perbandingan induksi misoprostol dengan induksi oksitosin ...
BAB II TINJAUAN KONSEP DAN TEORI -...
Transcript of BAB II TINJAUAN KONSEP DAN TEORI -...
BAB II
TINJAUAN KONSEP DAN TEORI
A. Pengertian
1. Air Susu Ibu (ASI)
Air Susu Ibu (ASI) merupakan salah satu sumber makanan terbaik
bagi bayi yang baru lahir karena memiliki begitu banyak zat penting yang
bagus guna meningkatkan kekebalan tubuh terhadap penyakit. ASI adalah
suatu emulasi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam
organik yang di sekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu sebagai
makanan tambahan utama bagi bayi (Anggraini, 2010)
ASI adalah sebuah cairan tanpa tanding ciptaan Allah yang memenuhi
kebutuhan gizi bayi dan melindungi bayi dalam melawan kemungkinan
serangan penyakit. Keseimbangan zat gizi dalam air susu ibu berada pada
tingkat terbaik dan air susunya memiliki bentuk paling baik bagi tubuh bayi
yang masih muda. Pada saat yang sama ASI juga sangat kaya akan sari
makanan yang mempercepat pertumbuhan sel otak dan perkembangan
sistem saraf (Yahya, 2007)
ASI memberi langkah awal terbaik bagi anak dalam hidupnya.
Diperkirakan lebih dari satu juta anak meninggal tiap tahun akibat diare,
penyakit saluran napas dan infeksi lainnya karena mereka tidak diberikan
ASI yang cukup. Ada lebih banyak lagi anak yang menderita penyakit
yang tidak perlu diderita jika mereka diberikan ASI. Dengan memberikan
ASI juga membantu melindungi kesehatan ibu postpartum (Perinasia, 2007).
Masa nifas atau puerperium adalah masa setelah persalinan selesai
sampai 6 minggu atau 42 hari. Selama masa nifas, organ reproduksi secara
perlahan akan mengalami perubahan seperti keadaan sebelum hamil.
Perubahan organ reproduksi ini disebut involusi (Maritalia, 2012)
Ibu postpartum seringkali mengalami kesulitan dalam pengeluaran
ASI karena lebih banyak ibu yang masih terpengaruh oleh mitos sehingga
ibu tidak yakin bisa memberikan ASI pada bayinya. Perasaan ibu yang tidak
yakin bisa memberikan ASI pada bayinya akan menyebabkan penurunan
hormone oksitosin sehingga ASI tidak dapat keluar segera setelah
melahirkan dan akhirnya ibu memutuskan untuk memberikan susu formula.
Salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk merangsang hormone prolaktin
dan oksitosin pada ibu setelah melahirkan adalah dengan melakukan pijat
oksitosin (Suryani, 2013)
Pijat oksitosin merupakan salah satu solusi untuk mempercepat serta
memperlancar produksi dan pengeluaran ASI. Pijat oksitosin adalah
pemijatan pada sepanjang tulang belakang (vertebrae) sampai tulang
costae kelima - keenam dan merupakan usaha untuk merangsang hormon
prolaktin dan oksitosin setelah melahirkan (Biancuzzo, 2003; Indriyani,
2006; Yohmi & Roesli, 2009).
Pijat oksitosin ini dilakukan untuk merangsang reflek oksitosin atau
reflex let down. Selain untuk merangsang reflex let down manfaat pijat
oksitosin adalah memberikan kenyamanan pada ibu, mengurangi bengkak
(engorgement), mengurangi sumbatan ASI, merangsang pelepasan hormone
oksitosin, mempertahankan produksi ASI ketika ibu dan bayi sakit (Depkes
RI, 2007; King, 2005)
Berdasarkan pengertian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa
pijat oksitosin merupakan tindakan yang dapat dilakukan pada ibu
postpartum untuk meningkatkan produksi ASI sehingga proses menyusui
dapat terpenuhi.
2. Proses Laktasi
Menyusui tergantung pada gabungan kerja hormone, reflek dan
perilaku yang dipelajari ibu dan bayi baru lahir dan terdiri dari faktor-faktor
berikut ini.
a. Laktogenesis
Laktogenesis (permulaan produksi susu) dimulai pada tahap akhir
kehamilan. Kolostrum disekresi akibat stimulasi sel-sel alveolar
mamalia oleh laktogen plasenta, suatu substansi yang menyerupai
prolaktin. Produksi susu berlanjut setelah bayi lahir sebagai proses
otomatis selama susu dikeluarkan dari payudara.
b. Produksi susu
Kelanjutan sekresi susu terutama berkaitan dengan (1) jumlah
produksi hormone prolaktin yang cukup di hipofisis anterior dan (2)
pengeluaran susu yang efisien. Nutrisi maternal dan masukan cairan
merupakan faktor yang mempengaruhi jumlah dan kualitas susu.
c. Ejeksi susu
Pergerakan susu dan alveoli (dimana susu disekresi oleh suatu proses
ekstrusi dari sel) kemulut bayi merupakan proses yang aktif di dalam
payudara. Proses ini tergantung pada reflex let-down atau reflex ejeksi
susu. Reflex let-down secara primer merupakan respon terhadap isapan
bayi. Isapan menstimulasi kelenjar hipofisis posterior untuk
menyekresi oksitosin.Di bawah pengaruh oksitosin, sel-sel di sekitar
alveoli berkontraksi, mengeluarkan susu melalui system duktus
kedalam mulut bayi.
d. Kolostrum
Kolostrum kuning kental secara unik sesuai untuk kebutuhan bayi
baru lahir, kolostrum mengandung antibodi vital dan nutrisi padat
dalam volume kecil, sesuai sekali untuk makanan awal bayi.
Menyusui dini yang efisien berkorelasi dengan penurunan kadar
bilirubin darah. Kadar protein yang tinggi di dalam kolostrum
mempermudah ikatan bilirubin dan kerja laksatif kolostrum untuk
mempermudah perjalanan mekonium. Kolostrum secara bertahap
berubah menjadi ASI antara hari ketiga dan kelima masa nifas.
e. Susu Ibu
Pada awal setiap pemberian makan, susu pendahulu mengandung
lebih sedikit lemak dan mengalir lebih cepat daripada susu yang
keluar pada bagian akhir menyusui. Menjelang akhir pemberian
makan, susu sisa ini lebih putih dan mengandung lebih banyak lemak.
Kandungan lemak yang lebih tinggi pada akhir pemberian makan
memberikan bayi rasa puas. Pemberian makan yang cukup lama,
untuk setidaknya membuat satu payudara menjadi lebih lunak,
memberi cukup kalori yang dibutuhkan untuk meningkatkan jarak
antar menyusui, dan mengurangi pembentukkan gas dan kerewelan
bayi karena kandungan lemak yang lebih tinggi ini akan dicerna lebih
lama(Woolridge, Fisher, 1988 dalam Bobak, 2004).
3. Fisiologi Laktasi
Dalam buku yang ditulis Maritalia (2012) mengemukakan bahwa
Laktasi atau menyusui mempunyai dua pengertian, yaitu produksi ASI
(prolaktin) dan pengeluaran ASI (Oksitosin).
a. Produksi ASI atau prolaktin
Selama kehamilan hormon prolaktin dari plasenta meningkat tetapi
ASI belum keluar karena pengaruh hormone estrogen yang masih tinggi.
Kadar estrogen dan progesterone akan menurun pada saat hari ke dua atau
ketiga pasca persalinan, sehingga terjadi sekresi ASI. Pada proses laktasi
terdapat dua reflek yang berperan, yaitu reflek prolaktin dan reflek aliran
yang timbul akibat perangsangan putting susu dikarenakan hisapan bayi.
Akhir kehamilan hormone prolaktin memegang peranan untuk
membuat kolostrum, tetapi jumlah kolostrum terbatas dikarenakan aktifitas
prolaktin dihambat oleh estrogen dan progesterone yang masih tinggi. Pasca
persalinan, yaitu saat lepasnya plasenta dan berkurangnya fungsi korpus
luteum maka estrogen dan progesterone juga berkurang. Hisapan bayi akan
merangsang putting susu dan kalang payudara, karena ujung-ujung saraf
sensori yang berfungsi sebagai reseptor mekanik.
Rangsangan ini dilanjutkan ke hipotalamus melalui medulla spinalis
hipotalamus dan akan menekan pengeluaran factor penghambat sekresi
prolaktin dan sebaliknya merangsang pengeluaran factor pemacu sekresi
prolaktin. Factor pemacu sekresi prolaktin akan merangsang hipofise
anterior sehingga keluar prolaktin. Hormone ini merangsang sel-sel alveoli
yang berfungsi untuk membuat air susu.
Kadar prolaktin pada ibu menyusui akan menjadi normal 3 bulan
setelah melahirkan sampai penyapihan anak dan pada saat tersebut tidak
akan ada peningkatan prolaktin walau ada hisapan bayi, namun pengeluaran
air susu tetap berlangsung. Pada ibu nifas yang tidak menyusui, kadar
prolaktin akan menjadi normal pada minggu ke 2-3.
Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh hipofise anterior,
rangsangan yang berasal dari hisapan bayi dilanjutkan ke hipofise posterior
(Neurohipofise) yang kemudian dikeluarkan oksitosin. Melalui aliran darah,
hormone ini menuju uterus sehingga menimbulkan kontraksi. Kontraksi dari
sel akan memeras air susu yang telah diproduksi keluar dari alveoli dan
masuk kesistem duktus dan selanjutnya mengalir melalui duktus lactiferous
masuk kedalam mulut bayi.
Factor-faktor yang meningkatkan let down adalah: melihat bayi,
mendengarkan suara bayi, mencium bayi, memikirkan untuk menyusui bayi.
Factor-faktor yang menghambat reflek let down adalah stress, seperti :
keadaan bingung atau pikiran kacau, takut dan cemas.
Refleks yang penting dalam mekanisme hisapan bayi yaitu refleks
menangkap (rootin refleks), refleks menghisap (sucking refleks), refleks
menelan (swallowing refleks)
1. Refleks Menangkap (Rootin Refleks)
Refleks ini timbul saat bayi baru lahir tersentuh pipinya dan bayi akan
menoleh kea rah sentuhan. Bila bibir bayi dirangsang dengan papilla
mamae atau jari, maka bayi akan membuka mulut dan berusaha
menangkap putting susu.
2. Refleks Menghisap (Sucking Refleks)
Refleks ini timbul apabila langit-langit mulut bayi tersentuh oleh
putting. Agar putting mencapai palatum, maka sebagian besar areola
masuk kedalam mulut bayi. Dengan demikian sinus laktiferus yang
berada dibawah areola, tertekan antara gusi, lidah dan palatum
sehingga ASI keluar.
3. Refleks Menelan (Swallowing Refleks)
Refleks ini timbul apabila mulut bayi terisi oleh ASI, maka ia akan
menelannya.
b. Pengeluaran ASI (oksitosin)
Apabila bayi disusui, maka gerakan menghisap yang berirama akan
menghasilkan rangsangan saraf yang terdapat pada glandula pituitaria
posterior sehingga mensekresi hormone oksitosin. Hal ini menyebabkan sel-
sel mioepitel disekitar alveoli akan berkontraksi dan mendorong ASI masuk
dalam pembuluh ampula. Pengeluaran oksitosin selain dipengaruhi oleh
hisapan bayi, juga oleh reseptor yang terletak pada duktus. Bila duktus
melebar, maka secara reflektoris oksitosin dikeluarkan oleh hipofisis.
4. Manfaat ASI
Pemberian ASI tidak hanya bermanfaat untuk bayi saja tetapi juga untuk
ibu, keluarga dan Negara (Ambarwati, 2010)
1) Manfaat pemberian ASI bagi bayi
a. Kesehatan
Kandungan antibody yang terdapat dalam ASI tetap ampuh di segala zaman.
Karenanya bayi yang mendapat ASI eksklusif lebih sehat dan lebih kuat
dibanding yang tidak mendapat ASI. Manfaat ASI untuk kesehatan lainnya
adalah bayi terhindar dari alergi, mengurangi kejadian karies dentist dan
kejadian malokulasi yang disebabkan oleh pemberian susu formula.
b. Kecerdasan
Dalam ASI terkandung docosahexaenoic acid (DHA) terbaik, selain laktosa
yang berfungsi untuk mielinisasi otak yaitu proses pematangan otak agar
dapat berfungsi optimal. Selain itu pada saat dilakukan pemberian ASI
terjadi proses stimulasi yang merangsang terjalinnya jaringan saraf dengan
lebih banyak.
c. Emosi
Saat menyusui, bayi berada dalam dekapan ibu. Ini akan merangsang
terbentuknya EI (Emotional Intelegence). Selain itu ASI merupakan wujud
curahan kasih sayang ibu pada bayi.
2) Manfaat pemberian ASI untuk ibu
a. Aspek kesehatan ibu
Isapan bayi pada payudara akan merangsang pembentukan oksitosin oleh
kelenjar hipofisis. Oksitosin membantu involusi uterus dan mencegah
terjadinya perdarahan pasca persalinan. Penundaan haid dan berkurangnya
perdarahan pasca persalinan mengurangi prevalensi anemia defisiensi besi.
Kejadian karsinoma mammae pada ibu yang menyusui lebih rendah
daripada ibu ynag tidak menyusui. Mencegah kanker hanya dapat diperoleh
ibu yang memberikan ASI secara eksklusif.
b. Aspek kontrasepsi
Isapan mulut bayi pada puting susu merangsang ujung saraf sensorik
sehingga post anterisor hipofise mengeluarkan prolaktin. Prolaktin masuk
ke indung telur, menekan produksi estrogen akibatnya tidak ada ovulasi.
Menjarangkan kehamilan, pemberian ASI memberikan 98% metode
kontrasepsi yang efisien selama 6 bulan pertama sesudah kelahiran bila
diberikan hanya ASI saja (eksklusif) dan belum terjadi menstruasi kembali.
c. Aspek penurunan berat badan
Ibu yang menyusui secara eksklusif tenyata lebih mudah dan lebih cepat
kembali ke berat badan semula seperti sebelum hamil. Pada saat hamil,
badan bertambah berat, selain karena ada janin juga karena penimbunan
lemak pada tubuh. Cadangan lemak ini sebetulnya memang disiapakan
sebagai sumber tenaga dalam produksi ASI. Pada saat menyusui tubuh akan
menghasilkan ASI lebih banyak sehingga timbunan lemak yang berfungsi
sebagai cadangan tenaga akan terpakai. Logikanya, jika timbunan lemak
menyusut, berat badan ibu akan segera kamebali seperti sebelum hamil.
d. Aspek psikologis
Keuntungan menyusui bukan hanya bermanfaat untuk bayi, tetapi juga
untuk ibu. Ibu akan merasa bangga dan diperlukan, rasa yang dibutuhkan
oleh sesama manusia.
3) Manfaat pemberian ASI untuk keluarga
a. Aspek ekonomi
ASI tidak perlu dibeli sehingga uang yang seharusnya digunakan untuk
membeli susu formula dapat digunakan untuk keperluan lain. Selain itu,
penghematan juga disebabkan karena bayi yang mendapat ASI lebh jarang
sakit sehingga mengurang biaya berobat.
b. Aspek psikologi
Kebahagiaan keluarga bertambah karena kelahiran lebih jarang, sehingga
suasana kejiwaan ibu baik dan dapat mendekatkan hubungan bayi dengan
keluarga.
c. Aspek kemudahan
Menyusui sangat praktis karena dapat diberikan dimana saja dan kapan saja.
Keluarga tidak perlu menyiapkan air, botol, susu formula dan sebagainya.
4) Manfaat pemberian ASI untuk Negara
a. Menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi.
Adanya faktor protektif dan nutrien dalam ASI menjamin status gizi
bayi baik sehingga kesakitan dan kematian anak menurun.
b. Menghemat devisa negara
ASI dapat dianggap sebagai kekayaan nasional. Jika semua ibu
menyusui diperkirakan dapat menghemat devisa sebesar Rp 8,6 miliar
yang seharusnya dipakai untuk membeli susu formula.
c. Mengurangi subsidi untuk rumah sakit
Subsidi untuk rumah sakit berkurang, karena rawat gabung akan
memperpendek lama rawat ibu dan bayi, mengurangi komplikasi
persalinan dan infeksi nosokomial serta mengurangi biaya yang
diperlukan untuk perawatan anak sakit. Anak yang mendapat ASI
lebih jarang sakit dibanding anak yang mendapat susu formula.
d. Peningkatan kualitas penerus bangsa
Anak yang mendapat ASI akan bertumbuh dan berkembang optimal
sehingga kualitas generasi penerus bangsa akan terjamin.
5) Manfaat lain ASI
Beberapa manfaat lain ASI menurut (Depkes RI, 2002; Ambarwati, 2010)
antara lain :
a. Perlindungan terhadap penyakit
Bayi yang diberi ASI secara khusus terlindung dari serangan penyakit
system pernapasan dan pencernaan. Hal itu disebabkan zat-zat
kekebalan tubuh di dalam ASI memberikan perlindungan lansung
melawan serangan penyakit. ASI juga memberikan perlindungan
terhadap penyakit adalah penyediaan lingkungan yang ramah bagi
bakteri “menguntungkan” yang disebut “flora normal”. Keberadaan
bakteri ini menghambat perkembangan bakteri, virus, dan parasit yang
berbahaya. Penelitian lain membuktikan adanya unsure-unsur di
dalam ASI yang dapat membentuk system kekebalan melawan
penyakit menular dan membantunya agar bekerja dengan benar.
b. ASI bagi bayi premature
ASI yang memiliki bayi premature mengandung lebih banyak zat
lemak, protein, natrium, klorida, dan besi untuk memenuhi kebutuhan
bayi. Bahkan telah dibuktikan bahwa fungsi mata bayi berkembang
lebih baik pada bayi-bayi premature yang diberi ASI dan mereka
memperlihatkan kecakapan yang lebih baik dalam tes kecerdasan.
Selain itu, mereka juga mempunyai banyak sekali kelebihan lainnya.
c. Mengurangi resiko penyakit jantung
Para ilmuwan Universitas Bristol mengungkap bahwa di antara
manfaat ASI jangka panjang yaitu dampak baiknya terhadap tekanan
darah, yang dapat mengurangi tingkat bahaya serangan jantung.
Kelompok peneliti tersebut menyimpulkan bahwa perlindungan yang
diberikan ASI disebabkan oleh kandungan zat gizinya. Menurut hasil
penelitian itu, yang diterbitkan dalam jurnal kedokteran Circulation,
bayi yang di beri ASI berkemungkinan lebih kecil mengidap penyakit
jantung. Telah diungkapkan bahwa keberadaan asam-asam lemak tak
jenuh berantai panjang (yang mencegah pengerasan pembuluh arteri),
serta fakta bahwa bayi yang di beri ASI menelan sedikit natrium (yang
berkaitan erat dengan tekanan dara) yang tidak akan mengalami
penambahan berat badan berlebihan, merupakan beberapa di antara
manfaat ASI bagi jantung.
d. Mengurangi resiko diabetes
Keberadaan hormone lain yang disebut leptin di dalam ASI yang
memiliki peran utama dalam metabolisme lemak. Leptin dipercayai
sebagai molekul penyampai pesan kepada otak bahwa terdapat lemak
pada tubuh. Jadi, menurut pernyataan Dr. Martin, hormone-hormon
yang didapatkan semasa bayi mengkonsumsi ASI dapat mengurangi
resiko penyakit seperti kelebihan berat badan, diabetes jenis dua dan
kekebalan terhadap insulin.
e. Mengurangi resiko kanker
Berdasarkan hasil seluruh penelitian yang telah dilakukan, terbukti
bahwa ASI, yang dibahas dalam ratusan tulisan yang telah terbit,
melindungi bayi terhadap kanker. Hal ini telah diketahui, walaupun
secara fakta mekanismenya belum sepenuhnya dipahami. Ketika
sebuah protein ASI membunuh sel-sel tumor yang telah ditumbuhkan
di dalam laboratorium tanpa merusak sel yang sehat mana pun, para
peneliti menyatakan bahwa sebuah potensi besar telah muncul.
Catharina Svanborg, Profesor imunologi klinis di Universitas Lund,
Swedia, memimpin kelompok penelitian yang menemukan rahasia
mengagumkan ASI ini
f. Membantu perkembangan Otak
ASI peranan sangat penting dalam perkembangan otak karena gula
dan lemak yang dikandungnya, penelitian membandingkan terhadap
bayi yang di beri ASI dengan bayi yang di beri susu formula yang
dilakukan oleh James W. Anderson, yang membuktikan bahwa IQ
bayi yang diberi ASI lebih tinggi 5 angka dari pada bayi yang diberi
susu formula. Berdasarkan hasil penelitian ini ditetapkan bahwa ASI
yang diberikan hingga enam bukan bermanfaat bagi kecerdasan bayi,
dan anak yang disusui kurang dari delapan minggu tidak memberikan
manfaat pada IQ.
g. Membantu pertumbuhan tulang
Unsure-unsur seperti kalsium yang ada di dalam ASI berperan besar
dalam perkembangan tulang-tulang bayi
5. Komposisi ASI
Kandungan yang ada dalam ASI diantaranya :
a. Protein
Protein dalam ASI mencapai kadar yang lebih dari cukup untuk
pertumbuhan optimal, sementara ASI juga mengandung muatan yang
mudah larut yang sesuai untuk ginjal bayi yang belum matang.
b. Lemak
Seperti halnya substansi protein dalam ASI dapat membantu absorsi
lemak. Fungsi kolesterol dengan kadar tinggi dalam ASI tidak
sepenuhnya dipahami tetapi di perkirakan bahwa kadar awal ini dapat
mempengaruhi tubuh dalam menangani suatu substansi di kemudian
hari.
c. Karbohidrat – Laktosa
Perkembangan sistem saraf pusat merupakan bagian dari fungsi
laktosa dalam ASI; laktosa juga memberi sekitar 40% kebutuhan
energi bayi. Asupan laktosa yang berlebihan kadang-kadang dicurigai
terjadi pada bayi yang mendapat ASI, yang bersifat mudah marah,
gelisah dan konsistensi feces encer.
d. Vitamin
ASI memberi vitamin yang cukup bagi bayi, walaupun kadarnya
bervariasi sesuai dengan alat maternal. Penting bagi bayi untuk
mendapatkan kolustrum dan kemudian susu awal untuk memastikan
bahwa vitamin yang larut diperoleh bayi pemancaran sinar matahari
selama 30 menit setiap minggu ke kepala dan tangan menghasilkan
vitamin D yang cukup.
e. Mineral
Zat besi di dalam ASI berikatan dengan protein yang tidak terkait jika
terdapat kadar seng dan tembaga. Penting bagi bidan untuk
memperhatikan manfaat ASI dalam diet dan istilah anti infeksi
(Christine Henderson, 2006)
6. Factor yang mempengaruhi produksi ASI
Dalam buku yang ditulis (Maritalia, 2012) jumlah produksi ASI dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut:
a. Makanan
Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh makanan yang dimakan ibu,
apabila makanan ibu secara teratur dan cukup mengandung gizi yang
diperlukan akan mempengaruhi produksi ASI, karena kelenjar
pembuat ASI tidak dapat bekerja dengan sempurna tanpa makanan
yang cukup. Untuk membentuk produksi ASI yang baik makanan ibu
harus memenuhi jumlah kalori, protein, lemak, dan vitamin serta
mineral, yang cukup selain itu ibu dianjurkan minum lebih banyak
kurang lebih 8-12 gelas per hari.
b. Ketenangan jiwa dan pikiran
Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan, ibu yang selalu
dalam keadaan tertekan, sedih, kurang percaya diri dan berbagai
bentuk ketegangan emosional akan menurunkan volume ASI bahkan
tidak akan terjadi produksi ASI. Untuk memproduksi ASI yang baik
harus dalam keadaan tenang.
c. Penggunaan alat kontrasepsi
Penggunaan alat kontrasepsi khususnya yang mengandung estrogen
dan progesteron berkaitan dengan penurunan volume dan durasi ASI,
sebaliknya bila pil hanya mengandung progestin maka tidak ada
dampak terhadap produksi ASI.
d. Perawatan payudara
Perawatan payudara yang dimulai dari kehamilan bulan ke 7-8
memegang peranan penting dalam menyusui bayi. Payudara yang
terawat akan memproduksi ASI yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan bayi dan dengan perawatan payudara yang baik, maka
puting susu tidak akan lecet sewaktu dihisap bayi.
e. Faktor aktivitas/istirahat
Kondisi kelelahan akibat aktivitas serta kondisi kurang istirahat akan
memberikan efek kelemahan pada sistem yang terkait dalam proses
laktasi dengan demikian pembentukan dan pengeluaran ASI
berkurang.
f. Faktor isapan anak
Isapan mulut bayi akan menstimulus hipotalamus pada bagian
hipofisis anterior dan posterior. Hipofisis anterior menghasilkan
rangsangan (rangsangan prolaktin) untuk meningkatkan sekresi
prolaktin. Prolaktin bekerja pada kelanjar susu (alveoli) untuk
memproduksi ASI. Isapan bayi tidak sempurna, frekuensi menyusui
yang jarang serta puting susu ibu yang sangat kecil akan membuat
produksi hormon oksitosin dan hormon prolaktin akan terus menurun
dan produksi ASI terganggu.
g. Berat lahir bayi dan usia kehamilan saat persalinan
Umur kehamilan dan berat lahir mempengaruhi produksi ASI. Hal ini
disebabkan bayi yang lahir prematur (umur kehamilan kurang dari 36
minggu), dan dengan berat badan yang kurang, sangat lemah dan tidak
mampu menghisap secara efektif sehingga produksi ASI lebih rendah
dari pada bayi yang lahir tidak prematur atau yang lahir dengan berat
badan normal (> 2.500 gr). Lemahnya kemampuan menghisap pada
bayi prematur dapat disebabkan berat badan yang rendah dan belum
sempurnanya fungsi organ.
h. Konsumsi rokok dan alkohol
Merokok dapat mengurangi volume ASI karena akan menggangu
hormone prolaktin dan oksitosin untuk produksi ASI. Merokok akan
menstimulasi pelepasan adrenalin dimana adrenalin akan
menghambat pelepasan oksitosin. Meskipun minuman alcohol dosis
rendah disatu sisi dapat membuat ibu merasa lebih rileks sehingga
membantu proses pengeluaran ASI namun disisi lain etanol dapat
menghambat produksi oksitosin.
7. Upaya Memperbanyak ASI
1) Untuk bayi
a. Menyusui bayi setiap 2 jam, siang dan malam dengan lama menyusui
antara 10-15 menit di setiap payudara
b. Bangunkan bayi, lepas baju yang menyebabkan rasa gerah
c. Pastikan bayi menyusui dengan posisi menempel yang baik dan
dengarkan suara menelan yang aktif.
d. Susui bayi ditempat yang tenang dan nyaman dan minumlah setiap
kali menyusui.
2) Untuk ibu
a. Ibu harus meningkatkan istirahat dan minum
b. Makan makanan yang bergizi
c. Petugas kesehatan harus mengamati ibu yang menyusui bayinya dan
mengoreksi setiap kali terdapat masalah pada posisi penempelan
d. Susukan bayinya sesering mungkin
8. Tanda Bayi Cukup ASI
a. Bayi kencing setidaknya 6 - 8 kali dalam 24 jam dan warnanya jernih
sampai kuning muda (soetjiningsih, 2005)
b. Bayi menyusu 8-12 kali dan bayi akan tidur tenang atau nyenyak 2-3
jam setelah menyusu.
c. Bayi tampak puas, sewaktu-waktu merasa lapar bangun dan tidur
cukup.
d. Bayi tampak sehat, warna kulit dan turgor baik, anak cukup aktif.
9. Masalah dalam Pemberian ASI
Dalam buku yang ditulis Anggraini (2010) mengemukakan bahwa masalah
yang sering terjadi pada ibu menyusui di antaranya:
1) Putting susu lecet
Penyebabnya :
a. Kesalahan dalam teknik menyusui
b. Akibat dari pemakaian sabun, alcohol, krim dan bahan yang
berbahaya lainnya yang digunakan untuk mencuci putting susu ibu.
c. Mungkin saja terjadi pada bayi yang frenulum lingue (tali lidah yang
pendek), sehingga menyebabkan bayi sulit menghisap sehingga
hisapannya hanya pada putting susu.
d. Rasa nyeri dapat timbul jika ibu menghentikan menyusui dengan
kurang hati-hati.
2) Payudara bengkak
Penyebabnya :
Pembengkakan ini terjadi karena ASI tidak disusui secara adekuat, sehingga
sisa ASI terkumpul pada system duktus yang mengakibatkan terjadinya
pembengkakan. Pembengkakan bias terjadi pada hari ketiga dan keempat
sesudah melahirkan. Pembengkakan payudara ini dapat dicegah dengan:
a. Apabila memungkinkan, susui bayi segera setelah lahir
b. Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa bila produksi ASI melebihi
kebutuhan bayi
c. Melakukan perawatan payudara
3) Saluran susu tersumbat (obstruvtive duct)
Suatu keadaan dimana terdapat sumbatan pada duktus laktiferus, dengan
penyebabnya adalah:
a. Tekanan jari ibu pada waktu menyusui
b. Pemakaian BH yang terlalu ketat
c. Komplikasi payudara bengkak, yaitu susu yang terkumpul tidak
segera dikeluarkan sehingga menimbulkan sumbatan.
4) Mastitis
Hal ini merupakan radang pada payudara, yang disebabkan oleh:
a. Payudara bengkak yang tidak disusu secara adekuat
b. Putting lecet yang memudahkan masuknya kuman dan terjadi
payudara bengkak
c. Bra yang terlalu ketat
d. Ibu yang diit jelek, kurang istirahat, anemi akan mudah terinfeksi
5) Abses Payudara
Abses payudara merupakan kelanjutan dari mastitis, hal ini dikarenakan
meluasnya peradangan payudara. Payudara tampak merah mengkilap dan
terdapat nanah sehingga perlu insisi untuk mengeluarkannya.
10. Pijat Oksitosin
Hormon oksitosin berasal dari bagian belakang kelenjar hipotesa yang
terdapat didasar otak. Sama halnya dengan hormon prolaktin, hormon
oksitosin diproduksi bila ujung saraf sekitar payudara di rangsang oleh
hisapan bayi. Oksitosin masuk ke dalam darah menuju payudara, membuat
otot-otot payudara mengerut dan disebut hormon oksitosin.
Mekanisme ini disebut refleks pengeluaran ASI (let down reflex).
Reaksi bekerjanya hormon oksitosin dapat dirasakan pada saat bayi
menyusu pada payudara ibu. Kelenjar payudara akan mengerut sehingga
memeras ASI untuk keluar. Banyak wanita dapat merasakan payudaranya
terperas saat menyusui, itu menunjukkan bahwa ASI mulai mengalir dari
pabrik susu (alveolli) ke gudang susu (ductus latiferous).
Bayi tidak akan mendapatkan ASI cukup apabila hanya mengandalkan
refleks prolaktin saja, akan tetapi harus dibantu oleh refleks oksitosin. Bila
refleks ini tidak bekerja, maka bayi tidak akan mendapatkan ASI yang
memadai, walaupun produksi ASI cukup. Refleks oksitosin lebih rumit
dibandingkan refleks prolaktin, karena refleks ini berhubungan langsung
dengan kejiwaan atau sensasi ibu. Perasaan ibu dapat meningkatkan dan
menghambat produksi ASI (Masdinarsah, 2011; Roesli, 2007)
Pijat merupakan salah satu solusi untuk mengatasi ketidaklancaran
produksi ASI. Pijat Oksitosin adalah pemijatan pada sepanjang tulang
belakang (vertebrae) sampai tulang costae kelima-keenam dan merupakan
usaha untuk merangsang hormon prolaktin dan oksitosin setelah melahirkan
(Yohmi & Roesli, 2009). Pijatan ini berfungsi untuk meningkatkan hormon
oksitosin yang dapat menenangkan ibu, sehingga ASI pun otomatis keluar.
Penelitian yang dilakukan oleh Mardiyaningsih (2011) menunjukkan bahwa
kombinasi teknik marmet dan pijat oksitosin dapat meningkatkan produksi
ASI.
Pijat oksitosin bisa dibantu oleh ayah atau nenek bayi. Pijat oksitosin
ini dilakukan untuk merangsang refleks oksitosin atau reflex let down.
Selain untuk merangsang refleks let down manfaat pijat oksitosin adalah
memberikan kenyamanan pada ibu, mengurangi bengkak (engorgement),
mengurangi sumbatan ASI, merangsang pelepasan hormon oksitosin,
mempertahankan produksi ASI ketika ibu dan bayi sakit (Depkes RI, 2007).
Melalui pijatan atau rangsangan pada tulang belakang,
neurotransmitter akan merangsang medulla oblongata kemudian mengirim
pesan ke hypothalamus di hypofise posterior untuk mengeluarkan oksitosin
yang menyebabkan payudara mengeluarkan ASI. Dengan pijatan di daerah
tulang belakang ini juga akan merelaksasi ketegangan dan menghilangkan
stress dan dengan begitu hormon oksitosin keluar dan akan membantu
pengeluaran ASI, dibantu dengan isapan bayi pada putting susu pada saat
segera setelah bayi lahir dengan keadaan bayi normal (Guyton, 2007),
Kolostrum yang menetes atau keluar merupakan tanda aktifya refleks
oksitosin ( Perinasia, 2007 )
Gambar 1.1
Pijat Oksitosin (Suherni, Hesty & Anita, 2009)
a. Tahap Persiapan:
1. Persiapan ibu
a) Bangkitkan rasa percaya diri ibu
b) Bantu ibu agar dalam kondisi nyaman dan rileks
2. Persiapan alat
a) Kursi atau tempat duduk dan tempat bersandar
b) Minyak kelapa atau baby oil
c) 1 buah handuk
d) 1 buah waslap
3. Persiapan Perawat
a) Menyiapkan alat dan mendekatkan alat ke pasien
b) Mencuci tangan
4. Persiapan lingkungan
a) Menutup gorden atau pintu
b) Pastikan privasi pasien terjaga
b. Langkah-langkah melakukan pijat oksitosin sebagai berikut (Depkes
RI,2007) :
1. Melepaskan baju ibu bagian atas
2. Ibu miring ke kanan maupun kekiri, lalu memeluk bantal atau bisa
juga dengan posisi duduk
3. Memasang handuk
4. Melumuri kedua telapak tangan dengan minyak kelapa atau baby oil
5. Memijat sepanjang kedua sisi tulang belakang ibu dengan
menggunakan dua kepalan tangan, dengan ibu jari menunjuk ke depan
6. Menekan dengan kuat kedua sisi tulang belakang membentuk
gerakan-gerakan melingkar kecil-kecil dengan kedua ibu jarinya
7. Pada saat bersamaan, memijat kedua sisi tulang belakang kearah
bawah, dari leher kearah tulang belikat, selama 2-3 menit
8. Mengulangi pemijatan hingga 3 kali
9. Membersihkan punggung ibu dengan waslap air hangat dan dingin
secara bergantian.
B. Pengkajian Fokus
1. Status maternal
Meliputi usia dan maturitas, riwayat kedekatan sebelumnya, payudara
(Pengkajian daerah areola, kaji adanya nyeri tekan, kaji adanya abses,
pembengkakan atau ASI terhenti, kaji pengeluaran ASI), tingkat
kenyamanan atau nyeri (Nyeri tekan payudara/ pembesaran dapat terjadi
antara hari ke-3 sampai hari ke -5 post partum)
2. Status psikososial ibu
Meliputi tingkat pemahaman, citra tubuh dan persepsi, stressor seperti
keluarga dan karier, pandangan sosiokultural tentang menyusui, dukungan
emosional dari orang lain
3. Status neonatal
Meliputi kepuasan dan kesenangan, laju pertumbuhan, hubungan usia
dengan berat badan, status neurologic, status pernafasan, reflex mengisap,
adanya factor-faktor yang menghambat pengisapan yang benar ( celah bibir,
celah palatum), pemberian makan sebelumnya (Taylor, Cynthia M, 2010).
C. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan
kurangnya informasi ( Nanda, 2012).
2. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
vaskuler yang berlebihan (Doengoes, 2001)
3. Resiko tinggi infeksi terhadap trauma jaringan berhubungan dengan
adanya prosedur invasive (Doengoes, 2001)
D. Rencana Keperawatan
1. Rencana tindakan keperawatan yang dilakukan dengan tujuan
setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan menyusui atau
pemberian ASI menjadi efektif
Kriteria hasil :
a. Tidak terjadi pembengkakan payudara
b. ASI keluar
c. Ibu mau memberikan ASI Eksklusif
d. Payudara tidak bengkak dan tidak nyeri saat ditekan
e. Bayi mau menetek
f. Ibu memahami cara memberikan ASI, proses menyusui berjalan
lancar
g. Bayi mencapai keadaan nutrisi yang cukup ditunjukkan dengan
penurunan berat badan awal dibawah batas normal, tumbuh kembang
dalam batas normal,atau batas yang diharapkan, bayi tidak rewel
Fokus Intervensi dan rasional:
1) Kaji pengetahuan pasien tentang menyusui sebelumnya.
Rasional : Untuk mengidentifikasi pengalaman klien tentang
menyusui
2) Beri informasi mengenai fisiologi dan keuntungan menyusui,dan
faktor-faktor yang memudahkan atau menggangu keberhasilan
menyusui.
Rasional : Membantu menangani permasalahan klien tentang
menyusui sehingga dapat meningkatkan pengetahuan klien.
3) Ajarkan teknik untuk mendapatkan reflek let-down :
4) Shower air hangat
5) Massage (Pijat Oksitosin)
6) Pengisapan bayi, mendekatkan dengan payudara
Rasional : Untuk merangsang produksi air susu dan pengeluaran air
susu.
7) Demostrasikan tentang teknik-teknik menyusui.
Rasional : Agar klien mengerti dan memahami serta mampu
melaksanakan tindakan yangdirencanakan
8) Anjurkan pada klien untuk menyusui bayinya secara teratur dan
seseringmungkin
Rasional : Untuk merangsang produksi air susu dan mengurangiresiko
terjadinya pembengkakan pada payudara.
9) Anjurkan pada klien untuk tidak menggunakan bra yang terlalu
kencang.
Rasional : Dengan pelindung puting dapat menyebabkan tekanan
sehingga menggangu proses laktasi.
2. Rencana tindakan keperawatan yang dilakukan dengan tujuan setelah
dilakukan tindakan keperawatan diharapkan volume cairan terpenuhi.
Kriteria Hasil :
a. Menunjukkan tekanan darah dan nadi dalam batas normal
b. Turgor kulit baik
c. Membran mukosa lembab
d. Klien tidak lemah
Fokus Intervensi dan rasional
1) Monitor tanda-tanda infeksi
Rasional : hipotensi dan takikardi dapat menunjukkan hipovolemik
2) Kaji frekuensi dan jumlah berkemih
Rasional : fungsi ginjal adalah indicator volume sirkulasi darah
3) Perhatikan kondisi kulit, bibir dan membrane mukosa
Rasional : membrane mukosa atau bibir kering dan turgor kulit buruk
menandakan ketidakadekuatan masukan cairan dalam hubungannya
dengan kebutuhan cairan
4) Kaji karakteristik dan jumlah lochea
5) Kolaborasi dalam pemeriksaan hemoglobin, atau hematokrit
Rasional : memberikan perbandingan untuk mengkaji kehilangan
darah.
3. Rencana tindakan keperawatan yang dilakukan dengan tujuan setelah
dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tidak terdapat tanda-tanda
infeksi.
Kriteria Hasil :
a. Menunjukkan luka yang bebas dari infeksi, tidak panas, dan aliran
lochea yang normal.
Fokus Intervensi
1) Kaji dan catat faktor-faktor yang dapat mengganggu penyembuhan
atau yang dapat memundurkan pertumbuhan epitel jaringan, serta
perhatikan frekuensi pemeriksaan vagina agar resiko infeksi
berkurang.
2) Pantau suhu dan nadi secara rutin dan sesuaikan indikasi (catat tanda-
tanda menggigil,, dan anoreksia).
3) Kaji lokasi dan kontraktilitas uterus (perhatikan perubahan
involusional atau adanya nyeri tekan uterus ekstrim).
4) Catat jumlah dan bau rabas lochea atau perubahan pada kemajuan
normal dari rubra menjadi serosa.
5) Inspeksi sisi perbaikan episiotomy setiap 8 jam. Perhatikan nyeri
tekan berlebihan, kemerahan, eksudat purulen, edema.
6) Kaji terhadap tanda-tanda infeksi saluran kemih (ISK) atau sistitis.
Misal peningkatan frekuensi, dorongan. Catat warna dan tampilan
urine, hematuria yang terlihat, dan adanya nyeri suprapubis.
7) Anjurkan dan gunakan teknik mencuci tangan sebelum dan sesudah
menyentuh atau mengganti pembalut pada area jalan lahir.