BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bahan Cetak 2.1.1 ......8 cetakan tergantung dari jenis bahan cetak yang...

19
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bahan Cetak 2.1.1. Pengertian Bahan Cetak Dalam bidang kedokteran gigi, bentuk tiruan dari jaringan keras dan jaringan lunak rongga mulut digunakan dalam menentukan diagnosis dan perawatan gigi dan mulut. Bentuk tiruan ini biasanya disebut model studi, cetakan, atau die. Masing-masing dibuat untuk tujuan yang berbeda. Model studi dibuat dalam rangka mengamati dan mempelajari struktur rongga mulut pasien, contohnya orthodontist biasanya menggunakan model studi untuk mengevaluasi perkembangan suatu perawatan ortho. Cetakan sering disebut dengan model kerja, contohnya orthodontist biasanya menggunakan model kerja untuk membuat retainer setelah perawatan ortho. Die adalah bentuk tiruan dari sebuah gigi, biasanya digunakan dalam pembuatan mahkota berbahan metal atau inlay (Powers, 2008). Pembuatan model studi, model kerja, dan die selalu diawali dengan mencetak jaringan keras dan jaringan lunak rongga mulut dengan menggunakan bahan cetak. Tingkat keakuratan hasil ………………………………………………………………………

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bahan Cetak 2.1.1 ......8 cetakan tergantung dari jenis bahan cetak yang...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bahan Cetak 2.1.1 ......8 cetakan tergantung dari jenis bahan cetak yang digunakan. (John, 2014). 2.1.2. Kriteria Bahan Cetak Bahan cetak harus memenuhi

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bahan Cetak

2.1.1. Pengertian Bahan Cetak

Dalam bidang kedokteran gigi, bentuk tiruan dari jaringan keras

dan jaringan lunak rongga mulut digunakan dalam menentukan

diagnosis dan perawatan gigi dan mulut. Bentuk tiruan ini biasanya

disebut model studi, cetakan, atau die. Masing-masing dibuat untuk

tujuan yang berbeda. Model studi dibuat dalam rangka mengamati

dan mempelajari struktur rongga mulut pasien, contohnya

orthodontist biasanya menggunakan model studi untuk

mengevaluasi perkembangan suatu perawatan ortho. Cetakan

sering disebut dengan model kerja, contohnya orthodontist

biasanya menggunakan model kerja untuk membuat retainer

setelah perawatan ortho. Die adalah bentuk tiruan dari sebuah gigi,

biasanya digunakan dalam pembuatan mahkota berbahan metal

atau inlay (Powers, 2008).

Pembuatan model studi, model kerja, dan die selalu diawali

dengan mencetak jaringan keras dan jaringan lunak rongga mulut

dengan menggunakan bahan cetak. Tingkat keakuratan hasil

………………………………………………………………………

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bahan Cetak 2.1.1 ......8 cetakan tergantung dari jenis bahan cetak yang digunakan. (John, 2014). 2.1.2. Kriteria Bahan Cetak Bahan cetak harus memenuhi

8

cetakan tergantung dari jenis bahan cetak yang digunakan.

(John, 2014).

2.1.2. Kriteria Bahan Cetak

Bahan cetak harus memenuhi beberapa kriteria berikut:

(Powers, 2008) (1) mudah dimanipulasi dan harga cukup

terjangkau, (2) konsistensi cukup kental; (3) memiliki setting time

yang sesuai, idealnya harus kurang dari 7 menit (John, 2014); (4)

memiliki kekuatan mekanik cukup, sehingga tidak mudah sobek

saat dilepaskan dari rongga mulut; (5) memiliki tingkat keakuratan

dimensional yang stabil dalam waktu cukup lama; (6) rasa dan bau

dapat diterima oleh pasien; (7) tidak toksik dan tidak mengiritasi;

(8) tidak ada penurunan sifat yang signifikan akibat desinfeksi; (9)

kompatibel dengan die dan model; (10) dapat disimpan dalam

jangka waktu lama.

2.1.3. Klasifikasi Bahan Cetak

Bahan cetak diklasifikasikan berdasarkan komposisi,

mekanisme setting, sifat mekanis, dan penggunaannya. Pada

penelitian ini akan dibahas klasifikasi berdasarkan sifat

mekanisnya.

Berdasarkan sifat mekanisnya, bahan cetak diklasifikasikan

menjadi 2 yaitu bahan cetak elastis dan bahan cetak non elastis

(Anusavice, 2013).

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bahan Cetak 2.1.1 ......8 cetakan tergantung dari jenis bahan cetak yang digunakan. (John, 2014). 2.1.2. Kriteria Bahan Cetak Bahan cetak harus memenuhi

9

1) Bahan cetak elastis

Material lentur atau fleksibel, dapat kembali kebentuk

semula setelah diregangkan, dan dapat mencetak struktur keras

maupun lunak dari rongga mulut secara akurat termasuk

undercut dan celah interproksimal. Contoh: agar, alginat, dan

elastomer. Bahan cetak elastis kemudian di klasifikasikan

menjadi 2 yaitu bahan cetak hidrokoloid irreversible dan

hidrokoloid reversible.

2) Bahan cetak non elastis

Material tidak lentur atau tidak fleksibel, hasil cetakan akan

fraktur atau pecah saat di regangkan, sering digunakan untuk

membuat konstruksi gigi tiruan penuh karena ideal untuk

mencetak rahang tidak bergigi atau jaringan lunak karena

memiliki konsistensi baik. Contoh: pasta ZOE dan bahan cetak

berbasis semen.

2.2 Alginat

Alginat adalah bahan cetak elastis jenis hidrokoloid irreversible, yang

mudah dimanipulalsi, harga relatif murah, dan nyaman untuk pasien

(Nandini dkk, 2008). Alginat merupakan bahan cetak yang paling banyak

digunakan dalam praktek kedokteran gigi karena (1) alginat mudah

dicampur dan dimanipulasi; (2) peralatan yang digunakan sederhana dan

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bahan Cetak 2.1.1 ......8 cetakan tergantung dari jenis bahan cetak yang digunakan. (John, 2014). 2.1.2. Kriteria Bahan Cetak Bahan cetak harus memenuhi

10

mudah didapat; (3) hasil cetakan elastis; (4) hasil cetakan cukup akurat; (5)

harga relatif murah.

Gambar 1. Bubuk alginat (Powers, 2008)

Kekurangan utama dari alginat adalah alginat memiliki kekuatan sobek

yang lemah sehingga alginat mudah disobek, dan alginat tidak dapat

mencetak lebih detail dibandingkan agar atau elastomer. Alginat tersedia

dalam sediaan bubuk dan dikemas dalam wadah kedap udara dengan

tujuan meminimalkan kontaminasi udara lembab. Kontaminasi udara yang

lembab akan memperpendek waktu simpan alginat (Powers, 2008).

2.2.1. Komposisi Alginat

Bubuk alginat terdiri dari beberapa komponen bubuk berbeda

yang memiliki fungsi masing-masing. Saat bubuk alginat dicampur

dengan air, akan terbentuk hasil campuran berupa masa kental

yang halus atau disebut pasta. Hasil campuran ini kemudian akan

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bahan Cetak 2.1.1 ......8 cetakan tergantung dari jenis bahan cetak yang digunakan. (John, 2014). 2.1.2. Kriteria Bahan Cetak Bahan cetak harus memenuhi

11

menjadi gel irreversible beberapa saat setelah pencampuran

(Powers, 2008).

Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut (John, 2014):

Pasta Gel

Sodium Alginat + CaSO4.H2O Kalsium Alginat ↓ + Na+ + SO4- + H2O

Setting time dari alginat ditetukan dari jumlah sodium fosfat

yang terkandung dalam bubuk alginat. Saat natrium fosfat bereaksi,

natrium alginat yang larut dapat bereaksi dengan ion kalsium yang

tersisa, sedangkan kalsium alginat mengendap menjadi jaringan

yang berserat. Ruang kapiler antara serat akan diisi oleh air,

struktur ini yang disebut gel. Perubahan pasta menjadi gel bersifat

tetap, artinya gel tidak akan dapat berubah menjadi pasta setelah

proses pencampuran, karena sifat ini alginat disebut hidrokoloid

irreversible (Powers, 2008).

Komposisi yang terdapat dalam bubuk alginat dapat dilihat

dalam tabel berikut (Anusavice, 2013):

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bahan Cetak 2.1.1 ......8 cetakan tergantung dari jenis bahan cetak yang digunakan. (John, 2014). 2.1.2. Kriteria Bahan Cetak Bahan cetak harus memenuhi

12

Tabel 1. Komposisi Alginat

Komponen Fungsi Persentase

Berat (%)

Potasium alginat Alginat yang

mudah larut

15

Kalsium sulfat Reaktan 16

Zinc oxide Partikel pengisi 4

Pottasium titanium

flouride

Pengeras gypsum 3

Diatomaceous earth Partikel pengisi 60

Sodium fosfat Retarder 2

2.2.2. Karakteristik Alginat

Bahan cetak alginat memiliki beberapa sifat yang menjadi

karakteristik bahan cetak ini, antara lain (1) plastis, bahan cetak

harus bersifat plastis untuk dapat diadaptasikan ke dalam rongga

mulut sehingga dapat mencetak dengan detail, (2) fleksibel, sifat

fleksibel alginat menyebabkan alginat tidak berubah bentuk atau

tidak mudah sobek saat dilepaskan dari rongga mulut, (3) sifat

sinersis, yaitu alginat akan menyusut apabila dibiarkan di udara

terbuka dalam waktu yang lama, (4) sifat imbibisi, yaitu alginat

akan mengalami ekspansi apabila di rendam dalam air dalam waktu

tertentu, (5) kestabilan penyimpanan, alginat akan lebih tahan lama

apabila disimpan dalam ruangan yang sejuk dan kering, (6)

kompatibel, alginat dapat kompatibel dengan model plaster dan

stone, (7) biokompatibel, yaitu tidak toksik, tidak menyebabkan

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bahan Cetak 2.1.1 ......8 cetakan tergantung dari jenis bahan cetak yang digunakan. (John, 2014). 2.1.2. Kriteria Bahan Cetak Bahan cetak harus memenuhi

13

iritasi jaringan, serta memiliki rasa dan bau yang dapat diterima

(Noort, 2002).

2.2.3. Penyimpanan Alginat

Faktor utama yang memengaruhi usia penyimpanan alginat

adalah temperatur penyimpanan dan kontaminasi kelembaban

udara (Anusavice, 2013). Alginat sebaiknya disimpan dalam

kemasan kantong kedap udara atau ditempatkan dalam toples.

Penyimpanan alginat dalam kemasan saat pembelian sangat

disarankan karena kontaminasi udara yang mungkin terjadi sangat

minimal. Namun penggunaan wadah seperti toples untuk

menyimpan alginat juga banyak dilakukan oleh dokter gigi. Perlu

diperhatikan bahwa setelah mengambil bubuk alginat, wadah harus

ditutup sesegera mungkin untuk meminimalkan kontaminasi

kelembaban udara. Bubuk alginat harus disimpan di tempat sejuk

dan kering (Anusavice, 2013).

Tangga kadaluarsa juga menjadi hal penting yang harus

diperhatikan dokter gigi. Sebaiknya tidak menyimpan stok alginat

dalam praktik dokter gigi lebih dari satu tahun, semakin lama

waktu simpan alginat setelah pertama kali dibuka maka kualitas

alginat akan semakin menurun. Bubuk alginat yang sudah

disimpan selama satu bulan pada temperatur 65°C tidak dapat

digunakan lagi dalam perawatan dokter gigi karena bahan akan

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bahan Cetak 2.1.1 ......8 cetakan tergantung dari jenis bahan cetak yang digunakan. (John, 2014). 2.1.2. Kriteria Bahan Cetak Bahan cetak harus memenuhi

14

mengeras lebih cepat atau tidak dapat mengeras sama sekali (John,

2014).

2.2.4. Manipulasi dan Pencetakan Alginat

Manipulasi alginat adalah proses awal pencetakan untuk

mendapatkan model studi yang akan membantu rencana perawatan

dan diskusi dengan pasien (Anusavice, 2013). Proses pencetakan

dilakukan berdasarkan tahapan berikut (Powers, 2008):

1) Pemilihan sendok cetak

Sendok cetak untuk rahang atas harus memenuhi beberapa

kriteria berikut, yaitu: (1) dapat menutup tuberositas secara

keseluruhan, (2) lebih lebar 4 mm dari batas tulang alveolar di

regio molar, (3) menutupi seluruh gigi anterior. Sedangkan

untuk rahang bawah harus memenuhi kriteria berikut: (1)

menutupi seluruh gigi dan retromolar pad, (2) lebih lebar 4 mm

dari bagian bukal dan lingual gigi posterior dan 4 mm lebih

lebar dari labial dan lingual gigi anterior.

Gambar 2. Sendok cetak (Anusavice, 2013)

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bahan Cetak 2.1.1 ......8 cetakan tergantung dari jenis bahan cetak yang digunakan. (John, 2014). 2.1.2. Kriteria Bahan Cetak Bahan cetak harus memenuhi

15

2) Modifikasi sendok cetak

Menambahkan wax pada bagian labial anterior dari sendok

mungkin diperlukan, untuk memastikan alginat dapat mengalir

ke vestibulum bagian labial, selain itu penambahan wax pada

batas sendok cetak di bagian tertentu juga mungkin dibutuhkan

agar alginat dapat mencetak seluruh bagian yang diinginkan.

3) Dispensing alginat

Jumlah bubuk alginat dan air yang akan dicampurkan

sebaiknya ditakar menggunakan sendok takar yang terdapat

dalam kemasan. Alginat kemudian dimasukkan kedalam bowl

yang berisi air bertemperatur 22-23°C.

4) Pengadukan

Bubuk alginat dan air diaduk dengan menggunakan spatula

yang cukup kaku dan lebar. Pengadukan dilakukan dengan

gerakan angka delapan yang cepat dengan cara ditekan pada

dinding bowl untuk mengeluarkan gelembung. Waktu yang

dibutuhkan untuk mencampur alginat dengan waktu setting

sedang secara sempurna sekitar 45 detik, sedangkan untuk

alginat dengan waktu setting cepat adalah 30 detik. Hasil

cetakan yang baik akan didapatkan dari campuran yang halus,

tidak berbutir, dan konsistensi tepat (Anusavice, 2013).

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bahan Cetak 2.1.1 ......8 cetakan tergantung dari jenis bahan cetak yang digunakan. (John, 2014). 2.1.2. Kriteria Bahan Cetak Bahan cetak harus memenuhi

16

5) Penempatan alginat pada sendok cetak

Alginat ditempatkan pada sendok cetak dengan

menggunakan spatula. Alginat harus menempati seluruh bagian

sendok cetak terutama bagian perforasi untuk menambah

retensi alginat saat dilepaskan dari rongga mulut agar tidak

mudah lepas.

6) Pencetakan

Pencetakan dalam rongga mulut dilakukan dalam waktu 2-3

menit sampai setting sempurna. Bagian yang harus tercetak

pada proses pencetakan adalah seluruh gigi rahang atas dan

bawah, seluruh prosesus alveolaris, seluruh retromolar rahang

bawah, hamular notch rahang atas, setiap detail jaringa rongga

mulut.

Gambar 3. Hasil cetakan alginat (Powers, 2008)

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bahan Cetak 2.1.1 ......8 cetakan tergantung dari jenis bahan cetak yang digunakan. (John, 2014). 2.1.2. Kriteria Bahan Cetak Bahan cetak harus memenuhi

17

7) Tahapan akhir

Setelah pencetakan, hasil cetakan alginat harus melalui

beberapa tahapan lagi sebelum di cor dengan menggunakan

gips. Tahapan dilakukan secara berurutan: cetakan dibilas

dengan air, potong kelebihan alginat yang mengganggu visual,

desinfeksi hasil cetakan, bilas dengan air, keringkan kelebihan

air, lalu di cor menggunakan gips.

2.2.5. Desinfeksi Cetakan Alginat

Hasil cetakan yang akan dikirim ke laboratorium dental harus

didesinfeksi guna menghindari infeksi silang yang mungkin terjadi

dari pasien ke petugas laboratorium. Menurut American Dental

Association (ADA) Guidelines cara untuk desinfeksi hasil cetakan

adalah dengan mencuci hasil cetakan dengan air lalu merendamnya

dalam larutan desinfektan (Cangara, 2015). Selain dengan

perendaman, desinfeksi juga dapat dilakukan dengan

penyemprotan. Teknik perendaman lebih sering dilakukan oleh

dokter gigi karena dengan merendam, seluruh permukaan hasil

cetakan akan terdesinfeksi, namun kekurangannya adalah

meningkatkan resiko perubahan dimensi hasil cetakan alginat.

Prosedur desinfeksi menurut Centers for Disease Control and

Prevention adalah dengan membilas menggunakan air lalu

menyemprotkan bahan desinfektan seperti sodium hipoklorit,

iodophor, atau phenol sintetis pada bagian yang terekspose. Hasil

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bahan Cetak 2.1.1 ......8 cetakan tergantung dari jenis bahan cetak yang digunakan. (John, 2014). 2.1.2. Kriteria Bahan Cetak Bahan cetak harus memenuhi

18

cetakan kemudian dibungkus dengan kertas tisu dan ditempatkan

dalam kantung plastik tertutup selama 10 menit. Setelah 10 menit

keluarkan hasil cetakan dari kantung plastik, bilas dengan air, lalu

keringkan sisa air yang menempel. Langkah akhir adalah dengan

mengecor hasil cetakan dengan gipsum. Selain dengan

penyemprotan, desinfeksi juga dapat dilakukan dengan merendam

hasil cetakan, namun waktu perendaman harus diperhatikan,

perendaman tidak boleh lebih dari 10 menit karena akan

meningkatkan sifat imbibisi dari alginat (Anusavice, 2013).

2.2.6. Perubahan Dimensi Alginat

Perubahan dimensi alginat adalah berubahnya ukuran hasil

cetakan alginat dari keadaan semula. Perubahan dimensi alginat

meliputi sinersis dan imbibisi. Sinersis adalah menyusutnya hasil

cetakan alginat apabila dibiarkan diudara terbuka dalam waktu

yang lama. Imbibisi adalah terekspansinya hasil cetakan alginat

apabila direndam dalam air dalam waktu tertentu (Noort, 2000).

Perubahan dimensi sebaiknya tidak terjadi karena keakuratan hasil

cetakan merupakan hal yang sangat penting untuk keberhasilan

perawatan dental (Sumandhi, 2010). Namun perubahan dimensi

pada hasil cetakan alginat tidak dapat dihindari karena alginat

merupakan jenis bahan cetak hidrokoloid gel yang mengandung

sejumlah besar air. Air yang terkandung dalam alginat dapat

bertambah maupun berkurang jumlahnya. Perubahan kandungan

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bahan Cetak 2.1.1 ......8 cetakan tergantung dari jenis bahan cetak yang digunakan. (John, 2014). 2.1.2. Kriteria Bahan Cetak Bahan cetak harus memenuhi

19

air dalam alginat ini menyebabkan alginat memiliki sifat khasnya,

yaitu sinersis dan imbibisis (Powers, 2008).

Sinersis adalah menguapnya air yang tekandung dalam cetakan

alginat, sehingga hasil cetakan akan mengalami penyusutan, hal ini

terjadi karena adanya perbedaan temperatur antara temperatur

rongga mulut (37°C) dan temperatur ruangan (23°C). Imbibisi

adalah terserapnya air kedalam hasil cetakan yang menyebabkan

hasil cetakan mengalami ekspansi. Distorsi atau ekspansi terjadi

apabila terdapat perubahan temperatur yang berlawanan yaitu dari

sendok cetak yang didinginkan dengan air (15°C) ke temperatur

ruangan yang lebih hangat. Selain temperatur, lama waktu

perendaman hasil cetakan dalam larutan desinfektan juga dapat

memengaruhi dimensi hasil cetakan. Perendaman dalam larutan

desinfektan sebaiknya tidak lebih dari sepuluh menit (Anusavice,

2013). Sinersis maupun imbibisi sama-sama menyebabkan

terjadinya perubahan dimensi hasil cetakan alginat.

Beberapa penelitian mengenai perubahan dimensi alginat telah

dilakukan, beberapa diantaranya adalah penelitian mengenai

perubahan dimensi alginat dengan perendaman dalam larutan

desinfektan berupa perasan bawang putih telah dilakukan oleh

Citra Jasmin Cangara (2015), penelitian mengenai perubahan

dimensi hasil cetakan alginat dengan perendaman dalam berbagai

macam larutan desinfektan dilakukan oleh Distrina Fitrian (2013),

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bahan Cetak 2.1.1 ......8 cetakan tergantung dari jenis bahan cetak yang digunakan. (John, 2014). 2.1.2. Kriteria Bahan Cetak Bahan cetak harus memenuhi

20

dan penelitian mengenai perubahan dimensi alginat dengan

perendaman dalam air rebusan daun jambu biji 100% dilakukan

oleh Indah Hati Batubara (2013).

2.3. Daun Alpukat

Alpukat berasal dari kingdom Plantae, dengan nama ilmiah spesies

Persea Americana. Alpukat berasal dari wilayah mesoamerika yaitu

Meksiko Tengah dan Selatan. Alpukat tumbuh di daerah tropis dan

subtropis, namun Meksiko tetap menjadi produsen alpukat terbesar dunia.

Alpukat masuk ke Indonesia pada tahun 1750. Sentra alpukat di Indonesia

terdapat di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan,

Sumatera Barat, Sumatera Utara, Aceh, dan Nusa Tenggara Timur.

Alpukat di Indonesia tumbuh hingga 20 m di ketinggian tempat 1 m

sampai 1000 m di atas permukaan laut (Handayani, 2013).

Gambar 4. Tanaman alpukat (Handayani, 2013)

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bahan Cetak 2.1.1 ......8 cetakan tergantung dari jenis bahan cetak yang digunakan. (John, 2014). 2.1.2. Kriteria Bahan Cetak Bahan cetak harus memenuhi

21

Permukaan daun alpukat licin, dengan ukuran panjang 41 cm dan lebar

sepuluh sentimeter. Bentuknya bervariasi dari elips, oval, dan lanset. Daun

alpukat rasanya pahit. Tiga puluh senyawa teridentifikasi dalam daun

alpukat, antara lain estragol, alfa-cubebene, methyl eugenol, fenol,

saponin, alkaloida, dan flavonioda Beberapa diantara merupakan senyawa

antibakteri (Handari, 2014).

1) Fenol

Fenol merupakan senyawa antibakteri yang saat ini banyak

digunakan dalam dunia medis. Fenol dapat mengakibatkan struktur

protein yang merupakan struktur terbesar dari dinding sel dan

membrane sitoplasma bakteri menjadi rusak. Dinding sel yang rusak

menyebabkan terganggunya fungsi sel karena makromolekul dan ion

dari sel berhasil terlepas. Selanjutnya sel bakteri menjadi kehilangan

bentuk dan terjadilah lisis sel (Rahayu, 2000).

2) Saponin

Saponin merupakan zat aktif yang dapat meningkatkan

permeabilitas membran sehingga terjadi hemolisis sel. Saponin yang

berinteraksi dengan sel bakteri akan menyebabkan rusak atau

lisisnya bakteri (Utami, 2008).

3) Alkaloid

Alkaloid merupakan senyawa yang dapat ditemukan pada bagian

tumbuhan seperti biji, daun, ranting, dan kulit batang. Senyawa

alkaloid yang ditemukan di alam banyak digunakan sebagai

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bahan Cetak 2.1.1 ......8 cetakan tergantung dari jenis bahan cetak yang digunakan. (John, 2014). 2.1.2. Kriteria Bahan Cetak Bahan cetak harus memenuhi

22

pengobatan. Alkaloid berfungsi sebagai bakteriotoksik dengan

mengganggu komponen penyusun peptidoglikan sel bakteri sehingga

lapisan dinding sel menjadi rusak. Dinding sel yang rusak

menyebabkan kematian bakteri (Kurniawan, 2012).

4) Flavonoid

Flavonoid merupakan salah satu senyawa golongan fenol.

Falavonoid merupakan kandungan khas tumbuhan hijau, dan

terkadung dalam daun, akar, kayu, kulit, tepung sari, nektar, bunga,

buah, dan biji. Berdasarkan penelitian farmakologi, ditemukan

bahwa senyawa flavonoid berkhasiat sebagai antifungi, diuretic,

antihistamin, antihipertensi, insektisida, bakterisida serta antivirus.

Flavonoid sebagai antibakteri bekerja dengan membentuk senyawa

kompleks terhadap protein ekstraseluler sel yang mengganggu

integritas membran bakteri (Kurniawan, 2012).

Kandungan antibakteri ekstrak daun alpukat telah terbukti memiliki

daya hambat terhadap pertumbuhan Enterococcus faecalis. Penelitian ini

dilakukan oleh Felina dkk di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hang

Tuah. Berdasarkan penelitian tersebut diketahui bahwa ekstrak daun

alpukat konsentrasi 25%, 50%, dan 100% dapat menghambat pertumbuhan

Enterococcus faecalis dengan perbedaan yang bermakna. Daya hambat

terbesar dihasilkan ekstrak daun alpukat konsentrasi 100% yaitu sebesar

sebelas koma delapan dua milimeter (Charyadie, 2014).

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bahan Cetak 2.1.1 ......8 cetakan tergantung dari jenis bahan cetak yang digunakan. (John, 2014). 2.1.2. Kriteria Bahan Cetak Bahan cetak harus memenuhi

23

Penelitian lain mengenai efektifitas daun alpukat dalam menghambat

Streptococcus mutans dalam media BHI (Brain Heart Infusion) juga telah

dilakukan oleh Fauzia dan Astari Larasati dan Astari (2008), hasilnya

diperoleh ekstrak daun alpukat 25% dapat menghambat 1 dari 6 kelompok

Streptococcus mutans, sedangkan konsentrasi 100% dapat menghambat 5

dari 6 kelompok Streptococcus mutans (Larasati dan Astari, 2008).

2.4. Gipsum

Dalam bidang kedokteran gigi, gipsum digunakan untuk membuat

model studi, model kerja, dan die. Gipsum dibagi menjadi 5 tipe yaitu

(Powers, 2008):

1) Plaster Cetak (Tipe I)/ Impression plaster

2) Plaster Model (Tipe II)/ Dental plaster

3) Dental Stone (Tipe III)

4) Dental Stone, Kekuatan Tinggi (Tipe IV)

5) Dental Stone, Kekuatan Tinggi, Ekspansi Tinggi (Tipe V)

Secara umum gipsum termasuk bahan yang memiliki dimensi stabil

dalam jangka waktu lama. Semua produk gipsum terbentuk dari mineral

gipsum yang dihidrasi dari kalsium sulfat. Rumus kimia dari gipsum

adalah CaSO4.2H2O (John, 2014).

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bahan Cetak 2.1.1 ......8 cetakan tergantung dari jenis bahan cetak yang digunakan. (John, 2014). 2.1.2. Kriteria Bahan Cetak Bahan cetak harus memenuhi

24

2.4.1. Manipulasi

Manipulasi gipsum adalah mencampurkan bubuk gipsum

dengan air sesuai rasio yang dianjurkan oleh pabrik. Rasio bubuk

dan air berbeda setiap produk, sehingga petunjuk pabrik harus

benar-benar diperhatikan agar kekuatan dental stone sesuai yang

diharapkan. Setiap 100 mg bubuk gipsum dicampur dengan air

sejumlah 28-32 ml. Setting time gipsum dipengaruhi suhu air dan

suhu lingkungan. Peningkatan suhu ruangan 20-25°C menjadi suhu

37°C akan menurunkan setting time (John, 2014). Mixing time

yang dibutuhkan dalam manipulasi dental stone adalah 1 menit,

sedangkan setting time 1 jam setelah pengecoran (Batubara, 2013).

2.4.2. Pengecoran

Hasil cetakan alginat harus di cor dengan gipsum untuk

mendapatkan model diagnostik. Tahap awal adalah dengan

mempersiapkan bubuk gipsum dan air sesuai aturan pabrik. Bahan

dimasukkan dalam bowl, lalu diaduk menggunakan spatula dengan

kecepatan konstan. Kemudian hasil manipulasi dimasukkan

kedalam hasil cetakan alginat yang ditempatkan diatas vibrator

untuk melepaskan gelembung udara yang tejebak. Tunggu sampai

cetakan gipsum mengeras. Selama proses pengerasan, gipsum akan

melepaskan panas. Hasil pengecoran terbaik didapat dalam waktu 1

jam yang ditandai dengan berhentinya proses pelepasan panas dari

hasil cetakan gipsum. Alginat dan gipsum sebaiknya dipisahkan

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bahan Cetak 2.1.1 ......8 cetakan tergantung dari jenis bahan cetak yang digunakan. (John, 2014). 2.1.2. Kriteria Bahan Cetak Bahan cetak harus memenuhi

25

maksimal dalam waktu 1 jam karena jika lebih dari waktu tersebut

gipsum akan menjadi kasar dan berkapur, sedangkan alginat akan

kering dan kaku (Cangara, 2015).