BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ginjalrepository.unimus.ac.id/3226/4/BAB II SKRIPSI ULFAH.pdf · 2019....
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ginjalrepository.unimus.ac.id/3226/4/BAB II SKRIPSI ULFAH.pdf · 2019....
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ginjal
Ginjal merupakan organ tubuh yang terdiri dari nefron yang dibentuk oleh
badan malphigi, glomerulus, kapsula bowman,tubulus dan lengkung henle. Fungsi
utama dari ginjal antara lain yaitu menyaring dan membuang zat-zat sisa
metabolisme tubuh dari darah, serta mempertahankan protein darah (albumin)
agar cairan dalam tubuh tetap dalam pembuluh darah dan mempertahankan
keseimbangan elektrolit seperti kalsium. Ginjal juga berfungsi untuk
menghasilkan vitamin D aktif yang disebut kalsitriol (Cotran RS, Rennke H,
Kumar, V 2007)).
Ginjal merupakan sepasang organ berbentuk seperti kacang merah yang
terletak didorsal kiri dan kanan tulang belakang di daerah pinggang. Unit
fungsional dasar dari ginjal adalah nefron, setiap pasang ginjal dapat berjumlah 1
juta nefron pada manusia dewasa yang terdiri dari komponen vaskuler dan
komponen tubulus yang secara fungsional dan struktural berikatan erat. Nefron
sebagai regulator air dan zat terlarut (terutama elektrolit) dalam tubuh dengan cara
menyaring darah, kemudian mereabsorbsi cairan dan molekul yang masih
diperlukan tubuh dan sisa dari molekul dan cairan akan dibuang.
Ginjal melaksanakan tiga proses dasar dalam menjalankan fungsi regulatorik
dan eksretorik yaitu filtrasi glomerulus, perpindahan non diskriminatif plasma
bebas protein dari darah ke dalam tubulus kemudian reabsorpsi tubulus,
perpindahan selektif bahan-bahan tertentu dalam filtrat kembali kedarah kapiler
http://repository.unimus.ac.id
7
peritubulus dan sekresi tubulus, perpindahan yang sangat spesifik zat-zat tertentu
dari darah kapiler peritubulus ke dalam cairan tubulus. Hasil dari segala sesuatu
yg difiltrasikan atau dieksresikan tetapi tidak direabsorbsi akan dieksresikan
sebagai urine.
Ginjal dalam keadaan dimana kehilangan kemampuan untuk
mempertahankan volume dan komposisi cairan tubuh yang berlangsung progresif,
lambat, samar dengan bersifat irreversible (berlangsung kurang lebih 3 bulan)
disebut gagal ginjal kronik.
2.2. Gagal Ginjal Kronik
Gagal ginjal kronik merupakan suatu keadaan dimana terdapat penurunan
fungsi ginjal yang bersifat menahun sehingga tidak lagi mampu bekerja sama
sekali dalam hal penyaringan, pembuangan zat kimia tubuh, dan tidak mampu
menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh didalam darah atau produksi
urine (Suwitra K, 2007).
Gagal ginjal kronik merupakan kelainan dan kerusakan pada ginjal selama
3 bulan atau lebih yang ditandai dengan penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG)
dibawah 15 ml / min / 1,73m², apapun sebab yang melatar belakangi saat terjadi
kehilangan nefron dan penurunan fungsi ginjal telah mencapai titik tertentu akan
terjadi proses sklerosis irreversible yang berakhir pada penurunan laju filtrasi
secara progresif ( Lesley A. et all, 2012 ).
2.2.1. Etiologi
Faktor penyebab dari gagal ginjal kronik sangat bervariasi antara lain sebagai
berikut : Glomerulonefritis (radang pada glomerulus yang bersifat menahun),
http://repository.unimus.ac.id
8
diperkirakan sekitar 25% menjadi penyebab utama (Suwitra, 2006). Diabetes
mellitus merupakan salah satu penyakit yang menghambat penggunaan glukosa
oleh tubuh, bila ditahan dalam darah dan tidak diuraikan dapat bertindak sebagai
racun sehingga akan merusak nefron (Brunner & suddarth, 2007)
Hipertensi juga merupakan salah satu penyebab utama gagal ginjal kronik
yang diperkirakan sekitar 20% (Suwitra,2006). Penyakit hipertensi dapat
menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah, apabila pembuluh darah
vasokontriksi maka akan terjadi gangguan sirkulasi pada ginjal (Muttaqin, 2009).
2.2.2. Derajat GGK dalam penurunan laju filtrasi glomerulus
Derajat GGK dalam penurunan laju filtrasi glomerulus dibagi menjadi :
- Derajat 1: kerusakan ginjal dengan LFG normal atau meningkat
(>90mL/mnt/1.73m²)
- Derajat 2 : kerusakan ginjal dengan LFG menurun ringan (60-89mL/mnt/
1.73m²)
- Derajat 3 : kerusakan ginjal dengan LFG menurun sedang (45-
59mL/mnt/1,73m²)
- Derajat 4 : kerusakan ginjal dengan LFG menurun berat (15-
29mL/mnt/1,73m²)
- Derajat 5 : gagal ginjal (LFG <15mL/mnt/1,73m² atau dialisis)
2.2.3. Patofisiologi
Patofisiolgi dari penyakit GGK tergantung pada awal dari penyakit yang
mendasari, tapi dalam proses perkembangan yang terjadi kurang lebih sama.
Fungsi ginjal menurun, produk akhir metabolisme protein (albumin) tertimbun di
http://repository.unimus.ac.id
9
dalam darah pada kondisi normal dieksresikan kedalam urine, tetapi pada ginjal
yang sakit albumin keluar melalui urine atau disebut juga albuminuria (Brunner
dan Suddart, 2007)
Albuminuria disebabkan karena ada peradangan jangka panjang pada ginjal
(glomerulonefritis) akibat penumpukan albumin di dalam ginjal sehingga tidak
dapat diproses dengan baik oleh ginjal. Proses peradangan membuat pembuluh
darah kapiler lebih mudah ditembus albumin, sehingga albumin dapat bocor
kejaringan (Brunner dan Suddart, 2007).
Derajat yang paling awal penyakit GGK adalah kehilangan daya cadang
ginjal, dimana LFG masih normal kemudian secara perlahan akan terjadi
penurunan fungsi nefron yang progresif. Derajat pada LFG dibawah 30% pasien
mulai memperlihatkan gejala yang nyata seperti gangguan metabolisme kalsium,
dimana ginjal tidak bisa mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
dalam tubuh. LFG dibawah 15% akan terjadi gejala dan komplikasi yang lebih
serius, pasien memerlukan terapi dialisis dan pengganti ginjal atau transplantasi
ginjal (Nova, F 2009)
2.2.4. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dapat digunakan dalam diagnosis GGK
antara lain :
- Urinalisa rutin (ditemukan albumin pada urine,derajat tinggi albumin (3-4+)
secara kuat menujukkan ada kerusakan pada glomerulus)
- Kadar albumin darah (dapat diakibatkan albuminuria dan bisa juga disebabkan
karena gangguan metabolisme dan diet rendah protein)
http://repository.unimus.ac.id
10
- Kadar kalsium darah(tergantung berapa banyak cairan dan garam yang
dikonsumsi)
2.2.5. Penata Laksanaan penyakit GGK
1. Terapi spesifik terhadap penyakit yang dasar
Terapi spesifik terhadap penyakit yang dasar adalah waktu yang tepat untuk
terapi sebelum terjadi penurunan LFG, bila LFG sudah menurun sampai 20-30
dari normal terapi terhadap penyakit dasar sudah tidak banyak bermanfaat.
2. Memperlambat perburukan fungsi ginjal
Faktor utama penyebab perburukan fungsi ginjal adalah karena terjadi
hiperfiltrasi glomerulus, cara mengurangi hiperfiltrasi glomerulus antara lain
dengan Pembatasan asupan protein. Asupan protein yang berlebih tidak dapat
disimpan didalam tubuh, tetapi dipecah menjadi urea dan substansi nitrogen lain
yang terutama di eksresikan melalui ginjal. Makanan yang mengandung fosfat,
sulfat dan ion an organik lain juga di eksresikan melalui ginjal, oleh karena itu
pemberian diet tinggi protein pada penderita penyakit GGK akan mengurangi
penimbunan substansi nitrogen yang akan mengakibatkan sindrom uremia dan
untuk mencegah terjadi hiperfosfatemia.
3. Terapi pengganti ginjal
Terapi pengganti ginjal dilakukan pada penderita penyakit GGK pada LFG ≤
15ml/mnt yang dapat berupa terapi hemodialisa, pertioneal dialisis atau
transplantasi ginjal. Terapi hemodialisa adalah tindakan terapi yang tidak boleh
terlambat untuk mencegah gejala malnutrisi, tetapi terapi dialisis tidak boleh
terlalu cepat pada pasien GGK yang belum tahap akhir karena akan memperburuk
http://repository.unimus.ac.id
11
LFG. Manfaat terapi hemodialisa antara lain dapat membuang produksi sisa
metabolisme protein seperti urea, kreatinin dan asam urat, membuang cairan,
mempertahankan dan mengembalikan kadar elektrolit tubuh.
Asupan gizi pada penderita penyakit GGK adalah diet protein rendah,
sedangkan pasien GGK yang telah melakukan hemodialisa dietnya tinggi protein
atau normal protein.
2.3. Albumin
Albumin merupakan protein plasma yang paling tinggi, berjumlah sekitar
60% dari seluruh bagian plasma darah. Albumin diproduksi oleh hati melalui
proses penyaringan dan penghancuran protein dalam darah, menjadi molekul yang
lebih kecil. Kadar normal albumin dalam darah 3,5-5 g/dl (Rusli, et all, 2011)
Albumin merupakan jenis protein monomer yang larut dalam air dan larutan
garam dan mengalami koagulasi saat terpapar panas. Albumin terdiri dari rantai
polipeptida tunggal dan asam amino yang terdapat 17 ikatan disulfida, molekul
albumin berbentuk elips sehingga akan meningkatkan viskositas plasma dan
terlarut sempurna (Medicinus,2008)
Albumin merupakan protein utama yang mempunyai peran sangat penting
seperti menahan agar cairan tidak keluar dari pembuluh darah, memelihara
jaringan, dan mengangkut hormone, mengangkut vitamin, mengangkut obat-
obatan, dan zat-zat seperti kalsium ke seluruh tubuh. Keseimbangan albumin juga
dibutuhkan untuk menjaga agar cairan yang terdapat dalam darah tidak bocor
kejaringan tubuh (Fulks et all, 2010).
http://repository.unimus.ac.id
12
2.3.1. Metabolisme Albumin
Albumin dalam tubuh manusia dewasa disintesis oleh hati sekitar 100-200
mikrogram/gr jaringan per hari di distribusikan secara vaskuler dalam plasma dan
secara ekstra vaskuler dalam kulit, otot dan beberapa jaringan lain. Sintesa
albumin dalam sel hati dilakukan dalam dua tempat, pertama pada polisom bebas
dimana dibentuk albumin untuk keperluan intavaskuler, yang kedua pada
piliribosom yang berkaitan dengan retikulum endoplasma dimana dibentuk
albumin untuk di distribusikan ke seluruh tubuh (Suprayitno, 2003).
Sintesa albumin dipengaruhi beberapa faktor yaitu nutrisi terutama asam
amino, hormon, dan karena suatu penyakit. Asam amino yang dapat merangsang
terjadi sintesa albumin adalah treonin dan prolin, sedangkan hormon yang dapat
merangsang sintesa albumin adalah hormon tiroid, hormon pertumbuhan, hormon
insulin, adrenokortikotropik, testosteron dan korteks adrenal (Muhammad reza
pahlevi, 2012)
Penyakit yang mengakibatkan gangguan sintesa albumin antara lain adalah
pada penderita penyakit GGK yang disebabkan karena ada peningkatan
permeabilitas ditingkat glomerulus, sehingga menyebabkan albumin lolos
kedalam filtrat glomerulus. Albumin adalah salah satu zat yang digunakan
kembali diabsorbsi dan disebarkan keseluruh tubuh melalui pembuluh darah
sedangkan bahan-bahan yang tidak digunakan diekskresi melalui urine
(Murray,R.K 2006)).
http://repository.unimus.ac.id
13
2.3.2. Kadar Albumin pada penderita Gagal ginjal kronik
Penyakit GGK dapat mempengaruhi penderita mengalami kegagalan dalam
kemampuan tubuh untuk menggunakan albumin, pada ginjal yang rusak terjadi
penumpukan albumin yang akan keluar bersama urine sehingga kadar albumin
dalam darah menjadi rendah. Albumin yang masuk ke dalam tubuh berjumlah
kurang dari jumlah yang dibutuhkan tubuh, tetapi masuk kedalam air kencing
berjumlah besar dan telah terjadi kebocoran albumin.
Cara mengatasi penumpukan albumin dalam ginjal yaitu dengan membatasi
konsumsi vitamin C dan kalsium, serta menjaga keseimbangan cairan dan
elektrolit. Pasokan air dalam tubuh jika berkurang, sementara vitamin C dan
kalsium berjumlah terlalu melimpah maka, ginjal akan bekerja keras sehingga
dapat merusak glomerulus.
2.4. Kalsium
Kalsium merupakan zat yang di butuhkan sejak bayi hingga usia tua. Jumlah
kebutuhan kalsium dapat di bedakan berdasrkan jenis kelamin dan usia menurut
salah satu dokter Ahli Gizi, kebutuhan kalsium yang dibutuhkan rata-rata 500 –
800 mg / hari, pada usia lanjut dan wanita menapouse di anjurkan asupan kalsium
perhari adalah 1000 mg (Cahyono, 2010).
Kalsium merupakan mineral paling umum dan salah satu yang penting bagi
tubuh. Tubuh memerlukan untuk membangun dan memperbaiki tulang serta gigi,
membantu otot, membantu pembekuan darah serta membantu kerja jantung.
Jumlah kalsium pada tubuh tergantung dari jumlah kalsium yang di peroleh dari
makanan, kalsium dan vitamin D yang di serap pencernaan, fosfat dalam tubuh
http://repository.unimus.ac.id
14
dan horman tertentu, termasuk hormone parathyroid, kalsitonin dan esterogen
dalam tubuh. (Cahyono, 2010).
Kalsium merupakan mineral yang sangat vital dan diperlukan oleh tubuh
dalam jumlah besar dibanding mineral yang lain, sekitar 99% kalsium terdapat
dalam tulang dan gigi. Sisa kalsium yang 1% terdapat pada darah, dan jaringan
lunak, dan sekitar separuh dari kalsium pada darah terikat dengan albumin
(Sherwood ,2011).
Kalsium dalam darah berada dalam 3 fraksi yaitu Kalsium ion sekitar 50%,
kalsium yang terikat albumin sekitar 40% dan kalsium dalam bentuk kompleks
terutama sitrat dan fosfat 10%. Kalsium ion dan kalsium kompleks dapat melewati
membran semipermiable, sehingga akan dapat difliltrasi diglomerulus secara
bebas (Setyohadi, 2009).
Kalsium yang difiltrasi akan diabsorbsi oleh tubulus sekitar 99% dan sisa 1%
diekskresikan melalui urine. Ekskresi kalsium disesuaikan dengan kebutuhan
tubuh, dengan peningkatan asupan kalsium dapat meningkatkan ekskresi kalsium
dari ginjal, dengan kalsium yang kurang eksresi kalsium oleh ginjal juga menurun
karena terjadi peningkatan reabsorbsi kalsium oleh tubulus (Anonim, 2011).
Faktor yang mempengaruhi reabsorbsi kalsium bisa disebabkan karena
peningakatan hormon paratiroidisme (PTH). Peningkatan PTH dalam darah
merangsang peningkatan reabsorbsi kalsium oleh ginjal dan akan menurunkan
kadar kalsium dalam darah. Kadar kalsium akan dianggap dalam kondisi normal
bila tes laboratorium menunjukan angka 8,5-10,5 mg/dL, jika kadar kalsium
http://repository.unimus.ac.id
15
dalam darah rendah hormon PTH akan menarik kalsium dari tulang untuk
meningkatkan kadar kalsium dalam darah (Anonim, 2011)
2.4.1. Proses Metabolisme Kalsium
Proses absorbsi kalsium yang paling utama terjadi dibagian atas usus halus
melalui jalur transeluler terjadi pada proximal intestinal terutama pada duodenum
dan jalur paraseluer terjadi disepanjang usus kecil pada ileum dan jejunum yang
dapat ditingkatkan oleh 1,25 dehidroksikolekalsiferol ( metabolit aktif lain dari
vitamin D ) yang disertai kerja hormon paratiroid yang sinergis. Metabolit aktif
yang ada dalam sirkulasi umum yang bukan didalam lumen usus dapat
meningkatkan sintesa protein pengikat kalsium dalam enterosit.
Absorbsi kalsium dapat dipengaruhi oleh umur dan kondisi tubuh, pada anak-
anak atau masa pertumbuhan sekitar 50-70% kalsium yang dicerna dan diserap,
tetapi pada usia dewasa hanya sekitar 10-40% yang mampu dicerna. Fungsi dari
Kalsium dan bersama-sama vitamin D dapat meningkatkan penyerapan kalsium
dari usus dan merangsang ginjal untuk menyerap kembali kalsium dari urine ke
aliran darah (Marlina & Waty, 2009).
2.4.2. Tes Fungsi ginjal pada kalsium
Konsentrasi kalsium darah yang menurun atau abnormal sebagai akibat dari
gangguan kalsium yang hilang melalui air kemih dalam jangka waktu yang lama,
dan atau kadar hormon paratiroid yang rendah. Kerusakan ginjal mempengaruhi
pengaktifan vitamin D di ginjal dan juga dipengaruhi karena kadar albumin yang
rendah (Lijames,2013)
http://repository.unimus.ac.id
16
2.4.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemeriksaan
Akurasi hasil pemeriksaan kadar albumin darah dan kadar kalsium darah
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain adalah: persiapan sampel
pengumpulan sampel dan metode yang digunakan(fentri,2015). Sumber kesalahan
pada persiapan sampel bisa berupa serum yang didapatkan hemolisis dan serum
yang ikterik, serum hemolisis merupakan eritrosit yang pecah disertai zat-zat yang
terkandung keluar sehingga serumatau plasma tampak kemerahan dan dapat
menyebabkan kesalahan dalam analisis.
Serum ikterik merupakan serum yang berwarna kuning coklat akibat ada
peningkatan kadar bilirubin dalam darah(Hiperbilirubinemia), serum ikterik dapat
mempengaruhi pengukuran pada panjang gelombang akibat warna dari spesimen
sehingga tidak mampu dibaca oleh fotometer. Serum ikterik akan mempengaruhi
hambatan saat cahaya melewati, sehingga cahaya yang lewat fotometer akan lebih
pendek(Dwi,2016)
2.4.4. Kadar kalsium pada penderita gagal ginjal kronik
Kadar kalsium sangat dipengaruhi oleh mekanisme absorbsi kalsium di usus
halus yang dikontrol oleh hormone kalsitonin dan hormone paratiroid (PTH)
dalam mempertahankan keseimbangan kalsium. Ginjal harus mengeksresikan
kalsium dalam jumlah yang sama dengan kalsium yang diabsorbsi dalam usus
halus (Charoenphandu N, 2009), ketika mengalami penurunan laju filtrasi
glomerulus konsentrasi kalsium akan ikut menurun, dan akan merangsang
pelepasan PTH dari kelenjar paratiroid sehingga akan memobilisasi kalsium dari
tulang (Lang F, 2013).
http://repository.unimus.ac.id
17
Hormon PTH akan menarik kalsium dalam tulang untuk meningkatkan kadar
kalsium darah, terlalu banyak PTH dalam darah akan menghilangkan terlalu
banyak kalsium dari tulang. Ginjal yang sehat menghilangkan fosfor dari darah,
ketika ginjal berhenti bekerja secara normal, kadar fosfor bisa menjadi tinggi yang
berdampak pada tingkat kalsium yang rendah. Kadar kalsium yang rendah dalam
darah akan meningatkan PTH sehingga kalsium hilang dari tulang yang berakibat
pengeroposan tulang (Marlina & Waty, 2009)
2.4.5. Hubungan Kadar albumin dan Kadar kalsium pada Penderita gagal
ginjal kronik
Kadar albumin pada penderita GGK akan mengalami penurunan karena
ditemukan albumin dalam jumlah signifikan dalam urine, pada keadaan
albuminuria kalsium ikut hilang bersama albumin melalui urine dikarenakan ada
kerusakan tubulus sehingga mengalami gangguan dalam mereabsorbsi dan sekresi
urine. Urine tidak dapat diencerkan secara normal, sehingga terjadi
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, karena sebagian besar kalsium dalam
darah dibawa oleh albumin maka, kadar albumin dalam darah juga akan
mempengaruhi kadar kalsium (Worcester EM, Coe FL, 2010)
http://repository.unimus.ac.id
18
2.4.5. Kerangka Teori
Gambar 2.1 Kerangka Teori
2.4.6. Kerangka Konsep
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
2.4.7. Hipotesa
Ada hubungan antara kadar albumin darah dengan kadar kalsium darah pada
penderita penyakit GGK.
Peningkatan PTH (Paratiroid
Hormon)
Gagal ginjal kronik
Kadar albumin darah
Kadar kalsium darah
Penurunan fungsi ginjal
Gagal ginjal kronik
Albuminuria Kadar albumin darah
Kadar kalsium darah
http://repository.unimus.ac.id