BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/43383/3/BAB II.pdfpada data yang...

14
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Penelitian Terdahulu Hasil penelitian Santoso dan Retno(2005) dengan judul “Analisis Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah Di Kabupaten Kediri”. Dalam penelitian ini variabel yang diteliti yaitu total pengeluaran pembangunan, jumlah penduduk, dan PDRB sebagai variabel independen sedangkan PAD sebagai variabel dependen. Hasil penelitian Santoso dan Retno(2005) menunjukkan bahwa secara simultan ketiga variabel independen tersebut dapat menerangkan variabel PAD. Dan dilihat dari nilai koefisien determinasinya sebesar 0,978 berarti bahwa 97,8% variabel PAD dapat dijelaskan oleh ketiga variabel independennya dan sebesar 2,8% dijelaskan oleh faktor lain diluar model. Selanjutnya hasil penelitian Datu(2012) dengan judul “ Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Makasar Tahun 1999- 2000”. Faktor-faktor yang mempengaruhinya yaitu : pengeluaran pemerintah dan PDRB. Hasil penelitian membuktikan bahwa Pengeluaran Pemerintah berpengaruh positif dan signifikan sebesar 0,351% terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Makasar. Sedangkan PDRB berpengaruh positif dan signifikan sebesar 1,077% terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Makasar. Dalam penelitian ini terdapat perbedaan dari penelitian terdahulu yang diambil oleh peneliti, di antaranya lokasi penelitian, kondisi keuangan daerah, variabel peelitian dan periode penelitian. Perbedaan penelitian ini

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/43383/3/BAB II.pdfpada data yang...

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian Santoso dan Retno(2005) dengan judul “Analisis

Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya

Dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah Di Kabupaten Kediri”. Dalam penelitian

ini variabel yang diteliti yaitu total pengeluaran pembangunan, jumlah

penduduk, dan PDRB sebagai variabel independen sedangkan PAD sebagai

variabel dependen. Hasil penelitian Santoso dan Retno(2005) menunjukkan

bahwa secara simultan ketiga variabel independen tersebut dapat menerangkan

variabel PAD. Dan dilihat dari nilai koefisien determinasinya sebesar 0,978

berarti bahwa 97,8% variabel PAD dapat dijelaskan oleh ketiga variabel

independennya dan sebesar 2,8% dijelaskan oleh faktor lain diluar model.

Selanjutnya hasil penelitian Datu(2012) dengan judul “ Faktor-faktor

Yang Mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Makasar Tahun 1999-

2000”. Faktor-faktor yang mempengaruhinya yaitu : pengeluaran pemerintah

dan PDRB. Hasil penelitian membuktikan bahwa Pengeluaran Pemerintah

berpengaruh positif dan signifikan sebesar 0,351% terhadap Pendapatan Asli

Daerah (PAD) Kota Makasar. Sedangkan PDRB berpengaruh positif dan

signifikan sebesar 1,077% terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota

Makasar. Dalam penelitian ini terdapat perbedaan dari penelitian terdahulu

yang diambil oleh peneliti, di antaranya lokasi penelitian, kondisi keuangan

daerah, variabel peelitian dan periode penelitian. Perbedaan penelitian ini

9

dengan penelitian terdahulu, lebih didasarkan pada asumsi bahwa setiap daerah

memiliki kompleksitas dan permasalahan, kondisi serta potensi ekonomi yang

berbeda-beda. Pemerintah daerah harus mampu menggali potensi daerah guna

menunjang PAD, dan mencari faktor-faktor yang berpengaruh secara signifikan

terhadap PAD, agar nantinya bermanfaat unuk menambah penerimaan daerah.

Hasil penelitian Abdul Fiqih(2010) dengan judul “Analisis Faktor-Fktor

Yang Mempengaruhi Realisasi Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Kota

Tangerang”. Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi berganda.

Berdasarkan hasil regresi berganda memiliki nilai koefisien determinasi (R)

yang sudah disesuaikan sebesar 0,864 atau sebesar 86,4% variabel dependen

dijelaskan oleh variabel independen dalam model, dan sebesar 13,6% dijelaskan

oleh variabel lain di luar model. Pada uji f dapat dilihat bahwa variabel pajak

daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan pendapatan lain-lain

yang sah memiliki f hitung sebesar 81,9996 dengan tingkat signifikasi 0,000

karena tingkat signifikasi ditolak maka Ha diterima Ho ditolak. Artinya pajak

daerah, retribusi daerah, dan hasil perusahaan milik daerah dan pendapatan lain-

lain yang sah secara bersama-sama berpengaruh terhadap realisasi penerimaan

pendapatan asli daerah.

Persamaan peneliti dengan penelitian terdahulu yaitu menganalisis tentang

faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan asli daerah. Variabel bebas yang

digunakan peneliti memiliki kesamaan juga yaitu PDRB dan belanja barang dan

jasa.

10

Secara keseluruhan perbedaan peneliti dengan penelitian terdahulu yaitu

pada data yang digunakan, yaitu pada tahun 2010-2016 dan lokasi penelitian

yaitu pada 38 Kabupaten/kota di Jawa Timur.

2. Tinjauan Teori

a. Teori Pendapatan Asli Daerah

A. Pengertian dan Fungsi Pendapatan Asli Daerah

Menurut UU No. 33 Tahun 2004 mengenai Perimbangan

Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, yang

dimaksud dengan Pendapatan Asli Daerah adalah pendapatan yang

diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai

dengan peraturan perundang-undangan.

Menurut Wasito (2001:128) Pendapatan Asli Daerah (PAD)

adalah pendapatan yang bersumber dan dipungut sendiri oleh

pemerintah daerah. Sumber PAD terdiri dari : pajak daerah, retribusi

daerah, laba dari Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), dan Pendapatan

Asli Daerah lainnya yang sah.

Sedangkan menurut Rahman (2005:38) Pendapatan Asli Daerah

merupakan pendapatan daerah yang bersumber dari hasil pajak daerah,

hasil retribusi hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan

lain-lain pendapatan asli daerah yang sah dalam menggali pendanaan

dalam pelaksanaan otonomi daerah sebagai perwujudan atas

desentralisasi.

11

Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan pendapatan daerah

yang bersumber dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil

pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain

pendapatan asli daerah yang sah, yang bertujuan untuk memberikan

keleluasaan keoada daerah dalam menggali pendanaan dalam

pelaksanaan otonomi daerah untuk mewujudkan asas desentralisasi

(penjelasan UU No.33 Tahun 2004).

Kebijakan keuangan daerah diarahkan untuk meningkatkan

pendapatan asli daerah sebagai sumber utama pendapatan daerah yang

dapat dipergunakan oleh daerah dalam melaksanakan pemerintahan

dan pembangunan daerah sesuai dengan kebutuhannya guna

memperkecil ketergantungan dan mendapatkan dana dan pemerintah

tingkat atas (subsidi). Dengan demikian usaha peningkatan pendapatan

asli daerah seharusnya dilihat dari perspektif yang lebih luas tidak

hanya ditinjau dari segi daerah masing-masing tetapi dalam kaitannya

dengan kesatuan perekonomian Indonesia. Pendapatan asli daerah itu

sendiri, dianggap sebagai alternatif untuk memperoleh tambahan dana

yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan pengeluaran yang

ditentukan oleh daerah sendiri khususnya keperluan rutin. Oleh karena

itu peningkatan pendapatan tersebut merupakan hal yang dikehendaki

setiap daerah. Sehingga pendapatan asli daerah merupakan salah satu

sumber dana pembiayaan pembangunan daerah.

12

B. Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah

Adapun sumber-sumber pendapatan asli daerah (PAD)

sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Pasal 6 ayat (1) UU No. 33

Tahun 2004 Pasal 6 ayat (1), PAD dapat bersumber dari :

1. Pajak daerah yang meliputi : pajak hotel, pajak restoran, pajak

hiburan, pajak reklame, pajak penerangan jalan, dan pajak parkir

2. Retribusi Daerah

Menurut Tjip Ismail (2005:87) retribusi adalah pungutan

pendapatan oleh daerah sebagai pengganti (kerugian) yang

diberikan oleh daerah kepada siapa saja yang mebutuhkan diensten

itu, misalnya bea pasar, air minum, uang sekolah, pemakaian tempat

pemandian, lapangan olahraga serta bea pemeriksaan susu, daging,

hewan, dan lain-lain. Retribusi daerah adalah pungutan daerah

sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian ijin tertentu yang

khusus disediakan dan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk

kepentingan orang pribadi atau badan. Sedangkan wajib retribusi

adalah orang pribadi atau badan yang menurut peraturan perundang-

undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran

retribusi termasuk pemungutan atau pemotongan retribusi tertentu.

Mengenai retribusi daerah didefinisikan sebagai pungutan daerah

sebagai pembayaran pemakaian atau karena memperoleh jasa

pekerjaan, usaha atau milik daerah bagi yang berkepentingan atau

karena jasa yang diberikan oleh daerah. Retribusi daerah tidak

dimaksudkan sebagai pembayaran yang dipungut oleh daerah

13

sebagai penyelenggaraan perusahaan atau usaha yang dianggap

sebagai perusahaan. Retribusi daerah terdiri dari : retribusi jasa

umum, retribusi jasa usaha, dan retribusi perizinan tertentu

3. Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan

Menurut Himpunan Perda pengertiannya adalah kekayaan

daerah selain keenam pajak daerah (Pajak Hotel, Pajak Restoran,

Pajak Reklame, Pajak Hiburan, Pajak Parkir, Pajak Penerangan

Jalan) yang dikelola oleh Pemerintah yang iurannya wajib dilakukan

oleh Badan Usaha Milik Negara kepada daerah tanpa imbalan

langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan

peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan digunakan untuk

membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan

daerah. Yang termasuk pengelolaan kekayaan yang dipisahkan

adalah Laba Perusahaan Milik Daerah yang terdiri dari Perusahaan

Daerah Air Minum dan Penerimaan Deviden Bank Jatim

4. Lain-Lain PAD yang Sah

Pengelolaan kekayaan daerah selain keenam pajak daearah

(Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Reklame, Pajak Hiburan, Pajak

Parkir, Pajak Penerangan Jalan) yang dikelola oleh pemerintah.

Pengertiannya adalah iuran wajib yang dilakukan oleh Badan Usaha

Milik Negara kepada daerah tanpa imbalan langsung yang

seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-

undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai

penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah.

14

b. Teori Produk Domestik Regional Bruto

PDRB merupakan gambaran perekonomian secara menyeluruh di

daerah pada Tarigan (2005:46) menjelaskan perekonomian wilayah

merupakan peningkatan pendapatan masyarakat atau penduduk secara

keseluruhan yaitu kenaikan seluruh nilai tambah (added value) yang terjadi

pada wilayah tersebut dan biasanya dilakukan perhitungan nilai harga

berlaku akan tetapi untuk melihat lebih lanjut setiap tahun maka harus

dinyatakan dalam bentuk riil yang artinya dibentuk secara harga konstan.

PDRB Konstan akan memberikan dampak langsung pada perolehan

pendapatan pemerintah, karena salah satunya peningkatan tarif pajak yang

telah ditentukan oleh pemerintah daerah untuk kalangan pengusaha,

seperti halnya Teori Peacock dan Wiseman (dalam Mangkosoebroto,

2010:173) menjelaskan bahwa perkembangan ekonomi menyebabkan

berbagai pemungutan pajak dan meningkatnya penerimaan pajak

menyebabkan pengeluaran pemerintah juga semakin meningkat. Selain itu

terdapat pula model Circular Flow, dalam model Circular Flow

menjelaskan bahwa perekonomian dibagi menjadi empat sektor, antara

lain :

1. Sektor Rumah Tangga (Households Sector), yang terdiri atas

sekumpulan individu yang dianggap homogeny dan identik

2. Sektor Perusahaan (Firms Sector), yang terdiri dari berbagai

perusahaan yang memproduksi barang dan jasa

15

3. Sektor Pemerintah (Government Sector), yang mempunyai berbagai

kewenangan politik untuk menentukan perolehan pendapatan

pemerintah dari masyarakat dan perusahaan

4. Sektor Luar Negeri (Foreign Sector), perekonomian negara yang

melakukan ekspor impor barang dari negara ke negara lain.

c. Teori Inflasi

Laju pertumbuhan atas permintaan yang tidak diimbangi dengan

penawaran maka yang terjadi gangguan terhadap kestabilan harga (inflasi)

yang lebih di utamakan pada kegiatan ekonomi yang berupa konsumtif

pada sifat produksi Maski (2007:3).

Maka inflasi yang rendah di pemerintah daerah sangat diharapkan

untuk meningkatkan produktifitas ekonomi, oleh karena itu pertumbuhan

inflasi yang tinggi sangat berpengaruh pada perolehan pendapatan asli

daerah yang biasanya berupa sumbangan pajak, retribusi di masyarakat.

Asumsi Klasik pada klaim Keynes (dalam Mankiw, 2006:75), yaitu

inflasi yaitu adanya kenaikan dalam tingkat harga rata-rata, dan harga

adalah tingkat di mana yang dipertukarkan untuk mendapatkan barang dan

jasa. Fisher (dalam Gunawan, 1991:6-9) mengasumsikan bahwa besarnya

kecepatan uang beredar yang konstan atau stabil, tidak terlalu bergejolak

dari tahun ke tahun, yang disebabkan oleh faktor upah dan kebiasaan atau

pola pengeluaran masyarakat yang relatif stabil dan tidak berubah, dalam

jangka panjang akan kembali ke ekuilibrium karena adanya masa transisi,

yang mana diperlukan waktu bagi tingkat upah untuk merubah dan pekerja

16

bereaksi atas perubahan tingkat upah tersebut, pada akhirnya akan

mempengaruhi tingkat output.

Teori Peacock dan Wiseman (dalam Mangkosoebroto, 2010:176)

yaitu inflasi merupakan gejolak sosial dan adanya gejolak sosial maka

peran pajak adalah solusi yang tepat untuk mengatasi gejolak yang terjadi

di masyarakat, gejolak inflasi pada penjelasan itu merupakan adanya

peperangan dan adanya anak yatim piatu yang di selesaikan adanya

anggaran pemerintah untuk mengatasi itu semua, maka peran pajak

memberikan dampak positif terhadap pengangguran pemerintahan.

Teori Samuelson (dalam Muchtholifah, 2010: 4) yaitu dalam suatu

sitem perpajakan yang mengharuskan masyarakatnya membayar pajak

lebih tinggi jika pendapatan nominal mereka meningkat secara otomatis

inflasi akan meningkatkan tingkat pajak rata-rata masyarakat.

d. Teori Belanja Barang dan Jasa

Teori mereka didasarkan pada suatu pandangan bahwa pemerintah

senantiasa berusaha memperbesar pengeluaran, sedangkan masyarakat

tidak suka membayar pajak yang semakin besar tersebut.

Teori Peacock dan Wiseman adalah pemerintah ekonomi

menyebabkan pemungutan pajak yang semakin meningkat walaupun tarif

pajak tidak berubah dan meningkatnya penerimaan pajak menyebabkan

pengeluaran pemerintah juga semakin meningkat. Oleh karena itu, dalam

keadaan normal, meningkatnya GNP menyebabkan penerimaan

pemerintah yang semakin besar, begitu juga dengan pengeluaran

pemerintah menjadi semakin besar. Peacock dan Wiseman menjelaskan

17

bahwa perkembangan pengeluaran pemerintah tidak berbentuk garis tetapi

berbentuk seperti tangga.

Program pembangunan pemerintah daerah memerlukan peran segenap

unsur lapisan masyarakat. Peran pemerintah dalam pembangunan adalah

sebagai katalisator dan fasilitator dalam berbagai fasilitas pendukung,

termasuk anggaran belanja dalam rangka terlaksananya pembangunan

yang berkesinambungan. Pengeluaran digunakan untuk administrasi

pembangunan dan sebagian lain untuk kegiatan pembangunan di berbagai

jenis infrastruktur yang penting. Perbelanjaan-perbelanjaan tersebut

menurut Sukirna (1999) adalah untuk meningkatkan pengeluaran agregat

dan mempertinggi tingkat kegiatan ekonomi. Dengan meningkatnya

kegiatan ekonomi, maka aliran penerimaan melalui Pendapatan Asli

Daerah (PAD) juga meningkat.

3. Hubungan Antar Variabel

1. Hubungan PDRB dengan Pendapatan Asli Daerah

Setelah diberlakukannya desentralisasi fiskal berdasarkan Pasal 66 UU

no 25 tahun 1995 ksumber pendapatan daerah terdiri salah satunya

adalah PAD. Dengan di gulirkannya desentralisasi fiskal maka Pemda

harus berpadu dan berlomba lomba dalam meningkatkan jumlah

penerimaan PAD, karena dengan terus meningkatnya PAD maka dapat

dikatakan bahwa daerah tersebut mampu membangun seara mandiri

tanpa tergantung dengan pusat.

18

Daerah dengan intensitas kegiatan ekonomi yang tinggi pada setiap

tahunnya maka akan memberikan kontribusi bagi PDRB. PDRB

merupakan indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi suatu

wilayah/provinsi dalam suatu periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi

yang mencerminkan kinerja perekonomian suatu wilayah, dimana

perumbuuhan ekonomi mengindikasikan keberhasilan pembangunan

suatu wilayah hal ini dilihat dari besaran nilai PDRB, maka sejalan

dengan teori pertumbuhan ekonomi edogen maupun agregat dimana

pertumbuhan ekonomi bergantung kepada pertambahan penyediaan

faktor-faktor produksi yaitu penduduk, tenaga kerja dan akumulasi

modal.

Dengan Meningkatnya PAD yang di proksikan sebagai akumulasi

modal berarti hal ini jugasejalan dengan teori pertumbuhan ekonomi

endogen tersebut yang mengatakn bawa untuk meningkatkan

pertumbuhan ekonomi yang dilihat dari besaran nilai PDRB

diutamakan faktor produksi dari endogen atau didalam daerah itu

sendiri sehingga dapat disimpulkan PAD terdiri dari di antaranya pajak

dan retribusi daerah sebagi penerimaan daerah sangat bergantung dari

intenitas kegiatan perkekonomian yang dilakukan Pemda. Sejalan

dengan teori pertumbuhan endogen teori Keynes menerangkan bahwa

tingkat kegiatan ekonomi ditentukan dari permintaan agregat. Menurut

Keynes dimasa yang akan datang perekonomian akan mempunyai

kemampuan lebih besar dalam menghasilkan baarang dan jasa pada

periode tertentu dilakukan sejumlah pembentukan modal.

19

2. Hubungan Inflasi dengan Pendapatan Asli Daerah

Halim (2001:101), mengemukakan bahwa inflasi akan menigkatkan

PAD yang penetapannya didasarkan pada omset pemjualan, misalnya pajak

hotel dan pajak restoran. Inflasi adalah suatu proses kenaikan harga-harga

yang berlaku dalam suatu perekonomian, dan ada istilah inflasi merayap

yang diartikan sebagai proses kenaikan harga-harga barang yang lambat

(Sukirno, 2004:15). Selain itu inflasi juga didefinisikan sebagai suatu gejala

dimana tingkat harga umum mengalami kenaikan secara terus menerus

(Nanga, 2001:241).

3. Hubungan Belanja Barang dan Jasa dengan Pendapatan Asli Daerah

Salah satu prinsip penggunaan anggaran di Pemda yaitu menggunakan

prinsip money follow function. Prinsip ini digunakan bertujuan supaya

anggaran dapat memenuhi fungsinya yang salah satunya adalah untuk

meningkatkan pendapatan daerah.

Salah satu tujuan kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah adalah

memperbaiki pelayanan pemerintah kepada masyarakat agar lebih efektif,

efisien, dan ekonomis di dalamnya termasuk pula kebijakan dan pelayanan

agar dunia usaha dapat berkembang ke arah yang lebih kondusif. Dengan

terciptanya kondisi yang kondusif, maka dapat diharapkan adanya

peningkatan aktivitas perekonomian yang pada gilirannya dapat

meningkatkan taraf hidup masyarakat.

Banyaknya jumlah pegawai di lingkungan birokrasi Pemda tentunya

beban kerja pr individu menjadi semakin kecil. Beban yang semakin kecil

ini mestinya berkorelasi positif terhadap penyelesaian tugas-tugas terhadap

20

masyarakat dalam waktu yang cepat, akan tetapi hal ini dapat tercapai hanya

apabila barang dan jasa yang diperlukan aparat dalam melayani masyarakat

juga tersedia dengan jumlah yang cukup dan memadai. Penyelesaian tugas

kepada masyarakat ini diharapkan akan meningkatkan produktivitas

masyarakat yang pada gilirannya akan meningkat pula.

Berbagai belanja yang dialokasi pemerintah, hendaknya memberikan

manfaat langsung bagi masyarakat. Untuk itu, demi kepetingan jangka

pendek, pungutan yang bersifat retribusi lebih relevan dibanding pajak.

Alasan yang mendasarinya adalah karena pungutan ini berhubungan secara

langsung dengan masyarakat.

4. Kerangka Pemikiran

Kerangka pikir dibuat untuk memberikan gambaran penelitian yang akan

dilakukan yaitu mengenai analisis penerimaan pendapatan asli daerah di

kabupaten/kota Jawa Timur. Berdasarkan teori yang dijelaskan sebelumnya

maka dapat digambarkan kerangka pikir sebagai berikut :

X1

PDRB

X2

Inflasi

X3 Belanja Barang &

Jasa

Y

PAD

21

5. Hipotesis

Berdasarkan teori dan konsep yang ada maka dapat dibangun hipotesis-

hipotesis sebagai berikut :

1. Diduga bahwa ada pengaruh PDRB terhadap Pendapatan Asli Daerah di

Kabupaten/Kota Jawa Timur.

2. Diduga bahwa ada pengaruh Inflasi terhadap Pendapatan Asli Daerah di

Kabupaten/Kota Jawa Timur.

3. Diduga bahwa ada pengaruh Belanja Barang dan Jasa terhadap Pendapatan

Asli Daerah di Kabupaten/Kota Jawa Timur.