BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anemia 2.1.1 Definisi Anemiaeprints.umm.ac.id/63432/3/BAB II.pdf · 2.1...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anemia 2.1.1 Definisi Anemiaeprints.umm.ac.id/63432/3/BAB II.pdf · 2.1...
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anemia
2.1.1 Definisi Anemia
Anemia adalah kondisi berkurangnya sel darah merah atau yang biasa
disebut dengan eritrosit dalam sirkulasi darah atau hemoglobin sehingga
tidak mampu memenuhi fungsinya sebagai pembawa oksigen ke seluruh
jaringan (Astuti & Ertiana, 2018).
Anemia didefinisikan suatu keadaan kadar hemoglobin di dalam darah
lebih rendah dari rentang normal sesuai dengan umur dan jenis kelamin.
(Adriani & Wijatmadi, 2016).
Anemia merupakan istilah yang menunjukkan rendahnya sel darah
merah dan kadar hematocrit di bawah nilai normal. Anemia bukan
merupakan penyakit tetapi merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit
atau gangguan fungsi tubuh. Secara fisiologis anemia terjadi apabila
terdapat kekurangan jumlah hemoglobin sebagai mengangkut oksigen ke
seluruh jaringan tubuh (Wijaya & Putri, 2013).
2.1.2 Klasifikasi Anemia
Berdasarkan faktor morfologik SDM dan indeksnya, antara lain (Wijaya &
Putri, 2013).
1. Anemia Makroskopik atau Normositik Makrositik
Memiliki SDM lebih besar dari normal (MCV>100) tetapi
normokromik konsentrasi hemoglobin normal (MCHC normal).
Keadaan ini disebabkan terganggunya atau terhentinya sitesis asam
deoksibonukleat (DNA) yang ditemukan pada defisiensi B12, asam
folat, dan pada pasien yang mengalami kemoterapi kanker disebabkan
agen-agen menggangu sintesis DNA.
5
a. Anemia yang Megaloblastic berkaitan dengan kekurangan dari
vitamin B12 dan asam folic tidak cukup atau penyerapan yang tidak
mencukupi, kekurangan folate secara normal tidak menghasilkan
gejala jika B12 cukup. Anemia megaloblastic merupakan penyebab
paling umum anemia macroytic.
b. Anemia pernisiosa merupakan suatu kondisi autoimmune yang
melawan sel parietal dari perut. Sel parietal menghasilkan faktor
intrinsic, diperlukan dalam menyerap vitamin B12 dari makanan.
Penghancuran dari sel parietal menyebabkan kematian faktor
intrinsic dan tidak dapat menyerap vitamin B12.
2. Anemia Mikrositik
Anemia Hipokromik mikroskotik, Mikroskotik adalah sel kecil,
hipokronik adalah pewarna yang berkurang. Sel-sel ini mengandung
hemoglobin dalam jumlah yang kurang dari jumlah normal, keadaan ini
menyebabkan kekurangan zat besi seperti anemia pada defisiensi besi,
kehilangan darah kronis dan gangguan sintesis globin.
a. Anemia kekurangan besi merupakan jenis anemia yang paling umum
dari semua jenis anemia dan yang paling sering adalah microytic
hypochromic. Anemia kekurangan besi disebabkan ketika
penyerapan atau masukan dari zat besi tidak cukup. Zat besi adalah
suatu zat di dalam tubuh yang erat dengan ketersediaan jumlah darah
yang diperlukan dan kekurangan zat besi mengakibatkan
berkurangnya hemoglobin di dalam sel darah merah.
b. Hemoglobinopathies lebih jarang. Di masyarakat kondisi ini adalah
lazim seperti anemia sel sabit merupakan kondisi sel-sel darah merah
berbentuk bulan sabit, dan thalassemia merupakan penyakit kelainan
darah
3. Anemia Normositik
SDM memiliki ukuran dan bentuk normal serta mengandung jumlah
hemoglobin normal. (MCV dan MHCH normal atau rendah) tetapi
6
mengalami anemia. Penyebab anemia jenis ini adalah pendarahan yang
akut, anemia dari penyakit yang kronis, anemia yang aplastic (kegagalan
sumsum tulang).
2.1.3 Tanda dan gejala
Menurut (Handayani & Haribowo, 2008) tanda dan gejala anemia yaitu:
1. Gejala umum pada anemia Gejala umum anemia disebut sindrom anemia.
Gejala umum anemia merupakan gejala yang timbul pada semua anemia
pada kadar hemoglobin yang sudah menurun di bawah nilai normal.
Gejala-gejala tersebut diklasifikasikan menurut organ yang terkena:
a. Sistem kardiovaskuler: lesu, cepat lelah, palpitasi, takikardi, sesak
nafas, saat beraktivitas, gagal jantung
b. Sistem saraf: sakit kepala, pusing, telinga mendenging, mata
berkunang, kelemahan otot, iritabilitasi, lesu, serta perasaan dingin
pada akstermitas
c. Sistem urogenital: gangguan haid dan libido menurun
d. Epitel: warna kulit pucat pada kulit dan mukosa, elastisitas kulit
menurun, rambut tipis dan halus
2. Gejala khas masing-masing anemia
Gejala khas menjadi ciri dari masing-masing jenis anemia adalah:
a. Anemia defisiensi besi: disfagia, atrofi papil lidah, stomatitis angularis
b. Anemia defisiensi asam folat: lidah merah
c. Anemia hemolitik: icterus dan hepatosplenomegaly
d. Anemia aplastic: pendarahan kulit atau mukosa dan tanda infeksi.
2.1.4 Etiologi Anemia
Jenis anemia berdasarkan penyebabnya yaitu (Wijaya & Putri, 2013)
1. Anemia pasca pendarahan
Terjadi akibat pendarahan massif seperti kecelakaan, operasi dan
persalinan dengan pendarahan
7
2. Anemia defisiensi
Terjadi karena kekurangan bahan baku pembuat sel darah
Hasil Penelitian di bagian Ilmu Kesehatan Anak penyebab anemia defisiensi
besi menurut umur adalah:
1) Bayi di bawah umur 1 tahun
Persediaan besi kurang karena berat badan lahir rendah atau lahir
kembar
2) Anak berumur 1-2 tahun
Masukan besi yang kurang karena tidak mendapat makanan tambahan
Kebutuhan meningkat akibat infeksi berulang
Malabsorbsi
Kehilangan darah berlebihan akibat pendarahan karena infeksi parasite
dan diverticulum meckeli
3) Anak berumur 2-5 tahun
Masukan besi kurang karena jenis makanan
Kebutuhan meningkat karena infeksi berulang
Kehilangan darah berlebihan akibat pendarahan karena infeksi parasite
dan diverticulum meckeli
4) Anak berumur 5 tahun- masa remaja
Kehilangan berlebihan karena pendarahan antara lain akibat infestasi
parasit dan poliposis
5) Usia remaja-dewasa
Pada wanita yaitu karena menstruasi berlebihan
3. Anemia hematolik
Terjadi karena penghancuran sel darah merah yang berlebihan
a. Faktor Intrasel
Faktor yang berasal dari dalam sel seperti, talasemia, hemoglobnopatia
(talasemia HbE, sickle cell anemia) sterositas, defisiensi enzim eritrosit
(G-6PD, piruvatkinase, glutation reductase).
8
b. Faktor Ekstrasel
Faktor yang berasal dari luar sel seperti, Intoksikas, infeksi (malaria),
Imunologis (inkompatibilitas golongan darah, reaksi hematolik pada
transfusi darah).
4. Anemia Aplastik
Terjadi karena terhentinya pembuatan sel darah sumsum tulang atau
kerusakan sumsung tulang.
Hasil Penelitian di bagian Ilmu Kesehatan Anak penyebab anemia menurut
umur adalah :
a. Bayi di bawah umur 1 tahun
Persediaan besi kurang karena berat badan lahir rendah atau lahir
kembar
b. Anak berumur 1-2 tahun
Masukan besi yang kurang karena tidak mendapat makanan
tambahan
Kebutuhan meningkat akibat infeksi berulang
Malabsorbsi
Kehilangan darah berlebihan akibat pendarahan karena infeksi
parasite dan diverticulum meckeli
c. Anak berumur 2-5 tahun
Masukan besi kurang karena jenis makanan
Kebutuhan meningkat karena infeksi berulang
Kehilangan darah berlebihan akibat pendarahan karena infeksi
parasite dan diverticulum meckeli
d. Anak berumur 5 tahun- masa remaja
Kehilangan berlebihan karena pendarahan antara lain akibat
infestasi parasit dan polyposis
9
e. Usia remaja-dewasa
Pada wanita yaitu karena menstruasi berlebihan
2.1.5 Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum tulang
atau kehilangan sel darah merah secara berlebihan. Kegagalan sumsum tulang
dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, invasi tumor atau kebanyakan akibat
penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui
pendarahan destruksi, dapat mengakibatkan defek sel merah yang tidak sesuai
dengan ketahanan sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah
merah.
Pecah atau rusaknya sel darah merah terjadi terutama dalam hati dan
limpa. Hasil samping proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran
darah. Setiap kenaikan destruksi sel merah atau hemolisis segera direfleksikan
dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal kurang lebih 1
mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sklera). Apabila sel
darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi (pada kelainan
hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma hemoglobinemia.
Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma
(Protein pengikat hemoglobin yang terlepas dari sel darah merah yang telah
rusak) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam
glomerulus ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria).
Anemia pada pasien disebabkan oleh penghancuran sel darah merah
atau produksi sel darah merah yang tidak mencukupi biasanya dapat diperoleh
dengan dasar menghitung retikulosit dalam sirkulasi darah, derajat proliferasi
sel darah merah muda dalam sumsum tulang dan cara pematanganya, seperti
yang terlihat dalam biopsy dan ada tidaknya hyperbilirubinemia dan
hemoglobinemia.
10
Anemia defisiensi zat besi adalah anemia yang paling sering
menyerang anak-anak, bayi cukup bulan yang lahir dari ibu nonanemik dan
bergizi baik, memiliki cukup persediaa zat besi sampai berat badan lahirnya
menjadi dua kali lipat pada umumnya saat berusia 46 bulan. Sesudah itu zat
besi harus tersedia dalam makanan untuk memenuhi kebutuhan anak. Jika
asupan zat besi dari makanan tidak mencukupi maka terjadi anemia defisiensi
zat besi. Hal ini paling sering terjadi karena pengenalan makanan padat yang
terlalu dini (sebelum usia 4-6 bulan) dihentikannya susu formula bayi yang
mengandung zat besi atau ASI sebelum usia 1 tahun dan minum susu sapi
berlebihan tanpa tambahan makanan pada kaya besi. Bayi yang tidak cukup
bulan, bayi dengan perdarahan perinatal berlebihan atau bayi dari ibu yang
kurang gizi dan kurang zat besi juga tidak memiliki cadangan zat besi yang
adekuat. Bayi ini berisiko lebih tinggi menderita anemia defisiensi besi
sebelum berusia 6 bulan.
Anemia defisiensi zat besi dapat juga terjadi karena kehilangan darah
yang kronik. Pada Bayi terjadi karena perdarahan usus kronik yang
disebabkan oleh protein dalam susu sapi yang tidak tahan panas. Pada anak
sembarang umur kehilangan darah sebanyak 1-7 ml dari saluran cerna setiap
hari menyebabkan anemia defisiensi zat besi. Pada remaja putri anemia
defisiensi zat besi juga dapat terjadi karena menstruasi yang berlebihan.
Anemia aplastik diakibatkan karena rusaknya sumsum tulang.
Gangguannya berupa berkurangnya sel darah dalam darah tepi sebagai akibat
terhentinya pembentukan sel hemopoetik (sel-sel sumsum tulang yang
memproduksi sel darah merah, sel darah putih, dan kepingan darah) dalam
sumsum tulang. Aplasia dapat terjadi hanya pada satu, dua atau ketiga sistem
hemopoetik (eritropoetik, granulopoetik dan trombopoetik).
Aplasia hanya mengenai sistem eritropoetik disebut eritroblastopenia
(anemia hipoplastik). Aplasia mengenai sistem granulopoetik disebut
agranulosistosis (Penyakit Schultz), dan aplasia mengenai sistem
11
trombopoetik disebut amegakariositik trombositopenik (ATP). Bila mengenai
ketiga-tiga sistem disebut panmieloptisis atau lazimnya disebut anemia
aplastik.
Kekurangan asam folat akan mengakibatkan anemia megaloblastik.
Asam folat merupakan bahan esensial untuk sintesis DNA (Desoxyri
bonucleic acid) dan RNA (Ribonucleid acid), yang penting sekali untuk
metabolisme inti sel dan pematangan sel.
(Wijaya & Putri, 2013)
2.1.6 Manifestasi Klinis
Sistem organ yang dapat terkena anemia dapat menimbulkan
manifestasi klinis yang luas tergantung pada usia, mekanisme kompensasi,
kecepatan timbulnya anemia, tingkat aktivitasnya, keadaan penyakit yang
mendasari dan beratnya anemia (Wijaya & Putri, 2013).
Manifestasi klinis berdasarkan jenis anemia yaitu:
1. Anemia karena pendarahan
Pendarahan akut merupakan akibat kehilangan darah lebih cepat
terjadi karena reflek kardiovaskuler fisiologis berupa kontraksi arteriola,
pengurangan aliran darah. Gejala yang timbul tergantung cepat dan
banyaknya darah yang hilang dan tubuh masih dapat melakukan
kompensasi. Kehilangan darah sebanyak 12-15% akan tampak gejala
pucat, takikardi, tekanan darah rendah atau normal. Kehilangan darah
sebanyak 15-20% dapat mengakibatkan tekanan darah menurun dan dapat
terjadi syock yang masih reversible. Kehilangan darah lebih dari 20%
dapat menimbulkan syock yang irreversible dengan angka kematian
tinggi.
Pendarahan kronik, leukosit (15.000-20.000/mm³) nilai hemoglobin,
eritrosit dan hematocrit rendah akibat hemodelusi.
12
2. Anemia defisiensi
a. Anemia defisiensi besi (DB)
Pucat merupakan tanda yang paling sering, bila hemoglobin
menurun sampai 5g/dl iritabilitas dan anorexia, takikardi dan bising
usus menurun. Pada kasus berat akan mengakibatkan perubahan pada
kulit dan mukosa yang progresif seperti lidah yang halus, terdapat
tanda-tanda malnutrisi. Hasil laboratorium hemoglobin 6-10g/dl,
trombositosis (600.000-1.000.000)
b. Anemia defisiensi asam folat
Tanda dan gejala pada anemia defisiensi asam folat sama dengan
anemia defisiensi besi. Anemia megaloblastic mungkin dapat
ditemukan gejala neurologis seperti gangguan kepribadian dan
hilangnya daya ingat. Gambaran darah seperti anemia pernisiosa tetapi
kadar vitamin B 12 serum normal dan asam folat serum rendah,
biasanya kurang dari 3ng/ml. Menentukan diagnose adalah kadar folat
sel darah merah kurang dari 150ng/ml.
3. Anemia hemotolik
a. Anemia hemotolik autoimun
Anemia ini bervariasi dari yang anemia ringan sampai dengan anemia
yang berat dan bisa mengancam jiwa. Keluhan pada anemia ini adalah
fatigue dapat terlihat bersama gagal jantung kongestif dan angina.
Biasanya ditemukan icterus dan spleno megali. Jika pasien
mempunyai penyakit dasar seperti LES atau Leukimia Limfositik
Kronik, gambaran klinis pasien tersebut dapat terlihat. Hasil
pemeriksaan laboratorium ditemukan kadar HB yang bervariasi dari
ringan sampai berat (HT<10%) Retikulositosis dan Sferositosis
biasanya dapat dilihat pada apusan darah tepi. Pada kasus hemolysis
berat, penekanan pada sumsum tulang dapat mengakibatkan SDM
yang terpecah.
13
b. Anemia hemotolik kekurangan enzim
Manifestasi klinik beragam mulai beragam mulai dari anemia
hematolik neonatus berat sampai ringan, hemolisis yang
terkompensasi dengan baik dan tampak pertama pada dewasa.
Polikromatofilia dan mikrositosis ringan menggambarkan angka
kenaikan retikulosit. Manifestasi klinis sangat beragam tergantung dari
jenis kekurangan enzim, defisiensi enzim glutation reductase kadang
disertai trombopenia dan leukopenia disertai kelainan neurologis.
Defisiensi piruvatkinase khasnya ada peningkatan kadar 2,3
difosfogliserat. Defesiensi Triose Phosphate-Isomerase (TPI) gejala
menyerupai sferositosis, tetapi tidak ada peninggian fragilitas osmotic
dan hapusan darah tepi tidak ditemukan sferosit
c. Sferositosis herediter
Sferositosis herediter menyebabkan penyakit hematolik pada bayi baru
lahir dan tampak dengan anemia dan hyperbilirubinemia yang cukup
berat. Sebagian penderita tidak terdapat gejala sampai dewasa
sedangkan sebagian lainnya mungkin mengalami anemia berat yang
pucat, icterus, lesu dan intoleransi aktivitas. Hasil hemolisis yaitu
retikulositosis dan hiperbirubinemia. Kadar Hb biasanya 6-10g/dL.
Angka retikulositosis sering meningkat sampai 6-20% dengan nilai
10%. Eritrosit pada apus darah tepi berukuran bervariasi dan terdiri
dari retikulosit polikromatofilik dan sferosis
d. Thalasemia
Anemia berat tipe mikrositik dengan limpa dan hepar yang membesar.
Pada anak biasanya disertai keadaan gizi yang buruk dan mukanya
memperlihatkan fasies mongoloid. Jumlah retikulosit dalam darah
meningkat. Hasil laboratorium thalasiemia ß HbF>90% tidak ada Hb
A. Pada thalasiemia –a anemianya tidak sampai memerlukan transfusi
darah, mudah terjadi hemolisis akut pada serangan infeksi berat, kadar
14
Hb 7-10g/dL, sediaan apus darah tepi memperlihatkan tanda
hipokromia yang nyata dengan anisositosis (ukuran sel darah merah
berbeda tidak seragam) dan poikilositosis (sel darah merah berbeda
bentuk karena abnormalitas).
4. Anemia Aplastik
Anemia aplastic biasanya khas dan bertahap ditandai oleh kelemahan,
pucat, sesak nafas pada saat latihan. Hasil laboratorium biasanya
ditemukan pansitopenia, sel darah merah normositik dan normokromik
artinya ukuran dan warnanya normal, pendarahan abnormal akibat
trombositopenia
2.1.7 Data Penunjang
Pemeriksaan laboratorium adalah penunjang diagnostic dalam
menentukan diagnosa anemia. Pemeriksaan ini terdiri dari beberapa
pemeriksaan yaitu:
1) Pemeriksaan penyaring (sceening test)
2) Pemeriksaan darah seri anemia
3) Pemeriksaan sumsum tulang
4) Pemeriksaan khusus
a. Pemeriksaan Penyaring
Pemeriksaan penyaring pada anemia terdiri dari pengukuran kadar
hemoglobin, hapusan darah tepi, indeks eritrosit. Dari pemeriksaan ini
dapat dipastikan adanya anemia serta jenis morfologik anemia, dan
sangat berguna untuk menentukan diagnosis lebih lanjut.
b. Pemeriksaan darah seri anemia
Pemeriksaan darah seri anemia terdiri dari hitungan trombosit, leukosit,
laju endap darah dan hitungan retikulosit. Automatic hematology
analyzer yang dapat memberikan presisi hasil lebih baik.
15
c. Pemeriksaan sumsum tulang
Pemeriksaan sumsung tulang memberikan informasi mengenai keadaan
sistem hematopoiesis. Pemeriksaan ini dibutuhkan untuk menentukan
diagnosis definitif pada beberapa jenis anemia. Pemeriksaan sumsung
tulang diperlukan untuk diagnosis anemia aplastic, anemia megaloblastic
serta kelainan hematologic.
d. Pemeriksaan khusus
Pemeriksaan ini hanya dikerjakan atas indikasi khusus, seperti pada:
a) Anemia defisiensi besi: serum, TIBC (total iron binding capacity),
reseptor transferrin, protoporfirin eritrosit, saturasi transferrin dan
pengecatan besi pada sumsum tulang
b) Anemia megalobastik: Folat serum, tes supresi deoksiuridin, vitamin
B12 serum dan test schilling
c) Anemia hemolitik: test comb, elektroforesis hemoglobin, bilirubin
serum
d) Anemia Aplastik: biopsy sumsum tulang
Jika diperlukan pemeriksaan non-hematologik tertentu seperti pemeriksaan
faal hati, faal ginjal, atau faal tiroid (Bakta , 2017)
2.1.8 Cara Mengobati dan Pencegahan Anemia
1. Asupan Makanan
Makanan yang kaya zat besi
Besi adalah mineral mikro yang paling banyak ada di dalam
tubuh manusia dan hewan, di dalam tubuh manusia dewasa terdapat
sekitar 3,5 gram. Zat besi terdapat banyak juga di dalam makanan
(Almatsier, 2014).
Sumber zat besi adalah makanan hewani seperti daging,
ayam, dan ikan. Sumber lainnya adalah telur, kacang-kacangan,
sayur hijau dan beberapa jenis buah (Marmi, 2013). Sumber
16
makanan yang mengandung zat besi yang mudah diabsorbsi oleh
tubuh adalah protein hewani seperti daging, ikan, telur, dan lainnya
(Irianto , 2014).
Pada umumnya makanan zat besi di dalam daging, ayam, dan
ikan mempunyai ketersediaan yang tinggi dalam zat besi. Zat besi
yang terdapat pada serealia dan kacang-kacangan mempunyai
ketersediaan yang sedang. Sedangkan, zat besi yang terdapat pada
sebagian sayur-sayuran terutama yang mengandung asam oksalat
tinggi seperti bayam yang mempunyai ketersediaan yang rendah
(Almatsier, 2014).
Makan yang mengandung vitamin C
Fungsi vitamin C adalah meningkatkan daya tahan tubuh dari
serangan penyakit dan membantu proses penyembuhan luka,
meningkatkan sel-sel darah putih yang dapat melawan infeksi
sehingga flu dapat sembuh dengan cepat, membantu mengaktifkan
asam folat dan meningkatkan penyerapan zat besi mencegah anemia
(Dwi, 2010)
Fasilitator absorbsi besi sangat dikenal dengan sebutan asam
askorbat atau vitamin C. Vitamin C sangat berpengaruh dalam
meningkatkan penyerapan zat besi. Vitamin C juga membantu
mengurangi efek penghambatan absorbsi zat besi pada tubuh, sangat
dianjurkan mengkonsumsi sumber vitamin C, seperti jambu biji,
jeruk, kiwi, apel dan sumber vitamin C yang lain (Almatsier, 2014).
2. Pemberian Suplement zat besi
Seseorang yang menderita anemia dapat diobati dengan
memberikan supplement zat besi, jika anemia sudah terjadi tubuh tidak
bisa menyerap zat besi dalam jumlah yang banyak dalam waktu yang
relative singkat. Oleh karena itu dapat diobati dengan cara memberikan
supplement zat besi. Supplement biasanya diberikan kepada golongan
yang rawan kurangan zat besi yaitu seperti balita, anak sekolah, wanita
17
usia subur, dan ibu hamil. Pemberian supplement tablet zat besi pada
golongan tersebut dilakukan karena kebutuhan zat besi yang sangat
besar sedangkan jika untuk asupan makanan saja tidak mencukupi
kebutuhan (Almatsier, 2014).
Bentuk-bentuk supplement zat besi anak adalah yaitu tetes, sirup,
tablet kunyah, jeli dan bubuk. Membaca aturan penggunaan pada
kemasan dan sesuai aturan dokter (IDAI, 2011).
Menurut IDAI (2011) memberikan 5 rekomendasi terkait
pemberian supplement besi untuk menanggulangi anemia defisiensi besi
yaitu:
Rekomendasi I
Supplement besi yang diberikan pada semua anak, di
prioritaskan mulai usia balita 0-5 tahun, terutama pada usia 0-2
tahun.
Rekomendasi II
Lama pemberian dan dosis supplement besi, yaitu
1) Bayi BBLR: <2.500 gram dengan dosis 3 mg/kgBB/hari sejak
usia 1 bulan sampai 2 tahun
2) Bayi cukup bulan dengan dosis 2 mg/kgBB/hari sejak usia 4
bulan smapai usia 2 tahun
3) Anak usia 2-5 tahun dengan dosis 1 mg/kgBB/hari sebanyak 2
kali seminggu selama 3 bulan berturut-turut setiap tahun
4) Anak usia 5-12 tahun dengan dosis 1 mg/kgBB/hari sebanyak 2
kali seminggu selama 3 bulan berturut-turut setiap tahun
5) Anak usia 12-18 tahun pemberian dosis 60 mg/hari sebanyak 2
kali seminggu selama 3 bulan berturut-turut setiap tahun
Dosis maksimum untuk bayi sebanyak 15 mg/hari dengan dosis
tunggal dan khusus untuk remaja perempuan pemberian supplement besi
ditambah 400 mg asam folat
18
Rekomendasi III
Saat ini belum perlu dilakukan uji tapis (skrinning) defisiensi
besi secara masal
Rekomendasi IV
Pemeriksaan kadar hemoglobin dilakukan mulai usia 2 tahun
dan selanjutnya setiap tahun sampai usia remaja. Bila kemungkinan
dari hasil pemeriksaan di dapatkan anemia, di cari penyebabnya dan
di rujuk.
Rekomendasi V
Pemerintah membuat kebijakan mengenai penyediaan
preparat besi dan alat lab untuk pemeriksaan status besi
3. Fortifikasi besi
Fortifikasi merupakan penambahan zat gizi yang diperoleh atau
sengaja ditambahkan dari luar dan bukan berasal dari bahan pangan asli
tersebut, dengan kriteria untuk penambahan zat gizi tertentu yang
berbeda (USDA, 2016).
Fortifikasi pangan sebagai salah satu upaya pemenuhan zat gizi
mikro masyarakat merupakan tindakan yang terbukti cost effective,
dikarenakan fortifikasi dilakukan melalui bahan pangan yang dikonsumsi
masyarakat secara luas terutama penduduk tidak mampu dan biaya yang
relative lebih rendah.
Fortifikasi pangan atau pengayaan zat gizi mikro pada bahan
makanan komersil seperti garam, tepung terigu, dan minyak goreng sawit
perlu dilakukan pemerintah untuk percepatan perbaikan gizi anak
Indonesia. Pemerintah yang terlibat yaitu Kementrian PPN/Bappenas
didukung oleh Koalisi Fortifikasi Indonesia (KFI), Nutrition
International, UNICEF, Kementrian Kesehatan, Kementrian
Perindustrian, Kementrian Kelautan dan Perikanan, Badan POM, dan
Badan Standardisasi Nasional.
19
4. Pendidikan
Pendidikan gizi pada keluarga dan masyarakat hal yang paling
penting dalam pencegahan anemia. Perlu dijelaskan kepada keluarga dan
masyarakat bahwa kadar besi yang berasal dari ikan, hati, dan daging
lebih tinggi dibandingkan kadar besi berasal dari beras, gandum, kacang
kedelai dan bayam. Kelompok sasaran harus diberikan pendidikan yang
tepat tentang bahaya yang mungkin terjadi akibat anemia (Nurbadriyah,
2019)
5. Pengawasan infeksi dan parasite
Penyakit infeksi dan parasite adalah salah satu penyebab anemia
gizi besi karena parasit dalam jumlah ynag besar dapat mengganggu
penyerapan zat gizi. Dengan cara menanggulangi penyakit infeksi dan
memberantas parasite di harapkan dapat meningkatkan status besi dalam
tubuh. (Michael, 2010).
Upaya tersebut juga harus diikuti dengan peningkatan konsumsi
pangan yang seimbang dan beragam serta dapat menambahkan
supplement besi dan fortifikasi besi (Michael, 2010).
6. Pemeriksaan hemoglobin
Hemoglobin adalah protein yang kaya akan zat besi. Memiliki
daya gabung terhadap oksigen membentuk oxyhemoglobin di dalam sel
darah merah. Dengan melalui fungsi ini membawa oksigen dari paru-paru
ke jaringan tubuh. Pemeriksaan hemoglobin dilakukan di laboratorium.
Pemeriksaan hemoglobin pada pasien anemia harus dilakukan secara
rutin agar tidak terulang kembali penurunan kadar hemoglobin (Evelyn ,
2010).
2.1.9 Penatalaksanaan
Beberapa hal yang harus diperhatikan pada saat pemberian terapi pada
penderita anemia antara lain (Bakta , 2017)
a. Pengobatan diberikan berdasarkan hasil diagnose yang telah ditegakkan
20
b. Pemberian hematinik (obat yang membantu proses pembentukan sel
darah merah) tidak dianjurkan untuk pemberian tanpa indikasi yang jelas
c. Pengobatan anemia dapat berupa sebagai:
Terapi untuk keadaan darurat misalnya pendarahan akut akibat
anemia aplastic yang mengancam jiwa atau anemia pasca
pendarahan akut yang disertai dengan gangguan hemodinamik.
Terapi suportif, memberikan makan gizi seimbang terutama
mengandung kadar besi yang tinggi yang bersumber dari hewani
yaitu hati, limfa, daging dan dari nabati yaitu bayam, kacang-
kacangan.
Terapi untuk khusus untuk masing-masing jenis anemia
Terapi kausal untuk mengobati penyakit dasar yang menjadi
penyebab anemia tersebut
d. Dalam keadaan diagnose akurat tidak dapat ditegakkan, terpaksa
memberikan terapi percobaan ex juvantivus. Kita harus melakukan
pemantauan yang ketat pada respon terapi dan perubahan perjalanan
penyakit dan melakukan evaluasi tentang kemungkinan perubahan
diagnosis
e. Transfusi darah diberikan pada anemia setelah pendarahan akut dengan
tanda-tanda gangguan hemodinamik. Pada anemia kronik transfusi
hanya diberikan jika anemia bersifat adanya ancaman payah jantung
diberikan packed red cell jangan whole blood. Anemia kronik sering
dijumpai peningkatan volume darah oleh karena itu transfusi darah
harus diberikan tetesan secara pelan. Dapat juga diberikan diuretika
kerja cepat misalnya furosemide sebelum transfusi.
21
2.2 Konsep Orangtua
2.2.1 Definisi Orangtua
Orangtua adalah setiap orang yang memiliki tanggung jawab dalam
suatu keluarga dan tugas rumah tangga dalam kehidupan sehari-hari sering
disebut sebagai ayah dan ibu
Orangtua adalah orang dewasa yang membawa anak ke tahapan yang
lebih dewasa, terutama dalam masa perkembanganya. Tugas orangtua
melengkapi dan mempersiapkan anak menuju dewasa dengan memberikan
bimbingan dan pengarahan yang dapat membantu anak dalam menjalani
kehidupan (Elizabeth B, 2011)
2.2.2 Peran Orangtua
Peran seorang ibu terhadap anaknya yang terkena anemia yaitu dengan
cara meningkatkan status gizi anak. Status gizi berhubungan dengan pola
makan dan pemilihan makanan yang tepat. Buah yang mengandung
vitamin C dan makanan yang bersumber dari vitamin C bermanfaat untuk
meningkatkan penyerapan zat besi seperti jambu, tomat, jeruk dan nanas.
Zat gizi makro seperti energy dan protein sedangkan zat mikro yaitu zat
besi, yodium dan vitamin A, dimana zat gizi tersebut terutama zat besi
salah satu dari unsur gizi sebagai komponen pembentukan hemoglobin.
Pendidikan gizi juga sangat memberikan pengaruh positif pada
pengetahuan gizi besi dan kadar hemoglobin. Orang tua juga berperan
dalam hal pengetahuan tentang penyebab terjadinya anemia pada anak
(Mumpuni, Widjanarko, & Indraswari, 2019).
22
2.3 Konsep Anak
2.3.1 Definisi
Anak merupakan makhluk yang unik, keluarga mengharapkan bahwa
anak akan bertumbuh dan berkembang secara optimal, faktor yang
mempengaruhi tumbuh kembang secara optimal yang paling dominan
setelah pascanatal adalah genetic, lingkungan dan keluarga (Soetjianingsih,
2014).
Definisi Anak dalam pasal 1 ayat 1 UU No 23 Tahun 2002 tentang
peradilan anak yaitu anak adalah seseorang yang belum berusia 18
(delapan belas) tahun dan termasuk anak dalam kandungan (Noviana,
2015).
2.3.2 Kebutuhan Dasar Anak
Kebutuhan Dasar Anak terbagi menjadi 3 jenis yaitu (Fazrin, Saputro,
Chusnatayaini, & Ningrum, 2017) :
1. Kebutuhan Asuh
Kebutuhan fisik-biomedis (asuh) pada anak yaitu:
a. Nutrisi yang adekuat
Kebutuhan akan asuh yang terpenting, nutrisi termasuk
pembangun tubuh yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan, terutama perkembangan pada otak. Pemberian
ASI mempunyai kadar laktosa tinggi diperlukan untuk
pertumbuhan dan perkembangan otak. Pemberian makanan
tambahan yang tepat memberikan hasil pertumbuhan pada anak
dalam bentuk makanan tambahna yang seimbang.
b. Perawatan Kesehatan dasar
Imunisasi
Imunisasi yang lengkap mencegah timbulnya penyakit yang
menimbulkan kesakitan dan kematian.
Sebab morbiditas
23
Upaya deteksi dini, pengobatan dini serta tepat limitasi
kecacatan. Kesehatan anak harus dapat perhatian orang tua
yaitu dengan membawa ke tempat pelayanan kesehatan.
c. Pakaian
Pakaian yang layak dipakai, bersih dan aman (tidak mudah
terbakar, tidak panas, tanpa pernak-pernik yang mudah
menyebabkan anak kemasukan benda asing ke dalam tubuh).
d. Tempat tinggal
Keadaan rumah yang layak dan tidak menyebabkan
penghuninya, menjamin keselamatan dan kesehatan penghuninya.
e. Kebersihan diri dan sanitasi lingkungan
Penelitian (Annesi, 2010) cuci tangan yang tepat salah satu
cara sederhana untuk menjaga kebersihan diri dan efektif
menghentikan penyebaran infeksi.
Kebersihan lingkungan erat kaitannya dengan penyakit saluran
pernafasan, saluran pencernaan serta sakit akibat akibat nyamuk,
sehingga tenaga kesehatan memberikan pendidikan kesehatan
kepada masyarakat harus menunjukkan bagaimana membuat
lingkungan menjadi layak untuk tumbuh kembang anak.
f. Kesegaran jasmani
Penurunan tingkat aktivitas fisik berperan penting dalam
meningkatnya obesitas pada anak. Data sebagian besar
mendukung kesimpulan bahwa mayoritas anak cenderung tidak
aktif secara fisik (Dolinsky. D. H. et al, 2011)
2. Kebutuhan Asih
Kebutuhan asih adalah kebutuhan terhadap emosi yang meliputi
a. Kasih sayang orangtua atau keluarga
Keterikatan dan ikatan harus diperkuat dari awal masa kanak-
kanak. Hubungan emosional yang kuat dimiliki bayi dengan
24
keluarga dan pengasuh perlu diperkaya dan dikembangkan lebih
lanjut
b. Rasa Aman
Seorang anak akan merasa diterima oleh orang tuanya apabila dia
merasa bahwa kepentingannya diperhatikan serta merasa ada
hubungan yang erat antara anak dan keluarga
c. Harga diri
Setiap anak ingin mempunyai tempat dalam keluarga,
keinginanya diperhatikan, perkataanya didengarkan oleh orang tua
dan tidak diacuhkan.
d. Kebutuhan akan sukses
Setiap anak ingin merasa apa yang diharapkan dapat dilakukan
dan merasakan sukses setelah mencapai sesuatu yang diinginkan
orangtua. Jangan dipaksakan melakukan yang tidak sesuai
kemampuannya, jika anak gagal terjadi berulang kali anak akan
merasakan tidak percaya diri.
e. Mandiri
Kemandirian anak sebaiknya didasarkan pada perkembangan anak.
Apabila orangtua menutut anaknya untuk mandiri anak akan
merasa tertekan, anakn masih perlu bantuan untuk belajar.
f. Dorongan
Anak membutuhkan dorongan dari orang di sekelilingnya terutama
keluarga, yang berupa semangat bahwa anak dapat mengatasi
dengan baik
g. Kebutuhan mendapatkan kesempatan dan pengalaman
Anak diberikan kesempatan dan pengalaman dalam
mengembangkan sifat-sifat bawaanya, apabila anak menerima
hasil tanpa usaha, anak tidak akan senang karena anak ingin
menunjukkan kemampuannya dan ingin mempunyai pengalaman
25
h. Rasa memiliki
Kebutuhan anak akan merasa memiliki sesuatu harus diperhatikan.
Setiap benda miliknya yang dianggap berharga harus dapat
dimiliki sendiri. Orang tua dapat memberikan rasa memiliki pada
anak.
3. Kebutuhan Asah
Kebutuhan asah merupakan stimulasi dini perangsangan yang
dapat dari lingkungan luar anak seperti latihan dan bermain. Anak
yang banyak mempunyai stimulasi yang terarah akan cepat
berkembang dibandingkan dengan anak yang kurang atau bahkan tidak
mendapat stimulasi.