BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Kemampuan Berpikir Kritis 1. Pengertian...

21
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Kemampuan Berpikir Kritis 1. Pengertian Berpikir Kritis Berpikir kritis merupakan salah satu tujuan penting dari pendidikan. Keterampilan yang diharapkan dalam proses pembelajaran berlangsung adalah keterampilan berpikir kritis. Berpikir kritis yaitu berpikir secara rasional (masuk akal). Terdapat berbagai pengertian berpikir kritis menurut ahli. Beyer dalam Zubaidah (2010: 2) berpendapat bahwa: “Berpikir kritis berarti membuat penilaian-penilaian yang masuk akal.” Beyer memandang berpikir kritis sebagai menggunakan criteria untuk menilai kualitas sesuatu, dari kegiatan yang paling sederhana seperti kegiatan normal sehari-hari sampai menyusun kesimpulan dari sebuah tulisan yang digunakan seseorang untuk mengevaluasi validitas sesuatu (pernyataan-pernyataan, ide-ide, argumen-argumen, penelitian dan lain-lain). Menurut Matindas dalam Zubaidah (2010: 2-3) menyatakan bahwa “Berpikir kritis adalah aktivitas mental yang dilakukan untuk mengevaluasi kebenaran sebuah pernyataan. Umumnya evaluasi berakhir dengan putusan untuk menerima, menyangkal, atau meragukan kebenaran pernyataan yang bersangkutan.” Berdasarkan pendapat para ahli di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa berpikir kritis merupakan seseorang yang dapat berpikir secara logis, rasional serta berpikir yang digunakan untuk menyelediki, mengidentifikasi, mengkaji serta mengembangkan ke arah yang lebih sempurna baik terhadap suatu pernyataan maupun untuk menilai kualitas tertentu, sehingga seseorang tersebut mampu

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Kemampuan Berpikir Kritis 1. Pengertian...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Kemampuan Berpikir Kritis 1. Pengertian …repositori.unsil.ac.id/666/6/BAB II.pdf · 2019. 9. 2. · f. Menentukan pilihan penyelesaian Kemampuan

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Kemampuan Berpikir Kritis

1. Pengertian Berpikir Kritis

Berpikir kritis merupakan salah satu tujuan penting dari pendidikan.

Keterampilan yang diharapkan dalam proses pembelajaran berlangsung adalah

keterampilan berpikir kritis. Berpikir kritis yaitu berpikir secara rasional (masuk

akal). Terdapat berbagai pengertian berpikir kritis menurut ahli.

Beyer dalam Zubaidah (2010: 2) berpendapat bahwa:

“Berpikir kritis berarti membuat penilaian-penilaian yang masuk akal.” Beyer

memandang berpikir kritis sebagai menggunakan criteria untuk menilai kualitas

sesuatu, dari kegiatan yang paling sederhana seperti kegiatan normal sehari-hari

sampai menyusun kesimpulan dari sebuah tulisan yang digunakan seseorang untuk

mengevaluasi validitas sesuatu (pernyataan-pernyataan, ide-ide, argumen-argumen,

penelitian dan lain-lain).

Menurut Matindas dalam Zubaidah (2010: 2-3) menyatakan bahwa

“Berpikir kritis adalah aktivitas mental yang dilakukan untuk mengevaluasi

kebenaran sebuah pernyataan. Umumnya evaluasi berakhir dengan putusan untuk

menerima, menyangkal, atau meragukan kebenaran pernyataan yang

bersangkutan.”

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa

berpikir kritis merupakan seseorang yang dapat berpikir secara logis, rasional serta

berpikir yang digunakan untuk menyelediki, mengidentifikasi, mengkaji serta

mengembangkan ke arah yang lebih sempurna baik terhadap suatu pernyataan

maupun untuk menilai kualitas tertentu, sehingga seseorang tersebut mampu

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Kemampuan Berpikir Kritis 1. Pengertian …repositori.unsil.ac.id/666/6/BAB II.pdf · 2019. 9. 2. · f. Menentukan pilihan penyelesaian Kemampuan

9

menilai hal tersebut dimulai dari hal yang sederhana sampai pada akhirnya mampu

menyusun kesimpulan dari suatu pernyataan atau penilaian terhadap kualitas

tertentu.

2. Tujuan Berpikir Kritis

Kemampuan dalam berpikir kritis dapat mendorong seseorang

memunculkan ide-ide atau pemikiran baru tentang suatu permasalahan. Seseorang

akan dilatih dalam mengemukakan pendapat atau ide secara rasional dan relevan.

Menurut Sapriya dalam Mardiana (2017: 10) “Tujuan berpikir kritis ialah

untuk menguji suatu pendapat atau ide, termasuk di dalamnya melakukan

pertimbangan atau pemikiran yang didasarkan pada pendapat yang diajukan.”

Pertimbangan-pertimbangan tersebut biasanya didukung oleh kriteria yang dapat

dipertanggungjawabkan.

Kemampuan berpikir kritis dapat mendorong siswa memunculkan ide-ide

atau pemikiran baru mengenai permasalahan tentang dunia. Siswa akan dilatih

bagaimana menyeleksi berbagai pendapat, sehingga dapat membedakan mana

pendapat yang relevan dan mana yang tidak relevan, mana pendapat yang benar dan

tidak benar. Dapat membantu siswa membuat kesimpulan dengan

mempertimbangkan data dan fakta yang terjadi di lapangan. Adapun aspek yang

diukur dalam kemampuan berpikir kritis yaitu domain kognitif pada jenjang

menganalisis (C4) dan mengevaluasi (C5).

Adapun menurut Wahidin dalam Ahmatika (6), ada beberapa keuntungan

yang diperoleh dari pembelajaran yang menekankan pada proses keterampilan

berpikir kritis, yaitu:

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Kemampuan Berpikir Kritis 1. Pengertian …repositori.unsil.ac.id/666/6/BAB II.pdf · 2019. 9. 2. · f. Menentukan pilihan penyelesaian Kemampuan

10

a. Belajar lebih ekonomis, yaitu bahwa apa yang diperoleh dan pengajarannya akan

tahan lama dalam pikiran siswa,

b. Cenderung menambah semangat belajar dan antusias baik pada guru maupun

pada siswa,

c. Diharapkan siswa dapat memiliki sikap ilmiah, dan

d. Siswa memiliki kemampuan memecahkan masalah baik pada saat proses belajar

mengajar di kelas maupun dalam menghadapi permasalahan nyata yang akan

dialaminya.

3. Ciri-ciri Berpikir Kritis

Kemampuan berpikir kritis merupakan salah satu kemampuan yang sangat

diperlukan dalam pemecahan suatu masalah. Terdapat ciri-ciri tertentu yang dapat

diamati untuk mengetahui bagaimana tingkat kemampuan berpikir kritis seseorang.

Berikut ini ciri-ciri berpikir kritis menurut Wijaya dalam Mardiana (2017:

10-11):

a. Mengenal secara rinci bagian-bagian dari keseluruhan;

b. Pandai mendeteksi permasalahan;

c. Mampu membedakan ide yang relevan dengan yang tidak relevan;

d. Mampu membedakan fakta dengan diksi atau pendapat;

e. Mampu mengidentifikasi perbedaan-perbedaan atau kesenjangan-kesenjangan

informasi;

f. Dapat membedakan argumentasi logis dan tidak logis;

g. Mampu mengembangkan kriteria atau standar penilaian data;

h. Suka mengumpulkan data untuk pembuktian faktual;

i. Dapat membedakan diantara kritik membangun dan merusak;

j. Mampu mengidentifikasi pandangan perspektif yang bersifat ganda yang

berkaitan dengan data;

k. Mampu mengetes asumsi dengan cermat;

l. Mampu mengkaji ide yang bertentangan dengan peristiwa dalam lingkungan;

m. Mampu mengidentifikasi atribut-atribut manusia, tempat dan benda, seperti

dalam sifat, bentuk, wujud, dan lain-lain;

n. Mampu mendaftar segala akibat yang mungkin terjadi atau alternatif pemecahan

terhadap masalah, ide, dan situasi;

o. Mampu membuat hubungan yang berurutan antara satu masalah dengan masalah

lainnya;

p. Mampu menarik kesimpulan generalisasi dari data yang telah tersedia dengan

data yang diperoleh dari lapangan;

q. Mampu membuat prediksi dari informasi yang tersedia;

r. Dapat membedakan konklusi yang salah dan tepat terhadap informasi yang

diterimanya;

s. Mampu menarik kesimpulan dari data yang telah ada dan terseleksi;

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Kemampuan Berpikir Kritis 1. Pengertian …repositori.unsil.ac.id/666/6/BAB II.pdf · 2019. 9. 2. · f. Menentukan pilihan penyelesaian Kemampuan

11

t. Mampu menentukan hubungan sebab akibat;

u. Terampil menggunakan sumber-sumber pengetahuan yang dapat dipercaya;

v. Mampu mengklasifikasikan informasi dan ide.

4. Indikator Berpikir Kritis

Indikator merupakan suatu ukuran dari suatu kondisi yang dapat digunakan

untuk mengukur perubahan yang terjadi pada suatu kejadian atau suatu kegiatan.

Indikator berpikir kritis dapat dikatakan suatu ukuran yang digunakan untuk

mengukur kemampuan berpikir kritis seseorang.

Menurut Ennis dalam Zubaidah (2010: 6) mengelompokkan indikator

aktivitas berpikir kritis ke dalam lima besar aktivitas berikut, yang dalam

prakteknya dapat bersatu padu membentuk sebuah kegiatan atau terpisah-pisah

hanya beberapa indikator saja.

a. Memberikan penjelasan sederhana, yang berisi: memfokuskan pertanyaan,

menganalisis pertanyaan dan bertanya, serta menjawab pertanyaan tentang suatu

penjelasan atau pernyataan.

b. Membangun keterampilan dasar, yang terdiri atas mempertimbangkan apakah

sumber dapat dipercaya atau tidak dan mengamati serta mempertimbangkan

suatu laporan hasil observasi.

c. Menyimpulkan, yang terdiri atas kegiatan mendeduksi atau mempertimbangkan

hasil deduksi, menginduksi atau mempertimbangkan hasil induksi, dan membuat

serta menentukan nilai pertimbangan.

d. Memberikan penjelasan lanjut, yang terdiri atas mengidentifikasi istilah-istilah

dan definisi pertimbangan dan juga dimensi, serta mengidentifikasi asumsi.

e. Mengatur strategi dan taknik, yang terdiri atas menentukan tindakan dan

berinteraksi dengan orang lain.

Adapun menurut Angelo (1995) mengidentifikasi indikator atau perilaku

yang sistematis dalam berpikir kritis, yaitu sebagai berikut:

a. Keterampilan menganalisis

Keterampilan menganalisis merupakan suatu keterampilan menguraikan sebuah

struktur ke dalam komponen-komponen agar mengetahui pengorganisasian

struktur tersebut. Tujuan pokoknya adalah memahami sebuah konsep global

dengan cara menguraikan atau merinci globalitas tersebut ke dalam bagian-

bagian yang lebih kecil dan terperinci. Pertanyaan analisis, menghendaki agar

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Kemampuan Berpikir Kritis 1. Pengertian …repositori.unsil.ac.id/666/6/BAB II.pdf · 2019. 9. 2. · f. Menentukan pilihan penyelesaian Kemampuan

12

pembaca mengidentifikasi langkah-langkah logis yang digunakan dalam proses

berpikir hingga sampai pada sudut kesimpulan.

b. Keterampilan mensintesis

Keterampilan mensintesis merupakan keterampilan yang berlawanan dengan

keterampilan menganalisis. Keterampilan mensintesis adalah keterampilan

menggabungkan bagian-bagian menjadi sebuah bentukan atau susunan yang

baru.

c. Keterampilan mengenal dan memecahkan masalah

Keterampilan ini merupakan keterampilan aplikasi konsep kepada beberapa

pengertian baru. Keterampilan ini menuntut pembaca untuk memahami bacaan

dengan kritis sehingga setelah kegiatan membaca selesai, siswa mampu

menangkap beberapa pikiran pokok bacaan, sehingga mampu mempola sebuah

konsep. Tujuannya yaitu agar pembaca mampu memahami dan menerapkan

konsep-konsep ke dalam permasalahan atau ruang lingkup baru.

d. Keterampilan menyimpulkan

Keterampilan menyimpulkan ialah kegiatan akal pikiran manusia berdasarkan

pengertian atau pengetahuan (kebenaran) yang dimilikinya, dapat beranjak

mencapai pengertian atau pengetahuan (kebenaran) baru yang lain.

e. Keterampilan mengevaluasi atau menilai

Keterampilan ini menuntut pemikiran yang matang dalam menentukan nilai

sesuatu dengan berbagai kriteria yang ada. Keterampilan menilai menghendaki

pembaca agar memberikan penilaian tentang nilai yang diukur dengan

menggunakan standar tertentu.

2.1.2 Model Pembelajaran Problem Solving

1. Pengertian Model Pembelajaran Problem Solving

Model pembelajaran merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dan

tersusun dari awal proses pembelajaran sampai akhir pembelajaran yang disajikan

khas oleh guru. Terdapat banyak model-model pembelajaran. Salah satunya yaitu

model pembelajaran problem solving.

Menurut Murray, Hanlie, et al. dalam Huda (2014: 273) berpendapat bahwa

“Pembelajaran Penyelesaian-Masalah (Problem-Solving Learning/PSL) merupakan

salah satu dasar teoretis dari berbagai strategi pembelajaran yang menjadikan

masalah (problem) sebagai isu utamanya.” Menurut Pepkin dalam Shoimin (2014:

135) berpendapat bahwa “Problem solving adalah suatu model pembelajaran yang

melakukan pemusatan pada pengajaran dan keterampilan pemecahan masalah yang

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Kemampuan Berpikir Kritis 1. Pengertian …repositori.unsil.ac.id/666/6/BAB II.pdf · 2019. 9. 2. · f. Menentukan pilihan penyelesaian Kemampuan

13

diikuti dengan penguatan keterampilan.” Adapun menurut Purwanto dalam

Chotimah & Fathurrohman (2018: 280-281) berpendapat bahwa “Problem solving

adalah suatu proses dengan menggunakan strategi, cara, atau teknik tertentu untuk

menghadapi situasi baru, agar keadaan tersebut dapat dilalui sesuai keinginan yang

ditetapkan.”

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa

model pembelajaran problem solving merupakan suatu model pembelajaran yang

dapat mengaktifkan siswa dan juga dapat melatih siswa untuk mampu menghadapi

berbagai permasalahan dengan menggunakan berbagai cara, teknik atau strategi

tertentu serta mampu memecahkan permasalahan atau mencari solusi dari

permasalahan itu.

2. Manfaat Penggunaan Model Problem Solving

Penggunaan model pembelajaran pada saat proses belajar mengajar

berlangsung tentunya terdapat manfaat yang didapatkan. Salah satunya manfaat dari

penggunaan model pembelajaran problem solving.

Menurut Chotimah & Fathurrohman (2018: 281) manfaat dari penggunaan

model problem solving pada proses belajar mengajar untuk mengembangkan

pembelajaran yang lebih menarik. Model problem solving memberikan beberapa

manfaat, antara lain sebagai berikut:

a. Mengembangkan sikap keterampilan peserta didik dalam memecahkan

permasalahan, serta dalam mengambil keputusan secara objektif dan mandiri.

b. Mengembangkan kemampuan berpikir para peserta didik, anggapan yang

menyatakan bahwa kemampuan berpikir akan lahir bila pengetahuan makin

bertambah.

c. Melalui model Problem-Solving kemampuan berpikir peserta didik diproses

dalam situasi atau keadaan yang penuh dengan penghayatan, diminati peserta

didik, serta dalam berbagai macam ragam alternatif.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Kemampuan Berpikir Kritis 1. Pengertian …repositori.unsil.ac.id/666/6/BAB II.pdf · 2019. 9. 2. · f. Menentukan pilihan penyelesaian Kemampuan

14

d. Membina pengembangan sikap perasaan (ingin tahu lebih jauh) dan cara berpikir

objektif-mandiri dan krisis analisis, baik secara individual maupun kelompok.

Adapun menurut Tayeb (2017: 52-53) manfaat penggunaan model problem

solving yaitu:

a. Dapat menguasai strategi dalam memahami suatu permasalahan, serta semangat

kreatif dalam memecahkan masalah tersebut.

b. Strategi pembentukan konsep, dan konsep-konsep spesifik terhadap suatu

permasalahan yang harus dipecahkan.

c. Kemampuan berpikir secara objektif, mandiri serta logis.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa

manfaat dari model pembelajaran problem solving adalah dapat melatih siswa untuk

berpikir secara kreatif, mandiri serta logis dalam memecahkan suatu masalah, dapat

mengembangkan kemampuan berpikir kritis serta dapat melatih siswa untuk dapat

mengambil suatu keputusan secara mandiri dan objektif melalui berbagai ragam

alternatif.

3. Tujuan Model Problem Solving

Aktifitas pembelajaran tidak hanya difokuskan pada upaya mendapatkan

pengetahuan sebanyak-banyaknya melainkan juga bagaimana menggunakan

segenap pengetahuan yang didapat tersebut. Siswa yang dapat mengerjakan atau

dapat memecahkan masalah yang diberikan oleh guru, maka siswa dianggap telah

menguasai pelajaran dengan baik. Menurut Chotimah & Fathurrohman (2018: 282)

tujuan dari pembelajaran Problem Solving adalah sebagai berikut:

a. Peserta didik menjadi terampil menyeleksi informasi yang relevan kemudian

menganalisisnya dan akhirnya meneliti kembali hasilnya.

b. Kepuasan intelektual akan timbul dari dalam sebagai hasil intrinsik bagi peserta

didik.

c. Potensi intelektual peserta didik meningkat.

d. Peserta didik belajar bagaimana melakukan penemuan dengan melalui proses

melakukan penemuan.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Kemampuan Berpikir Kritis 1. Pengertian …repositori.unsil.ac.id/666/6/BAB II.pdf · 2019. 9. 2. · f. Menentukan pilihan penyelesaian Kemampuan

15

Adapun menurut Suharsono dalam Made Wena (2009: 53) tujuan model

pembelajaran problem solving yaitu sebagai berikut:

a. Menghasilkan siswa yang memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam

memecahkan masalah yang akan dihadapi kelak di masyarakat.

b. Menggunakan pengetahuan yang didapat untuk memecahkan permasalahan yang

berhubungan dengan materi.

c. Siswa menjadi terampil menyeleksi informasi yang relevan kemudian

menganalisisnya dan akhirnya meneliti kembali hasilnya.

d. Potensi intelektual meningkat.

e. Siswa belajar bagaimana menemukan penemuan dengan melalui proses

melakukan penemuan.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa

tujuan dari model pembelajaran problem solving yaitu siswa akan menjadi terampil

atau terbiasa dalam menyeleksi informasi yang kemudian menganalisisnya

sehingga akhirnya dapat mengambil keputusan atau kesimpulan dari informasi yang

telah didapatkan tersebut.

4. Langkah-langkah Model Problem Solving

Model problem solving bukan hanya sekedar model pembelajaran, tetapi

juga merupakan suatu model yang mengharuskan siswa berperan aktif dan mampu

berpikir, sebab dalam problem solving siswa diharuskan mampu menganalisis

materi mulai dengan mencari data sampai dengan menarik kesimpulan. Menurut

Chotimah & Fathurrohman (2018: 287-288) model pembelajaran Problem-Solving

terdiri dari 6 tahap sebagai berikut:

a. Merumuskan masalah

Kemampuan yang diperlukan adalah mengetahui dan merumuskan masalah

secara jelas.

b. Menelaah masalah

Kemampuan yang diperlukan adalah menggunakan pengetahuan untuk

memerinci dan menganalisis masalah dari berbagai sudut.

c. Merumuskan hipotesis

Kemampuan yang diperlukan adalah berimajinasi dan menghayati ruang

lingkup, sebab-akibat, dan alternatif penyelesaian.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Kemampuan Berpikir Kritis 1. Pengertian …repositori.unsil.ac.id/666/6/BAB II.pdf · 2019. 9. 2. · f. Menentukan pilihan penyelesaian Kemampuan

16

d. Mengumpulkan dan mengelompokkan data sebagai bahan pembuktian hipotesis.

Kemampuan yang diperlukan adalah kecakapan mencari dan menyusun data

serta menyajikan data dalam bentuk diagram, gambar, atau tabel.

e. Pembuktian hipotesis

Kemampuan yang diperlukan adalah kecakapan menelaah dan membahas data,

kecakapan menghubung-hubungkan dan menghitung, serta keterampilan

mengambil keputusan dan kesimpulan.

f. Menentukan pilihan penyelesaian

Kemampuan yang diperlukan adalah kecakapan membuat alternatif penyelesaian

serta kecakapan menilai pilihan dengan memperhitungkan akibat yang akan

terjadi pada setiap pilihan.

5. Kelebihan Model Problem Solving

Setiap model pembelajaran pasti mempunyai kelebihan masing-masing.

Salah satunya yaitu model pembelajaran problem solving yang tentunya

mempunyai kelebihan.

Menurut Shoimin (2014: 137-138) kelebihan dari model pembelajaran

problem solving adalah sebagai berikut:

a. Dapat membuat peserta didik lebih menghayati kehidupan sehari-hari.

b. Dapat melatih dan membiasakan para peserta didik untuk menghadapi dan

memecahkan masalah secara terampil.

c. Dapat mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik secara kreatif.

d. Peserta didik sudah mulai dilatih untuk memecahkan masalahnya.

e. Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan.

f. Berpikir dan bertindak kreatif.

g. Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis.

h. Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan.

i. Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.

j. Merangsang perkembangan kemajuan berpikir siswa untuk menyelesaikan

masalah yang dihadapi dengan tepat.

k. Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan, khususnya

dunia kerja.

2.1.3 Metode Debat

1. Pengertian Metode Debat

Menurut Shoimin (2014: 25) berpendapat bahwa “Metode debat merupakan

kegiatan adu pendapat atau argumentasi antara dua pihak atau lebih, baik secara

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Kemampuan Berpikir Kritis 1. Pengertian …repositori.unsil.ac.id/666/6/BAB II.pdf · 2019. 9. 2. · f. Menentukan pilihan penyelesaian Kemampuan

17

perorangan maupun kelompok, dalam mendiskusikan dan memutuskan masalah

dan perbedaan.”

Adapun menurut Mel dalam Mardiana (2017: 12-13) mengungkapkan

bahwa “Metode debat adalah metode berharga untuk meningkatkan pemikiran dan

perenungan terutama jika anak didik diharapkan mampu mengemukakan pendapat

yang pada dasarnya bertentangan dengan diri mereka sendiri.”

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa

metode debat merupakan seuah konteks antara dua orang atau lebih (kelompok)

dimana mereka melakukan adu pendapat atau adu argumen terhadap suatu masalah

yang harus dipecahkan atau diselesaikan, mendiskusikan dan kemudian dapat

memutuskan atau mengambil kesimpulan dari permasalahan tersebut.

2. Kelebihan Metode Debat

Menurut Shoimin (2014: 26) metode debat mempunyai kelebihan.

Kelebihan dari metode debat adalah sebagai berikut:

a. Memacu siswa aktif dalam pembelajaran.

b. Meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi secara baik.

c. Melatih siswa untuk mengungkapkan pendapat disertai alasannya.

d. Mengajarkan siswa cara menghargai pendapat orang lain.

e. Tidak membutuhkan banyak media

3. Teknik dan Taktik Debat

Teknik adalah cara, pengetahuan atau kepandaian melalui segala sesuatu

yang berkenaan dengan debat sehingga bermanfaat bagi penerapan debat.

Sedangkan taktik debat adalah siasat, kecerdasan, tindakan atau daya upaya untuk

mencapai maksud dan tujuan debat dengan suatu sistem atau cara tertentu.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Kemampuan Berpikir Kritis 1. Pengertian …repositori.unsil.ac.id/666/6/BAB II.pdf · 2019. 9. 2. · f. Menentukan pilihan penyelesaian Kemampuan

18

Menurut Mardiani (2017: 19-20) berpendapat bahwa pada dasarnya teknik

debat terdiri dari dua macam, sesuai dengan pengelompokannya, ada yang berposisi

sebagai penguat usul dan ada yang menentangnya.

a. Teknik Mempertahankan Usul

Pada dasarnya teknik mempertahankan usul dapat ditempuh melalui.

1) Teknik Penegasan

Dalam taknik penegasan satu item yang terkandung di dalamnya adalah taktik

pengulangan, taktik mempengaruhi, taktik kebersamaan, taktik kompromi, taktik

diiyakan dan taktik kesepakatan.

2) Taktik Bertahan

Dalam taktik bertahan mencakup taktik mengelak, taktik menunda, taktik

membinasakan, taktik menggambarkan, taktik menguraikan dan taktik membiarkan.

b. Teknik Mempertentangkan Usul

Teknik ini dapat ditempuh melalui:

1) Taktik Menyerang

Meliputi taktik bertanya balik, taktik provokasi, taktik antisipasi, taktik

mengagetkan, taktik mencakup, taktik melebih-lebihkan dan taktik memotong.

2) Taktik Menolak

Meliputi taktik memungkiri dan taktik kontradiksi.

2.2 Teori Belajar yang Mendukung Model Pembelajaran Problem Solving

Teori-teori yang mendukung pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran Problem Solving, yaitu sebagai berikut:

2.2.1 Teori Konstruktivisme

Menurut Faryadi (2017: 11) berpendapat bahwa “Konstruktivisme adalah

paradigma pembelajaran yang menggambarkan proses pembentukan pengetahuan.”

Menurut Huang dalam Faryadi (2017: 11) menguraikan metode belajar

konstruktivis sebagai berikut:

“Pembelajaran konstruktivis adalah mengkonstruksi pengetahuan, bukan

menerimanya. Pembelajaran konstruktivis adalah memahami dan menerapkan,

bukan mengingat. Pembelajaran konstruktivis adalah berpikir dan menganalisis,

bukan menghimpun dan menghafal. Pembelajaran konstruktivis adalah bersikap

aktif, bukan pasif.”

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Kemampuan Berpikir Kritis 1. Pengertian …repositori.unsil.ac.id/666/6/BAB II.pdf · 2019. 9. 2. · f. Menentukan pilihan penyelesaian Kemampuan

19

Di ruang kelas konstruktivis, para peserta didik memainkan peranan yang

sangat aktif dalam proses belajar. Mereka ditempatkan sebagai pusat belajar. Dalam

pembelajaran konstruktivis disebutkan bahwa peserta didik membuat pemahaman

mereka sendiri tentang berbagai hal berdasarkan pengetahuan mereka yang sudah

ada.

Diantara filsuf konstruktivisme yang sangat terkenal dan vokal adalah

Jerome Bruner dan Vygotsky. Mereka memiliki satu tujuan yang sama tentang

konstruksi pengetahuan, yaitu pembelajaran merupakan pencarian makna.

Sebagaimana pembelajaran adalah pengembangan individu, tujuan belajar adalah

bagi pembelajar individu untuk mengkonstruksi makna sendiri melalui pengamatan

dan pemahaman tentang kejadian-kejadian di sekitarnya sendiri.

Menurut teori konstruktivisme ini, satu prinsip yang paling penting dalam

psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberi pengetahuan

pada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru

dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberi kesempatan siswa

untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri dan mengajar, dalam

mengajar siswa menjadi sadar menggunakan strategi mereka sendiri dalam belajar.

Hal ini sejalan dengan model pembelajaran problem solving berbantukan

metode debat yaitu guru yang menuntut siswa untuk berperan aktif dalam proses

pembelajaran. Guru hanya menjadi fasilitator dan siswa dituntut untuk bisa

menemukan sendiri pengetahuan barunya yang diperoleh melalui interaksi dengan

lingkungan untuk menggabungkan dengan pengetahuan sebelumnya yang ia miliki

serta siswa juga terlibat dalam sesi tanya jawab untuk memahami bahan ajar dengan

baik. Selain itu mereka memahami lebih baik saat mereka terlibat dalam diskusi

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Kemampuan Berpikir Kritis 1. Pengertian …repositori.unsil.ac.id/666/6/BAB II.pdf · 2019. 9. 2. · f. Menentukan pilihan penyelesaian Kemampuan

20

kelompok. Karenanya, mereka harus diberi kesempatan untuk membuat keputusan

tentang jenis-jenis investigasi yang mereka ingin lakukan untuk mencapai tujuan

mereka agar dapat memecahkan masalah yang ia hadapi mulai dari menganalisis,

mengidentifikasi serta dapat membuat keputusan atau kesimpulan mengenai

penyelesaian masalah tersebut.

2.2.2 Teori Belajar Jerome Bruner

Jerome Bruner filsuf konstruktivis menekankan bahwa dalam pembelajaran

konstruktivis, peran pembelajar sangatlah jelas. Menurut Ishii & Drew dalam

Faryadi (2017: 14) “Prinsip utama pembelajaran konstruktivis adalah orang-orang

mengonstruksi pemahaman mereka sendiri mengenai dunia, dan pada gilirannya,

pengetahuan mereka sendiri.” dalam lingkungan konstruktivis, pembelajar terlibat

secara kritis dan memecahkan masalah mereka secara kolektif.

Menurut Bruner dalam Faryadi (2017: 14) mengatakan bahwa: “Pembelajar

efektif bersikap aktif, konstruktif, berorientasi-tujuan, investigatif, dan bijaksana.

Dengan demikian, pelajaran adalah terpusat pada peserta didik dan mereka

mengonstruksi pengetahuan melalui investigasi-investigasi mereka sendiri.”

Pembelajaran dalam lingkungan konstruktivis adalah berbasis penemuan dan

bermakna. Menurut Bruner, pengetahuan bukanlah entitas yang dapat berdiri

sendiri, bahwa pengetahuan tidak langsung menular dari orang ke orang, tapi lebih

pada ditemukan secara individual.

Berdasarkan teori tersebut mengatakan bahwa siswa harus terlibat secara

kritis dan memecahkan masalah mereka secara kolektif serta siswa juga dapat

mengonstruksi pengetahuannya melalui investigasi-investigasi mereka sendiri. di

dalam model pembelajaran problem solving siswa dituntut untuk berperan aktif dan

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Kemampuan Berpikir Kritis 1. Pengertian …repositori.unsil.ac.id/666/6/BAB II.pdf · 2019. 9. 2. · f. Menentukan pilihan penyelesaian Kemampuan

21

menemukan pengetahuannya sendiri serta dapat menemukan penyelesaian suatu

masalah yang harus mereka selesaikan atau pecahkan. Maka teori belajar

konstruktivisme menurut Jerome Bruner mendukung model pembelajaran problem

solving.

2.2.3 Teori Belajar Sosial Vygotsky

Vygotsky, figur paradigma konstruktivis terkemuka lainnya, menegaskan

bahwa interaksi sosial memiliki posisi paling mendasar dalam perkembangan

kognisi. Menurut Vygotsky dalam Faryadi (2017: 16), ia percaya bahwa:

“Setiap peristiwa dalam perkembangan sosial anak muncul dua kali; pertama,

muncul pada tahap sosial (inter-psikologis). Pada tahap ini, anak-anak berkembang

sebagai akibat dari interaksi sosial. Kedua, muncul pada tahap individu (intra-

psikologis). Dalam tahap ini, anak memerlukan perhatian individualistis dan

dukungan untuk perkembangannya. Intervensi semacam ini, juga disebut sebagai

perancah (Scaffolding), merupakan konsep penting dalam membantu pembelajar

memperbaiki pemahamannya mengenai persoalan yang rumit.”

Sebuah studi oleh Pare & Lysake dalam Faryadi (2017: 16) mendalilkan

bahwa:

“Perancah sebenarnya memajukan pembelajaran sosial dan mandiri dan

mempertinggi pemenuhan peserta didik. Perancah, yang membantu peserta didik

untuk menyadari bahwa ada kemungkinan lain dalam meningkatkan pemahaman,

merupakan “pinjaman pengetahuan” dari peserta didik lain untuk saling membantu

menyelesaikan tugas pelajaran atau memecahkan masalah. Arah perkembangan

berpikir yang benar bukanlah dari individu ke sosial, tapi dari sosial ke individu.”

Vygotsky mendalilkan bahwa untuk memperoleh pengetahuan, peserta didik

harus menjadi orang yang bertanggung jawab. Mereka harus berusaha keras untuk

mengerjakan tugas yang diberikan dengan baik. Mereka harus tetap termotivasi dan

memahami peran dan aturan pelajaran. Mereka hendaknya menjadi pembelajar

berorientasi-tujuan yang berinteraksi dengan lingkungannya.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Kemampuan Berpikir Kritis 1. Pengertian …repositori.unsil.ac.id/666/6/BAB II.pdf · 2019. 9. 2. · f. Menentukan pilihan penyelesaian Kemampuan

22

Menurut konstruktivis, para peserta didik didorong untuk belajar bersama-

sama dan berpartisipasi di dalam kelas. Mereka tidak akan menikmati pembelajaran

jika proses itu berlangsung terpisah dari orang lain. Peserta didik meningkatkan

pemikiran kritis, keterampilan, dan intelektual mereka dengan belajar secara

kolektif.

Dalam lingkungan konstruktivis, para peserta didik belajar dengan

menyatukan penggalan-penggalan informasi dengan apa saja yang mereka sudah

pelajari. Mereka ditempatkan sebagai pusat pembelajaran dan bertanggung jawab

atas pembelajaran mereka sendiri. peserta didik terlibat secara aktif. Dalam rangka

memudahkan proses belajar, guru mengajukan masalah untuk diselesaikan.

Selanjutnya, sesi bertukar pikiran dimulai di ruang kelas, yang mencetuskan

pembelajaran berbasis pertanyaan dan interaksi sosial.

Penelitian membuktian bahwa ketika mereka menghabiskan lebih banyak

waktu terlibat dalam proses bertanya dan menyelidiki, mereka benar-benar belajar

lebih banyak. Mereka harus berpikir kritis dan rasional. Mereka memperoleh lebih

banyak pengetahuan saat mereka bertukar pikiran. Dengan demikian, teori belajar

sosial konstruktivis memiliki dampak positif pada pengajaran dan pembelajaran di

kelas.

Berdasarkan teori sosial di atas siswa didorong untuk belajar bersama-sama

dan berpartisipasi di dalam kelas, karena siswa untuk dapat meningkatkan

pemikiran kritis, keterampilan, dan intelektual mereka dengan belajar secara

kolektif. Kemudian guru mengajukan masalah untuk dapat diselesaikan. Karena hal

itu mereka harus berpikir kritis dan rasional. Mereka memperoleh lebih banyak

pengetahuan saat mereka bertukar pikiran. Hal tersebut sejalan dengan penggunaan

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Kemampuan Berpikir Kritis 1. Pengertian …repositori.unsil.ac.id/666/6/BAB II.pdf · 2019. 9. 2. · f. Menentukan pilihan penyelesaian Kemampuan

23

model pembelajaran problem solving berbantukan metode debat. Dengan

berbantukan metode debat siswa belajar memecahkan suatu masalah dengan cara

diskusi kelompok, dimana mereka dapat bertukar pikiran untuk dapat memperoleh

banyak pengetahuan.

2.3 Kajian Empirik Penelitian Sebelumnya

Adapun kajian data empirik penelitian sebelumnya yang relevan dengan judul

penelitian ini, yaitu pada tabel 2.1:

Tabel 2.1

Kajian Empirik Penelitian Sebelumnya

No Nama Tahun Judul Hasil

1 Ana Apriani

(Institut

Agama

Islam

Negeri

Mataram)

2017 Pengaruh Metode

Problem Solving

terhadap

Keterampilan

Berpikir Kritis

Siswa pada Mata

Pelajaran Ekonomi

di Kelas X SMAN

1 Pringgarata

Tahun Pelajaran

2016/2017

Pengaruh metode problem solving terhadap

keterampilan berpikir kritis pada mata

pelajaran IPS Ekonomi kelas X SMAN 1

Pringgrata tentang hal ini, terbukti setelah

analisis dilakukan dengan menggunakan

SPSS 16.0 dengan hasil perhitungan

diperoleh nilai akhir yaitu

Y=11,996+1,774. Hasil penelitian Regresi

Linear Sederhana diperoleh persamaan Y =

11,996 + 1,773X tersebut menunjukkan

bahwa setiap kenaikan 1 unit X akan

mengakibatkan 11,996 kenaikan untuk Y.

Hal ini menunjukkan bahwa terdapat

pengaruh metode penelitian problem

solving terhadap keterampilan berpikir

kritis siswa pada mata pelajaran IPS

Ekonomi di kelas X SMAN 1 Pringgrata

tahun pelajaran 2016/2017.

2 Silvia Sri

Astuti

(Universitas

Islam

Negeri

Raden Intan

Lampung)

2017 Pengaruh

Penerapan Model

Pembelajaran

Problem Solving

Berbantukan Media

Permainan Square

dalam

Memberdayakan

Kemampuan

Berpikir Kritis

Siswa dan Motivasi

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan,

rata-rata nilai post-test keterampilan

berpikir kritis kelas eksperimen sebesar

85,03 sedangkan pada kelas kontrol

sebesar 76,66. Rata-rata nilai motivasi

belajar kelas eksperimen sebesar 82,72.

Pada kelas kontrol rata-rata nilai motivasi

belajar sebesar 77,84.

Berdasarkan analisis uji hipotesis pengaruh

penerapan model pembelajaran problem

solving berbantukan media permainan

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Kemampuan Berpikir Kritis 1. Pengertian …repositori.unsil.ac.id/666/6/BAB II.pdf · 2019. 9. 2. · f. Menentukan pilihan penyelesaian Kemampuan

24

Belajar Peserta

Didik SMPN 28

Bandar Lampung

pada Materi

Ekosistem

square dalam memberdayakan

kemampuan berpikir kritis hitung = 3,77

> tabel(0,05) = 1,997 dengan db 66, maka

dapat disimpulkan bahwa tedapat pengaruh

penerapan model pembelajaran problem

solving berbantukan media square dalam

memberdayakan kemampuan berpikir

kritis peserta didik kelas VII di SMP

Negeri 28 Bandar Lampung pada materi

ekosistem.

3 Metta

Ariyanto,

Firosalia

Kristin, dan

Indri

Anugraheni

(Universitas

Kristen

Satya

Wacana)

2018 Penerapan Model

Pembelajaran

Problem Solving

untuk

Meningkatkan

Kemampuan

Berpikir Kritis dan

Hasil Belajar Siswa

Berdasarkan hasil penelitian bahwa

penerapan model pembelajaran problem

solving dalam pembelajaran IPA dapat

meningkatkan kemampuan berpikir kritis

siswa. Kemampuan berpikir kritis siswa

berdasarkan hasil tes pada siklus I dalam

kategori sedang dengan persentase sebesar

71,12%. Pada siklus II kemampuan

berpikir kritis siswa meningkat menjadi

80,5% dan termasuk dalam kategori tinggi.

Kemampuan berpikir kritis siswa

berdasarkan hasil observasi pada pra siklus

dalam kategori rendah dengan persentase

67,37% dan meningkat lagi menjadi

kategori tinggi dengan persentase sebesar

79,07% pada siklus II.

4 Uus

Toharudin

(Pasundan

University,

Departemen

t of Biology

Education,

Tamansari

Road,

Bandung,

Indonesia)

2015 Critical Thinking

and Problem

Solving Skills: How

these Skills are

needed in

Educational

Psychology?

Hasil penelitian menunjukkan bahwa

kemampuan berpikir siswa termasuk dalam

kategori cukup dengan skor rata-rata 3:06.

keterampilan berpikir kritis berdasarkan

indikator menunjukkan bahwa indikator 3

(I-3) memberikan kesimpulan yang baik

adalah skor tertinggi dan indikator 2 (I-2)

untuk membangun keterampilan dasar

adalah skor terendah. Kemampuan

pemecahan masalah siswa termasuk dalam

kategori baik dengan skor rata-rata 2,99.

berdasarkan hasil analisis data dapat

disimpulkan bahwa kemampuan berpikir

kritis dan kemampuan pemecahan masalah

siswa terintegrasi atau membaur dalam

pembelajaran untuk dapat mengatasi

masalah di dalam pendidikan. Dengan

seringnya siswa melakukan pemecahan

masalah dalam proses pembelajaran maka

semakin meningkat kemampuan dalam

berpikir kritisnya.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Kemampuan Berpikir Kritis 1. Pengertian …repositori.unsil.ac.id/666/6/BAB II.pdf · 2019. 9. 2. · f. Menentukan pilihan penyelesaian Kemampuan

25

5 Tia

Ristiasari,

Bambang

Priyono, Sri

Sukaesih

(Universitas

Negeri

Semarang)

2012 Model

Pembelajaran

Problem Solving

dengan Mind

Mapping Terhadap

Kemampuan

Berpikir Kritis

Siswa

Hasil penelitian diperoleh peningkatan tes

kemampuan berpikir kritis siswa kelas

eksperimen sebesar 0,40 (sedang)

sedangkan untuk kelas kontrol sebesar 0,23

(rendah). Hasil uji t-test menunjukkan

bahwa kemampuan berpikir kritis kelas

eksperimen berbeda signifikan dengan

kelas kontrol. Kesimpulan dari penelitian

ini bahwa penerapan model pembelajaran

problem solving dengan mind mapping

berpengaruh terhadap kemampuan berpikir

kritis di SMP Negeri 6 Temanggung.

Penelitian terdahulu secara umum dilakukan untuk meningkatkan

kemampuan berpikir kritis pada siswa. Berdasarkan hasil penelitian tersebut,

terdapat persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan.

Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah terletak pada variabel

Y, yaitu sama-sama membahas mengenai kemampuan berpikir kritis siswa.

Sedangkan perbedaanya terletak pada objek dan lokasi yang akan diteliti.

2.4 Kerangka Pemikiran

Berpikir kritis merupakan kemampuan berpikir secara logis, rasional serta

mampu untuk menyelidiki, mengidentifikasi, mengkaji serta mengembangkan suatu

konsep ke arah yang lebih sempurna baik terhadap suatu pernyataan maupun untuk

menilai kualitas tertentu, sehingga seseorang mampu menilai hal tersebut dimulai

dari hal yang sederhana sampai pada akhirnya mampu menyusun kesimpulan dari

sutau pernyataan atau penilaian terhadap kualitas tertentu.

Kemampuan berpikir kritis dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, yang

salah satunya yaitu dalam pemilihan model pembelajaran yang tepat dan melihat

keuntungan dari penggunaan model pembelajaran tersebut.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Kemampuan Berpikir Kritis 1. Pengertian …repositori.unsil.ac.id/666/6/BAB II.pdf · 2019. 9. 2. · f. Menentukan pilihan penyelesaian Kemampuan

26

Penggunaan model pembelajaran yang tepat akan memicu siswa untuk dapat

berpikir kritis juga dapat memicu siswa untuk lebih aktif serta mandiri karena

pemilihan model pembelajaran yang digunakan maupun ketepatan pemilihan teknik

dan metode pengajaran menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi

kemampuan berpikir kritis siswa.

Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk membuat

siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran, diantaranya yaitu model pembelajaran

problem solving berbantukan metode debat. Model pembelajaran problem solving

merupakan model pembelajaran yang memusatkan pada pemecahan masalah yang

harus diselesaikan. Siswa harus mampu memecahkan suatu permasalahan yang

diberikan dengan mencari informasi, mampu menganalisis serta mengidentifikasi

masalah. Penggunaan model problem solving juga dapat menstimulasi siswa dalam

berpikir tinggi atau berpikir kritis, yang dimulai dari menganalisis sampai dapat

memutuskan kesimpulan yang diambil.

Dalam proses pembelajarannya seorang guru akan memberikan suatu

permasalahan yang harus diselesaikan atau dipecahkan oleh siswa secara

berkelompok atau berdiskusi, sehingga siswa dituntut untuk lebih aktif serta berani

dalam mengemukakan pendapat atau argumennya mengenai masalah yang telah

disajikan pada saat diskusi tersebut. Semakin sering siswa aktif dalam

mengemukakan pendapat atau argumen di depan teman-temannya, maka siswa

semakin terbiasa dan akan terlatih dalam berpikir kritis untuk dapat mencari

informasi, menganalisis masalah, mengidentifikasi masalah dan kemudian dapat

menyelesaikan masalah yang dihadapinya pada saat proses pembelajaran

berlangsung.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Kemampuan Berpikir Kritis 1. Pengertian …repositori.unsil.ac.id/666/6/BAB II.pdf · 2019. 9. 2. · f. Menentukan pilihan penyelesaian Kemampuan

27

Di dalam model pembelajaran problem solving siswa dituntut untuk

berperan aktif dan menemukan pengetahuannya sendiri serta dapat menemukan

penyelesaian suatu masalah yang harus mereka selesaikan atau pecahkan sehingga

penggunaan model problem solving berbantukan metode debat dalam penulisan ini

diharapkan mampu untuk dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka kerangka pemikiran dalam penelitian

ini, yaitu pada gambar 2.1:

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran

2.5 Hipotesis

Menurut Ruseffendi (2005: 23) “Hipotesis adalah penjelasan atau jawaban

tentatif (sementara) tentang tingkah laku, fenomena (gejala), atau kejadian yang

akan terjadi; bisa juga mengenai kejadian yang sedang berjalan.” Adapun hipotesis

dari penelitian ini yaitu sebagai berikut:

Hɑ: Terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa dengan menggunakan

model problem solving berbantukan metode debat pada kelas eksperimen

sebelum dan sesudah perlakuan.

Ho: Tidak terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa dengan

menggunakan model problem solving berbantukan metode debat pada kelas

eksperimen sebelum dan sesudah perlakuan.

Model Problem Solving

Berbantukan Metode Debat

Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Kemampuan Berpikir Kritis 1. Pengertian …repositori.unsil.ac.id/666/6/BAB II.pdf · 2019. 9. 2. · f. Menentukan pilihan penyelesaian Kemampuan

28

Hɑ: Terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa dengan menggunakan

model pembelajaran konvensional pada kelas kontrol sebelum dan sesudah

pembelajaran.

Ho: Tidak terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa dengan

menggunakan model pembelajaran konvensional pada kelas kontrol sebelum

dan sesudah pembelajaran.

Hɑ: Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa dengan

menggunakan model problem solving berbantukan metode debat dengan

model pembelajaran konvensional sesudah perlakuan.

Ho: Tidak terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa dengan

menggunakan model problem solving berbantukan metode debat dengan

model pembelajaran konvensional sesudah perlakuan.