BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anemia 2.1.1 Definisi Anemiaeprints.umm.ac.id/63432/3/BAB II.pdf · 2.1...

22
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anemia 2.1.1 Definisi Anemia Anemia adalah kondisi berkurangnya sel darah merah atau yang biasa disebut dengan eritrosit dalam sirkulasi darah atau hemoglobin sehingga tidak mampu memenuhi fungsinya sebagai pembawa oksigen ke seluruh jaringan (Astuti & Ertiana, 2018). Anemia didefinisikan suatu keadaan kadar hemoglobin di dalam darah lebih rendah dari rentang normal sesuai dengan umur dan jenis kelamin. (Adriani & Wijatmadi, 2016). Anemia merupakan istilah yang menunjukkan rendahnya sel darah merah dan kadar hematocrit di bawah nilai normal. Anemia bukan merupakan penyakit tetapi merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi tubuh. Secara fisiologis anemia terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin sebagai mengangkut oksigen ke seluruh jaringan tubuh (Wijaya & Putri, 2013). 2.1.2 Klasifikasi Anemia Berdasarkan faktor morfologik SDM dan indeksnya, antara lain (Wijaya & Putri, 2013). 1. Anemia Makroskopik atau Normositik Makrositik Memiliki SDM lebih besar dari normal (MCV>100) tetapi normokromik konsentrasi hemoglobin normal (MCHC normal). Keadaan ini disebabkan terganggunya atau terhentinya sitesis asam deoksibonukleat (DNA) yang ditemukan pada defisiensi B12, asam folat, dan pada pasien yang mengalami kemoterapi kanker disebabkan agen-agen menggangu sintesis DNA.

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anemia 2.1.1 Definisi Anemiaeprints.umm.ac.id/63432/3/BAB II.pdf · 2.1...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anemia 2.1.1 Definisi Anemiaeprints.umm.ac.id/63432/3/BAB II.pdf · 2.1 Anemia 2.1.1 Definisi Anemia Anemia adalah kondisi berkurangnya sel darah merah

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anemia

2.1.1 Definisi Anemia

Anemia adalah kondisi berkurangnya sel darah merah atau yang biasa

disebut dengan eritrosit dalam sirkulasi darah atau hemoglobin sehingga

tidak mampu memenuhi fungsinya sebagai pembawa oksigen ke seluruh

jaringan (Astuti & Ertiana, 2018).

Anemia didefinisikan suatu keadaan kadar hemoglobin di dalam darah

lebih rendah dari rentang normal sesuai dengan umur dan jenis kelamin.

(Adriani & Wijatmadi, 2016).

Anemia merupakan istilah yang menunjukkan rendahnya sel darah

merah dan kadar hematocrit di bawah nilai normal. Anemia bukan

merupakan penyakit tetapi merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit

atau gangguan fungsi tubuh. Secara fisiologis anemia terjadi apabila

terdapat kekurangan jumlah hemoglobin sebagai mengangkut oksigen ke

seluruh jaringan tubuh (Wijaya & Putri, 2013).

2.1.2 Klasifikasi Anemia

Berdasarkan faktor morfologik SDM dan indeksnya, antara lain (Wijaya &

Putri, 2013).

1. Anemia Makroskopik atau Normositik Makrositik

Memiliki SDM lebih besar dari normal (MCV>100) tetapi

normokromik konsentrasi hemoglobin normal (MCHC normal).

Keadaan ini disebabkan terganggunya atau terhentinya sitesis asam

deoksibonukleat (DNA) yang ditemukan pada defisiensi B12, asam

folat, dan pada pasien yang mengalami kemoterapi kanker disebabkan

agen-agen menggangu sintesis DNA.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anemia 2.1.1 Definisi Anemiaeprints.umm.ac.id/63432/3/BAB II.pdf · 2.1 Anemia 2.1.1 Definisi Anemia Anemia adalah kondisi berkurangnya sel darah merah

5

a. Anemia yang Megaloblastic berkaitan dengan kekurangan dari

vitamin B12 dan asam folic tidak cukup atau penyerapan yang tidak

mencukupi, kekurangan folate secara normal tidak menghasilkan

gejala jika B12 cukup. Anemia megaloblastic merupakan penyebab

paling umum anemia macroytic.

b. Anemia pernisiosa merupakan suatu kondisi autoimmune yang

melawan sel parietal dari perut. Sel parietal menghasilkan faktor

intrinsic, diperlukan dalam menyerap vitamin B12 dari makanan.

Penghancuran dari sel parietal menyebabkan kematian faktor

intrinsic dan tidak dapat menyerap vitamin B12.

2. Anemia Mikrositik

Anemia Hipokromik mikroskotik, Mikroskotik adalah sel kecil,

hipokronik adalah pewarna yang berkurang. Sel-sel ini mengandung

hemoglobin dalam jumlah yang kurang dari jumlah normal, keadaan ini

menyebabkan kekurangan zat besi seperti anemia pada defisiensi besi,

kehilangan darah kronis dan gangguan sintesis globin.

a. Anemia kekurangan besi merupakan jenis anemia yang paling umum

dari semua jenis anemia dan yang paling sering adalah microytic

hypochromic. Anemia kekurangan besi disebabkan ketika

penyerapan atau masukan dari zat besi tidak cukup. Zat besi adalah

suatu zat di dalam tubuh yang erat dengan ketersediaan jumlah darah

yang diperlukan dan kekurangan zat besi mengakibatkan

berkurangnya hemoglobin di dalam sel darah merah.

b. Hemoglobinopathies lebih jarang. Di masyarakat kondisi ini adalah

lazim seperti anemia sel sabit merupakan kondisi sel-sel darah merah

berbentuk bulan sabit, dan thalassemia merupakan penyakit kelainan

darah

3. Anemia Normositik

SDM memiliki ukuran dan bentuk normal serta mengandung jumlah

hemoglobin normal. (MCV dan MHCH normal atau rendah) tetapi

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anemia 2.1.1 Definisi Anemiaeprints.umm.ac.id/63432/3/BAB II.pdf · 2.1 Anemia 2.1.1 Definisi Anemia Anemia adalah kondisi berkurangnya sel darah merah

6

mengalami anemia. Penyebab anemia jenis ini adalah pendarahan yang

akut, anemia dari penyakit yang kronis, anemia yang aplastic (kegagalan

sumsum tulang).

2.1.3 Tanda dan gejala

Menurut (Handayani & Haribowo, 2008) tanda dan gejala anemia yaitu:

1. Gejala umum pada anemia Gejala umum anemia disebut sindrom anemia.

Gejala umum anemia merupakan gejala yang timbul pada semua anemia

pada kadar hemoglobin yang sudah menurun di bawah nilai normal.

Gejala-gejala tersebut diklasifikasikan menurut organ yang terkena:

a. Sistem kardiovaskuler: lesu, cepat lelah, palpitasi, takikardi, sesak

nafas, saat beraktivitas, gagal jantung

b. Sistem saraf: sakit kepala, pusing, telinga mendenging, mata

berkunang, kelemahan otot, iritabilitasi, lesu, serta perasaan dingin

pada akstermitas

c. Sistem urogenital: gangguan haid dan libido menurun

d. Epitel: warna kulit pucat pada kulit dan mukosa, elastisitas kulit

menurun, rambut tipis dan halus

2. Gejala khas masing-masing anemia

Gejala khas menjadi ciri dari masing-masing jenis anemia adalah:

a. Anemia defisiensi besi: disfagia, atrofi papil lidah, stomatitis angularis

b. Anemia defisiensi asam folat: lidah merah

c. Anemia hemolitik: icterus dan hepatosplenomegaly

d. Anemia aplastic: pendarahan kulit atau mukosa dan tanda infeksi.

2.1.4 Etiologi Anemia

Jenis anemia berdasarkan penyebabnya yaitu (Wijaya & Putri, 2013)

1. Anemia pasca pendarahan

Terjadi akibat pendarahan massif seperti kecelakaan, operasi dan

persalinan dengan pendarahan

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anemia 2.1.1 Definisi Anemiaeprints.umm.ac.id/63432/3/BAB II.pdf · 2.1 Anemia 2.1.1 Definisi Anemia Anemia adalah kondisi berkurangnya sel darah merah

7

2. Anemia defisiensi

Terjadi karena kekurangan bahan baku pembuat sel darah

Hasil Penelitian di bagian Ilmu Kesehatan Anak penyebab anemia defisiensi

besi menurut umur adalah:

1) Bayi di bawah umur 1 tahun

Persediaan besi kurang karena berat badan lahir rendah atau lahir

kembar

2) Anak berumur 1-2 tahun

Masukan besi yang kurang karena tidak mendapat makanan tambahan

Kebutuhan meningkat akibat infeksi berulang

Malabsorbsi

Kehilangan darah berlebihan akibat pendarahan karena infeksi parasite

dan diverticulum meckeli

3) Anak berumur 2-5 tahun

Masukan besi kurang karena jenis makanan

Kebutuhan meningkat karena infeksi berulang

Kehilangan darah berlebihan akibat pendarahan karena infeksi parasite

dan diverticulum meckeli

4) Anak berumur 5 tahun- masa remaja

Kehilangan berlebihan karena pendarahan antara lain akibat infestasi

parasit dan poliposis

5) Usia remaja-dewasa

Pada wanita yaitu karena menstruasi berlebihan

3. Anemia hematolik

Terjadi karena penghancuran sel darah merah yang berlebihan

a. Faktor Intrasel

Faktor yang berasal dari dalam sel seperti, talasemia, hemoglobnopatia

(talasemia HbE, sickle cell anemia) sterositas, defisiensi enzim eritrosit

(G-6PD, piruvatkinase, glutation reductase).

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anemia 2.1.1 Definisi Anemiaeprints.umm.ac.id/63432/3/BAB II.pdf · 2.1 Anemia 2.1.1 Definisi Anemia Anemia adalah kondisi berkurangnya sel darah merah

8

b. Faktor Ekstrasel

Faktor yang berasal dari luar sel seperti, Intoksikas, infeksi (malaria),

Imunologis (inkompatibilitas golongan darah, reaksi hematolik pada

transfusi darah).

4. Anemia Aplastik

Terjadi karena terhentinya pembuatan sel darah sumsum tulang atau

kerusakan sumsung tulang.

Hasil Penelitian di bagian Ilmu Kesehatan Anak penyebab anemia menurut

umur adalah :

a. Bayi di bawah umur 1 tahun

Persediaan besi kurang karena berat badan lahir rendah atau lahir

kembar

b. Anak berumur 1-2 tahun

Masukan besi yang kurang karena tidak mendapat makanan

tambahan

Kebutuhan meningkat akibat infeksi berulang

Malabsorbsi

Kehilangan darah berlebihan akibat pendarahan karena infeksi

parasite dan diverticulum meckeli

c. Anak berumur 2-5 tahun

Masukan besi kurang karena jenis makanan

Kebutuhan meningkat karena infeksi berulang

Kehilangan darah berlebihan akibat pendarahan karena infeksi

parasite dan diverticulum meckeli

d. Anak berumur 5 tahun- masa remaja

Kehilangan berlebihan karena pendarahan antara lain akibat

infestasi parasit dan polyposis

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anemia 2.1.1 Definisi Anemiaeprints.umm.ac.id/63432/3/BAB II.pdf · 2.1 Anemia 2.1.1 Definisi Anemia Anemia adalah kondisi berkurangnya sel darah merah

9

e. Usia remaja-dewasa

Pada wanita yaitu karena menstruasi berlebihan

2.1.5 Patofisiologi

Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum tulang

atau kehilangan sel darah merah secara berlebihan. Kegagalan sumsum tulang

dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, invasi tumor atau kebanyakan akibat

penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui

pendarahan destruksi, dapat mengakibatkan defek sel merah yang tidak sesuai

dengan ketahanan sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah

merah.

Pecah atau rusaknya sel darah merah terjadi terutama dalam hati dan

limpa. Hasil samping proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran

darah. Setiap kenaikan destruksi sel merah atau hemolisis segera direfleksikan

dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal kurang lebih 1

mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sklera). Apabila sel

darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi (pada kelainan

hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma hemoglobinemia.

Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma

(Protein pengikat hemoglobin yang terlepas dari sel darah merah yang telah

rusak) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam

glomerulus ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria).

Anemia pada pasien disebabkan oleh penghancuran sel darah merah

atau produksi sel darah merah yang tidak mencukupi biasanya dapat diperoleh

dengan dasar menghitung retikulosit dalam sirkulasi darah, derajat proliferasi

sel darah merah muda dalam sumsum tulang dan cara pematanganya, seperti

yang terlihat dalam biopsy dan ada tidaknya hyperbilirubinemia dan

hemoglobinemia.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anemia 2.1.1 Definisi Anemiaeprints.umm.ac.id/63432/3/BAB II.pdf · 2.1 Anemia 2.1.1 Definisi Anemia Anemia adalah kondisi berkurangnya sel darah merah

10

Anemia defisiensi zat besi adalah anemia yang paling sering

menyerang anak-anak, bayi cukup bulan yang lahir dari ibu nonanemik dan

bergizi baik, memiliki cukup persediaa zat besi sampai berat badan lahirnya

menjadi dua kali lipat pada umumnya saat berusia 46 bulan. Sesudah itu zat

besi harus tersedia dalam makanan untuk memenuhi kebutuhan anak. Jika

asupan zat besi dari makanan tidak mencukupi maka terjadi anemia defisiensi

zat besi. Hal ini paling sering terjadi karena pengenalan makanan padat yang

terlalu dini (sebelum usia 4-6 bulan) dihentikannya susu formula bayi yang

mengandung zat besi atau ASI sebelum usia 1 tahun dan minum susu sapi

berlebihan tanpa tambahan makanan pada kaya besi. Bayi yang tidak cukup

bulan, bayi dengan perdarahan perinatal berlebihan atau bayi dari ibu yang

kurang gizi dan kurang zat besi juga tidak memiliki cadangan zat besi yang

adekuat. Bayi ini berisiko lebih tinggi menderita anemia defisiensi besi

sebelum berusia 6 bulan.

Anemia defisiensi zat besi dapat juga terjadi karena kehilangan darah

yang kronik. Pada Bayi terjadi karena perdarahan usus kronik yang

disebabkan oleh protein dalam susu sapi yang tidak tahan panas. Pada anak

sembarang umur kehilangan darah sebanyak 1-7 ml dari saluran cerna setiap

hari menyebabkan anemia defisiensi zat besi. Pada remaja putri anemia

defisiensi zat besi juga dapat terjadi karena menstruasi yang berlebihan.

Anemia aplastik diakibatkan karena rusaknya sumsum tulang.

Gangguannya berupa berkurangnya sel darah dalam darah tepi sebagai akibat

terhentinya pembentukan sel hemopoetik (sel-sel sumsum tulang yang

memproduksi sel darah merah, sel darah putih, dan kepingan darah) dalam

sumsum tulang. Aplasia dapat terjadi hanya pada satu, dua atau ketiga sistem

hemopoetik (eritropoetik, granulopoetik dan trombopoetik).

Aplasia hanya mengenai sistem eritropoetik disebut eritroblastopenia

(anemia hipoplastik). Aplasia mengenai sistem granulopoetik disebut

agranulosistosis (Penyakit Schultz), dan aplasia mengenai sistem

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anemia 2.1.1 Definisi Anemiaeprints.umm.ac.id/63432/3/BAB II.pdf · 2.1 Anemia 2.1.1 Definisi Anemia Anemia adalah kondisi berkurangnya sel darah merah

11

trombopoetik disebut amegakariositik trombositopenik (ATP). Bila mengenai

ketiga-tiga sistem disebut panmieloptisis atau lazimnya disebut anemia

aplastik.

Kekurangan asam folat akan mengakibatkan anemia megaloblastik.

Asam folat merupakan bahan esensial untuk sintesis DNA (Desoxyri

bonucleic acid) dan RNA (Ribonucleid acid), yang penting sekali untuk

metabolisme inti sel dan pematangan sel.

(Wijaya & Putri, 2013)

2.1.6 Manifestasi Klinis

Sistem organ yang dapat terkena anemia dapat menimbulkan

manifestasi klinis yang luas tergantung pada usia, mekanisme kompensasi,

kecepatan timbulnya anemia, tingkat aktivitasnya, keadaan penyakit yang

mendasari dan beratnya anemia (Wijaya & Putri, 2013).

Manifestasi klinis berdasarkan jenis anemia yaitu:

1. Anemia karena pendarahan

Pendarahan akut merupakan akibat kehilangan darah lebih cepat

terjadi karena reflek kardiovaskuler fisiologis berupa kontraksi arteriola,

pengurangan aliran darah. Gejala yang timbul tergantung cepat dan

banyaknya darah yang hilang dan tubuh masih dapat melakukan

kompensasi. Kehilangan darah sebanyak 12-15% akan tampak gejala

pucat, takikardi, tekanan darah rendah atau normal. Kehilangan darah

sebanyak 15-20% dapat mengakibatkan tekanan darah menurun dan dapat

terjadi syock yang masih reversible. Kehilangan darah lebih dari 20%

dapat menimbulkan syock yang irreversible dengan angka kematian

tinggi.

Pendarahan kronik, leukosit (15.000-20.000/mm³) nilai hemoglobin,

eritrosit dan hematocrit rendah akibat hemodelusi.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anemia 2.1.1 Definisi Anemiaeprints.umm.ac.id/63432/3/BAB II.pdf · 2.1 Anemia 2.1.1 Definisi Anemia Anemia adalah kondisi berkurangnya sel darah merah

12

2. Anemia defisiensi

a. Anemia defisiensi besi (DB)

Pucat merupakan tanda yang paling sering, bila hemoglobin

menurun sampai 5g/dl iritabilitas dan anorexia, takikardi dan bising

usus menurun. Pada kasus berat akan mengakibatkan perubahan pada

kulit dan mukosa yang progresif seperti lidah yang halus, terdapat

tanda-tanda malnutrisi. Hasil laboratorium hemoglobin 6-10g/dl,

trombositosis (600.000-1.000.000)

b. Anemia defisiensi asam folat

Tanda dan gejala pada anemia defisiensi asam folat sama dengan

anemia defisiensi besi. Anemia megaloblastic mungkin dapat

ditemukan gejala neurologis seperti gangguan kepribadian dan

hilangnya daya ingat. Gambaran darah seperti anemia pernisiosa tetapi

kadar vitamin B 12 serum normal dan asam folat serum rendah,

biasanya kurang dari 3ng/ml. Menentukan diagnose adalah kadar folat

sel darah merah kurang dari 150ng/ml.

3. Anemia hemotolik

a. Anemia hemotolik autoimun

Anemia ini bervariasi dari yang anemia ringan sampai dengan anemia

yang berat dan bisa mengancam jiwa. Keluhan pada anemia ini adalah

fatigue dapat terlihat bersama gagal jantung kongestif dan angina.

Biasanya ditemukan icterus dan spleno megali. Jika pasien

mempunyai penyakit dasar seperti LES atau Leukimia Limfositik

Kronik, gambaran klinis pasien tersebut dapat terlihat. Hasil

pemeriksaan laboratorium ditemukan kadar HB yang bervariasi dari

ringan sampai berat (HT<10%) Retikulositosis dan Sferositosis

biasanya dapat dilihat pada apusan darah tepi. Pada kasus hemolysis

berat, penekanan pada sumsum tulang dapat mengakibatkan SDM

yang terpecah.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anemia 2.1.1 Definisi Anemiaeprints.umm.ac.id/63432/3/BAB II.pdf · 2.1 Anemia 2.1.1 Definisi Anemia Anemia adalah kondisi berkurangnya sel darah merah

13

b. Anemia hemotolik kekurangan enzim

Manifestasi klinik beragam mulai beragam mulai dari anemia

hematolik neonatus berat sampai ringan, hemolisis yang

terkompensasi dengan baik dan tampak pertama pada dewasa.

Polikromatofilia dan mikrositosis ringan menggambarkan angka

kenaikan retikulosit. Manifestasi klinis sangat beragam tergantung dari

jenis kekurangan enzim, defisiensi enzim glutation reductase kadang

disertai trombopenia dan leukopenia disertai kelainan neurologis.

Defisiensi piruvatkinase khasnya ada peningkatan kadar 2,3

difosfogliserat. Defesiensi Triose Phosphate-Isomerase (TPI) gejala

menyerupai sferositosis, tetapi tidak ada peninggian fragilitas osmotic

dan hapusan darah tepi tidak ditemukan sferosit

c. Sferositosis herediter

Sferositosis herediter menyebabkan penyakit hematolik pada bayi baru

lahir dan tampak dengan anemia dan hyperbilirubinemia yang cukup

berat. Sebagian penderita tidak terdapat gejala sampai dewasa

sedangkan sebagian lainnya mungkin mengalami anemia berat yang

pucat, icterus, lesu dan intoleransi aktivitas. Hasil hemolisis yaitu

retikulositosis dan hiperbirubinemia. Kadar Hb biasanya 6-10g/dL.

Angka retikulositosis sering meningkat sampai 6-20% dengan nilai

10%. Eritrosit pada apus darah tepi berukuran bervariasi dan terdiri

dari retikulosit polikromatofilik dan sferosis

d. Thalasemia

Anemia berat tipe mikrositik dengan limpa dan hepar yang membesar.

Pada anak biasanya disertai keadaan gizi yang buruk dan mukanya

memperlihatkan fasies mongoloid. Jumlah retikulosit dalam darah

meningkat. Hasil laboratorium thalasiemia ß HbF>90% tidak ada Hb

A. Pada thalasiemia –a anemianya tidak sampai memerlukan transfusi

darah, mudah terjadi hemolisis akut pada serangan infeksi berat, kadar

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anemia 2.1.1 Definisi Anemiaeprints.umm.ac.id/63432/3/BAB II.pdf · 2.1 Anemia 2.1.1 Definisi Anemia Anemia adalah kondisi berkurangnya sel darah merah

14

Hb 7-10g/dL, sediaan apus darah tepi memperlihatkan tanda

hipokromia yang nyata dengan anisositosis (ukuran sel darah merah

berbeda tidak seragam) dan poikilositosis (sel darah merah berbeda

bentuk karena abnormalitas).

4. Anemia Aplastik

Anemia aplastic biasanya khas dan bertahap ditandai oleh kelemahan,

pucat, sesak nafas pada saat latihan. Hasil laboratorium biasanya

ditemukan pansitopenia, sel darah merah normositik dan normokromik

artinya ukuran dan warnanya normal, pendarahan abnormal akibat

trombositopenia

2.1.7 Data Penunjang

Pemeriksaan laboratorium adalah penunjang diagnostic dalam

menentukan diagnosa anemia. Pemeriksaan ini terdiri dari beberapa

pemeriksaan yaitu:

1) Pemeriksaan penyaring (sceening test)

2) Pemeriksaan darah seri anemia

3) Pemeriksaan sumsum tulang

4) Pemeriksaan khusus

a. Pemeriksaan Penyaring

Pemeriksaan penyaring pada anemia terdiri dari pengukuran kadar

hemoglobin, hapusan darah tepi, indeks eritrosit. Dari pemeriksaan ini

dapat dipastikan adanya anemia serta jenis morfologik anemia, dan

sangat berguna untuk menentukan diagnosis lebih lanjut.

b. Pemeriksaan darah seri anemia

Pemeriksaan darah seri anemia terdiri dari hitungan trombosit, leukosit,

laju endap darah dan hitungan retikulosit. Automatic hematology

analyzer yang dapat memberikan presisi hasil lebih baik.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anemia 2.1.1 Definisi Anemiaeprints.umm.ac.id/63432/3/BAB II.pdf · 2.1 Anemia 2.1.1 Definisi Anemia Anemia adalah kondisi berkurangnya sel darah merah

15

c. Pemeriksaan sumsum tulang

Pemeriksaan sumsung tulang memberikan informasi mengenai keadaan

sistem hematopoiesis. Pemeriksaan ini dibutuhkan untuk menentukan

diagnosis definitif pada beberapa jenis anemia. Pemeriksaan sumsung

tulang diperlukan untuk diagnosis anemia aplastic, anemia megaloblastic

serta kelainan hematologic.

d. Pemeriksaan khusus

Pemeriksaan ini hanya dikerjakan atas indikasi khusus, seperti pada:

a) Anemia defisiensi besi: serum, TIBC (total iron binding capacity),

reseptor transferrin, protoporfirin eritrosit, saturasi transferrin dan

pengecatan besi pada sumsum tulang

b) Anemia megalobastik: Folat serum, tes supresi deoksiuridin, vitamin

B12 serum dan test schilling

c) Anemia hemolitik: test comb, elektroforesis hemoglobin, bilirubin

serum

d) Anemia Aplastik: biopsy sumsum tulang

Jika diperlukan pemeriksaan non-hematologik tertentu seperti pemeriksaan

faal hati, faal ginjal, atau faal tiroid (Bakta , 2017)

2.1.8 Cara Mengobati dan Pencegahan Anemia

1. Asupan Makanan

Makanan yang kaya zat besi

Besi adalah mineral mikro yang paling banyak ada di dalam

tubuh manusia dan hewan, di dalam tubuh manusia dewasa terdapat

sekitar 3,5 gram. Zat besi terdapat banyak juga di dalam makanan

(Almatsier, 2014).

Sumber zat besi adalah makanan hewani seperti daging,

ayam, dan ikan. Sumber lainnya adalah telur, kacang-kacangan,

sayur hijau dan beberapa jenis buah (Marmi, 2013). Sumber

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anemia 2.1.1 Definisi Anemiaeprints.umm.ac.id/63432/3/BAB II.pdf · 2.1 Anemia 2.1.1 Definisi Anemia Anemia adalah kondisi berkurangnya sel darah merah

16

makanan yang mengandung zat besi yang mudah diabsorbsi oleh

tubuh adalah protein hewani seperti daging, ikan, telur, dan lainnya

(Irianto , 2014).

Pada umumnya makanan zat besi di dalam daging, ayam, dan

ikan mempunyai ketersediaan yang tinggi dalam zat besi. Zat besi

yang terdapat pada serealia dan kacang-kacangan mempunyai

ketersediaan yang sedang. Sedangkan, zat besi yang terdapat pada

sebagian sayur-sayuran terutama yang mengandung asam oksalat

tinggi seperti bayam yang mempunyai ketersediaan yang rendah

(Almatsier, 2014).

Makan yang mengandung vitamin C

Fungsi vitamin C adalah meningkatkan daya tahan tubuh dari

serangan penyakit dan membantu proses penyembuhan luka,

meningkatkan sel-sel darah putih yang dapat melawan infeksi

sehingga flu dapat sembuh dengan cepat, membantu mengaktifkan

asam folat dan meningkatkan penyerapan zat besi mencegah anemia

(Dwi, 2010)

Fasilitator absorbsi besi sangat dikenal dengan sebutan asam

askorbat atau vitamin C. Vitamin C sangat berpengaruh dalam

meningkatkan penyerapan zat besi. Vitamin C juga membantu

mengurangi efek penghambatan absorbsi zat besi pada tubuh, sangat

dianjurkan mengkonsumsi sumber vitamin C, seperti jambu biji,

jeruk, kiwi, apel dan sumber vitamin C yang lain (Almatsier, 2014).

2. Pemberian Suplement zat besi

Seseorang yang menderita anemia dapat diobati dengan

memberikan supplement zat besi, jika anemia sudah terjadi tubuh tidak

bisa menyerap zat besi dalam jumlah yang banyak dalam waktu yang

relative singkat. Oleh karena itu dapat diobati dengan cara memberikan

supplement zat besi. Supplement biasanya diberikan kepada golongan

yang rawan kurangan zat besi yaitu seperti balita, anak sekolah, wanita

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anemia 2.1.1 Definisi Anemiaeprints.umm.ac.id/63432/3/BAB II.pdf · 2.1 Anemia 2.1.1 Definisi Anemia Anemia adalah kondisi berkurangnya sel darah merah

17

usia subur, dan ibu hamil. Pemberian supplement tablet zat besi pada

golongan tersebut dilakukan karena kebutuhan zat besi yang sangat

besar sedangkan jika untuk asupan makanan saja tidak mencukupi

kebutuhan (Almatsier, 2014).

Bentuk-bentuk supplement zat besi anak adalah yaitu tetes, sirup,

tablet kunyah, jeli dan bubuk. Membaca aturan penggunaan pada

kemasan dan sesuai aturan dokter (IDAI, 2011).

Menurut IDAI (2011) memberikan 5 rekomendasi terkait

pemberian supplement besi untuk menanggulangi anemia defisiensi besi

yaitu:

Rekomendasi I

Supplement besi yang diberikan pada semua anak, di

prioritaskan mulai usia balita 0-5 tahun, terutama pada usia 0-2

tahun.

Rekomendasi II

Lama pemberian dan dosis supplement besi, yaitu

1) Bayi BBLR: <2.500 gram dengan dosis 3 mg/kgBB/hari sejak

usia 1 bulan sampai 2 tahun

2) Bayi cukup bulan dengan dosis 2 mg/kgBB/hari sejak usia 4

bulan smapai usia 2 tahun

3) Anak usia 2-5 tahun dengan dosis 1 mg/kgBB/hari sebanyak 2

kali seminggu selama 3 bulan berturut-turut setiap tahun

4) Anak usia 5-12 tahun dengan dosis 1 mg/kgBB/hari sebanyak 2

kali seminggu selama 3 bulan berturut-turut setiap tahun

5) Anak usia 12-18 tahun pemberian dosis 60 mg/hari sebanyak 2

kali seminggu selama 3 bulan berturut-turut setiap tahun

Dosis maksimum untuk bayi sebanyak 15 mg/hari dengan dosis

tunggal dan khusus untuk remaja perempuan pemberian supplement besi

ditambah 400 mg asam folat

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anemia 2.1.1 Definisi Anemiaeprints.umm.ac.id/63432/3/BAB II.pdf · 2.1 Anemia 2.1.1 Definisi Anemia Anemia adalah kondisi berkurangnya sel darah merah

18

Rekomendasi III

Saat ini belum perlu dilakukan uji tapis (skrinning) defisiensi

besi secara masal

Rekomendasi IV

Pemeriksaan kadar hemoglobin dilakukan mulai usia 2 tahun

dan selanjutnya setiap tahun sampai usia remaja. Bila kemungkinan

dari hasil pemeriksaan di dapatkan anemia, di cari penyebabnya dan

di rujuk.

Rekomendasi V

Pemerintah membuat kebijakan mengenai penyediaan

preparat besi dan alat lab untuk pemeriksaan status besi

3. Fortifikasi besi

Fortifikasi merupakan penambahan zat gizi yang diperoleh atau

sengaja ditambahkan dari luar dan bukan berasal dari bahan pangan asli

tersebut, dengan kriteria untuk penambahan zat gizi tertentu yang

berbeda (USDA, 2016).

Fortifikasi pangan sebagai salah satu upaya pemenuhan zat gizi

mikro masyarakat merupakan tindakan yang terbukti cost effective,

dikarenakan fortifikasi dilakukan melalui bahan pangan yang dikonsumsi

masyarakat secara luas terutama penduduk tidak mampu dan biaya yang

relative lebih rendah.

Fortifikasi pangan atau pengayaan zat gizi mikro pada bahan

makanan komersil seperti garam, tepung terigu, dan minyak goreng sawit

perlu dilakukan pemerintah untuk percepatan perbaikan gizi anak

Indonesia. Pemerintah yang terlibat yaitu Kementrian PPN/Bappenas

didukung oleh Koalisi Fortifikasi Indonesia (KFI), Nutrition

International, UNICEF, Kementrian Kesehatan, Kementrian

Perindustrian, Kementrian Kelautan dan Perikanan, Badan POM, dan

Badan Standardisasi Nasional.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anemia 2.1.1 Definisi Anemiaeprints.umm.ac.id/63432/3/BAB II.pdf · 2.1 Anemia 2.1.1 Definisi Anemia Anemia adalah kondisi berkurangnya sel darah merah

19

4. Pendidikan

Pendidikan gizi pada keluarga dan masyarakat hal yang paling

penting dalam pencegahan anemia. Perlu dijelaskan kepada keluarga dan

masyarakat bahwa kadar besi yang berasal dari ikan, hati, dan daging

lebih tinggi dibandingkan kadar besi berasal dari beras, gandum, kacang

kedelai dan bayam. Kelompok sasaran harus diberikan pendidikan yang

tepat tentang bahaya yang mungkin terjadi akibat anemia (Nurbadriyah,

2019)

5. Pengawasan infeksi dan parasite

Penyakit infeksi dan parasite adalah salah satu penyebab anemia

gizi besi karena parasit dalam jumlah ynag besar dapat mengganggu

penyerapan zat gizi. Dengan cara menanggulangi penyakit infeksi dan

memberantas parasite di harapkan dapat meningkatkan status besi dalam

tubuh. (Michael, 2010).

Upaya tersebut juga harus diikuti dengan peningkatan konsumsi

pangan yang seimbang dan beragam serta dapat menambahkan

supplement besi dan fortifikasi besi (Michael, 2010).

6. Pemeriksaan hemoglobin

Hemoglobin adalah protein yang kaya akan zat besi. Memiliki

daya gabung terhadap oksigen membentuk oxyhemoglobin di dalam sel

darah merah. Dengan melalui fungsi ini membawa oksigen dari paru-paru

ke jaringan tubuh. Pemeriksaan hemoglobin dilakukan di laboratorium.

Pemeriksaan hemoglobin pada pasien anemia harus dilakukan secara

rutin agar tidak terulang kembali penurunan kadar hemoglobin (Evelyn ,

2010).

2.1.9 Penatalaksanaan

Beberapa hal yang harus diperhatikan pada saat pemberian terapi pada

penderita anemia antara lain (Bakta , 2017)

a. Pengobatan diberikan berdasarkan hasil diagnose yang telah ditegakkan

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anemia 2.1.1 Definisi Anemiaeprints.umm.ac.id/63432/3/BAB II.pdf · 2.1 Anemia 2.1.1 Definisi Anemia Anemia adalah kondisi berkurangnya sel darah merah

20

b. Pemberian hematinik (obat yang membantu proses pembentukan sel

darah merah) tidak dianjurkan untuk pemberian tanpa indikasi yang jelas

c. Pengobatan anemia dapat berupa sebagai:

Terapi untuk keadaan darurat misalnya pendarahan akut akibat

anemia aplastic yang mengancam jiwa atau anemia pasca

pendarahan akut yang disertai dengan gangguan hemodinamik.

Terapi suportif, memberikan makan gizi seimbang terutama

mengandung kadar besi yang tinggi yang bersumber dari hewani

yaitu hati, limfa, daging dan dari nabati yaitu bayam, kacang-

kacangan.

Terapi untuk khusus untuk masing-masing jenis anemia

Terapi kausal untuk mengobati penyakit dasar yang menjadi

penyebab anemia tersebut

d. Dalam keadaan diagnose akurat tidak dapat ditegakkan, terpaksa

memberikan terapi percobaan ex juvantivus. Kita harus melakukan

pemantauan yang ketat pada respon terapi dan perubahan perjalanan

penyakit dan melakukan evaluasi tentang kemungkinan perubahan

diagnosis

e. Transfusi darah diberikan pada anemia setelah pendarahan akut dengan

tanda-tanda gangguan hemodinamik. Pada anemia kronik transfusi

hanya diberikan jika anemia bersifat adanya ancaman payah jantung

diberikan packed red cell jangan whole blood. Anemia kronik sering

dijumpai peningkatan volume darah oleh karena itu transfusi darah

harus diberikan tetesan secara pelan. Dapat juga diberikan diuretika

kerja cepat misalnya furosemide sebelum transfusi.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anemia 2.1.1 Definisi Anemiaeprints.umm.ac.id/63432/3/BAB II.pdf · 2.1 Anemia 2.1.1 Definisi Anemia Anemia adalah kondisi berkurangnya sel darah merah

21

2.2 Konsep Orangtua

2.2.1 Definisi Orangtua

Orangtua adalah setiap orang yang memiliki tanggung jawab dalam

suatu keluarga dan tugas rumah tangga dalam kehidupan sehari-hari sering

disebut sebagai ayah dan ibu

Orangtua adalah orang dewasa yang membawa anak ke tahapan yang

lebih dewasa, terutama dalam masa perkembanganya. Tugas orangtua

melengkapi dan mempersiapkan anak menuju dewasa dengan memberikan

bimbingan dan pengarahan yang dapat membantu anak dalam menjalani

kehidupan (Elizabeth B, 2011)

2.2.2 Peran Orangtua

Peran seorang ibu terhadap anaknya yang terkena anemia yaitu dengan

cara meningkatkan status gizi anak. Status gizi berhubungan dengan pola

makan dan pemilihan makanan yang tepat. Buah yang mengandung

vitamin C dan makanan yang bersumber dari vitamin C bermanfaat untuk

meningkatkan penyerapan zat besi seperti jambu, tomat, jeruk dan nanas.

Zat gizi makro seperti energy dan protein sedangkan zat mikro yaitu zat

besi, yodium dan vitamin A, dimana zat gizi tersebut terutama zat besi

salah satu dari unsur gizi sebagai komponen pembentukan hemoglobin.

Pendidikan gizi juga sangat memberikan pengaruh positif pada

pengetahuan gizi besi dan kadar hemoglobin. Orang tua juga berperan

dalam hal pengetahuan tentang penyebab terjadinya anemia pada anak

(Mumpuni, Widjanarko, & Indraswari, 2019).

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anemia 2.1.1 Definisi Anemiaeprints.umm.ac.id/63432/3/BAB II.pdf · 2.1 Anemia 2.1.1 Definisi Anemia Anemia adalah kondisi berkurangnya sel darah merah

22

2.3 Konsep Anak

2.3.1 Definisi

Anak merupakan makhluk yang unik, keluarga mengharapkan bahwa

anak akan bertumbuh dan berkembang secara optimal, faktor yang

mempengaruhi tumbuh kembang secara optimal yang paling dominan

setelah pascanatal adalah genetic, lingkungan dan keluarga (Soetjianingsih,

2014).

Definisi Anak dalam pasal 1 ayat 1 UU No 23 Tahun 2002 tentang

peradilan anak yaitu anak adalah seseorang yang belum berusia 18

(delapan belas) tahun dan termasuk anak dalam kandungan (Noviana,

2015).

2.3.2 Kebutuhan Dasar Anak

Kebutuhan Dasar Anak terbagi menjadi 3 jenis yaitu (Fazrin, Saputro,

Chusnatayaini, & Ningrum, 2017) :

1. Kebutuhan Asuh

Kebutuhan fisik-biomedis (asuh) pada anak yaitu:

a. Nutrisi yang adekuat

Kebutuhan akan asuh yang terpenting, nutrisi termasuk

pembangun tubuh yang mempengaruhi pertumbuhan dan

perkembangan, terutama perkembangan pada otak. Pemberian

ASI mempunyai kadar laktosa tinggi diperlukan untuk

pertumbuhan dan perkembangan otak. Pemberian makanan

tambahan yang tepat memberikan hasil pertumbuhan pada anak

dalam bentuk makanan tambahna yang seimbang.

b. Perawatan Kesehatan dasar

Imunisasi

Imunisasi yang lengkap mencegah timbulnya penyakit yang

menimbulkan kesakitan dan kematian.

Sebab morbiditas

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anemia 2.1.1 Definisi Anemiaeprints.umm.ac.id/63432/3/BAB II.pdf · 2.1 Anemia 2.1.1 Definisi Anemia Anemia adalah kondisi berkurangnya sel darah merah

23

Upaya deteksi dini, pengobatan dini serta tepat limitasi

kecacatan. Kesehatan anak harus dapat perhatian orang tua

yaitu dengan membawa ke tempat pelayanan kesehatan.

c. Pakaian

Pakaian yang layak dipakai, bersih dan aman (tidak mudah

terbakar, tidak panas, tanpa pernak-pernik yang mudah

menyebabkan anak kemasukan benda asing ke dalam tubuh).

d. Tempat tinggal

Keadaan rumah yang layak dan tidak menyebabkan

penghuninya, menjamin keselamatan dan kesehatan penghuninya.

e. Kebersihan diri dan sanitasi lingkungan

Penelitian (Annesi, 2010) cuci tangan yang tepat salah satu

cara sederhana untuk menjaga kebersihan diri dan efektif

menghentikan penyebaran infeksi.

Kebersihan lingkungan erat kaitannya dengan penyakit saluran

pernafasan, saluran pencernaan serta sakit akibat akibat nyamuk,

sehingga tenaga kesehatan memberikan pendidikan kesehatan

kepada masyarakat harus menunjukkan bagaimana membuat

lingkungan menjadi layak untuk tumbuh kembang anak.

f. Kesegaran jasmani

Penurunan tingkat aktivitas fisik berperan penting dalam

meningkatnya obesitas pada anak. Data sebagian besar

mendukung kesimpulan bahwa mayoritas anak cenderung tidak

aktif secara fisik (Dolinsky. D. H. et al, 2011)

2. Kebutuhan Asih

Kebutuhan asih adalah kebutuhan terhadap emosi yang meliputi

a. Kasih sayang orangtua atau keluarga

Keterikatan dan ikatan harus diperkuat dari awal masa kanak-

kanak. Hubungan emosional yang kuat dimiliki bayi dengan

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anemia 2.1.1 Definisi Anemiaeprints.umm.ac.id/63432/3/BAB II.pdf · 2.1 Anemia 2.1.1 Definisi Anemia Anemia adalah kondisi berkurangnya sel darah merah

24

keluarga dan pengasuh perlu diperkaya dan dikembangkan lebih

lanjut

b. Rasa Aman

Seorang anak akan merasa diterima oleh orang tuanya apabila dia

merasa bahwa kepentingannya diperhatikan serta merasa ada

hubungan yang erat antara anak dan keluarga

c. Harga diri

Setiap anak ingin mempunyai tempat dalam keluarga,

keinginanya diperhatikan, perkataanya didengarkan oleh orang tua

dan tidak diacuhkan.

d. Kebutuhan akan sukses

Setiap anak ingin merasa apa yang diharapkan dapat dilakukan

dan merasakan sukses setelah mencapai sesuatu yang diinginkan

orangtua. Jangan dipaksakan melakukan yang tidak sesuai

kemampuannya, jika anak gagal terjadi berulang kali anak akan

merasakan tidak percaya diri.

e. Mandiri

Kemandirian anak sebaiknya didasarkan pada perkembangan anak.

Apabila orangtua menutut anaknya untuk mandiri anak akan

merasa tertekan, anakn masih perlu bantuan untuk belajar.

f. Dorongan

Anak membutuhkan dorongan dari orang di sekelilingnya terutama

keluarga, yang berupa semangat bahwa anak dapat mengatasi

dengan baik

g. Kebutuhan mendapatkan kesempatan dan pengalaman

Anak diberikan kesempatan dan pengalaman dalam

mengembangkan sifat-sifat bawaanya, apabila anak menerima

hasil tanpa usaha, anak tidak akan senang karena anak ingin

menunjukkan kemampuannya dan ingin mempunyai pengalaman

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anemia 2.1.1 Definisi Anemiaeprints.umm.ac.id/63432/3/BAB II.pdf · 2.1 Anemia 2.1.1 Definisi Anemia Anemia adalah kondisi berkurangnya sel darah merah

25

h. Rasa memiliki

Kebutuhan anak akan merasa memiliki sesuatu harus diperhatikan.

Setiap benda miliknya yang dianggap berharga harus dapat

dimiliki sendiri. Orang tua dapat memberikan rasa memiliki pada

anak.

3. Kebutuhan Asah

Kebutuhan asah merupakan stimulasi dini perangsangan yang

dapat dari lingkungan luar anak seperti latihan dan bermain. Anak

yang banyak mempunyai stimulasi yang terarah akan cepat

berkembang dibandingkan dengan anak yang kurang atau bahkan tidak

mendapat stimulasi.