BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Defenisi...

18
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Defenisi Bronkitis Paru paru merupakan salah satu organ vital bagi kehidupan manusia yang berfungsi pada sistem pernapasan manusia. Bertugas sebagai tempat pertukaran oksigen yang dibutuhkan manusia dan mengeluarkan karbondiksida yang merupakan hasil sisa proses pernapasan yang harus dikeluarkan dari tubuh, sehingga kebutuhan tubuh akan oksigen terpenuhi. Udara sangat penting bagi manusia, tidak menghirup oksigen selama beberapa menit dapat menyebabkan kematian. Itulah peranan penting paru paru. Cabang trakea yang berada dalam paru paru dinamakan bronkus, yang terdiri dari 2 yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri. Organ yang terletak di bawah tulang rusuk ini memang mempunyai tugas yang berat, belum lagi semakin tercemarnya udara yang kita hirup serta berbagai bibit penyakit yang berkeliaran di udara. Ini semua dapat menimbulkan berbagai penyakit paru paru. Salah satunya adalah penyakit yang terletak di bronkus yang dinamakan bronchitis. 11 Bronkitis (Bronkitis inflamasi-Inflamation bronchi) digambarkan sebagai inflamasi dari pembuluh bronkus. Inflamasi menyebabkan bengkak pada permukaannya, mempersempit pembuluh dan menimbulkan sekresi dari cairan inflamasi. 12 Bronkitis adalah suatu penyakit yang ditandai adanya dilatasi (ektasis) bronkus lokal yang bersifat patologis dan berjalan kronik. Perubahan bronkus tersebut disebabkan oleh perubahan-perubahan dalam dinding bronkus berupa destruksi elemen-elemen elastis dan otot-otot polos bronkus. Bronkus yang terkena umumnya Universitas Sumatera Utara

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Defenisi...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Defenisi Bronkitisrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39725/4/Chapter II.pdf · BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Defenisi Bronkitis. Paru – paru

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Defenisi Bronkitis

Paru – paru merupakan salah satu organ vital bagi kehidupan manusia yang

berfungsi pada sistem pernapasan manusia. Bertugas sebagai tempat pertukaran

oksigen yang dibutuhkan manusia dan mengeluarkan karbondiksida yang merupakan

hasil sisa proses pernapasan yang harus dikeluarkan dari tubuh, sehingga kebutuhan

tubuh akan oksigen terpenuhi. Udara sangat penting bagi manusia, tidak menghirup

oksigen selama beberapa menit dapat menyebabkan kematian. Itulah peranan penting

paru – paru. Cabang trakea yang berada dalam paru – paru dinamakan bronkus, yang

terdiri dari 2 yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri. Organ yang terletak di bawah

tulang rusuk ini memang mempunyai tugas yang berat, belum lagi semakin

tercemarnya udara yang kita hirup serta berbagai bibit penyakit yang berkeliaran di

udara. Ini semua dapat menimbulkan berbagai penyakit paru – paru. Salah satunya

adalah penyakit yang terletak di bronkus yang dinamakan bronchitis.11

Bronkitis

(Bronkitis inflamasi-Inflamation bronchi) digambarkan sebagai inflamasi dari

pembuluh bronkus. Inflamasi menyebabkan bengkak pada permukaannya,

mempersempit pembuluh dan menimbulkan sekresi dari cairan inflamasi.12

Bronkitis adalah suatu penyakit yang ditandai adanya dilatasi (ektasis)

bronkus lokal yang bersifat patologis dan berjalan kronik. Perubahan bronkus tersebut

disebabkan oleh perubahan-perubahan dalam dinding bronkus berupa destruksi

elemen-elemen elastis dan otot-otot polos bronkus. Bronkus yang terkena umumnya

Universitas Sumatera Utara

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Defenisi Bronkitisrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39725/4/Chapter II.pdf · BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Defenisi Bronkitis. Paru – paru

bronkus kecil (medium size), sedangkan bronkus besar jarang terjadi. Hal ini dapat

memblok aliran udara ke paru-paru dan dapat merusaknya.13

Gambar 2.1. Menunjukkan perbedaan bronkus normal dan bronkitis

Sumber: http//www.medicastore.com/penyakit/14/bronkitis.html

2.2. Anatomi Fisiologi Sistem Pernapasan

2.2.1 Anatomi Sistem Pernapasan14

a. Saluran pernapasan bagian atas

a.1. Hidung (Naso)

Merupakan saluran utama dan yang pertama yang dilapisi dengan membran

mukosa yang sangat banyak mengandung vaskular yang disebut mukosa

hidung. Lendir disekresikan secara terus menerus oleh sel-sel boblet yang

melapisi permukaan mukosa hidung dan bergerak ke belakang ke nasofaring

Universitas Sumatera Utara

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Defenisi Bronkitisrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39725/4/Chapter II.pdf · BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Defenisi Bronkitis. Paru – paru

oleh gerakan silia. Hidung berfungsi sebagai penyaring kotoran, melembabkan

serta menghangatkan udara yang dihirup ke dalam paru-paru.

a.2. Tekak (Faring)

Faring adalah struktur yang menghubungkan hidung dengan rongga mulut ke

laring. Faring dibagi menjadi tiga region : nasofaring, orofaring, dan lariofaring.

Fungsi utamanya adalah untuk menyediakan saluran pada traktus respiratorium dan

digestif.

a.3 Tenggorok (Laring)

Laring adalah struktur epitel kartilago yang menghubungkan faring dan

trakhea. Fungsi utamanya adalah untuk memungkinkan terjadinya lokalisasi. Laring

juga melindungi jalan napas bawah dari obstruksi benda asing dan memudahkan

batuk. Laring juga merupakan saluran udara dan bertindak sebegai pembentuk suara.

b. Saluran Pernapasan bagian bawah

b.1. Batang Tenggorok (Trakea)

Merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16 s/d 20 cincin yang

terdiri dari tulang-tulang rawan yang berbentuk huruf C, sebelah dalam

diliputi oleh selaput lendir yang berbulu getar yang disebut sel bersilia.

b.2 Cabang tenggorok (Bronkus)

Merupakan lanjutan dari trakea. Bronkus ada 2 yaitu: Bronkus kanan dan

bronkus kiri. Bronkus kanan lebih pendek, lebih besar dan mempunyai 3

cabang. Bronkus kanan lebih pendek, lebih besar dan mempunyai 3 cabang.

Bronkus kiri lebih panjang, lebih ramping dan mempunyai 2 cabang.

Universitas Sumatera Utara

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Defenisi Bronkitisrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39725/4/Chapter II.pdf · BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Defenisi Bronkitis. Paru – paru

b.3. Ranting-ranting tenggorok (Bronchiolus)

Merupakan cabang yang lebih kecil dari bronkus. Pada ujung bronhiolus

terdapat gelembung atau alveoli.

b.4. Alveoli

Alveoli adalah kantung udara, didalam alveoli darah hampir langsung

bersentuhan dengan udara dan didalam alveoli ada jaringan pembuluh darah

kapiler, didalam alveoli inilah terjadi pertukaran gas. Paru terbentuk oleh

sekitar 300 juta alveoli. Terdapat tiga jenis sel – sel alveolar, sel alveolar tipe I

adalah sel epitel yang membentuk dinding alveolar. Sel alveolar tipe II sel-sel

yang aktif secara metabolik, mensekresi surfactan, suatu fosfolipid yang

melapisi permukaan dalam dan mencegah alveolar tipe III adalah makrofag

yang merupakan sel-sel fagositosis yang besar memakan benda asing dan

bekerja sebagai mekanisme pertahanan penting.

b.5. Paru – paru

Paru-paru ada dua, yaitu paru kanan dan paru kiri. Paru kanan terdiri dari 3

lobus, dan paru kiri terdiri dari 2 lobus.

b.6. Pembuluh darah pada paru

Arteri pulmonalis membawa darah yang sudah tidak mengandung oksigen

(O2) dari ventrikel kanan jantung ke paru-paru.

Pembuluh darah yang dilukiskan sebagai arteri bronchialis membawa darah

yang berisi oksigen (O2) langsung dari aorta torasika ke paru-paru untuk

menghantarkan oksigen (O2) ke dalam jaringan paru-paru.

Universitas Sumatera Utara

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Defenisi Bronkitisrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39725/4/Chapter II.pdf · BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Defenisi Bronkitis. Paru – paru

2.2.2. Fisiologi Pernapasan15

Pernapasan mencakup 2 proses, yaitu:

a. Pernapasan luar yaitu proses penyerapan oksigen (O2) dan penegluaran

karbondiosida (CO2) secara keseluruhan.

b. Pernapasan dalam yaitu proses pertukaran gas anatar sel jaringan dengan

cairan sekitarnya (penggunaan oksigen dalam sel). Proses fisiologi pernapasan

dalam menjalankan fungsinya mencakup 3 proses, yaitu:

b.1. Ventilasi yaitu proses keluar masuknya udara dari atmosfir ke alveoli

paru.

b.2 Difusi yaitu proses perpindahan/pertukaran gas dari alveoli ke dalam

kapiler paru.

b.3. Transper yaitu proses perpindahan oksigen dari paru-paru ke seluruh

jaringan tubuh.

2.3. Etiologi

Secara umum penyebab bronkitis dibagi berdasarkan faktor lingkungan dan

faktor host/penderita. Penyebab bronkitis berdasarkan faktor lingkungan meliputi

polusi udara, merokok dan infeksi. Infeksi sendiri terbagi menjadi infeksi bakteri

(Staphylococcus, Pertusis, Tuberculosis, mikroplasma), infeksi virus (RSV,

Parainfluenza, Influenza, Adeno) dan infeksi fungi (monilia). Faktor polusi udara

meliputi polusi asap rokok atau uap/gas yang memicu terjadinya bronkitis. Sedangkan

faktor penderita meliputi usia, jenis kelamin, kondisi alergi dan riwayat penyakit paru

yang sudah ada.16

Universitas Sumatera Utara

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Defenisi Bronkitisrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39725/4/Chapter II.pdf · BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Defenisi Bronkitis. Paru – paru

a. Bronkitis infeksiosa

Brokitis infeksiosa disebabkan oleh infeksi bakteri atau virus, terutama

Mycoplasamapneumoniae dan Chlamydia. Serangan bronkitis berulang bisa terjadi

pada perokok dan penderita penyakit paru dan saluran pernapasan menahun. Infeksi

berulang bisa merupakan akibat dari :

a.1. Sinusitis kronik

a.2. Bronkiektasis

a.3. Alergi

a.4. Pembesaran amandel dan adenoid pada anak-anak

b. Bronkitis iritatif

Bronkitis iritatif adalah bronkitis yang disebabkan alergi terhadap sesuatu

yang dapat menyebabkan iritasi pada daerah bronkus. Bronkitis iritatif bisa

disebabkan oleh berbagai jenis debu, asap dari asam kuat, amonia, beberapa pelarut

organik klorin, hidrogen sulfida, sulfur dioksida, dan bromine, polusi udara yang

menyebabkan iritasi ozon dan nitrogen dioksida, tembakau dan rokok lainnya. Faktor

etiologi utama adalah zat polutan.17

2.4. Patologi Bronkitis

Kelainan utama pada bronkus adalah hipertensi kelenjar mukus dan

menyebabkan penyempitan pada saluran bronkus, yang mengakibatkan diameter

bronkus menebal lebih dari 30-40% dari tebalnya didinding bronkus normal, dan

akan terjadi sekresi mukus yang berlebihan dan kental. Sekresi mukus menutupi cilia,

karena lapisan dahak menutupi cilia, sehingga cilia tidak mampu lagi mendorong

Universitas Sumatera Utara

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Defenisi Bronkitisrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39725/4/Chapter II.pdf · BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Defenisi Bronkitis. Paru – paru

dahak keatas, satu-satunya cara mengeluarkan dahak dari bronki adalah dengan

batuk.18

2.5. Patofisiologi Bronkitis

Temuan utama pada bronkitis adalah hipertropi kelenjar mukosa bronkus dan

peningkatan jumlah sel goblet dengan infiltasi sel-sel radang dan edema pada mukosa

sel bronkus. Pembentukan mukosa yang terus menerus mengakibatkan melemahnya

aktifitas silia dan faktor fagositosis dan melemahkan mekanisme pertahananya

sendiri. Pada penyempitan bronkial lebih lanjut terjadi akibat perubahan fibrotik yang

terjadi dalam saluran napas.17

2.6. Gejala Klinis

Gejala umum bronkitis akut maupun bronkitis kronik adalah:

2.6.1. Batuk dan produksi sputum adalah gejala yang paling umum biasanya terjadi

setiap hari. Intensitas batuk, jumlah dan frekuensi produksi sputum bervariasi

dari pasien ke pasien. Dahak berwarna yang bening, putih atau hijau-

kekuningan.

2.6.2. Dyspnea (sesak napas) secara bertahap meningkat dengan tingkat keparahan

penyakit. Biasanya, orang dengan bronkitis kronik mendapatkan sesak napas

dengan aktivitas dan mulai batuk.

2.6.3. Gejala kelelaha, sakit tenggorokan , nyeri otot, hidung tersumbat, dan sakit

kepala dapat menyertai gejala utama.

2.6.4. Demam dapat mengindikasikan infeksi paru-paru sekunder virus atau

bakteri.19

Universitas Sumatera Utara

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Defenisi Bronkitisrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39725/4/Chapter II.pdf · BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Defenisi Bronkitis. Paru – paru

Pada bronkitis akut, batuk terjadi selama beberapa minggu. Sesorang

didiagnosis bronkitis kronik ketika mengalami batuk berdahak selama paling sedikit

tiga bulan selama dua tahun berturut-turut. Pada bronkitis kronik mungkin saja

seorang penderita mengalami bronkitis akut diantara episode kroniknya, dan batu

mungkin saja hilang namun akan muncul kembali.20

2.7. Jenis Bronkitis

2.7.1. Bronkitis akut

Adalah batuk yang tiba-tiba terjadi karena infeksi virus yang melibatkan jalan

napas yang besar. Bronkitis akut pada umumnya ringan. Berlangsung singkat

(beberapa hari hingga beberapa minggu), rata-rata 10-14 hari. Meski ringan, namun

adakalanya sangat mengganggu, terutama jika disertai sesak, dada terasa berat, dan

batuk berkepanjangan.21

2.7.2. Bronkitis kronik

Bronkitis kronik merupakan penyakit saluran napas yang sering didapat di

masyarakat. Penyakit ini menjadi masalah kesehatan oleh karena sifatnya yang

kronik, persisten dan progresif. Infeksi saluran napas merupakan masalah klinis yang

sering dijumpai pada penderita bronkitis kronik yang dapat memperberat

penyakitnya. Eksaserbasi infeksi akut akan bronkitis kronik yang dapat memperberat

penyakitnya. Eksaserbasi infeksi akut akan mempercepat kerusakan yang telah

terjadi, disamping itu kuman yang menyebabkan eksaserbasi juga berpengaruh

terhadap morbiditas penyakit ini. Penyakit ini berlangsung lebih lama dibandingkan

bronkitis akut, yaitu berlangsung selama 1 tahun dengan frekuensi batu produktif 3

bulan selam 2 tahun berturut-turut.22

Universitas Sumatera Utara

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Defenisi Bronkitisrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39725/4/Chapter II.pdf · BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Defenisi Bronkitis. Paru – paru

2.8. Komplikasi Bronkitis

Komplikasi dari bronkitis tidak terlalu besar, yaitu antara lain:

2.8.1. Bronkitis Akut yang tidak ditangani cenderung menjadi Bronkitis Kronik.

2.8.2. Pada orang yang sehat jarang terjadi komplikasi, tetapi pada anak dengan gizi

kurang dapat terjadi Othitis Media, Sinusitis dan Pneumonia.

2.8.3. Bronkitis Kronik menyebabkan mudah terserang infeksi.

2.8.4. Bila sekret tetap tinggal, dapat menyebabkan atelektasis atau Bronkietaksis.23

2.9. Epidemiologi Bronkitis

2.9.1. Distribusi dan Frekuensi

a. Orang

Hasil penelitian mengenai penyakit bronkitis di India, data yang diperoleh

untuk usia penderita ( ≥ 60 tahun) sekitar 7,5%, untuk yang berusia (≥ 30-40 tahun)

sekitar 5,7% dan untuk yang berusia (≥ 15-20 tahun) sekitar 3,6%. Selain itu

penderita bronkitis ini juga cenderung kasusnya lebih tinggi pada laki-laki

dibandingkan pada perempuan, hal ini dipicu dengan keaktivitasan merokok yang

lebih cenderung banyak dilakukan oleh kaum laki-laki.24

b. Tempat dan Waktu

Penduduk di kota sebagian besar sudah terpajan dengan berbagai zat-zat

polutan di udara, seperti asap pabrik, asap kendaraan bermotor, asap pembakaran dan

asap rokok, hal ini dapat memberikan dampak terhadap terjadinya bronchitis.25

Bronkitis lebih sering terjadi di musim dingin pada daerah yang beriklim

tropis ataupun musim hujan pada daerah yang memiliki dua musim yaitu daerah

tropis.26

Universitas Sumatera Utara

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Defenisi Bronkitisrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39725/4/Chapter II.pdf · BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Defenisi Bronkitis. Paru – paru

2.9.2. Determinan

a. Host

a.1. Umur

Suatu penelitian yang dilakukan di Brasil pada tahun 2010 diperoleh

kemungkinan relatif bronkitis kronik terlihat pada laki-laki (OR= 2,17, 95% CI 1,50-

3,13), pendapatan keluarga yang rendah (OR = 2,60, 95% CI 1,47-4,47 untuk kuartil

terendah) rendah sekolah (OR=4,65, 95% CI 2,36-9,18 bagi merka dengan tidak

sekolah).7

a.2. Merokok

Menurut buku Report of the WHO Expert Comite on Smoking Control, rokok

adalah penyebab utama timbulnya bronkitis. Terdapat hubungan yang erat antara

merokok dan penurunan VEP (volume eksipirasi paksa) 1 detik. Secara patologis

rokok berhubungan dengan hiperplasia kelenjar mukus bronkus dan metaplasia

skuamusepitel saluran pernapasan juga dapat menyebabkan bronkitis akut.27

Penelitian di Brazil pada tahun 2010 mendapatkan hasil peneltian dengan kebiasaan

merokok (OR = 6,92, 95% CI 4,22-11,36 unruk perokok dari 20 atau lebih rokok per

hari).7

a.3. Infeksi

Eksaserbasi bronkitis disangka paling sering diawali dengan infeksi virus

yang kemudian menyebabkan infeksi sekunder bakteri. Bakteri yang diisolasi paling

banyak adalah Hemophilus influenza dan Streptococus pneumonie. Bronkitis

infeksiosa disebabkan oleh virus, bakteri dan (terutama) organisme yang menyerupai

bakteri (Mycoplasma pneumoniae dan Chlamydia).28

Universitas Sumatera Utara

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Defenisi Bronkitisrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39725/4/Chapter II.pdf · BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Defenisi Bronkitis. Paru – paru

a.4. Polusi

Polusi tidak begitu besar pengaruhnya sebagai faktor penyebab, tetapi bila

ditambah merokok resiko akan lebih tinggi. Zat-zat kimia dapat juga menyebabkan

bronkitis adalah zat-zat pereduksi seperti O2, zat-zat pengoksida seperti N2O,

hidrokarbon, aldehid, dan ozon.28

a.5. Keturunan

Belum diketahui secara jelas apakah faktor keturunan berperan atau tidak,

kecuali pada penderita defisiensi alfa-1-antitripsin yang merupakan suatu problem,

dimana kelainan ini diturunkan secara autosom resesif. Kerja enzim ini menetralisir

enzim proteolitik yang sering dikeluarkan pada peradangan dan merusak jaringan,

termasuk jaringan paru.29

a.6. Faktor sosial ekonomi

Kematian pada bronkitis ternyata lebih banyak pada golongan sosial ekonomi

rendah, mungkin disebabkan faktor lingkungan dan ekonomi yang lebih jelek29

.

b. Agent

Bronkitis dapat disebabkan oleh virus (virus influenza, respiratory syncytical

virus), bakteri dan organisme yang menyerupai bakteri (Mycoplasma pneumoniae dan

Chlamydia).4

c. Environment

Pencemaran udara merupakan masalah paling serius di daerah perkotaan.

Urbanisasi mengakibatkan meningkatnya aktivitas manusia dan kepadatan penduduk.

Peningkatan penduduk akan diikuti oleh semakin meningkatnya kebutuhan di bidang

transportasi, Kegiatan industri juga mengakibatkan meningkatnya pencemaran dan

Universitas Sumatera Utara

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Defenisi Bronkitisrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39725/4/Chapter II.pdf · BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Defenisi Bronkitis. Paru – paru

akan berdampak terhadap menurunnya kualitas lingkungan. Hal ini akan berpengaruh

terhadap meningkatnya berbagai kasus penyakit, termasuk bronchitis.25

2.10. Pencegahan Bronkitis

2.10.1. Pencegahan Primer

Pencegahan tingkat pertama merupakan upaya untuk mempertahankan orang

yang sehat agar tetap sehat atau mencegah orang yang sehat agar tidak sakit.30

Menurut Soegito (2007), untuk mengurangi gangguan tersebut perlu diusahakan agar

batuk tidak bertambah parah.

a. Membatasi aktifitas/kegiatan yang memerlukan tenaga yang banyak

b. Tidak tidur di kamar yang ber AC dan menggunakan baju hangat kalau bisa

hingga sampe leher

c. Hindari makanan yang merangsang batuk seperti: gorengan, minuman dingin

(es), dll.

d. Jangan memandikan anak terlalu pagi atau terlalu sore, dan memandikan anak

dengan air hangat

e. Jaga kebersihan makanan dan biasakan cuci tangan sebelum makan

f. Menciptakan lingkungan udara yang bebas polusi

2.10.2. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder merupakan upaya untuk membantu orang yang telah

sakit agar sembuh, menghambat progresifitas penyakit, menghindarkan komplikasi,

dan mengurangi ketidakmampuan.30

Pencegahan ini dapat dilakukan dengan:

Universitas Sumatera Utara

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Defenisi Bronkitisrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39725/4/Chapter II.pdf · BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Defenisi Bronkitis. Paru – paru

a. Diagnosis32

Diagnosis dari bronkitis dapat ditegakkan bila pada anamnesa pasien

mempunyai gejala batuk yang timbul tiba-tiba dengan atau tanpa sputum dan tanpa

adanya bukti pasien menderita pneumonia, common cold, asma akut dan eksaserbasi

akut. Pada pemeriksaan fisik pada stadium awal biasanya tidak khas. Dapat

ditemukan adanya demam, gejala rinitis sebagai manifestasi pengiring, atau faring

hiperemis. Sejalan dengan perkembangan serta progresivitas batuk, pada auskultasi

dapat terdengar ronki, wheezing, ekspirium diperpanjang atau tanda obstruksi

lainnya. Bila lendir banyak dan tidak terlalu lengket akan terdengar ronki basah.

Dalam suatu penelitian terdapat metode untuk menyingkirkan kemungkinan

pneumonia pada pasien dengan batuk disertai dengan produksi sputum yang dicurigai

menderita bronkitis, yang antara lain bila tidak ditemukan keadaan sebagai berikut:

a.1. Denyut jantung > 100 kali per menit

a.2. Frekuensi napas > 24 kali per menit

a.3. Suhu badan > 380

C

a.4. Pada pemeriksaan fisik paru tidak terdapat focal konsolidasi dan

peningkatan suara napas.

b. Pemeriksaan fisik33

b.1. Keadaan umum baik: tidak tampak sakit berat dan kemungkinan ada

nasofaringitis.

b.2. Keadaan paru : ronki basah kasar yang tidak tetap (dapat hilang atau

pindah setelah batuk, wheezing dan krepitasi)

Universitas Sumatera Utara

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Defenisi Bronkitisrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39725/4/Chapter II.pdf · BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Defenisi Bronkitis. Paru – paru

c. Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan dahak dan rontgen dilakukan untuk membantu menegakkan

diagnosa dan untuk menyingkirkan diagnosa penyakit lain. Bila penyebabnya bakteri,

sputumnya akan seperti nanah.29

Untuk pasien anak yang diopname, dilakukan

dengan tes C-reactive protein, kultur pernapasan, kultur darah, kultur sputum, dan tes

serum aglutinin untuk membantu mengklasifikasikan penyebab infeksi apakah dari

bakteri atau virus. Jumlah leukositnya berada > 17.500 dan pemeriksaan lainnya

dilakukan dengan cara tes fungsi paru-paru dan gas darah arteri.32

d. Pengobatan34

d.1. Antibiotika

d.1.1. Penisilin

Mekanisme kerja antibiotik golongan penisilin adalah dengan perlekatan pada

protein pengikat penisilin yang spesifik (PBPs) yang berlaku sebagai reseptor pada

bakteri, penghambat sintesis dinding sel dengan menghambat transpeptidasi dari

peptidoglikan, dan pengaktifan enzim autolitik di dalam dinding sel, yang

menghasilkan kerusakan sehingga akibatnya bakteri mati. Antibiotik golongan

penisilin yang biasa digunakan adalah amoksisilin.

d.1.2. Quinolon

Golongan quinolon merupakan antimikrobial oral memberikan pengaruh yang

dramatis dalam terapi infeksi. Dari prototipe awal yaitu asam nalidiksat berkembang

menjadi asam pipemidat, asam oksolinat, cinoksacin, norfloksacin. Generasi awal

mempunyai peran dalam terapi gram-negatif infeksi saluran kencing. Generasi

Universitas Sumatera Utara

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Defenisi Bronkitisrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39725/4/Chapter II.pdf · BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Defenisi Bronkitis. Paru – paru

berikutnya yaitu generasi kedua terdiri dari pefloksasin, enoksasin, ciprofloksasin,

sparfloksasin, lemofloksasin, fleroksasin dengan spektrum aktifitas yang lebih luas

untuk terapi infeksi community-acquired maupun infeksi nosokomial. Lebih jauh lagi

ciprofloksasin, ofloksasin, peflokasin tersedia sebagai preparatparenteral yang

memungkinkan penggunaanya secara luas baik tunggal maupun kombinasi dengan

agen lain.

d.2. Mukolitik dan Ekspektoran

Bronkitis dapat menyebabkan produksi mukus berlebih. Kondisi ini

menyebabkan peningkatan penebalan mukus. Perubahan dan banyaknya mukus sukar

dikeluarkan secara alamiah, sehingga diperlukan obat yang dapat memudahkan

pengeluaran mukus.

Mukus mengandung glikoprotein, polisakarida, debris sel, dan cairan/eksudat

infeksi. Mukolitik bekerja dengan cara memecah glikoprotein menjadi molekul-

molekul yang lebih kecil sehingga menjadi encer. Mukus yang encer akan mendesak

dikeluarkan pada saat batuk, contoh mukolitik adalah asetilsistein.

d.2.1. Ekspektoran

Ekspektoran bekerja dengan cara mengencerkan muku dalam bronkus

sehingga mudah dikeluarkan, salah satu contoh ekspektoran adalah guaifenesin.

Guaifenesin bekerja dengan cara mengurangi viskositas dan adhesivitas sputum

sehingga meningkatkan efektivitas mukociliar dalam mengeluarkan sputum dari

saluran pernapasan.

Universitas Sumatera Utara

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Defenisi Bronkitisrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39725/4/Chapter II.pdf · BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Defenisi Bronkitis. Paru – paru

2.10.3. Pencegahan Tersier

Pencegahan ini dimaksudkan untuk mengurangi ketidakmampuan penderita

bronkitis dengan terapi-terapi yang dapat membantu pernapasan.30

Pencegahan tersier

untuk penderita bronkitis dapat ditolong dengan terapi farmakologi dan terapi non-

farmakologi yaitu:

a. Terapi Farmakologi35

a.1. Bronkodilatori

Bronkodilator mempunyai aksi merelaksasi otot-otot polos pada saluran

pernapasan. Ada tiga jenis bronkodilator yaitu : Simpatomimetika, metilsantin, dan

antikolinergik.

a.1.1. Beta-2 agonis (Simpatomimetika)

Obat-obat simpatomimetika merupakan obat yang mempunyai aksi serupa

dengan aktifitas simpatis. Sistem saraf simaptis memgang peranan penting dalam

menentukan ukuran diameter bronkus. Ujung saraf simpatis yang menghasilkan

norephinepherin, epinefrin dan isoproterenol disebut adrenergik (Dipiro, et al., 2008).

Adrenergik memiliki dua reseptor yaitu alfa dan beta. Reseptor beta terdiri

beta 1 dan beta 2. Beta 1 adrenergik terdapat pada jantung, beta 2 adrenergik terdapat

pada kelenjar dan otot halus bronkus. Adrenergik menstimulasi reseptor beta 2

sehingga terjadi bronkodilatasi.35

a.1.2. Metilxantin

Teofilin merupakan golongan metil santin yang banyak digunakan, disamping

kafein dan dyphylline. Kafein dan dyphylline kurang paten dibandingkan dengan

teofilin.35

Universitas Sumatera Utara

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Defenisi Bronkitisrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39725/4/Chapter II.pdf · BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Defenisi Bronkitis. Paru – paru

Obat golongan ini menghambat produksi fosfodiesterase. Dengan

penghambatan ini penguraian cAMP menjadi AMP tidak terjadi sehingga kadat

cAMP seluler meningkat. Peningkatan ini menyebabkan bronkodilatasi. Obat-obat

metilsantin antara lain aminofilin dan teofilin.35

b. Terapi Non-farmakologi.35

Terapi non-farmakologi dapat dilakukan dengan cara :

b.1. Pasien harus berhenti merokok

b.2. Kalau timbul kesulitan dalam pernapasan atau dadanya bagian tengah

sangat sesak, biarlah dai menghirup uap air tiga kali sehari.

b.3. Taruhlah kompres uap di atas dada pasien dua kali sehari, dan taruhlah

kompres lembab di atas dada sepanjang malam sambil menjaga

tubuhnya jangan sampai kedinginan.

b.4. Rehabilitasi paru-paru secara komprehensif dengan olahraga dan

latihan pernapasan sesuai yang diajarkan tenaga medis.

b.5. Istirahat yang cukup.

Universitas Sumatera Utara

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Defenisi Bronkitisrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39725/4/Chapter II.pdf · BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Defenisi Bronkitis. Paru – paru

2.11. Kerangka Konsep

Karakteristik Penderita Bronkitis

1. Sosiodemografi

Umur

Jenis Kelamin

Pendidikan

Pekerjaan

Status Perkawinan

Tempat Tinggal

2. Gejala Klinis

3. Jenis Bronkitis

4. Riwayat Merokok

5. Jumlah Kunjungan

6. Sumber Pembiayaan

Universitas Sumatera Utara