BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Studi Pustaka Telah dilakukan penelitian terkait mekanisme sumber...

69
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Studi Pustaka Telah dilakukan penelitian terkait mekanisme sumber gempabumi di Selatan Jawa. Berikut ini adalah beberapa penelitian yang relevan: Table 2.1. Penelitian yang relevan mengenai analisa jenis sesar di Selatan Jawa menggunakan metode Mekanisme Fokus No Peneliti Judul Publikasi Hasil 1 Emile A. Okal The South of Java Earthquake of 1921 September 11: a negative search for a large interplate thrust event at the Java Trench Geophysical Journal International (2012) 190, 1657-1672 Berdasarkan teknik relokasi modern, kompilasi tegangan mekanisme fokus dari rekaman seismogram, kuantifikasi gelombang permukaan mantel dan simulasi numerik dari tsunami biasa (hanya 10 cm di Cilacap), disimpulkan bahwa gempabumi 1921 terjadi pada kedalaman 30 km, merupakan gempa dangkal dan menampilkan mekanisme strike-slip dominan, dengan momen 5 x 10 27 dyn cm. 2 Iktri M., dkk Studi Mekanisme Fokus Gempa Mikro Sekitar Cekungan Bandung Jurnal Geofisika Vol. 14 No. 1/2013 (ITB) Hasil yang diperoleh menunjukkan antara lain gempa dengan mekanisme fokus dip-slip (sesar naik dan turun) di sekitar wilayah gunung api dan gempa dengan mekanisme fokus strike-slip (sesar geser) di wilayah sekitar sesar aktif.

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Studi Pustaka Telah dilakukan penelitian terkait mekanisme sumber...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Studi Pustaka Telah dilakukan penelitian terkait mekanisme sumber gempa yang terdapat pada Tabel 2.1, pada penelitian pertama dengan objek kajian gempabumi

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2. 1. Studi Pustaka

Telah dilakukan penelitian terkait mekanisme sumber gempabumi di

Selatan Jawa. Berikut ini adalah beberapa penelitian yang relevan:

Table 2.1. Penelitian yang relevan mengenai analisa jenis sesar di Selatan Jawa menggunakan

metode Mekanisme Fokus

No Peneliti Judul Publikasi Hasil

1 Emile

A. Okal

The South of

Java

Earthquake of

1921

September 11:

a negative

search for a

large

interplate

thrust event at

the Java

Trench

Geophysical

Journal

International

(2012) 190,

1657-1672

Berdasarkan teknik relokasi modern,

kompilasi tegangan mekanisme

fokus dari rekaman seismogram,

kuantifikasi gelombang permukaan

mantel dan simulasi numerik dari

tsunami biasa (hanya 10 cm di

Cilacap), disimpulkan bahwa

gempabumi 1921 terjadi pada

kedalaman 30 km, merupakan gempa

dangkal dan menampilkan

mekanisme strike-slip dominan,

dengan momen 5 x 1027 dyn cm.

2 Iktri M.,

dkk

Studi

Mekanisme

Fokus Gempa

Mikro Sekitar

Cekungan

Bandung

Jurnal

Geofisika

Vol. 14 No.

1/2013

(ITB)

Hasil yang diperoleh menunjukkan

antara lain gempa dengan

mekanisme fokus dip-slip (sesar

naik dan turun) di sekitar wilayah

gunung api dan gempa dengan

mekanisme fokus strike-slip (sesar

geser) di wilayah sekitar sesar aktif.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Studi Pustaka Telah dilakukan penelitian terkait mekanisme sumber gempa yang terdapat pada Tabel 2.1, pada penelitian pertama dengan objek kajian gempabumi

8

Table 2.1. (Lanjutan)

No Peneliti Judul Publikasi Hasil

3 Ngoc

Nguyen

dkk

Indonesia’s

Historical

Earthquakes:

Modelled

examples for

improving the

national

hazard map

Geoscience

Australia:

Record

2015/23

Sekenario guncangan tanah pada tiap

kejadian dimodelkan dengan

software OpenQuake dan

menghasilkan pergerakan tanah dan

pada software InaSAFE digunakan

untuk menghitung potensi bencana.

Catatan historis menunjukkan bahwa

Jawa sangat aktif di masa lalu, dan

akan terus menjadi pulau dengan

seismisitas aktif yang mungkin ada

sumber patahan yang merusak dan

belum dikenal saat ini.

4 S.

Hidayati

dkk

Mekanisme

Fokus dan

Parameter

Sumber

Gempa

Vulkano-

Tektonik di

Gunung

Guntur, Jawa

Barat

Jurnal

Geologi

Indonesia,

Vol. 6 No. 1

Maret 2011:

1-11

(PVMBG)

Sebaran hiposentrum gempa VT

pada periode Juli – Oktober 2009

secara umum menunjukkan berada di

bagian lereng barat di bawah kawah

Guntur-Gandapura pada kedalaman

kurang dari 5 km. Pola sebaran

kedalamannya semakin dalam ke

arah barat laut. Mekanisme fokus

gempa VT adalah sesar turun

oblique, sesar geser, dan sesar naik

oblique. Mekanisme gempa yang

tidak unik ini kemungkinan

disebabkan oleh struktur yang cukup

rumit di area kompleks Gunung

Guntur, yang berarah barat laut –

tenggara.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Studi Pustaka Telah dilakukan penelitian terkait mekanisme sumber gempa yang terdapat pada Tabel 2.1, pada penelitian pertama dengan objek kajian gempabumi

9

Telah dilakukan penelitian terkait mekanisme sumber gempa yang

terdapat pada Tabel 2.1, pada penelitian pertama dengan objek kajian

gempabumi di Selatan Jawa. Penelitian tersebut membahas kejadian

gempabumi yang berpotensi tsunami dengan menggunakan metode

mekanisme fokus dari gerak awal gelombang-P dan menghitung momen

tensornya. Sedangkan pada penelitian ini hanya menggunakan data polaritas

gerak awal gelombang-P dari serangkaian kejadian gempabumi terasa di

Selatan Jawa.

Penelitian kedua mengenai gempa mikro di sekitar Cekungan

Bandung. Metode yang digunakan pada penelitian tersebut adalah data

polaritas gerak awal gelombang-P. Menggunakan metode yang sama,

perbedaan dengan penelitian ini terletak pada objek kajiannya. Dalam

penelitian ini mengambil objek yang lebih luas, yaitu gempabumi terasa di

Selatan Jawa.

Penelitian ketiga mengenai kejadian-kejadian gempabumi yang

digunakan untuk melihat potensi bencana yang dapat ditimbulkan serta

perhitungan tentang mitigasi yang dapat dilakukan. Sedangkan pada

penelitian ini lebih terfokus pada tiap kejadian gempabumi terasa dengan

mengidentifikasi pola sesar pada serangkaian kejadian gempabumi di Selatan

Jawa pada periode Oktober 2016 s.d. Maret 2017.

Studi mengenai sesar kejadian gempabumi menggunakan metode

mekanisme fokus juga pernah dilakukan seperti pada penelitian keempat.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Studi Pustaka Telah dilakukan penelitian terkait mekanisme sumber gempa yang terdapat pada Tabel 2.1, pada penelitian pertama dengan objek kajian gempabumi

10

Objek kajian pada penelitian tersebut adalah gempa VT (vulkano-tektonik) di

Gunung Guntur, Jawa Barat. Sedangkan pada penelitian ini objek yang

digunakan adalah gempabumi di Selatan Jawa.

Secara garis besar terdapat beberapa perbedaan antara penelitian ini

dengan penelitian terkait sebagaimana tercantum pada tabel 2.1. Perbedaan

dengan nomor 1 dan 3 terletak pada metode yang digunakan, sedangkan pada

nomor 2 dan 4 terdapat perbedaan pada beberapa metode dan objek kajiannya.

2. 2. Landasan Teori

2. 2. 1. Gempabumi

Sebelum memasuki pembahasan mengenai gempabumi, lebih dulu

kita mengenal Teori Apungan Benua (Continental Drift). Teori ini

dikemukakan oleh Alfred Lothar Wegener (1912). Benua-benua yang ada

saat ini dahulunya bersatu yang dikenal sebagai super-kontinen yang bernama

Pangea. Super-kontinen Pangea ini diduga terbentuk pada 200 juta tahun yang

lalu yang kemudian terpecah-pecah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil

yang kemudian bermigrasi (drifted) ke posisi seperti saat ini (McGuire, 2005).

Gempabumi adalah peristiwa bergetarnya bumi akibat pelepasan

energi di dalam bumi secara tiba-tiba yang ditandai dengan patahnya lapisan

batuan pada kerak bumi. Akumulasi penyebab terjadinya gempabumi

dihasilkan dari pergerakan lempeng tektonik. Energi yang dihasilkan

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Studi Pustaka Telah dilakukan penelitian terkait mekanisme sumber gempa yang terdapat pada Tabel 2.1, pada penelitian pertama dengan objek kajian gempabumi

11

dipancarkan ke segala arah berupa gelombang gempabumi sehingga efeknya

dapat dirasakan sampai ke permukaan bumi (BMKG, 2014).

Gambar 2.1. Super-kontinen Pangaea (USGS, diakses pada 17 Maret 2017)

A. Parameter gempabumi (Sudibyakto, 2000)

1. Waktu terjadinya gempabumi (Origin Time – OT)

2. Lokasi pusat gempabumi (Episenter)

3. Kedalaman pusat gempabumi (Depth)

4. Kekuatan gempabumi (Magnitudo)

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Studi Pustaka Telah dilakukan penelitian terkait mekanisme sumber gempa yang terdapat pada Tabel 2.1, pada penelitian pertama dengan objek kajian gempabumi

12

B. Karakteristik gempabumi (Sudibyakto, 2000)

1. Berlangsung dalam waktu yang sangat singkat.

2. Lokasi kejadian tertentu.

3. Akibatnya dapat menimbulkan bencana.

4. Berpotensi terulang lagi.

5. Belum dapat diprediksi.

6. Tidak dapat dicegah, tetapi akibat yang ditimbulkan dapat dikurangi.

C. Istilah-istilah yang digunakan dalam gempabumi

Peristiwa gempabumi memiliki beberapa istilah yang sering

digunakan. Berikut ini adalah istilah-istilah yang digunakan dalam

gempabumi:

Tabel 2.2. Istilah-istilah yang digunakan dalam gempabumi

No. Istilah Definisi

1 Seismologi Seismologi adalah ilmu yang mempelajari tentang

gempabumi

2 Seismograf Seismograf adalah alat pencatat getaran gempabumi

yang terjadi di permukaan bumi. Prinsip yang

digunakan seismograf adalah pada saat terjadi

gempabumi, harus diusahakan penggantungan

sedemikian rupa sehingga massa yang digantungkan

tidak ikut bergerak ketika terjadi gempa.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Studi Pustaka Telah dilakukan penelitian terkait mekanisme sumber gempa yang terdapat pada Tabel 2.1, pada penelitian pertama dengan objek kajian gempabumi

13

Tabel 2.2. (Lanjutan)

No. Istilah Definisi

3 Makroseista Makroseista adalah wilayah yang mengalami kerusakan

terbesar.

4 Homoseista Homoseista adalah garis yang menghubungkan tempat-

tempat yang mengalami getaran gempa pada waktu

yang sama.

5 Isoseista Isoseista adalah garis yang menghubungkan tempat-

tempat yang mempunyai intensitas yang sama.

6 Pleistoseista Pleistoseista adalah garis yang melingkari daerah yang

mengalami kerusakan terbesar akibat gempa.

7 Hiposenter Hiposenter adalah pusat gempabumi yang terletak di

dalam bumi

8 Episenter Episenter adalah pusat gempabumi yang letaknya di

permukaan bumi.

9 Skala Richter Skala Richter adalah kekuatan gempa diukur dengan

Skala Richter atau SR, yang didefinisikan sebagai

logaritma (basis 10) dari amplitudo maksimum, yang

diukur dalam satuan mikrometer, dari rekaman gempa

oleh instrumen pengukur gempa (seismometer) Wood-

Anderson, pada jarak 100 km dari pusat gempanya.

Skala ini diusulkan oleh fisikawan Charles Richter.

Sumber: McGraw-Hill, 2003

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Studi Pustaka Telah dilakukan penelitian terkait mekanisme sumber gempa yang terdapat pada Tabel 2.1, pada penelitian pertama dengan objek kajian gempabumi

14

D. Klasifikasi gempabumi

1. Berdasarkan peristiwa yang menyebabkannya:

a. Gempa Tektonik

Gempa tektonik merupakan gempa yang mengiringi gerakan

tektonik suatu atau beberapa lempeng yang menghasilkan suatu

patahan (fault). Jenis gempa ini merupakan jenis gempa terkuat dan

meliputi area yang luas. Gempabumi tektonik disebabkan oleh

pelepasan tenaga yang terjadi karena pergeseran lempengan plat

tektonik seperti layaknya gelang karet ditarik dan dilepaskan dengan

tiba-tiba. Tenaga yang dihasilkan oleh tekanan antar batuan dikenal

sebagai kecacatan tektonik (HMGF-UGM, 2016). Gempa jenis ini

merupakan gempa yang banyak terjadi di daerah-daerah pertemuan

lempeng tektonik seperti di Selatan Jawa.

b. Gempa Vulkanik

Gempa vulkanik merupakan gempa yang terjadi saat sebelum

dan sedang terjadi letusan gunung api. Jenis gempa ini kurang kuat

jika dibandingkan dengan jenis gempa tektonik dan hanya terasa di

daerah sekitar gunung tersebut (Rafferty, 2012).

Gempabumi ini terjadi akibat adanya aktivitas magma yang

biasa terjadi sebelum gunung api meletus. Apabila keaktifannya

semakin tinggi maka akan menyebabkan timbulnya ledakan yang

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Studi Pustaka Telah dilakukan penelitian terkait mekanisme sumber gempa yang terdapat pada Tabel 2.1, pada penelitian pertama dengan objek kajian gempabumi

15

juga akan menimbulkan terjadinya gempabumi. Gempa tersebut

hanya terasa di sekitar gunung api.

c. Gempa Runtuhan (Terban)

Gempa runtuhan merupakan gempa yang terjadi akibat

runtuhnya atap goa yang terdapat dalam litosfer, seperti goa kapur

dan terowongan tambang. Jenis gempa ini relatif lemah dan hanya

terasa di sekitar tempat runtuh itu terjadi.

2. Berdasarkan letak kedalaman hiposenter:

a. Gempa Dalam

Gempa dalam di mana letak hiposenter pada kedalaman lebih

dari 300 kilometer di bawah permukaan bumi. Gempabumi dalam

pada umumnya tidak terlalu berbahaya. Tempat yang pernah

mengalami gempa dalam adalah di bawah Laut Jawa, Laut Sulawesi

dan Laut Flores.

b. Gempa Menengah (Intermediate)

Gempa menengah di mana letak hiposenter pada kedalaman

antara 60 s.d. 300 kilometer di bawah permukaan bumi. Gempabumi

menengah pada umumnya menimbulkan kerusakan ringan dan

getarannya lebih terasa. Tempat yang pernah terkena antara lain

sepanjang Pulau Sumatera, Pulau Jawa bagian selatan, sepanjang

Teluk Tomini, Laut Maluku dan Kepulauan Nusa Tenggara.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Studi Pustaka Telah dilakukan penelitian terkait mekanisme sumber gempa yang terdapat pada Tabel 2.1, pada penelitian pertama dengan objek kajian gempabumi

16

c. Gempa Dangkal

Gempa dangkal di mana letak hiposenter pada kedalaman

kurang dari 60 kilometer di bawah permukaan bumi. Gempabumi

ini biasanya menimbulkan kerusakan yang besar. Tempat yang

pernah terkena antara lain Pulau Bali, Pulau Flores, Yogyakarta dan

Jawa Tengah.

E. Intensitas gempabumi (BMKG, diakses pada 17 Maret 2017)

Intensitas gempabumi adalah ukuran kerusakan akibat gempabumi

berdasarkan hasil pengamatan dari efek gempabumi terhadap manusia,

struktur bangunan dan lingkungan pada tempat tertentu.

1. Skala Intensitas Gempabumi (SIG) BMKG

SIG adalah Skala Intensitas Gempabumi. Skala ini menyatakan

dampak yang ditimbulkan akibat terjadinya gempabumi. Skala

Intensitas Gempabumi (SIG-BMKG) digagas dan disusun dengan

mengakomodir keterangan dampak gempabumi berdasarkan tipikal

budaya atau bangunan di Indonesia. Skala ini disusun lebih sederhana

dengan hanya memiliki lima tingkatan yaitu I s.d. V.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Studi Pustaka Telah dilakukan penelitian terkait mekanisme sumber gempa yang terdapat pada Tabel 2.1, pada penelitian pertama dengan objek kajian gempabumi

17

Tabel 2.3. Skala Intensitas Gempabumi BMKG

Skala

SIG

BMKG

Warna Deskripsi

Sederhana Deskrispsi Rinci

Skala

MMI

PGA

(gal)

I Putih

TIDAK

DIRASAKAN

(Not Felt)

Tidak dirasakan atau dirasakan hanya

oleh beberapa orang tetapi terekam

oleh alat.

I-II < 2.9

II Hijau DIRASAKAN

(Felt)

Dirasakan oleh orang banyak tetapi

tidak menimbulkan kerusakan.

Benda-benda ringan yang digantung

bergoyang dan jendela kaca bergetar.

III-V 2.9-

88

III Kuning

KERUSAKAN

RINGAN

(Slight Damage)

Bagian non struktur bangunan

mengalami kerusakan ringan, seperti

retak rambut pada dinding, genteng

bergeser ke bawah dan sebagian

berjatuhan.

VI 89-

167

IV Jingga

KERUSAKAN

SEDANG

(Moderate

Damage)

Banyak Retakan terjadi pada dinding

bangunan sederhana, sebagian roboh,

kaca pecah. Sebagian plester dinding

lepas. Hampir sebagian besar genteng

bergeser ke bawah atau jatuh. Struktur

bangunan mengalami kerusakan

ringan sampai sedang.

VII-

VIII

168-

564

V Merah

KERUSAKAN

BERAT

(Heavy Damage)

Sebagian besar dinding bangunan

permanen roboh. Struktur bangunan

mengalami kerusakan berat. Rel

kereta api melengkung.

IX-

XII

>

564

2. Skala MMI (Modified Mercalli Intensity)

Skala Mercalli adalah satuan untuk mengukur kekuatan

gempabumi. Satuan ini diciptakan oleh seorang vulkanologis dari Italia

yang bernama Giuseppe Mercalli pada tahun 1902. Skala Mercalli

terbagi menjadi 12 pecahan berdasarkan informasi dari orang-orang

yang selamat dari gempa tersebut dan juga dengan melihat serta

membandingkan tingkat kerusakan akibat gempabumi tersebut. Oleh itu

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Studi Pustaka Telah dilakukan penelitian terkait mekanisme sumber gempa yang terdapat pada Tabel 2.1, pada penelitian pertama dengan objek kajian gempabumi

18

skala Mercalli adalah sangat subjektif dan kurang tepat dibanding

dengan perhitungan magnitudo gempa yang lain. Oleh karena itu, saat

ini penggunaan Skala Richter lebih luas digunakan untuk mengukur

kekuatan gempabumi. Tetapi skala Mercalli yang dimodifikasi, pada

tahun 1931 oleh ahli seismologi Harry Wood dan Frank Neumann masih

sering digunakan terutama apabila tidak terdapat peralatan seismometer

yang dapat mengukur kekuatan gempabumi di tempat kejadian.

Tabel 2.4. Skala Mercalli

Skala

Intensitas Klasifikasi Secara Umum

I MMI Getaran tidak dirasakan, kecuali dalam keadaan hening oleh

beberapa orang.

II MMI Getaran dirasakan oleh beberapa orang.

III MMI Getaran dirasakan nyata di dalam rumah, terasa getaran seakan-

akan ada truk lewat. Benda-benda yang bergantung bergoyang.

IV MMI Pada siang hari dirasakan oleh banyak orang dalam rumah, di luar

oleh beberapa orang, sebagian piring dan gelas berbunyi, jendela dan

pintu bergetar, dinding berbunyi.

V MMI Getaran dirasakan oleh hampir semua orang, banyak yang terbangun.

Jendela kaca pecah, barang-barang di atas meja berjatuhan. Pohon-

pohon, tiang-tiang dan barang-barang besar lain tampak bergoyang.

Bandul lonceng dapat berbunyi.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Studi Pustaka Telah dilakukan penelitian terkait mekanisme sumber gempa yang terdapat pada Tabel 2.1, pada penelitian pertama dengan objek kajian gempabumi

19

Tabel 2.4. (Lanjutan)

Skala

Intensitas Klasifikasi Secara Umum

VI MMI Getaran dirasakan oleh semua orang, kebanyakan terkejut dan lari

keluar, plester dinding jatuh dan cerobong asap pabrik rusak.

VII MMI Hampir semua orang keluar rumah. Kerusakan ringan pada rumah

dan bangunan dengan kontruksi yang baik, cerobong asap pecah dan

retak-retak. Goncangan terasa oleh orang yang naik kendaraan.

VIII MMI Kerusakan ringan pada bangunan yang kuat. Retak-retak pada

bangunan yang kuat. Dinding dapat lepas dari rangka rumah. Pabrik-

pabrik dan monumen roboh. Air menjadi keruh.

IX MMI Kerusakan pada bangunan yang kuat, rangka-rangka rumah menjadi

tidak lurus, retak-retak pada bangunan yang kuat. Rumah tampak

bergeser dari pondasinya. Pipa-pipa tanah putus.

X MMI Bangunan dari kayu yang kuat rusak, rangka-rangka rumah lepas dari

pondasinya, tanah terbelah, rel melengkung. Tanah longsor di sekitar

sungai dan di tanah-tanah yang curam, air bah.

XI MMI Bangunan-bangunan hanya sedikit yang tetap berdiri. Jembatan

rusak, terjadi lembah. Pipa dalam tanah tidak dapat dipakai sama

sekali, tanah terbelah, rel melengkung sekali.

XII MMI Hancur sekali. Gelombang tampak pada permukaan tanah.

Pemandangan menjadi gelap. Benda-benda terlempar ke udara.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Studi Pustaka Telah dilakukan penelitian terkait mekanisme sumber gempa yang terdapat pada Tabel 2.1, pada penelitian pertama dengan objek kajian gempabumi

20

2. 2. 2. Gelombang Seismik

Mekanisme gempabumi dikontrol oleh pola penjalaran gelombang

seismik di dalam bumi. Pola mekanisme ini bergantung pada medium

penjalaran atau keadaan struktur kulit bumi serta distribusi gaya atau stress

yang terjadi. Gelombang seismik adalah gelombang elastis yang menjalar di

dalam bumi. Gelombang seismik dapat diklasifikasikan menjadi dua

kelompok yaitu gelombang badan (body wave) dan gelombang permukaan

(surface wave) (McGuire, 2005).

A. Gelombang badan (body wave)

Gelombang badan (body wave) adalah gelombang yang merambat

melalui lapisan dalam bumi. Gelombang ini terdiri dari dua macam

gelombang, yaitu:

a. Gelombang longitudinal (P)

Gelombang longitudinal (P) yaitu gelombang yang arah

rambatnya searah dengan arah gerak partikel medium yang

dilewatinya. Gelombang ini memiliki kecepatan rambat paling cepat

dibandingkan dengan gelombang-S, dan dapat merambat melalui

medium padat, cair dan gas.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Studi Pustaka Telah dilakukan penelitian terkait mekanisme sumber gempa yang terdapat pada Tabel 2.1, pada penelitian pertama dengan objek kajian gempabumi

21

Gambar 2.2. Gelombang-P (Elnashai, 2008)

b. Gelombang transversal (S)

Gelombang transversal (S) adalah gelombang yang arah

rambatnya tegak lurus terhadap arah gerak partikel medium yang

dilewatinya. Gelombang Sekunder (Gelombang-S) disebut juga

gelombang shear atau gelombang transversal. Gelombang ini

memiliki cepat rambat yang lebih lambat bila dibandingkan dengan

gelombang-P dan hanya dapat merambat pada medium padat saja.

Gambar 2.3. Gelombang-S (Elnashai, 2008)

Berikut ini merupakan contoh ilustrasi gelombang primer (P) dan

gelombang sekunder (S) di dalam bumi:

Medium tidak terganggu

Kompresi

Dilatasi

Medium tidak terganggu

Panjang gelombang

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Studi Pustaka Telah dilakukan penelitian terkait mekanisme sumber gempa yang terdapat pada Tabel 2.1, pada penelitian pertama dengan objek kajian gempabumi

22

Gambar 2.4. Contoh ilustrasi fase gelombang badan menggunakan nomenklatur

(Stein, 2005)

Kecepatan gelombang seismik bertambah dengan kedalaman,

maka lintasan gelombang seismik akan berbentuk lengkungan cekung

ke permukaan bumi. Kecepatan gelombang-P (Vp) bergantung pada

konstanta panjang gelombang (𝜆), rigiditas (𝜇) dan densitas (𝜌)

medium yang dilalui dan secara matematis dirumuskan sebagai

berikut (dijelaskan lebih rinci pada lampiran 1):

𝑉𝑝 = √𝜆+2𝜇

𝜌 (2.1)

Gelombang-P mempunyai kecepatan paling tinggi dibanding

dengan kecepatan gelombang yang lain sehingga tercatat paling awal

di seismogram. Gelombang-S mempunyai gerakan partikel tegak

lurus terhadap arah penjalaran dan mempunyai kecepatan (Vs):

𝑉𝑠 = √𝜇

𝜌 (2.2)

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Studi Pustaka Telah dilakukan penelitian terkait mekanisme sumber gempa yang terdapat pada Tabel 2.1, pada penelitian pertama dengan objek kajian gempabumi

23

B. Gelombang permukaan (surface wave)

Gelombang permukaan yaitu gelombang yang menjalar sepanjang

permukaan atau pada suatu lapisan dalam bumi. Gelombang ini terdiri

dari Gelombang Love (LQ) dan Gelombang Rayleigh (LR).

Gelombang Love (LQ) dan gelombang Rayleigh (LR) yaitu

gelombang yang menjalar melalui permukaan yang bebas daripada

bumi. Gelombang Love merupakan gelombang permukaan yang

menjalar dalam bentuk gelombang transversal yang merupakan

gelombang S horizontal yang penjalarannya paralel dengan

permukaannya, dan gelombang ini tidak bisa merambat dalam

medium cair (Elnashai, 2008).

Gambar 2.5. Gelombang Love (Elnashai, 2008)

Gelombang Rayleigh merupakan gelombang permukaan yang

orbit gerakannya elips tegak lurus dengan permukaan dan arah

penjalarannya. Gelombang jenis ini adalah gelombang permukaan

yang terjadi akibat adanya interferensi antara gelombang tekan dengan

gelombang geser secara konstruktif (Elnashai, 2008).

Medium tidak terganggu

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Studi Pustaka Telah dilakukan penelitian terkait mekanisme sumber gempa yang terdapat pada Tabel 2.1, pada penelitian pertama dengan objek kajian gempabumi

24

Gambar 2.6. Gelombang Rayleigh (Elnashai, 2008)

2. 2. 3. Sesar

Sesar atau patahan adalah struktur retakan yang telah mengalami

pergeseran. Umumnya disertai oleh struktur yang lain seperti lipatan, rekahan

dan sebagainya. Adapun di lapangan indikasi suatu sesar dapat dikenal

melalui: gawir sesar atau bidang sesar; breksiasi, gouge, milonit; deretan mata

air; sumber air panas; penyimpangan atau pergeseran kedudukan lapisan;

gejala-gejala struktur minor seperti: cermin sesar, gores garis, lipatan dan

sebagainya (Noor, 2012).

A. Terminologi sesar

Sesar biasanya dipresentasikan secara geometri seperti pada

gambar 2.7. Bidang sesar (fault plane) adalah sebuah bidang yang

merupakan bidang tektonik antara dua blok tektonik. Sudut

kemiringan sesar (dip angel) adalah sudut yang dibentuk antara bidang

sesar dengan bidang horizontal. Vektor kemiringan (dip vector) adalah

vektor yang searah dengan kemiringan bidang sesar, sedangkan vektor

strike (strike vector) adalah vektor yang sejajar dengan arah strike

sesar.

Medium tidak terganggu

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Studi Pustaka Telah dilakukan penelitian terkait mekanisme sumber gempa yang terdapat pada Tabel 2.1, pada penelitian pertama dengan objek kajian gempabumi

25

Arah pergerakan sesar secara umum dapat dibedakan menjadi 3

jenis, yaitu:

1. Dip Slip Movement: Pergerakan sesar terjadi dalam arah sejajar

dengan sudut kemiringan sesar. Pergerakan yang dominan adalah

arah vertikal.

2. Strike Slip Movement: pergerakan dasar terjadi dalam arah sejajar

dengan sudut strike sesar. Pergerakan yang dominan adalah arah

horizontal.

3. Dip and Slip Movement Combination: kombinasi antara yang

pertama dan kedua.

Gambar 2.7. Terminologi Sesar (HMGF-UGM, 2016)

Orientasi sesar ditentukan oleh parameter bidang sesar yang

terdiri dari:

1. Strike (𝜑): adalah sudut yang dibentuk oleh jurus sesar dengan

arah utara. Strike diukur dari arah utara ke arah timur searah

dengan jarum jam hingga jurus patahan (0⁰ ≤ 𝜑 ≤ 360⁰).

u

𝜑

𝛼 = dip

𝛽 = hade = 90˚ - dip

𝛾 = rake

𝜑 = strike

ab = net slip

ae = strike slip

cb/ad = dip slip

ae = vertical slip = throw

de = horizontal slip = heave

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Studi Pustaka Telah dilakukan penelitian terkait mekanisme sumber gempa yang terdapat pada Tabel 2.1, pada penelitian pertama dengan objek kajian gempabumi

26

2. Dip (𝛼): adalah sudut yang dibentuk oleh bidang sesar dengan

bidang horizontal dan diukur pada bidang vertikal dengan arah

tegak lurus terhadap jurus patahan (0⁰ ≤ 𝛼 ≤ 90⁰).

3. Rake (𝛾): adalah sudut yang dibentuk arah slip dan jurus patahan.

Rake berharga positif pada patahan naik (thrust fault) dan negatif

pada patahan turun (normal fault) (-180⁰ ≤ 𝛾 ≤ 180⁰).

B. Jenis-jenis sesar (Noor, 2012)

1. Sesar turun (normal fault)

Patahan dikatakan masuk ke dalam normal fault jika patahan

tersebut memungkinkan satu blok misalnya bagian foot wall

memiliki lapisan yang bergerak searah namun relatif naik terhadap

blok lainnya yaitu hanging wall. Ciri yang sangat mudah

ditemukan pada jenis normal fault adalah tingkat kemiringannya

yang hampir 90⁰.

Gambar 2.8. Sesar turun yang disebabkan oleh gaya tegasan tensional

horizontal, di mana hanging-wall bergerak ke bagian bawah foot-wall

Blok Hanging-Wall

Blok Foot-Wall

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Studi Pustaka Telah dilakukan penelitian terkait mekanisme sumber gempa yang terdapat pada Tabel 2.1, pada penelitian pertama dengan objek kajian gempabumi

27

2. Sesar naik (reverse fault)

Kebalikan dari normal fault, untuk jenis reverse fault ini

merupakan patahan yang terjadi dengan arah foot wall yang relatif

turun dibandingkan dengan hanging wall. Ciri yang mudah

ditemukan pada jenis patahan ini adalah tingkat kemiringannya

yang relatif kecil yaitu sekitar 45˚ saja atau setengah dari

kemiringan normal fault.

Gambar 2.9. Sesar naik sebagai hasil dari gaya tegasan kompresional, di

mana bagian hanging-wall bergerak relatif ke bagian atas dibandingkan foot-

wall

3. Sesar mendatar

Untuk jenis strike fault ini merupakan patahan yang memiliki

arah relatif mendatar baik itu ke kiri maupun ke kanan. Arah

patahan ini memang tidak seluruhnya bergerak dengan arah

mendatar namun juga bisa dengan arah vertikal. Patahan jenis ini

yang bergerak ke arah kiri disebut dengan dekstral sedangkan

untuk patahan yang bergerak ke kanan disebut dengan sinistral.

Blok Hanging-Wall

Blok Foot-Wall

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Studi Pustaka Telah dilakukan penelitian terkait mekanisme sumber gempa yang terdapat pada Tabel 2.1, pada penelitian pertama dengan objek kajian gempabumi

28

Gambar 2.10. Sesar mendatar adalah patahan yang pergerakan relatifnya

berarah horizontal mengikuti arah patahan

2. 2. 4. Mekanisme Sumber Gempabumi

Sekarang kita tinjau bagaimana proses terjadinya sebuah gempabumi.

Seorang ahli seismologi Amerika yang bernama Reid pada tahun 1906

mengadakan penelitian untuk membahas tentang proses pemecahan di sebuah

sumber gempabumi pada gempa San Fransisco yang terjadi di sesar San

Andreas. Displacement dari sesar San Andreas ini kebanyakan horizontal, di

mana pada bagian timur yang menghadap ke daratan Amerika bergerak ke

selatan terhadap yang di sebelah barat (Ibrahim, 2005).

A. Momen tensor

Sebelum masuk pada pembahasan mengenai momen tensor, mari

kita lebih dulu mengenal mengenai gaya tunggal, kopel tunggal dan

kopel ganda.

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Studi Pustaka Telah dilakukan penelitian terkait mekanisme sumber gempa yang terdapat pada Tabel 2.1, pada penelitian pertama dengan objek kajian gempabumi

29

Gambar 2.11. Deskripsi gaya tunggal, kopel tunggal dan kopel ganda (Stein, 2005)

Gaya tunggal didefinisikan sebagai gaya yang memiliki momen

tensor hanya pada satu arah saja. Contoh dari gaya tunggal ini adalah

gelombang seismik itu sendiri, seperti pada bentuk dan arah

gelombang Love dan gelombang Rayleigh. Sedangkan gaya kopel

(kopel tunggal) didefinisikan sebagai gaya yang memiliki dua buah

gaya yang bekerja secara bersamaan.

Gambar 2.11 mengilustrasikan hubungan antara geometri patahan

gempabumi dengan kopel ganda. Pada contoh ini, strike-slip samping

kiri berada pada arah ± y pada patahan di bidang y-z, gaya badan Mxy

+ Myx menjadikannya sumber kopel ganda.

Gaya tunggal

Gaya kopel

Kopel ganda

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Studi Pustaka Telah dilakukan penelitian terkait mekanisme sumber gempa yang terdapat pada Tabel 2.1, pada penelitian pertama dengan objek kajian gempabumi

30

Gambar 2.12. Sembilan kopel tunggal yang merupakan komponen dari momen tensor seismik

(Stein, 2005)

Sebagaimana kita lihat, kesebandingan untuk sumber seismik pada

beberapa geometri direpresentasikan oleh momen tensor seismik, M,

di mana komponennya merupakan sembilan gaya kopel

𝑴 = (

𝑀𝑥𝑥 𝑀𝑥𝑦 𝑀𝑥𝑧

𝑀𝑦𝑥 𝑀𝑦𝑦 𝑀𝑦𝑧

𝑀𝑧𝑥 𝑀𝑧𝑦 𝑀𝑧𝑧

) (2.3)

Komponen momen tensor diberikan oleh momen skalar dan

komponen dari ��, unit vektor normal terhadap bidang sesar, dan ��,

unit vektor slip,

𝑀𝑖𝑗 = 𝑀0 (𝑛𝑖𝑑𝑗 + 𝑛𝑗𝑑𝑖) (2.4)

Jika persamaan di atas disubtitusikan ke tiap komponen pers. (2.3),

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Studi Pustaka Telah dilakukan penelitian terkait mekanisme sumber gempa yang terdapat pada Tabel 2.1, pada penelitian pertama dengan objek kajian gempabumi

31

𝑀𝑥𝑥 = 𝑀0 (𝑛𝑥𝑑𝑥 + 𝑛𝑥𝑑𝑥) = 2 𝑀0 𝑛𝑥𝑑𝑥

𝑀𝑥𝑦 = 𝑀0 (𝑛𝑥𝑑𝑦 + 𝑛𝑦𝑑𝑥)

𝑀𝑥𝑧 = 𝑀0 (𝑛𝑥𝑑𝑧 + 𝑛𝑧𝑑𝑥)

𝑀𝑦𝑥 = 𝑀0 (𝑛𝑦𝑑𝑥 + 𝑛𝑥𝑑𝑦)

𝑀𝑦𝑦 = 𝑀0 (𝑛𝑦𝑑𝑦 + 𝑛𝑦𝑑𝑦) = 2 𝑀0 𝑛𝑦𝑑𝑦

𝑀𝑦𝑧 = 𝑀0 (𝑛𝑦𝑑𝑧 + 𝑛𝑧𝑑𝑦)

𝑀𝑧𝑥 = 𝑀0 (𝑛𝑧𝑑𝑥 + 𝑛𝑥𝑑𝑧)

𝑀𝑧𝑦 = 𝑀0 (𝑛𝑧𝑑𝑦 + 𝑛𝑦𝑑𝑧)

𝑀𝑧𝑧 = 𝑀0 (𝑛𝑧𝑑𝑧 + 𝑛𝑧𝑑𝑧) = 2 𝑀0 𝑛𝑧𝑑𝑧 (2.5)

Sehingga pers. (2.3) menjadi

𝑴 = 𝑀0 (

2 𝑛𝑥𝑑𝑥 𝑛𝑥𝑑𝑦 + 𝑛𝑦𝑑𝑥 𝑛𝑥𝑑𝑧 + 𝑛𝑧𝑑𝑥

𝑛𝑦𝑑𝑥 + 𝑛𝑥𝑑𝑦 2 𝑛𝑦𝑑𝑦 𝑛𝑦𝑑𝑧 + 𝑛𝑧𝑑𝑦

𝑛𝑧𝑑𝑥 + 𝑛𝑥𝑑𝑧 𝑛𝑧𝑑𝑦 + 𝑛𝑦𝑑𝑧 2 𝑛𝑧𝑑𝑧

) (2.6)

Formulasi ini menunjukkan bahwa

1. Simpangan �� dan �� menjadikan tensor simetris 𝑀𝑖𝑗 = 𝑀𝑗𝑖. Secara

fisis, hal ini menunjukkan bahwa bidang gelincir (slip) pada

masing-masing bidang sesar atau bidang bantu mempunyai pola

radiasi seismik yang sama.

2. Jejak (jumlah komponen diagonal) dari tensor adalah nol

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Studi Pustaka Telah dilakukan penelitian terkait mekanisme sumber gempa yang terdapat pada Tabel 2.1, pada penelitian pertama dengan objek kajian gempabumi

32

∑ 𝑀𝑖𝑖

𝑖

= 𝑀𝑗𝑗 = 2 𝑀0 𝑛𝑖𝑑𝑖 = 2 𝑀0 �� ∙ �� = 0

karena vektor slip berada pada bidang sesar dan tegak lurus terhadap

vektor normal.

Pada notasi ini, gempabumi di gambar 2.11. direpresentasikan

sebagai

𝑴 = (0 𝑀0 0

𝑀0 0 00 0 0

) = 𝑀0 (0 1 01 0 00 0 0

) (2.7)

di mana M0 didefinisikan sebagai momen seismik skalar yang

diberikan oleh

𝑀0 = 𝜇��𝐴 (2.8)

dengan 𝜇 adalah koefisien geser (shear modulus), �� adalah

perpindahan patahan rata-rata, dan A adalah area dari patahan. Momen

seismik merupakan pengukuran paling dasar dan terkenal dari

kekuatan gempabumi. Satuan dari M0 adalah Nm (1N = 105 dyne, dan

demikian 1Nm = 107 dyne-cm) (Shearer, 2009). M0 didefinisikan

dengan momen tensor M yang memiliki nilai eigen m1 ≥ m3 ≥ m2. Jika

M merupakan kopel ganda, maka M0 = m1 = -m2, dan m3 = 0 (Aki,

2002). Menggunakan teknik inversi centroid moment tensor (CMT),

Dziewonski dan Woodhouse mendefinisikan momen CMT kopel

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Studi Pustaka Telah dilakukan penelitian terkait mekanisme sumber gempa yang terdapat pada Tabel 2.1, pada penelitian pertama dengan objek kajian gempabumi

33

ganda sebagai "nilai mutlak dari rata-rata nilai eigen dominan".

Demikian (Bowers, 1999):

𝑀0 = |𝑚1|+ |𝑚2|

2 (2.9)

Sehingga momen totalnya adalah

𝑀0 = 1

√2 (∑ 𝑀𝑖𝑗

2𝑖𝑗 )

1

2 (2.10)

Gambar 2.13. Momen tensor pilihan dan mekanisme fokus terkait (Stein, 2005)

Untuk membangun momen tensor yang tidak berupa kopel ganda

sederhana seperti di atas, dimisalkan (Jost, 1989)

Momen Tensor Beachball Momen Tensor Beachball

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Studi Pustaka Telah dilakukan penelitian terkait mekanisme sumber gempa yang terdapat pada Tabel 2.1, pada penelitian pertama dengan objek kajian gempabumi

34

𝑴𝟏 = 1 (1 0 00 1 00 0 1

) (2.11)

𝑴𝟐 = 6 (0 1 01 0 00 0 0

) (2.12)

𝑴𝟑 = 3 (0 0 00 −1 00 0 1

) (2.13)

𝑴𝟒 = 1 (0 0 00 0 −10 −1 0

) (2.14)

Keempat momen tensor tersebut ditumpangkan untuk menjelaskan

sumber kompleks yang didominasi oleh mekanisme sesar naik.

Hasilnya adalah

𝑴 = (1 6 06 −2 −10 −1 4

) (2.15)

Tabel 2.5 menunjukkan nilai eigen dan vektor eigen dari pers. (2.15),

dimana sumbu pusatnya adalah M.

Tabel 2.5. Tensor sesar campur

Nilai Eigen Vektor eigen

3.8523 (-0.2938, -0.1397, -0.9456)

5.8904 (0.7352, 0.5592, -0.3170)

-6.7427 (0.6109, -0.7883, -0,0734)

Total nilai eigen adalah 3, yang merupakan nilai yang diharapkan dari

pers. (2.11).

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Studi Pustaka Telah dilakukan penelitian terkait mekanisme sumber gempa yang terdapat pada Tabel 2.1, pada penelitian pertama dengan objek kajian gempabumi

35

Gambar 2.14. Mekanisme fokus kopel ganda dari kopel mayor pers. (2.15)

B. Polaritas gerak awal gelombang-P (Stein, 2005)

Ide dasarnya adalah polaritas (arah) yang pertama dari kedatangan

gelombang-P bervariasi antara stasiun seismik pada arah yang berbeda

dari gempabumi. Gambar 2.15 mengilustrasikan konsep tentang

gempabumi pada sesar geser. Masing-masing gerak awalnya adalah

kompresi, untuk stasiun yang berada di sekitar patahan yang

materialnya bergerak “menuju” stasiun, atau dilatasi, ketika bergerak

“menjauhi” stasiun. Demikian ketika gelombang-P tiba di

seismometer, komponen vertikal seismogram merekam gerak awal

naik atau turun, sehubungan dengan kompresi atau dilatasi.

Gambar 2.15. Gerak awal gelombang-P teramati oleh seismometer yang berada

di sekeliling gempabumi memberikan informasi tentang orientasi sesar

Episenter

Kompresi

Kompresi

Dilatasi

Dilatasi

Bidang bantu

Bidang sesar Naik

Turun

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Studi Pustaka Telah dilakukan penelitian terkait mekanisme sumber gempa yang terdapat pada Tabel 2.1, pada penelitian pertama dengan objek kajian gempabumi

36

Gerak awal terbagi empat kuadran, dua kompresi dan dua dilatasi.

Pembagian antar kuadran terdapat di sepanjang bidang sesar dan

bidang yang tegak lurus terhadap bidang sesar. Pada arah ini, karena

gerak awal berubah dari dilatasi ke kompresi, seismogram

menunjukkan gerak awal yang kecil atau nol. Bidang tegak lurus ini

disebut bidang nodal, memisahkan kuadran kompresi dan dilatasi. Jika

bidang ini dapat ditemukan, maka geometri sesar dapat diketahui.

Masalahnya adalah bahwa gerak awal dari pergeseran pada bidang

sesar sebenarnya dan dari pergeseran pada bidang tegak lurus, bidang

bantu, mungkin saja sama. Sehingga gerak awal sendiri tidak bisa

memisahkan mana yang merupakan bidang sesar yang sebenarnya.

Bagaimanapun, informasi tambahan sering kali dapat menjawab

pertanyaan ini. Terkadang informasi geologi atau geodesi cenderung

lebih memahami sesar atau observasi dari pergerakan tanah yang

mengindikasikan bidang sesar.

Gambar 2.16. Sistem koordinat orientasi-sesar untuk menjelaskan bentuk radiasi

sebuah kejadian gempabumi: (a) bidang sesar, (b) bidang bantu, merupakan bidang

yang tegak lurus terhadap bidang sesar, (c) kopel ganda, merupakan gabungan dari

bidang sesar dan bidang bantu

Bidang

sesar

Bidang

bantu

Kopel

ganda

(a)

(b)

(c)

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Studi Pustaka Telah dilakukan penelitian terkait mekanisme sumber gempa yang terdapat pada Tabel 2.1, pada penelitian pertama dengan objek kajian gempabumi

37

C. Proyeksi diagram mekanisme fokus

Mekanisme fokus atau lebih dikenal sebagai focal mechanism dari

gempabumi adalah penggambaran dari deformasi inelastis (inelastic

deformation) di kawasan sumber yang menghasilkan gelombang

seismik. Dalam banyak kasus, hal ini berhubungan dengan peristiwa

patahan yang mengacu pada orientasi bidang sesar yang bergeser dan

slip vectornya, hal ini dikenal juga sebagai solusi bidang patahan.

Mekanisme fokus berasal dari solusi momen tensor gempabumi, yang

dapat diperkirakan dari analisis gelombang seismik teramati.

Saat terjadi gempabumi, terjadi pelepasan energi yang menyebar

keseluruh bagian bumi. Mekanisme fokus dapat diturunkan dengan

mengamati pola gerakan pertama (first motion) gempabumi. Yaitu,

apakah gelombang-P yang tiba tercatat pertama kali pada

seismometer berupa puncak atau lembah. Dalam hal ini, energi yang

tersebar oleh gempa akibat sesar membagi bumi menjadi empat bagian

(Butler, diakses 14 Mei 2017). Perbedaan first motion ini disebabkan

karena posisi stasiun terhadap sumber gempabumi.

Dalam pembuatan mekanisme fokus, Gelombang-P yang tercatat

dari berbagai stasiun di dunia dikumpulkan. Lalu gelombang-P

dibedakan berdasarkan pola first motion-nya. Dalam contoh ini,

gelombang-P yang tiba di stasiun sebagai puncak disimbolkan dengan

bulatan hitam. Sedangkan gelombang-P yang tiba pada stasiun sebagai

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Studi Pustaka Telah dilakukan penelitian terkait mekanisme sumber gempa yang terdapat pada Tabel 2.1, pada penelitian pertama dengan objek kajian gempabumi

38

lembah disimbolkan dengan bulatan putih. Sedangkan pada kasus

bentuk gelombang tiba yang diragukan disimbolkan dengan (x).

Solusi mekanisme fokus biasanya ditampilkan secara grafis

menggunakan diagram beachball. Pola energi radiasi selama

gempabumi dengan satu arah gerakan pada satu bidang patahan dapat

dimodelkan sebagai kopel ganda, yang digambarkan secara matematis

sebagai kasus khusus dari sebuah tensor urutan kedua (sama dengan

tegangan dan regangan) yang dikenal sebagai momen tensor.

Berikut ini adalah cara sangat sederhana membuat diagram

beachball

Gambar 2.17. Cara pembuatan mekanisme fokus (Cronin, 2004)

Intinya, jika lingkaran tersebut dibagi 4 kuadran, maka bagian

paling atas adalah utara. Kalaupun tidak dibagi menjadi 4 kuadran,

maka bagian atas adalah utara. Biasanya, tensor selalu berwarna gelap.

Jadi jika ada 4 kuadran dengan warna gelap terang selang seling maka

itu adalah sesar geser. Jika lingkaran tersebut dibagi menjadi tiga

bagian, dan di tengah berwarna gelap, maka itu adalah sesar naik.

Sta gel-P Simbol Sta gel-P Simbol Sta gel-P Simbol

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Studi Pustaka Telah dilakukan penelitian terkait mekanisme sumber gempa yang terdapat pada Tabel 2.1, pada penelitian pertama dengan objek kajian gempabumi

39

Begitu juga sebaliknya, jika di tengah warna terang, maka itu adalah

sesar turun.

Gambar 2.18. Mekanisme Fokus untuk gempabumi dengan jenis sesar (dari kiri):

sesar geser, sesar naik dan sesar normal/turun (Stein, 2005)

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Studi Pustaka Telah dilakukan penelitian terkait mekanisme sumber gempa yang terdapat pada Tabel 2.1, pada penelitian pertama dengan objek kajian gempabumi

40

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu penelitian : 27 Maret 2017 s.d. 31 Agustus 2017

Tempat penelitian : Stasiun Geofisika Kelas 1 Badan Meteorologi,

Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta.

3.2. Alat dan Bahan

A. Alat Penelitian

a. Komputer

b. Seperangkat SeisComP3

c. Buku catatan

Gambar 3.1. Alat Penelitian: (a) lokasi sensor, (b) rekaman gelombang oleh sensor,

(c) pengolahan data kejadian gempabumi, (d) rekaman data kejadian gempabumi

(a) (b) (c) (d)

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Studi Pustaka Telah dilakukan penelitian terkait mekanisme sumber gempa yang terdapat pada Tabel 2.1, pada penelitian pertama dengan objek kajian gempabumi

41

B. Bahan Penelitian

a. Tanggal terjadi gempa f. Longitude

b. Bulan terjadi gempa g. Latitude

c. Tahun terjadi gempa h. Magnitudo

d. Original time i. Stasiun pencatat gempa

e. Kedalaman j. Polarisasi gelombang-P

3.3. Prosedur Penelitian

Pada penulisan data ini yang digunakan adalah fase awal gelombang-

P yang tercatat di stasiun BMKG dari gempabumi terasa yang terjadi di

Selatan Jawa periode Oktober 2016 s.d. Maret 2017 dengan 31 kejadian

(Inatews BMKG, diakses 15 April 2017).

1. Kejadian Gempabumi 11 Oktober 2016, Pusat gempa berada di laut 79

km Tenggara Pacitan, Jawa Timur. Dirasakan di Pacitan III MMI,

Bantul II MMI, Nganjuk II MMI.

Tabel 3.1. Data gempabumi kejadian 1

Jam (WIB) Lintang Bujur H (km) M (SR)

7:34:01 8.52' S 111.18' E 25 4.7

Stasiun

PWJI epc KRK epc SMRI epc

TBJI epc JAGI epc KMMI epc

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Studi Pustaka Telah dilakukan penelitian terkait mekanisme sumber gempa yang terdapat pada Tabel 2.1, pada penelitian pertama dengan objek kajian gempabumi

42

2. Kejadian Gempabumi 11 Oktober 2016, Pusat gempa berada di laut 64

km Tenggara Pacitan, Jawa Timur. Dirasakan di Pacitan II MMI.

Tabel 3.2. Data gempabumi kejadian 2

Jam (WIB) Lintang Bujur H (km) M (SR)

11:52:44 8.44' S 111.21' E 36 4.3

Stasiun

PWJI epc UGM epc NGJI epc SMRI epc

TBJI epc JAGI epd KMMI epd

3. Kejadian Gempabumi 23 Oktober 2016, Pusat gempa berada di laut 67

km Baratdaya Garut, Jawa Barat. Dirasakan di Bandung II MMI.

Tabel 3.3. Data gempabumi kejadian 3

Jam (WIB) Lintang Bujur H (km) M (SR)

5:44:49 8.05' S 107.35' E 67 4.9

Stasiun

CNJI epd LEM epc SKJI epd CBJI epc SMRI epd

BLSI epc PCJI epd KASI epc TBJI epd

4. Kejadian Gempabumi 23 Oktober 2016, Pusat gempa berada di laut 81

km Baratdaya Garut, Jawa Barat. Dirasakan di Bandung, Garut,

Sukabumi, Tasikmalaya, Pangandaran, Pelabuhan Ratu dan Soreang II–

III MMI.

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Studi Pustaka Telah dilakukan penelitian terkait mekanisme sumber gempa yang terdapat pada Tabel 2.1, pada penelitian pertama dengan objek kajian gempabumi

43

Tabel 3.4. Data gempabumi kejadian 4

Jam (WIB) Lintang Bujur H (km) M (SR)

12:45:46 7.54' S 107.04' E 35 4.8

Stasiun

SKJI epc CBJI epc LEM epc JCJI epc SBJI epc

UGM epc KASI epc PCJI epc LWLI epc

5. Kejadian Gempabumi 4 November 2016, Pusat gempa berada di darat

45 km Baratlaut Madiun, Jawa Timur. Dirasakan di Madiun,

Trenggalek, Yogyakarta, Magetan dan Ngawi III MMI.

Tabel 3.5. Data gempabumi kejadian 5

Jam (WIB) Lintang Bujur H (km) M (SR)

12:08:07 7.33' S 111.18' E 19 4.9

Stasiun

NGJI epd UGM epc SMRI epc YOGI epc KRK epd

GMJI epd KMMI epd ABJI epd JAGI epd PBKI epd

6. Kejadian Gempabumi 6 November 2016, Pusat gempa berada di darat

15 km Baratdaya Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Dirasakan di Jakarta

II MMI.

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Studi Pustaka Telah dilakukan penelitian terkait mekanisme sumber gempa yang terdapat pada Tabel 2.1, pada penelitian pertama dengan objek kajian gempabumi

44

Tabel 3.6. Data gempabumi kejadian 6

Jam (WIB) Lintang Bujur H (km) M (SR)

6:44:14 7.15' S 107.32' E 10 4.2

Stasiun

CNJI epc CBJI epd JCJI epc

SKJI epd SBJI epd SMRI epd

7. Kejadian Gempabumi 8 November 2016, Pusat gempa berada di laut

271 km Baratdaya Lebak, Banten. Dirasakan di Pangalengan III MMI.

Tabel 3.7. Data gempabumi kejadian 7

Jam (WIB) Lintang Bujur H (km) M (SR)

4:31:23 8.21' S 104.35' E 10 6

Stasiun

SKJI epc SBJI epd CNJI epc KASI epd BLSI epd

LWLI epd KLI epd JCJI epc PMBI epd YOGI epc

UGM epd SMRI epd PPBI epd JMBI epd TBJI epc

KRK epc DSRI epd PBKI epc TPRI epd KMMI epc

JAGI epd MNSI epd IGBI epc DNP epd BBKI epc

8. Kejadian Gempabumi 11 November 2016, Pusat gempa berada di laut

83 km Baratdaya Lebak, Banten. Dirasakan di Pelabuhan Ratu II MMI.

Page 39: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Studi Pustaka Telah dilakukan penelitian terkait mekanisme sumber gempa yang terdapat pada Tabel 2.1, pada penelitian pertama dengan objek kajian gempabumi

45

Tabel 3.8. Data gempabumi kejadian 8

Jam (WIB) Lintang Bujur H (km) M (SR)

11:05:39 7.19' S 106.11' E 29 4.5

Stasiun

SKJI epd SBJI epc BLSI epc KASI epc

KLI epc LWLI epc KSI epc PPBI epc

9. Kejadian Gempabumi 11 November 2016, Pusat gempa berada di laut

89 km Tenggara Pacitan, Jawa Timur. Dirasakan di Yogyakarta III

MMI, Pacitan II-III MMI.

Tabel 3.9. Data gempabumi kejadian 9

Jam (WIB) Lintang Bujur H (km) M (SR)

15:15:31 8.58' S 111.19' E 10 5.1

Stasiun

PCJI epd PWJI epd UGM epc KRK epc

YOGI epc SMRI epc TBJI epc JAGI epc

KMMI epc IGBI epc JCJI epc CNJI epc

CBJI epc PBKI epc BBKI epc KSI epc

10. Kejadian Gempabumi 11 November 2016, Pusat gempa berada di laut

96 km Tenggara Pacitan, Jawa Timur. Dirasakan di Yogyakarta, Bantul,

Tulung Agung, Magelang dan Pacitan III MMI.

Page 40: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Studi Pustaka Telah dilakukan penelitian terkait mekanisme sumber gempa yang terdapat pada Tabel 2.1, pada penelitian pertama dengan objek kajian gempabumi

46

Tabel 3.10. Data gempabumi kejadian 10

Jam (WIB) Lintang Bujur H (km) M (SR)

7:26:44 9.02' S 111.17' E 10 5.2

Stasiun

PCJI epd KRK epc UGM epc SMRI epc GRJI epc

JAGI epc KMMI epc PWJI epc IGBI epc

CBJI epc SKJI epc KASI epc PPBI epc

11. Kejadian Gempabumi 15 November 2016, Pusat gempa berada di laut

74 km Tenggara Cilacap, Jawa Tengah. Dirasakan di Yogyakarta dan

Bantul II MMI.

Tabel 3.11. Data gempabumi kejadian 11

Jam (WIB) Lintang Bujur H (km) M (SR)

19:41:10 8.22' S 109.12' E 10 4.7

Stasiun

YOGI epd UGM epc SMRI epd PCJI epc CNJI epc

NGJI epd GRJI epc GMJI epd JAGI epc

12. Kejadian Gempabumi 18 November 2016, Pusat gempa berada di laut

93 km Baratdaya Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Dirasakan di Yogyakarta, Klaten, Bantul, Sleman dan Gunung Kidul I-

II MMI.

Page 41: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Studi Pustaka Telah dilakukan penelitian terkait mekanisme sumber gempa yang terdapat pada Tabel 2.1, pada penelitian pertama dengan objek kajian gempabumi

47

Tabel 3.12. Data gempabumi kejadian 12

Jam (WIB) Lintang Bujur H (km) M (SR)

9:19:29 8.52' S 110.34' E 10 5.3

Stasiun

PCJI epd UGM epc YOGI epc SWJI epd NGJI epd

SMRI epc KRK epd GRJI epd GMJI epc

JCJI epc LEM epc JAGI epd BWJI epd

CNJI epc KMMI epd ABJI epd SBJI epc

13. Kejadian Gempabumi 15 Desember 2016, Pusat gempa berada di laut

64 km Baratdaya Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Dirasakan di

Tasikmalaya II-III MMI.

Tabel 3.13. Data gempabumi kejadian 13

Jam (WIB) Lintang Bujur H (km) M (SR)

23:58:31 8.11' S 107.54' E 22 4.8

Stasiun

CNJI epc LEM epd JCJI epd CBJI epc

UGM epc SMRI epd PCJI epc UWJI epd

SWJI epd PWJI epc GWJI epd

Page 42: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Studi Pustaka Telah dilakukan penelitian terkait mekanisme sumber gempa yang terdapat pada Tabel 2.1, pada penelitian pertama dengan objek kajian gempabumi

48

14. Kejadian Gempabumi 3 Januari 2017, Pusat gempa berada di laut 133

km Tenggara Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat. Dirasakan di

Kebumen II-III MMI.

Tabel 3.14. Data gempabumi kejadian 14

Jam (WIB) Lintang Bujur H (km) M (SR)

4:02:25 8.53' S 108.43' E 10 5.1

Stasiun

KPJI epc YOGI epc UGM epc JCJI epd CNJI epc

LEM epd SMRI epc NGJI epd PWJI epc SWJI epc

UWJI epc GRJI epc GMJI epc JAGI epc KASI epc

ABJI epc BYJI epc LWLI epc MDSI epd PPBI epd

15. Kejadian Gempabumi 4 Januari 2017, Pusat gempa berada di laut 62 km

Tenggara Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Dirasakan di

Tasikmalaya II-III MMI, Monanjaya I-II MMI.

Tabel 3.15. Data gempabumi kejadian 15

Jam (WIB) Lintang Bujur H (km) M (SR)

16:08:41 8.12' S 108.18' E 31 4.2

Stasiun

KPJI epd CNJI epd JCJI epd YOGI epc CBJI epd

SKJI epd UGM epc SMRI epd PWJI epc

Page 43: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Studi Pustaka Telah dilakukan penelitian terkait mekanisme sumber gempa yang terdapat pada Tabel 2.1, pada penelitian pertama dengan objek kajian gempabumi

49

16. Kejadian Gempabumi 13 Januari 2017, Pusat gempa berada di laut 74

km Tenggara Kota Sukabumi, Jawa Barat. Dirasakan di Sukabumi II-III

MMI.

Tabel 3.16. Data gempabumi kejadian 16

Jam (WIB) Lintang Bujur H (km) M (SR)

2:45:00 7.36' S 106.57' E 18 4.6

Stasiun

CNJI epc SKJI epc CBJI epc SBJI epd KASI epd

SMRI epd LWLI epd MDSI epd ABJI epd DSRI epd

17. Kejadian Gempabumi 13 Januari 2017, Pusat gempa berada di darat 14

km Tenggara Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Dirasakan di Bantul

III MMI, Yogyakarta II MMI.

Tabel 3.17. Data gempabumi kejadian 17

Jam (WIB) Lintang Bujur H (km) M (SR)

21:24:59 7.60' S 110.25' E 10 3.6

Stasiun

UGM epd YOGI epc SMRI epd NGJI epc

UWJI epd KRK epc BCJI epc CNJI epd

Page 44: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Studi Pustaka Telah dilakukan penelitian terkait mekanisme sumber gempa yang terdapat pada Tabel 2.1, pada penelitian pertama dengan objek kajian gempabumi

50

18. Kejadian Gempabumi 23 Januari 2017, Pusat gempa berada di laut 210

km Baratdaya Kota Sukabumi, Jawa Barat. Dirasakan di Sukabumi II

MMI.

Tabel 3.18. Data gempabumi kejadian 18

Jam (WIB) Lintang Bujur H (km) M (SR)

13:12:15 8.30' S 105.52' E 10 5.1

Stasiun

SKJI epc CNJI epd SBJI epc LEM epd

KASI epc KPJI epd MDSI epc UGM epc

SMRI epd UWJI epd GMJI epc JAGI epc

19. Kejadian Gempabumi 27 Januari 2017, Pusat gempa berada di laut 117

km Selatan Sukabumi, Jawa Barat. Dirasakan di Pangandaran II-III

MMI.

Tabel 3.19. Data gempabumi kejadian 19

Jam (WIB) Lintang Bujur H (km) M (SR)

0:50:10 7.58' S 107.01' E 14 4.9

Stasiun

CNJI epd SKJI epc JCJI epd KPJI epc SBJI epc

BLSI epc KASI epd SMRI epc KLI epd

MDSI epd SWJI epc PWJI epc PPBI epc

Page 45: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Studi Pustaka Telah dilakukan penelitian terkait mekanisme sumber gempa yang terdapat pada Tabel 2.1, pada penelitian pertama dengan objek kajian gempabumi

51

20. Kejadian Gempabumi 29 Januari 2017, Pusat gempa berada di laut 166

km Tenggara Kabupaten Malang, Jawa Timur. Dirasakan di Malang II

MMI.

Tabel 3.20. Data gempabumi kejadian 20

Jam (WIB) Lintang Bujur H (km) M (SR)

18:57:24 9.44' S 112.52' E 10 4.9

Stasiun

GMJI epc KRK epc JAGI epd PWJI epd BLJI epc

BYJI epc SWJI epd ABJI epc DNP epc NGJI epd

GRJI epc UGM epd SMRI epd KPJI epd

21. Kejadian Gempabumi 8 Februari 2017, Pusat gempa berada di laut 126

km Baratdaya Lumajang, Jawa Timur. Dirasakan di Malang, Jember,

Blitar, Trenggalek, Nusa Dua dan Tabanan III MMI, Kuta II MMI.

Tabel 3.21. Data gempabumi kejadian 21

Jam (WIB) Lintang Bujur H (km) M (SR)

0:21:49 8.31' S 113.07' E 10 4.9

Stasiun

GMJI epd JAGI epc BYJI epc PWJI epd

SWJI epd BRJI epd NGJI epd DNP epc

BWJI epd UWJI epd SMRI epd KPJI epd

Page 46: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Studi Pustaka Telah dilakukan penelitian terkait mekanisme sumber gempa yang terdapat pada Tabel 2.1, pada penelitian pertama dengan objek kajian gempabumi

52

22. Kejadian Gempabumi 8 Februari 2017, Pusat gempa berada di laut 79

km Baratdaya Sukabumi, Jawa Barat. Dirasakan di Cianjur III-IV MMI,

Bandung III MMI, Lembang III MMI, Sukabumi III MMI, Bogor I-II

MMI.

Tabel 3.22. Data gempabumi kejadian 22

Jam (WIB) Lintang Bujur H (km) M (SR)

15:34:16 7.38' S 106.54' E 25 5.2

Stasiun

CNJI epc LEM epc JCJI epc SBJI epd KASI epd

SMRI epc LWLI epd MDSI epd SWJI epc JAGI epd

23. Kejadian Gempabumi 13 Februari 2017, Pusat gempa berada di laut 33

km Tenggara Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Dirasakan di

Tasikmalaya II MMI.

Tabel 3.23. Data gempabumi kejadian 23

Jam (WIB) Lintang Bujur H (km) M (SR)

15:12:47 7.56' S 108.14' E 49 5.2

Stasiun

KPJI epc JCJI epc CNJI epd YOGI epd UGM epd

SMRI epc UWJI epc NGJI epd SWJI epd PWJI epd

BLSI epd GRJI epc KASI epd KLI epd GMJI epd

Page 47: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Studi Pustaka Telah dilakukan penelitian terkait mekanisme sumber gempa yang terdapat pada Tabel 2.1, pada penelitian pertama dengan objek kajian gempabumi

53

24. Kejadian Gempabumi 16 Februari 2017, Pusat gempa berada di laut 66

km Baratdaya Garut, Jawa Barat. Dirasakan di Bandung, Pengalengan,

Pelabuhan Ratu, Ciamis, Pangandaran dan Tasikmalaya II-III MMI.

Tabel 3.24. Data gempabumi kejadian 24

Jam (WIB) Lintang Bujur H (km) M (SR)

1:53:35 7.50' S 107.16' E 19 5.1

Stasiun

CNJI epd JCJI epd KPJI epc SBJI epc

BLSI epc SMRI epc SWJI epc

25. Kejadian Gempabumi 19 Februari 2017, Pusat gempa berada di laut 49

km Baratdaya Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Dirasakan di

Tasikmalaya, Banjar, Pangandaran dan Garut III-IV MMI.

Tabel 3.25. Data gempabumi kejadian 25

Jam (WIB) Lintang Bujur H (km) M (SR)

22:39:41 8.05' S 108.01' E 10 4.8

Stasiun

CNJI epd KPJI epd JCJI epd YOGI epc UGM epd

SMRI epd UWJI epd NGJI epc SWJI epc

KASI epc MDSI epc PPBI epc ABJI epc

Page 48: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Studi Pustaka Telah dilakukan penelitian terkait mekanisme sumber gempa yang terdapat pada Tabel 2.1, pada penelitian pertama dengan objek kajian gempabumi

54

26. Kejadian Gempabumi 10 Maret 2017, Pusat gempa berada di laut 132

km Barat Pelabuhan Ratu, Banten. Dirasakan di Panimbang II-III MMI,

Cibaliung II-III MMI, Pandeglang I-II MMI.

Tabel 3.26. Data gempabumi kejadian 26

Jam (WIB) Lintang Bujur H (km) M (SR)

23:33:14 7.08' S 105.22' E 10 4.7

Stasiun

SBJI epc CBJI epc CNJI epd BLSI epd

KASI epc LWLI epc JCJI epc MDSI epc

PMBI epd PPBI epc PWJI epd

27. Kejadian Gempabumi 14 Maret 2017, Pusat gempa berada di laut 68 km

Selatan Pelabuhan Ratu, Jawa Barat. Dirasakan di Pelabuhan Ratu,

Cicurug, Bogor dan Sukabumi III-IV MMI.

Tabel 3.27. Data gempabumi kejadian 27

Jam (WIB) Lintang Bujur H (km) M (SR)

9:51:08 7.35' S 106.41' E 29 4.9

Stasiun

CNJI epd CBJI epd SBJI epd JCJI epd KPJI epc

BLSI epc KASI epc KLI epd MDSI epc

PMBI epd PWJI epc GMJI epd ABJI epc

Page 49: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Studi Pustaka Telah dilakukan penelitian terkait mekanisme sumber gempa yang terdapat pada Tabel 2.1, pada penelitian pertama dengan objek kajian gempabumi

55

28. Kejadian Gempabumi 15 Maret 2017, Pusat gempa berada di laut 56 km

Baratdaya Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Dirasakan di

Pangandaran, Garut dan Pelabuhan Ratu II-III MMI.

Tabel 3.28. Data gempabumi kejadian 28

Jam (WIB) Lintang Bujur H (km) M (SR)

9:26:54 8.06' S 107.55' E 24 4.9

Stasiun

CNJI epc JCJI epd CBJI epc UGM epc SMRI epd

SWJI epc TBJI epc KASI epc GRJI epc

MDSI epc BLJI epd PPBI epd DSRI epd

29. Kejadian Gempabumi 18 Maret 2017, Pusat gempa berada di laut 61 km

Baratdaya Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Dirasakan di Sukabumi

dan Pelabuhan Ratu II-III MMI, Bandung Barat I-II MMI.

Tabel 3.29. Data gempabumi kejadian 29

Jam (WIB) Lintang Bujur H (km) M (SR)

23:56:39 8.08' S 107.52' E 10 5

Stasiun

CNJI epd JCJI epd CBJI epc UGM epc SMRI epd

SWJI epc TBJI epc KASI epc GRJI epc

MDSI epc BLJI epd PPBI epd DSRI epd

Page 50: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Studi Pustaka Telah dilakukan penelitian terkait mekanisme sumber gempa yang terdapat pada Tabel 2.1, pada penelitian pertama dengan objek kajian gempabumi

56

30. Kejadian Gempabumi 23 Maret 2017, Pusat gempa berada di laut 48 km

Baratdaya Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Dirasakan di

Tasikmalaya, Soreang, Pangalengan dan Garut II-III MMI, Banjar II

MMI.

Tabel 3.30. Data gempabumi kejadian 30

Jam (WIB) Lintang Bujur H (km) M (SR)

21:35:35 8.01' S 107.55' E 10 5

Stasiun

CNJI epd KPJI epd JCJI epd YOGI epc

UGM epc SBJI epd SMRI epd SWJI epc

PWJI epc KASI epd LWLI epd

31. Kejadian Gempabumi 26 Maret 2017, Pusat gempa berada di laut 51 km

Baratdaya Kabupaten Tasimalaya, Jawa Barat. Dirasakan di

Tasikmalaya I-II MMI.

Tabel 3.31. Data gempabumi kejadian 31

Jam (WIB) Lintang Bujur H (km) M (SR)

9:00:16 8.03' S 107.55' E 20 4.4

Stasiun

CNJI epd KPJI epd JCJI epd CBJI epd SKJI epc

SMRI epd NGJI epc SWJI epc PWJI epc

Page 51: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Studi Pustaka Telah dilakukan penelitian terkait mekanisme sumber gempa yang terdapat pada Tabel 2.1, pada penelitian pertama dengan objek kajian gempabumi

57

Ada beberapa langkah yang ditempuh dalam proses pengolahan data

gempabumi menggunakan perangkat lunak SeisComP3, yaitu:

a. Pada tampilan layar (d), pilih tab Events (e). Kemudian atur

rentang waktu penelitian pada pojok kanan bawah (f), lalu pilih

Read (g). Kemudian akan muncul data gempabumi pada periode

waktu yang telah ditentukan tersebut (Gambar 3.2).

Gambar 3.2. Menentukan periode penelitian: (e) tab event, (f) rentang waktu rekaman,

(g) menampilkan data kejadian gempabumi

b. Memilih kejadian gempa yang akan dianalisa, klik kiri sehingga

muncul titik data gempabumi pada tab Summary (h). Pilih Show

Details (i) untuk membuka data gempabumi pada kejadian

tersebut (Gambar 3.3).

c. Pada layar (c) akan muncul data gempabumi dari kejadian terpilih.

Pada tab First Motion (j), pilih Picker (k) untuk menentukan jenis

gelombang-P yang diterima oleh tiap stasiun (Gambar 3.4).

(e)

(f) (g)

Page 52: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Studi Pustaka Telah dilakukan penelitian terkait mekanisme sumber gempa yang terdapat pada Tabel 2.1, pada penelitian pertama dengan objek kajian gempabumi

58

Gambar 3.3. Menampilkan data kejadian gempabumi: (h) tab summary, (i) menampilkan detail

Gambar 3.4. Memulai Picker: (j) tab first motion, (k) memulai picking gerak awal gelombang-P

d. Pada tampilan berikutnya pilih 'P' kemudian menentukan jenis

gelombang-P pada tiap-tiap stasiun. Klik kiri dua kali pada gerak

awal gelombang-P, kemudian klik kanan dan tentukan jenis

gelombang-P tersebut. Lakukan pada setiap stasiun pencatat

gempa (Gambar 3.5).

(h)

(i)

(j)

(k)

Page 53: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Studi Pustaka Telah dilakukan penelitian terkait mekanisme sumber gempa yang terdapat pada Tabel 2.1, pada penelitian pertama dengan objek kajian gempabumi

59

Gambar 3.5. Analisa jenis gelombang-P pada tiap stasiun pencatat kejadian gempabumi

e. Setelah menentukan jenis gelombang-P pada setiap stasiun, pilih

Apply (ikon bulat merah) untuk memasukkan data hasil

pengolahan di atas.

Gambar 3.6. Relokasi jenis golambang P pada beachball serta hasil mekanisme fokus kejadian

gempabumi: (l) tab first motion, (m) relokasi posisi stasiun terhadap pusat gempabumi, (n) hasil

mekanisme focus, (o) data bidang nodal dari beachball

f. Tampilan akan kembali ke layar sebelumnya. Masih pada tab First

Motion (l), klik Relocate (m) di pojok kiri bawah, lalu analisa

(l)

(m)

(n)

(o)

Page 54: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Studi Pustaka Telah dilakukan penelitian terkait mekanisme sumber gempa yang terdapat pada Tabel 2.1, pada penelitian pertama dengan objek kajian gempabumi

60

bentuk Mekanisme Fokus pada beachball (n) sesuai dengan hasil

Picking sebelumnya (Gambar 3.6).

g. Hasil beachball (n) tersebut (Gambar 3.6), dianalisa bentuk

mekanisme fokus pada kejadian gempa dipilih. Selain itu, di pojok

kanan atas (o) terdapat data nodal plane (NP1 dan NP2). Bidang

nodal tertulis secara berturut-turut NP1: Sudut Strike/ Dip/ Rake.

3.4. Diagram Alir

Gambar 3.7. Diagram alir pengolahan data gempabumi

Menentukan jenis gelombang-P (Picking)

Bentuk diagram

beachball

Tidak

MULAI

Data Gempabumi

Load data

Relocate

Ya

Analisa

SELESAI

Page 55: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Studi Pustaka Telah dilakukan penelitian terkait mekanisme sumber gempa yang terdapat pada Tabel 2.1, pada penelitian pertama dengan objek kajian gempabumi

61

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

Studi mengenai sesar gempabumi terasa di Selatan Jawa ini

menggunakan metode mekanisme fokus pada kejadian-kejadian gempabumi

periode Oktober 2016 s.d. Maret 2017. Data yang digunakan adalah data

kejadian gempabumi terasa yang tercatat di Stasiun Geofisika Kelas I

Yogyakarta, diolah dengan perangkat SeisComP3. Parameter yang digunakan

meliputi waktu kejadian (origin time), lokasi kejadian (lintang dan bujur),

kedalaman, kekuatan gempa (magnitudo) serta polaritas gelombang-P yang

terekam pada tiap stasiun seismik. Gempabumi terasa di Selatan Jawa

sepanjang periode penelitian tercatat ada 31 kejadian. Kisaran magnitudo

kejadian-kejadian gempabumi tersebut berada pada rentang 3.5 SR s.d. 6 SR.

Gambar 4.1. Peta persebaran gempabumi terasa di Selatan Jawa

Page 56: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Studi Pustaka Telah dilakukan penelitian terkait mekanisme sumber gempa yang terdapat pada Tabel 2.1, pada penelitian pertama dengan objek kajian gempabumi

62

Berdasarkan data yang diperoleh dari pusat data BMKG, 31 kejadian

gempabumi terasa di Selatan Jawa memiliki intensitas antara 2 s.d. 4 MMI.

Tabel 4.1. Data gempabumi terasa di Selatan Jawa periode Oktober 2016 s.d. Maret 2017

WAKTU

(WIB) LOKASI

M

(SR)

H

(km)

BIDANG NODAL

(strike/dip/rake) DIAGRAM

2016-10-11

7:34:01

8.87 LS,

111.30 BT

4.7 25 NP1: 83/61/89

NP2: 266/29/93

2016-10-11

11:52:44

8.73 LS,

111.35 BT

4.3 36 NP1: 130/85/3

NP2: 40/87/175

2016-10-23

5:44:49

8.08 LS,

107.59 BT

4.9 67 NP1: 177/29/88

NP2: 359/61/91

2016-10-23

12:45:46

7.90 LS,

107.06 BT

4.8 35 NP1: 143/62/88

NP2:326/28/93

2016-11-04

12:08:07

7.55 LS,

111.30 BT

4.9 19 NP1: 150/53/-88

NP2: 326/37/-93

2016-11-06

6:44:14

7.25 LS,

107.54 BT

4.2 10 NP1: 352/89/1

NP2: 262/89/179

2016-11-08

4:31:23

8.35 LS,

104.59 BT

6.0 10 NP1: 93/41/91

NP2: 272/49/89

2016-11-09

11:05:39

7.31 LS,

106.19 BT

4.5 29 NP1: 111/45/46

NP2: 344/59/124

2016-11-10

15:15:31

8.96 LS,

111.31 BT

5.1 10 NP1: 105/58/90

NP2: 285/32/90

2016-11-11

7:26:44

9.03 LS,

111.29 BT

5.2 10 NP1: 132/57/91

NP2: 311/33/89

Page 57: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Studi Pustaka Telah dilakukan penelitian terkait mekanisme sumber gempa yang terdapat pada Tabel 2.1, pada penelitian pertama dengan objek kajian gempabumi

63

Tabel 4.1. (Lanjutan)

WAKTU

(WIB) LOKASI

M

(SR)

H

(km)

BIDANG NODAL

(strike/dip/rake) DIAGRAM

2016-11-15

19:41:10

8.36 LS,

109.22 BT

4.7 10 NP1: 86/40/78

NP2: 282/51/100

2016-11-18

9:19:29

8.87 LS,

110.57 BT

5.3 10 NP1: 108/88/1

NP2: 18/89/178

2016-12-15

23:58:31

8.18 LS,

107.90 BT

4.8 22 NP1: 274/78/26

NP2: 178/64/167

2017-01-03

4:02:25

8.88 LS,

108.72 BT

5.1 10 NP1: 196/48/-48

NP2: 323/56/-127

2017-01-04

4:02:25

8.19 LS,

108.30 BT

4.2 31 NP1: 84/16/92

NP2: 261/74/89

2017-01-13

2:45:00

7.60 LS,

106.94 BT

4.6 18 NP1: 113/55/-90

NP2: 294/35/-89

2017-01-13

21:24:59

7.99 LS,

110.41 BT

3.6 10 NP1: 174/34/-140

NP2: 50/69/63

2017-01-23

13:12:15

8.50 LS,

105.87 BT

5.1 10 NP1: 142/45/90

NP2: 32245/90

2017-01-27

0:50:10

7.97 LS,

107.01 BT

4.9 14 NP1: 177/58/123

NP2: 306/45/49

2017-01-29

18:57:24

9.73 LS,

112.87 BT

4.9 10 NP1: 88/42/-111

NP2: 296/51/-72

2017-02-08

0:21:49

8.52 LS,

113.11 BT

4.9 10 NP1: 77/80/90

NP2: 256/10/90

Page 58: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Studi Pustaka Telah dilakukan penelitian terkait mekanisme sumber gempa yang terdapat pada Tabel 2.1, pada penelitian pertama dengan objek kajian gempabumi

64

Tabel 4.1. (Lanjutan)

WAKTU

(WIB) LOKASI

M

(SR)

H

(km)

BIDANG NODAL

(strike/dip/rake) DIAGRAM

2017-02-08

15:34:16

7.64 LS,

106.90 BT

5.2 25 NP1: 91/89/-179

NP2: 1/89/-1

2017-02-13

15:12:47

7.94 LS,

108.24 BT

5.2 49 NP1: 350/90/0

NP2: 80/90/-180

2017-02-16

1:53:35

7.83 LS,

107.26 BT

5.1 19 NP1: 110/47/90

NP2: 290/43/90

2017-02-19

22:39:41

8.08 LS,

108.01 BT

4.8 10 NP1: 158/46/120

NP2: 298/51/62

2017-03-10

23:33:14

7.13 LS,

105.36 BT

4.7 10 NP1: 303/56/-154

NP2: 198/69/-37

2017-03-14

9:51:08

7.59 LS,

106.69 BT

4.9 29 NP1: 276/70/27

NP2: 176/65/157

2017-03-15

9:26:54

8.10 LS,

107.91 BT

4.9 24 NP1: 150/68/-157

NP2: 51/69/-23

2017-03-18

23:56:39

8.13 LS,

107.86 BT

5.0 10 NP1: 110/36/90

NP2: 290/54/90

2017-03-23

21:35:35

8.02 LS,

107.91 BT

5.0 10 NP1: 58/77/-89

NP2: 235/13/-93

2017-03-26

9:00:16

8.05 LS,

107.91 BT

4.4 20 NP1: 107/29/91

NP2: 286/61/90

Sumber: BMKG

Page 59: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Studi Pustaka Telah dilakukan penelitian terkait mekanisme sumber gempa yang terdapat pada Tabel 2.1, pada penelitian pertama dengan objek kajian gempabumi

65

4.2. Pembahasan

Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi pola sesar di Selatan

Jawa. Pola sesar pada kejadian gempabumi dapat digambarkan menggunakan

mekanisme fokus. Penentuan jenis bidang sesar dapat dilakukan

menggunakan 2 cara, yaitu menghitung momen tensor dari kejadian

gempabumi dan mengamati gerak awal gelombang-P. Momen tensor

digunakan untuk menggambarkan arah gaya penyebab gempabumi, sehingga

dari inversi momen tensor dapat diketahui mekanisme fokus suatu kejadian

gempabumi (Madrinovella, 2013). Gerak awal gelombang-P yang tercatat

oleh seismometer dapat berupa puncak atau lembah. Posisi stasiun dan jenis

gerak awal gelombang-P terekam dapat digunakan untuk menggambarkan

mekanisme fokus gempabumi dengan membuat garis bidang nodal (bidang

bantu) sehingga terbentuk diagram beachball (Butler, diakses 14 Mei 2017).

Hasil pengolahan data menggunakan perangkat lunak SeisComP3

menampilkan bentuk sesar pada gempabumi terasa di Selatan Jawa yang

sangat variatif. Hal ini di sebabkan oleh tatanan geologi Pulau Jawa yang unik.

Bentuk patahan pada kejadian gempabumi di Selatan Jawa berupa sesar naik,

sesar turun dan beberapa sesar geser.

Pulau Jawa di dominasi oleh zona subduksi yang disebabkan oleh

batas lempeng konvergen. Gempabumi di Selatan Jawa sendiri merupakan

gempabumi yang disebabkan oleh penunjaman lempeng Australia yang

Page 60: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Studi Pustaka Telah dilakukan penelitian terkait mekanisme sumber gempa yang terdapat pada Tabel 2.1, pada penelitian pertama dengan objek kajian gempabumi

66

merupakan lempeng samudera terhadap lempeng Eurasia yang merupakan

lempeng benua.

Gempabumi terasa di Selatan Jawa pada periode Oktober 2016 s.d.

Maret 2017 memiliki kekuatan yang beragam mulai dari 3 SR s.d. 6 SR.

BMKG mencatat bahwa kejadian-kejadian gempabumi pada periode

penelitian ini memiliki intensitas mulai dari II s.d. IV MMI. Jumlah kejadian

gempabumi pada penelitian ini adalah 31 kejadian dengan 3 kejadian berupa

gempa daratan dan sisanya merupakan gempa lautan. Gempabumi terasa di

Selatan Jawa di dominasi oleh gempa dangkal, yaitu gempabumi dengan

kedalaman kurang dari 60 km. Keseluruhan dari gempabumi tersebut

merupakan gempa tektonik, yaitu gempa yang mengiringi gerakan tektonik

lempeng yang menghasilkan suatu patahan (fault).

Penelitian ini membagi daerah gempabumi Selatan Jawa menjadi 4

zona. Zona 1 merupakan zona palung laut di mana sumber gempabumi berada

di daerah palung laut yang ada di Selatan Jawa. Zona 2 merupakan zona

subduksi barat di mana gempabumi terjadi di zona subduksi Pulau Jawa

sebelah barat. Daerah ini adalah daerah yang memiliki seismisitas paling aktif

dibanding zona lain. Zona 3 merupakan daerah subduksi Pulau Jawa sebelah

timur. Sedangkan zona 4 adalah daerah daratan Pulau Jawa.

Pola bidang sesar pada kejadian gempabumi terasa di daerah palung

laut Selatan Jawa ditunjukkan oleh gambar 4.2, di mana pada sisi barat

terdapat bidang sesar dengan jenis sesar naik, dengan arah tegak lurus

Page 61: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Studi Pustaka Telah dilakukan penelitian terkait mekanisme sumber gempa yang terdapat pada Tabel 2.1, pada penelitian pertama dengan objek kajian gempabumi

67

terhadap arah palung laut. Sedangkan pada sisi timur bidang sesar berupa

sesar normal dominan dengan sedikit sesar geser. Kedalaman gempa di zona

ini merata pada kedalaman 10 km.

Gambar 4.2. Pola sesar pada area palung laut Selatan Jawa

Zona subduksi Selatan Jawa bagian barat merupakan daerah dengan

seismisitas paling aktif dibanding daerah lain di Selatan Jawa. Hal ini

ditunjukkan oleh dominasi gempabumi yang terlokalisasi di area tersebut.

Pola bidang sesar yang terbentuk pada kedalaman kurang dari 20 km

didominasi oleh sesar naik dengan arah patahan tegak lurus terhadap

bentangan subduksi Pulau Jawa. Hal ini ditunjukkan oleh adanya 4 kejadian

gempabumi yang memiliki patahan berupa sesar turun dengan arah tegak

lurus terhadap bentang subduksi Pulau Jawa. Namun demikian ada juga

gempabumi dengan jenis patahan berupa sesar turun dominan terhadap sesar

geser pada kejadian 26, serta sesar turun pada kejadian 16 dan 30.

Page 62: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Studi Pustaka Telah dilakukan penelitian terkait mekanisme sumber gempa yang terdapat pada Tabel 2.1, pada penelitian pertama dengan objek kajian gempabumi

68

Gambar 4.3. Pola sesar di zona subduksi Selatan Jawa bagian barat. Ο: kedalaman 10-20 km.

Ο: kedalaman 21-40 km. Ο: kedalaman 41-70 km.

Patahan berupa sesar geser dominan terjadi pada kedalaman 21 s.d. 40

km. Arah dari pergeseran patahan tegak lurus terhadap bentangan subduksi

Pulau Jawa. Gempabumi pada kedalaman 41-70 km terdapat pada 2 kejadian,

yaitu gempabumi yang berpusat di Baratdaya Garut dan Tenggara

Tasikmalaya. Jenis patahan pada kedua kejadian tersebut berupa sesar naik

yang berupa lempeng barat menunjam ke lempeng timur, dan sesar geser yang

disebabkan oleh lempeng utara bergeser terhadap lempeng selatan.

Zona 3 merupakan daerah gempabumi yang berada di area subduksi

Pulau Jawa bagian timur. Gempabumi di area ini memiliki kekuatan kurang

lebih 5 SR dengan kedalaman 10 km s.d. 36 km. Area gempabumi pada

subduksi Pulau Jawa bagian timur didominasi oleh jenis patahan berupa sesar

naik. Pada periode Oktober 2016 s.d. Maret 2017 terdapat 8 kejadian

gempabumi terasa di zona 3. Dominasi sesar naik terlihat jelas dengan adanya

Page 63: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Studi Pustaka Telah dilakukan penelitian terkait mekanisme sumber gempa yang terdapat pada Tabel 2.1, pada penelitian pertama dengan objek kajian gempabumi

69

6 dari 8 kejadian gempabumi terasa di semua kedalaman. Dua kejadian lain

berupa sesar geser yang ada pada kejadian 2 dan kejadian 12. Arah patahan

pada semua kejadian gempabumi terasa di zona ini mengikuti bentang

subduksi Pulai Jawa, yaitu tegak lurus terhadap bentangan subduksi Pulau

Jawa.

Gambar 4.4. Pola sesar di zona subduksi Selatan Jawa bagian timur. Ο: kedalaman 10-20 km.

Ο: kedalaman 21-40 km.

Zona 4 merupakan daerah daratan Jawa. Gempabumi terasa di daratan

jawa pada periode penelitian ini hanya terdapat 3 kejadian. Tiga kejadian

tersebut memiliki kedalaman di bawah 20 km. Pola bidang sesar yang

terbentuk berupa sesar naik pada kejadian gempabumi terasa di Baratlaut

Madiun, sesar turun dominan terhadap sesar geser pada gempabumi terasa di

Bantul dan sesar geser pada kejadian gempabumi di Kabupaten Bandung.

Kegempaan di daratan Jawa diidentifikasi sebagai sesar turun dan geser.

Page 64: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Studi Pustaka Telah dilakukan penelitian terkait mekanisme sumber gempa yang terdapat pada Tabel 2.1, pada penelitian pertama dengan objek kajian gempabumi

70

Gambar 4.5. Pola sesar pada zona daratan Pulau Jawa

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola sesar di Selatan Jawa

bergantung pada letak dan kedalamannya. Gempabumi di area palung laut

Selatan Jawa yang memiliki kedalaman seragam juga memiliki pola patahan

yang seragam, di mana pada bagian luar palung membentuk patahan naik dan

di bagian dalam palung membentuk patahan turun.

Bentangan subduksi yang memiliki kedalaman kurang dari 20 km

membentuk pola patahan yang didominasi oleh patahan naik. Hal ini

disebabkan oleh adanya tumbukan lempeng konvergen di area tersebut.

Gempabumi dengan kedalaman lebih dari 20 km menunjukkan pola patahan

yang berupa sesar geser. Arah dari patahan-patahan di area subduksi

cenderung tegak lurus terhadap bentangan subduksi. Zona subduksi Pulau

Jawa membentang dari barat ke timur (atau sebaliknya), sedangkan pola

Page 65: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Studi Pustaka Telah dilakukan penelitian terkait mekanisme sumber gempa yang terdapat pada Tabel 2.1, pada penelitian pertama dengan objek kajian gempabumi

71

patahan-patahan yang ada memiliki arah yang tegak lurus terhadap bentangan

subduksi Pulau Jawa, yaitu dari arah utara-selatan.

Gempabumi terasa di daratan Jawa hanya terdapat 3 kejadian. Tentu

saja data ini tidak cukup untuk menjelaskan pola kegempaan di daratan Jawa.

Namun dari data yang ada, tiga kejadian tersebut memiliki pola patahan

berupa sesar geser di Jawa Barat, sesar geser dengan dominan sesar turun di

Yogyakarta, serta sesar turun di Jawa Timur.

Menurut Omer Aydan gap seismik di Indonesia berjumlah 8 titik.

Lokasi gap seismik di Indonesia dapat dilihat pada gambar 1.2. Berdasarkan

peta tersebut dapat diketahui bahwa wilayah Selatan Jawa memiliki dua titik

gap seismik, yaitu daerah Selat Sunda dan Yogyakarta. Tidak seperti Aceh

yang telah melepaskan seluruh energinya pada tahun 2004 silam, gempabumi

di Yogyakarta 11 tahun yang lalu belum mencapai batas maksimal energi

yang dapat dikeluarkan oleh lempeng aktif di selatan Yogyakarta. Artinya

bahwa gempa berkekuatan besar masih mungkin terjadi di Yogyakatarta.

Data gempabumi terasa di Selatan Jawa periode Oktober 2016 s.d.

Maret 2017 juga menunjukkan bahwa tidak ada kejadian gempabumi di area

gap seismik selatan Yogyakarta. Dua kejadian gempabumi terasa terekam

pada lokasi gap seismik Selat Sunda dengan kekuatan 5.1 SR dan 6 SR,

merupakan gempabumi paling kuat di antara kejadian-kejadian lain di dalam

penelitian ini. Gempabumi di selatan Selat Sunda pada 8 November 2016 juga

belum mencapai batas maksimal energi yang dapat dikeluarkan oleh lempeng

Page 66: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Studi Pustaka Telah dilakukan penelitian terkait mekanisme sumber gempa yang terdapat pada Tabel 2.1, pada penelitian pertama dengan objek kajian gempabumi

72

aktif di Selatan Jawa. Hal ini menjadi kekhawatiran karena gempabumi

berkekuatan besar masih mungkin terjadi di Selatan Jawa.

Kejadian-kejadian gempabumi terasa di Selatan Jawa yang merupakan

gempa tektonik, yaitu gempabumi yang mengiringi gerakan tektonik lempeng

yang menghasilkan suatu patahan, memiliki pola berbeda pada kedalaman

berbeda. Hal ini menunjukkan pola pergerakan lempeng di daerah penelitian

berbeda pada tiap lapisan. Korelasi pergerakan tiap lapisan ini serupa dengan

pergerakan awan di langit, di mana pada ketinggian berbeda memiliki arah

dan kecepatan berbeda.

Terkait gempabumi tektonik, Al-Qur’an meralat dugaan kita tentang

diamnya gunung dengan menyatakan gunung itu bergerak (Purwanto, 2012).

Dalam sebuah ayat yaitu:

سبها ال جبال وترى صن ع الس حاب مر تمر وهي جامدة تح كل أت قن ال ذي للا

ء تف علون بما خبير إن ه شي

Dan engkau melihat gunung-gunung, kau sangka ia tetap di

tempatnya, padahal ia berjalan (seperti) berjalannya awan. (Begitulah) ciptaan

Allah yang mencipta dengan kokoh segala sesuatu. Sungguh, Dia Maha

Mengetahui apa yang kau perbuat (QS. An-Naml [27]: 88) (Agama, 2010).

Ayat di atas memberitahukan bahwa gunung-gunung tidaklah diam

sebagaimana kelihatannya, tetapi mereka terus bergerak. Gerakan gunung-

gunung ini disebabkan oleh gerakan kerak bumi (Yahya, 2004). Thanthawi

Page 67: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Studi Pustaka Telah dilakukan penelitian terkait mekanisme sumber gempa yang terdapat pada Tabel 2.1, pada penelitian pertama dengan objek kajian gempabumi

73

Jauhari berpendapat sesungguhnya bumi mengelilingi matahari dan gunung

yang membuat berjalan bersamanya. Sekilas kita melihat gunung seakan-akan

gunung itu tidak berjalan, tetapi sesunguhnya gunung itu berjalan seperti

jalannya awan.

Thanthawi Jauhari memahami ayat di atas berbicara tentang keadaan

gunung pada hari sekarang maupun pada hari kemudian, hal ini dijelaskan

ketika Thanthawi Jauhari mengutip kisah Syaikh Junaidi, yaitu ketika salah

satu murid bertanya kepada beliau: '‘apakah tuan tidak mempunyai keinginan

untuk mendengarkan?’ beliau menjawab: ‘dan kamu melihat gunung-gunung

itu kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal dia berjalan sebagaimana

jalannya awan. Dan pada waktunya bumi akan rata karena besarnya letusan

gunung’.

Sepintas membaca cerita tersebut apa yang dilakukan Allah itu adalah

penghancuran dunia pada hari akhir, tetapi di sisi lain Allah memberikan

peringatan dan pelajaran supaya manusia tetap berpikir untuk mengungkap

rahasia yang sangat menajubkan tentang keadaan alam ini. Beliau juaga

mengatakan (Jauhari, 1933):

مستمررة كله حركة العالم أن. ادج سريعا ريا جا جارية الحقيقة فى هي و

Dan gunung pada hakikatnya berjalan sangat cepat. Sesungguhnya

alam seisinya terus bergerak. Hal ini menjelaskan bahwa pada hari akhir

gunung tidak akan lagi berjalan sebagaimana fungsinya, melainkan gunung

akan berjalan sangat cepat sehingga mengakibatkan rotasi bumi tidak

Page 68: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Studi Pustaka Telah dilakukan penelitian terkait mekanisme sumber gempa yang terdapat pada Tabel 2.1, pada penelitian pertama dengan objek kajian gempabumi

74

beraturan. Thanthawi Jauhari juga menjelaskan bahwa seluruh alam

hakikatnya bergerak di antaranya gunung. Karena pada hakikatnya gunung

berjalan sangat lamban. Pendapat beliau ini sama dengan pendapat Hisham

Thalbah bahwa lempengan-lempengan bumi bergerak secara terus menerus.

Gerakannya lambat, sehingga mata tidak bisa memantaunya secara langsung.

Namun gerakan tersebut dapat dirasakan saat terjadinya gempa bumi,

sebagaimana hal itu dapat diukur melalui alat laser. Dengan alat ini, rata-rata

gerakan bagian dari lempengan-lempengan bumi tersebut dapat dideteksi

yaitu 1 mm/ tahun dan ada yang berpendapat 1 s.d. 12 cm/tahun (Thalbah,

2008).

Sementara itu Tim Badan Geologi juga mengatakan dalam keseharian,

kita merasakan sepertinya bumi diam, tidak bergerak. Pada hakikatnya bumi

yang tersusun dari lempeng benua dan lempeng samudera saling berjalan,

bertumbukan, saling menjauh, atau saling berpapasan. Dan gerakannya

Litosfer untuk memperbaiki ekosistemnya, karena bumi ini dalam orde jutaan

tahun selalu berganti kulit agar harmonisasi kehidupan ini berjalan dengan

baik. Tiap hari gerakannya diwujudkan dengan gempa-gempa yang tak terasa

karena keterbatasan indera manusia, namun bisa direkam dengan alat

seismograf (Geologi, 2002).

Dr. Quraish Shihab juga menyatakan bahwa dari hasil rekaman satelit

membuktikan Jazirah Arab beserta gunung-gunungnya bergerak mendekati

Iran beberapa sentimeter setiap tahunnya. Jauh sebelum masa kini sekitar lima

Page 69: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Studi Pustaka Telah dilakukan penelitian terkait mekanisme sumber gempa yang terdapat pada Tabel 2.1, pada penelitian pertama dengan objek kajian gempabumi

75

juta tahun yang lalu Jazirah Arab bergerak memisahkan diri dari Afrika dan

membentuk laut Merah. Di sekitar daerah Somalia sepanjang Pantai Timur ke

Selatan saat ini sedang dalam proses pemisahan yang lamban dan telah

membentuk "Lembah Belah" yang membujur ke Selatan melalui deretan

danau Afrika (Shihab, 2002). Inilah yang dimaksud dengan Thanthawi

Jauhari dalam kisah tentang Junaidi, Sesungguhnya diamnya Syaikh Junaidi

menyerupai gunung yang mana dia sebenarnya bergerak, tetapi manusia

menyangka dia diam, karena manusia melihat dari segi dhahirnya, tetapi

hatinya bergerak dari barat sampai timur.