BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Diabetes Mellitus...

24
5 BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Diabetes Mellitus (DM) 2.1.1 Definisi Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kinerja insulin atau kedua-duanya (American Diabetes Association, 2011). DM merupakan penyakit gangguan metabolisme yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari gangguan produksi insulin atau gangguan kinerja insulin atau karena kedua-duanya. Penyakit ini bersifat kronik bahkan seumur hidup. Sampai sekarang belum ada obat yang dapat mengobati penyakitnya, yang ada saat ini hanyalah usaha untuk mengendalikan glukosa darah seperti glukosa darah pada orang normal (Suhartono, 2009). 2.1.2 Epidemiologi DM dapat ditemukan pada hampir semua lapisan masyarakat di seluruh dunia, namun insidensi dan prevalensi diabetes (angka kejadian diabetes) serta distribusi relatif diabetes ini menunjukan perbedaan-perbedaan pokok antara negara dan kelompok etnik yang berbeda di dalam suatu negara. Perkiraan penduduk Indonesia di atas 20 tahun sebesar 125 juta dan dengan asumsi prevalensi DM sebesar 4,6%, Berdasarkan pola pertambahan penduduk seperti saat ini, diperkirakan pada tahun 2020 nanti akan ada sejumlah 178 juta penduduk berusia di atas 20 tahun dengan asumsi prevalensi sebesar 4,6% akan didapatkan 8,2 juta pasien diabetes, suatu jumlah yang sangat besar dan merupakan beban yang sangat berat untuk dapat ditangani sendiri oleh dokter spesialis/subspesialis. Semua pihak,

Transcript of BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Diabetes Mellitus...

Page 1: BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Diabetes Mellitus (DM)eprints.umm.ac.id/41604/3/jiptummpp-gdl-achmadhani-50719-3-bab2.pdfDM, sehingga akan mempersulit regulasi gula darah dan meningkatkan

5

BAB II

Tinjauan Pustaka

2.1 Diabetes Mellitus (DM)

2.1.1 Definisi

Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik

dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin,

kinerja insulin atau kedua-duanya (American Diabetes Association, 2011).

DM merupakan penyakit gangguan metabolisme yang ditandai dengan

meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari gangguan produksi insulin atau

gangguan kinerja insulin atau karena kedua-duanya. Penyakit ini bersifat kronik

bahkan seumur hidup. Sampai sekarang belum ada obat yang dapat mengobati

penyakitnya, yang ada saat ini hanyalah usaha untuk mengendalikan glukosa darah

seperti glukosa darah pada orang normal (Suhartono, 2009).

2.1.2 Epidemiologi

DM dapat ditemukan pada hampir semua lapisan masyarakat di seluruh

dunia, namun insidensi dan prevalensi diabetes (angka kejadian diabetes) serta

distribusi relatif diabetes ini menunjukan perbedaan-perbedaan pokok antara negara

dan kelompok etnik yang berbeda di dalam suatu negara. Perkiraan penduduk

Indonesia di atas 20 tahun sebesar 125 juta dan dengan asumsi prevalensi DM

sebesar 4,6%, Berdasarkan pola pertambahan penduduk seperti saat ini,

diperkirakan pada tahun 2020 nanti akan ada sejumlah 178 juta penduduk berusia

di atas 20 tahun dengan asumsi prevalensi sebesar 4,6% akan didapatkan 8,2 juta

pasien diabetes, suatu jumlah yang sangat besar dan merupakan beban yang sangat

berat untuk dapat ditangani sendiri oleh dokter spesialis/subspesialis. Semua pihak,

Page 2: BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Diabetes Mellitus (DM)eprints.umm.ac.id/41604/3/jiptummpp-gdl-achmadhani-50719-3-bab2.pdfDM, sehingga akan mempersulit regulasi gula darah dan meningkatkan

6

baik masyarakat maupun pemerintah, harus ikut serta dalam usaha menanggulangi

timbulnya ledakan DM ini harus sudah dimulai dari sekarang.

2.1.3 Klasifikasi

Menurut Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan DM tipe 2 di Indonesia

(2006):

a. DM type-1

DM type-1 ini disebabkan oleh karena adanya proses autoimun / idiopatik

yang menyebabkan defisiensi insulin absolut.

b. DM type-2

DM type-2 ini bervariasi, mulai dominan resistensi insulin disertai

defisiensi insulin relatif sampai yang dominan defek sekresi insulin

disertai resistensi insulin.

c. Tipe lain:

1. Defek genetik fungsi sel beta.

2. Defek genetik kerja insulin.

3. Penyakit eksokrin pancreas.

4. Endokrinopati.

5. Karena obat atau zat kimia.

6. Infeksi.

7. Sebab imunologi yang jarang.

8. Sindrom genetik lain yang berkaitan dengan DM.

d. DM Gestasional

2.1.4 Patofisiologi DM

Page 3: BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Diabetes Mellitus (DM)eprints.umm.ac.id/41604/3/jiptummpp-gdl-achmadhani-50719-3-bab2.pdfDM, sehingga akan mempersulit regulasi gula darah dan meningkatkan

7

(Huang I., 2015)

Gambar 2.1 Patofisiologi DM

a. Patofisiologi DM tipe 1

DM tipe-1 ini disebabkan oleh karena adanya proses autoimun / idiopatik yang

menyebabkan defisiensi insulin absolut. Ditandai dengan ketidakmampuan

pankreas untuk mensekresikan insulin dikarenakan kerusakan sel beta yang

disebabkan oleh proses autoimun.

b. Patofisiologi DM tipe 2 terdapat beberapa keadaan yang berperan yaitu :

Obesitas Genetik

Proses

autoimun Idiopatik

Disfungsi

sel beta

Destruksi

sel Beta

Hiperglikemia

m

DM

Physical

inactivity

Glikogenesis

Glucose uptake

Lipogeneses

Resistensi

Insulin

Hiperinsulinemia

Glikogenolisis

Glukoneogenesi

Lipolisis

Sekresi

insulin Sekresi

Glukagon

Page 4: BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Diabetes Mellitus (DM)eprints.umm.ac.id/41604/3/jiptummpp-gdl-achmadhani-50719-3-bab2.pdfDM, sehingga akan mempersulit regulasi gula darah dan meningkatkan

8

1. Resistensi insulin

2. Disfungsi sel B pancreas

Pada DM terjadi gangguan pada reaksi RIS (Receptor Insulin Substrate)

sehingga menurunkan jumlah transporter glukosa terutama GLUT 4 yang

mengakibatkan berkurangnya distribusi glukosa kejaringan yang menyebabkan

penumpukan glukosa darah yang pada akhirnya akan menimbulkan hiperglikemia

atau meningkatnya kadar gula darah dalam tubuh. Pelatihan fisik mempotensiasi

efek olahraga terhadap sensitivitas insulin melalui beberapa adaptasi dalam

transportasi glukosa dan metabolisme. Kegiatan senam diabetes sangat penting

dalam penatalaksanaan diabetes karena efeknya dapat menurunkan kadar gula

darah dengan cara merangsang stimulasi hormon insulin yang akan mengakibatkan

peningkatan glukosa transporter terutama GLUT 4 yang berakibat pada

berkurangnya resistensi insulin dan peningkatan pengambilan gula oleh otot serta

memperbaiki pemakaian insulin yang berakibat menurunya kadar gula darah post

prandial dan gula darah puasa. Sirkulasi darah dan tonus otot juga diperbaiki dengan

berolahraga (Borghouts,2000).

DM tipe 2 bukan disebabkan oleh kurangnya sekresi insulin, namun karena

sel sel sasaran insulin gagal atau tidak mampu merespon insulin secara normal.

Keadaan ini lazim disebut sebagai “resistensi insulin” (Cheng D, 2007). Resistensi

insulin banyak terjadi akibat dari obesitas dan kurang nya aktivitas fisik serta

penuaan. Pada penderita DM tipe 2 dapat juga terjadi produksi glukosa hepatik yang

berlebihan namun tidak terjadi pengrusakan sel-sel B langerhans secara autoimun

seperti DM tipe 2. Defisiensi fungsi insulin pada penderita DM tipe 2 hanya bersifat

relatif dan tidak absolut.

Page 5: BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Diabetes Mellitus (DM)eprints.umm.ac.id/41604/3/jiptummpp-gdl-achmadhani-50719-3-bab2.pdfDM, sehingga akan mempersulit regulasi gula darah dan meningkatkan

9

Pada awal perkembangan DM tipe 2, sel B menunjukan gangguan pada

sekresi rtama, artinya sekresi insulin gagal mengkompensasi resistensi insulin.

Apabila tidak ditangani dengan baik, pada perkembangan selanjutnya akan terjadi

kerusakan sel-sel B pankreas. Kerusakan sel-sel B pankreas akan terjadi secara

progresif seringkali akan menyebabkan defisiensi insulin, sehingga akhirnya

penderita memerlukan insulin eksogen.

2.1.5 Faktor resiko

Peningkatan jumlah penderita DM yang sebagian besar DM tipe 2, berkaitan

dengan beberapa faktor yaitu :

1. Obesitas (kegemukan)

Terdapat korelasi bermakna antara obesitas dengan kadar glukosa darah,

pada derajat kegemukan dengan IMT > 25 dapat menyebabkan peningkatan

kadar glukosa darah menjadi 200 mg%.

2. Hipertensi

Peningkatan tekanan darah pada hipertensi berhubungan erat dengan

tidak tepatnya penyimpanan garam dan air, atau meningkatnya tekanan dari

dalam tubuh pada sirkulasi pembuluh darah perifer.

3. Riwayat Keluarga DM

Seorang yang menderita DM diduga mempunyai gen diabetes. Diduga

bahwa bakat diabetes merupakan gen resesif. Hanya orang yang bersifat

homozigot dengan gen resesif tersebut yang menderita DM.

4. Dislipedimia

Dislipidemia dalah keadaan yang ditandai dengan kenaikan kadar lemak

darah (Trigliserida > 250 mg/dl). Terdapat hubungan antara kenaikan

Page 6: BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Diabetes Mellitus (DM)eprints.umm.ac.id/41604/3/jiptummpp-gdl-achmadhani-50719-3-bab2.pdfDM, sehingga akan mempersulit regulasi gula darah dan meningkatkan

10

plasma insulin dengan rendahnya HDL (< 35 mg/dl) sering didapat pada

pasien diabetes. Selain itu timbunan lemak bebas yang tinggi dapat

menyebabkan meningkatnya uptake sel terhadap asam lemak bebas dan

memacu oksidasi lemak yang pada akhirnya akan menghambat penggunaan

glukosa dalam otot yang menyebabkan resistensi insulin (Miftahul,2013)

5. Umur

Berdasarkan penelitian, usia yang terbanyak terkena DM adalah > 45

tahun. Resiko seseorang untuk menderita diabetes melitus tipe 2 akan

bertambah seiring berjalannya usia terutama usia diatas 45 tahun. Hal ini

dikarenakan jumlah sel beta pankreas produktif semakin berkurang dengan

bertambahnya usia (Arisman, 2011).

6. Riwayat persalinan

Riwayat abortus berulang, melahirkan bayi cacat atau berat badan bayi

>4000 gram.

7. Faktor Genetik

DM tipe 2 berasal dari interaksi genetis dan berbagai faktor mental

Penyakit ini sudah lama dianggap berhubungan dengan agregasi familial.

Risiko emperis dalam hal terjadinya DM tipe 2 akan meningkat dua sampai

enam kali lipat jika orang tua atau saudara kandung mengalami penyakit ini.

8. Alkohol dan Rokok

Perubahan-perubahan dalam gaya hidup berhubungan dengan peningkatan

frekuensi DM tipe 2. Walaupun kebanyakan peningkatan ini dihubungkan

dengan peningkatan obesitas dan pengurangan ketidak aktifan fisik, faktor-

faktor lain yang berhubungan dengan perubahan dari lingkungan tradisional

Page 7: BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Diabetes Mellitus (DM)eprints.umm.ac.id/41604/3/jiptummpp-gdl-achmadhani-50719-3-bab2.pdfDM, sehingga akan mempersulit regulasi gula darah dan meningkatkan

11

kelingkungan kebarat- baratan yang meliputi perubahan-perubahan dalam

konsumsi alkohol dan rokok, juga berperan dalam peningkatan DM tipe 2.

Alkohol akan menganggu metabolisme gula darah terutama pada penderita

DM, sehingga akan mempersulit regulasi gula darah dan meningkatkan

tekanan darah. Seseorang akan meningkat tekanan darah apabila

mengkonsumsi etil alkohol lebih dari 60ml/hari yang setara dengan 100 ml

proof wiski, 240 ml wine atau 720 ml. Faktor resiko penyakit tidak menular,

termasuk DM Tipe 2, dibedakan menjadi dua. Yang pertama adalah faktor

risiko yang tidak dapat berubah misalnya umur, faktor genetik, pola makan

yang tidak seimbang jenis kelamin, status perkawinan, tingkat pendidikan,

pekerjaan, aktivitas fisik, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, Indeks

Masa Tubuh (Powers, 2005).

2.1.6 Gejala Klinis

Gejala DM dibedakan menjadi akut dan kronik:

1. Gejala akut DM yaitu: polifagia, polydipsia ,poliuria, nafsu makan

bertambah namu berat badan turun dengan cepat (5-10 kg dalam waktu

2-4 minggu), mudah lelah.

2. Gejala kronik diabetes melitus yaitu: Kesemutan, kulit terasa panas atau

seperti tertusuk tusuk jarum, rasa kebas di kulit, kram, kelelahan, mudah

mengantuk, pandangan mulai kabur, gigi mudah goyah dan mudah lepas,

kemampuan seksual menurun bahkan pada pria bisa terjadi impotensi,

pada ibu hamil sering terjadi keguguran atau kematian janin dalam

kandungan atau dengan bayi berat lahir lebih dari 4kg (Bennet, 2008).

2.1.7 Diagnosis dan Kriteria

Page 8: BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Diabetes Mellitus (DM)eprints.umm.ac.id/41604/3/jiptummpp-gdl-achmadhani-50719-3-bab2.pdfDM, sehingga akan mempersulit regulasi gula darah dan meningkatkan

12

2.1.7.1 Diabetes Mellitus type 1

DM tipe-1 ini disebabkan oleh karena adanya proses

autoimun / idiopatik yang menyebabkan defisiensi insulin absolut.

Terjadi pada penderita pada usia muda <45 tahun terdapat gejala-

gejala khas antara lain : polifagi,poliuri,polidipsi dan ditemukan

GDP ≥126mg/dl dan G2PP ≥200mg/dl.Proses autoimun mendasari

diabetes mellitus type 1, tidak seperti diabetes mellitus type 2, pasien

dengan diabetes mellitus type 1 biasanya tidak obese dan hadir

dengan diabetic ketoasidosis. Karakteristik lain yang membedakan

nya dari diabetes mellitus type 2 jika insulin eksogen ditarik maka

akan menyebabkan ketosis yang mengakibatkan kondisi

ketoasidosis, oleh karena itu penderita dm type 1 ini bergantung

pada pemberian insulin secara eksogen (Aathira R,2014)

2.1.7.2 Diabetes Mellitus type 2

Diagnosa & Kriteria DM tipe-2 Pada penderita DM

ditemukan pada individu berumuru diatas 45 tahun dengan adanya

gejala-gejala khas antara lain : poliuria, polidipsia, polifagia, lemas,

dan berat badan turun tanpa sebab yang jelas. Gejala-gejala khas

seperti diatas dengan satu kali pemeriksaan yang mana

menghasilkan GDP (Gula Darah Puasa) ≥ 126 mg/dl atau G2PP

(Gula Darah Post Prandrial) ≥ 200 mg/dl dinyatakan positif DM

tipe-2.Gejala lain yang meyertainya seperti :gringgingen

(kesemutan), gatal-gatal, penglihatan kabur, disfungsi ereksi pada

pria, pruritus vulvae (keputihan) pada wanita. Gejala-gejala yang

Page 9: BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Diabetes Mellitus (DM)eprints.umm.ac.id/41604/3/jiptummpp-gdl-achmadhani-50719-3-bab2.pdfDM, sehingga akan mempersulit regulasi gula darah dan meningkatkan

13

tidak khas tersebut dengan 2 kali pemeriksaan yang menghasilkan

GDP (Gula Darah Puasa) ≥ 126 mg/dl atau G2PP (Gula Darah Post

Prandrial) ≥ 200 mg/dl dinyatakan positif DM tipe 2 (ADA, 2004).

Adanya kriteria glukosa darah terganggu pada kategori DM

disebabkan karena pada kategori terganggu selalu dihubungkan

dengan munculnya resistensi insulin dan peningkatan resiko

terjadinya penyakit cardiovascular. Jika tidak ada intervensi

farmakologis maupun non farmakologis maka kategori glukosa

darah terganggu akan meningkat menjadi kategori tinggi

(Thompson,2010)

2.1.8 Penatalaksanaan DM

1. Edukasi

DM tipe-2 umumnya terjadi dikarenakan adanya pola gaya hidup dan

perilaku yang sudah terbentuk secara mapan. Untuk menuju adanya

perubahan perilaku seperti merokok dan minum minuman beralkohol

diperlukan partisipasi aktif pasien,keluarga, lingkungan. (Dwi,2014)

2. Terapi Gizi Medis

Terapi Gizi Medis merupakan bagian dari penatalaksanaan diabetes

secara total, agar dapat berhasil Terapi Gizi Medis memerlukan keterlibatan

menyeluruh dari anggota (dokter, ahli gizi, petugas kesehatan, dan pasien

itu sendiri). Setiap penderita diabetes sebaiknya mendapat Terapi Gizi

Medis sesuai dengan kebutuhan agar sasaran terapi dapat tercapai.Pada

penyandang diabetes perlu ditekankan pentingnya keteraturan makan dalam

hal jadwal makan, jenis dan jumlah makanan, terutama mereka yang

Page 10: BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Diabetes Mellitus (DM)eprints.umm.ac.id/41604/3/jiptummpp-gdl-achmadhani-50719-3-bab2.pdfDM, sehingga akan mempersulit regulasi gula darah dan meningkatkan

14

menggunakan obat penurun glukosa darah atau insulin (Yunir & Soebardi,

2009).

a. Pengaturan Diet

Diet yang baik merupakan kunci keberhasilan penatalaksanaan diabetes.

Diet yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang

dalam hal karbohidrat,protein dan lemak, sesuai dengan kecukupan gizi baik

sebagai berikut:

• Karbohidrat : 60-70%

• Protein : 10-15%

• Lemak : 20-25%

Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stres akut

dan kegiatan fisik, yang pada dasarnya ditujukan untuk mencapai dan

mempertahankan berat badan ideal.Penurunan berat badan telah dibuktikan

dapat mengurangi resistensi insulin dan memperbaiki respons sel-sel β

terhadap stimulus glukosa. Dalam salah satu penelitian dilaporkan bahwa

penurunan 5% berat badan dapat mengurangi kadar HbA1c sebanyak 0,6%

(HbA1c adalah salah satu parameter status DM), dan setiap kilogram

penurunan berat badan dihubungkan dengan 3-4 bulan tambahan waktu

harapan hidup.Selain jumlah kalori, pilihan jenis bahan makanan juga

sebaiknya diperhatikan. Masukan kolesterol tetap diperlukan, namun jangan

melebihi 300 mg per hari. Sumber lemak diupayakan yang berasal dari

bahan nabati, yang mengandung lebih banyak asam lemak tak jenuh

dibandingkan asam lemak jenuh. Sebagai sumber protein sebaiknya

diperoleh dari ikan, ayam (terutama daging dada), tahu dan tempe, karena

Page 11: BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Diabetes Mellitus (DM)eprints.umm.ac.id/41604/3/jiptummpp-gdl-achmadhani-50719-3-bab2.pdfDM, sehingga akan mempersulit regulasi gula darah dan meningkatkan

15

tidak banyak mengandung lemak. Masukan serat sangat penting bagi

penderita diabetes, diusahakan paling tidak 25 g per hari. Disamping akan

menolong menghambat penyerapan lemak, makanan berserat yang tidak

dapat dicerna oleh tubuh juga dapat membantu mengatasi rasa lapar yang

kerap dirasakan penderita DM tanpa risiko masukan kalori yang berlebih.

Disamping itu makanan sumber serat seperti sayur dan buah-buahan segar

umumnya kaya akan vitamin dan mineral (Depkes,2005)

3. Latihan Jasmani

Manfaat latihan jasmani bagi para penderita diabetes antara lain

meningkatkan kebugaran tubuh, meningkatkan penurunan kadar glukosa

darah, mencegah kegemukan, ikut berperan dalam mengatasi kemungkinan

terjadinya komplikasi aterogenik, gangguan lemak darah, meningkatkan

kadar kolesterol HDL, meningkatkan sensitivitas reseptor insulin,

menormalkan tekanan darah, serta meningkatkan kemampuan kerja.

perilaku pengendalian kadar gula darah yang baik, seperti terapi nutrisi

medis, olahraga, maupun obat-obatan dapat mencegah atau menunda

terjadinya komplikasi (Mihardja, 2009) .Pada saat seseorang melakukan

latihan jasmani, pada tubuh akan terjadi peningkatan kebutuhan bahan bakar

tubuh oleh otot yang aktif dan terjadi pula reaksi tubuh yang kompleks

meliputi fungsi sirkulasi,metabolisme, dan susunan saraf otonom. Dimana

glukosa yang disimpan dalam otot dan hati sebagai glikogen, glikogen cepat

diakses untuk dipergunakan sebagai sumber energi pada latihan jasmani

terutama pada beberapa atau permulaan latihan jasmani dimulai. Setelah

melakukan latihan jasmani 10 menit, akan terjadi peningkatan glukosa 15

Page 12: BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Diabetes Mellitus (DM)eprints.umm.ac.id/41604/3/jiptummpp-gdl-achmadhani-50719-3-bab2.pdfDM, sehingga akan mempersulit regulasi gula darah dan meningkatkan

16

kali dari kebutuhan biasa, setelah 60 menit, akan meningkat sampai 35 kali

(Suhartono, 2004). Dimana setelah beberapa menit berlangsung tubuh akan

mengompensasi energi dari lemak. Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan

dengan umur dan status kesegaran jasmani (Konsensus Pengelolaan dan

Pencegahan DM tipe-2 di Indonesia, 2006) Jenis latihan jasmani yang

dianjurkan untuk para penderita diabetes adalah jalan, jogging, berenang

dan bersepeda. Tahapan dalam latihan jasmani juga sangat diperlukan,

tahapan dalam latihan jasmani perlu dilakukan agar otot tidak memperoleh

beban secara mendadak. Tahapan latihan jasmani mulai dari pemanasan

(warming up), latihan inti (conditioning), pendinginan (cooling down), serta

peregangan (stretching). Pada saat melakukan latihan jasmani kerja insulin

menjadi lebih baik dan yang kurang optimal menjadi lebih baik lagi. Akan

tetapi efek yang dihasilkan dari latihan jasmani setelah 2 x 24 jam hilang,

oleh karena itu untuk memperoleh efek tersebut latihan jasmani perlu

dilakukan minimal seminggu sekali. Penderita diabetes diperbolehkan

melakukan latihan jasmani jika glukosa darah kurang dari 250 mg%. Jika

kadar glukosa diatas 250 mg, pada waktu latihan jasmani akan terjadi

pemecahan (pembakaran) lemak akibat pemakaian glukosa oleh otot

terganggu, hal ini membahayakan tubuh dan dapat menyebabkan terjadinya

koma-ketoasidosis (Suhartono, 2004).

Hasil tinjauan secara sistematik dan meta-analisis penelitian klinis

mengenai efek intervensi latihan fisik yang terstruktur selama ≥ 8 minggu

pada kadar glukosa darah rata-rata dalam 2 bulan dan masa tubuh pada

penderita DM tipe-2, menunjukkan terjadinya penurunan glukosa darah

Page 13: BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Diabetes Mellitus (DM)eprints.umm.ac.id/41604/3/jiptummpp-gdl-achmadhani-50719-3-bab2.pdfDM, sehingga akan mempersulit regulasi gula darah dan meningkatkan

17

yang signifikan setelah intervensi latihan fisik dibanding kelompok control

(7.65 vs. 8.31%, dengan mempertimbangkan perbedaan mean 0.66%; P

<0.001). Sedang pengaruh terhadap berat badan antara kelompok dengan

intervensi latihan fisik dan kelompok kontrol tidak ada perbedaan. Hasil

metaregresi memperkuat bahwa manfaat efek latihan jasmani pada glukosa

darah tidak tergantung pada efek perubahan yang terjadi pada berat badan

(Boule et al., 2001). Oleh karena itu program latihan fisik yang terstruktur

secara klinis dan statistik memberikan pengaruh yang bermanfaat terhadap

kontrol kadar glukosa darah, dan efek tersebut tidak didahului terjadinya

penurunan berat badan.Hasil meta-analisis yang berikutnya oleh peneliti

yang sama (Boule et al., 2001) menunjukkan bahwa latihan fisik yang

intensif dapat memprediksi pertimbangan perbedaan mean pada glukosa

darah (r = 0,91, P = 0.002) ke tingkat yang lebih besar dibanding latihan

fisik tidak intensif (r = 0,46, P = 0,26). Hasil ini memberikan harapan pada

setiap individu dengan DM tipe-2 yang sudah menjalankan latihan fisik

dengan intensitas sedang untuk meningkatkan intensitas latihan fisiknya

dalam usaha memperoleh manfaat tambahan baik pada kemampuan aerobik

maupun kontrol kadar glukosa darah (Boule et al., 2001).

4. Intervensi Farmakologis

Obat – Obat DM:

a. Antidiabetik oral

Penatalaksanaan pasien DM dilakukan dengan menormalkan kadar

gula darah dan mencegah komplikasi. Lebih khusus lagi dengan

menghilangkan gejala, optimalisasi parameter metabolik, dan

Page 14: BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Diabetes Mellitus (DM)eprints.umm.ac.id/41604/3/jiptummpp-gdl-achmadhani-50719-3-bab2.pdfDM, sehingga akan mempersulit regulasi gula darah dan meningkatkan

18

mengontrol berat badan. Bagi pasien DM tipe 1 penggunaan insulin

adalah terapi utama. Indikasi antidiabetik oral terutama ditujukan untuk

penanganan pasien DM tipe 2 ringan sampai sedang yang gagal

dikendalikan dengan pengaturan asupan energi dan karbohidrat serta olah

raga. Obat golongan ini ditambahkan bila setelah 4-8 minggu upaya diet

dan olah raga dilakukan, kadar gula darah tetap di atas 200 mg% dan

HbA1c di atas 8%. Jadi obat ini bukan menggantikan upaya diet,

melainkan membantunya. Pemilihan obat antidiabetik oral yang tepat

sangat menentukan keberhasilan terapi diabetes. Pemilihan terapi

menggunakan antidiabetik oral dapat dilakukan dengan satu jenis obat

atau kombinasi. Pemilihan dan penentuan regimen antidiabetik oral yang

digunakan harus mempertimbangkan tingkat keparahan penyakit DM

serta kondisi kesehatan pasien secara umum termasuk penyakit-penyakit

lain dan komplikasi yang ada. Dalam hal ini obat hipoglikemik oral

adalah termasuk golongan sulfonilurea, biguanid, inhibitor alfa

glukosidase dan insulin sensitizing.

Gambar 2.2 Panduan pemberian Obat DM type 2

Page 15: BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Diabetes Mellitus (DM)eprints.umm.ac.id/41604/3/jiptummpp-gdl-achmadhani-50719-3-bab2.pdfDM, sehingga akan mempersulit regulasi gula darah dan meningkatkan

19

(Perkeni,2012)

b. Insulin

Insulin merupakan protein kecil dengan berat molekul 5808 pada

manusia. Insulin mengandung 51 asam amino yang tersusun dalam dua

rantai yang dihubungkan dengan jembatan disulfide, terdapat perbedaan

asam amino kedua rantai tersebut. Untuk pasien yang tidak terkontrol

dengan diet atau pemberian hipoglikemik oral, kombinasi insulin dan

obat-obat lain bisa sangat efektif. Insulin kadangkala dijadikan pilihan

sementara, misalnya selama kehamilan. Namun pada pasien DM tipe 2

yang memburuk, penggantian insulin total menjadi kebutuhan. Insulin

merupakan hormon yang mempengaruhi metabolisme karbohidrat

maupun metabolisme.

2.1.9 Komplikasi DM

Diabetes yang tidak terkontrol dengan baik akan menimbulkan komplikasi

akut dan kronis. Menurut PERKENI komplikasi DM dapat dibagi menjadi dua

kategori, yaitu :

a. Komplikasi akut

Hipoglikemia, adalah kadar glukosa darah seseorang di bawahnilai

normal (<50 mg/dl). Hipoglikemia lebih sering terjadi pada

penderita DM tipe 1 yang dapat dialami 1-2 kali per minggu, Kadar

gula darah yang terlalu rendah menyebabkan sel-sel otak tidak

mendapat pasokan energi sehingga tidak berfungsi bahkan dapat

mengalami kerusakan.

Page 16: BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Diabetes Mellitus (DM)eprints.umm.ac.id/41604/3/jiptummpp-gdl-achmadhani-50719-3-bab2.pdfDM, sehingga akan mempersulit regulasi gula darah dan meningkatkan

20

Hiperglikemia, hiperglikemia adalah apabila kadar gula darah

meningkat secara tiba-tiba, dapat berkembang menjadi keadaan

metabolisme yang berbahaya, antara lain ketoasidosis diabetik,

Koma Hiperosmoler Non Ketotik (KHNK) dan kemolakto asidosis.

b. Komplikasi Kronis

Komplikasi makrovaskuler, komplikasi makrovaskuler mengenai

pembuluh darah arteri besar yang akan menyebabkan

atherosklerosis,umum berkembang pada penderita DM adalah

trombosit otak (pembekuan darah pada sebagian otak), mengalami

penyakit jantung koroner (PJK), gagal jantung kongetif, dan stroke.

Komplikasi mikrovaskuler, Hiperglikemia yang persisten dan

pembentukan protein yang terglikasi menyebabkan dinding

pembuluh darah menjadi makin lemah dan rapuh dan terjadi

penyumbatan pada pembuluh-pembuluh darah kecil. komplikasi

mikrovaskuler terutama terjadi pada penderita DM tipe 1 seperti

nefropati, diabetik retinopati (kebutaan), neuropati.

2.1.10 Pencegahan

Pencegahan penyakit diabetes melitus dibagi menjadi empat bagian yaitu:

1. Pencegahan Premordial

Pencegahan premodial adalah upaya untuk memberikan kondisi pada

masyarakat yang memungkinkan penyakit tidak mendapat dukungan dari

kebiasaan, gaya hidup dan faktor risiko lainnya. Prakondisi ini harus

diciptakan dengan multimitra. Pencegahan premodial pada penyakit DM

misalnya adalah menciptakan prakondisi sehingga masyarakat merasa

Page 17: BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Diabetes Mellitus (DM)eprints.umm.ac.id/41604/3/jiptummpp-gdl-achmadhani-50719-3-bab2.pdfDM, sehingga akan mempersulit regulasi gula darah dan meningkatkan

21

bahwa konsumsi makan kebarat-baratan adalah suatu pola makan yang

kurang baik, pola hidup santai atau kurang aktivitas, dan obesitas adalah

kurang baik bagi kesehatan (Perkeni, 2006).

2. Pencegahan Primer

Pencegahan primer adalah upaya yang ditujukan pada orang-orang yang

termasuk kelompok risiko tinggi, yaitu mereka yang belum menderita DM,

tetapi berpotensi untuk menderita DM diantaranya :

a. Kelompok usia tua (>45tahun)

b. Kegemukan (BB(kg)>120% BB idaman atau IMT>25 (kg/m2))

c. Tekanan darah tinggi (>140/90mmHg)

d. Riwayat keluarga DM

e. Riwayat kehamilan dengan BB bayi lahir > 4000 gr.

f. Dislipidemia (HvL<35mg/dl dan atau Trigliserida>250mg/dl).

g. Pernah TGT atau glukosa darah puasa tergangu (GDPT)

Untuk pencegahan primer harus dikenai faktor-faktor yang berpengaruh

terhadap timbulnya DM dan upaya untuk menghilangkan faktor-faktor

tersebut. Oleh karena sangat penting dalam pencegahan ini. Sejak dini

hendaknya telah ditanamkan pengertian tentang pentingnya kegiatan

jasmani teratur, pola dan jenis makanan yang sehat menjaga badan agar

tidak terlalu gemuk: dan risiko merokok bagi kesehatan.

3. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder adalah upaya mencegah atau menghambat

timbulnya penyulit dengan tindakan deteksi dini dan memberikan

pengobatan sejak awal penyakit. Dalam pengelolaan pasien DM, sejak awal

Page 18: BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Diabetes Mellitus (DM)eprints.umm.ac.id/41604/3/jiptummpp-gdl-achmadhani-50719-3-bab2.pdfDM, sehingga akan mempersulit regulasi gula darah dan meningkatkan

22

sudah harus diwaspadai dan sedapat mungkin dicegah kemungkinan

terjadinya penyulit menahun. Pilar utama pengelolaan DM meliputi:

a. Penyuluhan.

b. Perencanaan makanan.

c. Latihan jasmani.

d. Obat berkhasiat hipoglikemik.

4. Pencegahan Tersier

Pencegahan tersier adalah upaya mencegah terjadinya kecacatan lebih

lanjut dan merehabilitasi pasien sedini mungkin, sebelum kecacatan tersebut

menetap. Pelayanan kesehatan yang holistik dan terintegrasi antar disiplin

terkait sangat diperlukan, terutama dirumah sakit rujukan, misalnya para

ahli sesama disiplin ilmu seperti ahli penyakit jantung, mata, rehabilitasi

medis, gizi dan lain-lain.

2.2 Senam Diabetes

2.2.1 Pengertian Prolanis

Prolanis adalah Program Pengelolaan Penyakit Kronis. Prolanis merupakan

sistem pelayanan kesehatan daan pendekatan proaktif yang dilaksanakan secara

terintegrasi yang melibatkan peserta, fasilitas kesehatan (faskes), dan BPJS

Kesehatan dalam rangka memelihara kesehatan peserta BPJS Kesehatan yang

menderita penyakit kronis.

2.2.2 Pengertian Senam Diabetes

Senam diabetes adalah salah satu bentuk exercise untuk pasien DM yang

berupa senam khusus. Senam diabetes merupakan senam yang memilliki rangkaian

gerakan yang dirancang khusus untuk pasien DM oleh para ahli, baik dari ahli

Page 19: BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Diabetes Mellitus (DM)eprints.umm.ac.id/41604/3/jiptummpp-gdl-achmadhani-50719-3-bab2.pdfDM, sehingga akan mempersulit regulasi gula darah dan meningkatkan

23

diabetes, kedokteran olahraga, ahli rehabilitasi medis serta sanggar senam yang

mengatur olah gerak. Senam diabetes merupakan senam yang mudah dilakukan,

memiliki gerakan yang ritmis, low impact rendah beban serta dinamis dan senam

diabetes ini sangat membantu dalam pengelolaan diabetes (Yunir & Soebardi,

2009).

Hasil tinjauan secara sistematik dan meta-analisis penelitian klinis

mengenai efek intervensi latihan fisik yang terstruktur selama ≥ 8 minggu pada

kadar glukosa darah rata-rata dalam 2 bulan dan masa tubuh pada penderita DM

tipe-2, menunjukkan terjadinya penurunan HbA1C yang signifikan setelah

intervensi latihan fisik dibanding kelompok control (7.65 vs. 8.31%, dengan

mempertimbangkan perbedaan mean 0.66%; P <0.001) (Boule et al., 2001).

2.2.3 Tahapan Senam Diabetes

Tahapan senam diabetes terdiri dari lima tahapan gerakan, yaitu gerakan

yang meliputi gerakan

a. Menuju pemanasan yang berfokus pada peregangan otot

b. Pemanasan

c. 5 gerakan inti

d. Menuju pendinginan

e. Pendinginan

2.2.4 Prinsip Latihan Jasmani DM

Prinsip latihan jasmani bagi pasien DM persis sama dengan latihan jasmani

secara umum, yaitu memenuhi frekuensi, intensitas, durasi dan jenis yang tepat.

Frekuensi olahrga perminggu sebaiknya dilakukan dengan teratur minimal satu kali

perminggu dengan intensitas ringan sampai sedang ( mencapai 60-70 % Maximum

Page 20: BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Diabetes Mellitus (DM)eprints.umm.ac.id/41604/3/jiptummpp-gdl-achmadhani-50719-3-bab2.pdfDM, sehingga akan mempersulit regulasi gula darah dan meningkatkan

24

Heart Rate). Durasi olahraga yang dianjurkan adalah 30-60 menit, dengan jenis

latihan jasmani endurans atau aerobik untuk meningkatkan kemampuan

kardiorespirasi seperti jalan, jogging, berenang, senam (senam diabetes) dan

bersepeda (Yunir & Soebardi, 2009).

Intensitas latihan dapat ditentukan dengan menghitung MHR (Maximum

Heart Rate) yaitu 220 – umur. Setelah MHR didapatkan, dapat ditentukan THR

(Target Heart Rate). Sebagai contoh : suatu latihan bagi seorang pasien diabetes

yang berusia 50 tahun disasarkan sebesar 70%, maka THR = 70% X (220-50) =

119. Dengan demikian sasaran denyut nadi dalam melakukan pelatihan jasmani

adalah 119/menit (Yuniar & Soebadi, 2009).

Menurut Soegondo (2008) ada beberapa hal yang harus diperhatikan saat

berolah raga pada pasien DM yaitu :

1. Jangan melakukan olahraga bila anda mengalami gangguan pada mata

(retinopati).

2. Masalah yang sering muncul saat berolahraga adalah terjadinya

hipoglikemia (terutama pada penyandang DM tipe 1).

Beberapa cara untuk mencegah hipoglikemi akibat olahraga adalah:

a. Monitor kadar gula darah.

b. Kurangi dosis insulin sebelum melakukan aktivitas fisik dan atau

tingkatkan asupan makanan pada waktu berolahraga (diberikan snack

karbohidrat pada saat sebelum, sedang dan sesudah melakukan

olahraga).

c. Hindari pemberian insulin pada bagian yang aktif (sebaiknya insulin

diberikan di bagian perut/abdomen).

Page 21: BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Diabetes Mellitus (DM)eprints.umm.ac.id/41604/3/jiptummpp-gdl-achmadhani-50719-3-bab2.pdfDM, sehingga akan mempersulit regulasi gula darah dan meningkatkan

25

d. Lakukan aktivitas fisik secara teratur dan konsisten. Waktu yang tepat

untuk melakukan aktivitas fisik yaitu kira-kira 60-90 menit setelah

makan karena saat itu kadar gula berada di puncak dan cukup

menyediakan kalori yang anda butuhkan.

e. Cepat tanggap bila timbul gejala hipoglikemi.

f. Kenakan sepatu yang sesuai dan usahakan kaki agar selalu bersih dan

kering.

g. Monitor kadar gula darah jangan sampai melebihi 300 mg/dl karena akan

meningkatkan kadar gula darah dan meningkatkan resiko ketoasidosis.

2.2.5 Pengaruh Senam Diabetes terhadap Kadar Gula Darah

Senam diabetes mempotensiasi efek olahraga terhadap sensitivitas insulin

dengan mekanisme aktifasi AMPK (AMP-Protein Kinase) yang bekerja dengan

cara meregulasi pengambilan glukosa dan sensitivitas insulin dengan cara

peningkatan jumlah GLUT (glukosa transporter) terutama GLUT 4 yang berakibat

pada berkurangnya resistensi insulin dan peningkatan pengambilan gula oleh otot

serta memperbaiki pemakaian insulin yang berakibat menurunya kadar gula darah

post prandial dan gula darah puasa.

Gerakan-gerakan senam diabetes bersifat ritmis, teratur, berirama bertujuan

untuk memperbaiki metabolisme tubuh pasien DM karena dapat mengatur dan

mengendalikan gula darah, lemak darah (kolesterol) serta dapat memperbaiki

sensitivitas otot terhadap insulin. Efek lain dari senam diabetes adalah mampu

memperbaiki atau mencegah komplikasi yang terjadi pada sistem jantung,

pembuluh darah mengontrol berat badan, serta saraf sehingga mampu mengurangi

keluhan-keluhan komplikasi pasien diabetes melitus seperti kesemutan, pegal-

Page 22: BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Diabetes Mellitus (DM)eprints.umm.ac.id/41604/3/jiptummpp-gdl-achmadhani-50719-3-bab2.pdfDM, sehingga akan mempersulit regulasi gula darah dan meningkatkan

26

pegal, rasa kebal (baal) pada kaki dan tangan serta sangat baik bagi pernafasan.

Selain itu melakukan senam diabetes akan dapat menghilangkan stress, sehingga

dapat menimbulkan rasa nyaman bagi pasien diabetes melitus. Olahraga secara

umum bermanfaat bagi penatalaksanaan diabetes melitus, akan tetapi tidak dapat

dilepaskan dari keseluruhan program penatalaksanaan DM, yaitu diet, olahraga,

obat-obatan oral atau insulin, penyuluhan dan self control. Apabila kelima prosedur

tersebut dijalankan, maka hasil optimal regulasi diabetes melitus akan tercapai

(Sugiyono, 2009).

Kadar gula darah dalam tubuh manusia terkait dengan fungsi pankreas yang

mensekresikan insulin, namun pankreas tetap mempunyai kapasitas maksimum

dalam mensekresikan insulin. Pada fase awal pankreas akan mengkompensasi

dengan meningkatkan sekresi insulin, sehingga terjadi kondisi hiperinsulinemia,

yaitu kadar insulin yang berlebih dalam tubuh. Namun perkembangan selanjutnya

jika kondisi hiperglikemi terjadi dalam waktu lama maka pankreas pun akan

mencapai kapasitas maksimalnya sehingga tubuh akan merespon dengan

memperlihatkan gejala berupa trias DM yaitu polidipsi, polifagi, dan poliuri

palaksanaan senam diabetes yang teratur dapat meningkatkan masukan atau

ambilan gula oleh otot yang aktif. Latihan fisik adalah stimulus yang kuat terhadap

masuknya gula ke dalam otot skeletal. Pemberian intervensi senam ini tentu juga

memiliki risiko yang mungkin terjadi, baik. Adapun beberapa risiko perlakuan yang

mungkin dapat terjadi selama proses penelitian senam yaitu cidera saat melakukan

senam, dan kelelahan otot. Pada kondisi hipoglikemia terdapat beragam keluhan

yang menonjol diantara pasien dan pasien itu sendiri pada waktu yang berbeda-

beda. Namun pada umumnya gejala atau keluhan biasanya timbul pada pola tertentu

Page 23: BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Diabetes Mellitus (DM)eprints.umm.ac.id/41604/3/jiptummpp-gdl-achmadhani-50719-3-bab2.pdfDM, sehingga akan mempersulit regulasi gula darah dan meningkatkan

27

sehingga klien, peneliti, perawat, tenaga kesehatan lain, serta keluarga dapat

menggunakannya sebagai peringatan awal dan dapat segera melakukan tindakan-

tindakan koreksi yang tepat.

2.3 Penelitian Terkait

Penelitian yang pernah dilakukan tentang DM terutama pengaruh

senam diabetes terhadap penurunan kadar gula darah yaitu penelitian yang

dilakukan oleh Lina Erlina (2010) dengan judul Pengaruh Senam Aerobik

Terhadap Kadar Gula Darah Pasien Penderita DM Tipe II Di Wilayah RSU Unit

Swadana Daerah Kabupaten Sumedang Puskesmas Bukateja Purbalingga tahun

2010, menunjukkan bahwa senam aerobik berpengaruh terhadap kadar glukosa

darah pasien DM type 2 dengan rerata kadar gula darah sebelum intervensi (192,6

mg/dl) lebih tinggi daripada setelah intervensi (159,73 mg/dl). Penurunan rerata

kadar gula darah adalah (38,97 mg/dl)

Penelitian yang dilakukan oleh Anisah (2013) juga menunjukkan

perbedaan kadar gula darah sebelum dan sesudah senam, penelitian ini

membagi responden menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok

intervensi dengan hasil untuk kelompok kontrol p= 0,023 dan kelompok intervensi

p= 0,013. Penurunan kadar gula darah pada kelompok intervensi 1,2 kali lebih

besar dari pada kelompok kontrol (31,92 mg/dl berbanding 27 mg/dl).

Berdasarkan penelitian Anugrah (2013) menunjukkan bahwa ada hubungan

antara aktivitas olahraga dengan DM Tipe II pasien rawat jalan DM Tipe II di RSUP

Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.Aktivitas ringan kebanyakan memiliki GDP

>110 dengan persentase 93,8%, sedangkan responden yang memiliki aktivitas

olahraga sedang memiliki GDP >110 dan ≤100 yang sama yaitu (50%). Hasil uji

Page 24: BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Diabetes Mellitus (DM)eprints.umm.ac.id/41604/3/jiptummpp-gdl-achmadhani-50719-3-bab2.pdfDM, sehingga akan mempersulit regulasi gula darah dan meningkatkan

28

dengan menggunakan uji chi-square diperoleh nilai p adalah 0,04 lebih kecil dari α

(0,05).

Berdasarkan penelitian Bays dkk(2007) menunjukkan bahwa ada hubungan

antara IMT dengan angka kejadian DM hubunganya adalah semakin meningkatnya

IMT berkaitan dengan bertambahnya kejadian DM, dimana lebih dari 75 % DM

mempunyai IMT >25kg/m2