BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kosmetika 2.1.1 Pengertian ...eprints.umm.ac.id/40043/3/BAB II.pdf ·...

27
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kosmetika 2.1.1 Pengertian Kosmetik Pemakaian kosmetika merupakan hal yang sangat diperlukan oleh seseorang sejak usia bayi sampai usia lanjut, tidak terkecuali pria maupun wanita dengan tujuan untuk mendapatkan kulit yang sehat, wajah yang cantik, penampilan pribadi yang baik dan kepercayaan pada diri sendiri. Kosmetik dikenal oleh manusia sejak berabad-abad yang lalu, sehingga seiring dengan berkembangnya ilmu tentang kosmetologi banyak ilmuan yang menggembangkan tentang ilmu dermatologi agar dapat mengetahui efek dari suatu bahan terhadap kulit, karena saat ini banyak kasus penyakit baru yang muncul akibat dari pemilihan bahan kosmetik yang ternyata dapat mengiritasi kulit seperti bercak merah, rasa panas dan terbakar jika terkena paparan sinar matahari langsung (Tranggono dan Fatma, 2007). Pada tahun 1995 Lubowe menciptakan istilah "cosmedik" yang merupakan gabungan dari kosmetik dan obat yang sifatnya dapat mempengaruhi kulit secara positif, namun bukan obat. Ilmu yang mempelajari kosmetika disebut "kosmetologi" yaitu ilmu yang berhubungan dengan pembuatan, penyimpanan, aplikasi penggunaan, dan efek samping kosmetika (Wasitaatmadja, 1997). 2.1.2 Fungsi Kosmetik Apabila dasar kecantikan adalah kesehatan, maka penampilan kulit yang sehat adalah bagian yang langsung dapat kita lihat, karena kulit merupakan organ tubuh yang berada paling luar dan berfungsi sebagai pembungkus tubuh. Dengan demikian pemakaian kosmetik yang tepat untuk perawatan kulit, rias atau dekoratif akan bermanfaat bagi kesehatan tubuh (Wasitaatmadja, 1997). Penggolongan kosmetika menurut penggunaannya bagi kulit: 1. Kosmetik perawatan kulit (Scin care cosmetic) Jenis ini perlu untuk merawat kebersihan dan kesehatan kulit. Termasuk didalamnya:

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kosmetika 2.1.1 Pengertian ...eprints.umm.ac.id/40043/3/BAB II.pdf ·...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kosmetika 2.1.1 Pengertian ...eprints.umm.ac.id/40043/3/BAB II.pdf · 2.1.1 Pengertian Kosmetik Pemakaian kosmetika merupakan hal yang sangat diperlukan

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kosmetika

2.1.1 Pengertian Kosmetik

Pemakaian kosmetika merupakan hal yang sangat diperlukan oleh seseorang

sejak usia bayi sampai usia lanjut, tidak terkecuali pria maupun wanita dengan

tujuan untuk mendapatkan kulit yang sehat, wajah yang cantik, penampilan

pribadi yang baik dan kepercayaan pada diri sendiri. Kosmetik dikenal oleh

manusia sejak berabad-abad yang lalu, sehingga seiring dengan berkembangnya

ilmu tentang kosmetologi banyak ilmuan yang menggembangkan tentang ilmu

dermatologi agar dapat mengetahui efek dari suatu bahan terhadap kulit, karena

saat ini banyak kasus penyakit baru yang muncul akibat dari pemilihan bahan

kosmetik yang ternyata dapat mengiritasi kulit seperti bercak merah, rasa panas

dan terbakar jika terkena paparan sinar matahari langsung (Tranggono dan Fatma,

2007).

Pada tahun 1995 Lubowe menciptakan istilah "cosmedik" yang merupakan

gabungan dari kosmetik dan obat yang sifatnya dapat mempengaruhi kulit secara

positif, namun bukan obat. Ilmu yang mempelajari kosmetika disebut

"kosmetologi" yaitu ilmu yang berhubungan dengan pembuatan, penyimpanan,

aplikasi penggunaan, dan efek samping kosmetika (Wasitaatmadja, 1997).

2.1.2 Fungsi Kosmetik

Apabila dasar kecantikan adalah kesehatan, maka penampilan kulit yang

sehat adalah bagian yang langsung dapat kita lihat, karena kulit merupakan organ

tubuh yang berada paling luar dan berfungsi sebagai pembungkus tubuh. Dengan

demikian pemakaian kosmetik yang tepat untuk perawatan kulit, rias atau

dekoratif akan bermanfaat bagi kesehatan tubuh (Wasitaatmadja, 1997).

Penggolongan kosmetika menurut penggunaannya bagi kulit:

1. Kosmetik perawatan kulit (Scin care cosmetic)

Jenis ini perlu untuk merawat kebersihan dan kesehatan kulit. Termasuk

didalamnya:

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kosmetika 2.1.1 Pengertian ...eprints.umm.ac.id/40043/3/BAB II.pdf · 2.1.1 Pengertian Kosmetik Pemakaian kosmetika merupakan hal yang sangat diperlukan

6

a. Kosmetik untuk membersihkan kulit (Cleanser): sabun, cleansing cream,

cleansing milk, dan penyegar kulit (freshener).

b. Kosmetik untuk melembabkan kulit (Mosturizer), misalnya: mosturizer

cream, night cream, anti wrinkel cream.

c. Kosmetik pelindung kulit, misalnya sunscreen cream dan sunscreen

foundation, sun block cream/lotion.

d. Kosmetik untuk menipiskan atau mengampelas kulit (Peeling), misalnya

scrub cream yang berisi butiran-butiran halus yang berfungsi sebagai

pengampelas (abrasiver).

2. Kosmetik riasan (dekoratif atau make up)

Jenis ini diperlukan untuk merias dan menutup cacat pada kulit sehingga

menghasilkan penampilan yang lebih menarik serta menimbulkan efek

psikologis yang baik, seperti percaya diri. Dalam kosmetik riasan, peran zat

warna dan pewangi sangat besar. Kosmetik dekoratif terbagi menjadi dua

golongan:

a. Kosmetik dekoratif yang hanya menimbulkan efek pada permukaan dan

pemakaian sebentar, misalnya lipstik, bedak, pemerah pipi, eye shadow, dan

lain-lain.

b. Kosmetik dekoratif yang efeknya mendalam dan biasanya luntur dalam

waktu yang lama, misalnya pemutih kulit, cat rambut, pengeriting rambut,

dan preparat penghilang rambut (Tranggono dan Fatma, 2007).

2.2 Antioksidan

2.2.1 Radikal Bebas

Radikal bebas merupakan suatu molekul yang mempunyai kumpulan

elektron yang tidak berpasangan pada suatu lingkaran luarnya. Radikal bebas

adalah molekul yang mengandung satu atau lebih elektron tidak berpasangan pada

orbital terluarnya, radikal bebas sangat reaktif dan tidak stabil, sebagai usaha

untuk mencapai kestabilannya radikal bebas akan bereaksi dengan atom atau

molekul di sekitarnya untuk memperoleh pasangan elektron. Reaksi ini dalam

tubuh dapat menimbulkan reaksi berantai yang mampu merusak struktur sel, bila

tidak dihentikan akan menimbulkan berbagai penyakit seperti kanker, jantung,

katarak, penuaan dini, serta penyakit degeneratif lainnya (Maria dan Herry, 2014).

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kosmetika 2.1.1 Pengertian ...eprints.umm.ac.id/40043/3/BAB II.pdf · 2.1.1 Pengertian Kosmetik Pemakaian kosmetika merupakan hal yang sangat diperlukan

7

Radikal bebas bertanggung jawab terhadap kerusakan tingkat sel dan

jaringan terkait usia. Pada kondisi normal, terjadi keseimbangan antara oksidan,

antioksidan, dan biomolekul. Radikal bebas yang berlebih menyebabkan

antioksidan seluler natural kewalahan, memicu oksidasi, dan berkontribusi

terhadap kerusakan fungsional seluler. Radikal bebas merupakan penyebab utama

terkait proses penuaan, dianggap sebagai satu-satunya proses utama, dimodifikasi

oleh genetik dan faktor lingkungan; oksigen radikal bebas bertanggungjawab

(reaktivitasnya tinggi) terhadap kerusakan tingkat sel dan jaringan terkait usia.

Akumulasi radikal oksigen pada sel dan modifikasi oksidatif molekul biologi

(lipid, protein, dan asam nukleat) berperan pada penuaan dan kematian sel.

2.2.2 Antioksidan

Antioksidan adalah substansi yang dalam konsentrasi rendah jika

dibandingkan dengan substrat yang akan teroksidasi dapat memperlambat atau

menghambat oksidasi substrat (Sen et al., 2010), berperan penting dalam

melindungi sel dari kerusakan dengan kemampuan memblok proses kerusakan

oksidatif yang disebabkan oleh radikal bebas (Hartanto, 2012). Antioksidan

merupakan suatu zat yang mampu menetralisir atau meredam dampak negatif dari

adanya radikal bebas.

Manfaat dari antioksidan sendiri yaitu untuk menangkal radikal bebas yang

menjadikan antioksidan sangat banyak diteliti oleh para peneliti. Berbagai hasil

penelitian menunjukkan bahwa antioksidan seperti tokoferol, askorbat, flavonoid,

dan likopen dilaporkan dapat memperlambat proses yang diakibatkan oleh radikal

bebas (Andriani et al., 2007).

Antioksidan dapat berperan untuk menurunkan laju perubahan akibat

penuaan yang mampu menstabilkan atau menonaktifkan radikal bebas sebelum

menyerang sel, juga dapat menghambat ataupun menunda oksidasi. Antioksidan

memiliki fungsi preventif dan proteksi terhadap penyakit terkait usia. Manusia

memiliki sistem antioksidan kompleks baik enzimatik maupun non-enzimatik

yang bekerja sinergis untuk melindungi sel dan sistem organ dari kerusakan akibat

radikal bebas. Antioksidan endogen berperan penting menjaga fungsi seluler yang

optimal dan kesehatan sistemik secara umum.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kosmetika 2.1.1 Pengertian ...eprints.umm.ac.id/40043/3/BAB II.pdf · 2.1.1 Pengertian Kosmetik Pemakaian kosmetika merupakan hal yang sangat diperlukan

8

Senyawa fenolik atau polifenolik merupakan kandungan yang terdapat

dalam antioksidan golongan flavonoid yang mana terbukti mampu menangkal

radikal bebas. Antioksidan dapat dihasilkan tanaman berupa senyawa fenolik

(flavonoid, asam fenolik, tannin, dan lignan) mempunyai berbagai efek biologis

seperti aktivitas antioksidan melalui mekanisme sebagai pereduksi, penangkap

radikal bebas, pengkhelat logam, peredam terbentuknya singlet oksigen serta

pendonor elektron (Karadeniz et al., 2005). Flavonoid merupakan salah satu

antioksidan dari kelompok senyawa fenolik yang ditemukan dalam buah dan

sayuran (Farkas et al., 2004). Beberapa tahun belakangan ini, telah dibuktikan

bahwa flavonoid memiliki potensi yang besar melawan penyakit yang disebabkan

oleh penangkap radikal bebas (Middleton et al., 2000 cit Amic et al., 2003).

Struktur kimia flavonoid memiliki inti flavon terdiri dari 15 atom C dengan 3

cincin C6-C3-C6 yang disebut dengan A, B, C. Adapun struktur kimia dari

flavonoid dapat kita lihat pada Gambar 2.1 (Astawan, 2009).

Gambar 2. 1 Struktur Flavonoid

(Astawan, 2009)

2.2.3 Mekanisme Antioksidan

Antioksidan berfungsi sebagai senyawa yang dapat menghambat reaksi

radikal bebas penyebab penyakit karsinogenis, kardiovaskuler dan penuaan dalam

tubuh manusia. Antioksidan diperlukan karena tubuh manusia tidak memiliki

sistem pertahanan antioksidan yang cukup, sehingga apabila terjadi paparan

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kosmetika 2.1.1 Pengertian ...eprints.umm.ac.id/40043/3/BAB II.pdf · 2.1.1 Pengertian Kosmetik Pemakaian kosmetika merupakan hal yang sangat diperlukan

9

radikal bebas yang berlebihan maka tubuh membutuhkan antioksidan eksogen

(berasal dari luar) (Muchtadi, 2013).

Gambar 2. 2 Proses masuknya radikal bebas ke dalam tubuh

(Krisnadi, 2015)

Reaksi berantai pada radikal bebas (tanpa ada antioksidan) terdiri dari tiga

tahap, yaitu:

Tahap inisiasi : RH R* + H*

Tahap propagasi : R* + O2 ROO*

ROO* + RH ROOH +R*

Tahap terminasi : R* + R* R – R

ROO* + R* ROOR

ROO* + ROO* ROOR + O2

Pada tahap inisiasi terjadi pembentukan radikal bebas (R*) yang sangat

reaktif, karena (RH) melepaskan satu atom hidrogen, hal ini dapat disebabkan

adanya cahaya, oksigen atau panas. Pada tahap propagasi, radikal (R*) akan

bereaksi dengan oksigen membentuk radikal peroksi (ROO*). Radikal peroksi

selanjutnya akan menyerang RH (misalnya pada asam lemak) menghasilkan

hidroperoksida dan radikal baru. Hidrogen peroksida yang terbentuk bersifat tidak

stabil dan akan terdegradasi menghasilkan senyawa-senyawa karbonil rantai

pendek seperti aldehida dan keton (Nugroho, 2007).

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kosmetika 2.1.1 Pengertian ...eprints.umm.ac.id/40043/3/BAB II.pdf · 2.1.1 Pengertian Kosmetik Pemakaian kosmetika merupakan hal yang sangat diperlukan

10

Tanpa adanya antioksidan, reaksi oksidasi lemak akan berlanjut sampai

tahap terminasi, sehingga antar radikal bebas dapat saling bereaksi membentuk

senyawa yang kompleks.

Dengan adanya antioksidan maka akan memberikan atom hidrogen atau

elektron pada radikal bebas (R*, ROO*), mengubahnya ke bentuk yang lebih

stabil RH. Sementara turunan radikal antioksidan (A*) memiliki keadaan lebih

stabil dibanding radikal semula R*. Reaksi penghambatan antioksidan terhadap

radikal lipid mengikuti persamaan reaksi sebagai berikut (Yuswantina, 2009) :

Inisiasi : R* + AH RH + A*

Radikal lipida

Propagasi : ROO* + AH ROOH + A*

Gambar 2. 3 Cara Kerja Antioksidan

(Krisnadi, 2015)

Kemampuan antioksidan umumnya diukur berdasarkan nilai IC50,

dimana IC50 ini menggambarkan besarnya konsentrasi suatu senyawa yang

mampu menghambat radikal bebas sebanyak 50%. Jika nilai IC50 semakin

kecil maka kemampuan antioksidan semakin besar (Seneviratnhe et al., 2006).

Penggolongan tingkat aktivitas antioksidan dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kosmetika 2.1.1 Pengertian ...eprints.umm.ac.id/40043/3/BAB II.pdf · 2.1.1 Pengertian Kosmetik Pemakaian kosmetika merupakan hal yang sangat diperlukan

11

Tabel 2. 1 Penggolongan tingkat aktivitas antioksidan (Blois, 1958)

2.3 Penuaan Dini

Penuaan dini yang ditandai dengan kondisi kulit kering, bersisik kasar yang

disertai dengan munculnya keriput dan noda hitam atau flek, kini telah menjadi

hal yang ditakuti manusia pada usia produktif. Faktor penyebab penuaan dini

yaitu faktor internal (kesehatan, daya tahan tubuh, stress dan perubahan hormonal)

dan faktor eksternal (radikal bebas, sinar matahari dan polutan). Radiasi sinar

matahari merupakan faktor paling utama, dan penuaan oleh karena paparan sinar

surya disebut photoaging. Keadaan ini dianggap patologis karena terjadi

kerusakan jaringan akibat paparan sinar matahari (photodamage). Pada daerah

yang sering terkena terutama wajah, leher dan punggung tangan photoaging

memperberat (superimposed) terjadinya penuaan fisiologik. Jadi perubahan yang

tampak adalah kombinasi proses penuaan ekstrinsik maupun intrinsik. Dikatakan

80% penuaan pada wajah merupakan tanda photoaging, walaupun faktor seperti

merokok, alkohol, stres dan lain lainnya berperan pula pada proses timbulnya

kerut wajah dini (Uitto, 1997). Efek berbahaya sinar UVA dan UVB pada kulit

adalah terjadinya kerusakan sel, jaringan dan enzim-enzim tertentu oleh karena

pembentukan radikal bebas. Selain itu juga terjadi kerusakan DNA, yaitu molekul

yang merupakan perangkat genetik sehingga terjadi pertumbuhan tumor akibat

mutasi gena (Kariosentono, 2009).

Proses menua menyebabkan perubahan fisiologik kulit yang dapat terlihat

tandanya terutama pada wajah, ini dapat dipakai sebagai tanda klinis penuaan,

yaitu kulit kering karena menurunnya fungsi/aktifitas kelenjar minyak, kelenjar

keringat dan hormon estrogen serta terjadinya penguapan air yang berlebihan.

JumLah kelenjar keringat aktif juga menurun sehingga produksi keringat

berkurang. Permukaan kulit kasar dan bersisik karena lapisan tanduk mudah lepas

dan ada kecenderungan sel sel mati untuk saling melekat di permukaan. Selain itu

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kosmetika 2.1.1 Pengertian ...eprints.umm.ac.id/40043/3/BAB II.pdf · 2.1.1 Pengertian Kosmetik Pemakaian kosmetika merupakan hal yang sangat diperlukan

12

terjadi kelainan proses keratinisasi dan perubahan ukuran serta bentuk sel lapisan

tanduk, sebagian berkelompok dan mudah lepas sehingga terlihat sebagai sisik

yang kasar Timbul keriput (wrinkles), awalnya keriput halus dibawah mata, lebih

lanjut keriput kasar yang tidak menghilang sewaktu kulit diregangkan. Kulit

menjadi kendor, menggelantung disertai kerutan dan garis-garis kulit lebih jelas.

Bercak pigmentasi yang tidak merata di permukaan kulit karena perubahan

distribusi melanin dan menurunnya fungsi serta prolifrasi melanosit, sehingga

pengumpulan pigmen melanin tidak teratur. Pigmentasi yang dicetuskan sinar

matahari antara lain sebagai freckles, melasma dan lentigo, terutama muncul pada

orang yang rentan. Freckles adalah bercak coklat dengan batas tegas dan tepi tak

teratur. Lentigo merupakan bercak coklat kehitaman yang tepinya rata, biasanya

pada kondisi photodamage yang berat (Kariosentono, 2009).

2.4 Tanaman Bunga Marigold

Bunga Marigold merupakan tanaman dari keluarga Asteraceae yang tersebar

luas di seluruh dunia dengan berbagai spesies dan biasa digunakan sebagai

tanaman hias. Bunga Marigold (Tagetes erecta L.) saat ini telah banyak

dibudidayakan di Indonesia, khususnya di Pulau Bali. “Tagetes” berasal dari

“Tages”, nama seorang demigod yang terkenal dengan kecantikannya. Bunga

Marigold memiliki arti filosofis sebagai bunga keberuntungan dan nilai

kesakralan yang tinggi bagi umat Hindu. Marigold dapat tumbuh sepanjang tahun,

mudah ditanam dan umur panen relatif singkat, membuatnya banyak

dibudidayakan untuk dijadikan tanaman hias, bunga dekorasi dan bunga sesaji.

Spesies Marigold sangat beragam, diantaranya adalah Tagetes erecta, Tagetes

patula, Tagetes minuta,Tagetes lucida, Tagetes tenuifolia dan Tagetes filifolia

(Winarto, 2011). Bunga marigold oleh masyarakat Filipina dimanfaatkan pula

sebagai obat anemia serta rematik (Vasudevan et al., 1997). Marigold

mengandung minyak atsiri sehingga dalam bidang pertanian, bunga marigold

dapat digunakan sebagai fungisida alami dan anti nematoda (Salisbury dan Ross,

1995).

Bunga Marigold memiliki nama yang berbeda-beda disetiap tempatnya

tergantung pada penyebutan masyarakat terhadap bunga Marigold. Di Indonesia

disebut sebagai kenikir, randa kencana dan ades, tahi kotok, sedangkan di negara

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kosmetika 2.1.1 Pengertian ...eprints.umm.ac.id/40043/3/BAB II.pdf · 2.1.1 Pengertian Kosmetik Pemakaian kosmetika merupakan hal yang sangat diperlukan

13

lain bunga Marigold juga memiliki nama yang berbeda-beda seperti Amarello

(Filipina), Oeillet d’inde (French), Marigold (English), Ades (China),

Afrikaantjes, Wan shou ju (Kristy, 2014).

Gambar 2. 4 Bunga Marigold (Tagetes erecta L.)

(sumber: https://www.khasiat.co.id/bunga/marigold.html)

Tagetes yang merupakan nama lain dari tanaman Marigold adalah tumbuhan

tahunan yang dapat tumbuh pada tanah subur berpasir dengan pH netral (7,0–7,5)

serta iklim yang cerah dengan cukup sinar matahari dan drainase baik yang dapat

tumbuh dengan tinggi sekitar 60-90 cm dan tegak (Pratheesh V., et al. 2009).

Menurut Astuti (2003) Marigold berasal dari Meksiko merupakan tanaman yang

memiliki batang tegak, percabangan tidak banyak dan tingginya 0,5-1 m.

Marigold memiliki bunga berbentuk bonggol, tunggal atau terkumpul dalam malai

rata yang jarang dan dikelilingi oleh daun pelindung yang berwarna hijau gelap

dengan tekstur yang bagus, berakar tunjang dan dapat berkembang biak dengan

biji. Bunga Marigold merupakan bunga bertangkai panjang dan ujung tangkainya

membesar serta memiliki susunan mahkota bunga rangkap, warna cerah yaitu

putih, kuning, orange hingga kuning keemasan atau berwarna ganda (Winarto,

2010). Daun menyirip gasal, tajuk daun kedua sisi berjumLah 5-9 dengan panjang

5-9 cm dan bergerigi, di dekat tepi daun terdapat bintik-bintik kelenjar bulat.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kosmetika 2.1.1 Pengertian ...eprints.umm.ac.id/40043/3/BAB II.pdf · 2.1.1 Pengertian Kosmetik Pemakaian kosmetika merupakan hal yang sangat diperlukan

14

2.4.1 Klasifikasi Tanaman

Klasifikasi bunga marigold: (Winarto, 2011)

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Sub Kelas : Asteridae

Ordo : Asterales

Famili : Asteraceae

Sub Famili : Tageteae

Genus : Tagetes

Spesies : Tagetes erecta L.

2.4.2 Kandungan dalam Bunga Marigold

Bunga Marigold memiliki dua komponen metabolit sekunder flavonoid dan

karotenoid. Flavonoid diketahui sebagai antioksidan yang potensial. Aktivitas

sebagai antioksidan dimiliki oleh sebagian besar flavonoid disebabkan adanya

gugus hidroksi fenolik dalam stuktur molekulnya (Gong et al., 2012).

Kadungan karotenoid bunga Marigold sebanyak 68 mg/100 g (Piccaglia et

al., 1998). Karotenoid yang terdapat dalam Marigold adalah karotenoid yang

berwarna kuning seperti karoten (α-karoten dan β-karoten) dan xantofil (lutein

dan zeaxantin) (Handelman, 2001). Kandungan lutein pada Marigold dapat

berfungsi sebagai antioksidan (Zhang et al., 1991) serta dapat meningkatkan

fungsi kekebalan, menekan pertumbuhan kanker payudara, serta menekan

pembelahan sel limfosit (Chew et al., 1996). Ketika senyawa-senyawa tersebut

bereaksi dengan radikal bebas maka akan terjadi pembentukan radikal baru yang

distabilisasi oleh efek resonansi inti aromatik (Gong et al., 2012).

Marigold dapat dipertimbangkan sebagai sumber lutein yang baik, lutein

ester dan sebagian besar pigmen (lebih dari 97%) ditemukan pada daun dan bunga

(Piccaglia et al., 1998). Kandungan senyawa -karoten, trans-lutein, lutein ester,

dan xantofil pada Marigold digunakan sebagai pewarna makanan, pewarna

kosmetik, antioksidan, antikarsinogen, dan produk obat-obatan. Bunga Marigold

pada bidang pertanian efektif dalam pencegahan nematoda pengganggu tanaman

dan efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri (Winarto, 2010).

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kosmetika 2.1.1 Pengertian ...eprints.umm.ac.id/40043/3/BAB II.pdf · 2.1.1 Pengertian Kosmetik Pemakaian kosmetika merupakan hal yang sangat diperlukan

15

Karotenoid berlimpah pada buah dan tanaman dan banyak digunakan

sebagai antioksidan dan mungkin bermanfaat dalam pencegahan penyakit

termasuk kanker (Seddon 1994). Bunga Marigold terdiri dari beberapa spesies

jumLahnya sekitar 33 helenium, helianthus, bunga matahari, dandelion dan masih

banyak lainnya. Dari jumLah tersebut, sumber xantofil terkonsentrasi yaitu

4500mg / lb (Verghese, 1998b) pada kelopak Tagetes erecta L. (Marigold Afrika,

Aztec arigold, Zempasuchil). Kelopak bunga Marigold adalah sumber signifikan

dari xantofil dan memiliki konsentrasi pigmen yang jauh lebih tinggi

dibandingkan dengan bahan tanaman lainnya (Verghese, 1998a). Karotenoid juga

berperan sebagai prekursor vitamin A, yang mana sangat penting dalam nutrisi

tubuh manusia yang berperan sebagai antioksidan efisien. Oleh sebab itu,

mengkonsumsi makanan yang kaya akan karotenoid merupakan suatu bentuk

perlindungan terhadap beberapa jenis penyakit berbahaya seperti kanker,

kerusakan kulit akibat sinar UV, penyakit jantung koroner, katarak, dan

degenerasi molekular (Yunji et al., 2017).

Dalam penyembuhan beberapa penyakit seperti demam, epilepsi, astringent,

karminatif, obat perut, kudis, keluhan hati dan juga digunakan dalam penyakit

mata serta untuk memurnikan darah merupakan khasiat yang bisa didapat dari

bunga Marigold. Jus bunga Marigold juga dapat diberikan sebagai obat

penggumpalan darah serta rematik, pilek, dan bronkitis (Kirtikar and Basu, 1987;

Ghani, 1998).

Dari hasil penelitian pada ekstrak bunga Marigold didapat IC50 seperti yang

tertera pada table dibawah ini : (Valvoya et al., 2012)

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kosmetika 2.1.1 Pengertian ...eprints.umm.ac.id/40043/3/BAB II.pdf · 2.1.1 Pengertian Kosmetik Pemakaian kosmetika merupakan hal yang sangat diperlukan

16

Tabel 2. 2 IC50 ekstrak bunga Marigold

Pada penelitian lain didapatkan hasil dari ekstrak bunga Marigold yaitu

memiliki nilai IC50 3,70 μg/mL. Tingkat kekuatan antioksidan dikatakan sangat

kuat bila memiliki IC50 <50 μg/mL sehingga dapat disebutkan bahwa intensitas

antioksidan ekstrak etanol bunga Marigold sangat kuat (Phrutivorapongkul et al.

2013).

2.5 Sediaan Gel

Gel adalah sistem semi padat di mana fase cairnya dibentuk dalam suatu

matriks polimer tiga dimensi (terdiri dari gom alam dan gom sintetis) yang tingkat

ikatan silang fisik (kimia) tinggi. Polimer-polimer yang biasa digunakan untuk

membuat gel-gel farmasetik meliputi gom alam tragakan, pektin, karagen, agar,

asam alginat, serta bahan-bahan sintetis dan semisintetis seperti metil selulosa,

hidroksi etil selulosa, karboksi metil selulosa, dan carbopol (Lachman, 1994).

Klasifikasi dan Tipe Gel

Gel dapat berupa sistem satu fase atau pun sistem dua fase. Gel fase tunggal

terdiri dari makro molekul organik yang tersebar merata dalam suatu cairan

sedemikian hingga tidak terlihat adanya ikatan antara molekul makro yang

terdispersi dalam cairan. Gel fase tunggal dapat dibuat dari makro molekul

sintetik atau dari gom alam. Gel dua fase yang memiliki ukuran partikel

terdispersi relatif besar yang disebut magma.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kosmetika 2.1.1 Pengertian ...eprints.umm.ac.id/40043/3/BAB II.pdf · 2.1.1 Pengertian Kosmetik Pemakaian kosmetika merupakan hal yang sangat diperlukan

17

Berdasarkan sifatnya, gel dapat digolongkan menjadi:

Gel bersifat hidrofobik

Gel jenis ini disebut juga oleogels yaitu formulasi gel yang terdiri dari basis

parafin liquid dengan polyethylene atau minyak serta penyabunan dengan silika,

aluminium atau zink.

Gel bersifat hidrofilik

Gel jenis ini disebut hydrogels yaitu formulasi gel yang terdiri dari air,

gliserol atau propilenglikol dan sebagai gelling agent digunakan tragakan, pati,

derivat selulosa, polimer karboksivinil, dan magnesium-aluminium silikat.

Membran PVA bersifat hidrofilik disebabkan karena gugus fungsional yang

dimilikinya berupa gugus OH sehingga pada pembuatan membran PVA memiliki

sifat yang sangat mudah berinteraksi dengan air. Molekul-molekul air akan

berinteraksi dengan membran melalui pembentukan ikatan hidrogen. Gugus

hidroksil yang terdapat pada rantai polimer akan menyebabkan membran PVA

bersifat polar. Sifat hidrofilik dan kepolaran membran akan menentukan

selektivitas dan fluks membran.

Berdasarkan sistem fase yang terbentuk, gel dapat digolongkan menjadi:

Gel sistem fase tunggal (satu fase)

Gel sistem fase tunggal disebut juga gel satu fase, yaitu massa gel yang

terdiri dari makro molekul seragam, tersebar merata ke seluruh cairan sedemikian

rupa sehingga tidak lagi tampak batas yang jelas antara molekul yang terdispersi

dengan cairan. Contohnya adalah gel aluminium hidroksida, gel aluminium fosfat.

Gel sistem fase rangkap (dua fase)

Gel sistem fase rangkap yaitu massa gel yang terdiri dari gumpalan

partikel kecil yang terpisah, sering disebut sebagai magma atau susu. Gel jenis ini

terdiri dari kelompok-kelompok partikel kecil yang berbeda dan disebut juga

sistem dua fase. Contohnya adalah bentonit magma, magma bismuth.

Berdasarkan sifat fase koloidnya, gel digolongkan menjadi:

Gel anorganik, contohnya bentonit magma.

Gel organik, pembentuk gel berupa polimer.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kosmetika 2.1.1 Pengertian ...eprints.umm.ac.id/40043/3/BAB II.pdf · 2.1.1 Pengertian Kosmetik Pemakaian kosmetika merupakan hal yang sangat diperlukan

18

Berdasarkan sifat pelarutnya, gel dibagi menjadi:

Hidrogel (pelarut air)

Hidrogel mempunyai biokompatibilitas yang tinggi sebab hidrogel

mempunyai tegangan permukaan yang rendah dengan cairan biologi dan jaringan

sehingga meminimalkan kekuatan adsorbsi protein dan adhesi sel. Hidrogel

bersifat lembut/lunak, elastis sehingga meminimalkan iritasi karena friksi atau

mekanik pada jaringan sekitarnya. Contohnya adalah bentonit magma, gelatin.

Organogel (pelarut bukan air / pelarut organik)

Contoh organogel adalah plastibase (suatu polietilen dengan BM rendah

yang terlarut dalam minyak mineral dan didinginkan secara shock cooled), dan

dispersi logam stearat dalam minyak.

Xerogel

Xerogel yaitu gel yang telah padat dengan konsentrasi pelarut rendah.

Contoh: gelatin kering, tragakan, selulosa kering, dan polystyrene.

Karakteristik Gel

Sweling

Gel dapat mengembang karena komponen pembentuk gel dapat

mengabsorbsi larutan sehinga terjadi pertambahan volume. Pelarut akan

berpenetrasi diantara matriks gel dan terjadi interaksi antara pelarut dengan gel.

Sineresis

Merupakan gejala pada saat gel mengerut secara alamiah dan sebagian dari

cairannya terperas keluar. Hal ini disebabkan karena struktur matriks gel yang

terus mengeras dan mengakibatkan terperasnya air keluar permukaan gel.

Efek suhu

Gel dapat terbentuk melalui penurunan temperature tapi dapat juga

pembentukan gel terjadi setelah pemanasan hingga suhu tertentu. Pada

peningkatan suhu larutan tersebut membentuk gel. Fenomena pembentukan gel

atau pemisahan fase yang disebabkan oleh pemanasan disebut thermogelation.

Efek elektrolit

Kosentrasi elektrolit yang tinggi akan berpengaruh pada gel hidrofilik

dimana ion berkompetisi secara efektif dengan koloid terhadap pelarut yang ada

dan koloid digaramkan (melarut). Gel yang tidak terlalu hidrofilik dengan

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kosmetika 2.1.1 Pengertian ...eprints.umm.ac.id/40043/3/BAB II.pdf · 2.1.1 Pengertian Kosmetik Pemakaian kosmetika merupakan hal yang sangat diperlukan

19

konsentrasi elektrolit kecil akan meningkatkan rigiditas (tingkat kekakuan) gel

dan mengurangi waktu untuk menyusun diri sesudah pemberian tekanan geser.

Elastisitas dan Rigiditas

Elastisitas (tingkat kelenturan) dan rigiditas (tingkat kekakuan) merupakan

karateristik dari gel gelatin agar dan nitroselulosa,selama transformasi dari bentuk

sol menjadi gel terjadi peningkatan elastisitas dengan peningkatan konsentrasi

pembentuk gel.

Rheologi dan Viskositas

Gel memiliki viskositas tertentu yang bergantung pada komposisi polimer

gelling agent. Gel dapat mengental dengan sendirinya membentuk tiksotrop,

sehingga harus dikocok sebelum digunakan untuk mencairkan gel dan

memungkinkan penuangan. Contoh: Carbomer 940 sebagai dispersi 0.5% dalam

air menghasilkan viskositas paling tinggi, yaitu sekitar 40.000 hingga 60.000

centipoises.

Keuntungan dan Kerugian

a. Keuntungan

Sediaan gel memiliki efek pendinginan pada kulit saat digunakan,

penampilan sediaan yang jernih dan elegan, pada pemakaian di kulit setelah

kering meninggalkan film tembus pandang, elastis, mudah dicuci dengan air,

pelepasan obatnya baik, kemampuan penyebarannya pada kulit baik, tidak

lengket, tidak mengotori pakaian, mudah dioleskan, mudah dicuci, tidak

meninggalkan lapisan berminyak pada kulit, viskositas gel tidak mengalami

perubahan yang berarti selama penyimpanan (Lieberman et al., 1998).

b. Kekurangan

Sediaan gel harus menggunakan zat aktif yang larut di dalam air sehingga

diperlukan penggunaan peningkat kelarutan seperti surfaktan agar gel tetap jernih

pada berbagai perubahan temperatur, tetapi gel tersebut sangat mudah dicuci atau

hilang ketika berkeringat, kandungan surfaktan yang tinggi dapat menyebabkan

iritasi dan harga lebih mahal.

2.6 Masker Peel off

Masker peel off merupakan salah satu bentuk sediaan kosmetika wajah yang

umumnya digunakan dalam bentuk gel. Masker wajah peel off diformulasikan

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kosmetika 2.1.1 Pengertian ...eprints.umm.ac.id/40043/3/BAB II.pdf · 2.1.1 Pengertian Kosmetik Pemakaian kosmetika merupakan hal yang sangat diperlukan

20

dengan basis Polivinil Alkohol (PVA), setelah pengolesan dan pengeringan akan

membentuk lapisan oklusif pada wajah (Vieira et al., 2009). Ketika dioleskan

pada kulit wajah, alkohol yang terkandung dalam masker akan menguap dan

membentuk lapisan film. Masker wajah peel off dapat meningkatkan hidrasi pada

kulit kemunkinan karena adanya oklusi (Velasco et al., 2014). Zat aktif

ditambahkan ke dalam formulasi untuk meningkatkan efek oklusi dan tensor.

Formulasi tersebut mengandung bahan pelunak, pelembab, pengawet, surfaktan,

pewangi dan zat aktif (Zague et al., 2008).

Penggunaan masker wajah peel off bermanfaat untuk memperbaiki serta

merawat kulit wajah dari masalah keriput, penuaan, jerawat dan dapat juga

digunakan untuk mengecilkan pori (Grace et al., 2015). Selain itu, masker peel off

juga dapat digunakan untuk membersihkan serta melembabkan kulit. Kosmetik

wajah dalam bentuk masker peel off bermanfaat dalam merelaksasi otot-otot

wajah, sebagai pembersih, penyegar, pelembab dan pelembut bagi kulit wajah

(Vieira et al., 2009).

Untuk memperoleh formulasi masker peel off dengan kualitas tinggi

diperlukan pengetahuan mengenai waktu mengering, kemudahan penggunaan

sediaan, dan kinerja pembentukan film. Waktu pengeringan menjadi sangat

penting untuk diketahui karena formulasi dengan waktu pengeringan yang cepat

akan memungkinkan proses pengelupasan yang cepat pula. Kemudahan

penggunaan (applicability) sediaan juga menjadi parameter yang penting untuk

dievaluasi karena bila penerimaan produk oleh pengguna dosmetik rendah maka

akan menurunkan nilai komersial dari produk tersebut. Faktor kinerja

pembentukan film menjadi bagian yang dipertanggung jawabkan dari setiap

formulasi karena prinsip dari masker peel off itu sendiri berdasarkan pada

kemampuan untuk mebentuk film plastik polimer yang mudah untuk dikelupas

(Beringhs et al., 2013).

Karakteristik ideal dari masker wajah peel off adalah tidak terdapat partikel

yang kasar, tidak toksik, tidak menimbulkan iritasi dan dapat mebersihkan kulit.

Mampu memberikan efek lembab pada kulit, membentuk lapisan film tipis yang

seragam, memberikan efek mengencangkan kulit, dapat kering pada waktu 5-30

menit. Masker peel off harus mudah digunakan dan tidak menimbulkan rasa sakit

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kosmetika 2.1.1 Pengertian ...eprints.umm.ac.id/40043/3/BAB II.pdf · 2.1.1 Pengertian Kosmetik Pemakaian kosmetika merupakan hal yang sangat diperlukan

21

(Grace et al., 2015). Sediaan masker wajah gel peel off seharusnya memiliki pH

yang sesuai dengan pH kulit wajah yaitu 5,4-5,9. Untuk sediaan topikal yang akan

digunakan pada kulit jika memiliki pH lebih kecil dari 4,5 dapat menimbulkan

iritasi pada kulit sedangkan jika pH lebih besar dari 6,5 dapat menyebabkan kulit

bersisik (Rahmawanty et al., 2015).

Profil stabilitas suatu sediaan dapat dilihat selama penyimpanan. Profil

stabilitas berhubungan dengan daya tahan sediaan, efek potensial yang tidak

diinginkan diminimalkan serta membuat database untuk formulasi produk lain

(Wijayanti et al., 2015). Profil stabilitas dapat dilakukan dengan menyimpan

sediaan pada suhu 30º C selama 28 hari (Abdassah et al., 2009).

2.7 Basis

2.7.1 Polivinil Alkohol (PVA)

PVA berperan dalam memberikan efek peel off karena memiliki sifat

adhesive sehingga dapat membentuk lapisan film yang mudah dikelupas setelah

kering (Brick et al., 2014). Konsentrasi PVA merupakan faktor terpenting yang

berpengaruh terhadap kinerja pembentukan film dalam masker wajah peel off

(Beringhs et al., 2013). Konsentrasi humektan dalam formulasi masker wajah gel

peel off dapat berpengaruh terhadap viskositas dan waktu pengeringan sediaan

(Rahmawanty et al., 2015; Barel et al., 2009). Konsentrasi PVA merupakan faktor

terpenting yang berpengaruh terhadap kinerja pembentukan film dalam masker

wajah peel off. Berdasarkan penelitan yang dilakukan oleh Beringhs, et al. (2013)

bahwa peningkatan konsentrasi PVA diatas 11% tidak direkomendasikan karena

akan menimbulkan peningkatan kinerja pembentukan film menjadi tidak

proporsional. Menurut Lestari, Sutyaningsih dan Ruhimat (2013) PVA sebagai

Gambar 2. 5 Struktur Kimia Polivinil Alkohol

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kosmetika 2.1.1 Pengertian ...eprints.umm.ac.id/40043/3/BAB II.pdf · 2.1.1 Pengertian Kosmetik Pemakaian kosmetika merupakan hal yang sangat diperlukan

22

pembentuk lapisan film masker wajah peel off digunakan dalam rentang

konsentrasi 10-16%. PVA juga berperan penting dalam ketebalan film setelah

mengering. Ketebalan film setelah mengering proporsional dengan konsentrasi

PVA (Beringhs et al., 2013). Polivinil alkohol (PVA) merupakan pembentuk film

yang baik, larut dalam air, bersifat adesi, emulsification dan pembentuk barrier

yang digunakan secara luas (Jia et al., 2014; Ma et al., 2009; Wang et al., 2011;

Zhao et al., 2010).

2.7.2 Polyethylene Glycol 6000 (PEG 6000)

Gambar 2. 6 Struktur Kimia Polietilen Glikol 6000

PEG 6000 digunakan sebagai bahan aktif dalam industri farmasi sebagai

pelarut, plasticizer, surfaktan, dasar salep dan supositoria, dan tablet dan pelumas

kapsul. PEG 6000 memiliki toksisitas rendah dengan absorpsi sistemik yang lebih

sedikit dari 0,5%. Polyethylene glycol memiliki toksisitas rendah dan digunakan

dalam berbagai produk. Polimer digunakan sebagai pelapis pelumas untuk

berbagai permukaan dalam lingkungan berair dan tidak berair. Karena PEG

adalah polimer yang fleksibel dan larut dalam air, PEG dapat digunakan untuk

menciptakan tekanan osmotik yang sangat tinggi (pada urutan puluhan atmosfer).

Hal ini menjadikan PEG salah satu molekul yang paling berguna untuk

menerapkan tekanan osmotik dalam biokimia, dan biomembran eksperimen, di

khususnya saat menggunakan teknik stres osmotik.

Polyethylene glycol juga biasa digunakan sebagai fase diam polar untuk gas

kromatografi, serta cairan transfer panas di penguji elektronik. Selain itu, PEG

adalah digunakan saat bekerja dengan kayu hijau sebagai penstabil, dan untuk

mencegah penyusutan. PEG sering digunakan (sebagai senyawa kalibrasi internal)

dalam eksperimen spektrometri massa, dengan pola fragmentasi yang khas

memungkinkan penyetelan yang akurat dan dapat direproduksi. Turunan PEG,

seperti etoksilat kisaran sempit, digunakan sebagai surfaktan. PEG telah

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kosmetika 2.1.1 Pengertian ...eprints.umm.ac.id/40043/3/BAB II.pdf · 2.1.1 Pengertian Kosmetik Pemakaian kosmetika merupakan hal yang sangat diperlukan

23

digunakan sebagai blok hidrofilik kopolimer blok amphiphilic yang digunakan

untuk membuat beberapa polymersomes (Institute of pharmaceutical science &

Research).

2.8 Ekstraksi

Ekstraksi adalah proses pemisahan satu atau lebih komponen dari suatu

campuran homogen menggunakan pelarut cair (solven) sebagai separating agent.

Ekstraksi cair-cair (liquid extraction, solvent extraction): solute dipisahkan dari

cairan pembawa (diluen) menggunakan solven cair. Campuran diluen dan solven

ini adalah heterogen ( immiscible, tidak saling campur), jika dipisahkan terdapat 2

fase, yaitu fase diluen (rafinat) dan fase solven (ekstrak).

Fase rafinat = fase residu, berisi diluen dan sisa solut.

Fase ekstrak = fase yang berisi solut dan solven.

Jenis-jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah:

2.8.1 Ekstraksi Cara Dingin

Metoda ini artinya tidak ada proses pemanasan selama proses ekstraksi

berlangsung, tujuannya untuk menghindari rusaknya senyawa yang dimaksud

rusak karena pemanasanan. Jenis ekstraksi dingin adalah maserasi dan perkolasi.

2.8.1.1 Metode Maserasi

Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi dilakukan

dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari

akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat

aktif, zat aktif akan larut dengan karena adanya perbedaan konsentrasi antara

larutan zat aktif di dalam sel dengan yang di luar sel, maka larutan yang terpekat

didesak keluar. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan

konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel.

2.8.1.2 Metode Perkolasi

Perkolasi adalah proses penyarian simplisia dengan jalan melewatkan

pelarut yang sesuai secara lambat pada simplisia dalam suatu percolator. Perkolasi

bertujuan supaya zat berkhasiat tertarik seluruhnya dan biasanya dilakukan untuk

zat berkhasiat yang tahan ataupun tidak tahan pemanasan. Cairan penyari

dialirkan dari atas ke bawah melalui serbuk tersebut, cairan penyari akan

melarutkan zat aktif sel-sel yang dilalui sampai mencapai keadaan jenuh. Gerak

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kosmetika 2.1.1 Pengertian ...eprints.umm.ac.id/40043/3/BAB II.pdf · 2.1.1 Pengertian Kosmetik Pemakaian kosmetika merupakan hal yang sangat diperlukan

24

kebawah disebabkan oleh kekuatan gaya beratnya sendiri dan cairan di atasnya,

dikurangi dengan daya kapiler yang cenderung untuk menahan. Kekuatan yang

berperan pada perkolasi antara lain: gaya berat, kekentalan, daya larut, tegangan

permukaan, difusi, osmosa, adesi, daya kapiler dan daya geseran (friksi).

2.8.2 Ekstraksi Cara Panas

Metoda ini pastinya melibatkan panas dalam prosesnya. Dengan adanya

panas secara otomatis akan mempercepat proses penyarian dibandingkan cara

dingin. Metodanya adalah refluks, ekstraksi dengan alat soxhlet dan infusa.

2.8.2.1 Metode Refluks

Salah satu metode sintesis senyawa anorganik adalah refluks, metode ini

digunakan apabila dalam sintesis tersebut menggunakan pelarut yang volatil. Pada

kondisi ini jika dilakukan pemanasan biasa maka pelarut akan menguap sebelum

reaksi berjalan sampai selesai. Prinsip dari metode refluks adalah pelarut volatil

yang digunakan akan menguap pada suhu tinggi, namun akan didinginkan dengan

kondensor sehingga pelarut yang tadinya dalam bentuk uap akan mengembun

pada kondensor dan turun lagi ke dalam wadah reaksi sehingga pelarut akan tetap

ada selama reaksi berlangsung. Sedangkan aliran gas N2 diberikan agar tidak ada

uap air atau gas oksigen yang masuk terutama pada senyawa organologam untuk

sintesis senyawa anorganik karena sifatnya reaktif.

2.8.2.2 Metode Soklet

Sokletasi adalah suatu metode atau proses pemisahan suatu komponen yang

terdapat dalam zat padat dengan cara penyaringan berulang-ulang dengan

menggunakan pelarut tertentu, sehingga semua komponen yang diinginkan akan

terisolasi. Sokletasi digunakan pada pelarut organik tertentu. Dengan cara

pemanasan, sehingga uap yang timbul setelah dingin secara kontinyu akan

membasahi sampel, secara teratur pelarut tersebut dimasukkan kembali ke dalam

labu dengan membawa senyawa kimia yang akan diisolasi tersebut.

2.9 Kulit

Kulit adalah organ terbesar dari tubuh dan meliputi wilayah yang sangat

luas. Ketebalan kulit bervariasi di berbagai bagian tubuh. Sel-sel kulit yang paling

tipis pada wajah; ini penting untuk penggunaan kosmetik yang harus mampu

menembus kulit (Young, 1972). Kulit menutupi seluruh tubuh dan melindungi

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kosmetika 2.1.1 Pengertian ...eprints.umm.ac.id/40043/3/BAB II.pdf · 2.1.1 Pengertian Kosmetik Pemakaian kosmetika merupakan hal yang sangat diperlukan

25

dari berbagai jenis rangsangan eksternal dan kerusakan serta dari hilangnya

kelembapan. Luas permukaan kulit orang dewasa sekitar 1,6 m2 (Mitsui, 1997).

Kulit merupakan organ yang vital dan esensial serta merupakan cermin kesehatan

dan kehidupan (Djuanda, 2007).

2.9.1 Struktur Kulit

Kulit terdiri atas tiga lapisan, yaitu: lapisan epidermis, dermis, dan

hipodermis. Epidermis merupakan lapisan luar tipis kulit. Epidermis terdiri atas

lima lapisan, yaitu:

1. Stratum germinativum atau stratum basale

Lapisan ini terdiri dari satu lapis sel, yang terletak paling dekat dengan

dermis di bawahnya. Stratum basale berisi beberapa jenis sel, yaitu:

a. Sel-sel punca: yang membelah dan memperbaharui populasi sel punca serta

menghasilkan sel anak (keratinosit).

b. Keratinosit: sel paling banyak pada lapisan ini. Sel ini membelah 3 – 6 kali

sebelum bergerak ke atas menuju stratum spinosum.

c. Melanosit: sel-sel penghasil pigmen (melanin). JumLah melanosit sama

pada setiap orang, namun aktivitasnya jauh lebih tinggi pada orang berkulit

gelap.

Gambar 2. 7 Anatomi kulit

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kosmetika 2.1.1 Pengertian ...eprints.umm.ac.id/40043/3/BAB II.pdf · 2.1.1 Pengertian Kosmetik Pemakaian kosmetika merupakan hal yang sangat diperlukan

26

d. Sel-sel Merkel: sel-sel neuroendokrin yang jarang ada, yang berperan

sebagai mekanoreseptor ‘taktil’ yang beradaptasi lambat. Sel-sel ini paling

banyak di bibir dan lidah, namun sulit diidentifikasi karena memiliki

tampilan serupa dengan melanosit.

2. Stratum spinosum

Lapisan ini terdiri dari beberapa lapis keratinosit, dan beberapa sel

Langerhans.

a. Keratinosit: mengubah ekspresi keratin saat berdiferensiasi. Filamen-filamen

keratin di dalam sel untuk memperkuat hubungan sel-sel dan membuat

hubungan erat antar sel.

b. Sel-sel Langerhans: merupakan sel penyaji antigen khusus (sel dendritik)

yang menyusun sekitar 3–6% sel pada lapisan stratum spinosum. Saat sel ini

terpapar oleh benda asing/ antigen, sel-sel ini bermigrasi keluar epitel dan

menuju kelenjar getah bening regional untuk menginisiasi respons imun.

3. Stratum granulosum

Lapisan ini terletak pada bagian atas stratum spinosum. Lapisan ini berisi

keratinosit yang telah bergerak ke atas dan selanjutnya berdiferensiasi menjadi sel

bergranul. Sel-sel ini menekan lipid khusus pada granula intraselular menuju

celah antar sel-sel mati (skuama) pada lapisan di atasnya. Saat bergerak ke atas,

sel-sel ini mulai kehilangan nukleus dan organel sitoplasmanya, kemudian mati.

Sel-sel mati menjadi ‘skuama’ berkeratin dari lapisan teratas.

4. Stratum lusidum

Lapisan ini merupakan lapisan kelima yang kadang-kadang ditemukan pada

kulit tebal di antara lapisan stratum granulosum dan stratum korneum. Lapisan ini

tipis dan transparan serta sulit teridentifikasi pada potongan histologis rutin.

5. Stratum korneum

Lapisan ini merupakan lapisan teratas dan terluar, dan terdiri dari sel-sel

mati, yang menjadi datar dan tampak seperti pengelupasan kulit (atau skuama).

Sel-sel ini berisi lapisan keratin yang kuat yang berikatan silang, pada bagian

dalam terikat pada lipid khusus, dan pada bagian luar membentuk sawar anti-air

yang kuat. Skuama akhirnya mengelupas (Peckham, 2014).

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kosmetika 2.1.1 Pengertian ...eprints.umm.ac.id/40043/3/BAB II.pdf · 2.1.1 Pengertian Kosmetik Pemakaian kosmetika merupakan hal yang sangat diperlukan

27

Lapisan dermis merupakan lapisan di bawah epidermis yang jauh lebih tebal

daripada epidermis. Matriks kulit mengandung pembuluh-pembuluh darah dan

saraf yang menyokong dan memberi nutrisi pada epidermis yang sedang tumbuh

(Anderson, 1996). Lapisan dermis berfungsi untuk proteksi, sensasi, dan

termoregulasi. Lapisan ini berisi saraf, pembuluh darah, dan fibroblas yang

menyekresi matriks ekstraselular, dan serat (kolagen dan elastin). Lapisan ini juga

berisi kelenjar keringat (pada bagian tepi dengan hipodermis), yang membuka

keluar menuju permukaan kulit. Kolagen dan elastin memberikan kekuatan dan

daya regang pada kulit (Peckham, 2014).

Lapisan dermis terdiri dari lapisan elastis dan fibrosa padat dengan elemen-

elemen selular dan folikel rambut. Secara garis besar dibagi menjadi dua bagian

yakni:

a. Pars papilare

Bagian yang menonjol ke epidermis dan berisi ujung serabut saraf dan

pembuluh darah.

b. Pars retikulaare

Bagian di bawahnya yang menonjol ke arah subkutan. Bagian ini terdiri atas

serabut-serabut penunjang seperti serabut kolagen, elastin, dan retikulin. Lapisan

ini mengandung pembuluh darah, saraf, rambut, kelenjar keringat, dan kelenjar

sebasea. (Djuanda, 2007)

Lapisan subkutis lapisan ini merupakan lanjutan dermis, tidak ada garis

tegas yang memisahkan dermis dan subkutis. Terdiri dari jaringan ikat longgar

berisi sel-sel lemak di dalamnya. Sel-sel lemak merupakan sel bulat, besar,

dengan inti terdesak ke pinggir sitoplasma lemak yang bertambah. Jaringan

subkutan mengandung syaraf, pembuluh darah dan limfe, kantung rambut, dan di

lapisan atas jaringan subkutan terdapat kelenjar keringat. Fungsi jaringan

subkutan adalah penyekat panas, bantalan terhadap trauma, dan tempat

penumpukan energi (Djuanda, 2007). Lapisan hipodermis berisikan jaringan

adiposa dan kelenjar keringat. Jaringan adiposa ini penting untuk fungsi

metabolisme seperti produksi trigliserida dan vitamin D. Arteri yang menyuplai

kulit ditemukan di lapisan dalam pada hipodermis. Pada kondisi dingin, aliran

darah menuju kapiler superfisial pada kulit dikurangi untuk mempertahankan suhu

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kosmetika 2.1.1 Pengertian ...eprints.umm.ac.id/40043/3/BAB II.pdf · 2.1.1 Pengertian Kosmetik Pemakaian kosmetika merupakan hal yang sangat diperlukan

28

inti tubuh. Pada kondisi panas, aliran darah ke kulit meningkat dan darah pada

kapiler superfisial mengalami pendinginan oleh evaporasi keringat pada

permukaan kulit (Peckham, 2014).

2.9.2 Fungsi Kulit

Kulit adalah organ dengan berbagai fungsi penting. Fungsi penting dari

kulit, antara lain:

1. Perlindungan

Serat elastis dari dermis dan jaringan lemak subkutan bertindak untuk

mencegah guncangan mekanik eksternal. Kulit memiliki kapasitas menetralkan

alkali dan permukaan kulit dijaga pada pH asam lemah untuk melindungi terhadap

racun kimia. Bagian tubuh yang menerima guncangan mekanik kronis seperti

kaki, tempurung lutut dan tangan pekerja manual mempunyai lapisan tanduk yang

menebal untuk melindungi terhadap rangsangan eksternal. Selain itu, lapisan

tanduk terluar dari kulit dan lipid permukaan kulit bertindak sebagai penghalang

melawan penetrasi air dan hilangnya cairan tubuh. Mereka juga membentuk

penghalang melawan racun eksternal. Asam lemak tak jenuh pada lipid kulit

mempunyai sifat bakterisida dan mencegah pertumbuhan bakteri pada kulit.

Selain itu, kulit memiliki sel-sel berkaitan dengan imunitas yang memberikan

tubuh dengan reaksi pertahanan imunitas melalui respon imun. Pigmentasi

melanin pada kulit berperan menyerap dan melindungi tubuh terhadap radiasi UV

yang berbahaya. Selain itu, ketidakrataan dari permukaan kulit berperan untuk

melindungi tubuh dari cahaya yang berbahaya.

2. Pengaturan suhu

Kulit menyesuaikan suhu tubuh dengan mengubah jumLah darah yang

mengalir melalui kulit dengan dilatasi dan konstriksi dari kapiler darah kulit dan

oleh penguapan keringat. Pusat penyesuaian suhu tubuh ditemukan di

hipotalamus; ketika suhu tubuh menurun, hipotalamus meningkatkan aktivitas

saraf vasokonstriktor kulit untuk menyempitkan kapiler darah dan mencegah suhu

tubuh turun. Ketika suhu tubuh meningkat, aktivitas saraf berkurang, dan kapiler

darah melebar sampai meningkatkan kehilangan panas. Pusat berkeringat juga di

hipotalamus. Selain itu, lapisan tanduk, jaringan subkutan dan tubuh itu sendiri

mencegah perubahan cepat suhu tubuh dengan menghalangi transmisi perubahan

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kosmetika 2.1.1 Pengertian ...eprints.umm.ac.id/40043/3/BAB II.pdf · 2.1.1 Pengertian Kosmetik Pemakaian kosmetika merupakan hal yang sangat diperlukan

29

suhu eksternal ke bagian dalam tubuh. Otot pembangun rambut juga memainkan

peran pengaturan suhu dengan menjebak sebuah lapisan pembatas udara pada

permukaan kulit yang mengurangi hilangnya panas tubuh. Otot pembangun

rambut (merinding) juga di bawah kendali sistem saraf otonom.

3. Tanggapan sensoris

Kulit mengindra berubah di dalam lingkungan eksternal dan bertanggung

jawab pada sensasi kulit. Kulit mengindra tekanan, sentuhan, suhu dan nyeri. Ada

berbagai reseptor pada kulit untuk mendeteksi perubahan lingkungan seperti; sel-

sel Meissner, cakram Merkel, sel-sel Golgi Mazzoni yang bertanggung jawab

pada sensasi sentuhan. Sel-sel Pacinian yang dianggap berkaitan dengan rasa

tekanan, Krause end bulbs merasakan dingin, sel-sel Ruffini merasakan suhu, dan

ujung saraf bebas berhubungan dengan sensasi nyeri. Rangsangan eksternal

merangsang ujung saraf sensoris ini yang menyampaikan informasi melalui sum-

sum tulang belakang, batang otak dan hipotalamus ke korteks otak yang

menafsirkan sensasi.

4. Absorpsi

Berbagai zat diserap dari kulit ke dalam tubuh. Ada dua jalur penyerapan,

satu melalui epidermis, dan satu melalui kelenjar sebasea dari folikel rambut.

Steroid dan bahan larut lemak seperti vitamin A, D, E dan K diserap melalui kulit,

tetapi bahan larut air tidak diserap dengan mudah sebagai hasil dari penghalang

air dan bahan larut air yang dibentuk oleh lapisan tanduk. Kelarutan lemak dari

bahan yang diserap, usia individu, suplai darah kulit, suhu kulit, kandungan air

dari lapisan tanduk, tingkatan kerusakan lapisan tanduk, dan suhu lingkungan dan

kelembapan semua memainkan peran utama di dalam penyerapan transdermal.

Satu manfaat dari jenis penyerapan transdermal ini telah menjadi pengembangan

sistem pengantaran obat kulit sebagai metode untuk memasok obat untuk tubuh.

5. Fungsi lain

Kulit juga berperan dalam menunjukkan kondisi emosional, seperti

memerah, dan ketakutan (pucat dan rambut tegak), dan dapat digambarkan

sebagai organ penanda emosi. Kulit juga mensintesis vitamin D melalui kerja

sinar UV pada prekursor vitamin-D di kulit (Mitsui, 1997).

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kosmetika 2.1.1 Pengertian ...eprints.umm.ac.id/40043/3/BAB II.pdf · 2.1.1 Pengertian Kosmetik Pemakaian kosmetika merupakan hal yang sangat diperlukan

30

2.10 Evaluasi Sediaan Semisolid

2.10.1 Karakteristik Fisik Sediaan

2.10.1.1 Pengujian Organoleptis

Uji organoleptik dilakukan secara visual dan dilihat secara langsung bentuk,

warna, bau, dari gel yang di buat . Gel biasanya jernih dengan konsentrasi

setengah padat (Ansel,1998).

2.10.1.2 Pengukuran pH

Penetapan pH dalam hal ini diuji agar dapat diketahui pH dari sediaan yang

dibuat untuk selanjutnya stabilias pH dari sediaan dapat dipertahankan pada suatu

rentang pH tertentu. Untuk sediaan yang akan diaplikasikan secara topikal pada

kulit jika pH lebih kecil dari 4,5 (terlalu asam) akan menimbulkan iritasi pada

kulit sedangkan apabila pH lebih besar dari 8,0 (terlalu basa) akan membuat kulit

bersisik sebagaimana persyaratan SNI rentang pH yang baik digunakan yaitu 4,5 -

8,0.

2.10.1.3 Pengujian Daya Sebar

Diartikan sebagai kemampuan meyebar gel pada kulit. Caranya yakni

dengan volume tertentu dibawa ke pusat antara 2 lempeng gelas, lempeng sebelah

atas dalam interval waktu tertentu dibebanioleh peletakan dari anak timbangan.

Permukaan penyebaran yang dihasilkan dengan menaikkan pembebanan

menggambarkan suatu karakteristik untuk daya sebar. Semakin menyebar

menunjukkan kemampuannya dalam distribusi merata.

2.10.1.4 Pengujian Homogenitas

Pengujian homogenitas dilakukan dengan mengoleskan sampel masker peel

off pada gelas objek dan diamati menggunakan mikroskop optik pada perbesaran

10 kali (Arikumalasari, 2013). Hasil uji harus menunjukkan susunan yang

homogen. Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan masker gel peel off

harus terdispersi secara merata dalam sediaan (DepKes RI, 1979).

2.10.1.5 Pengujian Viskositas

Merupakan pernyataan tahanan dari suatu sediaan untuk mengalir, makin

tinggi viskositas akan semakin besar tahanannya atau semakin kental. Viskositas

sediaan diuji dengan menggunakan viskometer cup and bob.

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kosmetika 2.1.1 Pengertian ...eprints.umm.ac.id/40043/3/BAB II.pdf · 2.1.1 Pengertian Kosmetik Pemakaian kosmetika merupakan hal yang sangat diperlukan

31

2.10.2 Uji Waktu Mengering Sediaan

Pengujian waktu mengering sediaan dilakukan dengan menghitung pada saat

masker gel peel off dioleskan hingga benar-benar terbentuk lapisan yang kering

dengan tujuan agar dapat mengamati waktu yang diperlukan sediaan untuk

mengering. Waktu yang baik apabila sediaan mengering pada rentang waktu 15-

30 menit setelah diaplikasikan (Shai et al.., 2009).