi atas penelitiannya tentang masalah ini.

Argumen yang disampaikan pendukung teori ini adalah manusia yang

memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi, yang diukur juga dengan lamanya waktu

sekolah, akan memiliki pekerjaan dan upah yang lebih baik disbanding yang

pendidikannya lebih rendah. Apabila upah mencerminkan produktivitas, maka

semakin banyak orang yang memiliki pendidikan tinggi, semakin tinggi

produktivitas dan hasilnya ekonomi nasional akan tumbuh lebih tinggi

Pada tahun 70-an, teori ini mendapat kritik tajam. Argument yang

disampaikan adalah tingkat pendidikan tidak selalu sesuai dengan kualitas

pekerjaan, sehingga orang yang berpendidikan tinggi ataupun rendah tidak

berbeda produktivitasnya dalam menangani pekerjaan yang sama. Juga ditekankan

bahwa dalam ekonomi modern sekarang ini, angkatan kerja yang berkeahlian

tinggi tidak begitu dibutuhkan lagi karena perkembangan teknologi yang sangat

cepat dan proses produksi yang semakin dapat disederhanakan.

Dengan demikian, orang berpendidikan rendah tetapi mendapat pelatihan

(yang memakan periode jauh lebih pendek dan sifatnya nonformal) akan memiliki

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lembaga Keuangan Menurut ...

produktivitas relatif sama dengan orang berpendidikan tinggi dan formal.

Argumen ini diformalkan dalam suatu teori yang dikenal dengan teori alokasi atau

persaingan status yang mendapat dukungan dari Lester Thurow, 1974, john Meyer,

1997 dan Randall Collins, 1979 (sebagaimana dituangkan oleh Tobing, 2001).

Teori persaingan status ini memperlakukan pendidikaan sebagai suatu

lembaga social yang salah satu fungsinya mengalokasikan personil secara social

menurut strata pendidikan. Keinginan mencapai status lebih tinggi menggiring

orang untuk mengambil pendidikan lebih tinggi. Meskipun orang-orang

berpendidikan tinggi memiliki proporsi lebih tinggi dalam pendapatan nasional,

tetapi peningkatan proporsi orang yang berpendidikan lebih tinggi dalam suatu

bangsa tidak akan secara otomatis meningkatkan ekspansi ataupun pertumbuhan

ekonomi.

Teori pertumbuhan kelas atau strata sosial berargumen bahwa fungsi

utama pendidikan adalah menumbuhkan struktur kelas dan ketidakseimbangan

social. Pendidikan pada kelompok elit lebih menekankan studi-hal-hal klasik,

kemanusiaan dan pengetahuan lain yang tidak relevan dalam pembangunan

ekonomi masyarakat.

Romer (Tobing, 2001) menyatakan bahwa, modal mannusia merujuk pada

stok pengetahuan dan keterampilan berproduksi seseorang. Pendidikan adalah

salah satu cara dimana individu meningkatkan modal manusianya. Semakin tinggi

pendidikan seseorang, diharapkan stok modal manusianya semakin tinggi. Oleh

karena modal manusia, seperti dikemukakan di atas memiliki hubungan positif

dengan pertumbuhan ekonomi, maka implikasinya pendidikan juga memiliki

hubungan positif dengan produktivitas atau pertumbuhan ekonomi.penggalian

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lembaga Keuangan Menurut ...

ilmu penegatahuan dan teknologi. Karena dari pendidikan akan diperoleh

pengembangan sumber daya manusia melalui penelitian dan pengembangan

informasi yang ada, karena pada hakikatnya, pengetahuan yang sama sekali tidak

dapat diimplementasikan dalam kehidupan manusia akan mubazir. Oleh karena itu

aspek penelitiaan dan penngembangan SDM menjadi salah satu agenda utama

bagi suatu bangsa karena apabila bangsa tersebut berkeinginan untuk hidup sejajar

dengan bangsa-bangsa lain maka kualitas pendidikan harus ditingkatkan.

Secara implisit, pendidikan sangat bermanfaat dalam menyumbang

2.4 Konsumsi dan Fungsi Konsumsi

Konsumsi adalah pembelanjaan atas barang-barang dan jasa-jasa yang

dilakukan oleh rumah tangga dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dari

orang yang melakukan pembelanjaan tersebut. Pembelanjaan masyarakat atas

makanan, pakaian, dan barang-barang kebutuhan mereka yang lain digolongkan

pembelanjaan atau konsumsi. Barang-barang yang diproduksi untuk digunakan

oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya dinamakan barang konsumsi.

(Dumairy, 1996).

Fungsi konsumsi adalah suatu kurva yang menggambarkan sifat hubungan

di antara tingkat konsumsi rumah tangga dalam perekonomian dengan pendapatan

nasional (pendapatan disposebel) perekonomian tersebut. Fungsi konsumsi dapat

dinyatakan dalam persamaan :

C = a + bY

Dimana a adalah komsumsi rumah tangga ketika pendapatan nasional

adalah 0, b adalah kecondongan konsumsi marginal, c adalah tingkat konsumsi

dan y adalah tingkat pendapatan nasional.

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lembaga Keuangan Menurut ...

Ada dua konsep untuk mengetahui sifat hubungan antara pendapatan

disposibel dengan konsumsi dan pendapatan disposibel dengan tabungan yaitu

konsep kecondongan mengkonsumsi dan kecondongan menabung. Kecondongan

mengkonsumsi dapat dibedakan menjadi dua yaitu kecondongan mengkonsumsi

marginal dan kecondongan mengkonsumsi rata-rata. Kecondongan mengkonsumsi

marginal dapat dinyatakan sebagai MPC (berasal dari istilah Inggrisnya Marginal

Propensity to Consume), dapat didefenisikan sebagai perbandingan di antara

pertambahan konsumsi (ΔC) yang dilakukan dengan pertambahan pendapatan

disposebel (ΔYd) yang diperoleh. Nilai MPC dapat dihitung dengan

menggunakan formula : 𝑀𝑃𝐶 = ∆C∆Yd

Kecondongan mengkonsumsi rata-rata dinyatakan dengan APC (Average

Pronpensity to Consume), dapat didefinisikan sebagai perbandingan di antara

tingkat pengeluaran konsumsi (c) dengan tingkat pendapatan disposebel pada

ketika konsumen tersebut dilakukan (Yd), Nilai APC dapat dihitung dengan

menggunakan formula :

𝐴𝑃𝐶 =C

Yd

Kecondongan menabung dapat dibedakan menjadi dua yaitu kecondongan

menabung marginal dan kecondongan menabung rata-rata. Kecondongan

menabung marginal dinyatakan dengan MPS (Marginal Propensity to Save)

adalah perbandingan di antara pertambahan tabungan (ΔS) dengan pertambahan

pendapatan (ΔYd). Nilai MPS dapat dihitung dengan menggunakan formula :

𝑀𝑃𝑆 = ∆S∆Yd

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lembaga Keuangan Menurut ...

Kecondongan menabung rata-rata dinyatakan dengan APS (Average

Propensity to Save), menunjukkan perbandingkan di antara tabungan (S) dengan

pendapatan disposebel (Yd). nilai APS dapat dihitung dengan menggunakan

formula (Sukirno, 2003) :

𝐴𝑃𝑆 =S

Yd

2.4.1 Teori Konsumsi

a. Teori Konsumsi John Maynard Keynes

Dalam teorinya Keynes mengandalkan analis statistic, dan juga membuat

dugaan-dugaan tentang konsumsi berdasarkan intropeksi dan observasi casual.

Pertama dan terpenting Keynes menduga bahwa, kecendrungan mengkonsumsi

marginal (marginal propensity to cosume) jumlah dikonsumsi dalam setiap

tambahan pendapatan adalah antara nol dan satu. Kecenderungan mengkonsumsi

marginal adalah krusial bagi rekomendasi kebijakan Keynes untuk menurunkan

pengangguran yang kian meluas. Kekuatan kebijakan fiscal, untuk mempengaruhi

perekonmian seperti ditunjukkan oleh pengganda kebijakan fiscal muncul dari

umpan balik antara pendapatan dan konsumsi.

Kedua, Keynes menyatakan bahwa rasio konsumsi terhadap pendapatan,

yang di sebut kecendrungan mengkonsumsi rata-rata (average propensity to

cosume), turun ketika pendapatan naik. Keynes percaya bahwa tabungan adalah

kemewahan, sehingga ia berharap orang kaya menabung dalam proporsi yang

lebih tinggi dari pendapatan mereka ketimbang orang miskin.

Ketiga, Keynes berpendapat bahwa pendapatan merupakan determinan

konsumsi yang penting dan tingkat bunga tidak memiliki peranan penting. Keynes

menyatakan bahwa pengaruh tingkat bunga terhadap konsumsi hanya sebatas teori.

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lembaga Keuangan Menurut ...

Kesimpulannya bahwa pengaruh jangka pendek dari tingkat bunga terhadap

pengeluaran individual dari pendapatannya bersifat sekunder dan relative tidak

penting.

Berdasarkan tiga dugaan ini, fungsi konsumsi Keynes sering ditulis sebagai

(Mankiw, 2003) :

C = C + cY, C > 0, 0 < c < 1

Keterangan :

C = konsumsi

Y = pendapatan disposibel

C = konstanta

c = kecendrungan mengkonsumsi marginal

C

C = Y

saving E a + bY Cg C disaving Yeq Y

Gambar 2.1. Kurva Konsumsi

secara singkat di bawah ini beberapa catatan mengenai fungsi konsumsi

Keynes (Reksoprayitno, 2006) :

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lembaga Keuangan Menurut ...

a. Variabel nyata adalah bahwa fungsi konsumsi Keynes menunjukkan

hubungan antara penadapatan nasional dengan pengeluaran konsumsi yang

keduanya dinyatakan dengan menggunakan tingkat harga konstan.

b. Pendapatan yang terjadi disebutkan bahwa pendapatan nasional yang

menetukan besar kecilnya pengeluaran konsumsi adalah pendapatan

nasional yang terjadi atau current national income.

c. Pendapatan absolute disebutkan bahwa fungsi konsumsi Keynes variable

pendapatan nasionalnya perlu diiterpretasikan sebagai pendapatan nasional

absolute, yang dapat dilawankan dengan pendapatan relative, pendapatan

permanen dan sebagainya.

d. Bentuk fungsi komsumsi menggunakan fungsi konsumsi dengan bentuk

garis lurus. Keynes berpendapat bahwa fungsi konsumsi berbentuk

lengkung.

b. Teori Konsumsi dengan Hipotesis Pendapatan Permanen (Milton Friedman)

Teori dengan hipotesis pendapatan permanen dikemukakan oleh M

Friedman. Menurut teori ini pendapatan masyarakat dapat digolongkan menjadi 2

yaitu pendapatan permanen (permanent income) dan pendapatan sementara

(transitory income). Pengertian dari pendapatan permanen adalah:

a. Pendapatan yang selalu diterima pada setiap periode tertentu dan dapat

diperkirakan sebelumnya, misalnya pendapatan dari gaji, upah.

b. Pendapatan yang diperoleh dari semua faktor yang menentukan kekayaan

seseorang (yang menciptakan kekayaan).

Pengertian pendapatan sementara adalah pendapatan yang tidak bias

diperkirakan sebelumnya (Mangkoesoebroto, 1998). Friedman menganggap pula

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lembaga Keuangan Menurut ...

bahwa tidak ada hubungan antara pendapatan sementara dengan pendapatan

permanen, juga antara konsumsi sementara dengan konsumsi permanen, maupun

konsumsi sementara dengan pendapatan sementara. Sehingga MPC dari

pendapatan sementara sama dengan nol yang berarti bila konsumen menerima

pendapatan sementara yang positif maka tidak akan mempengaruhi konsumsi.

Demikian pula bila konsumen menerima pendapatan sementara yang negative

maka tidak akan mengurangi konsumsi (Suparmoko, 1991).

c. Teori Konsumsi dengan Hipotesis Siklus Hidup

Teori dengan hipotesis siklus hidup dikemukakan oleh Franco Modigliani.

Franco Modigliani menerapkan bahwa pola pengeleuaran konsumsi masayarakat

mendasarkan kepada kenyataan bahwa pola penerimaan dan pola pengeluaran

konsumsi seseorang pada umumnya dipengaruhi oleh masa dalam siklus

hidupnya. Karena orang cenderung menerima penghasilan/pendapatan yang

rendah pada usia muda, tinggi pada usia menengah dan rendah pada usia tua,

maka rasio tabungan akan berfluktuasi sejalan dengan perkembangan umur

mereka yaitu orang muda akan mempunyai tabungan negative (dissaving), orang

berumur menengah menabung dan membayar kembali pinjaman pada masa muda

mereka, dan orang usia tua akan mengambil tabungan yang dibuatnya di masa

usia menengah.

Selanjutnya Modigliani menganggap penting peranan kekayaan (assets)

sebagai penentu tingkah laku konsumsi. Konsumsi akan meningkat apabila

terjadi kenaikan nilai kekayaan seperti karena adanya inflasi maka nilai rumah

dan tanah meningkat, karena adanya kenaikan harga surat-surat berharga, atau

karena peningkatan dalam jumlah uang beredar. Sesungguhnya dalam kenyataan

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lembaga Keuangan Menurut ...

orang menumpuk kekayaan sepanjang hidup mereka, dan tidak hanya oranng

yang sudah pension saja. Apabila terjadi kenaikan dalam nilai kekayaan, maka

konsumsi akan meningkat atau dapat dipertahankan lebih lama. Akhirnya

hipotesis siklus kehidupan ini akan berarti menekan hasrat konsumsi, menekan

koefisien pengganda, dan melindungi perekonomian dari perubahn-perubahan

yang tidak diharapkan, seperti perubahan dalam investasi, ekspor, maupun

pengeluaran-pengeluaran lain (Suparmoko, 1991).

d. Teori Konsumsi dengan Hipotesis Pendapatan Relatif

James Dusenberry dalam Reksoprayitno (2000) mengemukakan bahwa

pengeluaran konsumsi suatu masyarakat ditentukan terutama oleh tingginya

pendapatan yang pernah dicapainya. Pendapatan berkurang, konsumen tidak akan

banyak mengurangi pengeluaran untuk konsumsi. Untuk mempertahankan

tingkat konsumsi yang tinggi, terpaksa mengurangi besarnya saving. Apabila

pendapatan bertambah maka konsumsi mereka juga akan bertambah, tetapi

bertambahnya tidak terlalu besar. Sedangkan saving akan bertambah besar

dengan pesatnya.

Kenyataan ini terus kita jumpai sampai tingkat pendapatan tertinggi yang

telah kita capai tercapai kembali. Sesudah puncak dari pendapatan sebelumnya

telah dilalui, maka tambahan pendapatan akan banyak menyebabkan

bertambahnya pengeluaran untuk konsumsi, sedangkan di lain pihak

bertambahnya saving tidak begitu cepat (Reksoprayitno, 2000). Dalam teorinya,

Dusenberry dalam Reksoprayitno (2000) menggunakan dua asumsi yaitu:

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lembaga Keuangan Menurut ...

a. Selera sebuah rumah tangga atas bang konsumsi adalah interdependen.

Artinya pengeluaran konsumsi rumah tangga dipengaruhi oleh pengeluaran

yang dilakukan oleh orang sekitarnya.

b. Pengeluaran konsumsi adalah irreversible. Artinya pola pengeluaran

seseorang pada saat penghasilan naik berbeda dengan pola pengeluaran pada

saat penghasilan mengalami penurunan (Mangkoesoebroto, 1998).

2.4.2 Fungsi Tabungan

Tabungan atau penabungan dapat didefinsikan sebagai bagian daripada

pendapatan nasional per tahunnya yang tidak dikonsumsi. Dengan

menggunakan singkatan dapat kita tulis:

Kalau persamaan diatas kita hubungkan dangan persamaan umum

fungsi konsumsi, kita akan menemukan persamaan umum daripada fungsi

tabungan.

S = Y – C

C = a + bY

Maka

S = Y – (a + bY)

= Y – a – bY

2.4.3 Marginal propensity to save dan average propensity to save

Kalau fungsi konsumsi mengenal marginal propensity to consume dan

average propensity to consume, fungsi tabungan juga mengenal marginal

S = (1 – b) Y – a

S = Y – C

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lembaga Keuangan Menurut ...

propensity to save dan average propensity to save. Yang dimaksud dengan

marginal propensity to save adalah perbandingan antara bertambahnya tabungan

dengan bertambahnya pendapatan nasional yang mengakibatkan bertambahnya

tabungan tersebut. Oleh karena itu perumusannya ialah:

MPS = ∆S / ∆Y

Untuk fungsi tabungan berbentuk garis lurus besarnya marginal propensity

to save pada semua tingkat pendapatan nasional adalah sama. Yang dimaksud

dengan average propensity to consume adalah perbandingan antara besarnya

besarnya tabungan pada suatu tingkat pendapatan nasional dengan besarnya

pendapatan nasional bersangkutan. Jadi formulanya:

APSn = Sn / Yn

Perlu diperhatikan bahwa untuk fungsi konsumsi berbentuk garis lurus

fungsi tabungannya pun akan berbentuk garis lurus juga. Untuk fungsi tabungan

garis lurus ini, besarnya average propensity to save berbeda-beda tergantung pada

tinggi-rendahnya pendapatan nasional. Semakin tinggi tingkat pendapatan nasional,

semakin besar pula average propensity to save-nya. Pada tingkat-tingkat

pendapatan nasional break-even, angka average propensity to save mempunyai

tanda negatif. Sebaliknya, pada tingkat-tingkat pendapatan nasional break-even,

average propensity to save angkanya akan selalu positif. Sedangkan pada tingkat

pendapatan break-even, angka average propensity to save-nya akan sama dengan

nol, oleh karena, seperti di atas telah kita terangkan, yang dimaksud dengan tingkat

pendapatan break-even ialah tingkat pendapatan nasional dimana seluruh

pendapatan digunakan untuk konsumsi, yang berarti bahwa pada tingkat

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lembaga Keuangan Menurut ...

pendapatan break-even besarnya tabungan sama dengan nol.

2.4.4 Hubungan antara MPC dengan MPS, APC dengan APS

Hubungan antara marginal propensity to consume dengan marginal

propensity to save dapat kita nyatakan sebagai berikut.

MPC + MPS = 1

Atau dengan cara lain: MPC = 1 – MPS

MPS = 1 – MPC Pembuktian dari perumusan tersebut adalah sebagai berikut:

Y = C + S Maka: ∆Y = ∆C + ∆S

Kalau ruas kanan dan ruas kiri masing-masing dibagi dengan ∆Y, maka hasilnya:

MPSMPCYS

YC

YSC

YY

+=∆∆

+∆∆

=

∆∆+∆

=∆∆

1

1

Hubungan antara average propensity to consume dengan average

propensity to save adalah mirip dengan hubungan antara marginal propensity to

consume dengan marginal propensity to save, yaitu:

APCn = APSn + 1 atau APCn = 1 – APSn

APSn = 1 – APCn

pembuktiannya adalah: Y = C + S

ini berarti: Yn = Cn + Sn Kalau ruas kanan dan ruas kiri masing-masing dibagi dengan Yn, maka

hasilnya:

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lembaga Keuangan Menurut ...

APSnAPCnYnSn

YnCn

YnSnCn

YnYn

+=

+=

+=

1

1

2.5 Teori Permintaan

2.5.1 Pengertian Permintaan

Seseorang dalam usaha memenuhi kebutuhannya, pertama kali yang akan

dilakukan adalah pemilihan atas berbagai barang dan jasa yang dibutuhkan. Selain

itu juga dilihat apakah harganya sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Jika

harganya tidak sesuai, maka ia akan memilih barang dan jasa yang sesuai dengan

kemampuan yang dimilikinya. Perilaku tersebut sesuai dengan hukum permintaan

(Samuelson & Nordhaus, 1992), yang mengatakan bahwa bila harga suatu barang

atau jasa naik, maka jumlah barang dan jasa yang diminta konsumen akan

mengalami penurunan. Dan sebaliknya bila harga dari suatu barang atau jasa turun,

maka jumlah barang dan jasa yang dimintai konsumen akan mengalami kenaikan

(ceteris paribus).

Permintaan suatu barang di pasar akan terjadi apabila konsumen

mempunyai keinginan (willing) dan kemampuan (ability) untuk membeli , pada

tahap konsumen hanya memiliki keinginan atau kemampuan saja maka

permintaan suatu barang belum terjadi, kedua syarat willing dan ability harus ada

untuk terjadinya permintaan (Turner, 1971) dalam (Salma, 2004).

Teori permintaan menerangkan sifat dari permintaan pembeli pada suatu

komoditas (barang dan jasa) dan juga menerangkan hubungan antara jumlah yang

diminta dan harga serta pembentukan kurva permintaan (Sugiarto, 2005). Dalam

teori permintaan beberapa istilah perlu diketahui seperti permintaan, hukum

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lembaga Keuangan Menurut ...

permintaan, daftar permintaan, kurva permintaan, permintaan dan jumlah barang

yang diminta dan sebagainya.

Permintaan/ demand adalah sejumlah barang atau jasa yang diminta oleh

konsumen pada beberapa tingkat harga pada suatu waktu tertentu dan pada tempat

atau pasar tertentu (Palutturi, 2005). Menurut Lipsey (1990), demand adalah

jumlah yang diminta merupakan jumlah yang diinginkan. Jumlah ini adalah

berapa banyak yang akan dibeli oleh rumah tangga pada harga tertentu suatu

komoditas, harga komoditas lain, pendapatan, selera, dan lain-lain.

Fungsi permintaan menunjukan hubungan antara kuantitas suatu barang

yang diminta dengan semua faktor yang mempengaruhinya: harga, pendapatan,

selera dan harapan-harapan untuk masa mendatang (Arsyad, 1991).

Hubungan antara harga satuan komoditas (barang dan jasa) yang mau

dibayar pembeli dengan jumlah komoditas tersebut dapat disusun dalam suatu

tabel yaitu daftar permintaan. Data yang diperoleh dari daftar permintaan tersebut

dapat digunakan pula untuk menggambarkan sifat hubungan antara harga suatu

komoditas dengan jumlah komoditas tersebut yang diminta dalam suatu kurva

permintaan. Perlu dibedakan antara permintaan dan jumlah barang yang diminta.

Permintaan adalah keseluruhan daripada kurva permintaan sedangkan jumlah

barang yang diminta adalah banyaknya permintaan pada suatu tingkat harga

tertentu (Sugiarto, 2005).

Kurva permintaan dapat bergeser ke kiri atau ke kanan sebagai efek faktor

bukan harga. Secara umum faktor penentu permintaan yaitu harga barang itu

sendiri, harga barang lain yang berkaitan erat dengan barang tersebut, pendapatan

rumah tangga dan pendapatan rata-rata masyarakat, corak distribusi pendapatan

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lembaga Keuangan Menurut ...

dalam masyarakat, cita rasa masyarakat, jumlah penduduk, dan ramalan mengenai

keadaan di masa yang akan datang (Palutturi, 2005).

Elastisitas permintaan merupakan suatu ukuran kuantitatif yang

menunjukkan besarnya pengaruh perubahan harga atau faktor-faktor lainnya

terhadap perubahan permintaan suatu komoditas. Secara umum elastisitas

permintaan dapat dibedakan menjadi elastisitas permintaan terhadap harga (price

elasticity of demand), elastisitas permintaan terhadap pendapatan (income

elasticity of demand), dan elastisitas permintaan silang (cross price elasticity of

demand). Elastisitas permintaan terhadap harga, mengukur seberapa besar

perubahan jumlah komoditas yang diminta apabila harganya berubah. Jadi

elastisitas permintaan terhadap harga adalah ukuran kepekaan perubahan jumlah

komoditas yang diminta terhadap perubahan harga komoditas tersebut dengan

asumsi ceteris paribus. Nilai elastisitas permintaan terhadap harga merupakan

hasil bagi antara persentase perubahan harga. Nilai yang diperoleh tersebut

merupakan suatu besaran yang menggambarkan sampai berapa besarkah

perubahan jumlah komoditas yang diminta apabila dibandingkan dengan

perubahan harga (Sugiarto, 2005).

2.5.2 Faktor Penentu Permintaan

Permintaan seseorang atau suatu masyarakat atas suatu barang ditentukan oleh

banyak faktor. Diantara faktor – faktor tersebut yang terpenting adalah:

a. Harga barang itu sendiri

Jika harga suatu barang semakin murah, maka permintaan konsumen

terhadap barang itu akan bertambah. Begitu juga sebaliknya, jika harga

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lembaga Keuangan Menurut ...

suatu barang semakin mahal, maka permintaan konsumen terhadap barang

itu akan menurun. (Mandala Manurung, 2004).

b. Harga barang lain yang mempunyai kaitan erat dengan barang tersebut

1. Barang pengganti (barang subtitusi) sekiranya harga barang

pengganti bertambah murah maka barang yang digantikannya akan

mengalami pengurangan atau penurunan dan sebaliknya.

2. Barang pelengkap (barang komplementer), kenaikan atau

penurunan permintaan barang yang dilengkapinya.

3. Barang netral, perubahan terhadap permintaan salah satu barang

tidak akan mempengaruhi permintaan barang lainnya.

c. Pendapatan rata-rata masyarakat dan rumah tangga

Pendapatan para pembeli merupakan faktor yang sangat penting dalam

menentukan corak permintaan terhadap berbagai barang. Perubahan

pendapatan selalu menimbulkan perubahan permintaan berbagai jenis

barang.

d. Cita rasa masyarakat

Cita rasa mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap keinginan

masyarakat untuk membeli barang-barang.

e. Jumlah penduduk

Pertambahan penduduk tidak dengan sendirinya menyebabkan

pertambahan permintaan. Tetapi biasanya pertambahan penduduk diikuti

oleh perkembangan dalam kesempatan kerja. Dengan demikian lebih

banyak orang yang menerima pendapatan dan ini menambah daya beli

dalam masyarakat. Pertambahan daya beli ini akan menambah permintaan.

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lembaga Keuangan Menurut ...

f. Ramalan mengenai keadaan di masa mendatang

Perubahan-perubahan yang diramalkan mengenai keadaan pada masa yang

akan dating dapat mempengaruhi permintaan. Ramalan para konsumen

bahwa harga-harga akan menjadi bertambah tinggi pada masa depan akan

mendorong mereka untuk membeli lebih banyak pada masa kini, untuk

menghemat pengeluaran pada masa yang akan dating. Sebaliknya, ramalan

bahwa lowongan kerja akan bertambah sukar diperoleh dan kegiatan

ekonomi akan mengalami resesi, akan mendorong orang lebih berhemat

dalam pengeluarannya dan mengurangi permintaan. (Sadono Sukirno,

2005)

Adalah sangat sukar untuk menganalisa sekaligus pengaruh berbagai

faktor tersebut terhadap permintaan suatu barang. Oleh sebab itu dalam

membicarakan teori permintaan, para ahli ekonomi membuat analisa yang lebih

sederhana, dengan menganggap permintaan suatu barang terutama dipengaruhi

oleh harga barang itu sendiri. Sadono Sukirno menganalisa mengenai hubungan

antar jumlah permintaan suatu barang dengan harga barang tersebut. Adapun

dalam analisa tersebut diasumsikan bahwa “faktor-faktor lain tidak mengalami

perubahan, ceteris paribus”.

Secara matematis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan dituliskan

dalam persamaan yang dikenal dengan fungsi permintaan:

QD= f(Pq, Py, Y, T, C, Ed,..,)

Dimana: QD = Kuantitas permintaan Pq = Harga barang itu sendiri Py = Harga barang lain Y = Pendapatan rata-rata masyarakat dan rumah tangga T = Cita rasa masyarakat

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lembaga Keuangan Menurut ...

C = Jumlah penduduk

Ed = Ramalan mengenai keadaan di masa mendatang

Hal ini disajikan dalam tabel permintaan di bawah ini, yang menunjukkan

adanya hubungan antara harga dan jumlah barang yang akan dibeli.

Tabel 2.1. Permintaan barang x

Jenis barang Harga per unit (P) Jumlah yang diminta (Q) A 10 1 B 9 2 C 8 3 D 7 4 E 6 5 F 5 6 G 4 7

Sumber: Pengantar Teori Mikroekonomi, Sadono Sukirno.

Pada setiap harga pasar, pada suatu waktu tertentu akan terdapat sejumlah

barang yang hendak dibeli para pembeli. Pada harga yang lebih rendah jumlah

barang yang diminta bertambah, demikian sebaliknya pada harga yang lebih tinggi

jumlah ynag akan diminta berkurang. Berdasarkan tabel tersebut kita dapat

menentukan jumlah barang yang diminta pada berbagai tingkat harga.

Dari daftar permintaan tabel atas barang X dengan tingkat harga yang

berbeda menghasilkan kombinasi tingkat permintaan dan hubungannya dengan

tingkat harga sehingga dapat dibuat sebuah kurva permintaan sebagai berikut:

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lembaga Keuangan Menurut ...

P 12

10 D

8

6 kurva perminta an

4

2 D

0 Q 2 4 6 8 Kurva 2.2. Permintaan Barang dan Harga.

Kurva di atas memperlihatkan bahwa permintaan berbentuk garis lurus

yang miring dari kiri atas ke kanan bawah (downward sloping to the right) atau

mempunyai lereng (slope) yang negatif. Hal ini sangat erat kaitannya dengan

hubungan antara jumlah dan harga yang bersifat berbanding terbalik atau

mempunyai arah yang berlawanan. Q naik apabila P turun. Sifat dari permintaan

ini disebut Hukum Permintaan .

Hukum Permintaan pada hakikatnya merupakan suatu hipotesis yang

menyatakan: “makin rendah harga suatu barang maka makin banyak permintaan

terhadap barang tersebut. Sebaliknya, semakin tinggi harga suatu barang, maka

makin sedikit permintaan terhadap barang tersebut, faktor-faktor lain dianggap

tetap, ceteris paribus”. (Sadono Sukirno, 2005)

2.5.3 Perubahan Permintaan

Ada suatu hal yang penting sekali untuk diperhatikan dalam perubahan

permintaan yaitu perbedaan antara istilah permintaan dan jumlah yang diminta.

Hal ini sering sekali menimbulkan kesalahpahaman, sebab kebanyakan orang

menganggapnya sama. Sampai saat ini masih ada yang mengatakan ”bahwa

Page 39: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lembaga Keuangan Menurut ...

naiknya harga sesuatu barang akan menurunkan permintaan akan barang itu”

pernyataan itu salah, sebab dalam hal ini bukan permintaan (demand) berubah

atau turun, tetapi adalah jumlah yang diminta (quantity demanded). Ada

perbedaan yang jelas antara kedua istilah ini, timbul karena adanya perbedaan

pengertian masalah perubahan atau gerakan kurva permintaan. Perubahan

permintaan dapat dibedakan dalam dua pengertian:

a. Gerakan sepanjang kurva permintaan (shift a long demand curve)

b. Gerakan seluruh kurva permintaan (shift of the demand curve)

Hal yang pertama menyebabkan terjadinya perubahan jumlah yang

diminta sedangkan hal yang kedua menyebabkan terjadinya perubahan permintaan.

Kondisi ini dapat dilihat pada kurva di bawah ini berikut:

P

D

P’

P” D Q Q’ Q” Kurva 2.3. Perubahan Jumlah Yang Diminta

Kurva 2.3 menunjukkan perubahan permintaan sepanjang kurva. Terjadi

bila harga barang atau jasa yang diminta berubah naik atau turun. Penurunan

harga tersebut akan menaikkan jumlah yang diminta dan kenaikan harga barang

atau jasa tersebut akan mengurangi jumlah yang diminta

Page 40: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lembaga Keuangan Menurut ...

Dt D Dn P Dt D Dn 0 Q Qt Q Qn

Kurva 2.4 Pergeseran Kurva Permintaan

Kurva 2.4 menunjukkan terjadinya pergeseran kurva permintaan ke kanan

atau ke kiri disebabkan oleh perubahan permintaan yang ditimbulkan oleh faktor-

faktor selain harga barang atau jasa tersebut. Permintaan bisa naik (kurva

permintaan bergeser ke kanan menjadi Dn Dn) dan bisa juga turun (kurva

permintan bergeser ke kiri Dt Dt). Pada gambar di atas jelas sekali terjadi adanya

pergeseran kurva permintaan, yang disebut perubahan permintaan. (Sugiarto, dkk,

2000)

Ada banyak sebab mengapa kurva permintaan bergeser yakni:

a. tingkat pendapatan masyarakat (income)

b. citarasa atau selera masyarakat (taste)

c. harga barang lain khususnya harga barang-barang perlengkapan dan harga

barang pengganti (price of related comodities)

Jadi dapat diambil suatu asumsi mengenai apa yang dimaksud dengan

kenaikan dan penurunan permintaan, yaitu :

Page 41: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lembaga Keuangan Menurut ...

a. Permintaan dikatakan naik jika:

1. Orang atau masyarakat bersedia membeli jumlah yang lebih

banyak sekalipun harga barang itu tetap tak berubah.

2. Orang atau masyarakat bersedia membeli jumlah barang yang

tetap sekalipun harga barang itu sudah naik.

b. Permintaan dikatakan turun jika:

1. Orang akan membeli jumlah yang lebih sedikit walaupun harganya

tidak berubah.

2. Orang akan membeli jumlah barang yang tetap sekalipun harga

barang itu sudah turun.

Sehubungan dengan adanya perbedaan pengaruh-pengaruh yang

ditimbulkan masing-masing variabel, maka pernyataan perubahan permintaan

maupun jumlah permintaan di atas berada dalam keadaan cateris paribus, yang

berarti semua hal lain tetap.

2.6. Penelitian Sebelumnya

Veronika (2004) yang berjudul ”Analisis Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Permintaan Terhadap Asuransi Kerugian pada PT. Jasaraharja

Putra cabang Medan”. Penelitian ini menelaah bagaimana pengaruh pendapatan

dan pendidikan masyarakat terhadap permintaan Asuransi Kerugian. Variabel

yang digunakan antara lain variabel independen (pendapatan dan pendidikan) dan

variabel dependen (permintaan Asuransi Kerugian). Model analisis yang

digunakan adalah model analisis regresi linier berganda dengan menggunakan

metode Ordinary Least Square (OLS).

Page 42: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lembaga Keuangan Menurut ...

Berdasarkan analisis empiris diperoleh kesimpulan bahwa variabel

pendapatan berpengaruh positip terhadap permintaan asuransi kerugian,

sedangkan variabel pendidikan mempunyai pengaruh negatip terhadap permintaan

asuransi kerugian. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis yang dibuat, yang

menyatakan bahwa baik variabel pendapatan maupun pendidikan mempunyai

pengaruh yang positif terhadap permintaan asuransi kerugian.

Selain itu, berdasarkan uji-t yang dilakukan, variabel pendidikan tidak

signifikan (tidak nyata pengaruhnya) terhadap permintaan asuransi kerugian (t-

hitung < t-tabel). Namun secara serentak (uji-F) keduanya secara nyata

mempengaruhi permintaan asuransi kerugian pada tingkat kepercayaan 95%. Nilai

R2 (koefisien determinasi) yang diperoleh sebesar 0,572 yang berarti variabel-

variabel independen yaitu pendapatan dan pendidikan mampu menjelaskan variasi

dari variabel dependen sebesar 57,2 % dan sisanya 42,8 % dijelaskan oleh

variabel lainnya yang tidak dimasukkan ke dalam model estimasi.

Penelitian lainnya yaitu penelitian dari Renatha (2006) dengan

judul ”Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Terhadap Asuransi

Jiwa pada PT. Allianz Life Indonesia cabang Medan”. Variabel yang digunakan

adalah pendapatan, pendidikan dan usia sebagai variabel independen dan

permintaan polis asuransi jiwa sebagai variabel dependennya. Model analisis yang

digunakan adalah regresi linier berganda dengan metode analisa Ordinary Least

Square (OLS). Pengambilan sampel dilakukan dengan metode simple random

sampling atau pengambilan sampel secara acak.

Dari ketiga variabel yang diuji, variabel pendapatan dan pendidikan

berpengaruh positif terhadap permintaan asuransi jiwa, sedangkan variabel usia

Page 43: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lembaga Keuangan Menurut ...

berpengaruh negatif terhadap permintaan asuransi jiwa. Dari uji parsial (uji-t)

yang dilakukan, pendapatan dan pendidikan nyata pengaruhnya terhadap

permintaan asuransi jiwa, sedangkan usia tidak nyata pengaruhnya terhadap

permintaan asuransi jiwa (t-hitung < t-tabel).

Namun, jika dilakukan uji secara serentak (uji-F) ketiga variabel bebas

nyata pengaruhnya terhadap permintaan asuransi jiwa pada tingkat kepercayaan

99%. Nilai R2 (koefisien determinasi) sebesar 0,902004 yang berarti variabel

pendapatan, pendidikan, dan usia tertanggung mampu menjelaskan variasi dari

variabel dependen sebesar 90,2 % dan sisanya 9,8 % dijelaskan oleh variabel

lainnya yang tidak dimasukkan ke dalam model estimasi.

Haro (2010) dengan judul “Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi

permintaan asuransi pendidikan di kota Medan”. Dengan menggunakan variabel

jumlah anak, pendidikan, pendapatan dan usia berpengaruh positif terhadap

permintaan asuransi sedangkan premi tidak signifikan terhadap permintaan

asuransi pendidikan di kota Medan.

Variabel terikat adalah permintaan asuransi pendidikan dan sebagai

variabel bebas adalah jumlah anak, Lama pendidikan, Tingkat pendapatan, Besar

premi dan usia nasabah. Metode penelitian yang digunakan adalah dengan sampel

non probabilitas (non- probability sampling method).

Berdasarkan uji t-statistik dapat diketahui variabel-variabel yang

berpengaruh secara signifikan terhadap permintaan asuransi pendidikan di Kota

Medan terdapat empat dari lima variabel bebas yang signifikan mempengaruhi

asuransi pendidikan, yaitu variabel jumlah anak, pendidikan, pendapatan dan usia

Page 44: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lembaga Keuangan Menurut ...

sedangkan variabel premi tidak signifikan mempengaruhi permintaan asuransi

pendidikan di Kota Medan dengan tingkat kepercayaan 95%.

Berdasarkan uji serempak diperoleh hasil R2 = 0,545 yang bermakna

bahwa variabel jumlah anak, pendidikan, pendapatan, besar premi dan usia

nasabah mampu menjelaskan variasi permintaan asuransi pendidikan di Kota

Medan sebesar 55% dan sisanya sebesar 45% dijelaskan oleh variabel lain yang

tidak dimasukkan dalam model estimasi. Model analisis yang digunakan adalah

model analisis regresi linier berganda dengan menggunakan metode Ordinary

Least Square (OLS).

2.7 Kerangka Konseptual

Berdasarkan penelitian yang dilakukan sebelumnya serta hasil pengamatan

di lapangan, nasabah dengan tingkat pendapatan yang tinggi cenderung memilih

program asuransi yang uang pertanggungannya tinggi dengan demikian vaiabel

pendapatan mempunyai hubungan yang positif dengan permintaan asuransi/uang

pertanggungan, artinya jika tingkat pendapatan nasabah tinggi maka permintaan

terhadap premi asuransi akan tinggi.

Nasabah dengan tingkat umur yang tinggi cenderung mengambil program

asuransi yang uang pertanggungannya tinggi. Tingkat umur yang tinggi

mempunyai resiko kematian yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang tingkat

umurnya lebih rendah, sehingga variabel umur mempunyai hubungan yang positif

dengan permintaan asuransi/uang pertanggungan, artinya semakin tinggi tingkat

umur maka semakin tinggi pula permintaan terhadap premi asuransinya.

Nasabah dengan jumlah anak yang lebih banyak cenderung mengambil

program asuransi yang uang pertanggungannya rendah. Dengan jumlah anak yang

Page 45: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lembaga Keuangan Menurut ...

banyak, pemenuhan kebutuhan hidup akan semakin besar jika dibandingkan

dengan keluarga dengan jumlah anak sedikit. Dengan demikian variabel jumlah

anak mempunyai hubungan yang negatif dengan variabel permintaan premi

asuransi/uang pertanggungan, artinya semakin banyak jumlah anak dalam

keluarga semakin kecil permintaan premi asuransinya.

Nasabah yang tingkat pendidikannya lebih tinggi cenderung memilih

program asuransi yang uang pertanggungannya tinggi. Kesadaran akan pentingnya

asuransi dalam menanggulangi ketidakpastian akan adanya suatu resiko. Dengan

demikian variabel pendidikan mempunyai hubungan yang positif dengan variabel

permintaan premi asuransi/uang pertanggungan.

Gambar 2.5. Kerangka Konseptual Analisis Permintaan Premi Asuransi Pendidikan di Kabupaten Labuhan Batu

Berdasarkan permasalahan pokok di atas kemudian dikemukakan tujuan

dan kegunaan serta hipotesis yang merupakan jawaban sementara terhadap

masalah yang dikemukakan. Kemudian untuk membuktikan hipotesis, maka

digunakan model analisis regresi berganda yang akan menunjukkan faktor-faktor

yang mempengaruhi permintaan premi asuransi pendidikan di Labuhan Batu

Pendapatan

Saving

Umur Permintaan Premi Asuransi Pendidikan

Jumlah Anak

Tingkat Pendidikan

Page 46: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lembaga Keuangan Menurut ...

2.8. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian,

oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam bentuk

kalimat pertanyaan (Sugiyono, 2009). Adapun hipotesis dalam penelitian ini

adalah :

a. Pendapatan responden berpengaruh positif terhadap permintaan premi

asuransi Pendidikan di Kabupaten Labuhan Batu, Ceteris paribus.

b. Saving berpengaruh negatif terhadap permintaan premi asuransi Pendidikan

di Kabupaten Labuhan Batu, Ceteris paribus.

c. Umur responden berpengaruh negatif terhadap permintaan premi asuransi

Pendidikan di Kabupaten Labuhan Batu, Ceteris paribus.

d. Jumlah anak responden berpengaruh negatif terhadap permintaan premi

asuransi Pendidikan di Kabupaten Labuhan Batu, Ceteris paribus.

e. Tingkat Pendidikan berpengaruh positif terhadap permintaan premi

asuransi Pendidikan di Kabupaten Labuhan Batu, Ceteris paribus.