BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Diabetes Mellitus … II.pdf · Glukosa pada urin meningkatkan...

24
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Diabetes Mellitus Tipe 2 2.1.1 Definisi Diabetes mellitus merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan kekurangan produksi insulin oleh pankreas atau insulin yang diproduksi tidak efektif yang disebabkan oleh keturunan dan/atau didapat (WHO, 2014). Diabetes mellitus juga diartikan sebagai penyakit metabolik yang ditandai dengan hiperglikemia yang disebabkan oleh defek produksi insulin, defek reaksi insulin, atau keduanya (Goldenberg & Punthakee, 2013). Diabetes mellitus diklasifikasikan menjadi DMT1, DMT2, dan DM gestasional. Diabetes mellitus tipe 1 merupakan DM yang disebabkan oleh kerusakan sel β pancreas yang diakibatkan oleh genetik, autoimun, dan faktor lingkungan (seperti virus). Diabetes meliitus tipe 2 merupakan DM yang disebabkan menurunnya sensitifitas terhadap insulin (resistensi insulin) atau produksi insulin tidak adekuat. Diabetes mellitus gestasional merupakan intoleransi glukosa selama kehamilan yang biasanya pada trimester kedua atau ketiga. (Smeltzer, Hinkle, & Cheever, 2014) 2.1.2 Patofisiologi Diabetes mellitus tipe 2 merupakan DM yang disebabkan oleh penurunan sensitivitas insulin atau produksi insulin yang tidak adekuat. Insulin adalah hormon yang disekresikan sel β pankreas yang berfungsi dalam memindahkan glukosa ke otot, hati dan sel lemak. Insulin memiliki peran dalam proses

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Diabetes Mellitus … II.pdf · Glukosa pada urin meningkatkan...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Diabetes Mellitus … II.pdf · Glukosa pada urin meningkatkan ... sebaiknya pada pukul 07.00 pagi sehingga makan dan selingan malam tidak larut

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Diabetes Mellitus Tipe 2

2.1.1 Definisi

Diabetes mellitus merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan

kekurangan produksi insulin oleh pankreas atau insulin yang diproduksi tidak

efektif yang disebabkan oleh keturunan dan/atau didapat (WHO, 2014). Diabetes

mellitus juga diartikan sebagai penyakit metabolik yang ditandai dengan

hiperglikemia yang disebabkan oleh defek produksi insulin, defek reaksi insulin,

atau keduanya (Goldenberg & Punthakee, 2013). Diabetes mellitus

diklasifikasikan menjadi DMT1, DMT2, dan DM gestasional. Diabetes mellitus

tipe 1 merupakan DM yang disebabkan oleh kerusakan sel β pancreas yang

diakibatkan oleh genetik, autoimun, dan faktor lingkungan (seperti virus).

Diabetes meliitus tipe 2 merupakan DM yang disebabkan menurunnya sensitifitas

terhadap insulin (resistensi insulin) atau produksi insulin tidak adekuat. Diabetes

mellitus gestasional merupakan intoleransi glukosa selama kehamilan yang

biasanya pada trimester kedua atau ketiga. (Smeltzer, Hinkle, & Cheever, 2014)

2.1.2 Patofisiologi

Diabetes mellitus tipe 2 merupakan DM yang disebabkan oleh penurunan

sensitivitas insulin atau produksi insulin yang tidak adekuat. Insulin adalah

hormon yang disekresikan sel β pankreas yang berfungsi dalam memindahkan

glukosa ke otot, hati dan sel lemak. Insulin memiliki peran dalam proses

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Diabetes Mellitus … II.pdf · Glukosa pada urin meningkatkan ... sebaiknya pada pukul 07.00 pagi sehingga makan dan selingan malam tidak larut

11

metabolisme dan transportasi glukosa menjadi energi, proses anabolisme glukosa

menjadi glikogen pada hati, merangsang penyimpanan lemak pada jaringan

adiposa, dan mempercepat proses transport asam amino ke dalam sel (Smeltzer,

Hinkle, & Cheever, 2014). Pada fase awal (fase prediabetes) resistensi insulin

dikompensasi dengan hipersekresi insulin oleh pankreas sehingga kadar glukosa

darah tetap normal. Secara perlahan sel β pankreas gagal dalam mempertahankan

hipersekresi diikuti dengan resistensi insulin menyebabkan timbulnya gejala klinis

diabetes. Hiperglikemia kronis dapat menyebabkan penurunan sel β pankreas.

Proses penuaan normal menyebabkan penurunan sebesar 1% per tahun berbanding

7% pada penderita DMT2 dewasa. (Mohan & Unnikrishnan, 2014)

2.1.3 Tanda dan Gejala

Penderita DMT2 akan mengalami tiga gejala klasik yaitu poliuri, poldipsi,

dan polifagi. Poliuri merupakan gejala yang ditandai dengan peningkatan

frekuensi berkemih. Poliuri disebabkan oleh tingginya kadar glukosa darah yang

melewati kemampuan filtrasi ginjal dan menyebabkan terjadinya glukosuria.

Glukosa pada urin meningkatkan tekanan osmotik urin dan menghambat

reabsorpsi air oleh ginjal yang menyebabkan peningkatan produksi urin dan

kehilangan cairan. Polidipsi merupakan gejala yang ditandai dengan rasa haus

yang meningkat yang disebabkan oleh kehilangan cairan melalui urin akibat

poliuri. Polifagi merupakan gejala dimana penderita DMT2 merasakan

peningkatan rasa lapar (Chattophadhyay & Eddouks, 2012). Beberapa gejala

klinis lain yang dapat ditemukan pada penderita DMT2 adalah kelemahan dan

kelelahan, perubahan penglihatan, mati rasa atau kadang geli pada tangan atau

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Diabetes Mellitus … II.pdf · Glukosa pada urin meningkatkan ... sebaiknya pada pukul 07.00 pagi sehingga makan dan selingan malam tidak larut

12

kaki, kulit kering, luka yang sulit sembuh, dan infeksi berulang. (Smeltzer,

Hinkle, & Cheever, 2014)

2.1.4 Kriteria Diagnosis

Kriteria diagnosis DM dilakukan melalui pemeriksaan glukosa darah vena

dan ditentukan berdasarkan: 1) gula darah puasa (tidak ada asupan kalori dalam 8

jam atau lebih) ≥7 mmol/L (≥126 mg/dL); 2) kadar HbA1C ≥ 6,5% dan; 3) 2

hours plasma glucose (2hPG) dengan 75 g oral glucose tolerance test (OGTT)

atau random PG ≥11,1 mmol/L (≥200 mg/dL) yang disertai oleh gejala klasik DM

(poliuri, polifagia, dan polidipsi). Apabila dalam pemeriksaan laboratorium

ditemukan hasil hiperglikemi namun tidak menunjukkan gejala maka perlu

dilakukan pemeriksaan kembali (FPG, HbA1C, dan 2hPG dengan 75 g OGTT)

pada hari yang berbeda. Pada pemeriksaan dengan random PG jika menemukan

hasil hiperglikemia tanpa gejala maka perlu dilakukan pemeriksaan alternatif yang

lain (Goldenberg & Punthakee, 2013; Perkeni, 2011).

2.1.5 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan DMT2 memiliki tujuan untuk menjaga kadar glukosa darah

dalam batas normal sehingga tidak menimbulkan gejala klasik dan mencegah atau

memperlambat terjadinya komplikasi (Khardori, 2014). Diet dan aktivitas adalah

penatalaksanaan non-farmakologis utama pada penderita DMT2 (WHO, 2014).

Perkeni (2011) menyebutkan terdapat empat pilar utama dalam menanggulangi

DMT2 yaitu edukasi, terapi gizi medis, aktivitas fisik, dan terapi farmakologi.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Diabetes Mellitus … II.pdf · Glukosa pada urin meningkatkan ... sebaiknya pada pukul 07.00 pagi sehingga makan dan selingan malam tidak larut

13

Edukasi adalah upaya yang dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan

yang dimiliki penderita DMT2. Pengetahuan merupakan aspek yang penting

dalam mempengaruhi perilaku seseorang. Pengetahuan yang penting untuk

dimiliki oleh seorang penderita DMT2 adalah mengenai pola makan yang sehat,

aktivitas fisik, pengobatan medis yang dijalani, pencegahan dan penanganan

komplikasi terutama penanganan hipo-/hiperglikemia. (Jones et al., 2013; Perkeni,

2011)

Terapi gizi medis adalah salah satu intervensi yang sangat penting pada

DMT2. Berbagai organisasi menyarankan terapi gizi pada diabetes bertujuan

untuk menurunkan atau menjaga berat badan melalui gaya hidup. Penurunan berat

badan dapat menurunkan tingkat resistensi insulin (Hartono, 2006; Ley et al.,

2014). Terapi gizi pada penderita DMT2 secara umum adalah makanan gizi

seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan gizi masing-masing individu

dengan menekankan keteraturan pada jadwal, jenis, dan jumlah makanan yang

dikonsumsi. (Perkeni, 2011)

Latihan fisik merupakan kegiatan yang penting dalam penanganan DMT2.

Latihan fisik disarankan dilakukan minimal 150 menit per minggu minimal dalam

tiga hari per minggu berupa aktivitas fisik aerobik intensitas sedang hingga tinggi

dan tidak melewatkan dua hari tanpa latihan (ADA, 2013). Latihan fisik bertujuan

untuk menjaga kebugaran, menurunkan berat badan dan meningkatkan sensitivitas

insulin sehingga akan memperbaiki kadar glukosa darah. (Perkeni, 2011)

Terapi farmakologi merupakan terapi obat-obatan antiglikemik yang

diberikan seiring dengan gaya hidup sehat. Terapi farmakologis dapat berupa obat

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Diabetes Mellitus … II.pdf · Glukosa pada urin meningkatkan ... sebaiknya pada pukul 07.00 pagi sehingga makan dan selingan malam tidak larut

14

oral dan injeksi. Obat oral metformin merupakan pilihan pertama untuk terapi

awal DMT2. Obat oral lainnya selain metformin adalah tiazolidindion, glinid, dan

DPP-IV inhibitor. Apabila obat oral monoterapi non-insulin dengan dosis

toleransi tertinggi tidak dapat mencapai target atau mempertahankan kadar

HbA1C selama 3-6 bulan, terapi oral ditambahkan dengan glucagon-like peptide-

1 (GLP 1) receptor agonist atau dengan insulin. Obat injeksi yang diindikasikan

pada penderita DMT2 adalah insulin. (Perkeni, 2011; ADA, 2013)

2.1.6 Komplikasi

Komplikasi pada DMT2 disebabkan oleh kerusakan akibat hiperglikemia

yang tidak ditangani dengan baik. Secara garis besar komplikasi DMT2 dibagi

menjadi komplikasi makrovaskuler dan mikrovaskuler. (Litwak et al., 2013)

a. Komplikasi makrovaskuler

Penyebab utama terjadinya penyakit makrovaskuler adalah aterosklerosis

sehingga menyebabkan terjadinya penyempitan pembuluh darah. Pada DMT2

terjadi peningkatan resiko terjadinya adesi platelet dan hiperkoagulasi sehingga

meningkatkan kemungkinan terjadinya aterosklerosis. Penyakit kardiovaskuler

merupakan penyebab kematian baik pada DMT1 dan DMT2. Penyakit

kardiovaskuler yang sering dikaitkan sebagai komplikasi DMT2 adalah

penyakit jantung koroner. Komplikasi makrovaskuler lainnya adalah angina,

infark miokard, gagal jantung kongestif, peripheral artery disease (PAD), dan

stroke. (Fowler, 2008; IDF, 2013)

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Diabetes Mellitus … II.pdf · Glukosa pada urin meningkatkan ... sebaiknya pada pukul 07.00 pagi sehingga makan dan selingan malam tidak larut

15

b. Komplikasi mikrovaskuler

1) Retinopati

Retinopati merupakan komplikasi mikrovaskuler yang paling sering terjadi

pada DMT2. Retinopati pada DMT2 merupakan komplikasi yang

disebabkan kerusakan pembuluh kapiler pada retina sehingga terjadinya

penurunan kemampuan penglihatan. Glukosa darah yang tinggi

menyebabkan banyak glukosa yang dikonversi menjadi sorbitol dan

terakumulasi di dalam sel. Sorbitol menyebabkan stress osmotik pada sel

dan berujung pada retinopati. (Fowler, 2008; WHO, 2014)

2) Gagal Ginjal

Gagal ginjal pada DMT2 disebabkan oleh terjadinya kerusakan pada

pembuluh kapiler pada ginjal yang berujung pada nefropati. Gejala klinis

yang timbul bisa berupa mikroalbuminuria ataupun proteinuria. (Fowler,

2008; IDF, 2013)

3) Neuropati

Neuropati pada DMT2 berhubungan dengan lama dan tingkat hiperglikemia

pada penderita. Mekanisme terjadinya neuropati bisa serupa seperti

terjadinya retinopati yaitu akibat akumulasi poliol dan stress oksidatif.

Neuropati yang paling sering terjadi adalah polineuropati simetris distal

kronis atau disebut juga neuropati perifer. Gejala neuropati yang dirasakan

seperti terbakar, geli, kesemutan, dan mati rasa. Neuropati yang berujung

pada ulcer merupakan penyebab utama dilakukannya amputasi. (Fowler,

2008)

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Diabetes Mellitus … II.pdf · Glukosa pada urin meningkatkan ... sebaiknya pada pukul 07.00 pagi sehingga makan dan selingan malam tidak larut

16

2.2 Konsep Pola Makan Penderita DMT2

Pola makan penderita DMT2 ditinjau dari jenis, jumlah, dan jadwal makan.

Jenis makanan yang sesuai untuk dikonsumsi pada penderita DMT2 adalah

makanan yang mengandung zat makro karbohidrat (45-65% dari total energi),

protein (15-20% dari total energi), dan lemak (20-35% dari total energi)

(Dworatzek, 2013; Ley et al., 2014). Jumlah makanan yang dikonsumsi adalah

sesuai dengan kriteria kebutuhan tubuh ± 10% (Parajuli et al, 2014). Jadwal

makan yang sesuai adalah tiga kali makan utama dan tiga kali selingan dengan

rentang waktu tiga jam antara makan utama dan makan selingan. Sarapan dimulai

sebaiknya pada pukul 07.00 pagi sehingga makan dan selingan malam tidak larut

malam. Setiap jadwal makan diberi skor 1 dan jika tidak sesuai diberikan skol 0

sehingga jadwal makan dikatakan sesuai jika skor ≥75% (Waspadji, 2007; Parajuli

et al, 2014)

2.2.1 Jenis Makanan

Pola makan pada penderita DMT2 merupakan bagian yang penting dalam

perawatan diri. Pola makan penderita DMT2 dipengaruhi oleh nilai, kesukaan, dan

kemampuan masing-masing individu (Dworatzek et al., 2013). Banyak penelitian

yang menunjukkan bahwa tidak ada pola makan yang bersifat “one-size-fits-all”

pada individu dengan DMT2 (Georgoulis et al., 2014). Beberapa komposisi

makanan yang dianjurkan kepada penderita DMT2 adalah sebagai berikut:

a. Karbohidrat

Asupan karbohidrat yang disarankan berkisar 45-65% dari total energi dan

tidak boleh <130 g/hari untuk tetap menjaga suplai glukosa ke otak. Sumber

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Diabetes Mellitus … II.pdf · Glukosa pada urin meningkatkan ... sebaiknya pada pukul 07.00 pagi sehingga makan dan selingan malam tidak larut

17

karbohidrat yang disarankan adalah karbohidrat dengan kandungan serat yang

tinggi. Karbohidrat dengan indeks glikemik yang rendah dapat mengurangi

respon glikemik saat konsumsi makanan. Konsumsi karbohidrat dengan indeks

glikemik rendah menunjukkan penurunan HbA1C lebih baik daripada

konsumsi karbohidrat dengan indeks glikemik tinggi. Contoh makanan dengan

indeks glikemik rendah adalah roti gandum hitam, nasi setengah matang, buah

apel, pir, dan jeruk (Perkeni, 2011; Dworatzek, 2013; Ley et al., 2014). Sumber

karbohidrat lainnya adalah lontong, jagung, roti, ubi, singkong, kentang, bihun,

dan makanan lain yang terbuat dari tepung-tepungan (Kariadi, 2009). Gula

merupakan bentuk sederhana dari karbohidrat. Gula yang dapat dikonsumsi

pada penderita DMT2 adalah sukrosa dan fruktosa. Sukrosa dapat dikonsumsi

sebanyak ≤ 10% dari total energi yang dibutuhkan (sekitar 50-65 g/hari dalam

kebutuhan energi 2.000-2.600 kkal/hari atau ±10 sendok teh). Fruktosa murni

dari buah-buahan disarankan pada penderita DMT2 sebanyak ≤ 10%

kebutuhan energi total atau ≤ 60 g/hari (Dworatzek, 2013).

b. Protein

Konsumsi protein pada penderita DMT2 penting untuk menjaga suplai asam

amino dan mencegah kehilangan massa otot terutama pada diet penurunan

berat badan. Asupan protein yang dibutuhkan sebanyak 10-20% dari total

kebutuhan energi. Sumber protein yang baik adalah ikan, cumi-cumi, udang,

daging tanpa lemak, daging ayam tanpa kulit, produk susu rendah lemak,

tempe, tahu, dan kacang-kacangan. Pada penderita DMT2 disertai CKD maka

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Diabetes Mellitus … II.pdf · Glukosa pada urin meningkatkan ... sebaiknya pada pukul 07.00 pagi sehingga makan dan selingan malam tidak larut

18

protein yang dapat dikonsumsi sebesar 10% dari kebutuhan energi total (0,8

g/kg BB/hari). (Perkeni, 2011; Dworatzek, 2013; Ley et al., 2014)

c. Lemak

Konsumsi lemak yang dianjurkan pada penderita DMT2 adalah sebanyak 20-

30% dari total kebutuhan energi total. Lemak yang dianjurkan adalah

monounsaturated fatty acids (MUFAs) dan polyunsaturated fats (PUFAs).

MUFAs dapat diperoleh dari minyak zaitun, minyak canola, minyak kacang,

dan alpukat. Asam lemak omega-3 dan omega-6 termasuk PUFAs. Omega-3

dapat diperoleh dari minyak ikan laut dan omega-6 dapat diperoleh dari

minyak jagung, minyak kacang tanah, biji-bijian, serta kacang-kacangan.

DMT2 meningkatkan resiko terjadinya penyakit kardiovaskuler sehingga

konsumsi lemak harus diperhatikan. Konsumsi kolesterol dan lemak jenuh

yang tinggi pada penderita diabetes meningkatkan resiko penyakit

kardiovaskuler. Pada DMT2 asupan kolesterol dibatasi <200 mg/hari. (Perkeni,

2011; Dworatzek, 2013; Supariasa, 2013; Ley et al., 2014)

d. Serat

Serat yang dapat larut memperlambat pengosongan lambung dan

memperpanjang waktu penyerapan glukosa pada usus halus sehingga dapat

meningkatkan kontrol gula darah setelah makan. Asupan serat dianjurkan ±25

g/hari yang diperoleh dari kacang-kacangan, buah, sayuran, dan karbohidrat

dengan kandungan serat yang tinggi. (Perkeni, 2011; Dworatzek, 2013)

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Diabetes Mellitus … II.pdf · Glukosa pada urin meningkatkan ... sebaiknya pada pukul 07.00 pagi sehingga makan dan selingan malam tidak larut

19

e. Natrium dan zat gizi mikro lain

Asupan natrium yang dianjurkan tidak boleh lebih dari 3000 mg/hari atau

sekitar satu sendok teh garam dapur. Natrium juga dapat terdapat dalam vetsin,

soda, dan bahan pengawet seperti natrium benzoate dan natrium nitrit (Perkeni,

2011). Diet Dietary Approaches to Stop Hypertension (DASH) pada DMT2

dengan asupan natrium 2400 mg/hari menunjukkan hasil pada penurunan

tekanan sistol dan diastol, gula darah puasa, BB, dan kadar HbA1C dalam

delapan minggu (Dworatzek, 2013). Kebutuhan mineral selain natrium tetap

harus terpenuhi seperti kalium, magnesium, kromium, dan seng. (Arisman,

2013)

f. Bahan Penukar

Daftar Penukar Bahan Makanan (DPBM) adalah daftar makanan yang dapat

menjadi acuan penderita DMT2 dalam memvariasikan dan menentukan jumlah

makanan untuk dijadikan menu harian. DPBM menyediakan jumlah makanan

dalam gram dan ukuran rumah tangga (URT) yang ditampilkan pada Tabel 2.1

pada lampiran. DPBM menyediakan daftar makanan dengan nilai gizi yang

sama sehingga satu sama lain dapat ditukar. (Kariadi, 2009)

2.2.2 Jumlah Kebutuhan Kalori

Berikut adalah metode dapat digunakan dalam menghitung kebutuhan kalori

pada seseorang berdasarkan kg berat badan ideal (BBI) dan ditambah faktor

koreksi/aktivitas. Pada penderita DM rumus yang sering digunakan adalah pada

laki-laki 30 kkal/kg BB dan pada perempuan 25 kkal/kg BB. (Perkeni, 2011;

Supariasa, 2013)

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Diabetes Mellitus … II.pdf · Glukosa pada urin meningkatkan ... sebaiknya pada pukul 07.00 pagi sehingga makan dan selingan malam tidak larut

20

BBI dihitung dengan menggunakan rumus Brocca yang dimodifikasi yaitu:

BBI = 90% x (TB dalam cm – 100) x 1 kg

Untuk laki-laki dengan TB dibawah 160 cm dan perempuan dengan TB

dibawah 150 cm maka rumus yang dapat digunakan adalah:

BBI = (TB dalam cm – 100) x 1 kg

Indeks Massa Tubuh (IMT) digunakan untuk menentukan kategori BB

seseorang. BB disebut normal jika IMT dalam rentang 18,5-22,9. BB

dikategorikan sebagai kurang jika IMT <18,5; BB dengan resiko jika IMT dalam

rentang 23,0-24,9; obesitas I jika IMT dalam rentang 25,0-29,9; dan obesitas II

jika IMT >30. IMT dapat diukur dengan rumus: (Perkeni, 2011)

IMT = BB (kg) : TB (m2)

Kebutuhan kalori seseorang dipengaruhi oleh usia, aktivitas fisik atau

pekerjaan, dan berat badan. (Perkeni, 2011; Supariasa, 2013)

a. Usia

Kebutuhan kalori rentang usia 40-59 tahun dikurangi 5% dari kebutuhan energi

berdasarkan BBI. Rentang usia 60-69 dikurangi 10% dan rentang usia di atas

70 tahun dikurangi 20%.

b. Aktivitas Fisik atau Pekerjaan

Kebutuhan energi meningkat sesuai dengan aktivitas fisik yang dilakukan.

Aktivitas fisik digolongkan menjadi istirahat atau sangat ringan, aktivitas

ringan, aktivitas sedang, berat, dan aktivitas sangat berat. Kebutuhan kalori

pada aktivitas sangat ringan ditambah 10% dari kebutuhan kalori berdasarkan

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Diabetes Mellitus … II.pdf · Glukosa pada urin meningkatkan ... sebaiknya pada pukul 07.00 pagi sehingga makan dan selingan malam tidak larut

21

BBI, aktivitas ringan ditambahkan 20%, aktivitas sedang ditambahkan 30%,

aktivitas berat ditambahkan 40%, dan aktivitas sangat berat ditambahkan 50%.

c. Berat Badan

Kalori pada pasien yang mengalami kegemukan dikurangi sekitar 20-30%

tergantung pada tingkat kegemukan. Kebutuhan kalori pada pasien yang kurus

ditambah sekitar 20-30% yang bertujuan untuk meningkatkan BB

2.2.3 Jadwal Makan

Jadwal makan pada penderita DM dianjurkan sebanyak tiga kali makan

utama dan tiga kali makan selingan dengan interval tiga jam. Jadwal makan yang

dianjurkan pada penderita DM disajikan dalam Tabel 2.2 berikut. (Waspadji,

2007)

Tabel 2.2 Jadwal Makan Penderita DM

Jenis Makan Waktu Total Kalori

Sarapan 07.00 20%

Selingan Pagi 10.00 10%

Makan Siang 13.00 30%

Selingan Sore 16.00 10%

Makan Malam 19.00 20%

Selingan Malam 21.00 10%

Sumber: Waspadji, S., 2007

2.2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pola Makan Penderita DMT2

a. Pengetahuan

Penelitian yang dilakukan Malek (2013) menunjukkan bahwa pemberian

edukasi pada penderita DMT2 meningkatkan pengetahuan dan memperbaiki

pola makan. Penelitian yang dilakukan Tol et al, (2014) menunjukkan adanya

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Diabetes Mellitus … II.pdf · Glukosa pada urin meningkatkan ... sebaiknya pada pukul 07.00 pagi sehingga makan dan selingan malam tidak larut

22

hubungan yang signifikan antara pola makan terhadap kehadiran dalam edukasi

diabetes. Menurut Didarloo et al, (2014) pengetahuan sangat berhubungan

dengan pola makan penderita DMT2. Pengetahuan tentang diabetes dan

strategi penanganannya akan membantu penderita dalam merawat diri

termasuk melakukan pola makan yang sehat.

b. Dukungan Sosial

Dukungan sosial yang paling mempengaruhi pola makan penderita DMT2

adalah dukungan keluarga. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Shamsi et al,

(2013) dan Tol et al, (2014) menujukkan dukungan keluarga mempengaruhi

pola makan. Keluarga mempengaruhi kebiasaan makan, kelezatan makanan,

dan waktu makan dari penderita. Dukungan keluarga yang dapat ditemukan

berupa dukungan dalam menaati diet yang dianjurkan, membantu dalam

menjaga pola makan yang sehat, dan meningkatkan pengetahuan dalam

perawatan diri. (Om et al., 2013)

c. Keyakinan Diri

Menurut Om et al, (2013), keyakinan diri penderita DMT2 sangat berhubungan

dengan pola makan. Keyakinan diri adalah keadaan dimana seseorang percaya

diri terhadap kemampuan yang dimiliki untuk mewujudkan sesuatu. Keyakinan

diri yang tinggi dapat mengurangi stress dan meningkatkan perilaku perawatan

diri. Penelitian yang dilakukan di Iran menunjukkan keyakinan diri merupakan

faktor yang paling mempengaruhi pola makan penderita DMT2. (Didarloo et

al., 2014).

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Diabetes Mellitus … II.pdf · Glukosa pada urin meningkatkan ... sebaiknya pada pukul 07.00 pagi sehingga makan dan selingan malam tidak larut

23

d. Pendapatan

Pendapatan dapat mempengaruhi pola makan penderita DMT2. Pendapatan

bulanan yang rendah akan memicu penderita mengonsumsi makanan tinggi

karbohidrat dan kalori, rendah protein, buah-buahan, dan sayuran sehingga

berdampak pada peningkatan IMT. (Om et al., 2013; Tol et al., 2014; Didarloo

et al., 2014)

e. Kebudayaan

Latar belakang budaya mempengaruhi pola makan penderita DMT2. Kebiasaan

dalam mengonsumsi karbohidrat yang tinggi akan sangat sulit dikurangi.

Kebiasaan makan yang menjadi makna dan simbol tertentu juga dapat

mempengaruhi pola makan. Contoh kebudayaan yang memengaruhi adalah

perayaan upacara seperti upacara pernikahan yang menyediakan berbagai

makanan termasuk yang manis-manis. (Muchiri, 2013; Om et al., 2013)

f. Hambatan

Hambatan yang diperkirakan dan dialami penderita DMT2 dapat menghalangi

ketaatan diet dan mempengaruhi pola makan. Hambatan yang sering ditemui

adalah waktu dan upaya dalam mempersiapkan makanan, rekomendasi

makanan tidak disukai oleh penderita, dan sumber makanan yang tidak tersedia

dan terjangkau (Om et al., 2013). Penelitian yang dilakukan Todd et al, (2011)

yang mengidentifikasi hambatan dalam melakukan pola makan yang sesuai

pada pasien DMT2 dengan penghasilan rendah menunjukkan penderita DMT2

sangat mementingkan rasa makanan dan harga yang dibayar. Masalah yang

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Diabetes Mellitus … II.pdf · Glukosa pada urin meningkatkan ... sebaiknya pada pukul 07.00 pagi sehingga makan dan selingan malam tidak larut

24

penting yang mungkin dihadapi adalah masalah karena diabetes dan masalah

selain diabetes seperti kesulitan membeli makanan, masalah pada keuangan

lain, masalah terhadap pengobatan yang dijalani, stress keluarga, dan kesulitan

emosional.

2.2.5 Instrumen untuk Mengkaji Pola Makan

a. Food Recall 24 Hours

Metode food recall 24 hours adalah metode yang digunakan untuk mengkaji

makanan dan minuman yang dikonsumsi dalam periode waktu 24 jam

sebelumnya. Makanan dan minuman yang biasanya dikaji adalah pada satu hari

sebelumnya dan responden harus mengingat kembali semua makanan dan

minuman yang dikonsumsi. Responden menyatakan jumlah yang dikonsumsi

dalam perkiraan porsi. Food recall 24 hours akan lebih akurat bila digunakan

untuk mengkaji lebih dari sehari (Wrieden et al., 2003; Lestari, 2012; Arisman,

2013). Menurut Yunsheng et al. (2009) frekuensi recall yang efektif dilakukan

sebanyak dua sampai dengan tiga kali karena hasil rata-ratanya perkiraan intake

energi mendekati energy expenditure (EE).

b. Food Frequency Questionnaire (FFQ) dan Semi-Quantitative FFQ (SQ-FFQ)

FFQ digunakan untuk mengkaji kebiasaan pola makan dengan menanyakan

daftar makanan yang tercantum dalam FFQ berhubungan dengan frekuensi (dalam

kali per hari, minggu, atau bulan). FFQ biasa dipakai untuk mengkaji pola makan

dalam rentang waktu 2-3 bulan atau lebih dari 1 tahun dan dapat digunakan dalam

jumlah yang besar (100 orang atau lebih) dan mencangkup antara 50-150 jenis

makanan. (Wrieden et al., 2003; Arisman, 2013). Semi-Quantitative FFQ adalah

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Diabetes Mellitus … II.pdf · Glukosa pada urin meningkatkan ... sebaiknya pada pukul 07.00 pagi sehingga makan dan selingan malam tidak larut

25

FFQ yang dilengkapi dengan perkiraan porsi makanan yang dikonsumsi sehingga

dapat dihitung dan diperkirakan rentang kebiasaan asupan makanan responden

untuk menilai asupan gizi relatif ataupun mutlak. (Wrieden et al., 2003; Lestari,

2012; Arisman, 2013)

c. Estimated Food Record

Food Record adalah pendekatan monitoring konsumsi makanan dan minuman

dalam sehari atau lebih. Food record baik dilakukan ketika setelah makan atau

minum sehingga hasilnya akurat. Jumlah makanan atau minuman yang

dikonsumsi diperkirakan dengan menggunakan URT atau jika ada food model

yang telah diberlakukan (Thompson & Subar, 2013). Estimated food record

(EFR) adalah sebuah buku harian terstruktur yang mengandung golongan

makanan, waktu, tempat, dan kuantitas berupa perkiraan jumlah dalam URT, unit

atau berat, spesifikasi tertentu dan jika ada dapat disebutkan merek dagangnya

(Keyzer et al., 2011). Jumlah food record yang digunakan untuk memperkirakan

jumlah intake energi dan nutrisi berbeda pada pria dan wanita. Jumlah food record

yang diperlukan untuk pria sebanyak dua sampai dengan 28 hari dan untuk wanita

sebanyak tiga sampai dengan delapan hari (Pereira et al., 2010).

2.3 Konsep Edukasi Dua Lintas pada Penderita DMT2

2.3.1 Pengertian

Edukasi pada penderita DMT2 adalah proses memberikan pengetahuan,

melatih kemampuan, dan meningkatkan motivasi penderita dalam melaksanakan

perawatan diri. Tujuan dari edukasi perawatan diri adalah mencapai keadaan

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Diabetes Mellitus … II.pdf · Glukosa pada urin meningkatkan ... sebaiknya pada pukul 07.00 pagi sehingga makan dan selingan malam tidak larut

26

metabolik terkontrol, mencegah komplikasi, dan meningkatkan kualitas hidup

(Muchiri, 2013). Edukasi pada penderita DMT2 merupakan dasar pertama dalam

penataksanaan DM. Edukasi dapat meningkatkan pengetahuan, kemampuan, dan

keyakinan diri, dan motivasi penderita DMT2 untuk dapat melakukan perawatan

diri dalam kehidupan sehari-hari (Jones et al., 2013).

American Association of Diabetes Educators menyatakan terdapat tujuh

aspek yang harus dikuasai oleh penderita DMT2 yaitu: 1) monitoring gula darah

mandiri; 2) melakukan pengobatan; 3) pola makan sehat; 4) aktivitas fisik; 5)

mengurangi resiko; 6) koping yang sehat; dan 7) problem-solving (Fitzpatrick,

Schumann, & Hill-Briggs, 2013). Edukasi dua lintas menyasarkan pada dua dari

tujuh aspek yang ditetapkan oleh AADE.

Edukasi dua lintas merupakan perpaduan edukasi gizi dan edukasi teknik

problem-solving. Lintas dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti trayek atau

jalan yang dilalui. Dua lintas bermakna dua jalan pendekatan yang digunakan

yaitu edukasi gizi yang merupakan intervensi yang berorientasi pada kognitif dan

edukasi problem-solving yang merupakan intervensi perilaku-kognitif. Menurut

Jones et al, (2013) intervensi kombinasi antara strategi meningkatkan

pengetahuan dan perilaku-kognitif lebih efektif dalam meningkatkan pengetahuan,

keyakinan diri, dan perawatan diri sehingga kontrol metabolik dapat tercapai.

Edukasi dua lintas terdiri dari dua bagian utama yaitu edukasi gizi dan

edukasi teknik problem-solving. Edukasi gizi dalam edukasi dua lintas

mencangkup pola makan sehat bagi penderita DMT2 berdasarkan 3J yaitu jenis,

jumlah, dan jadwal. Edukasi jenis makanan untuk penderita DMT2 yaitu berfokus

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Diabetes Mellitus … II.pdf · Glukosa pada urin meningkatkan ... sebaiknya pada pukul 07.00 pagi sehingga makan dan selingan malam tidak larut

27

pada komposisi makanan berupa karbohidrat, protein, lemak, serat, gula, dan

natrium. Penderita DMT2 juga diberikan edukasi tentang bahan makanan yang

dapat dikonsumsi dengan bebas, terbatas, dan dihindari. Edukasi tentang jumlah

makanan diberikan berupa ukuran makanan yang dapat dikonsumsi dalam URT.

Jadwal makan penderita DMT2 dianjurkan memiliki interval tiga jam antara

jadwal makan utama dengan camilan.

Penelitian yang dilakukan oleh Bayat et al, (2013) menunjukkan edukasi

meningkatkan keyakinan diri penderita DMT2 untuk melaksanakan perawatan

diri. Mengatur pola makan merupakan salah satu bagian perawatan diri oleh

penderita DMT2. Malek dan Cakiroglu (2013) menyatakan edukasi gizi yang

diberikan pada penderita DMT2 mempengaruhi asupan energi, karbohidrat,

protein, dan lemak. Penelitian yang dilakukan oleh Sutiawati, Jafar, dan Yustini

(2013) menunjukkan bahwa edukasi juga memiliki pengaruh terhadap pola makan

penderita DMT2.

Bagian kedua dari edukasi dua lintas adalah edukasi teknik problem-solving.

Problem-solving penting untuk dimiliki oleh penderita DMT2. Problem-solving

merupakan proses seseorang dalam menemukan solusi yang efektif dan adaptif

bagi dirinya dari masalah spesifik yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

Problem-solving melibatkan kemampuan dan aktivitas penderita DMT2 untuk

mengenali, menyebutkan, dan mengatasi masalah untuk meningkatkan efektivitas

perawatan diri terkait DM. Edukasi teknik problem-solving menunjukkan

perbaikan pada kadar HbA1C penderita DMT2. Edukasi teknik problem-solving

tidak hanya berfokus pada mengajari teknik saja tapi juga bertujuan untuk

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Diabetes Mellitus … II.pdf · Glukosa pada urin meningkatkan ... sebaiknya pada pukul 07.00 pagi sehingga makan dan selingan malam tidak larut

28

mengembangkan teknik dan membantu dalam memecahkan masalah yang

dimiliki penderita DMT2 (Fitzpatrick, Schumann, & Hill-Briggs, 2013; Jones et

al., 2013).

Problem-solving memiliki 5 tahapan utama dan dapat dibagi menjadi 10

langkah yaitu: (Cruickshank, 2009)

a. Tahap 1 adalah mengidentifikasi masalah dan kepemilikan masalah yang

terdiri dari 3 langkah:

1) Menyatakan masalah yang dihadapi.

2) Mengidentifikasi tujuan yang ingin diwujudkan.

3) Mengidentifikasi siapa pemilik masalah dan siapa yang ingin mewujudkan

tujuan.

b. Tahap 2 adalah klarifikasi nilai. Masalah dan tujuan sudah diidentifikasi

dilanjutkan dengan langkah berikut:

4) Memberikan nilai pada tujuan yang ingin dicapai seberapa ingin tujuan

tersebut tercapai.

c. Tahap 3 adalah analisis situasi masalah yang terdiri dari tiga langkah:

5) Mengidentifikasi hambatan yang mencegah pemilik masalah untuk

mencapai tujuan.

6) Membuat strategi untuk menghilangkan, menanggulangi, atau menghindari

masalah tersebut.

7) Membuat efek samping yang negatif pada setiap solusi yang potensial.

d. Tahap 4 adalah memberikan peringkat pada solusi potensial

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Diabetes Mellitus … II.pdf · Glukosa pada urin meningkatkan ... sebaiknya pada pukul 07.00 pagi sehingga makan dan selingan malam tidak larut

29

8) Memberikan nilai pada setiap solusi yang potensial dan menemukan solusi

yang terbaik. Solusi yang baik adalah solusi yang paling sedikit memiliki

efek samping negatif dan dapat diimplementasikan.

e. Tahap 5 adalah mengimplementasikan dan mengevaluasi solusi terbaik.

9) Memutuskan bagaimana mengimplementasikan solusi terbaik.

10) Memutuskan perluasan terhadap solusi yang paling dekat terhadap tujuan

dengan mengurangi masalah atau mengeliminasi masalah.

Menurut Mulvaney (2009) problem-solving yang dapat diterapkan oleh

penderita DMT2 dalam perawatan diri terdiri dari tujuh langkah yaitu: 1)

Mengidentifikasi masalah; 2) Mengidentifikasi hambatan atau penyebab yang

menimbulkan masalah utama; 3) Menyusun solusi; 4) Menyusun rencana

implementasi; 5) Implementasi; 6) Evaluasi; dan 7) Revisi. Menurut Stetson et al,

(2010) terdapat delapan langkah dalam melakukan problem-solving yaitu: 1)

Mengidentifikasi dan memahami masalah; 2) Menyusun tujuan; 3) Menyusun

solusi alternatif; 4) Memilih solusi alternatif yang sudah disusun; 5) Mengkaji

kemungkinan dari alternatif yang dipilih; 6) Mengimplementasikan; 7)

memonitoring dan mengkaji efek dari rencana yang telah dilakukan; dan 8)

Menggunakan problem-solving untuk meyusun rencana sampai tujuan dapat

tercapai.

Menurut ketiga sumber mengenai langkah-langkah problem-solving, dapat

disimpulkan terdapat lima langkah utama yaitu: 1) Identifikasi masalah dan

penyebab; 2) Susun tujuan; 3) Susun solusi alternatif dan prioritaskan; 4)

Implementasi; dan 5) Evaluasi.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Diabetes Mellitus … II.pdf · Glukosa pada urin meningkatkan ... sebaiknya pada pukul 07.00 pagi sehingga makan dan selingan malam tidak larut

30

2.3.2 Metode

Metode adalah cara atau pendekatan tertentu. Menurut Santoso Karo Karo

dalam Supariasa (2013), metode pendidikan kesehatan adalah setiap cara, teknik,

maupun media yang terencana yang diterapkan berdasarkan prinsip-prinsip yang

dianut. Metode edukasi yang baik adalah metode yang disesuaikan dengan jenis

sasaran, waktu, dan tempat. (Maulana, 2009; Supariasa, 2013)

Metode edukasi dua lintas yang digunakan adalah metode edukasi ceramah.

Ceramah adalah metode menyampaikan informasi kepada sasaran sehingga

sasaran dapat melakukan proses belajar. Ceramah cocok digunakan kepada

berbagai jenis sasaran, mudah pengaturannya, dapat digunakan dalam sasaran

jumlah besar, dan waktu yang digunakan efisien (Maulana, 2009; Supariasa,

2013). Setting edukasi dilakukan di rumah penderita dan dilakukan dengan cara

tatap muka langsung karena edukasi dengan tatap muka langsung memiliki efek

yang lebih luas dan edukasi di rumah dapat membantu responden dalam

menentukan keputusan terutama kebebasan dalam melakukan problem-solving

(Jones et al., 2013).

Dalam penelitian yang dilakukan Hill-Briggs et al, (2011) menyatakan

pelatihan problem-solving dapat dilakukan dengan metode tradisional sebanyak

delapan sesi atau dapat disingkat menjadi satu sesi. Dalam penelitian tersebut juga

menjelaskan edukasi tentang diabetes dan CVD dilakukan dalam satu sesi.

Intervensi kognitif-perilaku sejenis yaitu penelitian oleh Buhse et al, (2013)

tentang shared decision making dilakukan sebanyak satu sesi dengan durasi 60-90

menit. Penelitian yang dilakukan Rurik et al, (2010) tentang konseling gizi

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Diabetes Mellitus … II.pdf · Glukosa pada urin meningkatkan ... sebaiknya pada pukul 07.00 pagi sehingga makan dan selingan malam tidak larut

31

menerapkan dua jenis konseling yaitu konseling kelompok dan individu.

Konseling individu dilakukan dengan tiga sesi masing-masing maksimal selama

60 menit namun hanya sesi ketiga yang berupa intervensi konseling gizi.

Berdasarkan ketiga penelitian tersebut peneliti melakukan edukasi dua lintas

dalam satu sesi dengan durasi 90 menit.

Berikut adalah gambaran pelaksanaan edukasi dua lintas:

Sumber: Pereira et al., 2010; Hill-Briggs et al., 2011

Gambar 1. Gambaran Pelaksanaan Edukasi Dua Lintas

2.3.3 Media

Media atau dapat disebut juga sebagai alat peraga merupakan komponen

penting dalam proses edukasi. Media membantu edukator mencapai tujuan utama

yaitu menyampaikan informasi kepada sasaran dan meningkatkan efektivitas

proses edukasi. Media dapat menarik perhatian sasaran, mempermudah

menyampaikan informasi, mengatasi banyak hambatan dalam penyampaian,

mempermudah sasaran memahami apa yang disampaikan oleh edukator, dan

dapat menstimulus sasaran menyebarkan informasi yang didapat. (Maulana, 2009;

Supariasa, 2013)

Media yang digunakan dalam edukasi dua lintas adalah media visual berupa

leaflet dan flipchart. Media yang digunakan adalah media cetak leaflet dan

flipchart karena informasi paling banyak disalurkan melalui mata yaitu ± 75-87%.

Posttest

EFR 3x24 jam Pretest

EFR 3x24 jam

Edukasi Dua

Lintas

Minggu ke-0 Minggu ke-1 Minggu ke-2 Minggu ke-3 Minggu ke-4

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Diabetes Mellitus … II.pdf · Glukosa pada urin meningkatkan ... sebaiknya pada pukul 07.00 pagi sehingga makan dan selingan malam tidak larut

32

Leaflet merupakan media penyampaian informasi kesehatan dengan tulisan,

gambar, ataupun kombinasi yang tercantum dalam kertas terlipat. Tulisan pada

leaflet terdiri atas 200-400 kata dan dapat dimengerti isinya dengan sekali baca.

Flipchart merupakan alat yang serupa lembar balik namun berukuran lebih kecil

sekitar 21 x 28 cm. Flipchart mengandung gambar dan/atau tulisan pada lembar

yang akan diperlihatkan pada sasaran dan juga pada lembar dibaliknya yang

menghadap ke edukator sehingga mempermudah edukator dalam memberikan

informasi (Maulana, 2009; Supariasa, 2013). Media lain yang digunakan adalah

lembar problem-solving yaitu lembar yang diisi oleh penderita DMT2 mulai dari

masalah sampai dengan solusi dan evaluasi.

2.3.4 Pengaruh Edukasi Dua Lintas terhadap Pola Makan Penderita DMT2

Teori Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2007) menyatakan ada tiga

faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku yaitu: 1) Predisposing factor; 2)

Enabling factor; dan 3) Reinforcing factor. Pengetahuan merupakan bagian dari

predisposing factor atau faktor predisposisi terjadinya perubahan perilaku.

Edukasi yang dilakukan pada penderita DMT2 bertujuan untuk meningkatkan

pengetahuan, kemampuan, dan perilaku yang sesuai dalam perawatan diri.

Edukasi gizi meningkatkan pengetahuan mengenai pola makan sehat dan

berpengaruh terhadap pola makan penderita DMT2. Edukasi gizi juga secara tidak

langsung mempengaruhi glukosa darah dan kadar HbA1C penderita DMT2.

(Muchiri, 2013; Malek & Cakiroglu, 2013)

Pendekatan edukasi yang dapat dilakukan adalah melibatkan penderita

dalam proses edukasi dan pembuatan keputusan. Edukasi teknik problem-solving

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Diabetes Mellitus … II.pdf · Glukosa pada urin meningkatkan ... sebaiknya pada pukul 07.00 pagi sehingga makan dan selingan malam tidak larut

33

melibatkan penderita secara langsung dalam pengambilan keputusan dalam

menyelesaikan masalah yang ditemukan saat menjalani diet sehat DMT2 sehari-

hari (Muchiri, 2013). Prinsip problem-solving sesuai dengan prinsip pembuatan

keputusan pada orang dewasa. Orang dewasa cenderung akan melakukan

perubahan perilaku jika perubahan tersebut berarti bagi dirinya dan bebas dipilih.

(Jones et al., 2013)

Edukasi dua lintas yang mengandung teknik problem-solving memiliki

pengaruh terhadap psikologis penderita DMT2. Kemampuan dalam

menyelesaikan suatu masalah dapat meningkatkan kepercayaan diri penderita

DMT2 dalam menjalani perawatan diri (Fitzpatrick, Schumann, & Hill-Briggs,

2013). Kepercayaan diri berhubungan dengan pelaksanaan perawatan diri salah

satunya pola makan sehat. Kepercayaan diri yang semakin tinggi menunjukkan

peningkatan implementasi pola makan sehat. (Didarlo et al., 2014; King et al.,

2010)

Edukasi dua lintas dapat meningkatkan pengetahuan mengenai pola makan

sehat dan melatih penderita DMT2 dalam memecahkan masalah yang dihadapi

khususnya dalam menjalani pola makan sehat. Kombinasi strategi meningkatkan

pengetahuan dan intervensi perilaku-kognitif lebih efektif dalam meningkatkan

pengetahuan, perilaku perawatan diri, dan keyakinan diri sehingga dapat

meningkatkan kontrol metabolik yang lebih baik dibandingkan strategi yang

hanya berorientasi pada pengetahuan saja (Jones et al., 2013). Edukasi dua lintas

merupakan salah satu bentuk dari kombinasi tersebut.