BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Halusinasi...

13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Halusinasi 1.1 Pengertian Halusinasi Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari pancaindera tanpa adanya rangsangan (stimulus) eksternal (Stuart & Laraia, 2001). Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana pasien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu pencerapan panca indera tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami seperti suatu persepsi melalui pancaindera tanpa stimulus eksternal; persepsi palsu. Berbeda dengan ilusi dimana pasien mengalami persepsi yang salah terhadap stimulus, salah persepsi pada halusinasi terjadi tanpa adanya stimulus eksternal yang terjadi. Stimulus internal dipersepsikan sebagai sesuatu yang nyata oleh pasien. 1.2 Etiologi Menurut Stuart (2007), faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah: 1.2.1 Faktor Predisposisi 1) Biologis Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh penelitian-penelitian yang berikut Universitas Sumatera Utara

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Halusinasi...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Halusinasi 1repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24963/4/Chapter II.pdf · informasi yang diterima melalui panca indera (pendengaran, penglihatan,

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Konsep Halusinasi

1.1 Pengertian Halusinasi

Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari pancaindera tanpa adanya

rangsangan (stimulus) eksternal (Stuart & Laraia, 2001). Halusinasi merupakan

gangguan persepsi dimana pasien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak

terjadi. Suatu pencerapan panca indera tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu

penghayatan yang dialami seperti suatu persepsi melalui pancaindera tanpa

stimulus eksternal; persepsi palsu. Berbeda dengan ilusi dimana pasien mengalami

persepsi yang salah terhadap stimulus, salah persepsi pada halusinasi terjadi tanpa

adanya stimulus eksternal yang terjadi. Stimulus internal dipersepsikan sebagai

sesuatu yang nyata oleh pasien.

1.2 Etiologi

Menurut Stuart (2007), faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah:

1.2.1 Faktor Predisposisi

1) Biologis

Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan

respon neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh

penelitian-penelitian yang berikut

Universitas Sumatera Utara

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Halusinasi 1repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24963/4/Chapter II.pdf · informasi yang diterima melalui panca indera (pendengaran, penglihatan,

a) Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang

lebih luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal,

temporal dan limbik berhubungan dengan perilaku psikotik.

b) Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang

berlebihan dan masalah-masalah pada sistem reseptor dopamin dikaitkan

dengan terjadinya skizofrenia.

c) Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan

terjadinya atropi yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi otak

klien dengan skizofrenia kronis, ditemukan pelebaran lateral ventrikel,

atropi korteks bagian depan dan atropi otak kecil (cerebellum). Temuan

kelainan anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi (post-mortem).

2) Psikologis

Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon

dan kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat

mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan

kekerasan dalam rentang hidup klien.

3) Sosial Budaya

Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti:

kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan

kehidupan yang terisolasi disertai stres.

1.2.2. Faktor Prespitasi

Universitas Sumatera Utara

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Halusinasi 1repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24963/4/Chapter II.pdf · informasi yang diterima melalui panca indera (pendengaran, penglihatan,

Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah

adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna,

putus asa dan tidak berdaya. Penilaian individu terhadap stresor dan masalah

koping dapat mengindikasikan kemungkinan kekambuhan (Keliat, 2006).

Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah:

1) Biologis

Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur

proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak

yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus

yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.

2) Stres Lingkungan

Ambang toleransi terhadap stres yang berinteraksi terhadap stresor

lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.

3) Sumber Koping

Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stresor.

1.3. Rentang Respon Halusinasi

Halusinasi merupakan salah satu respon maladaptif individu yang berada

dalam rentang respon neurobiologist (Stuart & Laraia, 2001). Ini merupakan

respon persepsi paling maladaptif. Jika individu yang sehat persepsinya akurat,

mampu mengidentifikasi dan menginterprestasikan stimulus berdasarkan

informasi yang diterima melalui panca indera (pendengaran, penglihatan,

penghidu, pengecapan, dan perabaan), pasien dengan halusinasi mempersepsikan

suatu stimulus panca indera walaupun sebenarnya stimulus tersebut tidak ada.

Universitas Sumatera Utara

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Halusinasi 1repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24963/4/Chapter II.pdf · informasi yang diterima melalui panca indera (pendengaran, penglihatan,

Diantara kedua respon tersebut adalah respon individu yang karena sesuatu hal

mengalami kelainan persepsi yaitu salah mempersepsikan stimulus yang

diterimanya yang disebut sebagai ilusi. Pasien mengalami ilusi jika interpretasi

yang dilakukannya terhadap stimulus panca indera tidak akurat sesuai stimulus

yang diterima. Rentang respon halusinasi dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Adaptif Maladaptif

Pikiran logis Kadang pikiran terganggu Gangguan proses pikir/ delusi. Persepsi akurat Ilusi Halusinasi Emosi konsisten Emosi berlebihan atau kurang Tidak mampu mengalami Dengan pengalaman Emosi Perilaku sesuai Perilaku yang tidak biasa Perilaku tidak terorganisir Hubungan Positif Menarik Diri Isolasi sosial (Stuart dan Sundeen, 1998 dalam Purba 2009).

1.4. Tahapan, Karakteristik, dan Perilaku yang ditampilkan

TAHAP KARAKTERISTIK PERILAKU PASIEN Tahap I Memberi rasa nyaman tingkat ansietas sedang secara umum halusinasi merupakan suatu kesenangan.

a) Mengalami ansietas, kesepian, rasa bersalah dan ketakutan.

b) Mencoba berfokus pada pikiran yang dapat menghilangkan ansietas.

c) Pikiran dan pengalaman sensori masih ada dalam kontrol kesadaran (jika kecemasan dikontrol)

a) Tersenyum, tertawa sendiri b) Menggerakkan bibir tanpa

suara c) Pergerakan mata yang cepat d) Respon verbal yang lambat e) Diam dan berkonsentrasi.

Tahap II Menyalahkan, tingkat kecemasan berat secara umum halusinasi menyebabkan rasa antipati

a) Pengalaman sensori menakutkan

b) Mulai merasa kehilangan kontrol

c) Merasa dilecehkan oleh pengalaman sensori tersebut

d) Menarik diri dari orang lain e) Non Psikotik

a) Peningkatan SSO, tanda-tanda ansietas, peningkatan denyut jantung, pernafasan dan tekanan darah

b) Rentang perhatian menyempit c) Konsentrasi dengan

pengalaman sensori d) Kehilangan kemampuan

membedakan halusinasi dan realita.

Tahap III Mengontrol tingkat

a) Pasien menyerah dan menerima pengalaman

a) Perintah halusinasi ditaati b) Sulit berhubungan dengan

Universitas Sumatera Utara

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Halusinasi 1repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24963/4/Chapter II.pdf · informasi yang diterima melalui panca indera (pendengaran, penglihatan,

kecemasan berat pengalaman sensori tidak dapat ditolak lagi

sensorinya. b) Isi halusinasi menjadi

antraktif c) Kesepian bila sensori

berakhir d) Psikotik

orang lain c) Rentang perhatian hanya

beberapa detik/ menit d) Gejala sisa ansietas berat,

berkeringat, tremor, tidak mampu mengikuti perintah

Tahap IV

Menguasai tingkat kecemasan panik secara umum diatur dan dipengaruhi oleh waham

a) Pengalaman sensori menjadi ancaman

b) Halusinasi dapat berlangsung selama beberapa jam atau hari (jika tidak diintervensi)

c) Psikotik

a) Perilaku panik b) Potensial tinggi untuk bunuh

diri atau membunuh. c) Tindakan kekerasan, agitasi

menarik diri atau ketakutan d) Tidak mampu berespon

terhadap perintah yang kompleks

e) Tidak mampu berespon terhadap lebih dari satu orang.

(Purba, Wahyuni, Nasution, Daulay, 2009).

1.5. Penatalaksanaan Medis pada Halusinasi

Penatalaksanaan pasien skizofrenia adalah dengan pemberian obat-obatan

dan tindakan lain, yaitu :

1) Psikofarmakologis

Obat-obatan yang lazim digunakan pada gejala halusinasi pendengaran

yang merupakan gejala psikosis pada pasien skizofrenia adalah obat-

obatan anti-psikosis.

Universitas Sumatera Utara

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Halusinasi 1repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24963/4/Chapter II.pdf · informasi yang diterima melalui panca indera (pendengaran, penglihatan,

Adapun kelompok obat-obatan umum yang digunakan adalah :

KELAS KIMIA NAMA GENERIK (DAGANG) DOSIS HARIAN Fenotiazin Asetofenazin (Tidal)

Klopromazin (Thorazine) Flufenazine (Prolixine, Permiti) Mesoridazin (Serentil) Perfenazin (Trilafon) Proklorperazin (Compazine) Promazin (Sparine) Tiodazin (Mellaril) Trifluoperazin (Stelazine) Trifluopromazine (Vesprin)

60-120 mg 30-800 mg 1-40 mg 30-400 mg 12-64 mg 15-150 mg 40-1200 mg 150-800 mg 2-40 mg 60-150 mg

Tioksanten Kloprotiksen (Tarctan) Tiotiksen (Navane)

75-600 mg 8-30 mg

Butirofenon Haloperidol (Haldol) 1-100 mg Dibenzondiazepin Klozapin (Clorazil) 300-900 mg Dibenzokasazepin Loksapin (Loxitane) 20-150 mg Dihidroindolon Molindone (Moban) 15-225 mg

2) Terapi kejang listrik atau Elektro Compulcive Therapy (ECT)

3) Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) (Purba, Wahyuni, Nasution, Daulay,

2009).

2. Standar Asuhan Keperawatan Halusinasi

Tindakan Keperawatan pada pasien halusinasi dengan cara melakukan

asuhan keperawatan sesuai dengan standar asuhan keperawatan halusinasi.

Penerapan standar asuhan keperawatan halusinasi yang dilakukan oleh Carolina

(2008) dalam Wahyuni (2010) menunjukan bahwa dapat meningkatkan

kemampuan pasien dalam mengontrol halusinasi dan juga menurunkan tanda dan

gejala halusinasi. Standar asuhan keperawatan meliputi proses:

Universitas Sumatera Utara

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Halusinasi 1repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24963/4/Chapter II.pdf · informasi yang diterima melalui panca indera (pendengaran, penglihatan,

2.1 Pengkajian

a. Mengkaji Jenis Halusinasi

Ada beberapa jenis halusinasi pada pasien gangguan jiwa. Kira-kira 70%

halusinasi yang dialami oleh pasien gangguan jiwa adalah halusinasi

dengar atau suara, 20% halusinasi penglihatan, dan 10% halusinasi

penghidu, pengecap, perabaan, senestik dan kinestik. Mengkaji halusinasi

dapat dilakukan dengan mengevaluasi perilaku pasien dan menanyakan

secara verbal apa yang sedang dialami oleh pasien.

b. Mengkaji Isi Halusinasi

Ini dapat dikaji dengan menanyakan suara siapa yang didengar, berkata

apabila halusinasi yang dialami adalah halusinasi dengar. Atau apa bentuk

bayangan yang dilihat oleh pasien, bila jenis halusinasinya adalah

halusinasi penglihatan, bau apa yang tercium untuk halusinasi penghidu,

rasa apa yang dikecap untuk halusinasi pengecapan, atau merasakan apa

dipermukaan tubuh bila halusinasi perabaan.

c. Mengkaji Waktu, Frekuensi, dan Situasi Munculnya Halusinasi

Perawat juga perlu mengkaji waktu, frekuensi, dan situasi munculnya

halusinasi yang dialami oleh pasien. Hal ini dilakukan untuk menentukan

intervensi khusus pada waktu terjadinya halusinasi, menghindari situasi

yang menyebabkan munculnya halusinasi. Sehingga pasien tidak larut

dengan halusinasinya. Dengan mengetahui frekuensi terjadinya halusinasi

dapat direncanakan frekuensi tindakan untuk pencegahan terjadinya

halusinasi. Informasi ini penting untuk mengidentifikasi pencetus

Universitas Sumatera Utara

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Halusinasi 1repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24963/4/Chapter II.pdf · informasi yang diterima melalui panca indera (pendengaran, penglihatan,

halusinasi dan menentukan jika pasien perlu diperhatikan saat mengalami

halusinasi. Ini dapat dikaji dengan menanyakan kepada pasien kapan

pengalaman halusinasi muncul, berapa kali sehari, seminggu. Bila

mungkin pasien diminta menjelaskan kapan persisnya waktu terjadi

halusinasi tersebut.

d. Mengkaji Respon Terhadap Halusinasi

Untuk menentukan sejauh mana halusinasi telah mempengaruhi pasien

dapat dikaji dengan menanyakan apa yang dilakukan oleh pasien saat

mengalami pengalaman halusinasi. Apakah pasien masih dapat

mengontrol stimulus halusinasi atau sudah tidak berdaya lagi terhadap

halusinasi.

2.2 Tindakan Keperawatan pada Pasien Halusinasi

2.2.1 Tujuan tindakan untuk pasien meliputi :

a. Pasien mengenali halusinasi yang dialaminya.

b. Pasien dapat mengontrol halusinasinya

c. Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal.

2.2.2 Tindakan Keperawatan

a. Membantu Pasien Mengenali Halusinasi

Untuk membantu pasien mengenali halusinasi, perawat dapat

melakukannya cara berdiskusi dengan pasien tentang ini halusinasi

(apa yang didengar atau dilihat), waktu terjadinya halusinasi, frekuensi

terjadinya halusinasi, situasi yang menyebabkan halusinasi muncul dan

perasaan pasien saat halusinasi muncul.

Universitas Sumatera Utara

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Halusinasi 1repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24963/4/Chapter II.pdf · informasi yang diterima melalui panca indera (pendengaran, penglihatan,

b. Melatih Pasien Mengontrol Halusinasi.

Untuk membantu pasien agar mampu mengontrol halusinasi

perawat dapat melatih pasien empat cara yang sudah terbukti dapat

mengendalikan halusinasi. Keempat cara tersebut meliputi :

1) Melatih Pasien Menghardik Halusinasi

Menghardik halusinasi adalah upaya mengendalikan diri terhadap

halusinasi dengan cara menolak halusinasi yang muncul. Pasien

dilatih untuk mengatakan tidak terhadap halusinasi yang muncul atau

tidak memerdulikan halusinasinya. Kalau ini bisa dilakukan, pasien

akan mampu mengendalikan diri dan tidak mengikuti halusinasi

yang muncul. Mungkin halusinasi tetap ada namun dengan

kemampuan ini pasien tidak akan larut untuk menuruti apa yang ada

dalam halusinasinya. Tahapan tindakan meliputi :

a) Menjelaskan cara menghardik halusinasi

b) Memperagakan cara menghardik

c) Meminta pasien memperagakan ulang

d) Memantau penerapan cara ini, menguatkan perilaku

pasien.

2) Melatih Bercakap-cakap dengan Orang Lain

Untuk mengontrol halusinasi dapat juga dengan bercakap-cakap

dengan orang lain. Ketika pasien bercakap-cakap dengan orang lain

maka terjadi distraksi, fokus perhatian pasien akan beralih dari

halusinasi ke percakapan yang dilakukan dengan orang lain tersebut.

Universitas Sumatera Utara

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Halusinasi 1repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24963/4/Chapter II.pdf · informasi yang diterima melalui panca indera (pendengaran, penglihatan,

Sehingga salah satu cara yang efektif untuk mengontrol halusinasi

adalah dengan bercakap-cakap dengan orang lain.

3) Melatih Pasien Beraktivitas Secara Terjadwal

Untuk mengurangi resiko halusinasi muncul lagi adalah dengan

menyibukkan diri dengan aktivitas yang teratur. Dengan beraktivitas

secara terjadwal, pasien tidak akan mengalami banyak waktu luang

sendiri yang seringkali mencetuskan halusinasi. Untuk itu pasien

yang mengalami halusinasi bisa membantu untuk mengatasi

halusinasinya dengan cara beraktivitas secara teratur dari bangun

pagi sampai tidur malam, tujuh hari dalam seminggu. Tahapan

intervensi sebagai berikut :

a) Menjelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk

mengatasi halusinasi

b) Mendiskusikan aktivitas yang bisa dilakukan oleh pasien.

c) Melatih pasien melakukan aktivitas

d) Menyusun jadwal aktivitas sehari-hari sesuai dengan

aktivitas yang telah dilatih. Upayakan pasien mempunyai

aktivitas dari bangun pagi sampai tidur malam, tujuh hari

dalam seminggu.

e) Memantau pelaksanaan jadwal kegiatan, memberi

penguatan terhadap perilaku pasien yang positif.

Universitas Sumatera Utara

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Halusinasi 1repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24963/4/Chapter II.pdf · informasi yang diterima melalui panca indera (pendengaran, penglihatan,

4) Melatih Pasien Menggunakan Obat Secara Teratur

Untuk mampu mengontrol halusinasi pasien juga harus dilatih

untuk menggunakan obat secara teratur sesuai dengan program.

Pasien gangguan jiwa yang dirawat di rumah sakit seringkali

mengalami putus obat sehingga akibatnya pasien mengalami

kekambuhan.

Bila kekambuhan terjadi maka untuk mencapai kondisi seperti

semula akan lebih sulit. Untuk itu pasien perlu dilatih menggunakan

obat sesuai program dan berkelanjutan. Berikut ini tindakan

keperawatan agar pasien patuh menggunakan obat:

a) Jelaskan pentingnya penggunaan obat pada gangguan jiwa

b) Jelaskan akibat bila obat tidak digunakan sesuai program

c) Jelaskan akibat bila putus obat

d) Jelaskan cara mendapatkanm obat/ berobat

e) Jelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip 5B (benar

obat, benar pasien, benar cara, benar waktu, dan benar dosis).

2.3 Evaluasi

Evaluasi keberhasilan tindakan keperawatan yang sudah Perawat lakukan

untuk pasien halusinasi adalah sebagai berikut :

2.3.1 Pasien Mempercayai Perawatnya sebagai terapis, ditandai dengan:

a. Pasien mau menerima perawat sebagai perawatnya

Universitas Sumatera Utara

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Halusinasi 1repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24963/4/Chapter II.pdf · informasi yang diterima melalui panca indera (pendengaran, penglihatan,

b. Pasien mau menceritakan masalah yang dia hadapai kepada perawatnya,

bahkan hal-hal yang selama ini dianggap rahasia untuk orang lain.

c. Pasien mau bekerja sama dengan perawat, setiap program yang perawat

tawarkan ditaati oleh pasien.

2.3.2 Pasien menyadari bahwa yang dialaminya tidak ada obyeknya dan

merupakan masalah yang harus diatasi, ditandai dengan:

a Pasien mengungkapkan isi halusinasinya yang dialaminya.

b Pasien menjelaskan waktu, dan frekuensi halusinasi yang dialaminya.

c Pasien menjelaskan situasi yang mencetuskan halusinasi.

d Pasien menjelaskan perasaannya ketika mengalami halusinasi

e Pasien menjelaskan bahwa ia akan berusaha mengatasi halusinasi yang

dialaminya

2.3.3 Pasien dapat Mengontrol Halusinasi, ditandai dengan:

a. Pasien mampu memperagakan empat cara mengontrol halusinasi

b. Pasien menerapkan empat cara mengontrol halusinasi:

1) Menghardik halusinasi.

2) Berbicara dengan orang lain disekitarnya bila timbul halusinasi.

3) Menyusun jadwal kegiatan dari bangun tidur di pagi hari sampai

mau tidur pada malam hari selama tujuh hari dalam seminggu dan

melaksanakan jadwal tersebut secara mandiri.

4) Mematuhi program pengobatan.

2.3.4 Keluarga mampu merawat pasien dirumah, ditandai dengan:

Universitas Sumatera Utara

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Halusinasi 1repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24963/4/Chapter II.pdf · informasi yang diterima melalui panca indera (pendengaran, penglihatan,

a. Keluarga mampu menjelaskan masalah halusinasi yang dialami oleh

pasien.

b. Keluarga mampu menjelaskan cara merawat pasien dirumah.

c. Keluarga mampu memperagakan cara bersikap terhadap pasien.

d. Keluarga mampu menjelaskan fasilitas kesehatan yang dapat digunakan

untuk mengatasi masalah pasien.

e. Keluarga melaporkan keberhasilan merawat pasien (Purba, Wahyuni,

Nasution, Daulay, 2009).

Universitas Sumatera Utara