BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alokasi Dana...

28
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alokasi Dana Desa Alokasi Dana Desa atau ADD adalah bagian keuangan Desa yang diperoleh dari Bagi Hasil Pajak Daerah dan Bagian dari Dana Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah yang diterima oleh kabupaten. Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa pada Pasal 18 bahwa Alokasi Dana Desa berasal dari APBD Kabupaten/Kota yang bersumber dari bagian Dana Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah yang diterima oleh Kabupaten/Kota untuk Desa paling sedikit 10 % (sepuluh persen). Menurut Peraturan Daerah Kabupaten LangkatNomor 10 Tahun 2007 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa selanjutnya disingkat APBDES adalah Rencana Keuangan Tahunan Desa yang dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa yang ditetapkan dengan Peraturan Desa dan Dana Alokasi Desa terdapat pada Bantuan Keuangan Pemerintah Kabupaten sebagaimana dimaksud ayat (5) pasal 10 Peraturan Daerah ini meliputi: 1. Tunjangan Penghasilan Aparatur Pemerintah Desa (TPAPD) 2. Alokasi Dana Desa (ADD) 3. Penyisihan Pajak dan Retribusi Daerah 4. Sumbangan Bantuan lainnya dari Kabupaten Dengan sasaran Alokasi Dana Desa (ADD) yang dibagikan kepada 277

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alokasi Dana...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alokasi Dana Desarepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19607/4/Chapter II.pdf · Indikator Potensi Ekonomi (PBB) 4. Indikator Jumlah Unit Komunitas

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Alokasi Dana Desa

Alokasi Dana Desa atau ADD adalah bagian keuangan Desa yang

diperoleh dari Bagi Hasil Pajak Daerah dan Bagian dari Dana Perimbangan

Keuangan Pusat dan Daerah yang diterima oleh kabupaten. Menurut Peraturan

Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan

Keuangan Desa pada Pasal 18 bahwa Alokasi Dana Desa berasal dari APBD

Kabupaten/Kota yang bersumber dari bagian Dana Perimbangan Keuangan Pusat

dan Daerah yang diterima oleh Kabupaten/Kota untuk Desa paling sedikit 10 %

(sepuluh persen). Menurut Peraturan Daerah Kabupaten LangkatNomor 10 Tahun

2007 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa bahwa Anggaran

Pendapatan dan Belanja Desa selanjutnya disingkat APBDES adalah Rencana

Keuangan Tahunan Desa yang dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah

Desa dan Badan Permusyawaratan Desa yang ditetapkan dengan Peraturan Desa

dan Dana Alokasi Desa terdapat pada Bantuan Keuangan Pemerintah Kabupaten

sebagaimana dimaksud ayat (5) pasal 10 Peraturan Daerah ini meliputi:

1. Tunjangan Penghasilan Aparatur Pemerintah Desa (TPAPD)

2. Alokasi Dana Desa (ADD)

3. Penyisihan Pajak dan Retribusi Daerah

4. Sumbangan Bantuan lainnya dari Kabupaten

Dengan sasaran Alokasi Dana Desa (ADD) yang dibagikan kepada 277

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alokasi Dana Desarepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19607/4/Chapter II.pdf · Indikator Potensi Ekonomi (PBB) 4. Indikator Jumlah Unit Komunitas

desa di 23 kecamatan Kabupaten Langkat. Pembagian Alokasi Dana Desa (ADD)

dapat dilihat berdasarkan Variabel Independen utama dan Variabel Independen

tambahan dengan rincian sebagai berikut:

1. Asas Merata adalah besarnya bagian Alokasi Dana Desa (ADD) yang

sama untuk di setiap Desa atau yang disebut dengan Alokasi Dana Desa

(ADD) minimal. Alokasi Dana Desa (ADD) Variabel Independen utama

sebesar 70% dan Variabel Independen Tambahan 30%.

2. Asas Adil adalah besarnya bagian Alokasi Dana Desa (ADD) yang dibagi

secara proporsional untuk di setiap Desa berdasarkan Nilai Bobot Desa

yang dihitung dengan rumus dan variabel tertentu atau Alokasi Dana Desa

(ADD) Proporsional (ADDP), Variabel Proporsional Utama sebesar 60%

dan Variabel Proporsional Tambahan sebesar 40%.

Variabel Independen Utama adalah Variabel yang dinilai terpenting untuk

menentukan nilai bobot desa. Variabel Utama ditujukan untuk mengurangi

kesenjangan kesejahteraan masyarakat dan pelayanan dasar umum antar desa

secara bertahap dan mengatasi kemiskinan strukturan masyarakat di desa.

Variabel Independen Utama meliputi sebagai berikut:

1. Indikator kemiskinan

2. Indikator Pendidikan Dasar

3. Indikator Kesehatan

4. Indikator Keterjangkauan Desa

Variabel Tambahan merupakan Variabel yang dapat ditambahkan oleh

masing-masing daerah yang meliputi sebagai berikut :

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alokasi Dana Desarepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19607/4/Chapter II.pdf · Indikator Potensi Ekonomi (PBB) 4. Indikator Jumlah Unit Komunitas

1. Indikator Jumlah Penduduk

2. Indikator Luas Wilayah

3. Indikator Potensi Ekonomi (PBB)

4. Indikator Jumlah Unit Komunitas (Dusun)

2.1.1 Pengelolaan Alokasi Dana Desa

Pengelolaan Keuangan Alokasi Dana Desa (ADD) merupakan bagian yang

tidak terpisahkan dari Pengelolaan Keuangan Desa dalam APBDesa oleh karena

itu dalam Pengelolaan Keuangan Alokasi Dana Desa (ADD) harus memenuhi

Prinsip Pengelolaan Alokasi Dana Desa sebagai berikut:

1. Seluruh kegiatan yang didanai oleh Alokasi Dana Desa (ADD)

direncanakan, dilaksanakan dan dievaluasi secara terbuka dengan prinsip

dari, oleh dan untuk masyarakat.

2. Seluruh kegiatan harus dapat dipertanggungjawabkan secara

administrative, teknis dan hukum.

3. Alokasi Dana Desa (ADD) dilaksanakan dengan menggunakan prinsip

hemat, terarah dan terkendali.

4. Jenis kegiatan yang akan dibiayai melalui Alokasi Dana Desa (ADD)

sengat terbuka untuk meningkatkan sarana Pelayanan Masyarakat berupa

Pemenuhan Kebutuhan Dasar, Penguatan Kelembagaan Desa dan kegiatan

lainnya yang dibutuhkan Masyarakat Desa yang diputuskan melalui

Musyawarah Desa.

5. Alokasi Dana Desa (ADD) harus dicatat dalam Anggaran Pendapatan dan

Belanja Desa (APBDesa) dan proses penganggarannya mengikuti

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alokasi Dana Desarepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19607/4/Chapter II.pdf · Indikator Potensi Ekonomi (PBB) 4. Indikator Jumlah Unit Komunitas

mekanisme yang berlaku.

Dalam rangka mendukung pelaksanaan kelancaran Pengelolaan Alokasi

Dana Desa (ADD) dibentuk Pelaksana Kegiatan Tingkat Desa, Tim Fasilitasi

Tingkat Kecamatan dan Tim Pembina Tingkat Kabupaten. Pelaksana Kegiatan

Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) sebagai berikut :

2.1.2 Pelaksana Kegiatan Tingkat Desa

Di Desa Pelaksana Kegiatan ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa,

dengan Susunan sebagai berikut :

1. Penanggungjawab : Kepala Desa atau pelaksana Tugas Kepala Desa dari

Perangkat Desa yang disetujui oleh Badan Permusyawaratan Desa (BPD)

atau Selaku Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Desa (PKPKD).

2. Pelaksaksana Teknis Pengelolaan Keuangan Desa (PTPKD) : Sekretaris

Desa dan Perangkat Desa.

3. Sekretaris Desa : Koordinator Pelaksanaan Keuangan Desa

4. Bendahara Desa : Perangkat Desa yang ditunjuk oleh melalui Surat

Keputusan (SK) Kepala Desa (Penanggungjawab Administrasi Keuangan).

5. Ketua Perencana dan Pelaksana Partisipatif Pembangunan: Ketua

Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD).

6. Pelaksana Kegiatan Dan Pemberdayaan Perempuan : Tim Penggerak PKK

Desa.

Tugas Penanggungjawab /Selaku Pemegang Kekuasaan Pengelolaan

Keuangan Desa (PKPKD) sebagai berikut :

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alokasi Dana Desarepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19607/4/Chapter II.pdf · Indikator Potensi Ekonomi (PBB) 4. Indikator Jumlah Unit Komunitas

1. Menyusun Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa)

dan Perencanaan Penggunaan Alokasi Dana Desa (ADD) yang melibatkan

Badan Permusyawaratan Desa (BPD), Lembaga Ketahanan Masyarakat

Desa (LKMD),Tim Penggerak PKK dan Lembaga lainnya, untuk

membahas masukan dan usulan-usulan yang dituangkan dalam Anggaran

Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa) dan Rencana Kegiatan Desa

(DRK) yang dibiaya dari Alokasi Dana Desa (ADD).

2. Mensosialisasikan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa

(APBDesa) melalui rapat/pertemuan untuk mendapat tanggapan

masyarakat tentang Penggunaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa

(APBDesa).

3. Mempertanggungjawabkan semua kegiatan baik yang dibiaya dari

Pendapatan Asli Desa (PAD) dan yang dibiayai dari Alokasi Dana Desa

(ADD).

4. Mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan di Desa.

5. Menetapkan Keputusan Kepala Desa tentang Tim Pelaksana Kegiatan di

Desa.

6. Menyampaikan laporan realisasi perkembangan fisik, pertanggungjawaban

keuangan Desa serta laporan swadaya masyarakat secara berjenjang

kepada Tim Fasilitasi Tingkat Kecamatan dan Tim Pembina Kabupaten.

7. Menetapkan Kebijakan tentang Pelaksana APBDesa.

8. Menetapkan Kebijakan tentang Pengelolaan Barang Desa.

9. Menetapkan Bendahara Desa.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alokasi Dana Desarepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19607/4/Chapter II.pdf · Indikator Potensi Ekonomi (PBB) 4. Indikator Jumlah Unit Komunitas

10. Menetapkan Petugas yang melakukan Pemungutan Penerimaan Desa.

11. Menetapkan Petugas yang melakukan Pengelolaan Barang Milik Desa.

Tugas Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan Desa (PTPKD) sebagai

berikut :

1. Mengkoordinasikan Kegiatan pada Penanggungjawab Kegiatan.

2. Mengkoordinasikan Pelaksanaan Kegiatan kepada Tim Fasilitasi Tingkat

Kecamatan.

3. Menyampaikan laporan kegiatan baik fisik dan keuangan kepada

Penanggungjawab kegiatan.

Tugas Sekretaris sebagai berikut:

1. Menyusun dan Melaksanakan Pengelolaan APBDesa.

2. Menyusun dan Melaksanakan Pengelolaan Barang Desa.

3. Menyusun Raperdes APB Desa, Perubahan APBDesa dan

Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBDesa.

4. Menghimpun Rancangan Keputusan Kepala Desa tentang Pelaksanaan

Peraturan Desa.

5. Membantu Penanggungjawab dalam menyusun rencana kegiatan yang

dibiayai oleh Alokasi Dana Desa (ADD) yang dituangkan pada Rencana

Kegiatan Anggaran ( RKA ) dan dijabarkan dalam APBDesa.

6. Membantu mengkoordinasikan tugas penanggungjawab.

7. Melaksanakan pelayanan tekhnis Administrasi kepada Tim Fasilitasi

Tingkat Kecamatan dan Tim Pembina Tingkat Kabupaten.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alokasi Dana Desarepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19607/4/Chapter II.pdf · Indikator Potensi Ekonomi (PBB) 4. Indikator Jumlah Unit Komunitas

8. Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan yang dibiayai oleh Alokasi Dana

Desa (ADD).

Tugas Bendahara Desa sebagai berikut :

1. Membuka Rekening Desa bersama Kepala Desa atas nama

Pemerintahan Desa yang bersangkutan.

2. Membuka Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) atas nama Pemerintah

Desa.

3. Membukukan penerimaan dan pengeluaran uang disertai dengan bukti-

bukti pendukung dan memelihara bukti-bukti.

4. Menyimpan dan memelihara semua arsip, dan segala transaksi keuangan,

buku keuangan sebagai bahan pemeriksaan Pada buku Kas Umum.

5. Menyusun Anggaran kegiatan.

6. Menyetorkan Pajak.

7. Menyampaikan laporan keuangan kepada Penanggung jawab.

Tugas Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD) sebagai Wadah

Perencana dan Pelaksana Partisipasi pembangunan :

1. Bersama Kepala Desa selaku Penanggungjawab Kegiatan memfasilitasi

kegiatan-kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan Pembangunan

Fisik dan non fisik yang dibiayai baik oleh Alokasi Dana Desa (ADD) atau

dari Pihak ke Tiga.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alokasi Dana Desarepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19607/4/Chapter II.pdf · Indikator Potensi Ekonomi (PBB) 4. Indikator Jumlah Unit Komunitas

2. Memberdayakan bersama Ketua T.P.PKK dalam membina Lembaga

Pemberdayaan Posyandu di Desa.

3. Mengkoordinasikan dan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang berkaitan

dengan bidang tugasnya.

4. Menyusun Tahapan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan.

5. Merekapitulasi hasil-hasil kegiatan pelaksana teknis.

6. Menggerakkan swadaya dan partispasi masyarakat.

7. Melaporkan secara berkala hasil pelaksanaan kegiatan kepada Kepala

Desa selaku Penanggungjawab kegiatan.

8. Ketua Pelaksana Kegiatan bertanggungjawab kepada Kepala Desa.

Tugas Tim Penggerak PKK selaku Ketua Pemberdayaan dan

Kesejahteraan Keluarga sebagai berikut :

1. Bersama Kepala Desa selaku Penanggungjawab Kegiatan memfasilitasi

kegiatan-kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan Kegiatan

pemberdayaan Perempuan.

2. Bersama Ketua LKMD membina perkembangan LPP Posyandu.

3. Mengkoordinasikan dan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang berkaitan

dengan bidang tugasnya.

4. Menyusun Tahapan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan.

5. Merekapitulasi hasil-hasil kegiatan pelaksana teknis.

6. Menggerakkan swadaya dan partispasi masyarakat.

7. Melaporkan secara berkala hasil pelaksanaan kegiatan kepada Kepala Desa

selaku Penanggungjawab kegiatan.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alokasi Dana Desarepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19607/4/Chapter II.pdf · Indikator Potensi Ekonomi (PBB) 4. Indikator Jumlah Unit Komunitas

2.1.3 Tim Fasilitasi Tingkat Kecamatan

Di kecamatan di bentuk Tim Fasilitasi Tingkat Kecamatan yang

ditetapkan dengan Keputusan Camat, dengan susunan sebagai berikut :

Penanggung Jawab : Camat

Ketua : Kepala Seksi PMD.

Anggota : 1. Ketua T.P.PKK Kecamatan

2. Staf PMD Kecamatan.

3. Instansi Terkait Kecamatan.

Tugas Tim Fasilitasi Tingkat Kecamatan sebagai berikut :

1. Memfasiltasi Pemerintah Desa dalam menyusun Rancangan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Desa (RAPBDesa) dan menghadiri Pelaksanakan

Musyawarah Rencana Pembangunan Desa.

2. Melaksanakan kegiatan Fasilitasi dan Pembinaan, Pengawasan,

Pemantauan, Penelitian dan memverifikasi kelayakan kegiatan Desa yang

dibiayai oleh Alokasi Dana Desa (ADD).

3. Mensosialisasikan secara luas tentang Pengelolaan Keuangan Desa.

4. Camat selaku Penangungjawab memverifikasi Usulan Rencana Kegiatan

Desa (RKD) dan Laporan Pertanggungjawaban Pengelolaan Keuangan

Desa.

5. Mengadakan Monitoring dan Pengendalian Kegiatan Alokasi Dana Desa

(ADD).

6. Membantu Menyusun dan Rekapitulasi Laporan Kemajuan Kegiatan

Fisik dan Pelaporan Keuangan.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alokasi Dana Desarepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19607/4/Chapter II.pdf · Indikator Potensi Ekonomi (PBB) 4. Indikator Jumlah Unit Komunitas

7. Memfasilitasi dan mencari solusi terhadap permasalahan ditingkat Desa

dan melaporkan kepada Bupati LangkatCq. Badan Pemberdayaan

Masyarakat dan Pemerintahan Desa selaku Tim Pembina Kabupaten.

2.1.4 Tim Pembina Tingkat Kabupaten.

Tim Pembina Tingkat Kabupaten ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

1. Bupati dan Wakil Bupati Langkat sebagai Pengarah.

2. Sekretaris Daerah Kabupaten Sebagai Penanggungjawab.

3. Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat Dan Pemerintahan Desa

sebagai Ketua.

4. Kepala Bidang Pemerintahan Desa sebagai Sekretaris.

5. Inspektur Kabupaten Langkat sebagai Anggota

6. Kepala Dinas Pendapatan Pengelola Keuangan dan Asset Kabupaten

Langkat sebagai Anggota.

7. Kepala Badan Perencana Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten

Langkat sebagai Anggota.

8. Kepala Bagian Hukum Setdakab. Langkat sebagai Anggota.

9. Sekretaris, Kepala Bidang dan Kasubbid Sebagai Anggota.

10. Dinas Instansi Terkait lainnya.

Tugas Tim Pembina Kabupaten sebagai berikut :

1. Mendata variabel Independent utama dan variable tambahan untuk

menentukan beasarnya bagian dana yang diterima setiap Desa.

2. Membina dan mensosialisasikan Pengelolaan Alokasi Dana Desa

(ADD).

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alokasi Dana Desarepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19607/4/Chapter II.pdf · Indikator Potensi Ekonomi (PBB) 4. Indikator Jumlah Unit Komunitas

3. Melaksanakan Pembinaan Administrasi Keuangan Desa bersama dengan

Tim Fasilitasi Kecamatan.

4. Membuat laporan kegiatan Penggunaan Alokasi Dana Desa (ADD).

5. Melakukan fasilitasi pemecahan masalah berdasarkan pengaduan

masyarakat serta pihak lainnya dan mengkordinasikan dengan Inspektorat

Kabupaten Langkat.

6. Melakukan monitoring / evaluasi kegiatan yang dilaksanakan oleh Desa.

2.2 Konsep Pembangunan

Sukirno (1985) mengemukakan pendapatnya tentang konsep

pembangunan, mempunyai 3 sifat penting, yaitu : proses terjadinya perubahan

secara terus menerus, adanya usaha untuk menaikkan pendapatan perkapita

masyarakat dan kenaikan pendapatan masyarakat yang terjadi dalam jangka waktu

yang panjang.

Menurut Todaro (1998) pembangunan bukan hanya fenomena semata,

namun pada akhirnya pembangunan tersebut harus melampaui sisi materi dan

keuangan dari kehidupan manusia. Dengan demikian pembangunan idealnya

dipahami sebagai suatu proses yang berdimensi jamak, yang melibatkan masalah

pengorganisasian dan peninjauan kembali keseluruhan sistem ekonomi dan sosial.

Berdimensi jamak dalam hal ini artinya membahas komponen-komponen

ekonomi maupun non ekonomi.

Todaro (1998) menambahkan bahwa pembangunan ekonomi telah

digariskan kembali dengan dasar mengurangi atau menghapuskan kemiskinan,

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alokasi Dana Desarepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19607/4/Chapter II.pdf · Indikator Potensi Ekonomi (PBB) 4. Indikator Jumlah Unit Komunitas

ketimpangan dan pengangguran dalam kontenks pertumbuhan ekonomi atau

ekonomi negara yang sedang berkembang.

Rostow (1971) juga menyatakan bahwa pengertian pembangunan tidak

hanya pada lebih banyak output yang dihasilkan tetapi juga lebih banyak output

daripada yang diproduksi sebelumnya. Dalam perkembangannya, pembangunan

melalui tahapan-tahapan : masyaralat tradisional, pra kondisi lepas landas, lepas

landas, gerakan menuju kematangan dan masa konsumsi besar-besaran. Kunci

diantara tahapanini adalah tahap lepas landas yang didorong oleh satu atau lebih

sektor. Pesatnya pertumbuhan sektor utama ini telah menarik bersamanyabagian

ekonomi yang kurang dinamis.

Menurut Hanafiah (1892) pengertian pembangunan mengalami

perubahan karena pengalaman pada tahun 1950-an sampai tahun 1960-an

menunjukkan bahwa pembangunan yang berorientasi pada kenaikan pendapatan

nasional tidak bisa memecahkan masalah pembangunan. Hal ini terlihat dari taraf

hidup sebagian besar masyarakat tidak mengalami perbaikan kendatipun target

kenaikan pendapatan nasional per tahun meningkat. Dengan kata lain, ada tanda-

tanda kesalahan besar dalam mengartikan istilah pembangunan secara sempit.

Akhirnya disadari bahwa pengertian pembangunan itu sangat luas bukan

hanya sekedar bagaimana menaikkan pendapatan nasional saja. Pembangunan

ekonomi itu tidak bisa diartikan sebagai kegiatan-kegiatan yang dilakukan negara

untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf hidup masyarakatnya.

Pembangunan ekonomi pada umumnya didefenisikan sebagai suatu proses yang

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alokasi Dana Desarepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19607/4/Chapter II.pdf · Indikator Potensi Ekonomi (PBB) 4. Indikator Jumlah Unit Komunitas

menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu negara meningkat dalam

jangka panjang.

2.3 Pembangunan Desa

2.3.1 Pembangunan Masyarakat Desa

Esensi dari demokrasi adalah suatu sistem pemerintahan yang berasal

dari dan untuk rakyat. Tidak ada alasan untuk meyakini bahwa esensi utama dari

pemerintahan yang demokratis akan berubah dalam beberapa waktu mendatang.

Di Indonesia mekanisme perencanaan pembangunan baik yang berlaku dipusat

maupun didaerah diatur melalui peraturan menteri dalam negri no : 9 tahun 1982

tentang P5D atau (Pedoman Penyusunan Perencanaan dan Pengendalian

Pembangunan Daerah), namun dengan beralihnya sistem pemerintahan dari

sentralisasi ke desentralisasi serta tuntutan reformasi yang berkembang, regulasi

tersebut dirasa kurang layak lagi untuk diterapkan.

Pembangunan merupakan proses kegiatan untuk meningkatkan

keberdayaan dalam meraih masa depan yang lebih baik. Pengertian ini meliputi

upaya untuk memperbaiki keberdayaan masyarakat, bahkan sejalan dengan era

otonomi, makna dari konsep hendaknya lebih diperluas menjadi peningkatan

keberdayaan serta penyertaan partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan.

Oleh karenanya bahwa dalam pelaksanaannya harus dilakukan strategi yang

memandang masyarakat bukan hanya sebagai objek tetapi juga sebagai subjek

pembangunan yang mampu menetapkan tujuan, mengendalikan sumber daya, dan

mengarahkan proses pembangunan untuk meningkatkan taraf kehidupannya. Hal

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alokasi Dana Desarepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19607/4/Chapter II.pdf · Indikator Potensi Ekonomi (PBB) 4. Indikator Jumlah Unit Komunitas

ini sesuai dengan arah kebijakan pembangunan yang lebih diprioritaskan kepada

pemulihan kehidupan sosial ekonomi masyarakat dan menegakkan citra

pemerintah daerah dalam pembangunan.

Menurut Surjadi (1995:1) Pembangunan Masyarakat Desa adalah sebagai

suatu proses dimana anggota-anggota masyarakat desa pertama-tama

mendiskusikan dan menentukan keinginan mereka, kemudian merencanakan dan

mengerjakan bersama untuk memenuhi keinginan mereka tersebut. Pembangunan

Masyarakat Desa mempunyai ruang lingkup dan tujuan meningkatkan taraf hidup

masyarakat, terutama masyarakat yang tinggal di wilayah dalam strata

pemerintahan yang disebut sebagai pemerintahan terbawah atau desa yaitu

pemerintahan di tingkat ‘grass roots’ peningkatan taraf hidup yang berupa lebih

banyak pengenalan atas benda-benda fisik yang bernilai ekonomis, mungkin dapat

saja diberi penilaian secara standard an kemudian dijadikan ukuran.

Pembangunan Masyarakat Desa pada dasarnya adalah bertujuan untuk

mencapai suatu keadaan pertumbuhan dan peningkatan untuk jangka panjang dan

sifat peningkatan akan lebih bersifat kualitatif terhadap pola hidup warga

masyarakat, yaitu pola yang dapat mempengaruhi perkembangan aspek mental(

jiwa), fisik (raga), intelegensia (kecerdasan) dan kesadaran bermasyarakat dan

bernegara. Akan tetapi pencapaian objektif dan target pembangunan desa pada

dasarnya banyak ditentukan oleh mekanisme dan struktur yang dipakai sebagai

Sistem Pembangunan Desa. Menurut Maskun Sumitro (1994:49) Kebijaksanaan

Pembangunan Wilayah Pedesaan dirumuskan secara umum dan merata dan

menjadi pedoman setiap langkah Pembangunan Sektoral di Bidang Pedesaan.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alokasi Dana Desarepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19607/4/Chapter II.pdf · Indikator Potensi Ekonomi (PBB) 4. Indikator Jumlah Unit Komunitas

2.3.2 Keswadayaan Masyarakat Desa

Keswadayaan bisa dipahami sebagai ”semangat” yakni upaya yang

didasarkan pada kepercayaan kemampuan diri dan berdasarkan pada sumber daya

yang dimiliki. Keswadayaan juga berarti semangat untuk membebaskan diri dari

ketergantungan pada pihak luar atau kekuatan dari atas (Raharjo, 1992).

Penanganan masalah kemiskinan selama ini didasarkan pada asumsi

bahwa kemiskinan merupakan fenomena rendahnya kesejahteraan dan kurangnya

penguasaan terhadap sumber daya. Padahal sebenarnya fenomena kemiskinan

sangat kompleks dan bersifat multidimensional. Masalah kemiskinan ditandai

oleh banyak faktor misalnya kerentanan, ketidakberdayaan, tertutupnya akses

kepada berbagai peluang kerja, kondisi fisik yang lemah akibat kurangnya gizi,

tingginya tingkat ketergantungan mereka dan terefleksikannya dalam budaya

kemiskinan yang digariskan satu generasi ke generasi berikutnya (Tjokrowinoto :

1993). Kondisi kemiskinan di atas terjadi bukan karena dikehendaki oleh si

miskin, melainkan karena tidak bisa dihindari dengan kekuatan yang ada padanya.

Orang miskin adalah orang yang serba kurang mampu dan terbelit dalam

lingkaran ketidakberdayaan (Bappenas-Depdagri, 1993)

Upaya penanggulangan kemiskinan, khususnya di pedesaan erat kaitannya

dengan partisipasi masyarakat dan kemandirian desa. Partisipasi masyarakat ini

dimulai dari perumusan persoalan, perencanaan, pengelolaan, pengendalian

kegiatan dan penilaian keberhasilan pembangunan. Dengan partisipasi ini

diharapkan masyarakat pada akhirnya memiliki kemampuan membangun dirinya

sendiri dan lingkungannya secara swadaya dan berkelanjutan.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alokasi Dana Desarepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19607/4/Chapter II.pdf · Indikator Potensi Ekonomi (PBB) 4. Indikator Jumlah Unit Komunitas

Swadaya masyarakat merupakan semangat untuk membebaskan diri dari

ketergantungan pada pihak luar atau kekuatan dari atas dengan memanfaatkan

sumberdaya yang mereka miliki. Swadaya masyarakat juga dapat dipahami

sebagai kemampuan untuk memanfaatkan dan mengembangkan fasilitas-fasililtas

yang telah tersedia sebagai hasil pembangunan yang dilaksanakan pemerintah

(Raharjo, 1992).

Tidak berkembangnya swadaya masyarakat mengakibatkan penduduk

miskin tetap terperangkap dalam kemiskinan. Menurut Chambers (1983),

kemiskinan itu sendiri bukanlah hal yang melekat pada diri orang miskin itu

sendiri seperti ketidakberdayaan, kerawanan, kelemahan fisik, isolasi dan

kemiskinan itu sendiri, dan dapat pula merupakan sesuatu yang bersifat eksternal

seperti kebijaksanaan pembangunan yang lebih mendukung perkembangan

lapisan masyarakat ekonomi kuat ketimbang lapisan masyarakat lemah. Menurut

Soetrisno (1991) dominannya kepala desa dalam perencanaan program-program

pembangunan desa, telah mengabaikan aspirasi dan partisipasi masyarakat desa

menyebabkan matinya kemandirian politik pembangunan.

2.3.3 Perencanaan Pembangunan Berbasis Sosial Budaya Lokal

Struktur masyarakat Indonesia ditandai oleh dua ciri yang bersifat unik.

Secara horizontal ditandai oleh kenyataan adanya kesatuan-kesatuan sosial

berdasarkan perbedaan perbedaan suku bangsa, perbedaan perbedaan agama, adat

serta perbedaan perbedaan kedaerahan (bersifat majemuk). Secara vertikal,

struktur masyarakat Indonesia ditandai oleh adanya perbedaan perbedaan vertikal

antara lapisan atas dan lapisan bawah yang cukup tajam. Perencanaan

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alokasi Dana Desarepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19607/4/Chapter II.pdf · Indikator Potensi Ekonomi (PBB) 4. Indikator Jumlah Unit Komunitas

pembangunan melalui pendekatan sosial budaya ini diarahkan untuk

meningkatkan peranan dan pengembangan Lembaga Adat dan Budaya Lokal guna

menumbuh kembangkan kembali nilai-nilai budaya lokal dalam menunjang

pemberdayaan masyarakat sehingga akan tumbuh kondisi sosial budaya yang

sehat dan dinamis, yang pada akhirnya akan bermuara pada masyarakat madani

dan mengembalikan citra budaya bangsa Indonesia.

2.3.4 Perencanaan Pembangunan Partisipatif Desa

Pembangunan desa adalah proses kegiatan pembangunan yang

berlangsung didesa yang mencakup seluruh aspek kehidupan dan penghidupan

masyarakat. Menurut peraturan Pemerintah Republik Indonesia no : 72 tahun

2005 tentang desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bahwa perencanaan

pembangunan desa disusun secara partisipatif oleh pemerintahan desa sesuai

dengan kewenangannya dan menurut ayat (3) bahwa dalam menyusun

perencanaan pembangunan desa wajib melibatkan lembaga kemasyarakatan desa.

3. Pengendalian

Pemanfaatan Pengembangan Tindak Lanjut

1.

2.

2. PELAKSANAAN a. Pola swakelola b. Pola kerjasama operasional c. Pola swadaya d. B T O

1. PERENCANAAN a. Musrenbang Dusun/RW/Kampung b. Musrenbang Desa/Kel c. Musrenbang Kecamatan d. Pembiayaan

3. PENGENDALIAN/PELESTARIAN a. Musrenbang Dusun/RW/Kampung b. Musrenbang Desa/Kel c. Musrenbang Kecamatan d. Pembiayaan

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alokasi Dana Desarepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19607/4/Chapter II.pdf · Indikator Potensi Ekonomi (PBB) 4. Indikator Jumlah Unit Komunitas

Sumber: Pedoman sosialisasi Penyusunan RPJMDES BPMPD Kabupaten Langkat

Tahun 2008

Gambar 2. Siklus Pembangunan Partisipatif Desa

Prinsip Pembangunan Partisipatif sebagai berikut :

1. Pemberdayaan

2. Transparansi

3. Akuntabilitas

4. Berkelanjutan

5. Partisipasi

Tujuan Perencanaan Pembangunan sebagai berikut:

1. Mengkoordinasikan antar pelaku pembangunan.

2. Menjamin sinkronisasi dan sinergi dengan pelaksanaan Pembangunan

Daerah.

3. Menjamin keterkaitan dan konsistensi antara Perencanaan,

Penganggaran, Pelaksanaan dan Pengawasan.

4. Mengoptimalkan Partisipasi Masyarakat

5. Menjamin tercapainya penggunaan Sumber Daya Desa secara efisien,

efektif, berkeadilan dan berkelanjutan.

2.3.5 Pembangunan Desa yang Berkelanjutan

Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang berkelanjutan

dapat diartikan secara luas sebagai kegiatan-kegiatan di suatu wilayah untuk

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alokasi Dana Desarepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19607/4/Chapter II.pdf · Indikator Potensi Ekonomi (PBB) 4. Indikator Jumlah Unit Komunitas

memenuhi kebutuhan pembangunan di masa sekarang tanpa membahayakan daya

dukung sumberdaya bagi generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhannya.

Tantangan pembangunan berkelanjutan adalah menemukan cara untuk

meningkatkan kesejahteraan sambil menggunakan sumberdaya alam secara

bijaksana. Arus globalisasi yang semakin kuat perlu diimbangi dengan kesadaran

bahwa mekanisme pasar tidak selalu mampu memecahkan masalah ketimpangan

sumberdaya. Kebijakan pembangunan harus memberi perhatian untuk perlunya

menata kembali landasan sistem pengelolaan aset-aset di wilayah pedesaan.

Penataan kembali tersebut lebih berupa integrasi kepada pemanfaatan ganda, yaitu

ekonomi dan lingkungan/ekosistem. Walaupun wawasan agroekosistem

merupakan sesuatu pengelolaan yang kompleks dan rumit, akan tetapi

keberhasilannya dapat dilihat dan dirumuskan dengan melihat indikator-indikator

antara lain: kontribusi terhadap keberlanjutan lingkungan lokal, kontribusi

terhadap keberlanjutan penggunaan sumberdaya alam, kontribusi terhadap

peningkatan lapangan kerja, kontribusi terhadap keberlanjutan ekonomi makro,

efektifitas biaya dan kontribusi terhadap kemandirian teknis.

Ada empat aspek umum ciri-ciri spesifik terpenting mengenai konsep

agroekosistem. Empat aspek umum tersebut adalah:

1. Kemerataan (equitability)

2. Keberlanjutan (sustainability)

3. Kestabilan (stability) dan

4. Produktivitas (productivity).

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alokasi Dana Desarepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19607/4/Chapter II.pdf · Indikator Potensi Ekonomi (PBB) 4. Indikator Jumlah Unit Komunitas

Secara sederhana, equitability merupakan penilaian tentang sejauh mana

hasil suatu lingkungan sumberdaya didistribusikan diantara masyarakatnya.

Sustainability dapat diberi pengertian sebagai kemampuan sistem sumberdaya

mempertahankan produktivitasnya, walaupun menghadapi berbagai kendala.

Stability merupakan ukuran tentang sejauh mana produktivitas sumberdaya bebas

dari keragaman yang disebabkan oleh fluktuasi faktor lingkungan. Productivity

adalah ukuran sumberdaya terhadap hasil fisik atau ekonominya. Dimasa yang

akan datang, dalam konteks pembangunan pedesaan yang berkelanjutan,

pengelolaan sumberdaya di desa haruslah dilaksanakan dalam satu pola yang

menjamin kelestarian lingkungan hidup, menjaga keseimbangan biologis,

memelihara kelestarian dan bahkan memperbaiki kualitas sumberdaya alam

sehingga dapat terus diberdayakan, serta menerapkan model pemanfaatan

sumberdaya yang efisien.

Pemerintah Kabupaten memberikan Alokasi Dana Desa merupakan

wujud nyata pemenuhan Hak Desa dalam membiayai Program Pemerintahan Desa

dalam melaksanakan kegiatan Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat di

desa. Alokasi Dana Desa tersebut digunakan dalam Pembangunan fisik atau non

fisik dengan tujuan Perkembangan Desa. Indikator dalam hal ini meliputi tingkat

pendidikan, tingkat kesehatan dan tingkat pendapatan.

Pembangunan fisik dan non fisik

Pendidikan Pendapatan Kesehatan

Alokasi Dana Desa

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alokasi Dana Desarepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19607/4/Chapter II.pdf · Indikator Potensi Ekonomi (PBB) 4. Indikator Jumlah Unit Komunitas

Gambar 3. Penggunaan Alokasi Dana Desa

2.4 Persepsi Masyarakat

2.4.1 Definisi Persepsi

Secara etimologis, persepsi atau dalam bahasa Inggris perception berasal

dari bahasa Latin perception, dari percipere, yang artinya menerima atau

mengambil (Sobur, 2003 : 445).

Persepsi pada dasarnya merupakan suatu proses yang terjadi dalam

pengamatan seseorang terhadap orang lain. Pemahaman terhadap sesuatu

informasi yang disampaikan oleh orang lain yang sedang saling berkomunikasi,

berhubungan atau bekerjasama, jadi setiap orang tak terlepas dari proses persepsi.

Persepsi dalam arti sempit ialah penglihatan, bagaimana cara seseorag

melihat sesuatu, sedangkan dalam arti luas ialah pandangan atau pengertian, yaitu

bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu (Sobur, 2003 : 445).

Persepsi adalah proses internal yang memungkinkan kita memilih,

mengorganisasikan, dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan kita, dan proses

tersebut mempengaruhi perilaku kita (Mulyana, 2007 : 179).

Definisi lain tentang persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa,

atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alokasi Dana Desarepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19607/4/Chapter II.pdf · Indikator Potensi Ekonomi (PBB) 4. Indikator Jumlah Unit Komunitas

menafsirkan pesan. Persepsi memberikan makna pada stimuli inderawi (sensory

stimuli) (Rakhmat, 2001 : 57).

Lahlry (1991) mendefinisikan persepsi sebagai proses yang kita gunakan

untuk menginterpretasikan data – data sensoris. Data – data sensoris sampai

kepada kita melalui lima indra kita (Severin, 2005 : 83).

Sementara Joseph A. De Vito mendefinisikan persepsi sebagai proses yang

menjadikan kita sadar akan banyaknya yang mempengaruhi indra kita (Mulyana,

2007 : 180).

Brian Fellows juga mendefinisikan persepsi sebagai proses yang

memungkinkan kita memperoleh kesadaran menerima dan menganalisis informasi

(Mulyana, 2007 : 180).

Dari uraian diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa persepsi

merupakan suatu hal penting yang dialami oleh setiap orang. Setiap orang akan

menerima segala sesuatu berupa informasi ataupun segala rangsangan yang dating

dari lingkungannya, dalam batas-batas kemampuannya, segala rangsangan yang

diterimanya tersebut diolah, dan selanjutnya diproses.

2.4.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Persepsi seseorang tidak timbul begitu saja, tentu ada faktor-faktor yang

mempengaruhi. David Krech dan Richard S. Crurchfield (1977 : 235) (dalam

Rakhmat, 2001 : 58) menyebutnya sebagai faktor fungsional, faktor struktural,

faktor situasional, dan faktor personal.

1. Faktor Fungsional

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alokasi Dana Desarepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19607/4/Chapter II.pdf · Indikator Potensi Ekonomi (PBB) 4. Indikator Jumlah Unit Komunitas

Faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan

hal – hal lain yang termasuk apa yang kita sebut sebagai faktor -

faktor personal. Yang menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk

stimuli, tetapi karakteristik orang yang memberikan respons pada

stimuli itu. Dari sini Krech dan Crutchfield merumuskan dalil persepsi

yang pertama, yaitu : Persepsi bersifat selektif. Ini berarti bahwa

objek-objek yang mendapat tekanan dalam persepsi kita biasanya

objek-objek yang memenuhi tujuan individu yang melakukan persepsi.

2. Faktor Struktural

Faktor struktural berasal semata – mata dari sifat stimuli fisik dan

efek- efek saraf yang ditimbulkannya pada system saraf individu. Dari

sini Krech dan Crutchfield melahirkan dalil persepsi yang kedua, yaitu

: Medan perseptual dan kognitif selalu diorganisasikan dan diberi arti.

3. Faktor Situasional

Faktor ini banyak berkaitan dengan bahasa nonverbal. Petunjuk

proksemik, petunjuk kinesik, petunjuk wajah, petunjuk paralingusitik

adalah beberapa dari faktor situasional yang memengaruhi.

4. Faktor Personal

Faktor personal terdiri atas pengalaman, motivasi, dan kepribadian.

Pengalaman bertambah melalui rangkaian peristiwa yang pernah

dihadapi. Sementara motivasi adalah faktor yang mempengaruhi

stimuli yang akan diproses. Sedangkan kepribadian adalah ragam pola

tingkah laku dan pikiran yang memiliki pola tetap yang dapat

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alokasi Dana Desarepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19607/4/Chapter II.pdf · Indikator Potensi Ekonomi (PBB) 4. Indikator Jumlah Unit Komunitas

dibedakan dari orang lain yang merupakan karakteristik seorang

individu.

Persepsi adalah inti komunikasi, sedangkan penafsiran (interpretasi)

adalah inti persepsi, yang identik dengan penyandian-penyandian balik (decoding)

dalam proses komunikasi (Mulyana, 2007 : 170).

Persepsi disebut inti komunikasi, karena jika persepsi kita tidak akurat,

tidak mungkin kita berkomunikasi efektif. Persepsilah yang menetukan kita

memilih suatu pesan dan mengabaikan pesan yang lain. Semakin tinggi derajat

kesamaan persepsi antarindividu, semakin mudah dan semakin sering mereka

berkomunikasi, dan sebagai konsekuensinya, semakin cenderung membentuk

kelompok budaya atau kelompok identitas (Mulyana, 2007 : 180).

2.4.3 Proses Persepsi

Persepsi merupakan bagian dari keseluruhan proses yang menghasilkan

tanggapan setelah rangsangan diterapkan kepada manusia. Subproses psikologis

lainnya adalah pengenalan, penalaran, perasaan, tanggapan. Seperti dinyatakan

dalam bagan berikut ini :

Penalaran

Rangsangan Persepsi Pengenalan Tanggapan

Perasaan

Sumber : Sobur, 2003 : 447

Gambar 4. Variabel Psikologis Diantara Rangsangan dan Tanggapan

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alokasi Dana Desarepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19607/4/Chapter II.pdf · Indikator Potensi Ekonomi (PBB) 4. Indikator Jumlah Unit Komunitas

Dari bagan di atas, digambarkan bahwa persepsi dan kognisi diperlukan

dalam semua kegiatan psikologis. Bahkan diperlukan bagi orang yang paling

sedikit terpengaruh atau sadar akan adanya rangsangan menerima dan dengan

suatu cara menahan dampak dari rangsangan.

Secara singkat persepsi dapat didefinisikan sebagai cara manusia

menangkap rangsangan. Kognisi adalah cara manusia memberi arti terhadap

rangsangan. Penalaran adalah proses sewaktu rangsangan dihubungkan dengan

rangsangan lainnya pada tingkat pembentukan psikologi. Perasaan adalah

konotasi emosional yang dihasilkan oleh rangsangan baik sendiri atau bersama –

sama dengan rangsangan lain pada tingkat kognitif atau konseptual.

Dari segi psikologis dikatakan bahwa tingkah laku seseorang merupakan

fungsi dari cara dia memandang. Oleh sebab itu untuk mengubah tingkah laku

seseorang harus dimulai dengan mengubah persepsinya. Dalam persepsi terdapat

tiga komponen utama (Sobur, 2003 : 446) :

1. Seleksi, adalah proses penyaringan oleh indera terhadap rangsangan dari

luar, intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit.

2. Interpretasi, yaitu proses mengorganisasikan informasi sehingga

mempunyai arti bagi seseorang. Interpretasi dipengaruhi oleh beberapa

faktor, seperti pengalaman masa lalu, sistem nilai yang dianut, motivasi

kepribadian, dan kecerdasan. Interpretasi juga bergantung pada

kemampuan seseorang untuk mengadakan pengkategorian informasi yang

diterimanya, yaitu proses mereduksi informasi yang kompleks menjadi

sederhana.

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alokasi Dana Desarepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19607/4/Chapter II.pdf · Indikator Potensi Ekonomi (PBB) 4. Indikator Jumlah Unit Komunitas

3. Interpretasi dan persepsi kemudian diterjemahkan dalam bentuk tingkah

laku sebagai reaksi.

Persepsi adalah sumber pengetahuan kita tentang dunia, kita ingin

mengenali dunia dan lingkungan yang mengenalinya. Pengetahuan adalah

kekuasaan. Tanpa pengetahuan kita tidak dapat bertindak secara efektif. Persepsi

adalah sumber utama dari pengetahuan itu. Dari definisi yang dikemukakan oleh

Pareek (dalam Sobur, 2003 : 451) yaitu “persepsi adalah proses menerima,

menyeleksi, mengorganisir, mengartikan, dan memberikan reaksi kepada

rangsangan panca indra dan data”, tercakup beberapa segi atau proses yang

selanjutnya dijelaskan sebagai berikut :

1. Proses menerima rangsangan

Proses pertama dalam persepsi adalah menerima rangsangan atau data

dari berbagai sumber. Kebanyakan data diterima melalui panca indra.

Kita melihat sesuatu, mendengar, mencium, merasakan, atau

menyentuhnya, sehingga kita memperlajari segi – segi lain dari sesuatu

itu. Dalam hal ini para warga masyarakat ataupun pimpinan desa

menerima stimulus dari pemberian ADD di wilayah kecamatan Stabat

2. Proses menyeleksi rangsangan

Setelah rangsangan diterima atau data diseleksi. Tidaklah mungkin

untuk memperhatikan semua rangsangan yang telah diterima. Demi

menghemat perhatian yang digunakan, rangsangan – rangsangan itu

disaring dan diseleksi untuk proses yang lebih lanjut. Para warga

masyarakat dan pimpinan desa menyeleksi rangsangan yang diberikan

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alokasi Dana Desarepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19607/4/Chapter II.pdf · Indikator Potensi Ekonomi (PBB) 4. Indikator Jumlah Unit Komunitas

kepada mereka yakni mengenai ADD di kecamatan Stabat Kabupaten

Langkat.

3. Proses pengorganisasian

Rangsangan yang diterima selanjutnya diorganisasikan dalam suatu

bentuk. Ada tiga dimensi utama dalam pengorganisasian rangsangan,

yakni pengelompokkan (berbagai rangsangan yang diterima

dikelompokkan dalam suatu bentuk), bentuk timbul dan latar (dalam

melihat rangsangan atau gejala, ada kecenderungan untuk memusatkan

perhatian pada gejala-gejala tertentu yang timbul menonjol, sedangkan

gejala atau rangsangan yang lain berada di latar belakang), kemantapan

persepsi (ada suatu kecenderungan untuk menstabilkan persepsi, dan

perubahan-perubahan konteks tidak mempengaruhinya).

Pengorganisasian persepsi para warga masyarakat dan pimpinan desa

menyeleksi rangsangan yang diberikan kepada mereka yakni mengenai

ADD di kecamatan Stabat Kabupaten Langkat.

4. Proses penafsiran

Setelah rangsangan atau data diterima dan diatur, si penerima lalu

menafsirkan data itu dengan berbagai cara, Dikatakan bahwa telah

terjadi persepsi setelah data itu ditafsirkan. Persepsi pada pokoknya

memberikan arti pada berbagai data dan informasi yang diterima.

Informasi yang diterima berupa pemberian ADD di wilayah kecamatan

Stabat Kabupaten Langkat.

5. Proses pengecekan

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alokasi Dana Desarepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19607/4/Chapter II.pdf · Indikator Potensi Ekonomi (PBB) 4. Indikator Jumlah Unit Komunitas

Setelah data diterima dan ditafsirkan, si penerima mengambil tindakan

untuk mengecek apakah penafsirannya benar atau salah. Proses ini

terlalu cepat dan orang mungkin tidak menyadarinya. Proses ini

didapat setelah terdapat penafsiran dari pihak warga masyarakat dan

pimpinan desa kecamatan Stabat Kabupaten Langkat.

6. Proses reaksi

Tahap terakhir dari proses perseptual adalah bertindak sehubungan

dengan apa yang telah diserap. Hal ini biasanya dilakukan jika

seseorang bertindak sehubungan dengan persepsinya. Reaksi yang

diharapkan adalah reaksi positif mengenai ADD dari warga

masyarakat dan pimpinan desa kecamatan Stabat Kabupaten Langkat.