BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...repository.ump.ac.id/155/3/BAB II ~ Ferni...

21
11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Agensi (Agency Theory) Teori ini menjelaskan hubungan antara agen (manajemen usaha) dan principal (pemilik usaha). Agen diberi kewenangan oleh pemilik untuk melakukan operasional perusahaan, sehinggaagen lebih banyak mempunyai informasi dibandingkan pemilik. Hubungan agensi merupakan suatu kontrak, dimana pihak principal terdiri dari satu orang atau lebih mengadakan perjanjian dengan pihak agen untuk melaksanakan sejumlah jasa, mencakup pendelegasian sejumlah kekuasaan untuk membuat keputusan kepada pihak agen. (Jensen dan Meackling, 1967 dalam Aiisiah 2012). Agen diberi kewenangan oleh principal untuk mendelegasikan pembuatan keputusan mengenai operasional perusahaan sehingga agen mempunyai banyak informasi dibandingkan dengan principal. Dibutuhkan pihak ketiga yang independen sebagai mediator pada hubungan antara principal dan agen. Pihak ketiga berfungsi untuk memonitor perilaku manager. Terkait dengan kondisi keuangan perusahaan yang dalam penelitian ini diproksikan dengan financial distress, merupakan salah satu tanda yang akan menjadi perhatian auditor dalam memberikan opini audit going concern. Oleh karena itu agen akan selalu menjaga kondisi keuangan perusahaan pada tingkat baik. Kaitannya terhadap ukuran perusahaan yaitu, semakin besar perusahaan maka sistem dan manajemen yang dilakukan akan semakin baik, dimana manajer bertanggungjawab atas perkembangan perusahaan. Dalam penelitian ini ukuran Analisis Pengaruh Financial...,Ferni Listantri,FE UMP,2015

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...repository.ump.ac.id/155/3/BAB II ~ Ferni...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...repository.ump.ac.id/155/3/BAB II ~ Ferni Listantri.pdf11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Agensi (Agency

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Agensi (Agency Theory)

Teori ini menjelaskan hubungan antara agen (manajemen usaha) dan

principal (pemilik usaha). Agen diberi kewenangan oleh pemilik untuk

melakukan operasional perusahaan, sehinggaagen lebih banyak mempunyai

informasi dibandingkan pemilik. Hubungan agensi merupakan suatu kontrak,

dimana pihak principal terdiri dari satu orang atau lebih mengadakan perjanjian

dengan pihak agen untuk melaksanakan sejumlah jasa, mencakup pendelegasian

sejumlah kekuasaan untuk membuat keputusan kepada pihak agen. (Jensen dan

Meackling, 1967 dalam Aiisiah 2012). Agen diberi kewenangan oleh principal

untuk mendelegasikan pembuatan keputusan mengenai operasional perusahaan

sehingga agen mempunyai banyak informasi dibandingkan dengan principal.

Dibutuhkan pihak ketiga yang independen sebagai mediator pada hubungan antara

principal dan agen. Pihak ketiga berfungsi untuk memonitor perilaku manager.

Terkait dengan kondisi keuangan perusahaan yang dalam

penelitian ini diproksikan dengan financial distress, merupakan salah satu tanda

yang akan menjadi perhatian auditor dalam memberikan opini audit going

concern. Oleh karena itu agen akan selalu menjaga kondisi keuangan perusahaan

pada tingkat baik.

Kaitannya terhadap ukuran perusahaan yaitu, semakin besar perusahaan

maka sistem dan manajemen yang dilakukan akan semakin baik, dimana manajer

bertanggungjawab atas perkembangan perusahaan. Dalam penelitian ini ukuran

Analisis Pengaruh Financial...,Ferni Listantri,FE UMP,2015

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...repository.ump.ac.id/155/3/BAB II ~ Ferni Listantri.pdf11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Agensi (Agency

 

 

12

perusahaan diproksikan dengan total asset yang dimiliki oleh perusahaan. Dengan

adanya peningkatan asset yang diikuti peningkatan hasil operasi maka perusahaan

akan dapat mempertahankan keberlangsungan hidupnya. Oleh karena itu

perusahaan besar akan cenderung tidak memperoleh opini audit going concern

(Dewayanto, 2011).

Auditor adalah pihak yang mampu menjembatani kepentingan pihak

principal (Shareholders) dengan pihak manajer (principal) dalam mengelola

keuangan perusahaan (Setiawan 2006, dalam Aiisiah 2012). Auditor bertanggung

jawab atas pernyataan pendapat atas laporan keuangan berdasarkan audit yang

telah dilaksanakan (Mulyadi, 2011). Tugas auditor adalah memberikan opini atas

kewajaran laporan keuangan perusahaan dan mempertimbangkan kelangsungan

hidup suatu perusahaan.

2.1.2 Teori Kebangkrutan (Bancrupty Theory)

Menurut Baldwin dalam Elloumi (2001:2), definisi kebangkrutan adalah

:“When a firm’s business deteriorates to the point where it cannot meet its

financial obligations, the firm is said to have entered the state of financial

distress. The first signals of distress are usually violations of debt covenants

coupled with the omission or reduction of dividens”. Dari definisi tersebut dapat

ditarik kesimpulan bahwa ketika suatu perusahaan menuju suatu titik dimana tidak

dapat melunasi obligasi keuangannya, maka perusahaan tersebut mengalami

financial distress.Tanda-tanda awal dari financial distress adalah penundaan

hutang diikuti dengan penurunan dividen yang diterima pemegang saham, (dalam

Simanjuntak, 2008).

Analisis Pengaruh Financial...,Ferni Listantri,FE UMP,2015

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...repository.ump.ac.id/155/3/BAB II ~ Ferni Listantri.pdf11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Agensi (Agency

 

 

13

Menurut Altman (1968), financial distress digolongkan ke dalam empat

istilah umum :

a. Economic Failure

Economic failure terjadi ketika pendapatan tidak dapat menutup total biaya

modal. Usaha yang mengalami hal tersebut dapat meneruskan operasinya

sepanjang kreditur berkeinginan untuk menyediakan tambahan modal dan

pemilik dapat menerima tingkat pengembalian (return) dibawah tingkat bunga

pasar.

b. Business Failure

Business Failure seringkali digunakan untuk menggambarkan berbagai

macam kondisi bisnis yang tidak memuaskan. Business failure mengacu pada

sebuah perusahaan berhenti beroperasi karena ketidakmampuannya untuk

menghasilkan keuntungan atau mendatangkan penghasilan yang cukup untuk

menutupi pengeluaran.

c. Insolvency

1. Technical Insolvency

Merupakan kondisi dimana perusahaan tidak mampu memenuhi

kewajibannya yang jatuh tempo sebagai akibat dari ketidakcukupan arus

kas.

2. Insolvency in Bancrupty Sense

Merupakan kondisi dimana kewajiban lebih besar dari nilai pasar asset

perusahaan. Dan karena itu memiliki ekuitas yang negative.

d. Legal Bancrupty

Sebuah bentuk formal kebangkrutan dan telah disahkan secara hukum,

(Ardina, 2013).

Analisis Pengaruh Financial...,Ferni Listantri,FE UMP,2015

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...repository.ump.ac.id/155/3/BAB II ~ Ferni Listantri.pdf11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Agensi (Agency

 

 

14

Dalam berbagai study akademik, Altman Z-score atau bancrupty model

dipergunakan sebagai alat kontrol terukur terhadap status keuangan suatu

perusahaan yang sedang mengalami (kesulitan keuangan) atau financial distress

dan berada diambang kebangkrutan. Dengan kata lain, dipergunakan sebagai alat

untuk memprediksi kebangkrutan suatu perusahaan.

Persamaan linear oleh Altman sebagai penyempurnaan atas penelitian T-

Test (model uji statistik) yang dilakukan William Beaver (1966 hingga 1968).

Pada saat itu penelitian Beaver menghasilkan persamaan yang hanya memprediksi

kebangkrutan pada suatu perusahaan tertentu dengan menggunakan rasio-rasio

akuntansi pada saat itu saja. Kelemahaan penelitian Beaver itulah yang

disempurnakan oleh Altman dengan Z-scorenya yang menggunakan teknik analisa

deskriminan milik R.A. Fisher (1936). Hasilnya Z-score mampu memprediksi

potensi kebangkrutan suatu perusahaan secara kontinyu dan bersifat umum.

Dengan menggunakan model persamaan yang telah disempurnakan oleh Altman,

yaitu dengan menggunakan indikator Working capital to Total assets (WCTA),

Retained Earnings to total assets (RETA). Earnings before and Taxes to total

assets (EBITA), Book value of Equity to total Liability (MVEBVL)dan Sales to

total assets (STA).

Sejak 1985 Z-score semakin popular, sehingga tidak lagi hanya digunakan

dalam penelitian-penelitian akademik, melainkan diadopsi juga oleh kalangan

auditor, akuntan manajemen, bahkan oleh pihak pengadilan Amerika Serikat

dalam melakukan assessment terhadap perusahaan yang dinyatakan bangkrut.

Analisis Pengaruh Financial...,Ferni Listantri,FE UMP,2015

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...repository.ump.ac.id/155/3/BAB II ~ Ferni Listantri.pdf11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Agensi (Agency

 

 

15

Namun Z-score tidak dipergunakan untuk perusahaan jasa keuangan atau lembaga

keuangan (baik swasta maupun pemerintah).Khusus jenis perusahaan ini memang

tidak menggunakan model berbasis neraca.Hal ini karena adanya kecenderungan

perbedaan yang cukup besar antara neraca suatu institusi keuangan dengan

institusi keuangan lainnya.

Sepanjang periode 1968 hingga 2000, Altman telah menguji tak kurang

dari 66 perusahaan yang sebagian besar merupakan perusahaan jenis manufaktur

dan sebagian kecil perusahaan jenis lain. Semua perusahaan diuji rata-rata

memiliki aset diatas US$ 1 Juta. Altman mengklaim tingkat akurasi formulanya

berkisar antara 80 hingga 90 persen, dengan potensi error antara 10 hingga 15

persen, (Jurnal Akuntansi Keuangan, 2015).

Financial distress merupakan suatu kondisi dimana peusahaan mengalami

kesulitan keuangan dan dikhawatirkan mengalami kebangkrutan sehingga

perusahaan tidak mampu untuk melunasi kewajibannya.Financial distress

diprediksi menggunakan rasio-rasio berdasarkan penelitian sebelumnya (Altman

dan McGough), (1974); Koh dan Killough, (1990).Penelitian sebelumnya

memberikan suatu kesimpulan bahwa model prediksi kebangkrutan menggunakan

rasio-rasio keuangan lebih akurat dibandingkan pendapat auditor dalam

pengelompokkan perusahaan bangkrut dan tidak bangkrut.

Financial distress dalam penelitian ini menggunakan Revised Altman

Model (1993).Resived Altman Model (1993) merupakan model yang

dikembangkan sebelumnya mengalami revisi yang tujuannya adalah agar model

prediksinya tidak hanya digunakan pada perusahaan manufaktur tetapi juga dapat

Analisis Pengaruh Financial...,Ferni Listantri,FE UMP,2015

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...repository.ump.ac.id/155/3/BAB II ~ Ferni Listantri.pdf11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Agensi (Agency

 

 

16

digunakan untuk perusahaan selain manufaktur, (Kumalawati, 2011). Perhitungan

Z-score dengan rumus sebagai berikut :

Z' = 0,717 Z1 + 0,874 Z2 + 3,107 Z3 + 0,420 Z4 + 0,998 Z5

Keterangan :

Z' =Z-Score revised Altman Model

Z1=Working Capital/Total Asset

Z2= Retained Earning/Total Asset

Z3= Earnings Before Interest and Taxes/Total Asset

Z4= Book Value of Equity/Book Value of Debt

Z5= Sales/Total Asset

Kategori :

Bila Z' > 2,9 = Zone “Aman”

Bila Z' < 1,23 = Zone “Distress”

Nilai diperoleh dengan menghitung kelima rasio tersebut berdasarkan data

pada neraca dan laporan laba/ rugi dikalikan dengan koefisien masing-masing

rasio kemudian dijumlahkan dengan hasilnya (Fadilah, 2013).

Menghitung variabel dengan formula Z-Score :

1. Menghitung Z1Working Capital to Total Asset

Working Capital (Modal Kerja) : Aset lancar – kewajiban.

2. Menghitung Z2Retained to Total Asset

Retained Earning (Laba Ditahan) : Jumlah laba ditahan pada neraca

konsolidasi.

3. Menghitung Z3Earning Before Interest and Taxes to Total Asset

Earning Before Interest and Taxes to Total Asset : laba rugi sebelum

beban pajak pada laporan laba rugi konsolidasi.

Analisis Pengaruh Financial...,Ferni Listantri,FE UMP,2015

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...repository.ump.ac.id/155/3/BAB II ~ Ferni Listantri.pdf11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Agensi (Agency

 

 

17

4. Menghitung Z4Book Value of Equity to Book Value of Debt.

Book Value of Equity : Nilai ekuitas bersih pada neraca konsolidasi.

Sedangkan Book Value of Debt : Nilai kewajiban / hutang pada neraca

konsolidasi.

5. Menghitung Z5Sales to Total Asset

Sales : Nilai penjualan bersih pada laporan laba rugi konsolidasi.

Uraian dari rumus Altman Z-Score diatas adalah : (M.Adnan dan M.

Tauffiq, 2005:190).

1. Working Capital to Total Asset.

Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan

modal kerja bersih dari keseluruhan total aktiva yang dimilikinya. Rasio

ini dihitung dengan total aktiva. Modal kerja bersih diperoleh dengan cara

aktiva lancar dikurangi dengan kewajiban lancar. Modal kerja bersih yang

negatif kemungkinan besar akan menghadapi masalah dalam menutupi

kewajiban jangka pendeknya, karena tidak tersedianya aktiva lancar yang

cukup untuk menutupi kewajiban tersebut, sebaliknya perusahaan dengan

modal kerja bersih yang bernilai positif jarang sekali menghadapi

kesulitan dalam melunasi kewajibannya.

2. Retained Earning to Total Asset.

Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba

ditahan dari total aktiva perusahaan. Laba ditahan merupakan laba yang

tidak dibagikan kepada para pemegang saham. Dengan kata lain, laba

ditahan menunjukkan berapa banyak pendapatan perusahaan yang tidak

Analisis Pengaruh Financial...,Ferni Listantri,FE UMP,2015

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...repository.ump.ac.id/155/3/BAB II ~ Ferni Listantri.pdf11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Agensi (Agency

 

 

18

dibayarkan dalam bentuk dividen kepada para pemegang saham. Laba

ditahan menunjukkan klaim terhadap aktiva, bukan per ekuitas pemegang

saham. Laba ditahan terjadi karena para pemegang saham biasa

mengizinkan perusahaan untuk menginvestasikan kembali laba yang tidak

didistribusikan sebagai dividen. Dengan demikian, laba ditahan yang

dilaporkan dalam neraca bukan merupakan kas dan “tidak tersedia” untuk

pembayaran dividen atau yang lain.

3. Earnings Before Interest and Taxes to Total Asset.

Rasio ini menunjukkan kemampuan untuk menghasilkan laba dari

aktivitas perusahaan, sebelum pembayaran pajak dan bunga.

4. Market Value of Equity to Book Value of Debt.

Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi

kewajiban-kewajiban dari nilai pasar modal sendiri (saham biasa). Nilai

pasar modal sendiri diperoleh dengan mengalikan jumlah lembar saham

biasa yang beredar dengan harga pasar per lembar saham biasa. Nilai buku

hutang diperoleh dengan menjumlahkan kewajiban lancar dengan

kewajiban jangka panjang.

5. Sales to Total Asset.

Rasio ini menunjukkan apakah perusahaan menghasilkan volume bisnis

yang cukup dibandingkan investasi dalam total aktivanya. Rasio ini

mencerminkan efisiensi manajemen dalam menggunakan keseluruhan

aktiva perusahaan untuk menghasilkan penjualan dan mendapatkan laba

(dalam Fadilah, 2013).

Analisis Pengaruh Financial...,Ferni Listantri,FE UMP,2015

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...repository.ump.ac.id/155/3/BAB II ~ Ferni Listantri.pdf11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Agensi (Agency

 

 

19

2.1.3 Opini Audit

Opini audit merupakan pernyataan pendapat yang diberikan oleh auditor

dalam menilai kewajaran penyajian laporan keuangan klien yang diauditnya.

Pengukuran variabel opini audit ini menggunakan variabel (dummy). Sudarno dan

(Muttaqin, 2012) menyatakan bahwa opini audit merupakan pernyataan yang

diberikan oleh auditor melalui beberapa tahap sehingga memberikan kesimpulan

atas opininya melalui laporan keuangan yang telah diaudit.

Lima macam opini yang dikeluarkan auditor (Mulyadi, 2011) :

1. Pendapat wajar tanpa pengecualian (Unqualified opinion report)

Dalam pendapat wajar tanpa pengecualian, auditor menyatakan bahwa

laporan keuangan menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material sesuai

dnegan Prinsip Akuntansi Berterima Umum di Indonesia. Laporan audit yang

bersisi pendapatwajar tanpa pengecuaian adalah laporan audit yang paling

dibutuhkan semua pihak, baik oleh klien, pemakai informasi keuangan, maupun

oleh auditor. Laporan keuangan dianggap menyajikan secara wajar posisi

keuangan dan hasil usaha suatu organisasi, sesuai dengan Standar Akuntansi

Keuangan, jika memenuhi kondisi berikut :

a) Standar akuntansi keuangan digunakan sebagai pedoman untuk menyusun

laporan keuangan.

b) Perubahan Standar Akuntansi Keuangan dari periode ke periode telah cukup

dijelaskan.

Analisis Pengaruh Financial...,Ferni Listantri,FE UMP,2015

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...repository.ump.ac.id/155/3/BAB II ~ Ferni Listantri.pdf11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Agensi (Agency

 

 

20

c) Informasi dalam catatannya yang mendukungnya telah digambarkan dan

dijelaskan dengan cukup dalam laporan keuangan sesuai dengan Standar

Akuntansi Keuangan.

2. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan Bahasa penjelasan

(Unqualified opinion report with explantory language).

Saat keadaan tertentu, auditor menambahkan suatu paragraph penjelas,

(atau suatu Bahasa penjelas yang lain) dalam laporan audit meskipun tidak

mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian atas laporan keuangan yang

diaudit. Paragraph penjelas dicantumkan setelah paragraph pendapat. Keadaan

yang menjadi penyebab utama ditambahkan suatu paragraph penjelas/ modifikasi

kata-kata dalam laporan audit buku adalah :

a) Ketidak konsistenan Prinsip Akuntansi Berterima Umum.

b) Keraguan besar tentang kelangsungan hidup entitas.

c) Auditor setuju dengan suatu penyimpangan dari prinsip akuntansi yang

dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan.

d) Penekanan atas suatu hal.

3. Pendapat wajar dengan pengecualian (Qualified opinion report)

a) Lingkup audit yang dibatasi oleh klien.

b) Auditor tidak dapat melaksanakan prosedur audit penting/ tidak dapat

memperoleh informasi penting yang berbeda diluar kekuasaan klien

maupun auditor.

Analisis Pengaruh Financial...,Ferni Listantri,FE UMP,2015

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...repository.ump.ac.id/155/3/BAB II ~ Ferni Listantri.pdf11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Agensi (Agency

 

 

21

c) Laporan keuangan tidak disusun sesuai dengan Standar Akuntansi

Keuangan.

d) Standar Akuntansi Keuangan yang digunakan dalam Penyusunan laporan

keuangan tidak diterapan secara konsisten.

4. Pendapat tidak wajar (Adverse of opinion report)

Pendapat tidak wajar diberikan oleh auditor apabila laporan keuangan

auditee tidak menyajikan secara wajar laporan keuangan sesuai dengan Prinsip

Akuntansi Berterima Umum. Auditor harus menjelaskan alasan yang mendukung

pendapat tidak wajar dan dampak utama dari hal yang menyebabkan pemberian

pendapat tidak wajar.

Auditor memberikan pendapat tidak wajar jika lingkup auditnya tidak

dibatasi, sehingga auditor dapat mengumpulkan bukti kompeten yang cukup untuk

mendukung pendapatnya. Jika pendapat ini diberikan, berarti informasi yang

disajikan klien dalam laporan keuangan tidak dapat dipercaya, sehingga tidak

dapat dipakai untuk pengambilan keputusan oleh pemakai informasi keuangan.

5. Tidak menyatakan pendapat (Disclaimer of opinion report)

Apabila auditor tidak memberikan pendapat atas laporan keuangan

auditan, maka laporan audit ini disebut laporan tanpa pendapat (adverse opinion).

Kondisi yang menyebabkan audit tidak memberikan pendapat adalah:

a) Pembatasan yang luar biasa sifatnya terhadap lingkungan audit.

b) Auditor tidak independen dalam hubungannya dengan klien.

Analisis Pengaruh Financial...,Ferni Listantri,FE UMP,2015

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...repository.ump.ac.id/155/3/BAB II ~ Ferni Listantri.pdf11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Agensi (Agency

 

 

22

Perbedaan antara pernyataan tidak memberikan pendapat dengan pendapat

tidak wajar yaitu, pendapat tidak wajar ini diberikan dalam keadaan auditor

mengetahui adanya ketidakwajaran laporan keuangan klien, sedangkan auditor

menyatakan tidak memberikan pendapat karena ia tidak cukup memperoleh bukti

mengenai kewajaran laporan keuangan auditan atau karena tidak independen

dalam hubungannya dengan klien.

Dalam laporan audit, auditor menyatakan pendapatnya mengenai

kewajaran laporan keuangan auditan. Pendapat auditor disajikan dalam suatu

laporan tertulis yang umumnya berupa laporan audit buku, yang terdiri dari 3

paragraf yaitu paragraf pengantar, paragraf lingkup, paragraf pendapat (Mulyadi,

2011).

2.1.4 Going Concern

Going concern adalah kelangsungan hidup suatu entitas. Dengan adanya

going concern maka suatu badan usaha dianggap akan mampu mempertahankan

kegiatan usahanya dalam jangka waktu panjang tidak akan dilikuidasi dalam

jangka waktu pendek. Suatu entitas dianggap going concern apabila perusahaan

dapat melanjutkan operasinya dan memenuhi kewajibannya (Irfana, 2012).

2.1.5 Opini Audit Going Concern

Opini audit going concern merupakan opini yang dikeluarkan auditor

dengan menambah paragraph penjelas menengenai pertimbangan auditor bahwa

terdapat ketidakmampuan atau ketidakpastian signifikan atas kelangsungan hidup

perusahaan dalam menjalankan operasinya pada masa mendatang (Muttaqin,

2012).

Analisis Pengaruh Financial...,Ferni Listantri,FE UMP,2015

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...repository.ump.ac.id/155/3/BAB II ~ Ferni Listantri.pdf11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Agensi (Agency

 

 

23

2.1.6 Financial Distress

Financial distress (kesulitan keuangan) perusahaan terjadi sebelum

kebangkrutan.Studi yang berkaitan dengan kondisi financial distress pada

umumnya menggunakan rasio keuangan perusahaan. Perluasan penelitian yang

berkaitan dengan prediksi financial distress suatu perusahaan telah dilakukan

dengan memasukkan variabel-variabel penjelas lain yaitu kondisi ekonomi, opini

yang diberikan auditor pada laporan keuangan kliennya dan perbedaan industry.

Studi yang menggunakan rasio keuangan untuk memprediksi kondisi financial

distress suatu perusahaan dilakukan oleh (Zmijewski, 1984) dan (Lau, 1987).

Plat dan Plat (1990), Poston et al. (1994), Doumpos dan Zouponidis

(1999). Studi Plat dan Plat (1990) tentang financial distress dan kebangkrutan

perusahaan dilakukan dengan menggunakan sampel pada beberapa industry.

Perbedaan industry dikontrol dengan menggunakan industry normalizing ratio.

Plat dan Plat (1990) menguji stabilitas dan kelengkapan model kebangkrutan

berdasarkan industry-relative ratio yang dibandingkan dengan rasio yang tidak

disesuaikan berdasarkan jenis industrinya. Hasil penelitian Plat dan Plat (1990)

memberikan bukti bahwa industry relative ratio memiliki tingkat klasifikasi yang

lebih tingggi dibandingkan dengan rasio keuangan yang tidak disesuaikan

berdasarkan jenis industrinya. McKoewn et al., (1991) menemukan bukti bahwa

auditor hampir tidak pernah mengeluarkan opini going concern pada perusahaan

yang tidak mengalami financial distress. Mutchler (1985) meninjau opini audit

untuk perusahaan yang bermasalah didefinisikan sebagai perusahaan yang

memiliki sedikitnya satu diantara ciri-ciri di dalam penelitian Mutchler (1985)

Analisis Pengaruh Financial...,Ferni Listantri,FE UMP,2015

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...repository.ump.ac.id/155/3/BAB II ~ Ferni Listantri.pdf11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Agensi (Agency

 

 

24

sebelumnya. Ciri-ciri tersebut adalah : 1) arus kas negatif ; 2) pendapatan operasi

negatif ; 3) modal kerja negatif ; 4) kerugian pada tahun berjalan, atau defisit

saldo laba tahun berjalan. Informasi tersebut secara umum digunakan untuk

melihat perbedaan antara going concern opinion dengan non going concern

opinion pada perusahaan yang bermasalah.

Chen dan Church (1992) juga menyatakan bahwa perusahaan yang

bermasalah setidaknya memenuhi salah satu dari kriteria berikut : 1) ekuitas yang

negatif ; 2) arus kas yang negatif ; 3) laba operasi yang negatif ; 4) modal kerja

yang negatif ; 5) laba bersih yang negatif ; 6) laba ditahan yang negatif. Hasil

penelitian Chen dan Church (1992) memberikan bukti empiris bahwa rasio-rasio

keuangan merupakan indikator yang penting untuk memprediksi opini

goingconcern (Kumalawati, 2012).

2.1.7 Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan merupakan besar atau luasnya suatu perusahaan dan

merupakan suatu indicator yang dapat menunjukkan kondisi atau karakteristik

suatu perusahaan.Ukuran perusahaan dapat digolongkan menjadi dua bagian yaitu

besar atau kecilnya perusahaan tersebut.Koewn et al (2002) mengatakan bahwa

perusahaan besar lebih banyak menawarkan fee audit tinggi dari pada yang

ditawarkan oleh perusahaan kecil.Dalam kaitannya mengenai kehilangan fee audit

yang signifikan tersebut, sehingga auditor mungkin ragu untuk mengeluarkan

opini audit going concern pada perusahaan besar. Mutchler (1985) menyatakan

bahwa auditor lebih sering mengeluarkan opini audit going concernpada

Analisis Pengaruh Financial...,Ferni Listantri,FE UMP,2015

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...repository.ump.ac.id/155/3/BAB II ~ Ferni Listantri.pdf11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Agensi (Agency

 

 

25

perusahaan kecil, karena auditor mempercayai bahwa perusahaan besar dapat

menyelesaikan kesulitan-kesulitan keuangan yang dihadapinya daripada

perusahaan kecil (Warnida, 2012).

2.1.8 Solvabilitas

Solvabilitas merupakan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban

keuangannya seandainya perusahaan dilikuidasi (Warnida, 2011).

Rasio solvabilitas diukur dengan menggunakan rasio Debt to equity ratio

yang merupakan total hutang dan total ekuitas (Warnida, 2011).

a. Debt to equity ratio

Dalam rangka mengukur, fokus perhatian kreditor jangka panjang

terutama ditunjukkan pada prospek laba dan perkiraan arus kas. Meskipun

demikian, mereka tidak dapat mengabaikan pentingnya tetap mempertahankan

keseimbangan antara proporsi aktiva yang didanai oleh kreditor dan yang

didanai oleh pemilik perusahaan. Keseimbangan proporsi antara aktiva yang

didanai oleh kreditor dan yang didanai oleh pemilik perusahaan diukur dengan

ratio to equity.

Dengan demikian, debt to equity, ini juga dapat memberikan gambaran

mengenai struktur modal yang dimiliki oleh perusahaan, sehingga dapat

dilihat tingkat resiko tertagihnya suatu utang.

Analisis Pengaruh Financial...,Ferni Listantri,FE UMP,2015

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...repository.ump.ac.id/155/3/BAB II ~ Ferni Listantri.pdf11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Agensi (Agency

 

 

26

b. Time interest earned

Time interest earned adalah untuk mengukur kemampuan operasi

perusahaan dalam memberikan proteksi kepada kreditor jangka panjang,

khususnya dalam membayar bunga, digunakan time interest earned.

2.1.9 Profitabilitas

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba terkait

dengan penjualan total aktiva maupun modal sendiri (Sartono, 1998 dalam

Noverio, 2011). Rasio profitabilitas mengukur efektivitas manajemen berdasarkan

hasil pengembalian yang dihasilkan dari penjualan dan investasi.Dalam penelitian

ini rasio profitabilitas yang digunakan adalah return on asset (ROA).ROA

menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari asset yang

dimanfaatkan.Semakin tinggi nilai ROA maka semakin efektif pengelolaan asset

dalam menghasilkan laba operasi perusahaan.

Tujuan dari analisis profitabilitas adalah untuk mengukur tingkat efisiensi

usaha dan profitabilitas yang dicapai perusahaan dalam mengelola aset-aset yang

dimilikinya untuk menghasilkan profit.Perusahaan dengan tingkat profitabilitas

yang tinggi mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut mampu menjalankan

usahanya dengan baik, sehingga dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya.

Dengan kata lain, semakin tinggi tingkat profitabilitas maka semakin rendah pula

kemungkinan pemberian opini audit going concern oleh auditor. Sebaliknya,

perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas rendah maka cenderung akan

mendapatkan opini audit going concen (Komalasari, 2003). Lebih lanjut tingkat

Analisis Pengaruh Financial...,Ferni Listantri,FE UMP,2015

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...repository.ump.ac.id/155/3/BAB II ~ Ferni Listantri.pdf11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Agensi (Agency

 

 

27

profitabilitas dalam penelitian ini menggunakan ROA, ROA merupakan salah satu

bentuk analisis profitabilitas untuk mengukur efisiensi perusahaan dalam

mengelola asetnya guna menghasilkan laba (Kristiana, 2012).

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

Peneliti (Tahun) Variabel Hasil Penelitian Dependen Independen Totok Dewayanto (2011)

Opini audit going concern

Kondisi keuangan, ukuran perusahaan, opini audit tahun sebelumnya, auditor client tenure, opinion shopping, reputasi auditor

Opini audit tahun sebelumnya, reputasi auditor berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Kondisi keuangan berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit goingconcern.

Warnida (2011)

Opini audit going concern

Likuiditas, Ukuran perusahaan, solvabilitas, price earning ratio

Likuiditas dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap opini audit going concern. Solvabilitas berpengaruh signifikan positif terhadap opini audit going concern.

Ira Kristiana (2012)

Opini audit going concern

Ukuran perusahaan, Profitabilitas, Likuiditas, Pertumbuhan perusahaan

Ukuran perusahaan, Profitabilitas, Likuiditas dan Pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif terhadap opini audit going concern.

Lely Kumalawati (2012)

Opini going concern

Opinion shopping, Likuiditas, Financial distress, opini audit, Pertumbuhan perusahaan

Financial distress berpengaruh signifikan terhadap opini going concern, opini audit berpengaruh terhadap opini going concern.

Analisis Pengaruh Financial...,Ferni Listantri,FE UMP,2015

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...repository.ump.ac.id/155/3/BAB II ~ Ferni Listantri.pdf11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Agensi (Agency

 

 

28

(+)

(-)

(+)

(-)

2.2 Kerangka Pemikiran

Penelitian ini berusaha untuk menguji pengaruh financial distress, ukuran

perusahaan, solvabilitas dan profitabilitas terhadap kecenderungan penerimaan

opini audit going concern.

Kerangka pemikiran yang diajukan adalah sebagai berikut :

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

2.3 Perumusan Hipotesis

2.3.1 Pengaruh Rasio Financial distress terhadap Opini Audit Going

Concern.

Carcello dan Neal (2000) menyatakan bahwa semakin buruk kondisi

keuangan perusahaan maka semakin besar probabilitas perusahaan menerima

opini going concern.Altman dan Mc.Gough (1974) menemukan bukti bahwa

tingkat prediksi kebangkrutan dnegan menggunakan suatu model prediksi

mencapai angka 82%, sedangkan dengan menggunakan opini audit, tingkat

Financial Distress

Ukuran Perusahaan

Profitabilitas

Solvabilitas

Peneriman Opini Audit Going Concern

Analisis Pengaruh Financial...,Ferni Listantri,FE UMP,2015

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...repository.ump.ac.id/155/3/BAB II ~ Ferni Listantri.pdf11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Agensi (Agency

 

 

29

keakuratan hanya mencapai 46%. Studi Lenard et al. (2000) memberikan

gambaran pengujian dari fuzzy clustering dan model hybrid yang akan mendukung

keputusan auditor pada saat menyelesaikan evaluasi tentang going concern.

Lenard et al. (2000) mengungkapkan suatu ramalan dimana suatu perusahaan

akan bangkrut atau tidak termasuk dalam komponen atas keputusan going

concern. Perusahaan yang dinyatakan bangkrut akan membantu kepastian dalam

opini auditor yang berkaitan dengan going concern suatu entitas bisnis.

(Kumalawati, 2012).

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat disusun hipotesis sebagai

berikut :

H1 :Financial distress berpengaruh positif terhadap opini audit going concern.

2.3.2 Pengaruh Rasio Ukuran Perusahaan terhadap Opini Audit Going

Concern.

Ukuran perusahaan dapat dinyatakan dalam total asset, penjualan dan

kapitalisasi pasar.Semakin besar total asset, penjualan, dan kapitalisasi pasar maka

semakin besar pula ukuran perusahaan itu. Dari ketiga variabel diatas, nilai asset

relative lebih stabil dibandingkan dengan nilai market capitalized dan penjualan

dalam mengukur ukuran perusahaan, sehingga penelitian ini menggunakan

besarnya asset yang dimiliki oleh perusahaan sebagai proxy dari ukuran

perusahaan. Bukti empiris menemukan bahwa hubungan negatif antara ukuran

perusahaan dengan penerimaan opini audit going concern. Mutchler et al. (1985)

Dalam Santosa dan Wedari (2007) menyatakan bahwa auditor lebih sering

mengeluarkan opini audit going concern pada perusahaan kecil, karena auditor

mempercayai bahwa perusahaan besar dapat menyelesaikan keuangan yang

Analisis Pengaruh Financial...,Ferni Listantri,FE UMP,2015

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...repository.ump.ac.id/155/3/BAB II ~ Ferni Listantri.pdf11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Agensi (Agency

 

 

30

dihadapinya dari pada perusahaan kecil. Oleh karena itu diharapkan dengan

semakin besarnya perusahaan akan semakin kecil perusahaan menerima opini

audit going concern.

Mutchler et al. (1985) dalam Aiisiah (2012) serta Arsianto (2013) yang

menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap penerimaan

opini audit going concern.

Berdasarkan penjelasaan tersebut, maka dapat disusun hipotesis sebagai

berikut :

H2 : Ukuran Perusahaan berpengaruh negatif terhadap opini audit going concern.

2.3.3 Pengaruh Rasio Solvabilias terhadap Opini Audit Going Concern.

Rasio solvabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi seluruh

kewajibannya seandainya dilikuidasi (Warnida, 2011).Semakin tinggi nilai

solvabilitas ratio, maka perusahaan dikatakan mampu memenuhi kewajiban

keuangannya meskipun perusahaan tersebut sedang mengalami laba

negatif.Karena itu, semakin besar kemungkinan auditor untuk memberikan opini

going concern.

Menurut Warnida (2011), mengatakan bahwa rasio solvabilitas

berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut :

H3 : Rasio solvabilitas berpengaruh positif terhadap opini audit going concern.

2.3.4 Pengaruh Rasio Profitabilitas terhadap Opini Audit Going Concern.

Analisis Pengaruh Financial...,Ferni Listantri,FE UMP,2015

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...repository.ump.ac.id/155/3/BAB II ~ Ferni Listantri.pdf11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Agensi (Agency

 

 

31

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba terkait

dengan penjualan, total aktiva, maupun modal sendiri (Sartono, 1998 dalam

Noverio, 2011).Rasio profitabilitas mengukur efektivitas manajemen berdasarkan

hasil pengembalian yang dihasilkan dari penjualan dan investasi.Dalam penelitian

ini rasio profitabilitas yang digunakan adalahreturn on assets (ROA).ROA

menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari asset yang

dimanfaatkan.Semakin tinggi nilai ROA maka semakin efektif pengelolaan asset

dalam menghasilkan laba operasi perusahaan.

Tujuan dari analisis profitabilitas adalah untuk mengukur tingkat efesiensi

usaha dan profitabilitas yang dicapai perusahaan yang bersangkutan. Semakin

tinggi rasio profitabilitas suatu perusahaan maka semakin baik kinerja perusahaan

dalam mengelola aset-aset yang dimilikinya untuk menghasilkan profit.

Perusahaan dengan tingkat profitabilitas tinggi mengindikasikan bahwa

perusahaan tersebut mampu menjalankan usahanya dengan baik sehingga dapat

mempertahankan kelangsungan hidupnya. Dengan kata lain, semakin tinggi

tingkat profitabilitas maka semakin rendah pula kemungkinan pemberian opini

audit going concern oleh auditor. Sebaliknya perusahaan yang memiliki tingkat

profitabilitas rendah maka cenderung akan mendapatkan opini audit going

concern (Komalasari, 2003).Rasio profitabilitas berpengaruh negatif terhadap

penerimaan opini audit going concern (Kristiana, 2012).

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut :

H4 : Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap opini audit going concern.

Analisis Pengaruh Financial...,Ferni Listantri,FE UMP,2015