BAB II TINJAUAN LITERATUR 2.1 Teori Agency dan Teori...

41
11 BAB II TINJAUAN LITERATUR 2.1 Teori Agency dan Teori Stewardship Teori keagenan pertama kali dicetuskan oleh Jensen dan Meckling pada tahun 1976. Teori agensi menggambarkan hubungan agensi sebagai suatu kontrak di bawah satu prinsipal atau lebih yang melibatkan agen untuk melaksanakan beberapa pelayanan bagi mereka dengan melakukan pendelegasian wewenang pengambilan keputusan kepada agen. Baik prinsipal maupun agen diasumsikan sebagai orang ekonomi rasional (homo Economicus) dan semata-mata termotivasi oleh kepentingan pribadi. Hal ini dapat memicu terjadinya konflik keagenan (Jensen dan Meckling, 1976). Hubungan keagenan merupakan suatu kontrak antara prinsipal dengan agen. Masalah agensi timbul karena adanya konflik kepentingan antara shareholders dan manajer, karena tidak bertemunya utilitas yang maksimal antara mereka. Sebagai agen, manajer secara moral bertanggung jawab untuk mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal), namun disisi lain manajer juga mempunyai kepentingan memaksimalkan kesejahteraan mereka. Berkenaan dengan hal tersebut, ada kemungkinan besar agen tidak selalu bertindak demi kepentingan terbaik principal (Jensen dan Meckling, 1976) Menurut Eisenhardt (1989) dalam Ujiyantho (2007) teori keagenan menggunakan tiga asumsi sifat manusia yaitu: (1) manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri (self interest), (2) manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang (bounded rationality), dan (3) manusia selalu menghindari risiko/risk averse. Berdasarkan asumsi sifat dasar manusia tersebut manajer sebagai manusia akan bertindak opportunistic, yaitu mengutamakan kepentingan pribadinya (Haris, 2004 dalam Indriastuti dan Ifada, 2011). Masalah keagenan juga dapat terjadi karena adanya asymetric information antara pemilik dan manajer, yaitu ketika salah satu pihak memiliki informasi yang tidak dimiliki oleh pihak lainnya. Asymetric information

Transcript of BAB II TINJAUAN LITERATUR 2.1 Teori Agency dan Teori...

Page 1: BAB II TINJAUAN LITERATUR 2.1 Teori Agency dan Teori …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6091/2/T2_932011001_BAB II… · prinsipal maupun agen diasumsikan sebagai orang ekonomi

11

BAB II

TINJAUAN LITERATUR

2.1 Teori Agency dan Teori Stewardship

Teori keagenan pertama kali dicetuskan oleh Jensen dan Meckling pada

tahun 1976. Teori agensi menggambarkan hubungan agensi sebagai suatu

kontrak di bawah satu prinsipal atau lebih yang melibatkan agen untuk

melaksanakan beberapa pelayanan bagi mereka dengan melakukan

pendelegasian wewenang pengambilan keputusan kepada agen. Baik

prinsipal maupun agen diasumsikan sebagai orang ekonomi rasional

(homo Economicus) dan semata-mata termotivasi oleh kepentingan

pribadi. Hal ini dapat memicu terjadinya konflik keagenan (Jensen dan

Meckling, 1976).

Hubungan keagenan merupakan suatu kontrak antara prinsipal dengan

agen. Masalah agensi timbul karena adanya konflik kepentingan antara

shareholders dan manajer, karena tidak bertemunya utilitas yang maksimal

antara mereka. Sebagai agen, manajer secara moral bertanggung jawab

untuk mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal), namun disisi

lain manajer juga mempunyai kepentingan memaksimalkan kesejahteraan

mereka. Berkenaan dengan hal tersebut, ada kemungkinan besar agen

tidak selalu bertindak demi kepentingan terbaik principal (Jensen dan

Meckling, 1976)

Menurut Eisenhardt (1989) dalam Ujiyantho (2007) teori keagenan

menggunakan tiga asumsi sifat manusia yaitu: (1) manusia pada umumnya

mementingkan diri sendiri (self interest), (2) manusia memiliki daya pikir

terbatas mengenai persepsi masa mendatang (bounded rationality), dan (3)

manusia selalu menghindari risiko/risk averse. Berdasarkan asumsi sifat

dasar manusia tersebut manajer sebagai manusia akan bertindak

opportunistic, yaitu mengutamakan kepentingan pribadinya (Haris, 2004

dalam Indriastuti dan Ifada, 2011).

Masalah keagenan juga dapat terjadi karena adanya asymetric information

antara pemilik dan manajer, yaitu ketika salah satu pihak memiliki

informasi yang tidak dimiliki oleh pihak lainnya. Asymetric information

Page 2: BAB II TINJAUAN LITERATUR 2.1 Teori Agency dan Teori …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6091/2/T2_932011001_BAB II… · prinsipal maupun agen diasumsikan sebagai orang ekonomi

12

terdiri dari dua tipe, yaitu: (1) adverse selection, pada tipe ini, pihak yang

merasa memiliki informasi lebih sedikit dibandingkan pihak lain tidak

akan mau untuk melakukan perjanjian, dan (2) moral hazard, pada tipe ini,

manajer melakukan tindakan tanpa sepengetahuan pemilik untuk

keuntungan pribadinya dan menurunkan kesejahteraan pemilik dan hal ini

bisa terjadi kapan saja (Jensen dan Meckling, 1976).

Adanya agency problem, menimbulkan biaya keagenan (agency cost),

yang menurut Jensen dan Meckling (1976) terdiri dari:

a) The Monitoring expenditures by the principle. Biaya monitoring

yang dikeluarkan oleh prinsipal untuk memonitor perilaku agen,

termasuk juga usaha untuk mengendalikan perilaku agen melalui

budget restriction, dan compensation policies.

b) The bonding expenditures by the agent. The bonding cost

dikeluarkan oleh agen untuk menjamin bahwa agen tidak akan

menggunakan tindakan tertentu yang akan merugikan prinsipal

atau untuk menjamin bahwa prinsipal akan diberi kompensasi jika

ia tidak mengambil banyak tindakan.

c) The residual cost. Yang merupakan penurunan tingkat

kesejahteraan prinsipal maupun agen setelah adanya agency

relationship.

Tabel 1

Asumsi Dasar dalam Agency Theory

Asumsi Manusia : Homo Economicus, yang memaksimalkan

Utilitasnya

Model Perilaku : Self Serving Behavior

Fakta Penerapannya : Prinsipal dan Agen cenderung menerapkan

Tujuan secara kaku (rigid)

Akibat Yang Timbul : Conflik of Interest

Konsekuensi : Timbul agency cost dalam mengawasi

Manajer/agen

Page 3: BAB II TINJAUAN LITERATUR 2.1 Teori Agency dan Teori …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6091/2/T2_932011001_BAB II… · prinsipal maupun agen diasumsikan sebagai orang ekonomi

13

Pemecahan : Sharing rule antara prinsipal dan agen

perlu dibuat

Reward : Ekstrinsik, yaitu komoditi berwujud dan

Bisa dipertukarkan dan memiliki nilai

pasar yang bisa diukur

Asumsi Informasi : Sebagai komoditi yang dapat diperjualbelikan

Sumber: Arifin, 2005. Pidato Pengukuhan Guru Besar UNDIP.

Tabel 2

Perbandingan Teori Agency dan Teori Stewardship

Teori Agency Teori Stewardship

Model manusia

Perilaku

Berorientasi ekonomi

Melayani diri sendiri

Aktualisasi diri

Melayani orang lain

Mekanisme Psikologi:

Motivasi

Perbandingan sosial

Identifikasi

Kekuasaan

Kebutuhan yang lebih

rendah (psikologi,

keamanan, ekonomi)

Ekstrinsik

Manajer

Menilai komitmen

rendah (legitimasi,

memaksa, reward)

Institusional

Kebutuhan yang

lebih tinggi

(pertumbuhan,

prestasi, aktualisasi

diri)

Intrinsik

Prinsipal

Menilai komitmen

tinggi (pakar,

referen)

Perseorangan

Mekanisme situasional:

Filosofi manajemen

Orientasi risiko

Kerangka waktu

Tujuan

Perbedaan budaya

Berorientasi

pengawasan

Mekanisme kontrol

Jangka pendek

Pengawasan biaya

Individualis

Rentang kekuasaan

tinggi

Berorientasi

partisipasi

Kepercayaan

Jangka panjang

Perbaikan kinerja

Kebersamaan

Rentang kekuasaan

rendah Sumber: FX Anton, Majalah Informatika Vol.1 No.2 Mei 2010

Page 4: BAB II TINJAUAN LITERATUR 2.1 Teori Agency dan Teori …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6091/2/T2_932011001_BAB II… · prinsipal maupun agen diasumsikan sebagai orang ekonomi

14

2.2 Agency Theory dan Stewardship Theory di Organisasi Nirlaba

Teori keagenan dalam organisasi nirlaba (Caers,et al, 2006) dapat dilihat

dari dua sudut pandang (1) hubungan internal principal-agent yaitu

interaksi diantara board of directors (the principal) dan manajer (the

agent); (2) hubungan eksternal principal-agent yaitu hubungan antara

stakeholder atau donator (principal) dan board of directors (agent).

Board of directors yang bertindak sebagai prinsipal berperan dalam

pencapaian misi dan tujuan organisasi. Dari perspektif keagenan, board of

directors dihadapkan pada keputusan apakah akan menerapkan langkah-

langkah pengendalian terhadap perilaku agen yang mengejar tujuan untuk

kepentingannya (conflict of interest). Secara normatif, pengendalian

board of directors yang kuat dianggap penting dalam organisasi nirlaba

(Fama, 1980; Fama dan Jensen, 1983; Jensen, 1986; Weisbach, 1988;

Osytrowski, 1990 dalam Caers, et al, 2006). Namun demikian penelitian

Middleton (1987) dalam Caers, et al (2006) menunjukkan bahwa banyak

board of directors di organisasi nirlaba mengabaikan pengendalian

terhadap perilaku agen. Glaeser (2003) dalam Caers, et al (2006) juga

menyatakan bahwa pengendalain yang lemah di organisasi nirlaba

disebabkan karena intrumen pengendalian yang terbatas.

Pendekatan managerial power juga menjelaskan bahwa lemahnya

pengendalian organisasi nirlaba berhubungan dengan komposisi board of

directors. Komposisi board of directors berfokus pada keuntungan,

kerugian, dan keseimbangan antara board insider dan outsider, CEO

duality dan keragaman anggota dewan. Menurut Callen dan Falk (1993)

dalam Caers, et al (2006) bahwa anggota board sebagai insider trustee

apabila mereka menerima renumerasi dari organisasi. Jika tidak, maka

anggota board tersebut merupakan outsider trustee. Selanjutnya menurut

Lorsch dan Maclver (1989) dalam Caers, et al (2006) keuntungan utama

dari peran insider board terletak pada pengetahuan dan informasi terutama

kekuatan dan kelemahan organisasi , kesulitan internal organisasi sehingga

insider board dapat berperan dalam pengambilan keputusan organisasi.

Namun demikian, menurut Callen dan Falk bahwa renumerasi bagi insider

trustee memberi motivasi untuk mengejar kepentingan mereka sendiri

Page 5: BAB II TINJAUAN LITERATUR 2.1 Teori Agency dan Teori …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6091/2/T2_932011001_BAB II… · prinsipal maupun agen diasumsikan sebagai orang ekonomi

15

dalam proses pengambilan keputusan (conflict of interest), contohnya,

menaikkan gaji.

Dalam organisasi nirlaba dimana CEO duality diterapkan (yaitu, manajer

yang ditunjuk sebagai ketua board) maka manajemen dapat memiliki

pengendalian langsung atas keputusan-keputusan board. Dari perspektif

agency, kerangka ini akan memungkinkan insider trustee bertindak untuk

keuntungan sendiri. Dengan demikian fungsi board tidak akan berjalan

efisien karena terhalang oleh insider trustee.

Partisipasi outsider trustee diyakini akan meningkatkan kesadaran board

untuk meningkatkan strategi dan teknologi bagi organisasi atau membuat

norma-norma operasional organisasi (Fama dan Jensen, 1983; Westphal

dan Zajac, 1995 dalam Caers, et al, 2006) atau strategi untuk

meningkatkan donation (Ostrower dan Stone, 2005 dalam Caers, et al,

2006). Sebagai bias dari persentasi board outsider di organisasi nirlaba

dipandang sebagai ukuran untuk tata kelola organisai (corporate

governance) (Beatty dan Zajac, 1994 dalam Caers, et al, 2006). Namun,

menurut Lorsch dan Maclver (1989), Westphal dan Zajac, (1995) dan

Alexander dan Fennell (1993) dalam Caers, et al (2006) bahwa anggota

outsider board tidak secara otomatis lebih independen dari insider board.

Para peneliti berpendapat bahwa outsider board yang memiliki kesamaan

demografis dengan manajer cenderung mengejar tujuan yang sama dan

memiliki minat yang sama dan ini akan menimbulkan probabilitas bahwa

outsider board akan mendukung keputusan manajemen, mengurangi

pengendalian, dan evaluasi kinerja akan lebih positif.

Menurut Bebchuk dan Fried (2003) dalam Caers, et al (2006) ada dua

teori yang dominan yaitu (1) pendekatan kontrak optimal (the optimal

contracting approach; dan (2) pendekatan kekuasaan manajerial

(managerial power approach) dalam hubungan board-manager. Ketika

pendekatan kontrak optimal dilaksanakan maka manajemen tidak dapat

mempengaruhi board pada saat pemilihan dan pencalonan kembali

anggota board dan voting rights terhadap board sehingga board akan

berusaha untuk menerapkan mekanisme insentif bagi organisasi untuk

merangsang manajer bertindak untuk kepentingan stakeholders.

Page 6: BAB II TINJAUAN LITERATUR 2.1 Teori Agency dan Teori …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6091/2/T2_932011001_BAB II… · prinsipal maupun agen diasumsikan sebagai orang ekonomi

16

Sedangkan penerapan pendekatan kekuasaan manajerial, manajer

memiliki pengaruh yang besar dalam proses pemilihan kembali anggota

board atau dalam proses pengambilan keputusan board. Menurut Provan

(1991) dalam Caers, et al (2006) bahwa jumlah informasi yang diterima

seseorang dalam organisasi berhubungan positif dengan pengaruhnya

pada pengambilan keputusan. Dengan demikian manajer yang memiliki

informasi yang lebih banyak dianggap memiliki pengaruh lebih besar

dalam pengambilan keputusan.

Sehingga potensi terjadi moral hazard akan terus terjadi. Masalah moral

hazard terjadi ketika asymmetrical information menjadi faktor penting dan

dalam hubungan antara board dan manajemen. Pertama, dalam proses

seleksi (calon) manajer akan terjadi adverse selection. Menurut Pontes

(1995) dalam Caers, et al (2006), kandidat yang memiliki informasi yang

lebih banyak daripada board akan mencoba untuk menggunakan

asymmetrical information dengan cara menunjukkan kekuatan dan

kompetensi diri melalui kualifikasi akademik, keanggotaan dalam asosiasi

profesi, rekomendasi pekerjaan sebelumnya dan izin dari pemerintah

untuk menyakinkan anggota board.

Kedua, asymmetry information menjadi penting dalam pertemuan board

dan manajemen dimana manajer diminta untuk menjelaskan keadaan

organisasi sehingga manajer akan memberikan informasi yang terbaik

tentang arah organisasi, tujuan yang telah dicapai dan belum dicapai

organisasi dan peluang organisasi ke depan. Untuk mengurangi

asymmetry information maka board misalnya dapat melakukan audit

(Bamberg dan Spremmann, 1987 dalam Caers, et al, 2006).

Page 7: BAB II TINJAUAN LITERATUR 2.1 Teori Agency dan Teori …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6091/2/T2_932011001_BAB II… · prinsipal maupun agen diasumsikan sebagai orang ekonomi

17

Tabel 3 Prinsip Teori dan Aplikasi Teori Keagenan

Teori Keagenan (Agency theory)

Tema Utama (Main Theme) Ketidaksesuaian Tujuan (Goal

incongruence): Menganggap

perbedaan tujuan merupakan

tindakan yang rasional berdasarkan

kepentingan sendiri.

Ketidakpercayaan merupakan

kecenderungan awal. Pengendalian

berorientasi pada filosofi

manajemen. Asumsi-asumsi teori

berasal dari ilmu ekonomi.

Prinsip Teori Penggunaan insentif dan sanksi

untuk mendorong keselarasan

tujuan:

Menetapkan risiko terhadap

agen untuk memastikan

kepatuhan pada tujuan

Monitoring

Sistem reward

Penggunaan ikatan (bonding)

yang mengancam reputasi

Aplikasi Mengurangi perilaku

oportunistik

Menggunakan insentif dan

sanksi untuk mengurangi

terjadinya asymmetric

information

Memperbaharui persyaratan

kontrak yang lebih spesifik

khususnya pada aset dan

moral hazard

Penggunaan reputasi sebagai

bagian dari insentif dan sanksi

Memastikan keselarasan

tujuan

Sumber : Van Slyke, 2006. Journal of Public Administration Research

and Theory.

Page 8: BAB II TINJAUAN LITERATUR 2.1 Teori Agency dan Teori …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6091/2/T2_932011001_BAB II… · prinsipal maupun agen diasumsikan sebagai orang ekonomi

18

Tabel 4

Prinsip Teori dan Aplikasi Teori Stewardship

Teori Stewardship

Tema Utama (Main Theme) Keselarasan tujuan: Sasaran dan

objektif dicapai melalui

kepercayaan sebagai

disposisi awal. Keterlibatan

berorientasi filosofi manajemen.

Asumsi teoritis berasal

dari perilaku organisasi,

psikologi, dan sosiologi.

Prinsip Teori Memberdayakan pekerja melalui:

Tanggung Jawab

Otonomi

Budaya dan norma- norma

bersama.

Kekuatan pribadi dan

kepercayaan

Mekanisme tata kelola lainnya.

Aplikasi Keselarasan tujuan

berdasarkan tujuan dan berbagi

kepercayaan. Reward Pekerja melalui

mekanisme non-uang. Mengurangi ancaman perilaku

oportunistik melalui tanggung

jawab dan otonomi. Mengurangi ancaman terhadap

organisasi dari informasi

asimetri, moral hazard, dan

kekhususan aset. Mengurangi ketergantungan

pada hukum kontrak untuk

menegakkan perilaku. Menggunakan reputasi sebagai

insentif dan sanksi. Sumber : Van Slyke, 2006. Journal of Public Administration Research

and Theory.

Page 9: BAB II TINJAUAN LITERATUR 2.1 Teori Agency dan Teori …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6091/2/T2_932011001_BAB II… · prinsipal maupun agen diasumsikan sebagai orang ekonomi

19

2.3 Konsep dan Definisi Corporate Governance

Bila dilihat dari perkembangan teori perusahaan dan hubungannya dengan

kebutuhan good corporate governance, dari perspektif teori keagenan,

tabel 2 berikut ini menunjukkan perkembangan akan kebutuhan good

corporate governance pada teori korporasi klasik, modern, dan post-

modern.

Tabel 5

Perkembangan Teori Korporasi dan Implikasinya Terhadap Good

Corporate Governance

TEORI

KORPORASI

KLASIK

TEORI KORPORASI

MODERN

TEORI KORPORASI

POST-MODERN

Karakteristik :

1. Perusahaan

dengan single

majority

shareholders.

2. Prinsipal

merangkap

sebagai agen.

3. Keseimbangan

kepentingan

antara prinsipal

dan agen tidak

penting.

Karakteristik :

1. Perusahaan dengan

banyak pemegang

saham, namun

masih ada

kepemilikan

mayoritas.

2. Fungsi prinsipal

dan agen mulai

terpisah.

3. Meskipun pemilik

mayoritas masih

memiliki otoritas

yang besar,

kepentingan

pemegang saham

minoritas sudah

diperhatikan.

Karakteristik :

1. Perusahaan dengan

banyak pemegang

saham, dan tidak

ada kepemilikan

mayoritas.

2. Sulit untuk

mengidentifikasi “

the true principal”.

3. Prinsipal umumnya

tidak atau kurang

memahami bisnis.

4. Agen memiliki

pengaruh yang

besar dalam

menjalankan

perusahaan.

5. Terjadi

ketidakseimbangan

kepentingan

(conflict of

interest).

IMPLIKASI : IMPLIKASI : IMPLIKASI :

Page 10: BAB II TINJAUAN LITERATUR 2.1 Teori Agency dan Teori …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6091/2/T2_932011001_BAB II… · prinsipal maupun agen diasumsikan sebagai orang ekonomi

20

Aspek Good

Corporate

Governance TIDAK

diperlukan

Aspek Good

Corporate

Governance MULAI

diperlukan

Aspek Good

Corporate

Governance

SANGAT diperlukan

Sumber: Arifin, 2005. Pidato Pengukuhan Guru Besar Undip

Teori keagenan memberikan landasan model teoritis yang sangat

berpengaruh terhadap konsep corporate governance dimana pengelolaan

perusahaan harus diawasi dan dikendalikan untuk memastikan bahwa

pengelolaan dilakukan dengan penuh kepatuhan pada peraturan dan

ketentuan yang berlaku.

Kata “Governance” berasal dari bahasa Perancis “Gubernance” yang

berarti pengendalian. Selanjutnya kata tersebut dipergunakan dalam

konteks kegiatan perusahaan atau jenis organisasi yang lain, menjadi

corporate governance. Dalam bahasa Indonesia hal ini sering

diterjemahkan secara harfiah sebagai tata kelola atau tata pemerintahan

perusahaan (Sutojo dan Aldridge, 2005 dalam Priambodo & Supriyatno,

2007).

Perkembangan konsep corporate governance sesungguhnya telah jauh

dimulai bersama dengan dikembangkannya sistem korporasi di Inggris,

Eropa, dan Amerika Serikat sekitar satu setengah abad lalu (1840-an).

Untuk pertama kalinya, istilah corporate governance diperkenalkan oleh

Cadbury Committee pada tahun 1992 dalam laporannya yang dikenal

sebagai Cadbury Report. Laporan inilah yang menentukan praktik

Corporate Governance di seluruh dunia.

Menurut Cadbury Committee, corporate governance adalah:

“ A set of rules that define the relationship between shareholder,

managers, creditors, the government, employees and other internal

and external stakeholders in respect to their rights and

responsibilities”.

Definisi ini dinyatakan mengenai seperangkat peraturan yang

berhubungan dengan shareholder, manajer, kreditor, pemerintah, pegawai

dan pihak stakeholder baik internal maupun eksternal.

Page 11: BAB II TINJAUAN LITERATUR 2.1 Teori Agency dan Teori …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6091/2/T2_932011001_BAB II… · prinsipal maupun agen diasumsikan sebagai orang ekonomi

21

Menurut OECD (Organisation for Economic Co-operation and

Development) mendefinisikan Corporate Governance sebagai

berikut :

“corporate governance is the system by which business

corporations are directed and controlled. The Corporate

Governance structure specifies the distribution of the right and

responsibilities among different participants in the corporation,

such as the board, managers, shareholders, and spell out the rules

and procedures for making decisions on corporate affairs. By

doing this, it also provides this structure through which the

company objectives are set, and the means of attaining those

objectives and monitoring performance”

Artinya bahwa corporate governance merupakan struktur hubungan serta

kaitannya dengan tanggung jawab di antara pihak-pihak terkait yang

terdiri dari pemegang saham, anggota dewan direksi dan komisaris

termasuk manager, yang dirancang untuk mendorong terciptanya suatu

kinerja yang kompetitif yang diperlukan dalm mencapai tujuan utama

perusahaan.

Definisi diatas melihat Corporate Governance sebagai suatu sistem

dimana sebuah organisasi termasuk organisasi gereja perlu untuk

diarahkan dan diawasi. Sejalan dengan itu, maka struktur dari Corporate

Governance menjelaskan distribusi hak-hak dan tanggung jawab dari

masing-masing yang terlibat dalam sebuah organisasi, yaitu antara

manajemen gereja dan pihak-pihak lain yang terkait sebagai stakeholders.

Selanjutnya, struktur dari Corporate Governance juga menjelaskan

bagaimana aturan dan prosedur dalam pengambilan keputusan kebijakan

sehingga dengan melakukan itu semua maka tujuan organisasi dan

pemantauan kinerjanya dapat dipertanggungjawabkan dan dilakukan

dengan baik.

Menurut Price Waterhouse Coopers (Indra & Ivan, 2006, hal.26):

“Corporate governance terkait dengan pengambilan keputusan

yang efektif. Dibangun melalui kultur organisasi, nilai-nilai,

sistem, berbagai proses, kebijakan-kebijakan dan struktur

Page 12: BAB II TINJAUAN LITERATUR 2.1 Teori Agency dan Teori …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6091/2/T2_932011001_BAB II… · prinsipal maupun agen diasumsikan sebagai orang ekonomi

22

organisasi, yang bertujuan untuk mencapai bisnis yang

menguntungkan, efisien, dan efektif dalam mengelola risiko dan

bertanggung jawab dengan memerhatikan kepentingan

stakeholders.”

Syakhrosa (2003) mendefinisikan Corporate Governance secara

lebih gamblang, mudah dan jelas dimana ia mengatakan bahwa :

“Corporate Governance adalah suatu sistem yang dipakai “Board”

untuk mengarahkan dan mengendalikan serta mengawasi

(directing, controling, and supervising) pengelolaan sumber daya

organisasi secara efisien, efektif, ekonomis, dan produktif – E3P

dengan prinsip-prinsip transparan, accountable, responsible,

independent, dan fairness – TARIF dalam rangka mencapai tujuan

organisasi”

Syakhrosa (2003) mengatakan secara tegas bahwa corporate governance

terdiri dari 6 (enam) elemen, yaitu :

1. Fokus kepada Board

Board adalah pucuk pimpinan suatu organisasi yang bertanggung

jawab untuk mengarahkan dan mengendalikan serta mengawasi

pemakaian sumber daya supaya selaras dengan tujuan organisasi

yang telah ditetapkan.

Mengapa CG harus fokus kepada board? Karena Board adalah

yang bertanggung jawab dan memiliki otoritas penuh dalam

membuat keputusan tentang bagaimana melakukan pengarahan,

pengendalian dan pengawasan atas sumber daya sesuai dengan

tujuan organisasi. Dalam melakukan pengelolaan sumber daya ini

tentu saja harus memenuhi kaidah-kaidah efisien, efektif,

ekonomis dan produktif – E3P dengan selalu berorientasi kepada

tujuan organisasi. Steinberg dan Bromilow (2000) dalam

Syakhrosa (2003) menyatakan secara tegas bahwa good corporate

governance akan bisa dibangun dalam suatu organisasi apabila

organisasi tersebut memiliki strategy dan planning (lazim disebut

strategic planning) yang dapat diimplementasikan secara terukur

dari waktu ke waktu. Apabila strategy planning ini terukur secara

Page 13: BAB II TINJAUAN LITERATUR 2.1 Teori Agency dan Teori …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6091/2/T2_932011001_BAB II… · prinsipal maupun agen diasumsikan sebagai orang ekonomi

23

jelas maka akan memudahkan bagi board untuk mengukur dan

memantau kinerja organisasi secara berkesinambungan.

Perencanaan, pemantauan, penilaian dan pengawasan – P4 atas

pengelolaan sumber daya dalam suatu organisasi apakah sudah

sesuai dengan tujuan organisasi dengan tetap berpijak kepada

kaidah-kaidah E3P. Oleh karena itu maka indikator-indikator

kinerja tersebut harus disusun dan ditetapkan secara adil dan

bertanggung jawab – fairness and accountable, kinerja tersebut

harus dikomunikasikan secara terbuka dan bisa

dipertanggungjawabkan – transparant and responsible, dan

akhirnya dalam melakukan pengelolaan sumber daya, keputusan

yang dibuat harus bebas – independent dari intervensi pihak

manapun.

2. Hukum dan peraturan sebagai alat untuk mengarahkan dan

mengendalikan.

Suatu organisasi membutuhkan suatu perangkat hukum dan

peraturan yang ditujukan kepada Board untuk melindungi dan

memagari agar keputusan yang dibuat oleh board bisa independen

dan pengelolaan sumber daya perusahaan menjadi optimal

(Syakhroza, 2003). Secara tidak berlebihan jika banyak para

peneliti CG menyatakan bahwa inti disiplin ilmu yang membentuk

Corporate Governance adalah hukum (antara lain Seiznick,

1948;Burel & Morgan, 1979;Fama and Jensen, 1983 dalam

Syakhrosa, 2003). Pengertian hukum disini tidak hanya perangkat

hukum yang berasal dari luar organisasi saja tetapi juga produk

hukum internal organisasi seperti kebijakan organisai, prosedur

standar operasi, dan sebagainya.

Produk hukum dalam membangun corporate governance harus di

taati tanpa menggangu Board dan manajemen organisasi dalam

upaya mencapai tujuan organisasi. Misalnya, kepedulian

organisasi terhadap pembangunan masyarakat sekitarnya

(community development) tidk boleh menggangu kepada

pencapaian tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Kepedulian

terhadap masyarakat sekitar ini adalah sebagai konsekuensi

organisasi sebagai open system yang harus menjaga keseimbangan

kepentingan stakeholders (Cadbury, 1999).

Page 14: BAB II TINJAUAN LITERATUR 2.1 Teori Agency dan Teori …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6091/2/T2_932011001_BAB II… · prinsipal maupun agen diasumsikan sebagai orang ekonomi

24

3. Pengelolaan sumber daya organisasi secara efisien, efektif,

ekonomis, dan produktif – E3P.

Adanya perangkat hukum dan peraturan adalah sebagai upaya

untuk memberikan pedoman yang berisi petunjuk dan batasan

kepada Board untuk bertindak lebih independen. Board

Governance yang baik tentu saja akan berupaya secara terus

menerus bagaimana mengalokasikan sumber daya secara maksimal

dalam kerangka pencapaian tujuan organisasi.

4. Transparan, accountable, responsible, independent, dan fairness –

TARIF.

Pentingnya penegakkan Good Corporate Governance adalah

merupakan cerminan keseriusan Board dalam memberikan

komitmen kepada pencapaian tujuan organisasi. Kakabadse,

Kakabadse, dan Kouzmin (2001) dalam Syakhrosa (2003) telah

secara tegas menyimpulkan bahwa Good Governance yang telah

tertata dengan baik akan selalu “concern” terhadap bagaimana

operasional organisasi in line with tujuan organisasi. Untuk itu

maka Board akan menyiapkan suatu perangkat pengukuran kinerja

yang line up dengan tujuan organisasi yang dipakai oleh Board

sebagai alat untuk melakukan pemantauan dan pengendalian

kinerja organisasi.

5. Strategic control

Corporate governance merupakan salah satu instrumen strategic

control perusahaan (Fama dan Jensen, 1983 dalam Syakhrosa,

2003). Fokus kepada Board dan berorientasi kepada tujuan

perusahaan adalah menunjukan bahwa CG merupakan alat

pengendalian strategis perusahaan.

2.4. Prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG)

2.4.1 Prinsip-prinsip GCG Menurut Menteri BUMN

Prinsip-prinsip good corporate governance menurut Menteri BUMN

Nomer. KEP-117/M-MBU/2002 tentang penerapan praktik GCG pada

BUMN pasal 3 dalam Wardoyo dan Lena (2010) yaitu:

Page 15: BAB II TINJAUAN LITERATUR 2.1 Teori Agency dan Teori …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6091/2/T2_932011001_BAB II… · prinsipal maupun agen diasumsikan sebagai orang ekonomi

25

1. Transparansi, yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses

pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan

informasi materil dan relevan mengenai perusahaan dan mencegah

upaya penyembunyian informasi yang relevan bagi pengguna

maupun stakeholder.

2. Akuntabilitas, yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan dan

pertanggungjawaban organ sehingga pengelolaan perusahaan

terlaksana secara efektif.

3. Kemandirian, yaitu suatu keadaan di mana perusahaan dikelola

secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh atau

tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi

yang sehat.

4. Pertanggungjawaban, yaitu kesesuaian di dalam pengelolaan

perusahaan terhadap perundang-undangan yang berlaku dan

prinsip-prinsip korporasi yang sehat.

5. Kewajaran, yaitu keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi hak-

hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

2.4.2 Prinsip-prinsip GCG Menurut FCGI (Forum for Corporate

Governance in Indonesia.

Prinsip-prinsip GCG menurut FCGI (Forum for Corporate Governance in

Indonesia) diambil dari OECD yang menyebutkan ada 4 (empat) yaitu:

1. Fairness yaitu kepastian perlindungan atas semua sumber dana dan

aset organisasi dari penipuan (fraud) dan penyimpangan lainnya

serta adanya pemahaman yang jelas mengenai hubungan

berdasarkan kepercayaan (trust)

2. Transparancy, yaitu keterbukaan mengenai informasi kinerja

organisasi, baik ketepatan waktu maupun akurasinya. Hal ini

berkaitan erat dengan kualitas informasi akuntansi yang dihasilkan.

3. Accountability, yaitu penciptaan sistem pengawasan yang efektif

berdasarkan pembagian wewenang, peranan, hak dan tanggung

jawab dari manajemen,komite audit dan internal auditor.

Page 16: BAB II TINJAUAN LITERATUR 2.1 Teori Agency dan Teori …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6091/2/T2_932011001_BAB II… · prinsipal maupun agen diasumsikan sebagai orang ekonomi

26

4. Responsibility, yaitu pertanggung jawaban organisasi kepada

stakeholders dan lingkungan dimana organisasi itu berada.

2.4.3 Prinsip-prinsip GCG Menurut OECD

Adapun prinsip-prinsip GCG menurut Organization for Economic Co-

operation and Development (OECD) yang dikutip oleh Wardoyo dan Lena

(2010), sebagai berikut:

1. Perlindungan terhadap hak-hak pemegang saham: menjamin

keamanan metoda pendaftaran kepemilikan, mengalihkan atau

memindahkan saham yang dimiliki, memperoleh informasi yang

relevan tentang perusahaan secara berkala dan teratur, ikut

berperan dan memberikan suara dalam rapat umum pemegang

saham (RUPS), memilih anggota dewan komisaris, dan dewan

direksi, serta memperoleh pendistribusian keuntungan perusahaan.

2. Persamaan perlakuan terhadap seluruh pemegang saham termasuk

pemegang saham asing dan minoritas.

3. Peranan pemangku kepentingan yang terkait dengan perusahaan

yaitu dorongan kerjasama antara perusahaan dengan pemangku

kepentingan agar tercipta kesejahteraan, lapangan pekerjaan, dan

kesinambungan usaha.

4. Keterbukaan dan transparansi terkait keuangan, kinerja

perusahaan, kepemilikan , dan pengelolaan perusahaan, informasi

yang diungkapkan harus disusun, diaudit, dan disajikan sesuai

dengan standar yang berkualitas tinggi.

5. Akuntabilitas Dewan Komisaris yaitu CG menjamin adanya

pedoman strategi perusahaan, pemantauan yang efektif terhadap

manajemen yang dilakukan oleh dewan komisaris dan

akuntabilitas dewan komisaris terhadap perusahaan dan pemegang

saham.

2.4.4 Prinsip-prinsip GCG Menurut ICGN

Organisasi ICGN (International Corporate Governance Network)

mengadopsi prinsip-prinsip GCG yang dikembangkan oleh OECD sebagai

standar minimal yang dapat diterima bagi perusahaan dan investor di

seluruh dunia. ICGN dalam Wardoyo dan Lena (2010)

Page 17: BAB II TINJAUAN LITERATUR 2.1 Teori Agency dan Teori …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6091/2/T2_932011001_BAB II… · prinsipal maupun agen diasumsikan sebagai orang ekonomi

27

merekomendasikan prinsip-prinsip berikut sebagai best practices dalam

penerapan CG:

1. Honesty (kejujuran), prinsip ini menuntut perusahaan

menyampaikan kebenaran di setiap waktu tanpa harus

memperhatikan konsekuensinya. Kejujuran adalah hal penting

dalam membangun hubungan saling percaya diantara semua

partisipan CG, antara lain meliputi Dewan Direksi, Manajemen,

Auditor, Dewan Penasehat, Karyawan, Pelanggan dan Pemerintah.

2. Resilience (kekuatan segera pulih), prinsip ini menuntut

perusahaan mengembangkan struktur GCG yang mampu bertahan

hidup dan segera pulih kembali jika perusahaan mengalami

kemunduran atau kegagalan. Oleh karena itu, mekanisme GCG

dirancang untuk mencegah, mendeteksi, dan mengoreksi segala

bentuk kegagalan yang dialami perusahaan.

3. Responsiveness (ketanggapan), prinsip ini menuntut perusahaan

bereaksi cepat terhadap permintaan dan tuntutan para pemangku

kepentingan. oleh karena itu, mekanisme GCG menekankan arti

penting penciptaan nilai bagi semua pemangku kepentingan,

termasuk terhadap pelestarian lingkungan.

4. Transparancy (transparansi), pada dasarnya prinsip ini menuntut

perusahaan menyajikan secara terus terang informasi yang relevan

bagi para pemangku kepentingan secara andal dan dalam bahasa

yang mudah dipahami. Informasi yang disajikan tidak sebatas

terkait dengan keuangan, tetapi juga informasi non-keuangan

seperti misalnya informasi terkait dengan operasi, struktur, dan

konflik kepentingan yang mungkin terjadi di perusahaan.

2.4.5 Prinsip-prinsip GCG Menurut SOA

Terdapat tiga prinsip integral SOA (Sarbanes Oxley Act) dalam Wardoyo

dan Lena (2010) yang dianut sebagai berikut:

1. Integrity (integritas), prinsip ini merujuk kepada kelengkapan

catatan keuangan. Jika informasi keuangan tidak lengkap maka

investor tidak akan memiliki gambaran yang representatif tentang

situasi perusahaan.

Page 18: BAB II TINJAUAN LITERATUR 2.1 Teori Agency dan Teori …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6091/2/T2_932011001_BAB II… · prinsipal maupun agen diasumsikan sebagai orang ekonomi

28

2. Reliability (keandalan), prinsip ini merujuk kepada penyajian

informasi yang akurat. SOA menuntut perusahaan untuk

meminimalkan kesalahan baik yang disengaja maupun yang tidak

disengaja karena kedua jenis kesalahan tersebut dapat

menyebabkan kerugian yang signifikan.

3. Accountability (akuntabilitas), prinsip ini merujuk kepada pihak

yang diberi amanah untuk menetapkan pengendalian atas

perusahaan dan bertanggung jawab atas kegagalan, jika terjadi.

2.4.6 Prinsip-prinsip GCG Menurut KNKG

Menurut KNKG (Komite Nasional Kebijakan Governance) ada lima asas

yang tercantum di dalam Pedoman Umum GCG yang dikutip oleh

Pratama & Mustamu (2013), yaitu:

1. Transparancy (keterbukaan informasi)

Organisasi harus menyediakan informasi yang material dan relevan

dengan cara yang mudah diakses oleh pemangku kepentingan

(stakeholders) serta mengungkapkan tidak hanya masalah yang

disyaratkan undang-undang tetapi juga hal penting untuk

pengambilan keputusan organisasi. Pedoman pelaksanaannya:

a. Penyediaan informasi yang tepat waktu, akurat, dan jelas serta

mudah diakses oleh pemangku kepentingan (stakeholders)

b. Kebijakan harus tertulis dan secara proporsional

dikomunikasikan kepada pemangku kepentingan (stakeholders)

c. Pengungkapan informasi tidak hanya terbatas visi, misi, sasaran

organisasi dan strategi bersaing dan informasi yang dibutuhkan

dalam proses pengambilan keputusan.

2. Accountability (akuntabilitas)

Organisasi harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya

secara wajar dan transparan. Untuk itu organisasi harus dikelola

secara benar, terstruktur, dan sesuai dengan kepentingan organisasi

dengan tetap memperhitungkan kepentingan stakeholder.

Pedoman pelaksanaannya:

a. Menetapkan rincian tugas dan tanggungjawab masing-masing

organ organisasi dan semua karyawan secara jelas, selaras

dengan visi, misi, sasaran usaha dan strategi organisasi.

Page 19: BAB II TINJAUAN LITERATUR 2.1 Teori Agency dan Teori …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6091/2/T2_932011001_BAB II… · prinsipal maupun agen diasumsikan sebagai orang ekonomi

29

b. Adanya sistem pengendalian organisasi (internal dan eksternal)

yang efektif dalam pengelolaan organisasi.

c. Mempunyai ukuran kinerja untuk semua jajaran manajemen

organisasi yang konsisten serta memiliki sistem penghargaan

dan sanksi.

d. Melaksanakan tugas dan tanggung jawab harus berpegang pada

etika organisasi dan pedoman perilaku yang sudah disepakati.

3. Responsibility (pertanggungjawaban)

Organisasi harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta

melaksanakan tanggung jawaba terhadap masyarakat dan

lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan dalam

jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai good corporate

citizen. Pedoman pelaksanaannya:

a. Organ organisasi harus berpegang pada prinsip kehati-hatian

dan memastikan kepatuhan terhadap peraturan perundang-

undangan, anggaran dasar dan peraturan organisasi.

b. Melaksanakan tanggung jawaba sosial dengan antara lain peduli

terhadap masyarakat dan kelestarian lingkungan hidup disekitar

organisasi.

4. Independency (kemandirian)

Organisasi harus dikelola secara independen sehingga masing-

masing organ organisasi tidak saling mendominasi dan tidak dapat

diintervensi oleh pihak lain. Pedoman pelaksanaannya:

a. Setiap organ harus menghindari terjadinya dominasi oleh pihak

manapun, tidak terpengaruh kepentingan tertentu, bebas dari

benturan kepentingan dan dari segala pengaruh dan tekanan

sehingga pengambilan keputusan dapat dilakukan secara

objektif.

b. Setiap organ organisasi harus dapat melaksanakan fungsi dan

tugasnya sesuai dengan anggaran dasar dan peraturan

perundang-undangan, tidak saling mendominasi atau melempar

tanggung jawab.

5. Fairness (kesetaraan dan kewajaran)

Organisasi harus senantiasa memperhatikan kepentingan

pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan

asas kesetaraan dan kewajaran. Pedoman pelaksanaannya:

Page 20: BAB II TINJAUAN LITERATUR 2.1 Teori Agency dan Teori …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6091/2/T2_932011001_BAB II… · prinsipal maupun agen diasumsikan sebagai orang ekonomi

30

a. Memberikan kesempatan kepada pemangku kepentingan untuk

memberikan pendapat dan masukan bagi kepentingan organisasi

serta membuka akses terhadap informasi sesuai dengan prinsip

transparansi.

b. Memberikan perlakuan yang setara dan wajar kepada pemangku

kepentingan sesuai dengan manfaat dan kontribusi yang

diberikan kepada perusahaan.

c. Memberikan kesempatan yang sama dalam penerimaan

karyawan, berkarir dan melaksanakan tugasnya secara

profesional tanpa membedakan suku, agama, ras, gender dan

kondisi fisik.

Menurut Holly J. Gregory yang dikutip oleh Indra & Ivan (2006:8), proses

corporate governance meliputi empat prinsip aktivitas :

1. Direction, yang berfokus pada formulasi arah strategi untuk masa

depan organisasi secara jangka panjang;

2. Execution action, yang diaplikasikan dalam pengambilan

keputusan;

3. Monitoring, yang meliputi monitoring performance dari

manajemen;

4. Accountability, yang berfokus pada pertanggungjawaban pihak-

pihak yang membuat keputusan.

Penerapan good corporate governance setidak-tidaknya ada empat situasi

ideal yang hendak dicapai (Ainun Na‟in,2000 dalam Emirzon, 2006),

yakni:

1. Existence of fair business: efficient market, efficient regulations,

and efficient contract.

2. Information regarding the (fair) price and specification of goods

and services being exchanged is available to all parties;

3. Each party able and is willing to comply to the rules and

regulation, and terms and contition in contract;

4. Judicial procees exist and are able to implement the rules and to

execute punishment to the non-compliant of the contract.

Page 21: BAB II TINJAUAN LITERATUR 2.1 Teori Agency dan Teori …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6091/2/T2_932011001_BAB II… · prinsipal maupun agen diasumsikan sebagai orang ekonomi

31

Selain itu, corporate governance yang baik diakui dapat membantu

“mengebalkan” perusahaan dari kondisi tidak menguntungkan, dalam

banyak hal corporate governance yang baik telah terbukti meningkatkan

kinerja perusahaan sampai 30% di atas tingkat kembalian (rate of return)

yang normal, oleh karena itu, corporate governance yang baik

memberikan manfaat pada perbaikan dalam komunikasi, minimisasi

potensi benturan, fokus pada strategi-strategi utama, peningkatan dalam

produktivitas dan efisiensi, kesinambungan manfaat (sustainability of

benefit), promosi citra perusahaan (corporate image), peningkatan

kepuasan pelanggan, dan memperoleh kepercayaan investor (Tunggal &

Tunggal, 2002:9 dalam Emirzon, 2006).

2.5 Manfaat Good Corporate Governance

Ada lima manfaat yang dapat diterima perusahaan yang menerapkan good

corporate governance (Holly J.Gregory, 2000 dalam Indra & Ivan,2006 ):

1. GCG dapat mendorong penggunaan sumber daya secara efisien

oleh perusahaan dan perekonomian nasional yang lebih besar.

2. GCG dapat membantu perusahaan dan perekonomian nasional

menarik investasi dengan biaya yang lebih rendah melalui

perbaikan kepercayaan investor dan kreditor domestik dan

internasional.

3. Membantu pengelolaan perusahaan dalam memastikan /menjamin

bahwa perusahaan telah taat pada ketentuan, peraturan dan

ekspektasi masyarakat.

4. Membantu manajemen dan corporate board dalam pemantauan

penggunaan aset perusahaan.

5. Mengurangi korupsi.

Selain itu, secara teknis aktivitas keseharian perusahaan beberapa manfaat

yang bisa dipetik dari penerapan GCG di suatu perusahaan (Daniri,2005),

antara lain:

1. Mengurangi agency cost, biaya yang timbul karena

penyalahgunaan wewenang (wrong doing), ataupun berupa biaya

pengawasan yang timbul untuk mencegah terjadinya suatu

masalah.

Page 22: BAB II TINJAUAN LITERATUR 2.1 Teori Agency dan Teori …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6091/2/T2_932011001_BAB II… · prinsipal maupun agen diasumsikan sebagai orang ekonomi

32

2. Mengurangi biaya modal (cost of capital) yang timbul dari

manajemen yang baik, yang mampu meminimalisai/mencegah

resiko.

3. Meningkatkan nilai saham perusahaan, sehingga dapat

meningkatkan citra perusahaan dimata publik dalam jangka

panjang.

4. Meningkatkan dukungan dari stakeholders dalam lingkungan

perusahaan.

2.6. Mekanisme Good Corporate Governance

Mekanisme corporate governance sebagai upaya penegakan corporate

governance dalam organisasi diharapkan dapat mengurangi konflik

keagenan dan juga diharapkan mampu mengontrol biaya keagenan

(Iturriga dan Sanz, 1998 dalam Suranta dan Machfoedz, 2003). Menurut

Walsh dan Steward (1990) sebagaimana dikutip oleh Arifin (2005)

mekanisme corporate governance diarahkan untuk menjamin dan

mengawasi berjalannya sistem governance dalam sebuah organisasi.

Sedangkan mekanisme corporate governance menurut Boediono (2005)

adalah suatu sistem yang mampu mengendalikan dan mengarahkan

kegiatan operasional organisasi serta pihak-pihak yang terlibat

didalamnya, sehingga dapat digunakan untuk menekan terjadinya masalah

keagenan.

2.6.1 Board of Directors

Di Indonesia dewan komisaris bersama-sama direksi perusahaan dapat

dijadikan padanan untuk istilah board of directors dalam literatur barat.

Dalam board of directors terdapat kumpulan direktur-direktur yang

eksekutif dan non-eksekutif direktur (yaitu dewan komisaris di Indonesia)

dan dipimpin oleh chairman. Chairman di struktur pengelolaan

perusahaan tidak dikenal di Indonesia. Board of directors di dunia bisnis

barat (Kresnohadi Ariyoto, et al, 2000) dapat dikelompokkan dalam 4

kelompok yaitu: care taker boards, statutory boards, proactive boards

dan participative boards.

Care taker boards dianggap kekurangan kualitas sebagai unsur yang

seharusnya bisa memfungsikan perannya mengendalikan eksekutif dari

Page 23: BAB II TINJAUAN LITERATUR 2.1 Teori Agency dan Teori …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6091/2/T2_932011001_BAB II… · prinsipal maupun agen diasumsikan sebagai orang ekonomi

33

perilaku menyimpang (salah satu unsur corporate governance di dalam

perusahaan), akibat dari dominasi eksekutif perusahaan yang power-nya

lebih besar. Karena itu arah dari hasil keputusan lebih ditentukan oleh

pengelola eksekutif dan keputusan disahkan oleh direktur non-eksekutif

(dewan komisaris).

Statutory boards ditunjuk oleh pemegang saham dan atau pemberi

pinjaman, mempunyai kelemahan dalam segi kemampuan evaluasi atas

kebijakan yang akan dibuat direksi maupun hasilnya , serta di bawah

dominasi direktur eksekutif, sehingga dalam proses pengambilan

keputusan hanya pelengkap legitimasi saja.

Proactive boards lebih bergigi dibandingkan dengan ke dua jenis board of

directors tersebut di atas karena itu mereka sering mengadu argumen

dalam proses pengambilan keputusan. Hal tersebut diamati terjadi pada

board of directors yang kredibel yang berasal dari luar perusahaan

sehingga mampu mempertahankan independensinya sekalipun tidak

mempunyai power yang sama besar dengan para direktur eksekutif.

Participative boards mempunyai power yang sama dengan direktur

eksekutif sehingga pengambilan keputusan didominasi proses menuju

konsensus melalui negosiasi dan kompromi. Hal ini mungkin bisa

demikian karena chairman dari board of directors tersebut pernah bekerja

di perusahaan yang sama. (Kresnohadi Ariyoto, et al, 2000)

Pada umumnya tugas dari board of directors menurut Kim & Nofsinger

(2007:41) meliputi lima fungsi:

1. To hire, evaluate, and perhaps even fire top management, with the

position of CEO being the most important to consider;

2. To vote on major operating proposals;

3. To vote on major financial decisions;

4. To offer expert advice to management; and

5. To make sure the firm’s activities and financial condition are

accurately reported to its shareholders.

Page 24: BAB II TINJAUAN LITERATUR 2.1 Teori Agency dan Teori …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6091/2/T2_932011001_BAB II… · prinsipal maupun agen diasumsikan sebagai orang ekonomi

34

2.6.2 Komite Audit

2.6.2.1 Definisi Komite Audit

Menurut Sarbanes-Oxley (SOX) 2002

“a committee (or equivalent body) established by and amongs the

board of directors of an issuer for the purpose of overseeing the

accounting and financial reporting processes of the issuer and

audits of the financial statements of the issuer.”

Menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI, 2002)

“Komite Audit adalah komite yang beranggotakan komisaris

independen, dan terlepas dari kegiatan manajemen sehari-hari

dan mempunyai tanggung jawab utama untuk membantu dewan

komisaris dalam menjalankan tanggung jawabnya terutama

dengan masalah yang berhubungan dengan kebijakan akuntansi,

pengawasan internal, dan sistem pelaporan keuangan.”

Komite Audit sebagai bagian dari Dewan Komisaris memiliki peran dalam

pencapaian tujuan penerapan corporate governance. Kaitan antara

Komite Audit dan corporate governance adalah bahwa Komite Audit

bertanggung jawab pada tata kelola perusahaan, yaitu memastikan bahwa

perusahaan telah dijalankan sesuai dengan undang-undang dan peraturan

yang berlaku, melaksanakan usahanya dengan beretika, melaksanakan

pengawasan secara efektif terhadap benturan kepentingan (conflict of

interest) dan kecurangan (fraud) yang dilakukan oleh karyawan

perusahaan (FCGI, 2002)

Tugas utama dari komite audit adalah mempunyai tanggung jawab untuk

membantu Dewan Komisaris dalam menjalankan tanggung jawabnya

terutama dengan masalah yang berhubungan dengan kebijakan akuntansi,

pengawasan internal, dan sistem pelaporan keuangan.

Pada umumnya, Komite Audit mempunyai tanggung jawab pada tiga

bidang, yaitu:

Page 25: BAB II TINJAUAN LITERATUR 2.1 Teori Agency dan Teori …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6091/2/T2_932011001_BAB II… · prinsipal maupun agen diasumsikan sebagai orang ekonomi

35

1. Laporan Keuangan (Financial Reporting)

Tanggung jawab Komite Audit di bidang laporan keuangan adalah

untuk memastikan bahwa laporan keuangan yang dibuat oleh

manajemen telah memberikan gambaran yang sebenarnya tentang

hal-hal sebagai berikut:

1. Kondisi keuangan

2. Hasil usahanya

3. Rencana dan komitmen jangka panjang

2. Tata Kelola Perusahaan (Corporate Governance)

Tanggung jawab Komite Audit dalam bidang Corporate

Governance adalah untuk memastikan bahwa organisasi telah

dijalankan sesuai dengan undang-undang dan peraturan yang

berlaku, melaksanakan usahanya dengan beretika, melaksanakan

pengawasannya secara efektif terhadap benturan kepentingan dan

kecurangan yang dilakukan oleh karyawan organisasi.

3. Pengawasan Perusahaan (Corporate Control)

Tanggung jawab Komite Audit untuk pengawasan organisasi

termasuk di dalamnya pemahaman tentang masalah serta hal-hal

yang berpotensi mengandung risiko dan sistem pengendalian

internal serta memonitor prose pengawasan yang dilakukan oleh

auditor internal. Ruang lingkup audit internal harus meliputi

pemerikasaan dan penilaian tentang kecukupan dan efektivitas

sistem pengawasan intern.

2.6.2.2 Struktur Komite Audit

Komite audit harus terdiri dari individu-individu yang mandiri dan tidak

terlibat dengan tugas sehari-hari dari manajemen yang mengelola

organisasi, dan yang memiliki pengalaman untuk melaksanakan fungsi

pengawasan secara efektif. Salah satu dari beberapa alasan utama

kemandirian itu adalah untuk memelihara integritas serta pandangan yang

objektif dalam laporan serta penyusunan rekomendasi yang diajukan oleh

Komte Audit, karena individu yang mandiri cenderung lebih adil dan tidak

memihak serta objektif dalam menangani suatu permasalahan.

Jumlah anggota Komite Audit disesuaikan dengan besar kecilnya

organisasi dan tanggung jawab. Namun biasanya tiga sampai lima

Page 26: BAB II TINJAUAN LITERATUR 2.1 Teori Agency dan Teori …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6091/2/T2_932011001_BAB II… · prinsipal maupun agen diasumsikan sebagai orang ekonomi

36

anggota merupakan jumlah yang cukup ideal. Komite Audit biasanya

perlu untuk mengadakan rapat tiga sampai empat kali setahun untuk

melaksanakan kewajiban dan tanggung jawabnya yang menyangkut soal

sistem pelaporan keuangan. (The Institute of Internal Auditors, Internal

Auditing and The Audit Committee, FCGI, 2001).

Lima karakteristik dari komite audit (Diana & Lisa, 2009)

1. Independent, anggota komite audit yang independen akan lebih

objektif dan lebih baik dalam memonitor tindakan-tindakan

manajemen, jika komite audit tidak memiliki hubungan pribadi

atau ekonomi dengan organisasi.

2. Financial expertise, Sarbanes Oxley Act tahun 2002 menekankan

bahwa anggota komite audit memiliki keahlian dalam bidang

keuangan. Seksi 407 mendefinisikan seorang yang ahli dalam

bidang keuangan adalah orang yang mengerti tentang GAAP,

Laporan Keuangan, dan fungsi-fungsi audit komite.

3. Diligence, komitmen audit komite untuk menghadiri meeting.

Komite audit yang lebih sering menghadiri meeting memiliki lebih

besar komitmen dan ketertarikan dan lebih efektif dalam

memonitor organisasi. Park (1998) dalam Diana & Lisa (2009)

menyatakan bahwa komitmen komite audit berhubungan dengan

berkurangnya litigasi terhadap auditor eksternal. Abbott (2004)

dalam Diana & Lisa (2009) mendapati bahwa komitmen yang kuat

dari komite audit mengurangi financial restatements.

4. Governance Expertise, DeZoort (1998) dalam Diana & Lisa (2009)

mendapati bahwa pengalaman anggota komite audit lebih

konsisten dalam pengambilan keputusan, memiliki pandangan

yang lebih baik, dan lebih baik dalam mencapai kesepakatan

daripada yang tidak memiliki pengalaman termasuk auditing

experience. Carcello dan Neal (2003) dalam Diana & Lisa (2009)

menyatakan bahwa pengantian auditor berkurang jika boards

memiliki keahlian dalam bidang tatakelola (governance expertise).

Governance expertise diukur dari berapa jumlah board of directors

yang dilayani oleh komite audit.

Page 27: BAB II TINJAUAN LITERATUR 2.1 Teori Agency dan Teori …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6091/2/T2_932011001_BAB II… · prinsipal maupun agen diasumsikan sebagai orang ekonomi

37

5. Knowledge, Hermalin dan Weisbach (1991) dalam Diana & Lisa

(2009) menyatakan bahwa outsider director yang memiliki

pengetahuan lebih lama terhadap perusahaan cenderung

memperbaiki kinerja perusahaan. Park (1998) dalam Diana & Lisa

(2009) menyatakan bahwa komite audit yang memilki waktu yang

lebih lama dengan board of directors mengurangi litigasi klien

terhadap auditor. Hal ini mendukung asersi bahwa komite audit

yang mengenal perusahaan dalam arti pengetahuan tentang

perusahaan, akan lebih baik dalam memonitor dan memperbaiki

kualitas pelaporan perusahaan.

Peranan Dewan Komisaris menurut OECD dalam FCGI (2002) antara

lain:

1. Menilai dan mengarahkan strategi perusahaan, garis-garis besar

rencana kerja, kebijakan pengendalian risiko, anggaran tahunan

dan rencana usaha; menetapkan sasaran kerja; mengawasi

pelaksanaan dan kinerja perusahaan; serta memonitor penggunaan

modal perusahaan, investasi dan penjualan aset.

2. Menilai sistem penetapan penggajian pejabat pada posisi kunci dan

penggajian anggota dewan direksi, serta menjamin suatu proses

pencalonan anggota dewan direksi yang transparan dan adil.

3. Memonitor dan mengatasi masalah benturan kepentingan pada

tingkat manajemen, termasuk penyalagunaan aset perusahaan dan

manipulasi transaksi perusahaan.

4. Memonitor pelaksanaan governance, dan mengadakan perubahan

bila perlu.

5. Memantau proses keterbukaan dan efektivitas komunikasi dalam

perusahaan.

Page 28: BAB II TINJAUAN LITERATUR 2.1 Teori Agency dan Teori …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6091/2/T2_932011001_BAB II… · prinsipal maupun agen diasumsikan sebagai orang ekonomi

38

2.6.3 Audit Internal

2.6.3.1 Definisi Audit Internal

Menurut Standar Profesi Audit Internal (2004),

Audit internal adalah kegiatan assurance dan konsultasi yang

independen dan obyektif, yang dirancang untuk memberikan nilai

tambah dan meningkatkan kegiatan operasi organisasi. Audit

internal membantu oragnisasi untuk mencapai tujuannya, melalui

pendekatan yang sistematis dan teratur untuk mengevaluasi dan

meningkatkan efektivitas pengelolaan risiko, pengendalian dan

proses governance.

Menurut IIA dalam Robert Moeller & Herbert Witt (1999)

Internal auditing is an independent appraisal function established

within organization to examine and evaluate its aktivities as a

service to the organization.

Menurut Institute of Internal Auditors (IIA) audit internal adalah

(Sawyer”s et al, 2003:9) dalam Wardoyo dan Lena (2010):

“Audit internal adalah aktivitas independen, keyakinan objektif

dan konsultasi yang dirancang untuk memberikan nilai tambah

dan meningkatkan operasi organisasi. Audit tersebut membantu

organisasi mencapai tujuannya dengan menerapkan pendekatan

yang sistematis dan berdisiplin untuk mengevaluasi dan

meningkatkan efektivitas proses pengelolaan resiko, kecukupan

kontrol dan pengelolaan organisasi.”

2.6.3.2 Tujuan dan Ruang Lingkup Audit Internal

Menurut IIA, tujuan audit internal adalah untuk membantu anggota

organisasi dalam melaksanakan tanggung jawabnya secara efektif. Staf

dari audit internal diharapkan dapat melengkapi organisai dengan analitis,

penilaian, rekomendasi, konsultasi, dan informasi tentang kegiatan yang

ditelaah. IIA mengakui bahwa tujuan audit internal meliputi juga

meningkatkan pengendalian yang efektif pada biaya yang wajar.

Page 29: BAB II TINJAUAN LITERATUR 2.1 Teori Agency dan Teori …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6091/2/T2_932011001_BAB II… · prinsipal maupun agen diasumsikan sebagai orang ekonomi

39

Ruang lingkup dari audit internal (Wardoyo dan Lena, 2010) meliputi

pemeriksaan dan evaluasi yang memadai serta efektivitas sistem

pengendalian internal organisasi dan kualitas kinerja dalam melaksanakan

tanggung jawab dan beban. Ruang lingkup audit internal juga meliputi

tugas-tugas :

1. Menelaah reliabilitas dan integritas informasi keuangan dan

operasi serta perangkat yang digunakan untuk mengidentifikasi,

mengukur, mengklasifikasi, dan melaporkan informasi semacam

itu.

2. Menelaah sistem yang ditetapkan untuk memastikan ketaatan

terhadap kebijakn, perencanaan, prosedur, hukum, dan peraturan

yang dapat memiliki pengaruh signifikan terhadap operasi dan

laporan serta menentukan apakah organisasi telah mematuhinya.

3. Menelaah perangkat perlindungan aktiva, dan secara tepat,

memverifikasi keberadaan aktiva tersebut.

4. Menilai keekonomisan dan efisiensi sumber daya yang

dipergunakan.

5. Menelaah operasi atau program untuk memastikan apakah hasil

konsisten dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, serta

apakah operasi atau program itu telah dilaksanakan sesuai dengan

yang direncanakan.

Sedangkan menurut Effendi (2006) ruang lingkup audit internal adalah :

1. Audit Keuangan (Financial Audit)

Sasaran audit keuangan adalah kewajaran atas laporan keuangan

yang disajikan manajemen.

2. Audit Operasional (Operational Audit)

Sasaran Audit Operasional adalah penilaian masalah efisiensi,

efektivitas, dan ekonomi (3E).

3. Audit Kepatuhan (Compliance Audit)

Tujuan audit ini adalah untuk menguji apakah pelaksanaan atau

kegiatan telah sesuai dengan ketentuan atau peraturan yang

berlaku.

4. Fraud Audit.

Page 30: BAB II TINJAUAN LITERATUR 2.1 Teori Agency dan Teori …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6091/2/T2_932011001_BAB II… · prinsipal maupun agen diasumsikan sebagai orang ekonomi

40

Tujuan audit ini adalah untuk mengungkap adanya kasus yang

berindikasi Korupsi, Kolusi, Nepotisme (KKN) yang merugikan

perusahaan atau negara dan menguntungkan pribadi maupun

kelompok (organisasi) pihak ketiga.

2.6.3.3 Hubungan Internal Audit Dengan Komite Audit

Komite Audit adalah lembaga yang ditugaskan untuk mengawasi fungsi

audit dan control dari organisasi. Ada tiga area dari aktivitas yang

merupakan kunci dari hubungan yang efektif antara komite audit dengan

fungsi audit internal, yaitu:

a. Membantu komite audit untuk memastikan bahwa charter,

aktivitas, dan proses komite audit adalah memadai untuk

memenuhi tanggungjawabnya.

b. Memastikan bahwa charter, peranan dan aktivitas dari audit

internal dapat dipahami dan menjawab kebutuhan komite audit dan

dewan.

c. Memelihari komunikasi yang terbuka dan efektif dengan komite

audit dan pimpinannya. (Standar Profesi Audit Internal, 2004:117-

123).

2.6.3.4 Fungsi Internal Audit

Audit internal dalam memenuhi kebutuhan manajemen, dan staf audit

yang paling efektif meletakkan tujuan manajemen dan organisasi di atas

rencana dan aktivitas mereka. Tujuan-tujuan audit disesuaikan dengan

tujuan manajemen, sehingga auditor internal itu sendiri berada dalam

posisi untuk menghasilkan nilai tertinggi pada hal-hal yang dianggap

manajemen paling penting bagi kesuksesan organisasi.

Menurut Sawyer‟s yang diterjemahkan oleh Adhariani (2003:32) dalam

Wardoyo dan Lena (2010) mengatakan bahwa fungsi audit internal adalah

sebagai berikut:

1. Mengawasi kegiatan-kegiatan yang tidak dapat diawasi oleh

manajemen puncak.

2. Mengidentifikasi dan meminimalkan resiko.

Page 31: BAB II TINJAUAN LITERATUR 2.1 Teori Agency dan Teori …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6091/2/T2_932011001_BAB II… · prinsipal maupun agen diasumsikan sebagai orang ekonomi

41

3. Memvalidasi laporan ke manajemen senior.

4. Membantu manajemen pada bidang-bidang teknis.

2.7 Praktek Laporan Keuangan Organisai Non-Profit Menurut

FASB.

Definisi dari organisasi nirlaba menurut AICPA dan FASB adalah sebuah

entitas yang memiliki karekateristik berbeda dari organisasi bisnis.

Karakteristik dari organisasi nirlaba adalah (Wilson and Kattelus,

2004:530):

1. Mengkontribusikan sumber daya yang berasal dari sukarelawan

atau donator yang tidak mengharapkan balasan yang sepadan.

2. Tujuannya berbeda, tidak untuk menghasilkan barang atau

menyediakan jasa seperti organisasi bisnis.

3. Kekurangannya adalah kepemilikan tidak sepenting seperti pada

organisasi bisnis.

FASB Statement No. 117 meminta organisasi Non-profit menyiapkan

satu set laporan keuangan yang memuat laporan posisi keuangan

(statement of financial position), laporan aktivitas (statement of activities),

laporan arus kas (statement of cash flow), dan catatan atas laporan

keuangan (notes). Dalam laporan keuangan tersebut diklasifikasikan aset

bersih, pendapatan, biaya, keuntungan dan kerugian sesuaii dengan tiga

kelas aset bersih (net assets): Aset bersih tak bersyarat, aset bersih

bersyarat temporer, dan aset bersih bersyarat tetap (unrstricted net asset,

temporarily restricted net assets, and permanently restricted net assets)

sesuai dengan keadaan ada atau tidaknya persyaratan donor.

FASB Statement No.116 mendefinisikan tiga kelas aset sebagai berikut:

1) Asset bersyarat permanen adalah bagian aset yang dibatasi

penggunaannya oleh persyaratan donor yang tidak mempunyai

kadaluarsa dan tidak boleh dipindah oleh tindakan entitas Non-

Profit.

2) Asset bersyarat temporer adalah bagian dari aset yang dibatasi oleh

persyaratan donor baik waktu jatuh tempo persyaratan (time

Page 32: BAB II TINJAUAN LITERATUR 2.1 Teori Agency dan Teori …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6091/2/T2_932011001_BAB II… · prinsipal maupun agen diasumsikan sebagai orang ekonomi

42

restriction) maupun dapatnya dipindah apabila persyaratan telah

dipenuhi oleh organisasi (purpose restriction).

3) Aset bersyarat adalah bagian aset yang tidak dibatasi persyaratan

oleh donor. Organisasi dapat melaporkan pendapatan, keuntungan

dan kerugian dalam setiap kelas aset, tetapi biaya dilaporkan hanya

dalam kelas aset tak bersyarat (Beams, et al., 2006 p:751).

2.7.1 Laporan Posisi Keuangan (Statement of Financial Position)

Laporan Posisi Keuangan atau laporan balance sheet melaporkan aset,

hutang dan aset bersih. Laporan aset bersih dalam total dan perincian tiga

kelas aset bersih (aset tak bersyarat, bersyarat temporer, dan bersyarat

permanen). Jumlah Aset Bersih Bersyarat Permanen dan Aset Bersih

Bersyarat Temporer dinyatakan dalam neraca atau dalam Catatan yang

mana yang akan dipilih. Aset yang diterima dari donor dengan syarat

untuk tujuan jangka panjang harus dipisahkan dari aset yang boleh

digunakan sekarang. Laporan komparatif dengan periode yang lalu tidak

diperlukan (Beams, et al.,2006, p:751).

2.7.2 Laporan Aktivitas (Statement of Activities)

Laporan aktivitas menyajikan bagaimana sumber daya digunakan untuk

berbagai program dan pelayanan. Akun organisasi nirlaba untuk

pendapatan dan biaya menggunakan basis akrual. Pernyataaan FASB

Nomor 93 mengharuskan organisasi nirlaba mengakui biaya penyusutan

(depreciation) aset jangka panjang (aset tetap). Organisasi nirlaba harus

mencatat depresiasi meskipun aset dari pemberian, sesuai dengan definisi

pemberian (collections) tidk memerlukan kapitalisasi dan depresiasi.

Laporan aktivitas berfokus pada organisasi secara keseluruhan. Laporan

ini melaporkan perubahan dalam aset bersih, saldo akhir aset bersih, harus

sama dengn saldo aset bersih dalam Neraca. Laporan juga menyatakan

pendapatan, biaya, keuntungan dan kerugian kelas aset bersih (aset yang

bersyarat permanen, bersyarat sementara, dan aset yang tidak bersyarat).

Pendapatan, menaikkan aset bersih tak bersyarat, kecuali aset yang

diterima bersyarat oleh persyaratan donor. Keuntungan dan kerugian

dalam investasi menaikkan atau mengurangi aset bersih tak bersyarat,

Page 33: BAB II TINJAUAN LITERATUR 2.1 Teori Agency dan Teori …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6091/2/T2_932011001_BAB II… · prinsipal maupun agen diasumsikan sebagai orang ekonomi

43

kecuali penggunaannya bersyarat secara eksplisit oleh persyaratan donor

atau hukum. Biaya selalu mengurangi aset bersih tak bersyarat. Aset

bersih bersyarat permanen dan temporer dinyatakan dalam aset bila belum

jatuh tempo sesuai persyaratan. Bila sudah jatuh tempo sesuai persyaratan

donor, dapat ditempatkan sebagai aset bersih tak bersyarat, yang harus

dilakukan secara konsiten.

Umumnya, organisasi nirlaba melaporkan pendapatan (revenues) dan

biaya (expenses) dalam jumlah gross. Keuntungan (gains) dan kerugian

(loss) dari transaksi insidentil atau kejadian luar biasa dilaporkan dalam

jumlah bersih (net) atas biaya yang bersangkutan. Lebih lanjut klasifikasi

atas pendapatan, biaya, keuntungan dan kerugian dari Operasi (operating),

atau non operasi (non-operating) dan sebagainya dibuat secara opsional.

Organisasi nirlaba melaporkan biaya dalam bentuk klasifikasi fungsional,

sebagian besar adalah Jasa Program dan Jasa Suporting. Jasa Program

adalah aktivitas yang menyalurkan barang atau jasa untuk memenuhi

tujuan atau misi organisasi terhadap para penerima jasa atau pelanggan

atau anggota. Jasa Suporting adalah semua aktvitas diluar jasa program .

Yang termsuk Jasa Suporting adalah :

a. Manajemen dan Umum (Management and General). Pengawas

manajemen bisnis, administrasi umum, keuangan dan aktivitas

administrasi terkait.

b. Pengumpulan Dana (Fund Raising). Publikasi dan kampanye untuk

pengumpulan dana, memelihara daftar donor, acara untuk special fund

raising, penyiapan dan distribusi manual fund raising, intsruksi-

instruksi, dan lain-lain untuk permintaan kontribusi.

c. Aktivitas Pengembangan Anggota Donator (Membership-development

activities). Permintaan menjadi prospektif anggota, dan pemeliharaan

anggota yang ada, serta hubungan keanggotaan.

(Beams, et al., 2006 p:751-752).

2.7.3 Laporan Arus Kas (Statement of Cash Flows)

Statement No. 117 memperluas FASB statement No. 95 tentang

“statement fo Cash Flows”, untuk organisasi nirlaba. Organisasi nirlaba

Page 34: BAB II TINJAUAN LITERATUR 2.1 Teori Agency dan Teori …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6091/2/T2_932011001_BAB II… · prinsipal maupun agen diasumsikan sebagai orang ekonomi

44

menggunakan klasifikasi dan definisi yang sama dengan perusahaan

bisnis, kecuali deskripsi Financing Activities (Aktivitas Pendanaan)

diperluas dengan memasukkan sumber daya dari donor yang dibatasi

untuk tujuan jangka panjang. Laporan arus kas tentang permanently

endowments (dana abadi) nirlaba dilaporkan sebagai Aktivitas Investasi

(Investing Activities). Dalam menyusun laporan arus kas, tidak boleh

menggabungkan kas yang dibatasi untuk tujuan jangka panjang dengan

kas yang didapat untuk penggunaan sekarang dalam Neraca. Laporan

dapat menggunakan metode langsung maupun metode tidak langsung.

(Beams, et al., 2006 p:753).

2.7.4 Kontribusi (Contributions)

Statement No. 116 mendefinisikan, kontribusi adalah transfer uang tanpa

syarat atau aset lain kepada entitas atau penyelesaian hutan atau

pembatalan kewajiban secara sukarela, atau saling transfer dengan lain

entitas bukan sebagai pemilik. Misalnya aset lain, termasuk gedung,

sekuritas, penggunaan fasilitas atau jasa, dan pemberian tanpa syarat.

Transfer-transfer yang tidak termasuk Kontribusi (Transfers that are not

Contributions):

1. Transaksi Pertukaran (Exchange Transactions)

Transaksi pertukaran adalah transaksi saling transfer atau transaksi

timbal balik diantara dua pihak, dimana jumlah dari pihak yang

memberi dengan yang menerima kira-kira sama, walaupun kadang-

kadang sulit dibedakan. Misalnya pengiriman kalender kepada calon

donor potensial. Bila pihak donor memberikan sumbangan dana,

penerimaan dana tersebut adalah Kontribusi, sementara biaya

kalender dan pengirimannya disebut biaya Pengumpulan Dana.

Namun bila jumlah sumbangan dananya relatif kira-kira sama nilainya

dengan nilai yang diberikan (kalender), maka transaksi tersebut

dinamakan Transaksi Pertukaran.

2. Transaksi Perantara (Agency Transactions)

Transaksi perantara adalah bila aset yang ditransfer dianggap bernilai

kecil atau tidak ada nilainya, dan aset tersebut diteruskan ke pihak

ketiga.

Page 35: BAB II TINJAUAN LITERATUR 2.1 Teori Agency dan Teori …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6091/2/T2_932011001_BAB II… · prinsipal maupun agen diasumsikan sebagai orang ekonomi

45

3. Sumbangan Dalam Bentuk Nonkas (Gift in Kind)

Gift in Kind adalah sumbangan berbentuk non-kas, seperti pakaian,

furnitur, dan jasa. Dianggap sumbangan bila organisasi nirlaba punya

kebijakan untuk sumber daya tersebut.

2.7.5 Prinsip-prinsip Pengukuran (Measurement Principles)

Organisasi nirlaba mengukur kontribusi dengan nilai wajar (fair value).

Statement No. 116 mengidentifikasikan penggunaan harga pasar sebagai

nilai yang terbaik, baik untuk aset moneter maupun aset nonmoneter.

Metode penilaian ini dapat menggunakan nilai pasar aset sejenis atau

melalui Penilai Independen (independent appraisal). Bila nilai pasar

berubah, maka :

1) Harga wajar naik, tidak diakui sebagai pendapatan

2) Bila harga wajar turun, perbedaan penurunannya diakui pada periode

tersebut dan dilaporkan sebagai perubahan pada aset sesuai dengan

kelasnya.

Perbedaan dua standar yang diterapkan dalam organisasi non-profit:

Tabel 6

FASB GASB: Summary of Differences

Panel A

Governmental Nonprofit

Organization

Uses AICPA

Governmental Audit Guide

(1999)

Nongovernment Not

for-Profit Organization

Uses AICPA Not-for

Profit Audit Guide

(1996)

Financial

Statements

GASB 35/34 (1999a;1999b) FASB 117 (1993b)

Management Decision &

Analysis (MDA) (RSI)

Statements of Net Assets

Statement of Revenues,

Expenses and Change in Net

Assets

Statements of Cash Flow

Notes

Statement of Financial

Position

Statement of Activities

Statement of Cash

Flows

Notes

Page 36: BAB II TINJAUAN LITERATUR 2.1 Teori Agency dan Teori …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6091/2/T2_932011001_BAB II… · prinsipal maupun agen diasumsikan sebagai orang ekonomi

46

Others Required

Supplemental Information

(RSI)

Panel B

Governmental Nonprofit

Organzation

Nongovernmental Not-

for-profit Organization

Balance

Sheet

GASB 35/34 (1999a;1999b) FASB (1993Bb

Classified per ARB 43

Current

Noncurrent

Classified not Required

A = L + NA

A L NA (No totals

A = L + NA

Within classifications assets

and liabilities presented in

liquidity order

Assets and liabilities

presented in liquidity

order

Investments (including real

estate) presented at fair value

Investments (real estate

optional) presented at

fair value

Funded held in trust by others

reported in notes if significant

Funded held in trust by

others reported as assets

and Permanently

Restricted NA

Capital Assets net of related

debt

Restricted Nonexpendable

Restricted Expendable

Unrestricted (designation

prohibited)

Unrestricted Net Assets

Temporarily Restricted

NA

Permanently Restricted

NA

Panel C

Governmental Nonprofit

Organization

Nongovernmental Not-

for-Profit Organization

Income

Statement

Expenses display in

appropriate net asset class

Any external party can

restrict resources

Restriction met when first

$ spent – optional

All expenses displayed

as unrestricted

Only donors can restrict

Resources

Restriction met when

first $ spent – optional

Met restrictions are

Page 37: BAB II TINJAUAN LITERATUR 2.1 Teori Agency dan Teori …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6091/2/T2_932011001_BAB II… · prinsipal maupun agen diasumsikan sebagai orang ekonomi

47

reclassed into

Unrestricted Net Assets

Expenses displayed

functionally or by natural

class

Expenses displayed

functionally or by

natural class

Plant operation and

depreciation may be

presented as functional

designation

Plant operation,

depreciation and

interest must be

allocated (no guidance

provided)

Revenues presented by type Revenues presented by

type

Operating measure prescribed Operating measure-

optional

Realized and unrealized

investment income presented

separately

Realized and unrealized

investment income may

be netted

State appropriations reported

as non-operating revenue

Appropriations may be

reported as operating

revenue

Panel D

Governmental Nonprofit

Organization

Nongevernmental Not-

for-profit Organization

Cash Flow GASB 9 (1989) FASB 117 (1993b)

Direct method mandated May use direct or

indirect method

Reconciliation required

(indirect method to report

operating activities)

Cash equivalents same as

cash if < 90 days and original

investment maturity 90 days

or less

Cash equivalents same

as cash if < 90 days and

original investment

maturity 90 days or less

Four categories

Operating

Non-Capital Financing

Transfers

Subsidies

Contributions

Agency transactions

Three categories

Operating measure-

Net income +/-

change in working

capital account

Investing +/- changes

in long term assets

Page 38: BAB II TINJAUAN LITERATUR 2.1 Teori Agency dan Teori …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6091/2/T2_932011001_BAB II… · prinsipal maupun agen diasumsikan sebagai orang ekonomi

48

Capital Financing

All capital asset related

Capital contributions

New capital debt

Capital debt obligations

Sale of capital assets

Investing

All investing activities

Acquisitions

Sales

Interest earned

Financing +/- long term

liabilities

New endowment gifts

Management

Decision &

Analysis

(MD& A)

Required supplemental

reporting – contents

prescribed

Not required

Notes Required by various GASB

guidance

Required by various

FASB guidance

Sumber : Mary Fishcer & Treba Marsh, 2012. Journal of budgeting,

Accounting and Financial and Management.

2.8 Tujuan Pelaporan Keuangan Organisasi Nirlaba

Dalam buku A Statement of Basic Accounting Theory (ASOBAT) seperti

yang dikutip dan diterjemahkan oleh Harahap (2007:126) dalam Pontoh

(2013) merumuskan empat tujuan laporan keuangan:

1. Membuat keputusan yang menyangkut penggunaan kekayaan yang

terbatas dan untuk mencapai tujuan.

2. Mengarahkan dan mengontrol secara efektif sumber daya manusia

dan faktor produksi lainnya.

3. Memelihara dan melaporkan pengamanan terhadap kekayaan.

4. Membantu fungsi dan pengawasan sosial.

Menurut Ahmed Riahi, Belkaoui (2001: 145) para pengguna laporan

keuangan organisasi nirlaba memiliki kepentingan bersama yang tidak

berbeda dengan organisasi bisnis. Para pengguna ini membutuhkan

laporan keuangan organisasi nirlaba adalah untuk menilai :

Page 39: BAB II TINJAUAN LITERATUR 2.1 Teori Agency dan Teori …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6091/2/T2_932011001_BAB II… · prinsipal maupun agen diasumsikan sebagai orang ekonomi

49

1. Seberapa besar kemampuan organisasi untuk dapat menyediakan

jasa.

2. Kemampuan pengelola organisasi untuk mengelola sumber daya

Lebih lanjut tujuan pelaporan keuangan eksternal organisasi nirlaba secara

umum yang dirumuskan oleh FASB dalam SFAC No.4 dalam Ahmed

Riahi, Belkaoui (2001: 146) menyatakan bahwa laporan keuangan yang

dibuats seharusnya memberikan informasi yang berguna untuk

menyajikan sumber daya yang potensial sebagai pemakai dapat :

1. Membuat keputusan yang rasional mengenai pengalokasian

sumber daya yang dimiliki oleh organisasi.

2. Memperkirakan jasa yang dapat dilayani dan kemampuan

organisasi untuk menyediakan jasa-jasa.

3. Memperkirakan bagaimana manajer atau pengelola memberi

pertanggungjawabannya dengan memperkirakan aspek-aspek

kinerja lainnya.

Menurut Mardiasmo (2009:167) dalam Pontoh (2013) tujuan laporan

keuangan organisasi nirlaba dalam SFAC No. 4 tersebut adalah sebagai

berikut:

1. Laporan keuangan organisasi nonbisnis hendaknya dapat

memberikan informasi yang bermanfaat bagi penyedia dan calon

penyedia sumber daya, serta pemakai dan calon pemakai lainnya

dalam pembuatan keputusan yang rasional mengenai alokasi

sumber daya organisasi.

2. Memberikan informasi untuk membantu para penyedia dan calon

penyedia sumber daya, serta pemakai dan calon pemakai lainnya

dalam menilai pelayanan yang diberikan oleh organisasi nonbisnis

serta kemampuannya untuk melanjutkan memberi pelayanan

tersebut.

3. Memberikan informasi yang bermanfaat bagi penyedia dan calon

penyedia sumber daya, serta pemakai dan calon pemakai lainnya

dalam menilai kinerja manajer organisasi nonbisnis atas

pelaksanaan tanggung jawab pengelolaan serta aspek kinerja

lainnya.

Page 40: BAB II TINJAUAN LITERATUR 2.1 Teori Agency dan Teori …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6091/2/T2_932011001_BAB II… · prinsipal maupun agen diasumsikan sebagai orang ekonomi

50

4. Memberikan informasi mengenai sumber daya ekonomi,

kewajiban, data kekayaan bersih organisasi, serta pengaruh dari

transaksi, peristiwa dari kejadian ekonomi yang mengubah sumber

daya dan kepentingan sumber daya tersebut.

5. Memberikan informasi mengenai kinerja organisasi selama satu

periode. Pengukuran secara periodik atas perubahan jumlah dan

keadaan/kondisi sumber kekayaan bersih organisasi nonbisnis serta

informasi mengenai usaha dan hasil pelayanan organisasi secara

bersama-sama yang dapat menunjukkan informasi yang berguna

untuk menilai kinerja.

6. Memberikan informasi mengenai bagaimana organisasi

memperoleh dan membelanjakan kas atau sumber daya kas,

mengenai utang dan pembayaran kembali utang, dan mengenai

faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi likuiditas organisasi.

7. Memberikan penjelasan dan interpretasi untuk membantu pemakai

dalam memahami informasi keuangan yang diberikan.

2.9 Pemakai Laporan Keuangan Organisasi Nirlaba

Menurut Ahmet Riahi, Belkaoui (2001:145) para pemakai laporan

keuangan organisasi nirlaba adalah pemberi sumber daya, pemberi suara,

badan pengatur dan pengawasan serta manajemen.

1. Pemberi Sumber Daya

Pemberi sumber daya adalah orang yang secara langsung

menerima balas jasa atau penggantian atas sumber daya keuangan

yang diserahkannya yaitu pemberi pinjaman, supplier serta

pegawai dan orang yang secara tidak langsung dan tidak

proporsional menerima manfaat atas sumber daya yang mereka

serahkan yakni penyantun dan pembayar pajak.

Pemberi sumber daya keuangan, seperti penyantun menaruh

perhatian atas informasi tersebut sebagai dasar untuk menetapkan

seberapa baik orang berusaha dalam mencapai tujuan dan apakah

akan dapat terus melanjutkannya.

Pembayar pajak memerlukan informasi untuk menilai apakah

pemerintah atau kegiatan yang disponsori pemerintah dapat

mencapai sasaran. Para pemberi pinjaman, supplier dan pegawai

Page 41: BAB II TINJAUAN LITERATUR 2.1 Teori Agency dan Teori …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6091/2/T2_932011001_BAB II… · prinsipal maupun agen diasumsikan sebagai orang ekonomi

51

menaruh perhatian terhadap kemampuan organisasi dalam

menyediakan arus kas untuk membayar kewajiban yang telah jatuh

tempo.

2. Pemberi Suara

Pemberi suara merupakan orang yang memakai dan memperoleh

manfaat pelayanan yang diberikan organisasi. Pada beberapa

organisasi nirlaba para pemberi suara termasuk pemberi sumber

daya keuangan.

3. Badan Pengatur dan Pengawas

Badan Pengatur dan Pengawas merupakan badan yang

bertanggung jawab menyusun kebijakan dan melakuan

pengawasan serta penilaian terhadap manajemen organisasi

nirlaba. Termasuk dalam badan pengatur dan pengawas adalah

badan perwalian, badan pengawas pemerintah, badan legislatif dan

dewan. Badan pengawas juga mempunyai tanggung jawab

mereview organisasi nirlaba dalam hal ketaatan terhadap hukum,

pembatasan dan pedoman. Termasuk dalam badan pengawas ini

adalah organisasi profesi dan perkumpulan yang sifatnya nasional.

Badan pengatur dan pengawas ini memakai informasi mengenai

pelayanan yang disediakan untuk membantu mengevaluasi apakah

manajemen telah menyelenggarakan kebijakan yang telah

ditetapkan dan merubah atau membuat kebijakan baru dalam

organisasi.

4. Manajemen

Manajemen organisasi nirlaba mempunyai tanggung jawab untuk

melaksanakan seluruh kebijakan pemerintah dan mengelola operasi

sehari-hari organisasi. Manajemen ini termasuk para pejabat,

manajer eksekutif yang ditunjuk oleh pemerintah, kepala badan,

direktur, dan staf yang membantu dalam pengembangan dan

program. Manajemen merupakan pemakai intern laporan

keuangan yang sekaligus sebagai pihak yang bertanggung jawab

dalam penyusunan laporan keuangan.