BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/44513/3/jiptummpp-gdl-putrisepti-51575-3-babii.pdf ·...

29
14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Ada dua hal yang akan dibahas dalam bab ini yaitu: A. Pengertian Karakter dan Ruang Lingkupnya 1. Pengertian Karakter a. Kata karakter secara etimologis seperti termuat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia karakter diartikan sebagai sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain. 14 Sedangkan pendapat Syarbini tentang karakter, bahwa karakter berasal dari bahasa Inggris, karakter (character) yang berarti a distinctive differentiating mark, tanda atau sifat yang membedakan seseorang dengan orang lain. 15 Dari dua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa karakter adalah suatu tanda atau sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang dapat membedakan seseorang dengan orang lain. b. Secara terminologis, karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak. 16 Sedangkan 14 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Gramedia, 2008), hal. 258. 15 Amirulloh Syarbini, Buku Pintar Pendidikan Karakter, (Jakarta:Prima Pustaka, 2012), hal. 13. 16 Aji Sofanudin, Internalisasi Nilai-Nilai Karakter Bangsa Melalui Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Pada Sma Eks-Rsbi di Tegal, Jurnal SMaRT Vol 01 Nomor 02 (Desember 2015), hal. 154

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/44513/3/jiptummpp-gdl-putrisepti-51575-3-babii.pdf ·...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/44513/3/jiptummpp-gdl-putrisepti-51575-3-babii.pdf · Pendidikan Agama Islam Pada Sma Eks-Rsbi di Tegal, Jurnal SMaRT Vol 01 Nomor 02 (Desember

14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Ada dua hal yang akan dibahas dalam bab ini yaitu:

A. Pengertian Karakter dan Ruang Lingkupnya

1. Pengertian Karakter

a. Kata karakter secara etimologis seperti termuat dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia karakter diartikan sebagai sifat-sifat kejiwaan, akhlak

atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain.14

Sedangkan pendapat Syarbini tentang karakter, bahwa karakter

berasal dari bahasa Inggris, karakter (character) yang berarti a

distinctive differentiating mark, tanda atau sifat yang membedakan

seseorang dengan orang lain.15 Dari dua pendapat tersebut dapat

disimpulkan bahwa karakter adalah suatu tanda atau sifat-sifat

kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang dapat membedakan seseorang

dengan orang lain.

b. Secara terminologis, karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau

kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai

kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan

untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak.16 Sedangkan

14 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:

Gramedia, 2008), hal. 258. 15 Amirulloh Syarbini, Buku Pintar Pendidikan Karakter, (Jakarta:Prima Pustaka, 2012), hal.

13. 16Aji Sofanudin, Internalisasi Nilai-Nilai Karakter Bangsa Melalui Mata Pelajaran

Pendidikan Agama Islam Pada Sma Eks-Rsbi di Tegal, Jurnal SMaRT Vol 01 Nomor 02

(Desember 2015), hal. 154

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/44513/3/jiptummpp-gdl-putrisepti-51575-3-babii.pdf · Pendidikan Agama Islam Pada Sma Eks-Rsbi di Tegal, Jurnal SMaRT Vol 01 Nomor 02 (Desember

15

menurut Simon Philips dalam Masnur, karakter adalah kumpulan tata

nilai yang menuju pada suatu sistem, yang melandasi suatu pemikiran,

sikap, dan perilaku yang ditampilkan.17

Dari dua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa karakter

merupakan watak, sikap, dan kepribadian pada diri seseorang dari hasil

internalisasi berbagai kebajikan yang diyakini dan digunakan sebagai

landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak. Oleh

karena itu, pengertian karakter mengandung unsur kebajikan yang

ditanamkan pendidik melalui internalisasi atau memasukkan materi dan

nilai yang mempunyai relevansi dalam membangun sistem berpikir dan

berperilaku siswa. Dengan kata lain, karakter diajarkan dengan

mengenalkan, memahamkan dan mengajak siswa untuk memaknai dan

mempraktekkannya sebagai sesuatu yang melekat dan menjadi tindakan

perenungan (reflective action) serta mengembangkannya menjadi pusat

keunggulan insani (center of human exellence).

2. Komponen Karakter yang Baik

Thomas Lickona, menekankan tiga komponen karakter yang baik, yaitu:

a. Moral knowing (pengetahuan moral)

Moral ini lebih difokuskan pada hal-hal yang berkaitan tentang

perihal benar dan salah, yang harus dikerjakan atau ditinggalkan oleh

seseorang. Komponen karakter ini terbagi menjadi beberapa unsur

yaitu:

17Masnur Muslich, Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional,

(Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hal. 70.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/44513/3/jiptummpp-gdl-putrisepti-51575-3-babii.pdf · Pendidikan Agama Islam Pada Sma Eks-Rsbi di Tegal, Jurnal SMaRT Vol 01 Nomor 02 (Desember

16

1) Moral awarness (kesadaran moral), yaitu menggunakan

kecerdasan untuk menilai situasi agar sesuai dengan nilai-nilai

moral.

2) Knowing moral value (mengetahui nilai moral), nilai-nilai moral

antara lain: menghormati, tanggung jawab hidup, kejujuran,

toleransi, dan kebebasan adalah sekian cara untuk menjadi orang

baik. Mengetahui nilai moral dapat pula diartikan memahami

bagaimana menerapkan nilai moral dalam berbagai situasi.

3) Perspektive taking (pengambilan perspektif) adalah kemampuan

untuk mengambil sudut pandang dari orang lain, melihat situasi

sebagaimana seseorang melihatnya, membayangkan bagaimana

seseorang mungkin berpikir, bereaksi, dan merasakan sesuatu.

4) Moral reasoning (penalaran moral) melibatkan pemahaman

tentang apa artinya menjadi bermoral dan mengapa harus

bermoral. Mengapa penting untuk menepati janji? Mengapa harus

melakukan yang terbaik? Mengapa harus berbagi dengan orang

lain?.

5) Decision making (pengambilan keputusan) mampu untuk

memikirkan salah satu jalan melewati masalah-masalah moral

adalah salah satu keterampilan yang mencerminkan kemampuan

pengambilan keputusan.

6) Self-knowledge (pengetahuan diri) mengetahui diri sendiri adalah

jenis pengetahuan moral yang paling sulit untuk di dapatkan,

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/44513/3/jiptummpp-gdl-putrisepti-51575-3-babii.pdf · Pendidikan Agama Islam Pada Sma Eks-Rsbi di Tegal, Jurnal SMaRT Vol 01 Nomor 02 (Desember

17

tanpa perlu untuk perkembangan karakter. Menjadi orang yang

bermoral memerlukan kemampuan untuk meninjau kembali

perilaku diri sendiri dan mengevaluasinnya secara kritis. 18

b. Moral feeling (perasaan moral)

Moral ini menunjukkan seberapa jauh seseorang peduli pada

sikap yang baik terhadap orang lain. Terdapat enam aspek dalam

moral ini untuk menjadi manusia yang berkarakter,meliputi:

1) Conscience (hati nurani) memiliki dua sisi, sisi kognitifnya adalah

tahu apa yang benar dan sisi perasaan emosionalnya adalah

berkewajiban untuk melakukan apa yang benar. Banyak orang

yang tahu apa yang benar tapi merasa sedikit kewajiban untuk

bertindak sesuai dengan kebenaran tersebut.

2) Self-esteem (harga diri), ketika seseorang memiliki ukuran yang

benar tentang harga diri, maka akan bisa menilai diri sendiri, dan

juga dapat memperlakukan orang lain dengan cara yang positif.

3) Empaty (empati) adalah mengenali dan memahami keadaan

orang lain. Empati memungkinkan seseorang untuk keluar dari

diri sendiri dan masuk ke dalam diri orang lain. Inilah sisi

emosional dari mengambil sudut pandang orang lain.

4) Loving the good (mencintai kebaikan), bentuk tertinggi sebuah

karakter adalah mengikutsertakan diri pada sesuatu yang baik.

18 Thomas Lickona, Educating for Character: How Our School Can Teach Respect

and Responsibility, (New York: Bantam Books, 1991),hal. 85-89

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/44513/3/jiptummpp-gdl-putrisepti-51575-3-babii.pdf · Pendidikan Agama Islam Pada Sma Eks-Rsbi di Tegal, Jurnal SMaRT Vol 01 Nomor 02 (Desember

18

Ketika seseorang mencintai hal yang baik, maka ia akan senang

melakukan hal yang baik.

5) Self-control (pengendalian diri), emosi dapat terjadi karena

berbagai alasan, itulah salah satu alasan mengapa pengendalian

diri merupakan kebajikan moral yang sangat diperlukan.

Pengendalian diri membantu seseorang menjadi beretika bahkan

ketika tidak menginginkannya.

6) Huminity (kerendahan hati) adalah kebajikan moral yang sering

diabaikan, padahal merupakan bagian penting dari karakter yang

baik. Kerendahan hati adalah sisi afektif dari pengetahuan

tentang diri sendiri. Kerendahan hati membuat seseorang bisa

terbuka terhadap keterbatasan diri sendiri dan ada kemauan untuk

bertindak mengoreksi kegagalan yang telah dilakukan.19

c. Moral action (perbuatan/tindakan moral)

Moral ini lebih difokuskan pada hasil (outcome) dua komponen

moral di atas. Apabila seseorang memiliki pengetahuan moral dan

perasaan moral yang tinggi maka yang bersangkutan akan melakukan

hal yang baik dan benar. Untuk itu ada tiga aspek yang harus

diperhatikan agar ia memiliki karakter yang baik, yaitu:

1) Competence (kompotensi), kompotensi moral dapat diartikan

memiliki kemampuan untuk mengubah penilaian dan perasaan

19 Ibid, hal 91-97

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/44513/3/jiptummpp-gdl-putrisepti-51575-3-babii.pdf · Pendidikan Agama Islam Pada Sma Eks-Rsbi di Tegal, Jurnal SMaRT Vol 01 Nomor 02 (Desember

19

moral ke tindakan moral yang efektif. Misalnya, memecahkan

suatu konflik dengan adil.

2) Will (keinginan), menentukan pilihan yang paling tepat dalam

situasi moral biasanya sulit untuk dilakukan. Menjadi baik

merupakan tindakan nyata dari sebuah keinginan, juga sebagai

penggerakan energi moral untuk melakukan apa yang harus

dilakukan. Keinginan dibutuhkan untuk menjaga emosi, untuk

melihat, dan berpikir melalui dimensi moral, untuk menempatkan

tugas sebelum kesenangan, untuk menahan godaan, serta untuk

mampu bertahan dari tekanan. Keinginan merupakan inti dari

keberanian moral.

3) Habit (kebiasaan), dalam berbagai situasi, perilaku bermoral

merupakan manfaat dari kebiasaan. Orang-orang yang memiliki

karakter baik akan melakukan hal yang benar dari kebiasaan yang

dimiliki. Oleh karena itu, dalam pengembangan karakter harus

diberikan kesempatan yang luas untuk mengembangkan

kebiasaan-kebiasaan yang baik, dan mempraktikan bagaimana

menjadi orang yang baik.20

Bertolak pada ketiga komponen karakter di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa dalam membentuk pribadi dengan karakter yang

baik, pengetahuan moral, perasaan moral dan tindakan moral secara

umum bekerja sama untuk saling mendukung satu sama lain. Akan

20 Ibid, hal 98-99

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/44513/3/jiptummpp-gdl-putrisepti-51575-3-babii.pdf · Pendidikan Agama Islam Pada Sma Eks-Rsbi di Tegal, Jurnal SMaRT Vol 01 Nomor 02 (Desember

20

tetapi, orang yang baik tidak terkecuali sering gagal dalam melakukan

perbuatan yang mempunyai nilai moral. Namun seiring pendidikan

karakter dalam mengembangkan karakter seseorang tentunya butuh

proses seumur hidup, kehidupan moral yang seseorang jalani akan

meningkat dalam mengintegrasikan pengetahuan, perasaan, dan pola

pelaksanaan perbuatan yang baik.

3. Nilai-nilai yang terkandung dalam karakter

Ada tiga pendapat yang menjelaskan tentang nilai-nilai terkandung dalam

karakter, yaitu:

a. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud)

menyebutkan bahwa nilai-nilai yang harus dicapai dalam pendidikan

karakter adalah 18 nilai karakter. Mulai tahun ajaran 2011, seluruh

tingkat pendidikan di Indonesia harus menyisipkan pendidikan

berkarakter tersebut dalam proses pendidikannya. 21 Adapun 18 nilai

karakter tersebut adalah:

1) Religius, yakni ketaatan dan kepatuhan dalam memahami dan

melaksanakan ajaran agama (aliran kepercayaan) yang dianut,

termasuk dalam hal ini adalah sikap toleran terhadap pelaksanaan

ibadah agama (aliran kepercayaan) lain, serta hidup rukun dan

berdampingan.

21 Suparlan, diakses pada tanggal 21 April 2017 dari

http://masdik.com/1480/artikel/pilar-pilar-nilai-pendidikan-karakter-menurut-puskur-

kemendikbud/.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/44513/3/jiptummpp-gdl-putrisepti-51575-3-babii.pdf · Pendidikan Agama Islam Pada Sma Eks-Rsbi di Tegal, Jurnal SMaRT Vol 01 Nomor 02 (Desember

21

2) Jujur, yakni sikap dan perilaku yang menceminkan kesatuan antara

pengetahuan, perkataan, dan perbuatan (mengetahui apa yang

benar, mengatakan yang benar, dan melakukan yang benar)

sehingga menjadikan orang yang bersangkutan sebagai pribadi

yang dapat dipercaya.

3) Toleransi, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan

penghargaan terhadap perbedaan agama, aliran kepercayaan, suku,

adat, bahasa, ras, etnis, pendapat, dan hal-hal lain yang berbeda

dengan dirinya secara sadar dan terbuka, serta dapat hidup tenang

di tengah perbedaan tersebut.

4) Disiplin, yakni kebiasaan dan tindakan yang konsisten terhadap

segala bentuk peraturan atau tata tertib yang berlaku.

5) Kerja keras, yakni perilaku yang menunjukkan upaya secara

sungguh-sungguh (berjuang hingga titik darah penghabisan) dalam

menyelesaikan berbagai tugas, permasalahan, pekerjaan, dan lain-

lain dengan sebaik-baiknya.

6) Keratif, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan inovasi

dalam berbagai segi dalam memecahkan masalah, sehingga selalu

menemukan cara-cara baru, bahkan hasil-hasil baru yang lebih baik

dari sebelumnya.

7) Mandiri, yakni sikap dan perilaku yang tidak tergantung pada orang

lain dalam menyelesaikan berbagai tugas maupun persoalan.

Namun hal ini bukan berarti tidak boleh bekerjasama secara

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/44513/3/jiptummpp-gdl-putrisepti-51575-3-babii.pdf · Pendidikan Agama Islam Pada Sma Eks-Rsbi di Tegal, Jurnal SMaRT Vol 01 Nomor 02 (Desember

22

kolaboratif, melainkan tidak boleh melemparkan tugas dan

tanggung jawab kepada orang lain.

8) Demokratis, yakni sikap dan cara berpikir yang mencerminkan

persamaan hak dan kewajiban secara adil dan merata antara dirinya

dengan orang lain.

9) Rasa ingin tahu, yakni cara berpikir, sikap, dan perilaku yang

mencerminkan penasaran dan keingintahuan terhadap segala hal

yang dilihat, didengar, dan dipelajari secara lebih mendalam.

10) Semangat kebangsaan atau nasionalisme, yakni sikap dan tindakan

yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas

kepentingan pribadi atau individu dan golongan.

11) Cinta tanah air, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan rasa

bangga, setia, peduli, dan penghargaan yang tinggi terhadap

bahasa, budaya, ekomoni, politik, dan sebagainya, sehingga tidak

mudah menerima tawaran bangsa lain yang dapat merugikan

bangsa sendiri.

12) Menghargai prestasi, yakni sikap terbuka terhadap prestasi orang

lain dan mengakui kekurangan diri sendiri tanpa mengurangi

semangat berprestasi yang lebih tinggi.

13) Komunikatif, senang bersahabat atau proaktif, yakni sikap dan

tindakan terbuka terhadap orang lain melalui komunikasi yang

santun sehingga tercipta kerja sama secara kolaboratif dengan baik.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/44513/3/jiptummpp-gdl-putrisepti-51575-3-babii.pdf · Pendidikan Agama Islam Pada Sma Eks-Rsbi di Tegal, Jurnal SMaRT Vol 01 Nomor 02 (Desember

23

14) Cinta damai, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan suasana

damai, aman, tenang, dan nyaman atas kehadiran dirinya dalam

komunitas atau masyarakat tertentu.

15) Gemar membaca, yakni kebiasaan dengan tanpa paksaan untuk

menyediakan waktu secara khusus guna membaca berbagai

informasi, baik buku, jurnal, majalah, koran, dan sebagainya,

sehingga menimbulkan kebijakan bagi dirinya.

16) Peduli lingkungan, yakni sikap dan tindakan yang selalu berupaya

menjaga dan melestarikan lingkungan sekitar.

17) Peduli sosial, yakni sikap dan perbuatan yang mencerminkan

kepedulian terhadap orang lain maupun masyarakat yang

membutuhkannya.

18) Tanggung jawab, yakni sikap dan perilaku seseorang dalam

melaksanakan tugas dan kewajibannya, baik yang berkaitan dengan

diri sendiri, sosial, masyarakat, bangsa, negara, maupun agama. 22

b. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) tengah

merumuskan konsep baru mengenai sekolah pendidikan karakter.

Setidaknya, ada lima karakter utama yang ingin ditanamkan pada

pelajar, khususnya jenjang SD dan SMP, yakni nasionalisme,

integritas, kemandirian, gotong royong dan religius. 23

22 Nganuim Naim, Character Building: Optimalisasi Peran Pendidikan dalam

Pengembangan Ilmu & Pembentukan Karakter Bangsa, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012) hal,

123 23 Arie Budiman, sebagai Staf Ahi Mendikbud Bidang Pendidikan Karakter kepada

Republika, selasa 20 September 2016 dari republika.co.id

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/44513/3/jiptummpp-gdl-putrisepti-51575-3-babii.pdf · Pendidikan Agama Islam Pada Sma Eks-Rsbi di Tegal, Jurnal SMaRT Vol 01 Nomor 02 (Desember

24

c. Pemikiran R Slamet iman santoso menjelaskan bahwa pembangunan

karakter nyata merupakan inti pendidikan agar siswa mampu

menghadapi berbagai tantangan. Adapun tugas pendidikan dalam

membangun karakter ialah mengasah keterampilan, kepandaian,

kejujuran, membina disiplin, membuat anak mengenal batas

kemampuannya dan membangun kehormatan diri. 24

Berdasarkan ketiga pendapat yang telah dipaparkan tersebut, maka

dapat disimpulkan bahwa untuk membangun karakter baik dalam diri

siswa, perlu dibangun kecerdasan diri yang meliputi kecerdasan

intelektual, emosional dan spiritual. Kecerdasan intelektual dalam diri

siswa akan membentuk karakter siswa menjadi anak yang cerdas, kreatif,

memiliki rasa ingin tahu yang tinggi terhadap ilmu pengetahuan,

komunikatif dan memiliki integritas tinggi. Sementara itu, kecerdasan

emosional akan membentuk karakter anak yang jujur, sikap menghargai

sesama, disiplin, dan mandiri. Sedangkan kecerdasan spiritual mampu

membentuk anak menjadi pribadi yang religius dan cenderung

menghindari perilaku menyimpang. Disatu sisi, dengan adanya dukungan

dari lingkungan sekolah dan sosialisasi terhadap nilai-nilai nasionalisme

akan mendorong terciptanya rasa cinta tanah air dan jiwa kepemimpian

dalam diri siswa.

24 Utamakan Pembinaan Watak dalam Kompa,s selasa 7 maret 2006. hal 12 kolom 1-2

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/44513/3/jiptummpp-gdl-putrisepti-51575-3-babii.pdf · Pendidikan Agama Islam Pada Sma Eks-Rsbi di Tegal, Jurnal SMaRT Vol 01 Nomor 02 (Desember

25

4. Tujuan Pembentukan Karakter

Socrates berpendapat bahwa tujuan mendasar dari pendidikan adalah

untuk membuat seseorang menjadi good and smart. Dalam sejarah Islam,

Rasulullah Muhammad Saw, Sang Nabi terakhir dalam ajaran Islam, juga

menegaskan bahwa misi utamanya dalam mendidik manusia adalah untuk

mengupayakan pembentukan karakter yang baik (good character). 25

Dalam hal ini, pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan

mutu proses dan hasil pendidikan yang mengarah pada pembentukan

karakter dan akhlak mulia siswa meliputi utuh, terpadu, dan seimbang

sesuai dengan standar kompetensi lulusan pada setiap satuan

pendidikan.26 Untuk lebih jelasnya akan diuraikan sebagai berikut:

a. Utuh, yakni sempurna sebagaimana tujuan yang telah ditentukan dan

tidak ada perubahan di dalamnya.

b. Terpadu, yakni sesuai dengan perkembangan siswa.

c. Seimbang, yakni hasilnya sesuai dengan apa yang dilakukan.

B. Pembentukan Karakter Disiplin

1. Pengertian Disiplin

a. Secara etimologis disiplin berasal dari bahasa Latin “disibel” yang

berarti Pengikut. Seiring dengan perkembangan zaman, kata tersebut

mengalami perubahan menjadi “disipline” yang artinya kepatuhan

25 Ahmad Tafsir, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, (Bandung: Pemaja Rosdakarya,

2013). hal 17 26 Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter, (Jakarta: Bumi AKSARA, 2012) hal. 9

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/44513/3/jiptummpp-gdl-putrisepti-51575-3-babii.pdf · Pendidikan Agama Islam Pada Sma Eks-Rsbi di Tegal, Jurnal SMaRT Vol 01 Nomor 02 (Desember

26

atau yang menyangkut tata tertib.27 Sedangkan dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia disiplin adalah tata tertib di sekolah, kemiliteran,

dan lain sebagainya (ketaatan/kepatuhan terhadap tata tertib di

sekolah).28 Dari dua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa

disiplin adalah kepatuhan kepada tata tertib yang telah ditentukan oleh

pihak tertentu.

b. Secara terminologis, Mulyasa mengemukakan bahwa disiplin adalah

suatu keadaan tata tertib dimana orang-orang yang tergabung dalam

suatu sistem tunduk pada peraturan-peraturan yang ada dengan senang

hati.29 Sedangkan pendapat lain mengatakan bahwa disiplin

merupakan latihan batin dan watak dengan tujuan agar segala

perbuatan selalu menaati tata tertib.30

Bedasarkan kedua pendapat tersebut, dapat diambil kesimpulan

bahwa disiplin adalah kepatuhan untuk menghormati dan melaksanakan

suatu sistem yang mengharuskan orang tunduk kepada keputusan, perintah

dan peraturan yang berlaku. Dengan kata lain, disiplin adalah sikap

mentaati peraturan dan ketentuan yang telah ditetapkan tanpa pamrih.

Bertolak dari pengertian disiplin, bila dikaitkan dengan ajaran agama

Islam, maka terdapat beberapa ayat al-Qur’an dan hadist yang

27Pengertian disiplin Secara Bahasa, diakses pada tanggal 14 April 2017 dari

https://id.wikipedia.org/wiki/Disiplin 28 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Gramedia, 2003), hal. 268 29 Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi (Konsep Karakteristik dan implementasi), hal.

108 30Raudhatul Jannah, Sarbaini dan Mariatul Kiptiah, Peranan Guru Dalam Menerapkan

Karakter Disiplin Siswa Di Sma Negeri 11 Banjarmasin, Jurnal Pendidikan, Edisi Ke-2, No. 4,

(Nopember 2012), hal. 3

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/44513/3/jiptummpp-gdl-putrisepti-51575-3-babii.pdf · Pendidikan Agama Islam Pada Sma Eks-Rsbi di Tegal, Jurnal SMaRT Vol 01 Nomor 02 (Desember

27

memerintahkan disiplin dalam arti ketaatan pada peraturan yang telah

ditetapkan, salah satunya ada dalam surat an-Nisa ayat 59:

ي ها ٱلذين ءامنوا أطيعو ر منا ٱلرسول وأو ٱلل وأطيعو ا يأ م ء ف ردوه ل ٱل زع تم ف شى كم فإن ت نأمنون بٱلل م ٱل إل ٱلل وٱلرسول إن كنتم ت ؤ لك خي وٱل ي و ا خر ذأ وي ن ر وأ

“ Hai orang-orang beriman, taatlah kamu kepada Allah dan taatlah kepada

rasul-Nya dan kepada Ulil Amri dari (kalangan) kamu. Kemudian jika

kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada

Allah (Al Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman

kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu)

dan lebih baik akibatnya.” 31

Dari ayat di atas terungkap pesan untuk patuh dan taat kepada para

pemimpin, dan jika terjadi perselisihan di antara mereka, maka urusannya

harus dikembalikan kepada aturan Allah SWT dan Rasul-Nya. Namun,

tingkat kepatuhan manusia kepada pemimpinnya tidak bersifat mutlak.

Jika perintah yang diberikan pemimpin bertentangan dengan aturan atau

perintah Allah dan Rasul-Nya, maka perintah tersebut harus tegas ditolak

dan diselesaikan dengan musyawarah. Namun jika aturan dan perintah

pemimpin tidak bertentangan dengan Syariat Allah dan Rasul-Nya, maka

Allah menyatakan ketidak-sukaannya terhadap orang-orang yang melewati

batas.32

Di samping mengandung arti taat dan patuh pada peraturan, disiplin

juga mengandung arti kepatuhan kepada perintah pemimpin, perhatian dan

kontrol yang kuat terhadap penggunaan waktu, tanggungjawab atas tugas

31 QS. An- Nisa (5): 59 32Tafsir surat An-Nisa: 59 diakses tanggal 18 April 2017 dari

http://www.ibnukatsironline.com/2015/05/tafsir-surat-nisa-ayat-59.html

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/44513/3/jiptummpp-gdl-putrisepti-51575-3-babii.pdf · Pendidikan Agama Islam Pada Sma Eks-Rsbi di Tegal, Jurnal SMaRT Vol 01 Nomor 02 (Desember

28

yang diamanahkan, serta kesungguhan terhadap bidang keahlian yang

ditekuni.

Dengan demikian Islam mengajarkan kepada semua agar benar-

benar memperhatikan dan mengaplikasikan nilai-nilai kedisplinan dalam

kehidupan sehari-hari untuk membangun kualitas kehidupan masyarakat

yang lebih baik. Disiplin merupakan hal yang amat penting, disiplin yang

berarti taat itu menunjukkan bahwa sebagai umat muslim harus hidup

selaras dengan norma-norma dan nilai-nilai yang telah ditentukan.

2. Unsur-unsur Disiplin

Elizabeth B. Hurlock mengemukakan unsur-unsur disiplin yang

diharapkan mampu mendidik siswa untuk berperilaku sesuai dengan

standar yang ditetapkan kelompok sosial mereka. Ia harus mempunyai

empat unsur pokok, yaitu:

a. Peraturan

Peraturan adalah pola yang ditetapkan untuk tingkah laku.33 Pola

tersebut bisa ditetapkan oleh orang tua, guru atau teman bermain.

Tujuannya adalah membekali anak dengan pedoman perilaku yang

disetujui dalam situasi-situasi tertentu.

Peraturan mempunyai dua fungsi yang sangat penting dalam

membantu anak menjadi makhluk yang bermoral dan disiplin, yaitu:

(1) Peraturan mempunyai nilai pendidikan, sebab peraturan

memperkenalkan pada mereka untuk berperilaku yang disetujui

33 Elizabeth B Hurlock., Perkembangan Anak, (Erlangga: Jakarta, 1970), hal. 190

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/44513/3/jiptummpp-gdl-putrisepti-51575-3-babii.pdf · Pendidikan Agama Islam Pada Sma Eks-Rsbi di Tegal, Jurnal SMaRT Vol 01 Nomor 02 (Desember

29

anggota kelompok tersebut. (2) Peraturan membantu mengekang

perilaku yang tidak diinginkan.34

b. Hukuman

Hukuman, yaitu sebagai upaya menyadarkan, mengoreksi, dan

meluruskan kesalahan sehingga orang kembali pada perilaku yang

sesuai dengan harapan.35 Hukuman mempunyai peran kepada siswa,

yaitu: menghalangi pengulangan tindakan yang tidak diinginkan oleh

masyarakat, mendidik anak membedakan mana yang benar dan mana

yang salah, serta memberi motivasi untuk menghindari perilaku yang

tidak diterima oleh masyarakat.36 Prinsip pokok dalam

mengaplikasikan pemberian hukuman yaitu bahwa hukuman adalah

jalan yang terakhir dan harus dilakukan secara terbatas, mendidik dan

tidak menyakiti siswa yang bertujuan untuk memberikan efek jera

agar siswa tidak mengulangi kesalahan kembali.37

c. Penghargaan

Penghargaan berarti tiap bentuk pemberian untuk suatu hasil yang

baik.38Penghargaan mempunyai nilai mendidik, sebagai motivasi

kepada siswa agar selalu melakukan tindakan yang baik dan benar

serta memperkuat perilaku yang disetujui secara sosial.

34 Ibid, hal 190 35 Emi Ramdani Emi Ramdani, Sri Erlinda Sri Erlinda, Gimin Gimin, Pengaruh Pelaksanaan

Tata Tertib Sistem Poin Terhadap Karakter Disiplin Siswa Smpn 1 Bantan Kabupaten Bengkali,

jurnal Pendidikan, Vol. 3 No. 1 (September, 2016) hal 3 36 Elizabeth B Hurlock., Perkembangan Anak, hal. 190 37 Arief Armai, Pengatar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat Press,

2002), hal.131 38 Elizabeth B Hurlock., Perkembangan Anak, hal. 191

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/44513/3/jiptummpp-gdl-putrisepti-51575-3-babii.pdf · Pendidikan Agama Islam Pada Sma Eks-Rsbi di Tegal, Jurnal SMaRT Vol 01 Nomor 02 (Desember

30

d. Konsistensi

Konsistensi berarti tingkat keseragaman atau stabilitas dalam

menjalankan suatu pekerjaan. Harus ada konsistensi dalam peraturan

yang digunakan sebagai pedoman perilaku, konsistensi dalam cara

peraturan ini diajarkan dan dipaksakan, dalam hukuman yang

diberikan pada mereka yang tidak menyesuaikan pada standar dan

dalam penghargaan bagi mereka yang menyesuaikan. Konsistensi

harus menjadi ciri semua aspek disiplin, harus ada konsistensi dalam

peraturan yang digunakan sebagai pedoman perilaku. Konsistensi

mempunyai tiga fungsi, yaitu:

1) Mempunyai nilai mendidik yang besar, bila peraturannya

konsisten. Ia memacu dalam proses pendisiplinan ini disebabkan

karena nilai pendorongnya.

2) Konsistensi mempunyai nilai motivasi yang kuat.

3) Konsistensi mempertinggi penghargaan terhadap peraturan dan

orang yang berkuasa.39

3. Macam-Macam Disiplin

Disiplin dapat dilihat dari berbagai sudut, seperti:

a. Disiplin dalam Menggunakan Waktu

Disiplin menggunakan waktu sangat diperlukan untuk siswa,

karena waktu amat berharga dan manusia hidup di dunia ini hanya

sementara. Salah satu kunci kesuksesan adalah jika seseorang dapat

39 Ibid, hal. 191

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/44513/3/jiptummpp-gdl-putrisepti-51575-3-babii.pdf · Pendidikan Agama Islam Pada Sma Eks-Rsbi di Tegal, Jurnal SMaRT Vol 01 Nomor 02 (Desember

31

menggunakan dan membagi waktu dengan baik. Disiplin dalam

penggunaan waktu perlu diperhatikan dengan seksama. Waktu yang

sudah berlalu tak mungkin dapat kembali lagi.

Tak dapat dipungkiri bahwa orang-orang yang berhasil

mencapai sukses dalam hidupnya adalah orang-orang yang hidup

teratur dan berdisiplin dalam memanfaatkan waktunya. Disiplin tidak

akan datang dengan sendirinya, akan tetapi melalui latihan yang ketat

dalam kehidupan pribadinya.40

Ketika seseorang hanya menggunakan waktunya untuk hal yang

tidak bermanfaat akan mengakibatkan kehidupan yang tidak baik

untuk masa depan, contohnya bertambahnya pengangguran, mudah

terpengaruh dengan hal yang tidak baik, dan sebagainya.

c. Disiplin dalam Beribadah

Menurut bahasa, ibadah berarti tunduk atau merendahkan diri.

Pengertian yang lebih luas dalam ajaran Islam, ibadah berarti tunduk

dan merendahkan diri hanya kepada Allah yang disertai dengan

perasaan cinta kepada-Nya baik berupa pikiran, perkataan maupun

perbuatan.41 Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa disiplin

dalam dalam beribadah itu mengandung dua hal: (1) berpegang teguh

apa yang diajarkan Allah dan Rasul-Nya, baik berupa perintah atau

larangan, maupun ajaran yang bersifat menghalalkan, menganjurkan,

sunnah, makruh dan subhat; (2) sikap berpegang teguh yang

40 Sindu Mulianto dkk., Panduan Lengkap Supervisi Diperkaya Perspektif Syarian (Jakarta:

alex Media Komputindo, 2006), hal. 171. 41 Hasbi Ash-Shiddieqy, Falsafah Hukum Islam, (Jakarta : Bulan Bintang, 1990), hal. 415

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/44513/3/jiptummpp-gdl-putrisepti-51575-3-babii.pdf · Pendidikan Agama Islam Pada Sma Eks-Rsbi di Tegal, Jurnal SMaRT Vol 01 Nomor 02 (Desember

32

berdasarkan cinta kepada Allah, bukan karena rasa takut atau

terpaksa.42 Maksud cinta kepada Allah adalah senantiasa taat kepada-

Nya. Sebagaimana Allah berfirman dalam Surat Ali Imran ayat 31:

وي غ فر لك فاتبعون ي بب كم الل تم تبون الل يم م قل إن كن فو ذوبكم والل

“Katakanlah, Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku,

niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Allah

Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”43

Ayat di atas menjelaskan bahwa seseorang akan memperoleh

balasan yang lebih dari pada apa yang dianjurkan kepadanya agar dia

mencintai-Nya, yaitu Dia mencintai kalian. Kecintaan Allah pada

seorang hamba akan lebih besar dari pada yang pertama, yaitu

kecintaan seorang hamba kepada-Nya. Seperti yang dikatakan oleh

ulama bijak, bahwa yang jadi permasalahannya bukanlah bertujuan

agar engkau mencintai melainkan yang sebenarnya adalah supaya

engkau dicintai.44

Untuk mendapatkan kecintaan-Nya, seorang hamba tentunya

harus menjalankan segala perintah-Nya, contohnya adalah sholat,

puasa, zakat, menghafal ayat-ayat Allah dan lain sebagainya.

Kemudian menjauhi segala larangan-Nya, yaitu meninggalkan sholat,

melakukan maksiat dan lain sebagainya. Sebaliknya jika seseorang

42 Ibid, hal 416 43QS. Al-Imran. Diakses pada tanggal 22 Februari 2017 dari http://tafsirq.com/3-ali-

imran/ayat-31 44 QS. Al-Imran ayat 31, Qur’an Tafsir Ibnu Katsir, dari aplikasi mobile

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/44513/3/jiptummpp-gdl-putrisepti-51575-3-babii.pdf · Pendidikan Agama Islam Pada Sma Eks-Rsbi di Tegal, Jurnal SMaRT Vol 01 Nomor 02 (Desember

33

meninggalkan apa yang diperintahkan oleh Allah dan menjalankan

larangan-Nya, maka Allah akan murka.

d. Disiplin Moral

Disiplin moral memiliki tujuan jangka panjang untuk membantu

anak-anak dan remaja berperilaku secara tanggungjawab dalam setiap

situasi, bukan hanya ketika orang dewasa yang mengawasi. Disiplin

moral berusaha membangun sikap hormat siswa pada peraturan, hak-

hak orang lain, tanggungjawab siswa atas perilaku mereka sendiri dan

terhadap komunitas moral kelas.45 Sebaliknya, tidak memiliki disiplin

moral maka seseorang tidak mempunyai rasa hormat pada peraturan,

hak-hak orang lain, berbuat pada hal yang mengarah kepada

keburukan dan lain sebagainya.

Disiplin moral diajarkan di sekolah melalui peraturan yang sudah

ditentukan oleh sekolah tersebut, misalnya datang tepat waktu

ke sekolah pada pukul 07.00 WIB, memakai seragam yang rapi, tidak

mencoret-coret dinding sekolah dan lain sebagainya.

e. Disiplin dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara

Negara adalah alat untuk memperjuangkan keinginan bersama

berdasarkan kesepakatan yang dibuat oleh para anggota atau warga

negara tersebut. Tanpa adanya masyarakat yang menjadi warganya,

negara tidak akan terwujud. Oleh karena itu masyarakat merupakan

prasyarat untuk berdirinya suatu Negara. Tujuan dibentuknya suatu

45 Thomas Lickona, Pendidikan Karakter Panduan Lengkap Mendidik Siswa Menjadi Pintar

dan Baik, (Bandung: Nusa Media, 2014), hal. 149

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/44513/3/jiptummpp-gdl-putrisepti-51575-3-babii.pdf · Pendidikan Agama Islam Pada Sma Eks-Rsbi di Tegal, Jurnal SMaRT Vol 01 Nomor 02 (Desember

34

negara adalah seluruh keinginan dan cita-cita yang diidamkan oleh

warga masyarakat dapat diwujudkan dan dapat dilaksanakan.

Rasulullah bersabda:

هما، عن النب صلى هللا علي ه و سل دي ث عب د هللا ب ن عمر ضي هللا عن م قال ع و ال م ب و كره، مال ي ؤ مر بع صي ال لم في ما أ ة، فإذا أمر طاعة على ال مر ء ال م

ي( ع و ل طاعة )أخرجه البخا س بع صية ف

Artinya:”Seorang muslim wajib mendengar dan taat, baik dalam hal

yang disukainya maupun hal yang dibencinya, kecuali bila ia

diperintah untuk mengerjakan maksiat. Apabila ia diperintah

mengerjakan maksiat, maka tidak wajib untuk mendengar dan taat”.

(H.R. Bukhori Muslim)46

Dari hadits di atas dapat saya analisa bahwa sebagai warga

negara seseorang wajib menaati pemimpinnya, sebagaimana

dijelaskan dalam hadis diatas, hal ini diwajibkan karna taat kepada

pemimpin merupakan cerminan dari ketaatan seseorang kepada Nabi

Muhammad SAW dan kepada Allah SWT.

Pada hadits diatas memberikan penegasan kepada semua orang

bahwa ketaatan kepada pemimpin tidak dibatasi rasa suka atau tidak

suka, ringan atau berat, sulit atau mudah perintah pemimpin tersebut,

namun wajib taat dalam situasi apapun. Meski demikian, ketaatan

seseorang terhadap pemimpin bukanlah taat secara membabi buta,

namun harus tetap berpegang teguh terhadap syariat Allah dan

kebaikan, atinya ketaatan seseorang hanya diperuntukkan bagi

pemimpin yang menjalankan syariat Allah dan kemaslahatan ummat,

46 Achmad Sunarto, hadist Al Jami’ush Shalih, (Jakarta : Annur Press, 2005), hal 140

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/44513/3/jiptummpp-gdl-putrisepti-51575-3-babii.pdf · Pendidikan Agama Islam Pada Sma Eks-Rsbi di Tegal, Jurnal SMaRT Vol 01 Nomor 02 (Desember

35

apabila pemimpin tersebut memerintahkan dalam hal maksiat maka

diwajibkan untuk tidak taat.

Dari hadits di atas juga dapat digambarkan dalam sekolah bahwa

kewajiban seorang siswa untuk patuh dan taat kepada kepala sekolah

sebagai pemimpin di sekolah dan guru yang memimpin pembelajaran

dalam kelas. Dan juga siswa harus taat pada peraturan yang telah

dibuat oleh pihak sekolah. Dari sini merupakan contoh kecil untuk

belajar berdisiplin kepada bangsa dan negara.

f. Disiplin Pribadi

Disiplin pribadi adalah sifat dan kebiasaan yang langsung

melekat pada diri seseorang. Dari sifat dan kebiasaan itulah akan

timbul sifat dan kemauan di dalam tingkah laku untuk mematuhi dan

taat pada suatu aturan secara sadar, bebas dari perdebatan-perdebatan

dan perselisihan dalam bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara.47Apabila dianalisa maka disiplin mengandung beberapa

unsur yaitu adanya sesuatu yang harus ditaati atau ditinggalkan dan

adanya proses sikap seseorang terhadap hal tersebut.

Disiplin pribadi merupakan kunci bagi kedisiplinan pada

lingkungan yang lebih luas lagi. Contoh disiplin pribadi yaitu tidak

pernah meninggalkan ibadah kepada Allah Yang Maha Kuasa. Jika

seseorang terbiasa berdisiplin pada dirinya sendiri maka dia dapat

mengendalikan dirinya dan tidak mudah terpengaruh oleh hal-hal

47 Silvia Manuhutu , Analisis Penggunaan Poin Pelanggaran Kedisiplinan Siswasma Negeri

2 Ambon, Jurnal Pendidikan “Jendela Pengetahuan, vol 8 cet ke-18, ( Oktober 2015), hal. 72

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/44513/3/jiptummpp-gdl-putrisepti-51575-3-babii.pdf · Pendidikan Agama Islam Pada Sma Eks-Rsbi di Tegal, Jurnal SMaRT Vol 01 Nomor 02 (Desember

36

buruk yang melanggar norma-norma, sebaliknya jika seseorang tidak

memiliki disiplin pada dirinya dia akan terpengaruh oleh hal buruk

dan selalu melanggar norma-norma yang telah ditentukan.

4. Strategi, Manfaat dan Pentingnya Pembentukan Karakter Disiplin

Ada tiga hal yang akan diuraikan pada bagian ini yaitu:

a. Strategi Mendisiplinkan Siswa

Sekolah merupakan salah satu tempat di mana guru berinteraksi

langsung dengan para siswa. Danim memaparkan bahwa di dalam

sekolah guru menghadapi berbagai perilaku siswa seperti siswa yang

bandel atau nakal. 48 Menghadapi persoalan tersebut, diperlukan

pendekatan yang sesuai dengan perilaku siswa yang beragam.

Reisman dan Payne setidaknya menjelaskan sembilan strategi yang

dapat digunakan untuk siswa, diantaranya adalah sebagai berikut:

1) Konsep diri (self-concept), strategi ini menekankan bahwa

konsep-konsep diri masing-masing individu merupakan faktor

penting dari setiap perilaku. Untuk menumbuhkan konsep diri,

guru harus bersikap empatik, menerima, hangat, dan terbuka,

sehingga siswa dapat mengeksplorasikan pikiran dan perasaannya

dalam memecahkan masalah.

2) Keterampilan berkomunikasi (communication skills), guru harus

memiliki keterampilan berkomunikasi yang efektif agar mampu

48 Sudarwan Danim, Administrasi Sekolah Manajemen Kelas: Strategi Membangun Disiplin

Kelas dan Suasana Edukatif di Sekolah, (Bandung: Pustaka Setia, 2010) hal 166

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/44513/3/jiptummpp-gdl-putrisepti-51575-3-babii.pdf · Pendidikan Agama Islam Pada Sma Eks-Rsbi di Tegal, Jurnal SMaRT Vol 01 Nomor 02 (Desember

37

menerima semua perasaan, dan mendorong timbulnya kepatuhan

siswa.

3) Konsekuensi-konsekuensi logis dan alami (natural and logical

consequences), perilaku yang salah terjadi akibat rasa percaya diri

yang keliru. Oleh karena itu guru harus menunjukkan perilaku

benar dan salah melalui contoh dari akibar logis dan alami dari

perilaku yang tidak tepat.

4) Klarifikasi nilai (value clarification), strategi ini dilakukan untuk

membantu siswa dalam menjawab pertanyaannya sendiri tentang

nilai-nilai dan membentuk sistem nilai terhadap diri sendiri.

5) Analisis transaksional (transactional analysis), guru harus

menjadi orang dewasa sehingga mampu menjadi tumpuan ketika

siswa berhadapan dengan permasalahan.

6) Terapy realistis (reality therapy), sekolah harus berupaya

mengurangi kegagalan pendisiplinan siswa dengan meningkatkan

keterlibatan guru terhadap berbagai aktifitas siswa. Dalam hal ini

guru harus bersikap positif dan bertanggung jawab.

7) Disiplin yang terintegrasi (asertive discipline), metode ini

menekankan pengendalian penuh oleh guru untuk

mengembangkan dan mempertahankan peraturan. Prinsip-prinsip

modifikasi perilaku yang sistematik diimplementasikan di kelas,

termasuk pemanfaatan papan tulis untuk menuliskan nama siswa

yang berperilaku menyimpang.

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/44513/3/jiptummpp-gdl-putrisepti-51575-3-babii.pdf · Pendidikan Agama Islam Pada Sma Eks-Rsbi di Tegal, Jurnal SMaRT Vol 01 Nomor 02 (Desember

38

8) Modifikasi perilaku (behavior modification), Perilaku baik dari

siswa dapat diciptakan melalui lingkungan yang kondusif.

Sehingga guru berkewajiban menciptakan kondisi lingkungan

yang kondusif tersebut.

9) Tantangan bagi disiplin (dare to discipline), guru harus cekatan,

tegas dan terstruktur dalam mengendalikan siswa. Pendekatan ini

mengasumsikan bahwa siswa akan menghadapi berbagai

keterbatasan pada hari-hari pertama di sekolah, dan guru perlu

membiarkan mereka untuk mengetahui siapa yang berada dalam

posisi sebagai pemimpin. 49

Sementara itu Mulyasa berasumsi bahwa membina

kedisiplinan siswa harus mempertimbangkan berbagai situasi yang

dihadapi siswa untuk memahami faktor yang mempengaruhi

perilakunya. Maka dari itu, Mulyasa memaparkan sembilan strategi

yang bisa dilakukan guru untuk mendisiplinkan siswa, diantaranya:

1) Memulai seluruh kegiatan dengan disiplin waktu, dan patuh/taat

aturan.

2) Mempelajari pengalaman siswa di sekolah melalui kartu catatan

kumulatif.

3) Mempelajari nama-nama siswa secara langsung, misalnya mulai

daftar hadir di kelas.

49 Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter, (Jakarta: Bumi AKSARA, 2012) hal.27-28

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/44513/3/jiptummpp-gdl-putrisepti-51575-3-babii.pdf · Pendidikan Agama Islam Pada Sma Eks-Rsbi di Tegal, Jurnal SMaRT Vol 01 Nomor 02 (Desember

39

4) Mempertimbangkan lingkungan pembelajaran dan lingkungan

siswa.

5) Memberikan tugas yang jelas, dapat dipahami, dan sederhana.

6) Menyiapkan kegiatan sehari-hari agar apa yang dilakukan dalam

pembelajaran sesuai dengan yang direncanakan, tidak terjadi

banyak penyimpangan.

7) Bergairah dan semangat dalam melakukan pembelajaran, agar

dijadikan teladan oleh siswa

8) Berbuat sesuatu yang berbeda dan bervariasi, jangan monoton,

sehingga membantu disiplin dan gairah belajar siswa.

9) Menyesuaikan argumentasi dengan kemampuan siswa, jangan

memaksa siswa sesuai keinginan guru.

10) Membuat peraturan yang jelas dan tegas agar bisa dilaksanakan

dengan sebaik-baiknya oleh siswa dan lingkungannya. 50

Berdasarkan kedua pendapat tersebut, maka dapat diambil

kesimpulan bahwa strategi mendisiplinkan siswa dapat dilakukan

oleh guru melalui beberapa hal diantaranya, (1) Guru memberikan

empati terhadap siswa demi terciptanya komunikasi dua arah yang

baik sehingga tercipta lingkungan pembelajaran yang kondusif. (2)

Guru memberikan konseling terhadap perilaku siswa dengan

menggunakan buku kendali perilaku siswa untuk melakukan evaluasi

terhadap kedisiplinan diri siswa. (3) Guru menjadi orangtua atau

50 Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter, Hal. 17

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/44513/3/jiptummpp-gdl-putrisepti-51575-3-babii.pdf · Pendidikan Agama Islam Pada Sma Eks-Rsbi di Tegal, Jurnal SMaRT Vol 01 Nomor 02 (Desember

40

pengayom bagi siswa sehingga siswa memiliki rasa percaya diri dan

semangat untuk berperilaku baik. (4) Guru menyisipkan

pembelajaran tentang kedisiplinan dalam setiap kegiatan belajar.

b. Manfaat Disiplin

Dirk Meyer, Gutkin dan Redh dalam Oteng Sutisna mengemukakan

bahwa manfaat dari disiplin adalah:

1) Disiplin memberi rasa aman dan memberitahukan apa yang boleh

dan tidak boleh dilakukan.

2) Dengan disiplin membantu siswa menghindari perasaan bersalah,

rasa malu akibat perilaku yang salah, perasaan yang pasti

mengakibatkan rasa tidak bahagia dan penyesuaian yang baik

terhadap disiplin memungkinkan siswa hidup menurut standar yang

disetujui oleh lingkungan sosialnya dan dengan demikian

memperoleh persetujuan sosial.

3) Dengan disiplin siswa belajar bersikap menurut cara yang akan

mendatangkan pujian yang akan ditampilkan sebagai tanda kasih

sayang dan penerimaan hal ini esensial bagi penyesuaian yang

berhasil dan berakhir dengan kebahagiaan.

4) Disiplin yang sesuai dengan perkembangan berfungsi sebagai

motivasi pendorong ego yang mendorong siswa mencapai apa yang

diharapkan dirinya.51

51 Oteng Sutisna, Administrasi Pendidikan Dasar Teoritis untuk Praktek Profesional.

(Bandung : Angkasa, 1983), hal 12

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/44513/3/jiptummpp-gdl-putrisepti-51575-3-babii.pdf · Pendidikan Agama Islam Pada Sma Eks-Rsbi di Tegal, Jurnal SMaRT Vol 01 Nomor 02 (Desember

41

c. Pentingnya Pembentukan Disiplin

Ada beberapa pendapat yang menjelaskan tentang tujuan dalam

pembentukan disiplin, yaitu:

1) Menurut Maman Rachman dalam buku Tulus Tu,u pentingnya

disiplin bagi para siswa adalah: (1) Memberi dukungan bagi

terciptanya perilaku yang tidak menyimpang. (2) Membantu siswa

memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungan. (3)

Cara menyelesaikan tuntutan yang ingin ditunjukkan siswa

terhadap lingkungannya. (4) Mengatur keseimbangan keinginan

individu satu dengan lainnya. (5) Menjauhi siswa melakukan hal-

hal yang dilarang sekolah. (6) Mendorong siswa melakukan hal-hal

yang baik dan benar. (7) Siswa belajar hidup dengan kebiasaan-

kebiasaan yang baik, positif dan bermanfaat bagi dirinya dan

lingkungannya. (8) Kebiasaan baik itu menyebabkan ketenangan

jiwanya dan lingkungannya. 52

Dengan demikian, setiap sekolah perlu menciptakan

lingkungan sekolah yang teratur, tertib, tenang tersebut memberi

gambaran lingkungan siswa yang giat, gigih, serius, penuh

perhatian, sungguh-sungguh dan kompetitif dalam kegiatan

pembelajarannya. Lingkungan disiplin seperti itu ikut memberi

andil lahirnya siswa-siswa yang berprestasi dengan kepribadian

unggul.

52 Tulus Tu,u, Peranan Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Siswa, hal. 35

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/44513/3/jiptummpp-gdl-putrisepti-51575-3-babii.pdf · Pendidikan Agama Islam Pada Sma Eks-Rsbi di Tegal, Jurnal SMaRT Vol 01 Nomor 02 (Desember

42

2) Charles memaparkan bahwa pentingnya disiplin lebih menfokuskan

pada tujuan jangka pendek dan jangka panjang. Adapun tujuan

jangka pendek dari disiplin adalah membuat siswa terlatih dan

terkontrol dengan mengajarkan mereka bentuk-bentuk tingkah laku

yang pantas dan yang tidak pantas atau yang masih asing bagi

mereka. Sedangkan, tujuan jangka panjangnya adalah untuk

pengembangan pengendalian diri sendiri dan pengarahan diri

sendiri (self control and self direction) yaitu dalam hal mana siswa

dapat mengarahkan diri sendiri tanpa pengaruh dan pengendalian

dari luar. 53 Pengendalian diri berarti menguasai tingkah laku diri

sendiri dengan berpedoman norma-norma yang jelas, dan aturan-

aturan yang sudah menjadi miliknya.

Dilihat dari kedua pendapat di atas, bahwa pembentukan

karakter disiplin merupakan hal penting untuk diperhatikan dalam

rangka membina karakter seseorang. Berbekal nilai karakter disiplin

akan mendorong tumbuhnya nilai-nilai karakter baik lainnya. Curvin &

Mindler mengemukakan bahwa ada tiga dimensi disiplin, yaitu (1)

disiplin untuk mencegah masalah; (2) disiplin untuk memecahkan

masalah agar tidak semakin buruk; dan (3) disiplin untuk mengatasi

siswa yang berperilaku di luar kontrol.54

53 Charles Schaefer, Cara Efektif Mendidik Dan Mendisiplinkan Anak, (Jakarta: Mitra Utama,

1986), hal. 3 54 Wuri Wuryandani, Bunyamin Maftuh, Sapriya, dan Dasim Budimansyah, Pendidikan

Karakter Disiplin Di Sekolah Dasar, Jurnal Cakrawala Pendidikan, Th. XXXIII, No. 2, (Juni 2014),

hal.288