BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hanjelimedia.unpad.ac.id/thesis/240310/2014/240310140018_2_3404.pdf ·...

22
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hanjeli Serealia berpotensi tak hanya terdapat dari jagung, singkong dan beras saja. Tanaman serealia yang potensial dapat dikembangkan menjadi bahan pangan alternatif pengganti beras sehingga dapat tercapai diversifikasi produk pangan, salah satunya adalah Hanjeli (Coix lacryma-Jobi L). Hanjeli termasuk kedalam familia Graminae, famili ini tergolong kedalam jenis tanaman yang mudah untuk dibudidayakan (Nurmala, Yuniarti, & Syahfitri, 2016). Gambar 2. Tanaman Hanjeli Tanaman hanjeli ini banyak dibudidayakan dengan sistem tanam polikultur, menjadi tanaman pekarangan serta tanaman hanjeli dibudidayakan dengan sistem tumpangsari bersama tanaman pokok misalnya tanaman jagung. tanaman hanjeli yang dibudidayakan dengan sistem tanaman monokultur biasanya ditanam dilahan yang marginal tanpa adanya penyiangan, dan pemupukan (Nurmala, 2010). Menurut Murtilaksono, Nurmala, & Suriadikumah (2014), tanaman hanjeli mudah dibudidayakan, tahan terhadap hama, toleran pada kondisi kekeringan maupun kebanjiran, tumbuh di setiap jenis tanah sampai pada

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hanjelimedia.unpad.ac.id/thesis/240310/2014/240310140018_2_3404.pdf ·...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hanjelimedia.unpad.ac.id/thesis/240310/2014/240310140018_2_3404.pdf · 2019-10-23 · 11 ketinggian 2000 mdpl, tidak membutuhkan banyak perawatan, hal

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hanjeli

Serealia berpotensi tak hanya terdapat dari jagung, singkong dan beras

saja. Tanaman serealia yang potensial dapat dikembangkan menjadi bahan pangan

alternatif pengganti beras sehingga dapat tercapai diversifikasi produk pangan,

salah satunya adalah Hanjeli (Coix lacryma-Jobi L). Hanjeli termasuk kedalam

familia Graminae, famili ini tergolong kedalam jenis tanaman yang mudah untuk

dibudidayakan (Nurmala, Yuniarti, & Syahfitri, 2016).

Gambar 2. Tanaman Hanjeli

Tanaman hanjeli ini banyak dibudidayakan dengan sistem tanam

polikultur, menjadi tanaman pekarangan serta tanaman hanjeli dibudidayakan

dengan sistem tumpangsari bersama tanaman pokok misalnya tanaman jagung.

tanaman hanjeli yang dibudidayakan dengan sistem tanaman monokultur biasanya

ditanam dilahan yang marginal tanpa adanya penyiangan, dan pemupukan

(Nurmala, 2010). Menurut Murtilaksono, Nurmala, & Suriadikumah (2014),

tanaman hanjeli mudah dibudidayakan, tahan terhadap hama, toleran pada kondisi

kekeringan maupun kebanjiran, tumbuh di setiap jenis tanah sampai pada

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hanjelimedia.unpad.ac.id/thesis/240310/2014/240310140018_2_3404.pdf · 2019-10-23 · 11 ketinggian 2000 mdpl, tidak membutuhkan banyak perawatan, hal

11

ketinggian 2000 mdpl, tidak membutuhkan banyak perawatan, hal tersebut

menjadikan peluang besar dalam pembudidayaan hanjeli.

Tanaman hanjeli saat ini di Indonesia dapat di temukan di Kabupaten

Bandung antara lain Punclut, Gunung Halu, dan Cipongkor, di Sumedang antara

lain Kiara Payung (Jatinangor), Tanjungsari, Wado, serta Garut, Ciamis,

Sukabumi, Cirebon, Indramayu (Nurmala, 2010).

Proses pengolahan pasca panen tanaman hanjeli mulai dari masa panen,

pengeringan, pemecahan cangkang/gabah hanjeli, penyosohan beras hanjeli,

sortasi, penyimpanan, dan pengemasan. Berikut adalah foto gabah hanjeli dan

beras hanjeli.

Gambar 3. Gabah Hanjeli

Gambar 4. Beras Hanjeli

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hanjelimedia.unpad.ac.id/thesis/240310/2014/240310140018_2_3404.pdf · 2019-10-23 · 11 ketinggian 2000 mdpl, tidak membutuhkan banyak perawatan, hal

12

2.2 Produk Turunan Hanjeli

Hanjeli dapat dijadikan pangan alternatif, dan dapat diolah menjadi

menjadi berbagai olahan produk turunan. Dilihat dari kandungan nutrisi hanjeli

yaitu mempunyai rata-rata kandungan kadar air 11,04 %, kadar karbohidrat

71,81%, kadar protein 10,89%, kadar abu 1,38 %, dan kadar lemak 5,18%

(Nurmala, Qosim, & Achyar, 2009). Data tersebut menunjukan hanjeli dapat

dimanfaatkan sebagai pengganti beras.

Gambar 5. Bubur Hanjeli ( Produk Turunan Hanjeli )

Hanjeli dapat diolah menjadi bubur hanjeli, nasi hanjeli, dodol hanjeli,

oatmeal hanjeli, biskuit hanjeli, tape hanjeli, kerupuk hanjeli (Nurmala, 2010),

serta menjadi berbagai olahan bakery antara lain, roti hanjeli, cookies hanjeli,

brownies hanjeli (Wicaksono, Yustiana, & Supriatna, 2006).

Gambar 6. Cookies Hanjeli (Produk Turunan Hanjeli)

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hanjelimedia.unpad.ac.id/thesis/240310/2014/240310140018_2_3404.pdf · 2019-10-23 · 11 ketinggian 2000 mdpl, tidak membutuhkan banyak perawatan, hal

13

Salah satu produk turunan hanjeli adalah roti merupakan produk makanan

yang hasil fermentasi terigu (tepung gandum) dengan ragi atau pengembang

lainnya melalui proses pemangangan (Herudiyanto & Hudaya, 2009). Bahan baku

utama dalam proses pembuatan roti yaitu tepung terigu, ragi dan air, sedangkan

bahan penambah rasa (enrichment ingredients) yaitu: gula, garam, lemak

(shortening), susu, telur, dan essence. Kualitas roti dapat dilihat dari kebersihan

produk, keseimbangan produk, warna kulit pemanggan, serta tekstur daging,

warna daging, aroma, citarasa, bau, kelembapan, kesegaran daging roti, dan

kejernihan roti (Herudiyanto & Hudaya, 2009).

Menurut observasi lapangan pada bulan Januari tahun 2018, tepung hanjeli

dapat dijadikan bahan baku pembuatan roti hanjeli akan tetapi tidak dapat

dijadikan bahan baku utama. Teknik pengolahan hanjeli roti disubtitusi dengan

menggunakan tepung terigu, lama waktu pencampuran selama 30 menit

menggunakan mixer. Fermentasi yang dilakukan selama tiga jam. Dan

pengovenan dilakukan selama 20 menit, dan menghasilkan roti hanjeli dengan

tekstur yang kasar dan bantat.

Gambar 7. Roti Hanjeli dan Cookies Hanjeli

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hanjelimedia.unpad.ac.id/thesis/240310/2014/240310140018_2_3404.pdf · 2019-10-23 · 11 ketinggian 2000 mdpl, tidak membutuhkan banyak perawatan, hal

14

2.3 Usaha Pedesaan

Pengembangan berbagai usaha di tingkat pedesaan mampu meningkatkan

taraf hidup masyarakat pedesaan, dengan adanya peningkatan koordinasi dan

peningkatan pembangunan desa, pengembangan kemampuan sumber daya

manusia, serta pemanfaatan sumber daya alam sehingga mampu mendorong

pertumbuhan desa.

Kewirausahaan desa saat ini sudah berkembang luas, dengan munculnya

wirausaha yang mengembangkan usaha pedesaan saat ini sedang menjadi sorotan

dan mengedepankan masyarakat maupun komoditas lokal yang ada dipedesaan.

Potensi desa yang berlimpah menjadi salah satu alasan banyak munculnya

wirausaha pedesaan, misalnya terdapat bahan baku yang melimpah yanh

mendukung terus eksisnya wirausaha desa (Kartika, 2013).

Pengembangan usaha pedesaan dapat terselengagara karena danya minat

dan bakat, potensi desa yang berlimpah, serta adanya pembangunan nasional.

Pengembangan usaha pedesaan bisa dilakukan dengan adanya pendampingan,

pelatihan, pengembangan sumber daya, pengembangan kemitraan, akses peluang

usaha, penguatan modal, serta bjaringan kemitraan pemuda lokal (Kartika, 2013).

2.4 Pengembangan Start Up Bisnis

Pengembangan bisnis ini dilakukannya pemberdayaan masyarakat dengan

bertujuan memandirikan masyarakat, membangun masyarakat dalam memajukan

kehidupan bermasyarakat yang lebih baik dan berkelanjutan.

Startup dapat didefnisikan sebagai sebuah bisnis pemula yang

dikembangkan oleh individu perorangan, kelompok, maupun perusahaan. Startup

dikembangkan dalam rangka menjual sebuah produk atau jasa baru. Startup ini

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hanjelimedia.unpad.ac.id/thesis/240310/2014/240310140018_2_3404.pdf · 2019-10-23 · 11 ketinggian 2000 mdpl, tidak membutuhkan banyak perawatan, hal

15

hadapkan pada kondisi yang tidak pasti, yaitu kondisi dimana usaha yang di

jalankan akan berlangsung lama atau tidak. Para pendiri startup dalam

menghadapi kondisi tidak pasti ini membuat sebuah model bisnis yang sesuai

dengan kondisi pasar yang diinginkan sehingga pasar dapat menerima produk atau

jasa yang ditawarkan. (Ramdhan, 2017).

2.5 Sociopreneurship

Sociopreneurship adalah sebuah kegiatan sosial berbasis enterpreneur,

atau dapat diartikan sebuah kegiatan sosial dengan jiwa kewirausahaan.

Sociopreneurship memiliki visi terciptanya kemandirian dalam pengembangan

kegiatan sosial (Purnomo, 2017)

Sociopreneurship yaitu gabungan dari dua kata Social dan Enterpreneur.

Social yaitu artinya kemasyarakatan dan enterpreneur adalah kewirausahaan.

Sociopreneurship artinya kegiatan sosial kemasyarakatan dengan menggunakan

sistem enterpreneur dalam bidang kesejahteraan, pendidikan maupun kesehatan

(Cukier, 2011).

Sociopreneurship atau kewirausahaan sosial bertujuan untuk mengatasi

permasalahan sosial yang terjadi kearah yag lebih baik dan lebih positif baik di

masyarakat, individu maupun kelompok. Pemecahan masalah ini bertujuan dalam

meningkatkan kesejahteran masyarakat dan perubahan sosial dengan

menggunakan prinsip-prinsip kewirausahaan (Haugh, 2006).

Definisi kewirausahaan sosial atau sociopreneur menurut pencetus

kewirausahaan sosial pertama didunia yaitu pendiri yayasan Ashoka Fundation

(Drayton, 2009) mengakatan dua hal utama dalam kewirausahaan sosial adalah

pertama, perubahan sosial pada masyarakat dengan penerapan inovasi sosial.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hanjelimedia.unpad.ac.id/thesis/240310/2014/240310140018_2_3404.pdf · 2019-10-23 · 11 ketinggian 2000 mdpl, tidak membutuhkan banyak perawatan, hal

16

Kedua yaitu orang-orang yang berinovasi memiliki visi, kreatif dan berjiwa

enterpreneur.

Aspek-aspek yang mempengaruhi kegiatan social enterprise menurut

Guclu, Dees, & Anderson, (2002) antara lain yaitu:

Tujuan dan Misi

Misi adalah sesuatu yang yang harus dikerjakan agar tujuan yang

diharapkan tercapai dan berjalan dengan baik.

Menilai Peluang

Peluang usaha dapat dilihat dari mempertahankan nilai-nilai sosial yang

ada serta mengembangkan ide-ide yang menarik. Menilai peluang kali ini

dapat dilakukan dengan mengumpulkan data serta infomasi yang relevan

dengan jangka waktu tertentu.

Manajemen Resiko

Seorang socioenterprise haruslah mengetahui resiko yang tidak terduga

yang akan terjadi apabila usaha sedang berjalan, baik resiko yang

menghambat misi ataupun resiko jangka panjang.

Identifikasi Pelanggan

Konsumen dalam usaha berbasis sosial adalah seluruh elemen yang

terlibat dalam usaha yang dijalankan. Dengan fokus dari usaha berbasis

sosial ini ada seluruh sumber daya yang ada di rantai manfaat, maka dari

itu identifikasi pelanggan sangat penting dalam penyaluran barang dan

jasa.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hanjelimedia.unpad.ac.id/thesis/240310/2014/240310140018_2_3404.pdf · 2019-10-23 · 11 ketinggian 2000 mdpl, tidak membutuhkan banyak perawatan, hal

17

Proyeksi Arus Kas

Pelaku social entrepreneur haruslah selektif dalam merencanakan aliran

pendapatan agar selalu sejalan dengan misi sosial yang dijalankan. Aliran

kas ini tak hanya masuk dari pelanggan saja, akan tetapi haruslah

memanfaatkan sumber daya yang terlibat agar aliran dana tertutupi serta

tetap berjalan lancar.

Pemberdayaan yang diterapkan pada wirausaha berbasis sosial ini

dilakukan dari hulu (pedesaan) ke hilir (perkotaan). Mulai dari produksi bahan

setengah jadi yaitu terdapat lokasi pedesaan, proses produksi di IKM atau bisnis,

sampai dengan bahan siap dijual diperkotaan. Proses pemasaran terdapat pada

level hilir yang terintegrasi, bersifat kolaborasi dengan kerjasama yang

menguntungkan.

Beberapa kasus para wirausaha sosial yang berhasil dapat menginspirasi

banyak orang. Dalam bab kali ini membahas tentang beberapa contoh wirausaha

sosial yang dapat memberi contoh untuk start up bisnis sosial. Pengembangan

bisnis ikm di indonesia, khususnya di jawa barat sudah berlangsung lama.

Penerapan rantai nilai dalam The Fruters Model ini memberikan rantai

manfaat, tidak hanya terhadap wirausahawan tetapi terhadap produsen bahan baku

lokal yang digunakan serta anggota komunitas. The Fruters Model diterapkan

dibeberapa IKM, berikut adalah contoh IKM dengan rantai manfaat oleh IKM

Fruits Up.

Fruits Up adalah produk olahan buah mangga menjadi purre mangga yang

berasal dari Kota Indramayu. Bisnis yang dijalankan menggunakan pendekatan

The Fruters Model yang mana setiap prosesnya melibatkan berbagai pihak dengan

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hanjelimedia.unpad.ac.id/thesis/240310/2014/240310140018_2_3404.pdf · 2019-10-23 · 11 ketinggian 2000 mdpl, tidak membutuhkan banyak perawatan, hal

18

rantai yang berkolaborasi. Pihak yang terlibat antara lain yaitu akademisi yang

bekerjasama dengan berbagai disiplin ilmu, dosen yang melakukan riset

penelitian, mahasiswa sebagai bagian dari proses pemasaran dan proses kreatif,

serta pihak akademisi yang mendampingi disetiap mata rantainya.

Pendampingan yang dilakukan di level hulu yaitu di tingkat petani,

khususnya di petani buah mangga tersebut, pendampingan ini di lakukam agar

buah yang ditawarkan menjadi buah yang berkualitas tinggi dengan harga jual

yang tinggi pula. Pendampingan pada tingkat pemerintah yaitu dapat mengurangi

tingkat pengangguran serta kemiskinan dengan memberdayakan warga sekitar.

Membantu peran pemerintah dalam pengambil kebijakan pembangunan desa.

Pendampingan selanjutnya adalah terhadap IKM dalam pelaksanaan

proses produksi dan pemasaran agar bisnis yang dijalankan berjalan terus menerus

dan berkembang pesat. Pendampingan IKM ini pula guna bertujuan dalam

merangsang pelaksanaan pelatihan bisnis dalam proses pemberdayaan usaha

berbahan baku lokal, merangsang jiwa kewirausahaan bagi mahasiswa agar dapat

menjalankan bisnis serupa serta membekali keterampilan dan teknologi.

Menghasilkan teknologi tepat guna bagi seluruh mata rantai (Purnomo, 2017).

2.6 The Fruters Model

The Fruters Model merupakan upaya kegiatan dalam pengembangan

usaha yang bertujuan mengkait-kaitkan kepentingan satu sama lain agar setiap

usaha atau kegiatan mampu terakses dengan berbagai sumber daya yang terkait.

Sumber daya yang ada melibatkan para petani komoditas lokal, wanita tani,

pemerintah, UMKM dan bisnis, universitas, komunitas dan masyarakat (Purnomo,

2017).

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hanjelimedia.unpad.ac.id/thesis/240310/2014/240310140018_2_3404.pdf · 2019-10-23 · 11 ketinggian 2000 mdpl, tidak membutuhkan banyak perawatan, hal

19

The Fruters Model ini yakni pola model acuan dalam pemberdayaan

masyarakat yang berasaskan kepada technopreneur. Pendekatan The Fruters

Model dalam bisnis sosial pertama kali diterapkan oleh start up di Universitas

Padjadjaran dengan melambungkan beberapa nama start up antara lain Fruits Up,

Yourgood, Noms dan Entog Jenggot. Berikut beberapa contoh IKM / usaha yang

menggunakan pendekatan the fruters model,yaitu industri yang bergerak dibidang

minuman kemasan dengan merk dagang “fruits up” terbuat dari pure mangga

yang didistribusikan dari petani Indramayu. Cirebon dan Majalengka, mengambil

bahan setengah jadi yang mana buah mangga telah diolah menjadi pure dan

mempunyai nilai tambah. Bahan baku pure mangga dikemas ulang oleh umkm

yang berada dikota, lalu dijual dengan harga sesuai segmen yang dituju.

Pemberdayaan yang dilakukan “fruits up” yaitu membeli bahan baku setengah

jadi dengan harga yang lebih mahal, memberdayakan ibu-ibu sekitar kota untuk

produksi minuman kemasan tersebut.

IKM dengan merk dagang “Yourgood” mendapatkan bahan baku susu

segar dari peternak sapi secara langsung, namun yourgood tidak hanya membeli

bahan baku secara cuma cuma. Para peternak sapi dibekali pelatihan cara

mendapatkan hasil susu yang baik dan pengolahan produk turunan yaitu minuman

susu fermentasi / yogurt, proses produksi yogurt dilakukan dengan susu segar

murni. Selanjutnya masih IKM ynag bergerak dibidang indutri minuman yaitu

“NOMS”, NOMS adalah minuman terbuat dari sari kedelai yang biasa disebut

susu kedelai. Pemberdayaan yang dilakukan NOMS yaitu bekerja sama dengan

IKM yang berada di Cimahi, yaitu pada proses produksi susu kedelai tesebut.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hanjelimedia.unpad.ac.id/thesis/240310/2014/240310140018_2_3404.pdf · 2019-10-23 · 11 ketinggian 2000 mdpl, tidak membutuhkan banyak perawatan, hal

20

NOMS mempunyai segmen pasar yang berbeda yaitu untuk kelas menengan

keatas dan orang orang yang hidup sehat. (Purnomo, 2017)

The Fruters Model adalah rantai pemberdayaan dalam bisnis berbasis

sosial dari hasil penelitian dirancang secara sinergis dengan berbagai pihak yang

berkepentingan. Merupakan model pemberdayaan industri kecil menengah dengan

rantai manfaat dari desa sampai kota berbahan dasar lokal dengan produk olahan

yang berkualitas (Purnomo, 2017).

The Fruters Model berdampak baik di masyarakat, dengan munculnya

produk inovatif yang berbahan baku lokal serta pemberdayaan masyarakat lokal

dalam pengolahan produk lokal tersebut, dan dengan melibatan rantai pemangku

kepentingan, dari mulai hulu (pedesaan) ke hilir (perkotaan) dalam

mengembangkan tingkat perekonomian, sosial, pendidikan, serta pemerintahan.

Rantai pemberdayaan dalam The Fruters Model antara lain melibatkan

Akademisi, Bisnis, Komunitas, Pemerintah, dan Media yang berjalan secara

sinergis. Akademisi adalah sebagai peneliti atau pusat riset dan pendidikan, bisnis

sebagai penggerak bisnis utama sebagai objek pemberdayaan, komunias sebagai

media pemberdayaan, pemerintah sebagai fasilitator dan pengambil kebijakan,

petani dan komoditas lokal sebagai bahan baku utama serta pengolahan bahan

baku utama, serta masyarakat sebagai objek pemberdayaan (Purnomo, 2017).

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hanjelimedia.unpad.ac.id/thesis/240310/2014/240310140018_2_3404.pdf · 2019-10-23 · 11 ketinggian 2000 mdpl, tidak membutuhkan banyak perawatan, hal

21

Masyarakat

Komunitas

UMKM dan Bisnis

Universitas

Pemerintah

Petani

Komoditas Lokal

1 2 3 4 5 6 7Pedesaaan

Fruters Model rantai

pemberdayaan berbasis

Technopreneursip

Perkotaan

Gambar 8. The Fruters Model

Sumber: Purnomo (2017)

The Fruters Model pada gambar 2 diatas menunjukan rantai

pemberdayaan. Peran petani dalam pelaksanaan bisnis pada rantai manfaat kali ini

yaitu pengembangan bahan baku pertanian komoditas lokal menjadi produk

olahan yang berkualitas tinggi serta melibatkan para kelompok tani maupun

wanita tani. Tujuan adanya lembaga kependidikan dalam rantai manfaat The

Fruters Model adalah kolaborasi yang terarah serta bersinergis menghasilkan

temuan penelitian berbasis teknologi dalam meningkatkan kualitas ekonomi,

sosial dan keilmuan. Selanjutnya adanya pemerintah dalam rantai manfaat adalah

dengan tujuan penjaminan keberlanjutan program pembangunan. IKM dan Bisnis

meningkatkan peran kolaborasi dalam kemitraan. Serta tujuan mata rantai yang

berada pada rantai terakhir adalah komunitas perempuan muda dan ibu-ibu dalam

pelaksanaan proses pemasaran.

The fruters model dapat divalidasi dengan menggunakan lama waktu

berlangsungnya usaha rintisan, adanya kontribusi yang berkaitan dengan seluruh

elemen lainnya dalam waktu tertentu, serta adanya standar kontribusi per

elemennya.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hanjelimedia.unpad.ac.id/thesis/240310/2014/240310140018_2_3404.pdf · 2019-10-23 · 11 ketinggian 2000 mdpl, tidak membutuhkan banyak perawatan, hal

22

2.7 Business Model Canvas

Business model canvas dikembangkan oleh Alexander Osterwalder, Yves

Pigneur. Business model canvas merupakan alat bantu yang efektif, sederhana,

dan teruji untuk memahami, memperbaiki, dan menerapkan model bisnis yang

sudah ada atau membuat model baru (Osterwalder & Pigneur, 2010). Business

model canvas memiliki sembilan kolom sebagai dasar awal dalam pembangunan

sebuah bisnis dalam perusahaan, business model canvas sebagai modal utama

dalam pembuatan konsep, sistem, serta proses organisasi. Sembilan kolom dalam

business model canvas menurut Osterwalder & Pigneur, (2010) antara lain:

1. Customer Segment (Segmen Pelanggan)

Customer Segment merupakan faktor yang menentukan kemampuan

sebuah perusahaan utnuk bertahan lama. Kolom Costumer segment ini

bertujuan untuk menentukan dan memuaskan pelanggan. Costumer

Segment.

2. Value Proposition (Proposisi Nilai)

Value Proposition merupakan penentu beralihnya pelanggan dari satu

perusahaan ke perusahaan lain. Kolom ini berisi tentang nilai dari

gabungan produk dan/atau jasa tertentu sebagai solusi dalam memuaskan

pelanggan.

3. Channels (Saluran)

Kolom berisi tentang saluran komunikasi, distribusi, dan penjualan antara

pelanggan dan perusahaan.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hanjelimedia.unpad.ac.id/thesis/240310/2014/240310140018_2_3404.pdf · 2019-10-23 · 11 ketinggian 2000 mdpl, tidak membutuhkan banyak perawatan, hal

23

4. Customer Relationships (Hubungan Pelanggan)

Kolom ini berisi tentang jenis hubungan yang ingin dibangun bersama

pelanggan. Hubungan pelanggan yang diterapkan dalam model bisnis

suatu perusahaan sangat memengaruhi pengalaman pelanggan secara

keseluruhan.

5. Revenue Streams (Arus Pendapatan)

Merupakan salah satu faktor penentu dari perkembangan atau kekuatan

sebuah perusahaan. Kolom ini berisi tentang arus pendapatan. Arus

pendapatan pada model bisnis dibagi menjadi 2 yaitu

a. Pendapatan transaksi yang dihasilkan dari satu kali pembayaran

pelanggan

b. Pendapatan berulang yang dihasilkan dari pembayaran

berkelanjutan baik untuk memberikan Value Proposition kepada

pelanggan maupun menyediakan dukungan pelanggan pasca-

pembelian

6. Key Resources (Sumber Daya Utama)

Sumber daya menjadi penentu dalam perusahaan menciptakan dan

menawarkan Value Proposition, menjangkau pasar, mempertahankan

hubungan dengan Costumer Segment, dan mendapatkan pendapatan.

Sumber daya utama dapat berbentuk fisik, finansial, intelektual, atau

manusia.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hanjelimedia.unpad.ac.id/thesis/240310/2014/240310140018_2_3404.pdf · 2019-10-23 · 11 ketinggian 2000 mdpl, tidak membutuhkan banyak perawatan, hal

24

7. Key Activities (Aktivitas Kunci)

Kolom ini bersisi tentang kegiatan atau tindakan-tindakan yang harus di

lakukan perusahaan agar beroperasi untuk mencapai target yang ingin

diraih.

8. Key Partnership (Kemitraan Utama)

Kolom ini berisi tentang mitra yang dapat membantu perusahaan. Tujuan

dari membangun mitra adalah untuk mengurangi resiko, atau memperoleh

sumber daya mereka

9. Cost Structure (Struktur Biaya)

Kolom ini berisi tentang biaya terpenting yang muncul dalam

pengoprasian bisnis model. Bagian ini dianjurkan diisi terkhir setelah

mengisi kolom kolom sebelumnya dikarenakan biaya yang muncul adalah

biaya yang dibutuhkan dalam mewujudkan kolom sebelumnya.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hanjelimedia.unpad.ac.id/thesis/240310/2014/240310140018_2_3404.pdf · 2019-10-23 · 11 ketinggian 2000 mdpl, tidak membutuhkan banyak perawatan, hal

25

Gambar 9. Business Model Canvas

( Sumber: Osterwalder & Pigneur (2010))

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hanjelimedia.unpad.ac.id/thesis/240310/2014/240310140018_2_3404.pdf · 2019-10-23 · 11 ketinggian 2000 mdpl, tidak membutuhkan banyak perawatan, hal

26

Variabel-variabel yang digunakan telah disusun oleh Pahlavi (2016) dalam

tabel berikut :

Tabel 1. Variabel Business Model Canvas

No. Blok Kanvas Variabel

1 Customer

Segments

1. Produk merupakan solusi bagi konsumen

2. Kemampuan konsumen membeli produk

3. Konsumen dapat dicapai oleh pelaku usaha

2 Customer

Relationships

1. Mampu mengakuisisi pelanggan

2. Mampu mempertahankan pelanggan

3. Mampu meningkatkan penjualan (upselling)

3 Channels 1. Meningkatkan kesadaran terhadap produk dan

jasa

2. Membantu pelanggan mengevaluasi proposisi

nilai

3. Memungkinkan pembeli membeli produk kita

4. Memberikan proposisi nilai kepada pelanggan

5. Memberikan dukungan purnajual kepada

pelanggan

4 Value

Propositions

1. Mampu menurunkan masalah konsumen (obat

bagi konsumen)

2. Mampu meningkatkan efisiensi / efektivitas

produk sebelumnya

3. Kemampuan untuk membuat pekerjaan /

kehidupan konsumen lebih mudah

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hanjelimedia.unpad.ac.id/thesis/240310/2014/240310140018_2_3404.pdf · 2019-10-23 · 11 ketinggian 2000 mdpl, tidak membutuhkan banyak perawatan, hal

27

No. Blok Kanvas Variabel

5 Revenue

Streams

1. Memiliki peluang pasar

2. Konsumen bersedia membayar untuk nilai yang

didapat

3. Potensi kontribusi pemasukan pada bisnis secara

keseluruhan

6 Key Activities 1. Aktivitas tersebut adalah kunci untuk

menyampaikan nilai

2. Aktivitas tersebut dapat menciptakan nilai untuk

konsumen

3. Aktivitas tersebut mempengaruhi

keberlangsungan bisnis

7 Key Resources 1. Apakah aset tersebut dapat memajukan

bisnisnya?

2. Apakah aset ini dapat membantu perusahaan

dalam menciptakan nilai

3. Apakah aset ini dapat membantu menciptakan

nilai untuk konsumen

8 Key Partners 1. Apakah memiliki kemampuan bermitra

2. Apakah kita mendapatkan benefit bila bermitra

dengan mereka

3. Apakah mitra mampu menurunkan risiko usaha

9 Cost Structure 1. Apakah biaya ini merupakan hal yang penting ?

2. Apakah Biaya ini mampu menciptakan nilai ?

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hanjelimedia.unpad.ac.id/thesis/240310/2014/240310140018_2_3404.pdf · 2019-10-23 · 11 ketinggian 2000 mdpl, tidak membutuhkan banyak perawatan, hal

28

No. Blok Kanvas Variabel

3. Biaya tersebut mampu memperlancar bisnis ?

4. Biaya tersebut mampu mendukung keputusan

konsumen untuk membeli ?

Sumber : Pahlavi (2016)

2.8 Socio Business Model Canvas

Qastharin,(2014), dalam penelitiannya mengatakan Business Model

Canvas tidak cukup mempersentasikan bisnis model berbasis sosial. Sembilan

kolom dalam Business Model Canvas ini adalah dasar dalam pembuatan Social

Business Model Canvas namun tidak cukup dalam menggambarkan wirausaha

sosial. Qastharin,(2014), menambahkan dua kolom yang mana diadaptasi dari

dalam Business Model Canvas (Osterwalder & Pigneur, 2010). Qastharin (2014)

mengatakan blok Mission (Misi) adalah tujuan kewirausahaan sosial, terdapat

alasan mengapa kewirausahaan tersebut ada, serta sebagai pembimbing

perusahaan. Blok Impact & Measurements menjelaskan tentang bagaiman

manfaat bagi konsumen kewirausahaan sosial dengan memiliki pengukuran

indikator sukses dan kemajuan dari wirausaha sosial. Kemudian garis putus-putus

pada blok value proposition dan customer segments adalah untuk memisahkan

Co-creator dan Beneficiary.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hanjelimedia.unpad.ac.id/thesis/240310/2014/240310140018_2_3404.pdf · 2019-10-23 · 11 ketinggian 2000 mdpl, tidak membutuhkan banyak perawatan, hal

29

Gambar 10. Business model canvas yang sudah dimodifikasi

Sumber : Qastharin (2014) yang diadaptasi dari Business Model Canvas Osterwalder & Pigneur (2010)

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hanjelimedia.unpad.ac.id/thesis/240310/2014/240310140018_2_3404.pdf · 2019-10-23 · 11 ketinggian 2000 mdpl, tidak membutuhkan banyak perawatan, hal

30

Gambar 11. Social Business Model Canvas

Sumber: Red Ochre (2014) adaptasi dari Business Model Canvas Osterwalder & Pigneur (2010)

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hanjelimedia.unpad.ac.id/thesis/240310/2014/240310140018_2_3404.pdf · 2019-10-23 · 11 ketinggian 2000 mdpl, tidak membutuhkan banyak perawatan, hal

31

Social Business Model Canvas yang dikemukakan oleh (Red Ochre, 2014)

ini diadaptasi dari Business Model Canvas (Osterwalder & Pigneur, 2010) ini

digunakan dalam usaha rintisan Hanjeli Bakery di Desa Sukajadi, Wado,

Sumedang.