BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/43383/3/BAB II.pdfpada data yang...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/43383/3/BAB II.pdfpada data yang...
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Penelitian Terdahulu
Hasil penelitian Santoso dan Retno(2005) dengan judul “Analisis
Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya
Dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah Di Kabupaten Kediri”. Dalam penelitian
ini variabel yang diteliti yaitu total pengeluaran pembangunan, jumlah
penduduk, dan PDRB sebagai variabel independen sedangkan PAD sebagai
variabel dependen. Hasil penelitian Santoso dan Retno(2005) menunjukkan
bahwa secara simultan ketiga variabel independen tersebut dapat menerangkan
variabel PAD. Dan dilihat dari nilai koefisien determinasinya sebesar 0,978
berarti bahwa 97,8% variabel PAD dapat dijelaskan oleh ketiga variabel
independennya dan sebesar 2,8% dijelaskan oleh faktor lain diluar model.
Selanjutnya hasil penelitian Datu(2012) dengan judul “ Faktor-faktor
Yang Mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Makasar Tahun 1999-
2000”. Faktor-faktor yang mempengaruhinya yaitu : pengeluaran pemerintah
dan PDRB. Hasil penelitian membuktikan bahwa Pengeluaran Pemerintah
berpengaruh positif dan signifikan sebesar 0,351% terhadap Pendapatan Asli
Daerah (PAD) Kota Makasar. Sedangkan PDRB berpengaruh positif dan
signifikan sebesar 1,077% terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota
Makasar. Dalam penelitian ini terdapat perbedaan dari penelitian terdahulu
yang diambil oleh peneliti, di antaranya lokasi penelitian, kondisi keuangan
daerah, variabel peelitian dan periode penelitian. Perbedaan penelitian ini
9
dengan penelitian terdahulu, lebih didasarkan pada asumsi bahwa setiap daerah
memiliki kompleksitas dan permasalahan, kondisi serta potensi ekonomi yang
berbeda-beda. Pemerintah daerah harus mampu menggali potensi daerah guna
menunjang PAD, dan mencari faktor-faktor yang berpengaruh secara signifikan
terhadap PAD, agar nantinya bermanfaat unuk menambah penerimaan daerah.
Hasil penelitian Abdul Fiqih(2010) dengan judul “Analisis Faktor-Fktor
Yang Mempengaruhi Realisasi Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Kota
Tangerang”. Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi berganda.
Berdasarkan hasil regresi berganda memiliki nilai koefisien determinasi (R)
yang sudah disesuaikan sebesar 0,864 atau sebesar 86,4% variabel dependen
dijelaskan oleh variabel independen dalam model, dan sebesar 13,6% dijelaskan
oleh variabel lain di luar model. Pada uji f dapat dilihat bahwa variabel pajak
daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan pendapatan lain-lain
yang sah memiliki f hitung sebesar 81,9996 dengan tingkat signifikasi 0,000
karena tingkat signifikasi ditolak maka Ha diterima Ho ditolak. Artinya pajak
daerah, retribusi daerah, dan hasil perusahaan milik daerah dan pendapatan lain-
lain yang sah secara bersama-sama berpengaruh terhadap realisasi penerimaan
pendapatan asli daerah.
Persamaan peneliti dengan penelitian terdahulu yaitu menganalisis tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan asli daerah. Variabel bebas yang
digunakan peneliti memiliki kesamaan juga yaitu PDRB dan belanja barang dan
jasa.
10
Secara keseluruhan perbedaan peneliti dengan penelitian terdahulu yaitu
pada data yang digunakan, yaitu pada tahun 2010-2016 dan lokasi penelitian
yaitu pada 38 Kabupaten/kota di Jawa Timur.
2. Tinjauan Teori
a. Teori Pendapatan Asli Daerah
A. Pengertian dan Fungsi Pendapatan Asli Daerah
Menurut UU No. 33 Tahun 2004 mengenai Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, yang
dimaksud dengan Pendapatan Asli Daerah adalah pendapatan yang
diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
Menurut Wasito (2001:128) Pendapatan Asli Daerah (PAD)
adalah pendapatan yang bersumber dan dipungut sendiri oleh
pemerintah daerah. Sumber PAD terdiri dari : pajak daerah, retribusi
daerah, laba dari Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), dan Pendapatan
Asli Daerah lainnya yang sah.
Sedangkan menurut Rahman (2005:38) Pendapatan Asli Daerah
merupakan pendapatan daerah yang bersumber dari hasil pajak daerah,
hasil retribusi hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan
lain-lain pendapatan asli daerah yang sah dalam menggali pendanaan
dalam pelaksanaan otonomi daerah sebagai perwujudan atas
desentralisasi.
11
Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan pendapatan daerah
yang bersumber dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain
pendapatan asli daerah yang sah, yang bertujuan untuk memberikan
keleluasaan keoada daerah dalam menggali pendanaan dalam
pelaksanaan otonomi daerah untuk mewujudkan asas desentralisasi
(penjelasan UU No.33 Tahun 2004).
Kebijakan keuangan daerah diarahkan untuk meningkatkan
pendapatan asli daerah sebagai sumber utama pendapatan daerah yang
dapat dipergunakan oleh daerah dalam melaksanakan pemerintahan
dan pembangunan daerah sesuai dengan kebutuhannya guna
memperkecil ketergantungan dan mendapatkan dana dan pemerintah
tingkat atas (subsidi). Dengan demikian usaha peningkatan pendapatan
asli daerah seharusnya dilihat dari perspektif yang lebih luas tidak
hanya ditinjau dari segi daerah masing-masing tetapi dalam kaitannya
dengan kesatuan perekonomian Indonesia. Pendapatan asli daerah itu
sendiri, dianggap sebagai alternatif untuk memperoleh tambahan dana
yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan pengeluaran yang
ditentukan oleh daerah sendiri khususnya keperluan rutin. Oleh karena
itu peningkatan pendapatan tersebut merupakan hal yang dikehendaki
setiap daerah. Sehingga pendapatan asli daerah merupakan salah satu
sumber dana pembiayaan pembangunan daerah.
12
B. Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah
Adapun sumber-sumber pendapatan asli daerah (PAD)
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Pasal 6 ayat (1) UU No. 33
Tahun 2004 Pasal 6 ayat (1), PAD dapat bersumber dari :
1. Pajak daerah yang meliputi : pajak hotel, pajak restoran, pajak
hiburan, pajak reklame, pajak penerangan jalan, dan pajak parkir
2. Retribusi Daerah
Menurut Tjip Ismail (2005:87) retribusi adalah pungutan
pendapatan oleh daerah sebagai pengganti (kerugian) yang
diberikan oleh daerah kepada siapa saja yang mebutuhkan diensten
itu, misalnya bea pasar, air minum, uang sekolah, pemakaian tempat
pemandian, lapangan olahraga serta bea pemeriksaan susu, daging,
hewan, dan lain-lain. Retribusi daerah adalah pungutan daerah
sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian ijin tertentu yang
khusus disediakan dan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk
kepentingan orang pribadi atau badan. Sedangkan wajib retribusi
adalah orang pribadi atau badan yang menurut peraturan perundang-
undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran
retribusi termasuk pemungutan atau pemotongan retribusi tertentu.
Mengenai retribusi daerah didefinisikan sebagai pungutan daerah
sebagai pembayaran pemakaian atau karena memperoleh jasa
pekerjaan, usaha atau milik daerah bagi yang berkepentingan atau
karena jasa yang diberikan oleh daerah. Retribusi daerah tidak
dimaksudkan sebagai pembayaran yang dipungut oleh daerah
13
sebagai penyelenggaraan perusahaan atau usaha yang dianggap
sebagai perusahaan. Retribusi daerah terdiri dari : retribusi jasa
umum, retribusi jasa usaha, dan retribusi perizinan tertentu
3. Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
Menurut Himpunan Perda pengertiannya adalah kekayaan
daerah selain keenam pajak daerah (Pajak Hotel, Pajak Restoran,
Pajak Reklame, Pajak Hiburan, Pajak Parkir, Pajak Penerangan
Jalan) yang dikelola oleh Pemerintah yang iurannya wajib dilakukan
oleh Badan Usaha Milik Negara kepada daerah tanpa imbalan
langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan digunakan untuk
membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan
daerah. Yang termasuk pengelolaan kekayaan yang dipisahkan
adalah Laba Perusahaan Milik Daerah yang terdiri dari Perusahaan
Daerah Air Minum dan Penerimaan Deviden Bank Jatim
4. Lain-Lain PAD yang Sah
Pengelolaan kekayaan daerah selain keenam pajak daearah
(Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Reklame, Pajak Hiburan, Pajak
Parkir, Pajak Penerangan Jalan) yang dikelola oleh pemerintah.
Pengertiannya adalah iuran wajib yang dilakukan oleh Badan Usaha
Milik Negara kepada daerah tanpa imbalan langsung yang
seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai
penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah.
14
b. Teori Produk Domestik Regional Bruto
PDRB merupakan gambaran perekonomian secara menyeluruh di
daerah pada Tarigan (2005:46) menjelaskan perekonomian wilayah
merupakan peningkatan pendapatan masyarakat atau penduduk secara
keseluruhan yaitu kenaikan seluruh nilai tambah (added value) yang terjadi
pada wilayah tersebut dan biasanya dilakukan perhitungan nilai harga
berlaku akan tetapi untuk melihat lebih lanjut setiap tahun maka harus
dinyatakan dalam bentuk riil yang artinya dibentuk secara harga konstan.
PDRB Konstan akan memberikan dampak langsung pada perolehan
pendapatan pemerintah, karena salah satunya peningkatan tarif pajak yang
telah ditentukan oleh pemerintah daerah untuk kalangan pengusaha,
seperti halnya Teori Peacock dan Wiseman (dalam Mangkosoebroto,
2010:173) menjelaskan bahwa perkembangan ekonomi menyebabkan
berbagai pemungutan pajak dan meningkatnya penerimaan pajak
menyebabkan pengeluaran pemerintah juga semakin meningkat. Selain itu
terdapat pula model Circular Flow, dalam model Circular Flow
menjelaskan bahwa perekonomian dibagi menjadi empat sektor, antara
lain :
1. Sektor Rumah Tangga (Households Sector), yang terdiri atas
sekumpulan individu yang dianggap homogeny dan identik
2. Sektor Perusahaan (Firms Sector), yang terdiri dari berbagai
perusahaan yang memproduksi barang dan jasa
15
3. Sektor Pemerintah (Government Sector), yang mempunyai berbagai
kewenangan politik untuk menentukan perolehan pendapatan
pemerintah dari masyarakat dan perusahaan
4. Sektor Luar Negeri (Foreign Sector), perekonomian negara yang
melakukan ekspor impor barang dari negara ke negara lain.
c. Teori Inflasi
Laju pertumbuhan atas permintaan yang tidak diimbangi dengan
penawaran maka yang terjadi gangguan terhadap kestabilan harga (inflasi)
yang lebih di utamakan pada kegiatan ekonomi yang berupa konsumtif
pada sifat produksi Maski (2007:3).
Maka inflasi yang rendah di pemerintah daerah sangat diharapkan
untuk meningkatkan produktifitas ekonomi, oleh karena itu pertumbuhan
inflasi yang tinggi sangat berpengaruh pada perolehan pendapatan asli
daerah yang biasanya berupa sumbangan pajak, retribusi di masyarakat.
Asumsi Klasik pada klaim Keynes (dalam Mankiw, 2006:75), yaitu
inflasi yaitu adanya kenaikan dalam tingkat harga rata-rata, dan harga
adalah tingkat di mana yang dipertukarkan untuk mendapatkan barang dan
jasa. Fisher (dalam Gunawan, 1991:6-9) mengasumsikan bahwa besarnya
kecepatan uang beredar yang konstan atau stabil, tidak terlalu bergejolak
dari tahun ke tahun, yang disebabkan oleh faktor upah dan kebiasaan atau
pola pengeluaran masyarakat yang relatif stabil dan tidak berubah, dalam
jangka panjang akan kembali ke ekuilibrium karena adanya masa transisi,
yang mana diperlukan waktu bagi tingkat upah untuk merubah dan pekerja
16
bereaksi atas perubahan tingkat upah tersebut, pada akhirnya akan
mempengaruhi tingkat output.
Teori Peacock dan Wiseman (dalam Mangkosoebroto, 2010:176)
yaitu inflasi merupakan gejolak sosial dan adanya gejolak sosial maka
peran pajak adalah solusi yang tepat untuk mengatasi gejolak yang terjadi
di masyarakat, gejolak inflasi pada penjelasan itu merupakan adanya
peperangan dan adanya anak yatim piatu yang di selesaikan adanya
anggaran pemerintah untuk mengatasi itu semua, maka peran pajak
memberikan dampak positif terhadap pengangguran pemerintahan.
Teori Samuelson (dalam Muchtholifah, 2010: 4) yaitu dalam suatu
sitem perpajakan yang mengharuskan masyarakatnya membayar pajak
lebih tinggi jika pendapatan nominal mereka meningkat secara otomatis
inflasi akan meningkatkan tingkat pajak rata-rata masyarakat.
d. Teori Belanja Barang dan Jasa
Teori mereka didasarkan pada suatu pandangan bahwa pemerintah
senantiasa berusaha memperbesar pengeluaran, sedangkan masyarakat
tidak suka membayar pajak yang semakin besar tersebut.
Teori Peacock dan Wiseman adalah pemerintah ekonomi
menyebabkan pemungutan pajak yang semakin meningkat walaupun tarif
pajak tidak berubah dan meningkatnya penerimaan pajak menyebabkan
pengeluaran pemerintah juga semakin meningkat. Oleh karena itu, dalam
keadaan normal, meningkatnya GNP menyebabkan penerimaan
pemerintah yang semakin besar, begitu juga dengan pengeluaran
pemerintah menjadi semakin besar. Peacock dan Wiseman menjelaskan
17
bahwa perkembangan pengeluaran pemerintah tidak berbentuk garis tetapi
berbentuk seperti tangga.
Program pembangunan pemerintah daerah memerlukan peran segenap
unsur lapisan masyarakat. Peran pemerintah dalam pembangunan adalah
sebagai katalisator dan fasilitator dalam berbagai fasilitas pendukung,
termasuk anggaran belanja dalam rangka terlaksananya pembangunan
yang berkesinambungan. Pengeluaran digunakan untuk administrasi
pembangunan dan sebagian lain untuk kegiatan pembangunan di berbagai
jenis infrastruktur yang penting. Perbelanjaan-perbelanjaan tersebut
menurut Sukirna (1999) adalah untuk meningkatkan pengeluaran agregat
dan mempertinggi tingkat kegiatan ekonomi. Dengan meningkatnya
kegiatan ekonomi, maka aliran penerimaan melalui Pendapatan Asli
Daerah (PAD) juga meningkat.
3. Hubungan Antar Variabel
1. Hubungan PDRB dengan Pendapatan Asli Daerah
Setelah diberlakukannya desentralisasi fiskal berdasarkan Pasal 66 UU
no 25 tahun 1995 ksumber pendapatan daerah terdiri salah satunya
adalah PAD. Dengan di gulirkannya desentralisasi fiskal maka Pemda
harus berpadu dan berlomba lomba dalam meningkatkan jumlah
penerimaan PAD, karena dengan terus meningkatnya PAD maka dapat
dikatakan bahwa daerah tersebut mampu membangun seara mandiri
tanpa tergantung dengan pusat.
18
Daerah dengan intensitas kegiatan ekonomi yang tinggi pada setiap
tahunnya maka akan memberikan kontribusi bagi PDRB. PDRB
merupakan indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi suatu
wilayah/provinsi dalam suatu periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi
yang mencerminkan kinerja perekonomian suatu wilayah, dimana
perumbuuhan ekonomi mengindikasikan keberhasilan pembangunan
suatu wilayah hal ini dilihat dari besaran nilai PDRB, maka sejalan
dengan teori pertumbuhan ekonomi edogen maupun agregat dimana
pertumbuhan ekonomi bergantung kepada pertambahan penyediaan
faktor-faktor produksi yaitu penduduk, tenaga kerja dan akumulasi
modal.
Dengan Meningkatnya PAD yang di proksikan sebagai akumulasi
modal berarti hal ini jugasejalan dengan teori pertumbuhan ekonomi
endogen tersebut yang mengatakn bawa untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi yang dilihat dari besaran nilai PDRB
diutamakan faktor produksi dari endogen atau didalam daerah itu
sendiri sehingga dapat disimpulkan PAD terdiri dari di antaranya pajak
dan retribusi daerah sebagi penerimaan daerah sangat bergantung dari
intenitas kegiatan perkekonomian yang dilakukan Pemda. Sejalan
dengan teori pertumbuhan endogen teori Keynes menerangkan bahwa
tingkat kegiatan ekonomi ditentukan dari permintaan agregat. Menurut
Keynes dimasa yang akan datang perekonomian akan mempunyai
kemampuan lebih besar dalam menghasilkan baarang dan jasa pada
periode tertentu dilakukan sejumlah pembentukan modal.
19
2. Hubungan Inflasi dengan Pendapatan Asli Daerah
Halim (2001:101), mengemukakan bahwa inflasi akan menigkatkan
PAD yang penetapannya didasarkan pada omset pemjualan, misalnya pajak
hotel dan pajak restoran. Inflasi adalah suatu proses kenaikan harga-harga
yang berlaku dalam suatu perekonomian, dan ada istilah inflasi merayap
yang diartikan sebagai proses kenaikan harga-harga barang yang lambat
(Sukirno, 2004:15). Selain itu inflasi juga didefinisikan sebagai suatu gejala
dimana tingkat harga umum mengalami kenaikan secara terus menerus
(Nanga, 2001:241).
3. Hubungan Belanja Barang dan Jasa dengan Pendapatan Asli Daerah
Salah satu prinsip penggunaan anggaran di Pemda yaitu menggunakan
prinsip money follow function. Prinsip ini digunakan bertujuan supaya
anggaran dapat memenuhi fungsinya yang salah satunya adalah untuk
meningkatkan pendapatan daerah.
Salah satu tujuan kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah adalah
memperbaiki pelayanan pemerintah kepada masyarakat agar lebih efektif,
efisien, dan ekonomis di dalamnya termasuk pula kebijakan dan pelayanan
agar dunia usaha dapat berkembang ke arah yang lebih kondusif. Dengan
terciptanya kondisi yang kondusif, maka dapat diharapkan adanya
peningkatan aktivitas perekonomian yang pada gilirannya dapat
meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Banyaknya jumlah pegawai di lingkungan birokrasi Pemda tentunya
beban kerja pr individu menjadi semakin kecil. Beban yang semakin kecil
ini mestinya berkorelasi positif terhadap penyelesaian tugas-tugas terhadap
20
masyarakat dalam waktu yang cepat, akan tetapi hal ini dapat tercapai hanya
apabila barang dan jasa yang diperlukan aparat dalam melayani masyarakat
juga tersedia dengan jumlah yang cukup dan memadai. Penyelesaian tugas
kepada masyarakat ini diharapkan akan meningkatkan produktivitas
masyarakat yang pada gilirannya akan meningkat pula.
Berbagai belanja yang dialokasi pemerintah, hendaknya memberikan
manfaat langsung bagi masyarakat. Untuk itu, demi kepetingan jangka
pendek, pungutan yang bersifat retribusi lebih relevan dibanding pajak.
Alasan yang mendasarinya adalah karena pungutan ini berhubungan secara
langsung dengan masyarakat.
4. Kerangka Pemikiran
Kerangka pikir dibuat untuk memberikan gambaran penelitian yang akan
dilakukan yaitu mengenai analisis penerimaan pendapatan asli daerah di
kabupaten/kota Jawa Timur. Berdasarkan teori yang dijelaskan sebelumnya
maka dapat digambarkan kerangka pikir sebagai berikut :
X1
PDRB
X2
Inflasi
X3 Belanja Barang &
Jasa
Y
PAD
21
5. Hipotesis
Berdasarkan teori dan konsep yang ada maka dapat dibangun hipotesis-
hipotesis sebagai berikut :
1. Diduga bahwa ada pengaruh PDRB terhadap Pendapatan Asli Daerah di
Kabupaten/Kota Jawa Timur.
2. Diduga bahwa ada pengaruh Inflasi terhadap Pendapatan Asli Daerah di
Kabupaten/Kota Jawa Timur.
3. Diduga bahwa ada pengaruh Belanja Barang dan Jasa terhadap Pendapatan
Asli Daerah di Kabupaten/Kota Jawa Timur.