BAB II TINJAUAN MENGENAI AEDES AEGYPTI - … · Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang dapat...

17
8 BAB II TINJAUAN MENGENAI AEDES AEGYPTI Bab 2 menguraikan beberapa konsep dasar berupa teori maupun metode yang menjadi acuan dalam penelitian, seperti: nyamuk aedes aegypty, siklus hidup nyamuk, morfologi nyamuk, penyakit demam berdarah, model kompartemen, analisis sensitivitas, dan analisis regresi. 2.1 Nyamuk Aedes Aegypti 2.1.1 Klasifikasi Nyamuk Aedes Aegypti Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang dapat membawa virus dengue penyebab penyakit demam berdarah . Selain dengue , Aedes aegypti juga merupakan pembawa virus demam kuning (yellow fever) dan chikungunya . Penyebaran jenis ini sangat luas, meliputi hampir semua daerah tropis di seluruh dunia. Sebagai pembawa virus dengue , Aedes aegypti merupakan pembawa utama (primary vector ), dan bersama Aedes albopictus menciptakan siklus persebaran dengue [13]. Spesies Aedes aegypti dan Aedes albopictus keduanya termasuk Genus Aedes dari Famili Culicidae. Berdasarkan taxonominya nyamuk Aedes aegypti termasuk ke dalam Kingdom: Animalia, Philum: Arthropoda, Kelas: Insekta, Ordo: Diptera, Family: Culicidae, Genus: Aedes. Secara morfologis nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus sangat mirip. Akan tetapi keduanya dapat dibedakan dari strip

Transcript of BAB II TINJAUAN MENGENAI AEDES AEGYPTI - … · Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang dapat...

8

BAB II

TINJAUAN MENGENAI AEDES AEGYPTI

Bab 2 menguraikan beberapa konsep dasar berupa teori maupun metode

yang menjadi acuan dalam penelitian, seperti: nyamuk aedes aegypty, siklus hidup

nyamuk, morfologi nyamuk, penyakit demam berdarah, model kompartemen,

analisis sensitivitas, dan analisis regresi.

2.1 Nyamuk Aedes Aegypti

2.1.1 Klasifikasi Nyamuk Aedes Aegypti

Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang dapat membawa virus dengue

penyebab penyakit demam berdarah. Selain dengue, Aedes aegypti juga merupakan

pembawa virus demam kuning (yellow fever) dan chikungunya. Penyebaran jenis ini

sangat luas, meliputi hampir semua daerah tropis di seluruh dunia. Sebagai pembawa

virus dengue, Aedes aegypti merupakan pembawa utama (primary vector), dan

bersama Aedes albopictus menciptakan siklus persebaran dengue [13].

Spesies Aedes aegypti dan Aedes albopictus keduanya termasuk Genus Aedes

dari Famili Culicidae. Berdasarkan taxonominya nyamuk Aedes aegypti termasuk ke

dalam Kingdom: Animalia, Philum: Arthropoda, Kelas: Insekta, Ordo: Diptera,

Family: Culicidae, Genus: Aedes. Secara morfologis nyamuk Aedes aegypti dan

Aedes albopictus sangat mirip. Akan tetapi keduanya dapat dibedakan dari strip

9

putih yang terdapat pada bagian skutumnya, seperti dapat dilihat pada gambar 2.1

[6]. Dari gambar 2.1 dapat dilihat bahwa skutum Aedes aegypti berwarna hitam

dengan dua strip putih sejajar di bagian punggung (dorsal) tengah yang diapit oleh

dua garis lengkung berwarna putih. Sementara itu, skutum Aedes albopictus juga

berwarna hitam, namun hanya berisi satu garis putih tebal di bagian dorsalnya.

Gambar 2.1 Karakteristik nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus

Sumber: Suparta [6]

2.1.2 Siklus Nyamuk Aedes Aegypti

Nyamuk Aedes aegypti memiliki siklus hidup sempurna. Siklus hidup

nyamuk ini terdiri dari empat fase, mulai dari telur, larva, pupa dan kemudian

menjadi nyamuk dewasa. Nyamuk Aedes aegypti meletakkan telur pada permukaan

air bersih secara individual. Telur berbentuk elips berwarna hitam dan terpisah satu

dengan yang lain. Telur menetas dalam 1 sampai 2 hari menjadi larva. Terdapat

empat tahapan dalam perkembangan larva yang disebut instar. Perkembangan dari

instar 1 ke instar 4 memerlukan waktu sekitar 5 hari. Setelah mencapai instar ke-4,

10

larva berubah menjadi pupa di mana larva memasuki masa dorman. Pupa bertahan

selama 2 hari sebelum akhirnya nyamuk dewasa keluar dari pupa. Perkembangan

dari telur hingga nyamuk dewasa membutuhkan waktu 8 hingga 10 hari, namun

dapat lebih lama jika kondisi lingkungan tidak mendukung [13].

Gambar 2.2 Siklus hidup nyamuk Aedes aegypti.

Sumber: M. Sivnathan [12]

11

2.1.3 Morfologi Aedes Aegypti

a. Aedes Aegypti Dewasa

Nyamuk Aedes aegypti dewasa memiliki ukuran sedang dengan tubuh

berwarna hitam kecoklatan. Tubuh dan tungkainya ditutupi sisik dengan gari-garis

putih keperakan. Di bagian punggung tubuhnya tampak dua garis melengkung

vertikal di bagian kiri dan kanan yang menjadi ciri dari spesies ini. Pada umumnya,

sisik-sisik pada tubuh nyamuk mudah rontok atau terlepas sehingga menyulitkan

identifikasi pada nyamuk-nyamuk tua. Ukuran dan warna nyamuk jenis ini kerap

berbeda antar populasi, tergantung dari kondisi lingkungan dan nutrisi yang

diperoleh nyamuk selama perkembangan. Nyamuk jantan dan betina tidak memiliki

perbedaan dalam hal ukuran nyamuk jantan yang umumnya lebih kecil dari betina

dan terdapatnya rambut-rambut tebal pada antena nyamuk jantan. Kedua ciri ini

dapat diamati dengan mata telanjang. Aedes aegypti bentuk domestik lebih pucat dan

hitam kecoklatan.

12

Gambar 2.3 Morfologi Aedes aegypti dewasa

Sumber: Suparta [6]

.

b. Telur Aedes Aegypti

Setiap kali bertelur, nyamuk betina dapat mengeluarkan sekitar 100 butir

telur dengan ukuran sekitar 0,7 mm per butir. Ketika pertama kali dikeluarkan oleh

induk nyamuk, telur Aedes aegypti berwarna putih dan lunak. Telur tersebut

kemudian menjadi berwarna hitam dan keras. Telur tersebut berbentuk ovoid yang

meruncing dan selalu diletakkan satu per satu, seperti dapat dilihat pada gambar 2.4.

Induk nyamuk biasanya meletakkan telurnya di dinding tempat penampungan air,

seperti gentong, lubang batu dan lubang pohon di atas garis air.

Gambar 2.4 Telur Aedes aegypti

Sumber: M. Sivnathan [12]

Telur Aedes aegypti dapat bertahan pada kondisi kering pada waktu dan

intensitas yang bervariasi hingga beberapa bulan. Jika tergenang dalam air, beberapa

telur mungkin menetas dalam beberapa menit, sedangkan yang lain mungkin

membutuhkan waktu lama terbenam dalam air. Penetasan telur berlangsung dalam

13

beberapa hari atau minggu. Telur-telur Aedes aegypti dapat berkembang pada habitat

kontainer kecil yang rentan terhadap kekeringan. Bertahan dalam kekeringan dan

kemampuan telur Aedes aegypti untuk menetas dapat menimbulkan masalah dalam

pengendalian tahap immatur. Telur Aedes aegypti paling banyak diletakkan pada

ketinggian 1,5 cm diatas permukkan air, dan semakin tinggi dari permukaan air atau

semakin mendekati permukaan air jumlahnya semakin sedikit.

c. Larva Aedes Aegypti

Larva Aedes aegypti memiliki sifon yang pendek, dan hanya ada sepasang

sisik subsentral yang jaraknya lebih dari ¼ bagian dari pangkal sifon. Ciri-ciri

tambahan yang membedakan larva Aedes aegypti dengan genus lain adalah

sekurang-kurangnya ada tiga pasang setae pada sirip ventral, antena tidak melekat

penuh dan tidak ada setae yang besar pada toraks. Ciri ini dapat membedakan larva

Aedes aegypti dari umumnya genus Culicine, kecuali Haemagogus dari Amerika

Selatan. Larva Aedes aegypti. bergerak aktif, mengambil oksigen dari permukaan air

dan makan pada dasar tempat perindukan.

Gambar 2.5 Larva Aedes aegypti

14

Sumber: Suparta [6]

d. Pupa Aedes Aegypti

Stadium pupa atau kepompong merupakan fase akhir siklus nyamuk dalam

lingkungan air. Stadium ini membutuhkan waktu sekitar 2 hari pada suhu optimum

atau lebih panjang pada suhu rendah. Pada fase ini adalah periode waktu atau masa

tidak makan dan sedikit bergerak. Pupa biasanya mengapung pada permukaan air di

sudut atau tepi-tepi tempat perindukan. Gambar 2.5 merupakan gambar pupa Aedes

aegypti.

Gambar 2.5 Pupa Aedes aegypti

Sumber: M. Sivnathan [12]

Ketika pertama kali muncul, pupa Aedes aegypti berwarna putih, akan tetapi

dalam waktu singkat pigmennya berubah. Pupa Aedes aegypti berbentuk koma dan

juga dikenal dengan istilah “tumblers”.

15

e. Lingkungan Tempat Hidup Nyamuk Aedes Aegypti

Secara bioekologis spesies nyamuk Aedes aegypti mempunyai dua habitat,

yaitu: perairan untuk fase pradewasanya (telur, larva, dan pupa), dan daratan atau

udara untuk nyamuk dewasa [8]. Walaupun habitat nyamuk dewasa di daratan atau

udara, akan tetapi nyamuk ini juga mencari tempat di dekat permukaan air untuk

meletakkan telurnya. Bila telur yang diletakkan nyamuk tersebut tidak mendapat

sentuhan air atau kering, telur tersebut masih mampu bertahan hidup antara 3 bulan

sampai satu tahun. Masa hibernasi telur-telur itu akan berakhir atau menetas bila

sudah mendapatkan lingkungan yang cocok pada musim hujan untuk menetas.

Terlur nyamuk akan menetas antara 3 – 4 jam setelah mendapat genangan air

menjadi larva. Habitat larva yang keluar dari telur tersebut hidup mengapung di

bawah permukaan air. Perilaku hidup larva tersebut berhubungan dengan upayanya

menjulurkan alat pernafasan yang disebut sifon, menjangkau permukaan air guna

mendapatkan oksigen untuk bernafas. Habitat seluruh masa pradewasanya dari telur,

larva dan pupa hidup di dalam air walaupun kondisi airnya sangat terbatas

Aedes aegypti lebih menyukai tempat di dalam rumah penduduk, berbeda

dengan Aedes albopictus yang lebih menyukai tempat di luar rumah penduduk, yaitu

hidup di pohon atau kebun atau kawasan pinggir hutan. Di dalam rumah Aedes

aegypti seringkali hinggap pada pakaian yang digantung untuk beristirahat dan

bersembunyi, menantikan saat tepat inang datang untuk mengisap darah. Informasi

tentang habitat dan kebiasaan hidup nyamuk tersebut sangat penting untuk

mempelajari dan memetakan keberadaan populasinya untuk tujuan pengendaliannya

baik secara fisik-mekanik, biologis maupun kimiawi. Dengan demikian, sarang telur

Aedes aegypti paling banyak ditemukan di wadah air rumah tangga buatan manusia.

16

Nyamuk Aedes aegypti betina yang sudah dibuahi akan menghisap darah

dalam waktu 24 - 36 jam. Darah merupakan sumber protein yang penting untuk

mematangkan telur nyamuk. Nyamuk Aedes aegypti sangat antropofilik, walaupun

ia juga bisa makan dari hewan berdarah panas lainnya. Sebagai hewan diurnal,

nyamuk betina memiliki dua periode aktivitas menggigit. Pertama di pagi hari

selama beberapa jam setelah matahari terbit, dan kedua, di sore hari selama beberapa

jam sebelum gelap. Puncak aktivitas menggigit yang sebenarnya dapat beragam

bergantung lokasi dan musim. Jika masa makannya terganggu, Aedes aegypti dapat

menggigit lebih dari satu orang. Perilaku ini semakin memperbesar proses

penyebaran epidemi. Dengan demikian, bukan hal yang luar biasa jika beberapa

anggota keluarga yang sama mengalami penyakit ini yang terjadi dalam 24 jam,

memperlihatkan bahwa mereka terinfeksi nyamuk infektif yang sama. Aedes aegypti

biasanya tidak menggigit di malam hari, tetapi akan menggigit saat malam di kamar

yang terang.

Penyebaran nyamuk Aedes aegypti betina dewasa dipengaruhi oleh beberapa

faktor, termasuk ketersediaan tempat bertelur dan darah dengan jarak kurang lebih

100 meter dari lokasi kemunculan. Nyamuk Aedes aegypti dewasa memiliki rata -

rata lama hidup hanya delapan hari. Selama musim hujan, saat masa bertahan hidup

lebih panjang, resiko penyebaran virus semakin besar.

Nyamuk sebagai vektor dapat terinfeksi jika ia mengisap darah manusia yang

mengandung virus. Pada kasus DF/DHF, veraemia dalam tubuh manusia dapat

terjadi 1 – 2 hari sebelum mulai demam dan berlangsung kurang lebih selama lima

hari setelah mulai demam. Setelah masa inkubasi instrinsik selama 10 – 12 hari,

virus berkembang menembus usus halus untuk menginfeksi jaringan lain di dalam

17

tubuh nyamuk, termasuk kelenjar ludah nyamuk. Jika nyamuk itu menggigit orang

yang rentan lainnya setelah kelenjar ludahnya terinfeksi, nyamuk itu akan

menularkan virus dengue ke orang tersebut melalui suntikan air ludahnya.

Nyamuk Aedes aegypti dewasa memiliki rata-rata hidup hanya delapan hari.

Selama musim hujan, saat bertahan hidup lebih panjang resiko penyebaran lebih

besar. Besarnya pH air yang ada di sekitar masyarakat cukup bervariasi tergantung

pada jenis air serta letak geografis. Telur relatif lebih cepat menjadi nyamuk pada

pH netral (6;6,5;7) dibandingkan pada pH asam dan basa. Jumlah telur paling

banyak ditemukan pada pH 6,5 dan 7. Pada keadaan optimal yaitu cukup makanan

dan suhu air 250C-27

0C, perkembangan larva selama 6-8 hari. Bila suhu air lebih

dari 280C atau kurang dari 24

0C, perkembangan larva menjadi lama, larva mati pada

suhu kurang dari 100C atau lebih dari 40

0C. Pencahayaan ruangan dapat

mempengaruhi pertumbuhan larva Aedes aegypti. Larva dapat berkembang biak

pada pencahayaan kurang dari 85 lux. Sedangkan di atas 85 lux larva Aedes aegypti

pertumbuhan akan terhambat dan akhirnya akan mati.

Aedes aegypti merupakan spesies nyamuk yang hidup dan ditemukan di

negara-negara yang terletak antara 350 Lintang Utara dan 35

0 Lintang Selatan pada

temperatur udara paling rendah sekitar 100C. Pada musim panas, spesies ini kadang-

kadang ditemukan di daerah yang terletak sampai sekitar 450 Lintang Selatan. Selain

itu ketahanan spesies ini juga tergantung pada ketinggian daerah yang bersangkutan

dari permukaan laut. Aedes aegypti dapat ditemukan pada ketinggian antara 0 – 1000

m diatas permukaan laut. Ketinggian yang rendah (<500 m) memiliki tingkat

kepadatan populasi yang sedang sampai berat, sedangkan di daerah pegunungan

(>500m) kepadatan populasi rendah. Batas ketinggian penyebaran Aedes aegypti di

18

kawasan Asia Tenggara berkisar 1000 – 1500 m. Dengan ciri highly antropophilic

dan kebiasaan hidup di dekat manusia. Aedes aegypti dewasa menyukai tempat

gelap yang tersembunyi di dalam rumah sebagai tempat beristirahatnya. Nyamuk ini

merupakan vector efisien bagi arbovirus Ae aegypti juga mempunyai kebiasaan

mencari makan (menggigit manusia untuk dihisap darahnya) sepanjang hari

terutama antara jam 08.00-13.00 dan antara jam 15.00-17.00. Sebagai nyamuk

domestik di daerah urban, nyamuk ini merupakan vector utama (95%) bagi

penyebaran penyakit DBD. Jarak terbang spontan nyamuk betina jenis ini terbatas

sekitar 30-50 meter per hari. Jarak terbang jauh biasanya terjadi secara pasif melalui

semua jenis kendaraan termasuk kereta api, kapal laut dan pesawat udara.

2.2 Demam Berdarah Dengue

2.2.1 Definisi Demam Berdarah Dengue

Penyakit Deman Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah

kesehatan masyarakat Indonesia yang semakin luas penyebarannya. Penyakit DBD

merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan

melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti [3][4][13].

Masa inkubasi penyakit DBD, yaitu periode sejak virus dengue menginfeksi

manusia hingga menimbulkan gejala klinis, antara 3-14 hari, rata-rata 4-7 hari.

Penyakit DBD tidak ditularkan langsung dari orang ke orang. Penderita menjadi

infektif bagi nyamuk pada saat viremia, yaitu beberapa saat menjelang timbulnya

demam hingga saat masa demam berakhir, biasanya berlangsung selama 3-4 hari.

DBD adalah penyakit demam virus akut yang ditularkan oleh nyamuk Aedes

aegypti disebabkan oleh virus DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4, yang dapat

19

menimbulkan gejala klinis seperti demam tinggi, timbul bintik-bintik merah pada

kulit, perdarahan pada hidung dan gusi, lemah dan lesu, kadang-kadang disertai

dengan shock karena tekanan darah menurun menjadi 20mmHg atau kurang [1].

2.2.2 Penyebab Demam Berdarah Dengue

Nyamuk demam berdarah biasanya akan terinfeksi virus dengue saat

menghisap darah dari penderita yang berada dalam fase demam akut. Bila penderita

tersebut digigit nyamuk penular, maka virus dalam darah akan ikut terhisap masuk

ke dalam lambung nyamuk. Selanjutnya virus akan memperbanyak diri dan tersebar

di berbagai jaringan tubuh nyamuk termasuk di dalam kelenjar liurnya. Setelah masa

inkubasi ekstrinsik selama 8-10 hari, kelenjar air liur nyamuk menjadi terinfeksi dan

virus disebarkan ketika nyamuk yang terinfeksi menggigit dan menginjeksikan air

liur ke luka gigitan pada orang lain. Setelah masa inkubasi pada tubuh manusia

selama 3-4 hari (rata-rata 4-6 hari), sering kali terjadi awitan mendadak penyakit ini

yang ditandai dengan demam, sakit kepala, hilang nafsu makan, dan berbagai tanda

serta gejala non spesifik lain termasuk mual, muntah dan ruam kulit.

2.2.3 Perantara Demam Berdarah Dengue

Penularan DBD terjadi dari gigitan nyamuk Aedes aegypti atau Aedes

albopictus betina yang sebelumnya membawa virus dalam tubuhnya dari penderita

demam berdarah lainnya. Nyamuk Aedes aegypti hidup di sekitar rumah dan sering

menggigit manusia pada waktu pagi dan siang hari. Populasi nyamuk Aedes aegypti

biasanya meningkat pada waktu musim penghujan, karena sarang-sarang nyamuk

akan terisi air hujan. Peningkatan populasi ini akan berarti meningkat kemungkinan

bahaya penyakit DBD di daerah endemis. Daerah endemis adalah daerah yang

20

rawan bersarang nyamuk karena penyebaran nyamuk di daerah endemis

kemungkinan akan semakin meningkat [3].

Tempat perkembangan nyamuk Aedes aegypti adalah penampungan air di

dalam atau disekitar rumah atau tempat-tempat umum, biasanya tidakmelebihi jarak

500 meter dari rumah. Tempat perkembangbiakan nyamuk berupa genangan air

yang tertampung di suatu tempat atau bejana. Nyamuk ini tidak berkembangbiak di

genangan air yang lansung berhubungan dengan tanah [3]. Jenis tempat

perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti menurut Departemen Kesehatan RI [3]

dapat dikelompokkan sebagai berikut:

a. Tempat penampungan air untuk keperluan sehari-hari, seperti bak mandi,

drum, tempayan, ember, gentong, dan lain-lain.

b. Tempat penampungan air bukan untuk keperluan sehari-hari, seperti tempat

minum burung, vas bunga, kaleng, botol, ban bekas, dan plastiK bekas.

c. Tempat penampungan alamiah, seperti lubang pohon, lubang batu,

pelepah daun, tempurung kelapa, dan pohon bambu.

2.2.4 Tanda dan Gejala Demam Berdarah Dengue

Tanda dan gejala pada penyakit demam berdarah diawali dengan mendadak

panas meningkat selama 2-7 hari, tampak lemah dan lesu, suhu badan antara 38º C –

40º C, terjadi penularan pada hidung dan gusi, rasa sakit pada otot dan persendian,

timbul bintik-bintik merah pada kulit akibat pecahnya pembuluh darah, kadang-

kadang disertai dengan shock karena tekanan darah menurun menjadi 20mmHg atau

kurang. Tekanan sistolik sampai 80 mmHg atau lebih rendah, manifestasi

perdarahan, dengan bentuk uji tourniquet positif puspura perdarahan, konjungtiva,

21

epitaksis, dan melena, dan gejala klinik lainnya yang dapat menyertai: anoreksia,

lemah, mual, muntah, sakit perut, diare, kejang, dan sakit kepala.

Derajat berat penyakit DBD secara klinis dibagi menjadi 4 derajat yaitu Derajat I

ditandai dengan demam disertai gejala klinis lain tanpa perdarahan spontan, Derajat

II ditandai dengan derajat I dan disertai perdarahan spontan pada kulit atau di tempat

lain, Derajat III, ditemukan kegagalan sirkulasi yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan

darah rendah (hipotensi), gelisah, sianosis sekitar mulut, hidung, dan ujung jari

(tanda-tanda dini renjatan), dan Derajat IV, ditandai dengan renjatan berat (DSS)

dengan nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak dapat diukur.

2.2.5 Pengendalian Nyamuk Aedes Aegypti

Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan salah satu masalah kesehatan

di Indonesia yang cenderung meningkat jumlah penderita serta semakin luas

penyebaran sejalan dengan meningkatnya kepadatan penduduk. Vektor yang paling

penting dari virus dengue adalah nyamuk Aedes aegypti yang menjadi target utama

aktivitas serveilens dan pengendalian. Spesies lain yang harus dipertimbangkan

sebagai pengendali vektor hanya jika terdapat bukti yang dapat dipercaya bahwa

nyamuk tersebut secara epidemologi berperan signifikan dalam penyebaran infeksi

dengue.

Pengendalian vektor merupakan satu-satunya cara yang harus dilakukan

dalam upaya pencegahan dan pengendalian DBD untuk tujuan memutus mata rantai

penularan DBD karena sampai saat ini obat antivirus dengue dan vaksin untuk DBD

belum ditemukan. Pengendalian vektor DBD tersebut antara lain, pengendalian

secara biologis, pengendalian secara kimia, dan pengendalian secara fisik.

22

2.3 Model Kompartemen

Model kompartemen (ruang kamar) seringkali digunakan untuk menjelaskan

perpindahan material dalam sistem biologi [9]. Sebuah model kompartemen terdiri

dari sejumlah kompartemen, masing-masing berisi campuran bahan material.

Pertukaran material dari satu ruang ke ruang lainnya mengikuti aturan tertentu.

Model kompartemen digambarkan dengan sejmulah kotak dan garis keterkaitan

antar kompartemen. Setiap kompartemen atau kotak dapat memiliki sejumlah

keterkaitan yang masuk ke dalam kompartemen dan yang keluar dari kompartemen.

Bahan material dapat mengalir dari suatu kompartemen ke kompartemen lainnya.

Suatu kompartemen dapat bertambah materialnya karena ada material yang masuk

ke dalam kompartemen, dan sebuah kompartemen dapat berkurang materialnya

karena ada material yang keluar dari kompartemen tersebut.

Model kompartemen dapat juga merepresentasikan sistem ekologi dimana

material dapat berupa energi, kompartemen dapat merepresentasikan spesies

binatang dan tumbuhan yang berbeda, dan aliran antara kompartemen dapat

menjelaskan jumlah asupan dan kehilangan makanan dalam bentuk energi. Dalam

kasus ini, persamaan dasar dapat dibangun untuk menjelaskan konservasi energi.

Model kompartemen juga muncul dalam bidang fisiologi, dimana material dapat

berupa oksigen yang dipindahkan dengan darah antar organ dalam tubuh.

2.4 Analisis Sensitivitas

23

Ketika suatu model kompartemen diturunkan, tidak semua model dan

kondisi awalnya dapat diketahui secara presisi. Oleh karena itu, penting untuk

menginvestigasi sensitivitas parameter-parameter dan kondisi-kondisi awal. Ini

dapat dilakukan dengan cara mengubah setiap parameter dan mencatat hasilnya.

Parameter-parameter yang dipilih adalah parameter yang dipertimbangkan akan

mempengaruhi perilaku model, atau estimasinya didasarkan pada informasi yang

tidak pasti daripada parameter-parameter lainnya. Modifikasi nilai setiap kelompok

parameter dalam analisis sensitivitas ini dilakukan secara terpisah dengan cara

menaikkan atau menurunkan, misalnya plus atau minus 10% atau 25%, dan melihat

pengaruhnya ketika model dijalankan. Identifikasi parameter-parameter yang ketika

nilainya berubah, secara signifikan mempengaruhi perilaku model, seperti dapat

dilihat pada contoh model populasi sederhana di atas.

2.5 Analisis Regresi Sederhana

Analisis regresi merupakan suatu alat yang dapat dipergunakan untuk

melihat keeratan hubungan antara dua variabel dan besarnya pengaruh suatu variabel

terhadap variabel yang lain. Analisis regresi berbeda dengan analisis korelasi. Pada

analisis korelasi yang dilihat hanya besar-kecilnya hubungan dan arahnya, tanpa

melihat hubungan sebab akibat. Sedangkan dalam analisis regresi selain melihat

keeratan hubungan antara dua variabel, juga melihat bagaimana suatu (sejumlah)

variabel mempengaruhi variabel yang lain. Oleh karena itu, dalam analisis regresi

ada variabel yang menjadi sebab dan ada variabel yang menjadi akibat.

Analisis regresi juga dapat dipergunakan untuk menduga nilai suatu variabel

kalau variabel yang lain diketahui. Model regresi dinyatakan dengan persamaan

24

matematika yang bersifat baku ditambah dengan suatu unsur kekeliruan

(galat/error), sehingga menjadi model statistik.

Model regresi dapat dikelompokkan menjadi regresi sederhana dan regresi

berganda. Model regresi sederhana bertujuan untuk mempelajari hubungan antara

dua variabel, dinyatakan dalam bentuk persamaan (2.1).

bxay +=ˆ (2.1)

dimana y adalah variabel tak bebas (terikat)

x adalah variabel bebas

a adalah penduga bagi intersep

b adalah penduga bagi koefisien regresi

Rumus yang dapat digunakan untuk mencari a dan b adalah

XbY.N.

XbYa −=

−=

∑∑ (2.2)

( )

( )22 XX.N.

YXYXN.b

∑∑

∑∑∑−

−= (2.3)

dengan

iX = Rata-rata skor variabel X

iY = Rata-rata skor variabel Y