BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori 2.1.1...

19
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 Komunikasi Kelompok Kelompok adalah sekumpulan orang yang memiliki tujuan sama dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok (Deddy Mulyana, 2005). Contoh seperti keluarga, kelompok diskusi, kelompok bermain. Jadi komunikasi kelompok adalah komunikasi yang dilakukan antara anggota-anggota sebuah kelompok saja. Michael Burgoon (dalam Wiranto, 2005) komunikasi kelompok yaitu komunikasi dengan bertatap muka langsung, peserta kelompok memiliki jumlah lebih dari dua orang, dan memiliki susunan rencana untuk mencapai tujuan kelompok. Menurut Dan B. Curtis, James J.Floyd, dan Jerri L. Winsor (2005), komunikasi kelompok terjalin ketika tiga orang atau lebih biasanya bertatap muka, berada di bawah arahan satu orang yang disebut pemimpin untuk mencapai tujuan bersama dan mempengaruhi satu sama lain. Tiga ilmuwan tersebut menerangkan lebih dalam lagi tentang sifat-sifat komunikasi yaitu: 1. Kelompok berkomunikasi melalui tatap muka; 2. Kelompok memiliki sedikit partisipan; 3. Kelompok membagi tujuan atau sasaran bersama; 4. Kelompok berada dibawah arahan seorang pemimpin; 5. Anggota kelompok memiliki pengaruh atas satu sama lain. 2.1.1.1Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keefektivitasan Kelompok Semua yang tergabung dalam kelompok melakukan kerjasama untuk mencapai tujuan: a. Melakukan tugas kelompok b. Memelihara moral kelompoknya. Untuk mengetahui tujuan pertama sudah terpenuhi atau belum dapat dilihat dari hasil kerja kelompok, sedangkan untuk mengetahui tujuan kedua sudah tercapai atau belum dapat dilihat dari seberapa puas kelompok dengan hasil kerja mereka. Jadi jika kelompok tersebut adalah kelompok belajar maka keefektifannya dapat dilihat dari seberapa banyak ilmu yang didapat dan seberapa jauh anggota kelompok dapat memuaskan kebutuhan dalam kegiatan kelompok.

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori 2.1.1...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11687/2/T1_362010066_BAB II... · Selain itu ada faktor yang mempengaruhi hubungan antara

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kerangka Teori

2.1.1 Komunikasi Kelompok

Kelompok adalah sekumpulan orang yang memiliki tujuan sama dan memandang mereka

sebagai bagian dari kelompok (Deddy Mulyana, 2005). Contoh seperti keluarga, kelompok

diskusi, kelompok bermain. Jadi komunikasi kelompok adalah komunikasi yang dilakukan

antara anggota-anggota sebuah kelompok saja.

Michael Burgoon (dalam Wiranto, 2005) komunikasi kelompok yaitu komunikasi

dengan bertatap muka langsung, peserta kelompok memiliki jumlah lebih dari dua orang, dan

memiliki susunan rencana untuk mencapai tujuan kelompok.

Menurut Dan B. Curtis, James J.Floyd, dan Jerri L. Winsor (2005), komunikasi

kelompok terjalin ketika tiga orang atau lebih biasanya bertatap muka, berada di bawah arahan

satu orang yang disebut pemimpin untuk mencapai tujuan bersama dan mempengaruhi satu

sama lain. Tiga ilmuwan tersebut menerangkan lebih dalam lagi tentang sifat-sifat komunikasi

yaitu:

1. Kelompok berkomunikasi melalui tatap muka;

2. Kelompok memiliki sedikit partisipan;

3. Kelompok membagi tujuan atau sasaran bersama;

4. Kelompok berada dibawah arahan seorang pemimpin;

5. Anggota kelompok memiliki pengaruh atas satu sama lain.

2.1.1.1Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keefektivitasan Kelompok

Semua yang tergabung dalam kelompok melakukan kerjasama untuk mencapai

tujuan:

a. Melakukan tugas kelompok

b. Memelihara moral kelompoknya.

Untuk mengetahui tujuan pertama sudah terpenuhi atau belum dapat dilihat dari

hasil kerja kelompok, sedangkan untuk mengetahui tujuan kedua sudah tercapai atau

belum dapat dilihat dari seberapa puas kelompok dengan hasil kerja mereka. Jadi jika

kelompok tersebut adalah kelompok belajar maka keefektifannya dapat dilihat dari

seberapa banyak ilmu yang didapat dan seberapa jauh anggota kelompok dapat

memuaskan kebutuhan dalam kegiatan kelompok.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11687/2/T1_362010066_BAB II... · Selain itu ada faktor yang mempengaruhi hubungan antara

Menurut Rahmat (2004) keefektifan kelompok dapat dilacak pada karakteristik

kelompok, yaitu:

1. Faktor situasional kelompok:

a. Ukuran kelompok

Hubungan antara ukuran kelompok dengan prestasi kerja anggota

kelompok tergantung dari jenis tugas apa yang harus diselesaikan oleh

kelompok. Tugas kelompok dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu

tugas koaktif dan tugas interaktif.

Pada tugas koaktif, anggota bekerja sejajar dengan yang lain, tetapi tidak

melakukan interaksi. Sedangkan pada tugas interaktif, anggota-anggota

kelompok bekerja secara terorganisir untuk menghasilkan suatu keputusan,

produk, atau penilaian tunggal.

Selain itu ada faktor yang mempengaruhi hubungan antara prestasi dan

ukuran kelompok, yaitu tujuan kelompok itu sendiri. Jika tujuan kelompok

memerlukan kegiatan mencapai suatu pemecahan yang benar, hanya

diperlukan kelompok kecil untuk menyelesaikannya karena lebih produktif.

Namun bila kelompok memerlukan kegiatan yang memiliki tujuan untuk

menghasilkan berbagai gagasan yang bersifat kreatif maka diperlukan

jumlah anggota yang banyak sehingga kelompok menjadi lebih besar.

Hera dan Slater (dalam Rahmat, 2004) mengatakan dalam hubungan

dengan kepuasan menunjukan bahwa, semakin besar kelompok semakin

berkurang kepuasan anggota-anggotanya. Menurut Slater batas maksimal

dari sebuah kelompok adalah lima orang untuk mengatasi hubungan

manusia. Karena menurutnya, semakin banyak anggota dalam sebuah

kelompok akan semakin tidak efisien dalam mengerjakan sebuah tugas yang

dimiliki.

b. Jaringan komunikasi.

Jalauddin Rahmat (2004) mengatakan terdabat banyak tipe jaringan

komunikasi pada kelompok seperti: roda, rantai, Y, lingkaran, dan bintang.

Namun menurutnya tipe komunikasi roda adalah tipe komunikasi kelompok

yang paling efektif dalam menghasilkan produk kelompok tercepat dan

terorganisir.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11687/2/T1_362010066_BAB II... · Selain itu ada faktor yang mempengaruhi hubungan antara

c. Kohesi kelompok.

McDavis dan Harari (dalam Rahmat, 2004) menjelaskan kohesi

kelompok adalah kekuatan yang mendorong seorang anggota kelompok

untuk tetap tinggal didalam kelompok tersebut, dan mencegahnya untuk

meninggalkan kelompok tersebut. Disini McDavis dan Harari juga

menyarankan bahawa kohesi dapat diukur dari beberapa faktor berikut:

ketertarikan anggota secara interpersonal pada satu sama lain; ketertarikan

anggota dengan kegiatan dan fungsi dari kelompok; sejauh mana anggota

tertarik pada kelompok sebagai alat untuk memuaskan keparluan personal.

Kohesi kelompok juga erat dengan kepuasan anggota kelompok

tersebut. Semakin kohesif kelompok, maka semakin besar tingkat kepuasan

anggota dalam kelompok tesebut. Hal ini didasari karena semakin kohesif

sebuah kelompok maka anggota kelompok akan merasa semakin nyaman

sehingga komunikasi yang dilakukan oleh sesama anggota akan semakin

bebas, lebih terbuka, dan lebih sering. Makin tinggi tinggal kekohesifan

kelompok maka semakin mudah angota-anggota kelompok tunduk pada

norma kelompok.

d. Kepemimpinan.

Kepemimpinan adalah sebuah bentuk komunikasi yang positif

mempengaruhi kelompok untuk bergerak kearah tujuan kelompok.

Kepemimpinan seorang yang dianggap sebagai ketua dari sebuah kelompok

sangat mempengaruhi keefektifan komuikasi kelompok.

White dan Lippit (1960), membagi gaya kepemimpinan menjadi tiga

jenis, yaitu: otoriter; demokrasi; laissez faire. Kepemimpinan otoriter

ditandai dengan semua keputusan dan keubijakan untuk kelompok

ditentukan oleh seorang pemimpin. Kepemimpinan demokrasi ditandai

dengan pemimpin yang mendorong anggota kelompoknya untuk

membicarakan dan memutuskan semua kebujakan. Sedangkan

kepemimpinan laissez faire ditandai dengan pemimpin yang memberikan

kebebasan penuh kepada kelompok untuk mengambil keputusan dengan

partisipasi pemimpin yang minimal.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11687/2/T1_362010066_BAB II... · Selain itu ada faktor yang mempengaruhi hubungan antara

2. Faktor personal karakteristik kelompok:

a. Kebutuhan personal.

William C. Scultz (1966) merumuskan teori FIRO (Fundamental

Interpersonal Reletion Orentation), dimana menurutnya seseorang menjadi

anggota kelompok berdasarkan dorongan oleh tiga kebutuhan interpersonal

sebagai berikut:

1. Ingin masuk kedalam kelompok (inclusion).

2. Untuk mengendalikan orang lain dalam tatanan hirarki (control).

3. Ingin memperoleh keakraban emosional dengan anggota kelompok

lain.

b. Tindak komunikasi.

Dimana anggota sebuah kelompok bertemu akan terjadi pertukaran

informasi. Robert Bales (1950) mengembangkan sistem katagori untuk

menganalisis tindakan komunikasi, yang kemudian dikenal sebagai

Interaktion Process Analysis (IPA).

c. Peranan.

Seperti tindak komunikasi, peran yang dimainkan oleh anggota

kelompok dapat membantu menyelesaikan tugas kelompok, memelihara

suasana emosional yang baik dengan kelompok, atau hanya menampilkan

kepentingan individu saja.

Beal, Bohlen dan Audabaugh (dalam Rahmat, 2004: 171) meyakini

peranan-peranan anggota kelompok dikatagorikan sebagai berikut:

1. Peranan tugas kelompok.

2. Peranan pemeliharaan kelompok.

3. Peranan individua.

2.1.1.2 Pengaruh Kelompok Kepada Prilaku Komunikasi

a. Konformitas

Konformitas merupakan perubahan prilaku atau kepercayaan anggota

kelompok sebagai akibat tekanan kelompok yang diberikan. Jika ada sejumlah

anggota kelompok yang melakukan sesuatu, ada kemungkinan anggota yang

lain dalam kelompok melakukan hal yang sama.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11687/2/T1_362010066_BAB II... · Selain itu ada faktor yang mempengaruhi hubungan antara

b. Fasilitas sosial

Fasilitas yang merupakan kata dari Prancis facile yang memiliki arti

mudah. Robert Zajonz (1965) menjelaskan bahwa kehadiran orang lain

dianggap menimbulkan efek pembangkit energi pada prilaku individu.

Efek ini terjadi pada berbagai situasi sosial. Energi yang meningkat akan

memperbesar kemungkinan dikeluarkanya respon yang dominan. Respon

dominan yang merupakan prilaku yang kita kuasai, karena dari itu apabila

respon dominan itu adalah benar yang terjadi adalah peningkatan prestasi,

begitu juga sebaliknya.

c. Polarisasi

Polarisasi adalah kecenderungan ke arah posisi yang ekstrim. Jika

sebelum diskusi kelompok para anggota mempunyai sikap agak mendukung

tindakan tertentu, setelah diskusi mereka akan lebih kuat lagi mendukung

tindakan itu. Sebaliknya, juka sebelum diskusi anggota kelompok agak

menentang tindakan tertentu, setelah diskusi mereka akan lebih keras

menentang tindakan tersebut.

2.1.1.3 Teori Kelompok Bonafide

Teori kelompok bonafide (bona fide group theory) adalah merupaka kritikan

dari Linda Putman dan Cyinthia Stohl (Stohl 2003) yang diberikan terhadap

gagasan dari Robert Bales mengenai teori analisis proses. Bona fide berarti

terpercaya (bonafide), sedangkan suatu kelompok bonafide adalah kelompok

yang terbentuk secara alami.

Kelompok bonafide memiliki dua karakteristik, yaitu pertama memiliki

perbatasan yang dapat dilalui, dilewati atau ditembus maksudnya apa yang

dimaksud orang dalam dan orang luar seringkali kebur, cair, dan berubah-ubah.

Kedua yaitu bersifat independen dengan lingkungan yang berarti kelompok

bergantung pada lingkungan dan sebaliknya.

Fungsi yang dimiliki kelompok selain menyelesaikan dan mengatasi konflik,

kelompok juga harus mengatur dan menyesuaikan pekerjaannya secara utuh

dengan situasi dimana kelompok bekerja.

Dalam kehidupan sebenarnya, kerja kelompok selalu dipengaruhi oleh

masukan dan kemudian menciptakan keluaran yang akan selalu mempengaruhi

kelompok sekaligus sistem secara keseluruhan.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11687/2/T1_362010066_BAB II... · Selain itu ada faktor yang mempengaruhi hubungan antara

2.1.1.4 Model Masukan-Proses-Hasil

Kelompok seringkali menerima informasi dan pengaruh yang masuk

kedalam kelompok yang sering disebut masukan atau input. Kemudian kelompok

mengelolah atau memperoses masukan yang diterimanya dengan anggota yang

ada. Hasil dari proses masukan yang diterima kelompok akan mempengaruhi

lingkungan yang nantinya akan kembali menjadi masukan kelompok

bersangkutan (Morissan, 2009).

Sebagai contoh mahasiswa yang mengerjakan tugas penelitain kelompok,

masing-masing anggota kelompok membawa serta prilaku dan sikap mereka

kedalam kelompok dan juga segala informasi yang diperlikan kelompok

menyelesaikan tugas mereka (masukan). Kemudian membahasnya dengan

kelompok dan memutuskan tindakan selanjutnya yang diambil oleh kelompok

(proses). Hasilnya adalah penilainan yang diberikan oleh dosen baik atau buruk

hasil penelitian yang diterima menjadi umpan balik bagi kelompok yang akan

mempengaruhi perasan anggota.

2.1.1.5 Analsisi Interaksi

Menurut Fisher dan Hawes model yang diajukan oleh Robert Bales kurang

tepat menggambarkan komunikasi kelompok. Fiseher dan Hawes mengajukan

model yang lebih cocok disebut dengan interact system model (model sistem

interaksi) yang lebih memfokuskan pada interaksi (Morissan, 2009).

Interaksi adalah tindakan oleh seseorang yang diikuti oleh tindakan orang

lain, misalnya pertanyaan-jawaban, pernyataan-pernyataan, dan sapaan-sapaan.

Disini unit analisa yang digunakan bukanlah suatu pesan individu, seperti

mengemukakan saran, tetapi sepasang tindakan yang berdekatan (contiguos pair

of acts), seperti menyampaikan saran dan memberikan tanggapan terhadap saran

itu.

2.1.2 Teori Fungsional Kelompok

Teori fungsional komunikasi kelompok memandang “proses” sebagai instrumen yang

digunakan kelompok untuk mengambil keputusan, dengan menekankan hubungan antara

kualitas komunikasi dan kualitas keluaran (output) kelompok (Morissan, 2009).

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11687/2/T1_362010066_BAB II... · Selain itu ada faktor yang mempengaruhi hubungan antara

Komunikasi adalah alat untuk menyampaikan informasi, komunikasi adalah cara

anggota kelompok menjelajahi dan mengenal kesalahan dalam pemikiran, dan komunikasi juga

berfungsi sebagai alat persuasi.

Pendekatan fungsional sangat dipengaruhi oleh sifat pragmatis pengajaran diskusi

kelompok kecil. Menurut Dowey, proses pemecahan masalah dalam kelompok terdiri dari

enam langkah yaitu: (1) pernyataan kesulitan, (2) penentuan masalah, (3) analisis masalah, (4)

saran penyelesaian, (5) membandingkan alternatif dan pengujian alternatif terhadap

seperangkat tujuan atau kriteria, dan (6) melaksanakan solusi terbaik.

Rudy Hirokawa dan rekannya menjelaskan bagaimana kelompok dapat membuat

keputusan yang keliru. Ia bermaksud mengindentifikasi faktor-faktor yang seharusnya

dipertimbangkan kelompok agar dapat mengambil keputusan yang benar sehingga kelompok

dapat menjadi lebih efektif.

Kelompok biasanya memulai dengan mengitentifikasi dan menilai suatu masalah

(identifying and assessing a problem), dan pada tahap ini mereka harus menjawab pertanyaan

seperti: apa yang terjadi? mengapa? siapa yang terlibat? apa bahayanya? siapa yang dirugikan?.

Selanjutnya, kelompok harus mengumpulkan dan mengevaluasi informasi (gather and

evaluates informasition) mengenai masalah yang dihadapi. Ketika kelompok membahas

berbagai kemungkinan solusi, informasi akan terus diterima dan terkumpul.

Kemudian kelompok membuat berbagai usulan alternatif (alternative proposals) untuk

mengatasi masalah dan mereka juga membahas tujuan (objectives) yng ingin dicapai dalam

pemecahan masalah. Berbagai tujuan dan usulan alternatif kemudian dievaluasi dengan tujuan

akhirnya adalah untuk mencapai k terhadap arah tindakan yang hendak diambil.

Berbagai faktor yang berperan mengahasilkan keputusan yang salah dapat dengan mudah

dilihat dari proses pengambilan keputusan. Pertama, penilaian masalah yang dilakukan secara

tidak sepatutnya (improper assessment) yang disebabkan analisis situasi yang tidak cukup atau

tidak tepat. Kelompok gagal melihat masalah atau kelompok tidak secara tepat

mengidentifikasi sebab-sebab masalah. Sumber kesalahan kedua dalam pengambilan

keputusan adalah penetapan tujuan yang tidak tepat (inappropriate goal and objectives).

Kelompok menolak atau mengabaikan tujuan-tujuan penting yang dicapai, atau kelompok

mengerjakan hal-hal yang sebenarnya tidak perlu. Masalah yang ketiga adalah penilaian

kualitas positif atau negatif yang tidak sesuai (improper assessment of positive and negative

qualities), yaitu mengabaikan kelebihan atau kekurangan tertentu atau mengabaikan kedua-

duanya, atau kelompok terlalu melebih-lebihkan hasil positif atau negatif yang diharapkan.

Keempat, kelompok mengembangkan basisi informasi yang tidak mencukupi (inadequate

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11687/2/T1_362010066_BAB II... · Selain itu ada faktor yang mempengaruhi hubungan antara

information base) yang dapat terjadi dalam beberapa cara yaitu menolak informasi yang valid

dan menerima informasi yang tidak valid. Terlalu sedikit menerima informasi atau sebaliknya

terlalu banyak informasi yang diterima dapat menimbulkan kelebihan beban kerja dan

kebingungan. Terakhir berdasarkan informasi yang diterima kelompok ternyata membuat

“alasan yang salah” (fauly reasoning) untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu.

2.1.3 Jaringan Komunikasi

De Vito (2011) membagi lima struktur pola jaringan komunikasi kelompok, kelima

struktur pola jaringan tersebut adalah:

1. Struktur Lingkaran

Struktur lingkaran tidak memiliki pemimpin. Semua anggota memiliki posisi yang

sama. Anggota memiliki wewenang atau kekuatan yang sama untuk mempengaruhi

kelompok. Setiap anggota dapat berkomunikasi dengan dua anggota lain disisinya.

2. Struktur Roda

Struktur roda memiliki pemimpin yang jelas. Yaitu orang yang berada di pusat. Hanya

orang ini yang dapat menerima dan mengirim pesan dari anggota. Oleh karena itu, jika

seorang anggota ini berkomunikasi dengan anggota lain harus melalui orang yang berada

di pusat yaitu pemimpin.

Di dalam struktur ini seorang pemimpin memiliki wewenang dan kekuasaan penuh

untuk mempengaruhi anggotanya. Penyelesaian masalah dalam struktur ini dapat di bilang

cukup efektif, namun keefektifan itu hanya mencakup pemecahan masalah yang

sederhana.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11687/2/T1_362010066_BAB II... · Selain itu ada faktor yang mempengaruhi hubungan antara

3. Struktur Y

Struktur Y relatif kurang tersentralisasi dibanding dengan struktur roda, tetapi

dibanding dengan struktur lainnya struktur ini lebih tersentralisasi. Di dalam struktur Y ini

juga terdapat seorang pemimpin yang jelas tetapi semua anggota lain berperan sebagai

pemimpin kedua. Anggota ini dapat menerima dan mengirim pesan dari dua anggota

lainnya. Ketiga anggota lainnya hanya dapat berkomunikasi dengan terbatas yaitu hanya

dengan satu orang lainnya.

Jaringan Y memasukan dua orang sentral yang menyampaikan informasi kepada

orang lainnya pada batas luar pengelompokan. Pada jaringan ini, seperti pada jaringan

rantai sejumlah saluran terbuka dibatasi dan kelompok bersifat disentralisasi atau terpusat.

Anggota hanya bisa secara resmi berkomunikasi dengan orang-orang tertentu saja.

4. Struktur Rantai

Struktur rantai sama dengan struktur lingkaran kecuali, bahwa anggota yang paling

ujung hanya akan dapat berkomunikasi dengan satu orang saja. Keadaan terpusat juga

terjadi disini. Orang yang berada di posisi tengah lebih berperan sebagai pemimpin

daripada mereka yang berada diposisi lain. Di dalam saluran ini, sejumlah saluran terbuka

dibatasi. anggota hanya dapat berkomunikasi dengan orang-orang tertentu saja.

5. Struktur Semua Saluran

Hampir sama dengan struktur lingkaran, dalam arti semua anggota sama dan memiliki

kekuatan yang sama untuk mempengaruhi anggota lainnya. Akan tetapi, dalam struktur

semua saluran, setiap anggota siap berkomunikasi dengan setiap anggota lainnya.

Struktur ini memungkinkan adanya partisipasi anggota secara optimal. Jaringan

terpusat atau sentralisasi dan desentralisasi memiliki kegunaan yang berbeda. Sebagai

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11687/2/T1_362010066_BAB II... · Selain itu ada faktor yang mempengaruhi hubungan antara

contoh, struktur desentralisasi dapat lebih efektif untuk pemecahan masalah secara kreatif

dan lebih bagus untuk penggerakan informasi secara cepat. (De Vito, 2011).

2.1.4 Jenis-Jenis Permainan

Monks dalam Hartini 2004 membagi empat jenis permainan kanak-kanak, yaitu:

1. Permainan bayi, yaitu permainan yang digunakan untuk merangsang perkembangan

anak balita.

2. Permainan perorangan, yaitu permainan yang sendiri tanpa ada orang lain yang diikut

sertakan dalam bermain.

3. Permainan sosial, yaitu permainan yang dilakukan dengan orang banyak dalam

permainan tersebut sehingga dapat terjadi interaksi dengan orang lain di luar keluarga.

4. Permainan tim, yaitu permainan yang dilakukan dengan cara berkelompok dengan

adanya suatu aturan yang jelas untuk memainkan permainan tersebut.

2.1.5 Manfaat Permainan

Manfaat permainan menurut Rusmawati (2004) yaitu:

1. Memperkuat motorik anak.

2. Anak dapat menyalurkan energi yang berlebihan dalam dirinya.

3. Anak dapat menyalurkan perasaan yang terpendam dalam dirinya.

4. Melalui permaian yang melibatkan banyak orang dan memiliki peraturan, seorang

anak harus bekerja sama dengan teman sekelompoknya dan dituntut untuk jujur dalam

melakukan permainan tersebut.

5. dituntut untuk jujur dalam melakukan permainan tersebut.

6. Bermain dapat merangsang kognitif anak.

7. Membantu mengembangkan wawasan sosialnya.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11687/2/T1_362010066_BAB II... · Selain itu ada faktor yang mempengaruhi hubungan antara

8. Bermain dapat membantu anak menyelesaikan masalah emosinya.

9. Melatih anak untuk berkomunikasi.

10. Merangsang kreaktifitas anak.

2.1.6 Permainan Tradisional

Menurut Soetoto Pontjopoetro (2006) permainan tradisional adalah permainan yang

diciptakan oleh sebuah daerah, biasanya tercipta berdasarkan latar belakang, tujuan atau dari

legenda yang berkaitan dengan kehidupan sosial masyarakat sekitar.

Permainan tradisional adalah permainan yang yang biasa dilakukan ketika masih anak-

anak karena didalam permainan tradisional terdapat manfaat yang sangat baik bagi anak-anak,

contohnya adalah dalam melatih konsentrasi, melatih kerjasama tim, dan yang paling besar

adalah melatih anak untuk bersosialisasi dengan anak-anak sebayanya.

2.1.6.1 Jenis-Jenis Permainan Tradisional

Permainan tradisional adalah permainan yang beragam dan banyak

jumlahnya, namun dapat di kelompokkan meenjadi beberapa, yaitu :

1. Berdasarkan pelaku permainan, untuk laki-laki saja, untuk perempuan saja

atau gabungan antra perempuan atau laki-laki. Misalnya, dhakon, enklek,

gobag sodor, sepaktekong.

2. Berdasarkan pelaku berpasangan (satu lawan satu atau satu kelompok

lawan satu kelompok). Misalnya, dhakon, jamuran, gobag sodor, main

layangan.

3. Berdasarkan alat yang digunakan. Misalnya layangan alatnya layangan.

4. Berdasarkan bermain dengan bernyanyi. Misalnya, jamuran.

5. Berdasarkan hukuman pihak yang kalah dalam permainan. Misalnya,

gendiran, tikusan.

6. Berdasarkan permainan untung rugi diakhirnya. Misalnya, sumbar suru.

7. Berdasarkan akibat yang ditanggungnya, biasanya berupa kerusakan atau

kehilangan. Misalnya layangan, adu jangkrik.

8. Permainan dengan kekuatan gaib. Misalnya, nini thowok, wedhus prucul,

oncit.

9. Menentukan urutan siapa yang bermain terlebih dahulu. Misalnya sut,

kacen, hompimpah.

10. Berdasarkan tempat bermain tergantung jenis permainannya.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11687/2/T1_362010066_BAB II... · Selain itu ada faktor yang mempengaruhi hubungan antara

2.1.6.2 Manfaat Permainan Tradisional

Permainan anak secara langsung akan diterima dengan senang hati, anak

dapat bermain, dapat berekspresi tanpa ada paksaan, sehingga anak mempunyai

rasa percaya diri. Permainan juga melatih jasmani dan rohani anak, melatih

kecekatan anak, melatih ketajaman berpikir, kehalusan rasa serta kemauan tinggi,

melatih anak untuk menguasai diri sendiri, menghargai atau mengakui

kemampuan orang lain, melatih anak untuk membuat strategi untuk menang

namun bersikap tepat dan bijak sana, berdisiplin, tertib, dan bersikap waspada

menghadapi semua keadaan.

2.1.6.3 Pengertian Permainan Terdisional Gobag Sodor

Menurut Arianti dalam buku Siagawati dkk (2007), awal mulanya permainan

gobag sodor muncul karena diilhami dari pelatihan prajurit kraton yang sedang

melakukan perang-perangan yang biasanya dilakukan di alun-alun kota.

Permainan gobag sodor atau biasa di sebut sodoran oleh masyarakat Jawa ini

dilakukan di alun-alun dengan masing-masing pemain berkendaraan kuda, karena

kejar mengejar dengan lawannya dan dengan sodoran itu berusaha menjatuhkan

lawan dari kudanya.

Sodoran sendiri dalam permainan ini memiliki arti penjaga garis sumbu yang

membagi dua garis-garis yang melintang dan parerel. Sedangkan istilah gobag

sendiri adalah jenis permainan anak yang bertempat di sebidang tanah lapang

yang telah diberi garis-garis segi empat di petak-petak, terdiri dari dua regu, satu

regu sebagai pemain atau istilah jawanya mentas dan regu yang satunya sebagai

regu penjaga atau istilah jawanya dadi, masing-masing regu terdiri dari 3-5 orang

yang disesuaikan dengan jumlah kotak. Jika garis melintang yang membagi

panjang dibagi 4 buah maka membutuhkan 5 orang pemain untuk menjaga

sodoran.

Istilah gobag sodor ternyata adalah istilah yang di terapkan dari bahasa asing,

yaitu go back to dorr. Perubahan penyebutan tersebut terjadi karena penyesuaian

lafal kedalam bahasa jawa, sehinga masyarakat Jawa biasa menyebutnya gobag

sodor.

Lapangan permainan ini cukup luas karena mebutuhkan ruang untuk regu

pemain dapat menerobos penjagaan tim yang dadi. Bentuk lapangan permainan

gobag sodor adalah berbentuk persegi panjang dengan panjang sekitar 10 meter

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11687/2/T1_362010066_BAB II... · Selain itu ada faktor yang mempengaruhi hubungan antara

dan lebar sekitar 5 meter. Setiap jarak 2,5 meter ditarik garis lurus vertikal dan

horizontal sehingga membentuk 8 bujursangkat yang berukuran sama besarnya.

Gambar. 1

Lapangan Gobag Sodor

Sumber: Siagawati dkk (2007)

2.1.6.4 Aspek-Aspek Permainan Tradisional Gobag Sodor

Terdapat nilai-nilai yang dapat dirasakan melalui permainan ini, yang

pertama yaitu nilai jasmani yang meliputi nilai kesehatan dan kelincahan.

Berikutnya adalah nilai psikologis yang meliputi nilai kejujuran, dan nilai

sportivitas, kepemimpinan, pertarungan strategi, kegembiraan, perjuangan,

kerjasama dengan kelompok. Dan yang ketiga adalah nilai sosial yaitu kerjasama

dan kekompakan kelompok.

2.1.6.5 Manfaat Permaian Gobag Sodor

Gobag Sodor sendiri memiliki nilai manfaat yang dapat dirasakan, yaitu nilai

kekompakan, nilai penghiburan diri, nilai menumbuhka kekreativitasan, dan

pembentukan kepribadian. Karena gobag sodor adalah permainan tradisional

yang berkelompok sehingga permaiana ini sangat membantu dalam

menumbuhkan hubungan sosial dengan teman sebayannya. Selain itu gobag

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11687/2/T1_362010066_BAB II... · Selain itu ada faktor yang mempengaruhi hubungan antara

sodor juga melatih pemainnya dalam hal keterampilan fisik, menumbuhkan

kreativitas, melatih kecekatan, dan membentuk kepribadian.

2.2 Penelitian Terdahulu

Peneliti telah mendapatkan beberapa penelitian yang relevan yakni penelitian terdahulu

terkait dengan permainan tradisional gobag sodor guna untuk melengkapi dan membantu

penulis dalam menyelesaikan penelitian ini. Di bawah ini ada beberapa penelitian terdahulu

yang berkaitan dengan permainan tradisional gobag sodor:

Tabel 2.1.

Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan permainan tradisional gobag sodor

Nama Peneliti/

Almamater/ Tahun

Judul Skripsi Tujuan Hasil

Rusma Ayuningtuas

Jurusan Pendidikan

Jasmani Kesehatan

Dan Rekreasi.

Fakultas Ilmu

Keolahragaan,

Universitas Negri

Semarang.

Pengembangan

Model Permainan

Tradisional Gobag

Sodor Melalui

Gosibol Bagi Siswa

Kelas V Sekolah

Dasar Negri Sanetan

Kecamatan Sluke

Kabupaten Rembang

Tahun 2015

Untuk mengasilkan

produk model

permainan gosibol

bagi siswa kelas V

Sekolah Dasar Negri

Sanetan Kecamatan

Sluke Kabupaten

Rembang tahun 2015

Hasil akhir dari

kegiatan penelitian

pengembangan ini

adalah produk model

pengembangan

permainan gobak

sodor melalui

gosibol. Berdasarkan

data pada

saat uji coba I

kelompok kecil dan

uji coba II kelompok

besar model

permainan

tradisional gosibol

layak digunakan

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11687/2/T1_362010066_BAB II... · Selain itu ada faktor yang mempengaruhi hubungan antara

untuk pembelajaran

penjasorkes bagi

siswa

kelas V SD N

Sanetan Kecamatan

Sluke Kabupaten

Rembang. Melalui

permainan gosibol,

siswa lebih antusias

dalam pembelajaran

penjasorkes. Faktor

yang menjadikan

permainan gosibol

dapat diterima oleh

siswa SD N

Sanetan adalah dari

semua aspek uji coba

yang ada, bahwa

sebagian besar dari

siswa kelas V dapat

mempraktekkan

permainan gosibol

dengan baik. Baik

dari

pemahaman terhadap

permainan,

penerapan sikap

dalam permainan dan

aktivitas gerak siswa.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11687/2/T1_362010066_BAB II... · Selain itu ada faktor yang mempengaruhi hubungan antara

Surya Hryanto.

Fakultas Psikologi

UNI Maliki Malang

Pengaruh Permainan

Tradisional Gobag

Sodor Terhadap

Peningkatan

Kemampuan

Penyesuaian Sosial

Siswa Kelas IV di

Madrasah Ibtidayah

Yaspuri Kota

Malang 2015

Mengetahui

bagaimana tingkat

penyesuaian sosial

siswa dan siswi

kelas IV di Madrasah

Ibtidayah Yaspuri

Malang sebelum dan

sesudah pemberian

treatmen permainan

tradisioanl gobag

sodor, dan apakah

permainan

tradisional gobag

sodor efektif untuk

meningkatkan

kemampuan

penyesuaian sosial

siswa.

Sebelum diberikan

treatmen bermain

gobag sodor dari

total siswa kelas IV

ialah 29 siswa,

dihasilkan terdapat 6

(34,74%) siswa yang

memiliki tinggkat

penyesuaian sosial

yang rendah, dan ada

20 (65,26%) siswa

yang berada pada

katagori sedang, dan

terdapat 4 (13,79%)

siswa memiliki

tingkat penyesuaian

tinggi. Kemudian

peneliti mengambil

sampel yang

memiliki tingkat

penyesuaian rendah

dan sedang sejumlah

16 siswa untuk

diberikan treatmen

gobag sodor, setelah

diberikan treatmen

bermain gobag sodor

selama kurang lebih

satu bulan hasil post-

test yang didapat 2

(21,84%) berada

pada katagori

rendah, dan terdapat

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11687/2/T1_362010066_BAB II... · Selain itu ada faktor yang mempengaruhi hubungan antara

10 (50,32%) siswa

berada pada katagori

sedang, dan terdapat

4 (27,84%) siswa

berada pada katagori

penyesuaian sosial

tinggi. Kemudian uji

Hipotesis di

dapatkan bahwa ada

perbedaan antara

mean dari pre-test

(143.75) dengan

post-test (158.25)

maka hasilnya Ho

ditolak dan Ha

diterima. Dengan

nilai signifikan 0.001

artinya permainan

gobag sodor efektif

untuk meningkatkan

kemampuan

penyesuaian sosial

siswa kelas IV.

Elfrida Baringbing,

Jurusan Pendidikan

Luar Sekolah,

Program Studi Paud.

Fakultas Ilmu

Pendidikan,

Universitas Negri

Medan.

Pengaruh Permainan

Tradisional Gobag

Sodor Terhadap

Kemampuan

Motorik Kasar Anak

Usia 5-6 Tahun Di

PAUD Valentine

T.A 2013/2014

Mengetahui apakah

ada perngaruh

permainan gobag

sodor terhadap

perkembangan

motorik kasar anak

usia dini PAUD

Valentine.

Penggunaan

permbelajaran

dengan permainan

tradisional gobag

sodor dapat

meningkatkan

perkembangan

motorik kasar yang

lebih baik dari pada

pembelajaran tanpa

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11687/2/T1_362010066_BAB II... · Selain itu ada faktor yang mempengaruhi hubungan antara

permainan

tradisional gobag

sodor. Hal tersebut

sesuai dengan hasil

uji hipotersis yang

diperoleh thitung > ttabel

yaitu 13, 7 > 1, 7074

pada taraf nyata α =

0,05 dengan dk =

(n1+n2-2) dan ttabel

diperoleh dari hasil

interpolasi. Sehingga

dapat dikatakan

bahwa Ho ditolah

atau Ha diterima.

Dinyatakan bahwa

terdapat pengaruh

permainan

tradisional gobag

sodro terhadap

perkembangan

motorik kasar anak

kelompok B PAUD

Valentine Sigumpar

Tahun Ajaran

2013/2014.

Perbedaan penelitian ini dengan beberapa peneliti yang sudah ada yaitu tujuan penelitian

ini lebih membahas permainan tradisional gobag sodor yang dimainkan oleh sisiwa-siswi kelas

4-6 SD Kristen 03 Eben Heazer Salatiga sebagai media komunikasi kelompok.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11687/2/T1_362010066_BAB II... · Selain itu ada faktor yang mempengaruhi hubungan antara

2.3 Kerangka Pikir

Bagan. 2.3

Kerangka Pikir

Di sini permainan tradisional gobag sodor yang terus dimainkan oleh siswa-siswi kelas

4-6 SD Kristen 03 Eben Haezer Salatiga dengan teman sebaya mereka dapat mempengaruhi

komunikasi kelompok dari siswa-siswi tersebut, sehingga peneliti ingin mengetahui apakah

permainan tersebut memang dapat menjadi media komunikasi yang dianalisis menggunakan

teori komunikasi kelompok.

TEORI

KOMUNIKASI

KELOMPOK

PERMAINAN

TRADISIONAL GOBAG

SODOR

MEMPENGARUHI

KOMUNIKASI

KELOMPOK SISWA-SISWI

KELAS 4-6 SD KRISTEN

03 EBEN HAEZER

SALATIGA DENGAN

TEMAN SEBAYANYA