BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Penelitian Terdahulu No ...

19
22 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No. Identitas Jurnal Teori/ Metode Hasil Penelitian 1. Porman Juanda Marpomari Mahulae. 2019. “Deskripsi Permasalahan Upaya Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan Di Danau Toba Sumatera Utara”. Inovasi Vol. 16 No. 1, Mei 2019: 11-20 Penelitian ini menggunakan teori pengembangan pariwisata berkelanjutan. Adapun metode penelitian yang digunakan yaitu deskriptif kualitatif Hasil penelitian menunjukkan bahwa salah satu alternatif solusi yang dapat digunakan untuk menyelesaikan persoalan tentang pengembangan pariwisata adalah dengan menetapkan beberapa kebijakan pengembangan pariwisata yang berkaitan dengan peningkatan perekonomian, jaminan kesejahteraan daerah dan masyarakat, kepuasan wisatawan, keterlibatan masyarakat, dan pelestarian lingkungan hidup (Mahulae, 2019). 2. Nyoman Surya Wijaya, dan I Wayan Eka Sudarmawan. 2019. Community Based Tourism (CBT) sebagai Strategi Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan di Dtw Ceking Desa Pekraman Tegallalang”. Jurnal Ilmiah Hospitality Penelitian ini menggunakan teori pembangunan berkelanjutan dan Community Based Tourism (CBT). Adapun metode yang digunakan yaitu metode penelitian campuran (mix method) disertai dengan metode survei Hasil penelitian menunjukkan bahwa salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengembangkan pariwisata yang berkelanjutan adalah dengan menggunakan strategi CBT, di mana masyarakat dilibatkan secara penuh didalam prosesnya. Dengan cara ini, maka juga dapat mewujudkan tercapainya peningkatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Hal ini juga dilakukan untuk menumbuhkan kesadaran, rasa memiliki dan

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Penelitian Terdahulu No ...

22

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1. Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu

No. Identitas Jurnal Teori/ Metode Hasil Penelitian

1. Porman Juanda

Marpomari

Mahulae. 2019.

“Deskripsi

Permasalahan

Upaya

Pengembangan

Pariwisata

Berkelanjutan Di

Danau Toba

Sumatera Utara”.

Inovasi Vol. 16 No.

1, Mei 2019: 11-20

Penelitian ini

menggunakan

teori

pengembangan

pariwisata

berkelanjutan.

Adapun metode

penelitian yang

digunakan yaitu

deskriptif

kualitatif

Hasil penelitian menunjukkan

bahwa salah satu alternatif

solusi yang dapat digunakan

untuk menyelesaikan

persoalan tentang

pengembangan pariwisata

adalah dengan menetapkan

beberapa kebijakan

pengembangan pariwisata

yang berkaitan dengan

peningkatan perekonomian,

jaminan kesejahteraan daerah

dan masyarakat, kepuasan

wisatawan, keterlibatan

masyarakat, dan pelestarian

lingkungan hidup (Mahulae,

2019).

2. Nyoman Surya

Wijaya, dan I

Wayan Eka

Sudarmawan. 2019.

“Community Based

Tourism (CBT)

sebagai

Strategi

Pengembangan

Pariwisata

Berkelanjutan di

Dtw Ceking Desa

Pekraman

Tegallalang”.

Jurnal Ilmiah

Hospitality

Penelitian ini

menggunakan

teori

pembangunan

berkelanjutan

dan Community

Based Tourism

(CBT). Adapun

metode yang

digunakan yaitu

metode

penelitian

campuran (mix

method) disertai

dengan metode

survei

Hasil penelitian menunjukkan

bahwa salah satu cara yang

dapat digunakan untuk

mengembangkan pariwisata

yang berkelanjutan adalah

dengan menggunakan strategi

CBT, di mana masyarakat

dilibatkan secara penuh

didalam prosesnya. Dengan

cara ini, maka juga dapat

mewujudkan tercapainya

peningkatan ekonomi dan

kesejahteraan masyarakat.

Hal ini juga dilakukan untuk

menumbuhkan kesadaran,

rasa memiliki dan

23

Management Vol.

10 No. 1, Desember

2019; 77-98

tanggungjawab masyarakat

terhadap objwk wisata yang

saat ini dikelola (Wijaya &

Sudarmawan, 2019).

3. Luh Putu Kirana

Pratiwi ,Nyoman

Yudiarini, I Wayan

Wiadnyana, Sri

Mulyani. 2020.

“Pengembangan

Pariwisata

Berkelanjutan

Berbasis Eco-Edu-

Spiritualtourism

Sebagai Upaya

Peningkatan Sosial

Ekonomi

Masyarakat

Perkotaan (Studi

Kasus: Tukad

Bindu, Desa

Kesiman, Kota

Denpasar)”.

GARA Vol. 14, No.

2, September 2020

Pengembangan

pariwisata dalam

penelitian ini

menggunakan

strategi SO

(Strengths

Oppurtunity).

Adapun metode

penelitian yang

digunakan yaitu

pendekatan

Sustainable

Livelihoods

Approach (SLA)

Hasil penelitian menunjukkan

bahwa untuk memetakan

potensi pariwisata yang

mengedepankan konsep eko-

edu-spiritual dapat dilakukan

dengan menggunakan strategi

SO yang terbagi kedalam 3

program kegiatan utama,

yaitu 1) optimalisasi

penggunaan lahan, 2)

mengembangkan pusat

ekonomi dan kualitas produk

wisata, dan 3)

mengembangkan paket

wisata. Melalui ketiga

program kegiatan tersebut,

maka dapat mendukung

terwujudnya pengembangan

pariwisata yang berkelanjutan

(PRATIWI, YUDIARINI,

WIADNYANA, &

MULYANI4, 2020).

4. Heylen Amildha

Yanuarita. 2018.

“Pembangunan

Pariwisata

Berkelanjutan:

Studi tentang

Pengembangan

Wisata Gua

Selomangleng di

Kota Kediri”.

Publik (Jurnal Ilmu

Administrasi) Vol 7

(2), Desember 2018

Penelitian ini

menggunakan

teori

pembangunan

berkelanjutan

(sustainable

development).

Adapun metode

penelitian yang

digunakan yaitu

deskriptif

kualitatif

Hasil penelitian menunjukkan

bahwa pengembangan wisata

yang dilakukan masih sangat

kurang atau minim, karena

masih adanya beberapa

kendala seperti masalah

kepemilikan lahan. Dengan

demikian, maka upaya yang

dapat dilakukan untuk

mengembangkan wisata Goa

Selomangleng adalah dengan

melaksanakan 4 prinsip

pembangunan berkelanjutan,

yaitu prinsip lingkungan

melalui kegiatan tertib

sampah; prinsip sosial

24

melalui pelaksanaan ritual

adat dan keagamaan secara

harmonis, prinsip budaya

melalui adanya kegiatan

asimilasi budaya; dan prinsip

ekonomi melalui terbukanya

peluang kerja bagi

masyarakat sekitar

(Yanuarita, 2019).

5. Kanom, Randhi

Nanang Darmawan,

Nurhalimah. 2020.

“Sosialisasi

Penerapan Sapta

Pesona Dalam

Perencanaan Dan

Pengembangan

Destinasi

Pariwisata

Berkelanjutan Di

Lider Desa

Sumberarum

Kecamatan

Songgon

Kabupaten

Banyuwangi”.

CENDEKIA :

Jurnal Pengabdian

Masyarakat. Vol. 2

No. 1 Bulan Juni

2020 halaman 24-

32

Penelitian ini

menggunakan

teori

pengembangan

pariwisata

berkelanjutan

yang

dikemukakan

oleh Butler.

Adapun metode

penelitian yang

digunakan yaitu

eksplorasi dan

sosialisasi.

Hasil penelitian menunjukkan

bahwa kegiatan sosialisasi

yang dilakukan oleh peneliti

memberikan dampak yang

besar terhadap perubahan

pola pikir atau mindset

masyarakat terhadap kegiatan

pengembangan pariwisata.

Selanjutnya, perlu dilakukan

mediasi dan koordinasi lebih

lanjut antara masyarakat

dengan instansi yang

berwenang (Dinas Pariwisata)

sehingga potensi pariwisata

dapat segera dikembangkan,

yang mana dapat memberikan

manfaat bagi masyarakat dan

wilayah tersebut (Kanom,

Darmawan, & Nurhalimah,

2020).

6. Rina Sari

Qurniawati dan

Bertha Kusuma

Wardani. 2020.

“Analisis

Pengembangan

Pariwisata

Berdasarkan

Dukungan

Masyarakat Di

Penelitian ini

menggunakan

teori

pengembangan

pariwisata

berkelanjutan,

teori pertukaran

sosial (social

exchange

theory). Adapun

Hasil penelitian menunjukkan

bahwa besarnya dukungan

masyarakat terhadap

pengembangan pariwisata

berkelanjutan bergantung

terhadap besarnya manfaat

yang diterima oleh

masyarakat. Sejalan dengan

teori pertukaran sosial,

semakin banyak manfaat

25

Temanggung”.

Jurnal Manajemen

Daya Saing. Vol.

21 No. 2 hlm 88-97

metode

penelitian yang

digunakan yaitu

deskriptif

kualitatif.

maka semakin banyak pula

dukungan yang akan

diberikan. Dengan demikian,

maka pengembangan

pariwisata dapat dilakukan

dengan mempertimbangkan

kebermanfaatan yang akan

diterima oleh masyarakat,

baik dalam konteks sosial

maupun ekonomi. Hal ini

dilakukan guna menarik

simpati dan partisipasi

masyarakat dalam

pengembangan pariwisata

sehingga pembangunan yang

dilakukan juga dapat

diwujudkan secara optimal,

efektif dan efisien

(Qurniawati, 2019)

7. Desi Qoriah, Marti

Dewi Ungkari,

Husni Muharam.

2019.

“Pengembangan

Pariwisata

Berkelanjutan

Wisata Domba Adu

Di Desa

Rancabango

Tarogong Kaler

Garut”. Journal Of

Knowledge

Management Vol.

13; No. 02

Teori yang

digunakan dalam

penelitian ini

yaitu

pengembangan

pariwisata

berkelanjutan

dan ekologi

manusia.

Adapun metode

penelitian yang

digunakan yaitu

deskriptif

analisis.

Hasil penelitian menunjukkan

bahwa kegiatan sosial budaya

atau adat desa juga dapat

menjadi daya tarik dan

apabila dikelola secara tepat

dapat menjadi potensi

pariwisata. Setelah dilakukan

analisa berdasarkan teori

yang digunakan, dapat ditarik

kesimpulan bahwa wisata

Domba Adu yang ada di Desa

Rancabango Traogong Garut

memenuhi ketiga aspek

dalam pengembangan

pariwisata berkelanjutan, baik

dalam aspek nilai ekologi,

sosial dan budaya, serta

keberlanjutan ekonomi

(Qoriah, Ungkari, &

Muharam, 2019).

8. Yudha Eka

Nugraha dan

Frengky Lussie.

Penelitian ini

menggunakan

teori

Hasil penelitian menunjukkan

bahwa salah satu cara yang

dapat digunakan untuk

26

2020.

“Pengembangan

Wisata Bahari

Pantai Mulut

Seribu Sebagai

Daya Tarik Wisata

Berkelanjutan Di

Kabupaten Rote,

Nusa Tenggara

Timur”. JOURNEY

Volume 2 Nomor 2,

Juni

pengembangan

pariwisata

dengan strategi

Strength

Oppurtunity

(SO). Adapun

metode

penelitian yang

digunakan yaitu

deskriptif

kualitatif.

mengembangkan pariwisata

adalah dengan menggunakan

strategi SO, yaitu fokus pada

kekuatan dan peluang dari

objek wisata yang sedang

dikembangkan. Dalam

konteks pengembangan

wisata bahari di Pantai Mulut

Seribu, peneliti juga

menyampaikan bahwa

kegiatan promosi, partisipasi

masyarakat, serta kerjasama

antara pemerinta dan

masyarakat juga perlu

dilakukan untuk mewujudkan

pengembangan pariwisata

yang lebih maksimal

(Nugraha & Lussie, 2020).

9. Agita Widya

Pangestika. 2019.

“Implementasi

Pembangunan

Pariwisata

Berkelanjutan

Melalui Partisipasi

Masyarakat Di

Desa Wisata

Pulesari Turi,

Sleman, Provinsi

Yogyakarta”.

Research Gate.

Penelitian ini

menggunakan

teori

pembangunan

pariwisata

berkelanjutan

dan teori

partisipasi.

Adapun metode

yang digunakan

yaitu jenis

penelitian

kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan

bahwa partisipasi masyarakat

baik berupa tenaga, ide,

maupun keahlian merupakan

kunci utama dari suksesnya

pengembangan pariwisata

berkelanjutan. Masyarakat

dilibatkan dalam semua

tahapan, mulai dari

perencanaan, pelaksanaan

hingga evaluasi. Keterlibatan

masyarakat juga mendukung

tercapainya peningkatan

perekonomian masyarakat

yang lebih optimal, serta

munculnya sikap saling

menghargai antara

masyarakat dengan

lingkungan sekitarnya

(Pangestika, 2019).

10. Nailul Insani, Fauzi

Ramadhoan

A’rachman, Putri

Kusuma Sanjiwani,

Penelitian ini

menggunakan

teori

Dengan menggunakan analisa

SOAR, dapat disimpulkan

ada 4 alternatif startegi yang

digunakan untuk

27

Frisco Imanuddin.

2019. “Studi

kesesuaian dan

strategi

pengelolaan

ekowisata Pantai

Ungapan,

Kabupaten Malang

untuk

pengembangan

pariwisata

berkelanjutan”.

Jurnal Teori dan

Praksis

Pembelajaran IPS

Volume 4, No.1,

2019, ISSN 2503-

5307

pengembangan

pariwisata

berkelanjutan

dengan

menggunakan

analisis strategi

SOAR (strength,

opportunity,

aspirations,

result). Adapun

metode

penelitian yang

digunakan yaitu

metode

deskriptif

dengan Teknik

analisis

campuran (mix

methods)

mengembangkan potensi

pariwisata, yaitu 1)

optimalisasi potensi yang ada,

2) kerjasama antar selurh

pihak yang terlibat, dan 3)

meningkatkan kualitas

infrastruktur dan fasilitas

dalam rangka meningkatkan

daya saing, 4) membangun

kemitraan guna mempercepat

pertumbuhan ekonomi

(Insani, A’rachman,

Sanjiwani, & Imamuddin,

2019)

Sumber: diolah dari berbagai sumber

Berdasarkan pada tabel 2.1 di atas, peneliti menguraikan beberapa jurnal

yang menjadi referensi atau literatur dalam kajian penelitian yang sedang

dilakukan. Penetapan jurnal-jurnal tersebut di atas dilakukan berdasarkan

kesesuaian atau relevansi jurnal terhadap fokus penelitian, yaitu tentang

pengembangan pariwisata.

Kesepuluh jurnal penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai referensi

dalam kajian penelitian ini memiliki fokus terhadap pengembangan pariwisata

dengan menitikberatkan pada prinsip berkelanjutan, di mana pembangunan

yang dilakukan dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama dan dapat

memberikan kebermanfaat bagi masyarakat dalam kurun waktu yang panjang.

28

Secara umum, teori yang digunakan dalam penelitian terdahulu adalah

serupa, yaitu menggunakan teori pembangunan pariwisata berkelanjutan

(sustainable development tourism), teori partisipasi, teori pembangunan

berkelanjutan (sustainable development), teori pertukaran sosial (social

exchange theory), hingga teori ekologi manusia.

Dengan berpedoman pada beberapa penelitian terdahulu tersebut di atas,

maka penelitian yang saat ini dilakukan oleh peneliti dengan judul

“Pengembangan Objek Wisata Pantai Modangan di Kecamatan Donomulyo”

juga menggunakan teori yang serupa yaitu teori pembangunan pariwisata

secara umum dan teori pembangunan pariwisata berkelanjutan sebagai pisau

analisis kajian penelitian.

1.2. Teori Pengembangan Pariwisata

Gamal Suwantoro mendefinisikan pengembangan pariwisata sebagai

upaya yang dilaksanakan dalam rangka memperbaiki kualitas kepariwisataan

serta meningkatkan daya tarik dari objek wisata itu sendiri. Ia juga

menambahkan bahwa upaya-upaya ini dilakukan untuk menambah

kemanfaatan pariwisata bagi masyarakat dan meningkatkan pendapatan

ekonomi baik bagi masyarakat maupun bagi daerah itu sendiri (Gamal, 2000)

Soekardijo juga menyebutkan bahwa ada 3 manfaat yang dihasilkan dari

adanya pengembangan pariwisata, antara lain: 1) adanya multiplier effect ,

yaitu di mana keuntungan dari hasil pengelolaan pariwisata memberikan

dampak munculnya transaksi-transaksi lain dibidang ekonomi atau disebut

dengan dampak penggandaan; 2) meningkatkan daya konsumtif masyarakat

29

karena pemasaran produk yang semakin maju; dan 3) meningkatnya

penerimaan atau pendapatan daerah terutama dalam bentuk retribusi dan pajak

(Soekadijo, 1997).

Adapun menurut Joyosuharto, pengembangan pariwisata memiliki tiga

fungsi yaitu: (1) menggalakan ekonomi, (2) memelihara kepribadian bangsa,

kelestarian fungsi dan mutu lingkungan hidup, (3) memupuk rasa cinta tanah

air dan bangsa. Untuk menjalankan ketiga fungsi tersebut maka diperlukan

pengembangan objek wisata dan daya tarik wisata, meningkatkan dan

mengembangan promosi dan pemasaran, serta meningkatkan pendidikan dan

pelatihan kepariwisataan (Joyosuharto, 1995).

Lebih lanjut, Joyosuharto juga menyebutkan bahwa terdapat 6 indikator

yang menjadi fokus utama dalam suatu pengembangan pariwisata, yaitu 1)

sumber daya alam; 2) kebudayaan hidup; 3) sarana prasarana; 4) aksesibilitas;

5) partisipasi masyarakat; dan 6) kelembagaan (Joyosuharto, 1995).

Pendit dalam tulisannya juga menyebutkan bahwa suatu pegembangan

pariwisata yang dilakukan dengan tujuan untuk menunjang pertumbuhan

ekonomi juga harus memperhatikan beberapa hal berikut, antara lain:

1) Perlu ditetapkan beberapa aturan yang berpihak pada peningkatan mutu

pelayanan pariwisata dan kelestarian lingkungan wisata, bukan berpihak

pada kepentingan pihak-pihak tertentu.

2) Pengelola pariwisata harus melibatkan masyarakat stempat. Hal ini

bertujuan untuk hal pengalaman pada bebearapa daerah tujuan wisata,

30

apabila tidak melibatkan masyarakat setempat, akibatnya tidak ada

sumbangsih ekonomi yang diperoleh masyarakat sekitar.

3) Kegiatan promosi harus beraneka ragam, selain dengan mencanangkan

cara kampanye dan program Visit Indonesia Year seperti yang sudah

dilakukan sebelumnya. Kegiatan promosi juga perlu dilakukan dengan

membentuk sistem informasi yang handal dan membangun kerjasama

yang baik dengan pusat informasi pada negara-negara lain terutama pada

negara yang berpotensi.

4) Perlu menentukan daerah tujuan wisata yang memiliki keunikan

disbanding dengan daerah tujuan wisata lain, terutama yang bersifat

tradisional dana lam. Karena era kekinian sebagai salah satu objek wisata

yang alami dan tradisional yang menjadi sasaran wisatawan asing.

5) Pemerintah pusat membangun kerjasama dengan kalangan swasta dan

pemerintah daerah setempat, dengan sisitem terbuka, jujur dan adil.

Kerjasama ini penting karena untuk memperlancar pengelola secara

professional dengan mutu pelayanan yang memadai.

6) Perlu dilakukan pemerataan arus wisatawan bagi semua daerah tujuan

wisata yang ada diseluruh Indonesia.

7) Mengajak masyarakat sekitar daerah tujuan wisata agar menyadari peran,

fungsi dan manfaat pariwisata serta merangsang mereka untuk

memanfaatkan peluang-peluang yang tercipta bagi berbagai kegiatan yang

dapat menguntungkan secara ekonomi.

8) Sarana serta prasarana yang dibutuhkan perlu dipersiapkan secara baik

untuk menunjang kelancaran pariwisata. Seperti perbaikan jalan, jaringan

31

telepon maupun internet serta pusat perbelanjaan disekitar lokasi daerah

wisata (Pendit, 1986).

Oleh sebab itu, dalam melaksanakan fungsi dan peranannya pada

pengembangan pariwisata, pemerintah daerah wajib melakukan berbagai

upaya dalam pengembangan wahana dan prasarana pariwisata guna mencapai

hasil yang dinginkan, melalui cara-cara serta metode-metode pada penggunaan

sarana serta prasarana yang bisa menambah pendapatan daerah.

Seiring berjalannya waktu, teori pengembangan pariwisata juga semakin

berkembang. Fokus pengembangan pariwisata tidak hanya terbatas pada upaya

untuk meningkatkan kualitas objek wisata, mengembangkan daya tarik wisata,

serta mempercepat pertumbuhan ekonomi. Pengembangan pariwisata di masa

dewasa ini juga dilakukan guna mempertahankan kebermanfaatan pariwisata

dalam jangka waktu yang panjang (berkelanjutan) (Sharpley, 2000).

Berdasarkan pada kondisi tersebut di atas, maka muncul teori

pengembangan pariwisata berkelanjutan. The World Conservation Union

(WCU) atau saat ini dikenal dengan International Union for Conservation

Nature (IUCN) selaku lembaga internasional yang berwenang dalam

pengelolaan konservasi alam memberikan definisi terhadap pembangunan

pariwisata berkelanjutan sebagai sebuah proses untuk membangun tempat

maupun daerah tanpa mengurangi nilai guna atau eksploitasi berlebihan

terhapan potensi dari sumber daya yang ada. Proses ini juga harus diimbangi

dengan tindakan pengawasan dan pemeliharaan, sehingga potensi dan sumber

32

daya tersebut dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama (berkelanjutan)

(Sastrawan, Rahmawati, & Azhari, 2018).

Sejalan dengan IUCN, World Commicion on Environment and

Development (WCED) juga mengatakan bahwa konsep pembangunan

pariwisata berkelanjutan merupakan bagian dari pembangunan berkelanjutan

(sustainable development). Sejalan dengan inti dari pembangunan

berkelanjutan yaitu pembangunan yang mempertimbangkan kebutuhan dalam

jangka panjang, maka pengembangan pariwisata berkelanjutan juga

dilaksanakan dengan prinsip memerhatikan kebermanfaatan dan pengelolaan

sumber daya pariwisata unutk saat ini dan masa yang akan datang (Nurhadi,

Mardiyono, & Rengu, 2014).

J. Swarbroke dalam tulisannya juga mengatakan bahwa pariwisata

berkelanjutan atau sustainable tourism merupakan bagian dari kegiatan

ekonomi yang dibentuk guna meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan

memelihara kualitas lingkungan. Poin utama dari keberhasilan pengembangan

pariwisata berkelanjutan juga mengacu kepada penggunaan daya tarik wisata

tanpa menimbulkan masalah sosial, ekonomi dan lingkungan (Swarbrooke,

1999).

Adapun beberapa konsep yang berkaitan dengan prinsip pengembangan

pariwisata berkelanjutan, antara lain:

1. Sebagai bagian dari aset pariwisata, aspek lingkungan harus dapat dikelola

untuk jangka waktu yang panjang;

33

2. Masyarakat harus diberikan pemahaman bahwa pariwisata adalah suatu

kegiatan yang positif, yang mana dapat memberikan keuntungan dan

manfaat bagi masyarakat;

3. Pariwisata dan lingkungan harus berjalan secara seimbang, di mana

kegiatan kepariwisataan tidak boleh membawa kerugian atau dampak

buruk bagi lingkungan;

4. Pengembangan pariwisata harus memerhatikan dan mempertimabngan

karakteristik dari daerah tersebut;

5. Kebutuhan wisatawan, tempat dan masyarakat sekitar harus dapat berjalan

secara serasi dan seimbang (Wijaya & Sudarmawan, 2019).

Sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Wijaya, McIntyre juga

menyatakan ada 3 komponen penting yang menjadi indikator dalam

keberhasilan pengembangan pariwisata berkelanjutan dan memiliki kontribusi

yang cukup besar dalam peningkatan kualitas hidup masyarakat di sekitar

lokasi pariwisata, antara lain:

1. Industri Pariwisata

Dalam konteks ini, industri pariwisata bukan hanya dimaknai sebagai

ruang yang dapat memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat, seperti

terbukanya lapangan pekerjaan maupun meningkatkan pendapatan.

Industri pariwisata pada hakikatnya kepada rangkaian yang lebih

kompleks, yaitu berkaitan dengan infrastruktur pariwisata seperti

transportasi, fasilitas bagi wisatawan, informasi dan promosi wisata, serta

atraksi wisata yang mana kesediannya harus terjamin untuk jangka waktu

yang lama. Hal ini dilakukan guna terjaganya kualitas pariwisata yang

34

dapat mendukung datangnya wisatawan atau pengunjung secara terus-

menerus dalam jangka waktu yang lama, bukan hanya sementara.

2. Lingkungan

Dalam rangka memastikan pariwisata dapat dilakukan secara

berkelanjutan, perlu dilakukan pengelolaan dan perlindungan bagi

lingkungan. Pada hakikatnya, pengelolaan pariwisata dapat dilakukan

secara maksimal, akan tetapi tetap mengedepankan nilai keramahan

terhadap sumber daya yang tersedia, sehingga lingkungan dan sumber

daya yang ada tidak mengalami kerusakan atau eksplorasi yang

berlebihan.

Dalam konteks pengembangan pariwisata berkelanjutan, lingkungan

dibagi kedalam 3 aspek, yaitu 1) ecological, yaitu aspek yang berhubungan

dengan lingkungan alam dan manusia, 2) sosio-kultural yaitu lingkungan

yang berkaitan dengan kehidupan sosial masyarakat dan budaya, serta 3)

fasilitas pendukung yang dibutuhkan oleh wisatawan.

Dengan demikian, untuk mewujudkan terwujudnya pengembangan

pariwisatayang berkelanjutan, maka ketiga aspek lingkungan sebagaimana

tersebut di atas harus dipenuhi. Apabila salah satunya tidak terpenuhi,

maka dapat memberikan dampak bagi kurang optimalnya kondisi aspek

lingkungan yang lainnya.

3. Masyarakat

Masyarakat bukan hanya menjadi objek dari pariwisata, tetapi juga

sebagai subjek atau aktor yang memiliki kontribusi yang sangat penting

dalam pengelolaan pariwisata maupun dalam pengembangan pariwisata

35

berkelanjutan. Guna meningkatkan motivasi masyarakat dalam

pengembangan pariwisata, maka tujuan pariwisata juga harus diarahkan

untuk memberikan keuntungan bagi masyarakat, baik secara ekonomi

maupun sosial.

Masyarakat juga harus dilibatkan secara penuh dalam kegiatan

kepariwisataan, bukan hanya pada tahapan perencanaan akan tetapi pada

semua tahapan termasuk pada tahapan evaluasi. Hal ini dilakukan guna

meningkatkan motivasi dan tanggungjawab masyarakat terhadap kegiatan

kepariwisataan yang dilaksanakan, sehingga proses pengelolaan maupun

pengembangan kepariwisataan juga dapat dilakukan secara maksimal

(McIntyre, 1993).

Sejalan dengan kajian penelitian yang saat ini dilakukan oleh peneliti,

maka pengembangan objek wisata Pantai Modangan yang terletak di

Kecamatan Donomulyo Kabupaten Malang juga harus dilakukan dengan

mengedepankan atau mengimplementasikan indikator-indikator dalam

pengembangan pariwisata berkelanjutan. Hal ini dilakukan guna mewujudkan

pembangunan pariwisata yang bukan hanya optimal, tetapi juga dapat bertahan

dalam jangka waktu yang panjang.

Seperti yang telah diuraikan dilatar belakang, Dinas Pariwisata dan

Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Malang telah membentuk rencana

strategis yang menjadi pedoman atau acuan dalam kegiatan pengembangan

destinasi pariwisata yang ada di Kabupaten Malang. Renstra tersebut juga

telah menetapkan beberapa program yag dapat dilaksanakan dalam kegitana

pengembangan pariwisata di Kabupaten Malang.

36

Adapun program kegiatan pengembangan destinasi pariwisata yang

terdapat di dalam renstra Disparbud Kabupaten Malang yaitu 1) pengembangan

jenis dan paket wisata unggulan; 2) pengembangan sarana dan prasarana

pariwisata; dan 3) pengembangan daerah tujuan pariwisata. Apabila dikaitkan

dengan fokus kajian penelitian ini, maka pengembangan objek wisata Pantai

Modangan juga dilakukan dengan berpedoman pada program kegiatan

pengembangan destinasi pariwisata sebagaimana yang tertera direnstra.

Sesuai dengan teori yang digunakan sebagai pisau atau alat analisis dalam

kajian penelitian, program pengembangan destinasi pariwisata juga harus

dilaksanakan dengan mengedepankan konsep pengembangan pariwisata

berkelanjutan, baik dalam aspek industri pariwisata, lingkungan maupun

masyarakat. Hal ini dilakukan guna mewujudkan terbentuknya pembangunan

pariwisata yang optimal dan dapat bertahan dalam jangka panjang.

1.3. Wisata Pantai

John O. Simond mengatakan bahwa wisata pantai dapat dimaknai sebagai

jenis wisata yang memanfaatkan sumber daya alam dan elemen pendukungnya

seperti laut, serta daratan sekitar pantai, baik yang terbentuk secara alami,

buatan, maupun gabungan antar keduanya (Simond, 1978).

Adapun Yulinda mendefinisikan wisata pantai sebagai kegiatan wisata

yang menjadikan pantai, kebudayaan masyarakat di sekitar pantai, serta

rekreasi atau wahana yang ada sebagai objek wisata. Lebih lanjut, Yulinda juga

mengatakan bahwa wisata pantai merupakan bagian dari konsep ekowisata,

37

yaitu pemanfaatan sumberdaya yang ada tanpa merusak alam dan lingkungan

(Yulinda, 2007).

Berkaitan dengan konsep ekowisata tersebut di atas, Armyn Hadi dalam

Pangarso juga mengatakan bahwa suatu pembangunan atau pengembangan

yang menempatkan pantai sebagai objek wisata harus memerhatikan beberapa

kriteria, sehingga pembangunan dapat dilakukan secara aman dan tetap

menjaga karakter dari pantai itu sendiri. Adapun kriteria yang dimaksud, yaitu:

1. Arus dan Kecepatan Angin

Besarnya arus dan kecepatan angin pada hakikatnya dapat digunakan

sebagai dasar untuk menentukan jenis paket wisata atau jenis rekreasi yang

akan ditawarkan kepada pengunjung, seperti mendayung, berselancar, ski

dan wahana lainnya. Kondisi arus dan kecepatan angin juga penting untuk

memastikan wisata dapat dilakukan dengan aman dan tidak

membahayakan wisatawan atau pengunjung.

2. Vegetasi Lingkungan

Vegetasi lingkungan mencakup tumbuhan atau tanaman yang tumbuh

di sekitar pantai. Kondisi vegetasi lingkungan juga berpengaruh terhadap

keindahan pantai, yang mana jika dikelola dengan baik dapat menjadi daya

tarik pantai itu sendiri.

3. Oceanografi

Adapun yang dimaksud dengan oceanografi yaitu kondisi pasang

surut air laut. Serupa dengan arus dan kecepatan angin yang dapat

38

memengaruhi jenis wahana yang dapat dilakukan, faktor oceanografi juga

memberikan pengaruh terhadap jenis wahana atau rekreasi yang

dilakukan, karena tinggi pasang air laut juga dapat memengaruhi

keamanan wisatawan selama berwisata.

4. Posisi Pantai

Posisi pantai pada hakikatnya berpengaruh terhadap besaran ombak

dan daya tahan pantai. Pantai yang memiliki ombak besar dan daya tahan

pantai yang tidak cukup kuat pada hakikatnya tidak dapat dijadikan

sebagai objek wisata karena dapat membahayakan wisatawan.

5. Kemiringan Pantai

Kemiringan pantai pada hakikatnya juga dijadikan sebagai acuan atau

pedoman untuk menentapkan jenis wisata atau rekreasi yang dapat

ditawarkan kepada wisatawan atau pengunjung. Pantai yang memiliki

kemiringan yang cukup ideal sering kali dijadikan sebagai lokasi ideal

untuk berjemur, serta berpengaruh dalam sedikit atau banyaknya

hamparan pasir yang mana dapat dijadikan sebagai media sand play atau

permainan pasir bagi anak-anak.

6. Luas Pantai

Luas wilayah pantai pada hakikatnya juga dapat dimaknai sebagai

suatu potensi bagi pantai itu sendiri. Pantai yang memiliki wilayah yang

luas bukan hanya dapat berpengaruh terhadap semakin banyaknya

kapasitas wisatawan yang dapat ditampung, akan tetapi juga dapat dikelola

sebagai wilayah konservasi untuk menahan atau mengurangi besaran

ombak dan arus pantai (Pangarso, 2001).

39

Dalam konteks kajian penelitian ini, maka pengembangan juga dilakukan

terhadap objek wisata Pantai, lebih tepatnya Pantai Modangan yang terletak di

Kecamatan Donomulyo Kabupaten Malang. Seperti yang telah diuraikan pada

latar belakang, bahwa saat ini Pantai Modangan mengalami beberapa kendala

yang memengaruhi efektifitas pengelolaan Pantai Modangan itu sendiri,

diantaranya yaitu 1) keterbatasan akses; 2) kurangnya minat investor; dan 3)

terbatasnya anggaran dana pemerintah.

Seperti yang dikatakan oleh Armyn Hadi dalam Pangarso bahwa

pembangunan atau pengembangan wisata pantai harus memenuhi beberapa

kriteria yang telah ditetapkan agar pembangunan yang dilakukan aman dan

tidak membahayakan pengunjung, maka pengembangan wisata Pantai

Modangan juga harus memenuhi kriteria tersebut di atas.

Berdasarkan kriteria pembangunan wisata pantai yang telah disebutkan,

kriteria arus dan kecepatan angin, serta luas pantai merupakan dua kriteria

utama yang cukup berpengaruh dalam pengembangan Pantai Modangan.

Dikatakan demikian, karena Pantai Modangan sendiri memiliki potensi di

bidang paralayang, yang mana kegiatan ini membutuhkan kecepatan angin

tertentu.

Adapun di sisi lain, luas pantai juga dapat menjadi salah satu kriteria yang

dapat mendukung pengembangan Pantai Modangan, di mana saat ini Pantai

Modangan masih mengalami kekurangan fasilitas. Dengan demikian, apabila

luas pantai mendukung, maka hal ini dapat menjadi media atau lahan untuk

40

membangun beberapa fasilitas pendukung yang dibutuhkan oleh wisatawan

atau pengunjung.

Sejalan dengan teori pengembangan pariwisata yang juga digunakan

sebagai pisau analisis dalam kajian penelitian ini, maka pengembangan wisata

pantai juga harus memerhatikan kondisi lingkungan, di mana pembangunan

atau pengembangan yang dilakukan harus mampu mengoptimalkan sumber

daya yang ada tanpa melakukan eksploitasi yang berlebihan hingga berdampak

terhadap kerusakan lingkungan.

Dengan demikian, maka pengembangan objek wisata pantai modangan

harus dilakukan dengan memerhatikan beberapa kriteria pengembangan wisata

pantai yang telah ditetapkan agar pembangunan yang dilakukan aman dan tidak

berbahaya, serta harus menerapkan konsep pengembangan pariwisata

berkelanjutan yang mengedepankan kebermanfaatan bagi generasi masa kini

dan masa yang akan datang.