BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Bintaro (Cerbera manghasrepository.poltekkes-tjk.ac.id/518/4/BAB...

31
10 BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Bintaro (Cerbera manghas) Pohon Bintaro (Cerbera odollam Gaertn) termasuk tumbuhan mangrove yang berasal dari daerah tropis di Asia, Australia, Madagaskar, dan kepulauan sebelah barat Samudera Pasifik. Pohon ini memiliki nama yang berbeda di setiap daerah,seperti othalanga Maram dalam bahasa Malayalam yang digunakan di Kerala, India; arali kattu di negara bagian selatan India Tamil Nadu; famentana, kisopo,samanta atau tangena di Madagaskar; dan pong-pong, buta-buta, Bintaro ataunyan di Asia Tenggara (Gaillard et al. 2004). 1. Morfologi Tumbuhan a. Klasifikasi Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Subkelas : Sympetalae Ordo : Contortae Famili : Apocynacea Genus : Cerbera Spesies : Cerbera manghas (Tjitrosoepomo, 2007) b. Sinonim Cerbera lactaria, Cerbera odollam (Smith, 1988)

Transcript of BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Bintaro (Cerbera manghasrepository.poltekkes-tjk.ac.id/518/4/BAB...

Page 1: BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Bintaro (Cerbera manghasrepository.poltekkes-tjk.ac.id/518/4/BAB II.pdf10 BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Bintaro (Cerbera manghas) Pohon Bintaro (Cerbera

10

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. Bintaro (Cerbera manghas)

Pohon Bintaro (Cerbera odollam Gaertn) termasuk tumbuhan mangrove

yang berasal dari daerah tropis di Asia, Australia, Madagaskar, dan kepulauan

sebelah barat Samudera Pasifik. Pohon ini memiliki nama yang berbeda di

setiap daerah,seperti othalanga Maram dalam bahasa Malayalam yang

digunakan di Kerala, India; arali kattu di negara bagian selatan India Tamil

Nadu; famentana, kisopo,samanta atau tangena di Madagaskar; dan pong-pong,

buta-buta, Bintaro ataunyan di Asia Tenggara (Gaillard et al. 2004).

1. Morfologi Tumbuhan

a. Klasifikasi

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Subkelas : Sympetalae

Ordo : Contortae

Famili : Apocynacea

Genus : Cerbera

Spesies : Cerbera manghas

(Tjitrosoepomo, 2007)

b. Sinonim

Cerbera lactaria, Cerbera odollam (Smith, 1988)

Page 2: BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Bintaro (Cerbera manghasrepository.poltekkes-tjk.ac.id/518/4/BAB II.pdf10 BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Bintaro (Cerbera manghas) Pohon Bintaro (Cerbera

11

c. Nama Daerah

Bintan, buta-buta badak, goro-goro (Manado), kayu gurita, kayu

susu, mangga brabu (Maluku), madang kapo (Minangkabau), bintaro

(Jawa dan Sunda), kenyeri putuh (Bali), darli utama (Sangir), kadong

(Sulawesi Utara), lambuto (Makassar), yabai, oho pae, waba, wabo

(Ambon), goro-goro guwae (Ternate), leva (Samoa), toto (Tonga), dan

Vasa (Fiji). (Smith, 1988; Rohimatun dan Suriati, 2011).

d. Nama Lain

Pong-pong tree, indian suicide tree, othalanga, odollam tree, pink-

eyed cerbera, sea mango, dan dong bone. (Rohimatun dan Suriati,

2011).

Gambar 2.1 Pohon Bintaro (Cerbera manghas)

Sumber: (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2011)

Tanaman ini termasuk tumbuhan mangrove yang berasal dari daerah

tropis (Rohimatun dan Suriati, 2011). Di beberapa negara seperti India,

Vietnam, Bangladesh, Kamboja, dan Myanmar, tanaman ini banyak

Page 3: BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Bintaro (Cerbera manghasrepository.poltekkes-tjk.ac.id/518/4/BAB II.pdf10 BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Bintaro (Cerbera manghas) Pohon Bintaro (Cerbera

12

dijumpai di sekitar rawa dan tepi sungai (Chopra, 1956). Tanaman ini

memiliki ketinggian mencapai 10-20 meter. Batang tanaman bintaro

berbentuk bulat, berkayu, serta berbintik-bintk hitam. Daun yang dimiliki

tanaman bintaro mempunyai ciri-ciri, antara lain berwarna hijau, daun

tunggal dan berbentuk lonjong, tepi daun rata, ujung pangkalnya meruncing,

pertulangan daun menyirip, permukaan licin, dengan ukuran panjang 15-20

cm, lebar 3-5 cm. Buah bintaro berbiji dan berbentuk oval. Biji dari buah

bintaro ini berbentuk pipih, panjang, dan berwarna putih. Selain itu, alat

reproduksi dari pohon bintaro ini adalah dengan bunga yang berwarna putih,

berbau harum dan terletak diujung batang. Bunganya termasuk dalam bunga

majemuk yang memiliki tangkai putik 2-2,5 cm dengan kepala sari

berwarna cokelat dan kepala putiknya berwarna hijau keputihan. Akar

tanaman ini merupakan akar tunggang dan berwarna coklat. Seluruh bagian

tanaman ini bergetah berwarna putih seperti susu (Rohimatun dan Suriati,

2011).

Gambar 2.2 Bintaro (Cerbera manghas) A) Pohon, B) Daun, C) Bunga,

D) Buah, E) Biji.

Sumber: (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2011)

Page 4: BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Bintaro (Cerbera manghasrepository.poltekkes-tjk.ac.id/518/4/BAB II.pdf10 BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Bintaro (Cerbera manghas) Pohon Bintaro (Cerbera

13

2. Kandungan Kimia Bintaro

Seluruh bagian dari tanaman bintaro beracun karena mengandung

senyawa golongan alkaloid, yang bersifat repellent dan antifeedant.

Disamping itu, tanaman bintaro juga memiliki khasiat dan kandungan kimia.

Saat ini terus dikembangkan berbagai manfaat dari tanaman bintaro.

a. Akar

Akar tanaman bintaro bermanfaat untuk melancarkan buang air

besar atau sebagai obat pencahar.

b. Kulit Batang

Selain akar, kulit batang pohon bintaro bermanfaat juga sebagai

obat pencahar. Kandungan kimia pada kulit batang bintaro adalah

flavonoid dan steroid.

c. Getah

Apabila cabang-cabang pohon dirusak, keluarlah getah yang

berwarna putih seperti susu. Getah ini digunakan pula sebagai obat

pencahar dan untuk mengobati sengatan ikan.

d. Daun

Ekstrak methanol daun bintaro memiliki kandungan kimia yang

dapat berguna sebagai antikanker payudara dan ovarium. Selain itu,

bermanfaat juga sebagai obat pencahar. Kandungan kimia yang terdapat

dalam daun ini yaitu saponin, steroid, dan flavonoid.

e. Biji

Biji bintaro merupakan bagian yang paling beracun dibandingkan

bagian yang lainya. Kandungan kimia yang terkandung, yaitu steroid,

Page 5: BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Bintaro (Cerbera manghasrepository.poltekkes-tjk.ac.id/518/4/BAB II.pdf10 BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Bintaro (Cerbera manghas) Pohon Bintaro (Cerbera

14

triterpenoid, saponin, dan alkaloid yang terdiri dari cerberine,

serberosida, neriifolin, dan thevetin. Senyawa alkaloid ini memiliki

karakter toksik, repellent, dan antifeedant pada serangga.

Buah Bintaro merupakan bahan yang dapat dijadikan rodentisida

nabati untuk mengendalikan hama tikus. Rodentisida merupakan bahan

kimia yang masuk ke dalam tubuh tikus dan mengganggu metabolisme tikus

sehingga menyebabkan tikus keracunan dan mati. Gejala keracunan ini

dikenal sebagai efek knock down (Utami. 2010), yang dapat diketahui

melalui tingkat aktivitas perilaku tikus, kondisi bulu di sekitar hidung dan

lubang anus, muntah (Herawati. 2008).

Ektrak biji buah bintaro atau pohon cerbera yang sangat beracun dan

mengandung cerberin sebagai komponen aktif utama cardenolide sehingga

saat di aplikasikan pada tikus, maka tikusmengalami mortalitas kematian

yang tinggi (Gillard, et al. 2004).

3. Xenobiotik

Menurut Encyclopedia Britannica (2011), xenobiotik dipahami sebagai

senyawa yang tidak secara alami dihasilkan oleh spesies biologi dan karenanya

bersifat asing (xeno : asing; bios : kehidupan). Senyawa xenobiotik juga

mengacu pada zat-zat kimiawi yang membahayakan atau berdampak racun

ketika diakumulasi oleh sistem hidup, jalur masuk atau portal entry adalah

pintu masuknya xenobiotik ke dalam tubuh organism. Xenobiotik diartikan

sebagai bahan asing bagi tubuh organism, yang atara lain adalah racun

(Soemirat,2003).

Page 6: BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Bintaro (Cerbera manghasrepository.poltekkes-tjk.ac.id/518/4/BAB II.pdf10 BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Bintaro (Cerbera manghas) Pohon Bintaro (Cerbera

15

Pestisida atau zat asing dapat masuk ke dalam tubuh melalui kulit

(dermal), pernafasan (inhalasi), atau mulut (oral). Masing-masing pajanan

tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.

a. Melalui Mulut (Oral)

Portal entry oral adalah mulut dan masuk ke dalam saluran

pencernaan. Portal entry ini sering dan mudah terjadi, namun bahan asing

yang masuk tidak akan mudah mencapai peredaran darah karena beberapa

hal penting yang terkait dengan fungsi saluran gastro-intensial. Di mulut,

xenobiotik bercampur dengan ludah yang mengandung enzim, di dalam

lambung, xenobiotik yang tahan asam akan dihancurkan oleh asam

lambung, diusus halus akan bertemu enzim usus halus yang bersifat basa

sehingga xenobiotik asam akan ternetralisir, dan seterusnya hingga hingga

terbuang melalui usus besar. Proses absobsi terjadi melalui mukosa usus,

yang selanjutnya mengalir mengikuti system sirkulasi darah (suwidere

dalam Nika Rustia H, 2009).

b. Melalui Kulit (Absobsi)

Pejanan melalui kulit adapat terjadi ketika zat kimia menguap dan

terbawa nagin sehingga masuk ke dalam pori-pori kulot. Semakin luas area

kulit yang terkenan pajanan dan semakin lama durisanya maka dampaknya

pun akan semakin serius. Xeobiotik akan terus berlangsung selama berada

pada kulit. Kecepatan absobsi berbeda pada setiap bagian tubuh.

Perpindahan residu dari satu bagian tubuh ke bagian lainnya sangat cepat

(Raini dalam Nika Rustia H, 2009)

Page 7: BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Bintaro (Cerbera manghasrepository.poltekkes-tjk.ac.id/518/4/BAB II.pdf10 BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Bintaro (Cerbera manghas) Pohon Bintaro (Cerbera

16

c. Melalui Pernapasan (Inhalasi)

Udara dapat menjadi mudah terkontaminasi selama proses

penyemprotan zat kimia, sehingga butiran-butiran cairan tersebut

melayang . jarak yang ditempuh oleh cairan tersebut tergantung pada

ukuran butiran tersebut. Butiran dengan radius kecil dari satu mikron dapat

dianggap sebagai gas yang kecepatan mengendapnya tak terhingga,

sedangkan buiran dengan radius yang lebih besar akan lebih cepat

mengendap (Sudarmo dalam Nika Rustia H, 2009).

Gambar 2.3 SkemaPajananXenobiotik

Xenobiotik

Lambung

Mulut Kulit Pernapasan

Substat

Dermis

Epidermis

Usus Halus Peredaran

darah

Paru-paru

Peredaran

darah

Hati dan

seldarah

urine

Absorbsi

Distribusi

Ekskresi

Page 8: BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Bintaro (Cerbera manghasrepository.poltekkes-tjk.ac.id/518/4/BAB II.pdf10 BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Bintaro (Cerbera manghas) Pohon Bintaro (Cerbera

17

Buah bintaro, merupakan bahan yang dapat dijadikan sebagai

rodentisida nabati untuk mengendalikan hama tikus. Rodentisida merupakan

bahan kimia yang masuk ke dalam tubuh tikus dan menggannggu

metabolism tikus sehingga menyebabkan tikus keracunan dan mati. Gejala

keracunan ini dikenal dengan efek Cnock down yang dapat diketahui

melalui tingkat aktivitas perilaku tikus, kondisi bulu di sekitar hidung dan

lubang anus, muntah (Utami dalam Zailani, 2015).

Pada saat tikus diberikan ekstrak biji bintaro, terjadi penurunan berat

badan karena senyawa yang bersifat toksik terakumulasi di dalam tubuh

tikus. Maka, semakin lama tikus menyerap senyawa-senyawa tersebut akan

mempengaruhi proses metabolisme tikus dan akhirnya menyebabkan

kematian pada tikus. Hal ini dikarenakan pada biji bintaro terdapat senyawa

Ciberin yaitu komponen aktif utama Cardenolide sehingga saat

diaplikasikan ketikus, maka tikus mengalami mortalitas yang tingi (Utami

dalam Zailani, 2015).

4. Aklimitasi

Aklimitasi merupakan suatu upaya penyesuaian fisiologis atau adaptasi

dari suatu organisme terhadap suatu lingkungan baru. Hal ini didasakan

pada kemampuan organisme untuk dapat mengatur morfologi, perilaku, dan

jalur metabolisme biokimia di dalam tubuhnya untuk dapat

menyesuaikannya dengan lingkungan. Bebrapa kondisi yang pada umumnya

disesuaikan adalah suhu lingkungan, derajat keasaman (pH), dan kadar

oksigen. Proses penyesuaian ini berlangsung dalam waktu yang cukup

bervariasi, tergantung dari jauhnya perbedaan kondisi antara lingkungan

Page 9: BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Bintaro (Cerbera manghasrepository.poltekkes-tjk.ac.id/518/4/BAB II.pdf10 BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Bintaro (Cerbera manghas) Pohon Bintaro (Cerbera

18

baru yang akan dihadapi, dapat berlangsungselama beberapa hari sampai

beberapa minggu (Rittner dalam Rizka 2013).

Pada hewan uji proses aklimitasi dapat dilakukan selama 1-2 minggu

dan dengan pemberian pakan yang sama dengan tujuan untuk

menyeragamkan cara hidup tikus sebelum diberi perlakuan. Selama proses

aklimitasi, lakuka pengamatan terhadap tikus. Hal yang diamati yaitu

kesehatan tikus. Ciri tikus yang sehat dilihat dari pergerakannya yang aktif,

bulu tidak rontok dan kusam, serta nafsu makan yang baik. Setelah proses

aklimitasi selama 1-2 mimggu, kemudian tikus ditimbang bobot tubuhnya

dan kemudian tikus yang layak dijadikan sebagai hewan uji siap digunakan.

Pada tahap selanjutnya, setelah diaklimitasi, tikus dibagi menjadi 4

kelompok. 1 kelompok sebagai kelompok control dan 3 kelompom lainnya

adalah kelompok perlakuan dengan pemberian masing-masing variasi

konsentrasi. Tikus dilaparkan atau tidak diberi makan selama 2 hari,

tujuannya adalah untuk merangsang nafsu makan tikus saat pemberian

umpan yang telah direndam dengan masing-masing variasi konsentrasi.

B. Tikus (Muridae)

Tikus adalah satwa liar yang sangat sering berhubungan dengan kehidupan

manusia. Keberadaan tikus di muka bumi sudah jauh lebih tua daripada usia

peradaban manusia. Kehidupan tikus (untuk jenis tertentu) sudah sangat

tergantung pada kehidupan manusia. Dengan demikian, tikus merupakan

hewan liar yang sudah sangat beradaptasi dengan kehidupan manusia, seperti

hal nya kecoa (untuk serangga).

Page 10: BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Bintaro (Cerbera manghasrepository.poltekkes-tjk.ac.id/518/4/BAB II.pdf10 BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Bintaro (Cerbera manghas) Pohon Bintaro (Cerbera

19

Menurut seorang antropolog Mc Neely dan seorang psikolog Watchel,

dalam bukunya yang berjudul The Soul of The Tiger (1988), tikus merupakan

hewan liar yang paling menikmati dampak posistif dari kemajuan ekonomi di

Negara-negara Asia. Bumi Asia merupakan tempat kelahiran tikus sekitar 10

juta tahun yang lalu, yang kemudian berkembang ke seluruh dunia. Penyebaran

tikus ke seluruh dunia berlangsung bersama dengan migrasi manusia antar

pulau dan benua (Priyambodo, 2006 : 195).

Tikus adalah binatang yang termasuk dalam ordo Rodentia, Sub ordo

Myormorpha, famili Muridae. Famili Muridae ini merupakan famili yang

dominan dari ordo Rodentia karena mempunyai daya reproduksi yang tinggi,

pemakan segala macam makanan (Omnivorous) dan mudah beradaptasidengan

lingkungan yang diciptakan manusia. Jenis tikus yang sering ditemukan di

habitat rumah dan ladang adalah jenis Rattus dan Mus. (Solicha, 2007).

Berdasarkan jenis dan ciri-cirinya tikus dibedakan antara lain adalah

sebagai berikut :

1. Tikus rumah (Rattus diardii)

2. Tikus Riul (Rattus norvegicus)

3. Tikus Ladang (Rattus exulans)

4. Tikus Belukar (Ratus tiomanikus sabae)

5. Tikus Besar Gunung (Sundamys infraluteus)

6. Tikus sawah (Rattus argentiventer)

7. Mencit rumah (Mus muscullus)

8. Mencit ladang (Mus caroli)

Page 11: BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Bintaro (Cerbera manghasrepository.poltekkes-tjk.ac.id/518/4/BAB II.pdf10 BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Bintaro (Cerbera manghas) Pohon Bintaro (Cerbera

20

1. Tikus Rumah (Rattus diardii)

a. Taksonomi Tikus Rumah (Rattus rattus diardii)

Tikus merupakan salah satu hewan rodensia yang dikenal sebagai

hama tanaman pertanian, peerusak barang, dan hewan pengganggu di

perumahan. Berikut adalah taksonomi hewan tikus :

Kelas : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Mamalia

Ordo : Rodentia

Famili : Murdae

Genus : Rattus

Spesies : Tikus Rumah (Rattus rattus diardii)

Tikus Sawah (Rattus argentiventer)

(Baker et al., 1978)

b. Morfologi Tikus Rumah (Rattus rattus diardii)

Berdasarkan karakter dan ciri morfologi yang dimiliki, tikus rumah

(Rattus rattus diardii) digolongkan ke dalam kelas Mammalia, ordo

Rodentia, dan famili Muridae. Ciri morfologi tikus rumah (R. rattus

diardii) adalah panjang tubuh 100 – 190 mm, dan memiliki panjang ekor

lebih panjang atau sama dengan panjang tubuh . Panjang kaki belakang

35 mm dan telinga 20 mm. Bentuk hidung kerucut, bentuk badan

silindris, ekor tidak ditumbuhi rambut, serta memiliki bobot tubuh

berkisar antara 70 – 300 g. Memiliki rambut bertekstur agak kasar

berwarna cokelat kehitaman pada bagian dorsal dan warna pada bagian

Page 12: BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Bintaro (Cerbera manghasrepository.poltekkes-tjk.ac.id/518/4/BAB II.pdf10 BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Bintaro (Cerbera manghas) Pohon Bintaro (Cerbera

21

ventral hampir sama dengan warna rambut pada bagian dorsal. Tikus

betina memiliki puting susu 2 pasang di dada dan 3 pasang di perut (10

buah). Tikus pohon (Rattus tiomanicus) termasuk ke dalam Kelas

Mammalia, Ordo rodentia, Subordo Myomorpha, Famili Muridae, dan

Subfamili Murinae. Tikus ini memiliki warna putih pada bagian bawah,

punggung dan kepala berwarna kuning coklat, memiliki ekor yang lebih

panjang dari badan dan kepala, ukuran telapak kaki belakang dan telinga

hampir sama dengan tikus rumah (Rattus rattus diardii). Hewan betina

memiliki lima pasang puting susu yaitu dua pasang pektoral dan tiga

pasang inguinal, tekstur rambut agak kasar , bentuk hidung kerucut,

bentuk badan silindris, serta warna ekor bagian atas dan bawah coklat

hitam (Priyambodo 2003).

2. Bioekologi Tikus

Tikus memiliki kemampuan bereproduksi tinggi, dengan tingkat

kelahiran anak sebanyak 5 – 8 ekor anak tahun tanpa mengenal musim.

Hal ini lah yang membuat hewan tikus termasuk hewan poliestrus. Faktor

habitat pun menjadi salah satu faktor penting untuk perkembangan tikus

itu sendiri. Masa bunting tikus selama 21 hari dan pada saat dilahirkan,

anak tikus tidak memiliki rambut dan matanya tertutup. Rambut tumbuh

pada umur 1 minggu setelah dilahirkan dan mata akan terbuka pada umur

9 – 14 hari, kemudian tikus mulai mencari makan di sekitar sarang. Pada

umur 4 - 5 minggu tikus mulai mencari makan sendiri, terpisah dari

induknya. Pada usia tersebut tikus dapat dengan mudah diperangkap.

Tikus mencapai umur dewasa setelah berumur 45 – 65 hari. Habitat

Page 13: BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Bintaro (Cerbera manghasrepository.poltekkes-tjk.ac.id/518/4/BAB II.pdf10 BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Bintaro (Cerbera manghas) Pohon Bintaro (Cerbera

22

masing-masing tikus pun dipengaruhi oleh ketersediaan makanan. Selain

itu dipengaruhi juga dengan jenis makanan yang disukai tiap tikus. Pada

umumnya tikus menyukai makanan yang dimakan manusia karena tikus

merupakan hewan omnivora (pemakan segala). Tikus rumah menyukai

makanan yang berasal dari biji – bijian, buah – buahan, sayur – sayuran,

kacang – kacangan, umbi – umbian, daging, ikan, dan telur. Dalam sehari

tikus biasanya membutuhkan pakan sebanyak 10% dari bobot tubuhnya

jika pakan dalam keadaan kering, namun bila pakan dalam keadaan basah

kebutuhan pakan dapat mencapai 15% dari bobot tubuhnya. Tikus rumah

biasanya akan mengenali dan mengambil pakan yang telah tesedia atau

yang ditemukan dalam jumlah sedikit, untuk mencicipi atau mengetahui

reaksi yang terjadi akibat mengonsumsi pakan yang ditemukan. Jika

tidak terjadi reaksi yang membahayakan, maka tikus akan menghabiskan

pakan yang tersedia atau yang ditemukan (Priyambodo 2003).

a. Siklus Hidup Tikus

Gambar 2.3 Siklus hidup tikus (Proboyekso, 2014)

Tikus berkembang biak dengan sangat cepat, tikus menjadi

dewasa dalam arti dapat kawin mulai umur 3 bulan, masa bunting

tikus betina sangat singkat, kira-kira 3 minggu. Jumlah anak yang

Page 14: BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Bintaro (Cerbera manghasrepository.poltekkes-tjk.ac.id/518/4/BAB II.pdf10 BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Bintaro (Cerbera manghas) Pohon Bintaro (Cerbera

23

dihasilkan setiap kelahiran berkisar antara 4 -12 ekor (rata-rata 6 ekor)

tergantung dari jenis dan keadaan makanan di lapangan. Dan setelah

2-3 hari setelah melahirkan tikus-tikus tersebut sudah siap kawin lagi

(Proboyekso, 2014).

Sedangkan menurut Priyambodo et al dalam bukunya

menyatakan bahwa kemampuan reproduksi tikus sangat tinggi,

terutama bila dibandingkan dengan hewan menyusui lainnya. Hal ini

ditunjang oleh bebrapa faktor yaitu :

1) Matang seksual yang cepat yaitu antara 2-3 bulan.

2) Masa bunting yang singkat yaitu antara 21-23 hari.

3) Masa menyusui yang singkat yaitu selama 28 hari.

4) Terjadi post martum oestrus yaitu timbulnya birahi segera (24-48

jam) setelah melahirkan.

5) Dapat melahirkan anak sepanjang tahun tanpa mengenal musim

yang dikenal sebagai hewan poliestrus. Selama setahun seekor

induk mampu melahirkan 3 sampai 6 kali, maksimal 12 kali.

6) Melahirkan keturunan dalam jumlah yang bayak yaitu berkisar 6-

12 ekor. Untuk mencit, rerata jumlah anak 6 ekor dengan kisaran 2-

12 ekor.

Rerata lama hidup ekologis tikus adalah satu tahun, sementara

lama hidup fisiologis dapat mencapai tiga tahun. Hidup ekologis

adalah kenyataan yang terjadi di lapangan, dengan kematian yang

terjadi karena pengaruh faktor luar tubuh tikus seperti predator,

Page 15: BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Bintaro (Cerbera manghasrepository.poltekkes-tjk.ac.id/518/4/BAB II.pdf10 BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Bintaro (Cerbera manghas) Pohon Bintaro (Cerbera

24

patogen kanibalisme, perangkap, dan peracun oleh manusia

(Priyambodo, 2006:210).

b. Perilaku Tikus

1) Perilaku Makan

Dalam proses mengenali dan mengambil pakan yang

ditemukan atau disediakan oleh manusia, tikus dan mencit tidak

langsung makan seluruhnya, tetapi mencicipi terlebih dahulu

sebagian kecil pakan untuk melihat reaksi yang terjadi di dalam

tubuhnya. Jika dalam bebrapa saat tidak ada reaksi yang terjadi di

dalam tubuhnya, maka tikus akan memakan dalam jumlah yang

lebih banyank, demikian seterusnya samapai pakan tersebut habis

(Priyambodo, 2006 :206).

Dengan adanya perilaku pencicipan makanan ini, maka

pengelolaan tikus secara kimiawi dengan menggunakan umpan

beracun dari golongan racun akut (bekerja dengan cepat) perlu

diberikan umpan pendahuluan (pre-baiting) yaitu umpan yang

tidak mengandung racun. Hal ini bertujuan untuk mengundang dan

membiasan tikus dengan umpan yang diberikan sehingga pada saat

diberi umpan yang mengandung racun (akut), tikus tersebut mau

makan dengan jumlah yang cukup sampai pada dosis yang

mematikan (lethal dose). Umpan pendahuluan ini tidak perlu

diberikan jika jenis racun yang digunakan adalah dari gololngan

racun kronis atau anti koagulan yang bekerja dengan lambat

(Priyambodo, 2006:206).

Page 16: BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Bintaro (Cerbera manghasrepository.poltekkes-tjk.ac.id/518/4/BAB II.pdf10 BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Bintaro (Cerbera manghas) Pohon Bintaro (Cerbera

25

2) Perilaku Sosial

Perilaku social tikus mencangkup menjaga territorial (wilayah

kekuasaan) dan hierarki (tingkat sosisal). Pada sumberdaya pakan

dan sarang yang melimpa, beberapa jenis tikus dapat hidup dalam

satu wilayah yang sama. Meskipun demikian, tikus riul dan tikus

rumah memisahkan diri dengan struktur bangunan sebagai faktor

pembatas. Tikus riul menempati wilayah bawah dengan menggali

tanah, sementara tikus rumah menempati wilayah atas dengan

memanjat menuju langit-langit (Priyambodo, 2006 : 206).

3. Kemampuan Tikus

a. Kemampuan Fisik

Didalam menunjang aktivitas hidupnya, selain organ indera,

tikus juga memliki kemampuan fisik yang bersifat khas atau unik.

Akan tetapi sifat ini mungkin juga dimiliki oleh bebrapa hewan

lainnya.

1) Menggali

Tikus riul dan tikus tersrial lainnya akan segera menggali tanah

juka mendapat kesempatan. Penggalian ini bertujuan untuk

membuat sarang, yang biasanya memiliki kedalaman tidak lebih

dari 50 cm. walaupun demikian tikus riul mampu menggali

melebihi kedalaman lebih dari 200 cm tanmpa mengalami

kesulitan, terutama pada tanah-tanah yang gembur.

Sistem sarang tikus di dalam tanah ini sering diperpanjang oleh

tikus dengan membuat lorong-lorong tambahan yang saling

Page 17: BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Bintaro (Cerbera manghasrepository.poltekkes-tjk.ac.id/518/4/BAB II.pdf10 BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Bintaro (Cerbera manghas) Pohon Bintaro (Cerbera

26

berhubungan satu sama lain terutama bila populasi tikus

meningkat. Demikian juga, tikus akan membuat beberapa pintu

alternatif selain satu pintu utamanya., dalam upaya untuk

mengelabuhi musuh alaminya (ular, garangan) yang akan

memangsanya.

2) Memanjat

Tikus rumah dan beberapa jenis tikus arboreal yang mampu

memanjat pohon dengan baik, memanjat tembok yang

permukaannya kasar, memanjat pipa paralon, berjalan pada seutas

kawat atau tali tambang, atau turun dari suatu ketinggian dengan

kepala menuju kebawah tanpa mengalami kesulitan. Tikus rumah

dapat jatuh dari ketinggian 5,5 m (mencit rumah 2,5 meter) tanpa

mengalami luka yang berarti.

3) Meloncat

Sesuai dengan otot-otot kakinya yang relatif kuat, tikus dapat

meloncat kucup baik. Tikus dewasa dapat meloncat secara vertical

dengan ketinggian 60 cm dan horizontal mencapai 120 cm. bahkan

jarak jangkauan loncatan ini akan lebih tinggi dan lebih jauh

apabila dimulai dengan berlari (ancang-ancang). Sementara itu

mencit dapat meloncat secara vertical sampai 30 cm dan horizontal

60 cm.

4) Mengerat

Tikus dan mencit mengerat dengan bantuan bahan-bahan yang

keras. Aktivitas mengerat ini bertujuan untuk mengurangi panjang

Page 18: BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Bintaro (Cerbera manghasrepository.poltekkes-tjk.ac.id/518/4/BAB II.pdf10 BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Bintaro (Cerbera manghas) Pohon Bintaro (Cerbera

27

gigi serinya yang tumbuh terus-menerus. Menurut catatan para

peneliti, tikus dapat merusak bahan-bahan yang keras sampai nilai

5,5 pada skala kekerasan geologi. Bahan-bahan yang dikerat oleh

tikus adalah kayu pada bangunan termasuk kayu pada pohon.

5) Berenang dan Menyelam

Tikus merupakan hewan yang pandai berenang. Didalam suatu

percobaan untuk melihat kemampuan tikus berenang dalam

keadaan terpaksa, tikus mampu berenang selama 50-72 jam pada

suatu bak air dengan suhu 35o

C, dan dengan kecepatan berenang

1,4 km/jam, serta kecepatan 0,7km/jam untuk mencit.

(Priyambodo, 2006: 210-212)

b. Kemampuan Indera

Seperti hewan lainnya, terutama mamlia, tikus memiliki

kemampuan indera yang sangat menunjang setiap aktivitas

kehidupannya. Diantara kelima organ inderanya, hanya indera

penglihatan yang berkembang kurang baik, tetapi kekurangan ini

ditutupi oleh keempat indera lainnya yang berkembang sangat baik

(Priyambodo, 2006:212-215).

1) Indera Penglihatan Tikus

Mata tikus telah dibiasakan untuk melihat di malam hari.

Pengelihatan tikus kurang berkembang dengan baik, tetapi

mempunyai kepekaan yang tinggi terhadap cahaya. Jadi, tikus

Page 19: BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Bintaro (Cerbera manghasrepository.poltekkes-tjk.ac.id/518/4/BAB II.pdf10 BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Bintaro (Cerbera manghas) Pohon Bintaro (Cerbera

28

memiliki kemampuan untuk mengenali bentuk benda dalam

keadaan cahaya yang remang-remang. Tikus masih dapat

mengenali bentuk benda yang ada di depannya pada jarak pandang

10 m (5m mencit). Tikus merupakan hewan yang buta warna.

Sebagian besar warna yang ditangkap oleh tikus adalah warna

kelabu. Beberapa ahli tikus menyatakan bahwa penambahan warna

pada racun tikus sama sekali tidak memberikan dampak pada tikus.

Untuk mendekatinya, warna tersebut diberikan sebagai tanda

bahya bagi manusia yang biasanya dicirikan dengan warna biru

bahwa bahan tersebut beracun/berbahaya. Dilabolatorium dengan

intensitas cahaya yang lemah atau dengan cahaya merah (infrared)

menyebabkan tikus lebih mudah dikendalikan/ditangani daripada

ditempat dengan cahaya yang terang. Hal ini dimanfaatkan untuk

menangani tikus yang sedang dalam penelitian. Demikian juga

manusia dapat mengamati aktivitas tikus di malam hari dengan

memasang infrared (kamera) ditempat-tempat dimana sering

terdapat kehadiran tikus.

2) Indera Penciuman Tikus

Tikus memiliki indera penciuman yang berkembang dengan

baik, hal ini ditunjukkan dengan aktivitas tikus menggerak-

gerakkan kepala serta mendengus pada saat mecium bau makan,

bau tikus lain, bau musuhnya (predator). Penciuman tikus yang

sangat baik ini dapat bermanfaat untuk mencium urine dan sekresi

genitalia dari tikus lain. Tikus dan mencit mengelurkan ferromone

Page 20: BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Bintaro (Cerbera manghasrepository.poltekkes-tjk.ac.id/518/4/BAB II.pdf10 BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Bintaro (Cerbera manghas) Pohon Bintaro (Cerbera

29

untuk menandai benda-benda baru, wilayah jelajah (Komerange)

dan perkawinan, menemukan pakannya, menentukan pergerakan,

sarana komunikasi dengan kelompok tikus lain, status koloni,

perilaku reproduksi (betina yang sengan birahi) dan perilaku agresi.

Indera penciuman tikus yang sangat tajam ini dapat dimanfaatkan

oleh manusia untuk menarik atau mengusir tikus dari satu

wilayah/tempat. Salah satu contoh, untuk menarik tikus jantan

dapat digunakan atraktan yang dibuat dari senyawa kimia sintetis

yang mirip dengan senyawa yang dikeluarkan oleh tikus betina

pada saat birahi. Demikian juga untuk mengusir tikus, dapat

digunakan Reppelent yang dibuat dari senyawa kimia sintetis yang

mirip dengan senyawa bau dari predatornya.

3) Indera Pendengaran

Tikus mempunyai indera pendengaran yang berkembang

dengan sangat baik sebagian besar hewan pengerat memiliki

tanggap akustik. Suara ultrasonic digunakan untuk melakukan

komunikasi social, terutama pada tikus jantan, serta navigasi pada

saat berjalan. Tikus jantan mengeluarkan suara tersebut pada saat

melakukan aktivitas seksual maupun pada saat berkelahi dengan

tikus jantan lainnya, terutama berkaitan dengan penentuan daerah

kekuasaannya. Bayi tukis yang baru berumur 5-10 hari akan

mengeluarkan suara dengan frekuansi 40-65KHz pada saat mereka

kehilangan induknya, dan induknya yang masih menyusui akan

berusaha mencarinya. Anak tikus yang baru lahir akan

Page 21: BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Bintaro (Cerbera manghasrepository.poltekkes-tjk.ac.id/518/4/BAB II.pdf10 BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Bintaro (Cerbera manghas) Pohon Bintaro (Cerbera

30

mengeluarkan suara ultrasonic (layaknya bayi manusia menangis

saat setelah dilahirkan) sebagai reaksi terhadap lingkungan baru

yang relative dingin dibandingkan dengan lingkungan di dalam

rahim induknya. Hal yang sama juga terjadi pada saat induknya

sedang keluar sarang.

4) Indera Pengecap Tikus

Indera perasa tikus berkembang dengan sangat baik. Tikus riul

baik yang berada di labolatorium maupun yang liar mampu

membedakan umpan yang mengandung esterogen 2 ppm,

kontaminasi bahan kimia dengan dosis < 1 ppm pada bahan

makanan. Gambaran lain, tikus mampu mendeteksi dan menolak

minuman yang mengandung 3 ppm senyawa phenylthiocarbamide.

5) Indera Peraba atau Penyentuh Tikus

Indera peraba tikus berkembang dengan sangat sensitive, hal

ini sangat membantu gerak tikus di tengah kegelapan. Rambut

halus dan panjang yang tumbuh diantara rambut normal pada

bagian wajah, kepala, tungkai, bagian tepi (lateral) dan bawah

tubuhnya disebut Vibrissae ditambah misal dapat digunakan untuk

meraba dan memiliki tingkat sensitive yang tinggi.

5. Penyakit Akibat Tikus

Penyakit yang ditularkan oleh tikus atau hewan lainnya ke manusia

dan sebaliknya, secara umum dikenal sebagai zoonosis. Transmisi

patogen dapat ditimbulkan melalui gigitan langsung, dibawa oleh

vektor (pinjal, caplak, atau tungau), atau kontaminasi langsung melalui

Page 22: BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Bintaro (Cerbera manghasrepository.poltekkes-tjk.ac.id/518/4/BAB II.pdf10 BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Bintaro (Cerbera manghas) Pohon Bintaro (Cerbera

31

urine, feses, dan jaringan tikus yang mengandung patogen

(Priyambodo, 2006:216).

Tikus dan mencit, penyakit bersumber rodensia yang disebabkan

oleh berbagai agen penyakit seperti virus, rickettsia, bakteri, protozoa

dan cacing dapat ditularkan kepada manusia secara langsung.

sedangkan secara tidak langsung dapat melalui feses, urin dan ludah,

melalui gigitan vektor ektoparasit tikus dan mencit (kutu, pinjal, caplak,

tungau). Disamping itu kecoa juga merupakan vektor penularan

penyakit yang cukup penting yang sering hidup di sekitar kita. Tikus

berperan sebagai tuan rumah perantara untuk beberpa jenis penyakit

yang dikenal Rodent Borne Disease. Penyakit-penyakit yang tergolong

Rodent Borne Disease adalah :

a. Leptospirosis

Leptospirosis merupakan infeksi akut disebabkan oleh bakteri

leptospira sp berbentuk spiral yang menyerang mamalia dan dapat

hidup di air tawar selama lebih kurang 1 bulan. Tetapi dalam air laut,

selokan dan air kemih yang tidak diencerkan akan cepat mati.

Bakteri ini dapat menyerang siapapun yang memiliki kontak dengan

berbagai benda maupun hewan lain yang mengalami infeksi

leptospirosis. Bakteri ini masuk ke dalam tubuh manusia melalui

selaput lendir (mukosa) mata, hidung, kulit yang lecet atau atau

makanan yang terkontaminasi oleh urine hewan terinfeksi leptospira.

Masa inkubasi selama 4 - 19 hari.

Page 23: BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Bintaro (Cerbera manghasrepository.poltekkes-tjk.ac.id/518/4/BAB II.pdf10 BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Bintaro (Cerbera manghas) Pohon Bintaro (Cerbera

32

b. Plague/Penyakit pes/Sampar/La Peste

Pes atau sampar atau Plague atau La peste merupakan penyakit

zoonosis yang timbul pada hewan pengerat dan dapat ditularkan pada

manusia. Penyakit tikus ini menular dan dapat mewabah. Penyebaran

penyakit plague/pes Plague, disebut juga penyakit pes, adalah

infeksi yang disebabkan bakteri Yersinia pestis dan ditularkan oleh

kutu tikus (flea), Xenopsylla cheopis. Pess terbagi menjadi 2 yaitu :

1) Pes Bubo

Pes Bubo merupakan penyakit yang mempunyai gejala

demam tinggi, tubuh dingin, menggigil, nyeri otot, sakit kepala

hebat, dan ditandai dengan pembengkakan kelenjar getah bening

di pangkal paha, ketiak dan leher (bubo). Pada pemeriksaan cairan

bubo di laboratorium ditemukan kuman pes (Yersinis pestis).

2) Pes Pneumonik

Pes pneumonik adalah penyakit yang mempunyai gejala

batuk secara tiba-tiba dan keluar dahak, sakit dada, sesak nafas,

demam, muntah darah.Pada pemeriksaan sputum atau usap

tenggorok ditemukan kuman pes (Yersinis pestis), dan apabila

diperlukan dilakukan pemeriksaan darah untuk menemukan zat

antinya. Penyakit ini menular lewat gigitan kutu tikus,

gigitan/cakaran binatang yang terinfeksi plague, dan kontak

dengan tubuh binatang yang terinfeksi. Kutu yang terinfeksi dapat

membawa bakteri ini sampai berbulan2 lamanya. Selain itu pada

Page 24: BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Bintaro (Cerbera manghasrepository.poltekkes-tjk.ac.id/518/4/BAB II.pdf10 BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Bintaro (Cerbera manghas) Pohon Bintaro (Cerbera

33

kasus pneumonic plague, penularan terjadi dari dari percikan air

liur penderita yang terbawa oleh udara.

c. Rat-Bit Fever atau Demam Gigitan Tikus

Rat-gigitan demam (RBF) adalah penyakit sistemik yang

disebabkan oleh bakteri Moniliformis streptobacillus yang dapat

diperoleh melalui gigitan atau goresan dari binatang pengerat atau

menelan makanan atau air yang terkontaminasi dengan kotoran tikus

dan biasanya dialami anak-anak di bawah 12 tahun dan penyakit ini

memiliki masa inkubasi selama 1 hingga 22 hari. Gejala-gejala yang

disebabkan oleh penyakit ini adalah demam, mual, muntah, sakit

kepala, nyeri punggung dan sendi.

d. Sindrom Hantavirus Paru (PS)

Hantavirus Sindrom Paru (HPS) adalah penyakit mematikan

yang ditularkan oleh tikus yang terinfeksi melalui urine, kotoran,

atau air liur. Manusia bisa terkena penyakit ini ketika mereka

menghirup virus aerosol. HPS pertama kali diakui pada tahun 1993

dan sejak itu telah diidentifikasi di seluruh Amerika Serikat.

Meskipun jarang, HPS berpotensi mematikan. Rodent control di

dalam dan sekitar rumah tetap menjadi strategi utama untuk

mencegah infeksi hantavirus. maka gejala yang dapat diamati adalah

diare, muntah, mual, dan kram perut.

Page 25: BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Bintaro (Cerbera manghasrepository.poltekkes-tjk.ac.id/518/4/BAB II.pdf10 BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Bintaro (Cerbera manghas) Pohon Bintaro (Cerbera

34

e. Salmonellisis

Salmonellisis merupakan penyaklit yang disebabkan bakteri

salmonella sp yang dapat menginfeksi hewan dan juga manusia.

Tikus yang terinfeksi bakteri ini akan dapat menyebabkan kematian

pada manusia dan salmonellisis dapat tersebar dengan melalui

kontaminasi feses. Gejalanya antara lain adalah gastroenteritis, diare,

mual, muntah dan juga demam yang diikuti oleh dehidrasi.

f. Murine typhus

Murine typhus adalah penyakit yang disebabkan oleh

Rickettsian typhi atau R. mooseri yang dapat ditularkan melalui

gigitan pinjal tikus. Gejalanya antara lain adalah kedinginan, sakit

kepala, demam, prostration dan nyeri di seluruh tubuh. Ada juga

bintil-bintil merah yang timbul di hari kelima hingga keenam.

g. Rabies

Rabies merupakan penyakit yang menyerang sistem saraf pusat

dan memiliki gejala khas yaitu penderita jadi takut terhadap air dan

karena inilah rabies juga sering disebut hidrofobia. Tikus

menyebarkan penyakit ini melalui gigitan. Gejala awal dari rabies

tidaklah jelas, umumnya pasien merasa gelisah dan tidak nyaman.

Gejala lanjut yang dapat diidentifikasi antara lain adalah rasa gatal di

area sekitar luka, panas dan juga nyeri yang lalu bisa saja diikuti

dengan sakit kepala, kesulitan menelan, demam dan juga kejang.

Page 26: BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Bintaro (Cerbera manghasrepository.poltekkes-tjk.ac.id/518/4/BAB II.pdf10 BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Bintaro (Cerbera manghas) Pohon Bintaro (Cerbera

35

C. Pengendalian Tikus

Secara garis besar pengendalian tikus dapat dikelompokkan kedalam

beberapa metode pengendalian antara lain :

1. Secara Fisik dan Mekanik

Pengendalian secara fisik dan mekanik bertujuan untuk mengubah

faktor lingkungan fisik menjadi di atas atau di bawah batas toleransi tikus

beberapa faktor fisik (suhu, kelembaban, dan suara) dan juga merupakan

usaha manusia untuk mematikan atau memindahkan tikus secara langsung

menggunakan tangan atau dengan bantuan alat. Pengendalian secara fisik

mekanis adalah pengendalian yang secara langsung mempengaruhi keadaan

fisik tikus yang dikendalikan.

2. Secara Hayati (Biologi)

Pengendalian tikus secara hayati dilakukan dengan penggunaan parasit,

predator atau patogen untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan

populasi tikus dari suatu habitat. Di Indonesia umumnya memlihara kucing

sebagai pengendalian secara biologis, tetapi dalam hal kucing tidak dapat

mengatasi populasi tikus, karena kucing dapat membawa penyakit setelah

memangsa tikus.

3. Secara Kimia

Pengendalian dengan rodentisida kimia merupakan tindakan akhir yang

dilakukan apabila semua pengendalian tidak mendapatkan hasil yang

optimal. Rodentisida adalah bahan kimia yang apabila masuk ke dalam

tubuh akan menggangu metabolism sehingga menyebabkan keracunan dan

mati. Rodentisida nabati adalah rodentisida yang terbuat dari bahan-bahan

Page 27: BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Bintaro (Cerbera manghasrepository.poltekkes-tjk.ac.id/518/4/BAB II.pdf10 BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Bintaro (Cerbera manghas) Pohon Bintaro (Cerbera

36

alami seperti pada biji bintaro yang terdapat racun cerberrin yang

menyebabkan kematian pada tikus. Rodentisida nabati merupakan

rodentisida yang mudah terurai dan akan menimbulkan tingkat residu yang

tinggi, maka dari itu rodentisida nabati merupakan rodentisida yang aman

dan ramah lingkungan. Pengendalian secara kimiawi dapat juga dilakukan

dengan memanfaatkan senyawa kimia beracun yang terkandung dalam

tumbuhan. Perbedaan dengan senyawa kimia sintetis adalah senyawa kimia

yang berasal dari ektrak tumbuhan lebih cepat terurai (Zailani,H.F 2015).

D. Ekstraksi

Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut

sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan menggunakan

pelarut cair. Senyawa aktif dalam berbagai simplisia dapat digolongkan

kedalam golongan minyak atsiri, alkaloida, falvonoida dan lain-lain. Pelarut

yang digunakan adalah air, ethanol, campuran air-ethanol dan pelarut lain yang

diizinkan Badan POM RI. Dengan diketahuinya senyawa yang dikandung

simplisia akan mempermudah pilihan pelarut dan cara ekstrasi yang tepat. Air

dipertimbangkan sebagai pelarut karena murah, mudah didapat, stabil, tidak

mudah menguap, dan mampu mengekstrasi banyak bahan kandungan simplisia.

Kerugian air sebagai pelarut adalah tidak selektif karena diperlukan waktu

yang lama untuk memekatkan ekstrak, sari dapat ditumbuhi bakteri, serca

menjadi lebih cepat rusak (Ditjen BPOM, 2000 dalam KTI Anggraini 2017).

Untuk mengekstraksi senyawa kimia yang ada dalam tumbuhan terlebih

dahulu bahan dikeringkan kemudian dihaluskan dengan derajat halus tertentu

lalu di ekstaksi dengan pelarut yang sesuai. Untuk mendapatkan sari yang

Page 28: BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Bintaro (Cerbera manghasrepository.poltekkes-tjk.ac.id/518/4/BAB II.pdf10 BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Bintaro (Cerbera manghas) Pohon Bintaro (Cerbera

37

kental dapat dilakukan dengan menguapkan sari ektraksi dengan bantuan

rotary evaporator. Terdapat beberapa macam metode ekstaksi, diantaranya :

1. Maserasi adalah proses ekstraksi simpilisia menggunakan pelarut dengan

perendaman, pengocokan atau pengadukan pada temperature ruangan.

Remaserai berarti dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah

dilakukan penyaringan maserat pertama dan seterusnya. Perendaman

dilakukan minimal 1x24 jam.

2. Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru, umumnya

dilakukan pada temperature ruangan. Proses terdiri dari tahap

pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya

(penetasan/penampungan ekstrak), terus-menerus sampai diperoleh ekstrak

(perkolat).

3. Sokletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang secara terus-menerus,

umumnya dilakukan dengan alat soxhlet sehingga terjadi ekstraksi kontinyu

dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin bali (Ditjen

POM, 2000 dalam Anggraini 2017).

Page 29: BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Bintaro (Cerbera manghasrepository.poltekkes-tjk.ac.id/518/4/BAB II.pdf10 BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Bintaro (Cerbera manghas) Pohon Bintaro (Cerbera

38

E. Kerangka Teori

Sumber : Modifikasi dari Anggraini (2017) dan Yudha ( 2013)

Gambar 2.4 Kerangka Teori

Pengendalian

Tikus

Kimia

Kematian

Tikus

Ekstrak Biji

Bintaro

Fisik

Biologi

Sintetis

Nabati

Bintaro

Page 30: BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Bintaro (Cerbera manghasrepository.poltekkes-tjk.ac.id/518/4/BAB II.pdf10 BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Bintaro (Cerbera manghas) Pohon Bintaro (Cerbera

39

F. Kerangka Konsep

Gambar 2.5 Kerangka Konsep Penelitian

Variabel Bebas

1. Konsentrasi Ekstrak

Biji Bintaro

- 0% (kontrol)

- 25%

- 30%

- 35%

2. Waktu kontak

- 24 jam

- 36 jam

- 48 jam

Variabel Terikat

Jumlah Kematian Tikus

Variabel Terkendali

1. Jenis tikus

2. Berat badan tikus

3. Jenis kelamin

tikus

Page 31: BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Bintaro (Cerbera manghasrepository.poltekkes-tjk.ac.id/518/4/BAB II.pdf10 BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Bintaro (Cerbera manghas) Pohon Bintaro (Cerbera

40

G. Hipotesis Penilitian

Setelah dilakukan penelitian, hipotesis penelitian ini adalah :

1. Ada pengaruh konsentrasi ekstrak biji bintaro (Carbera manghas) terhadap

kematian tikus rumah (Rattus rattus diardii).

2. Ada pengaruh waktu kontak terhadap kematian tikus rumah (Rattus rattus

diardii).

3. Ada pengaruh konsentrasi dan waktu kontak terhadap kematian tikus rumah

(Rattus rattus diardii).