BAB II TINJAUAN KASUS A. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl...dibuahi...

32
BAB II TINJAUAN KASUS A. Pengertian Post (pasca) adalah sesudah atau setelah. (www.Google.com) Partum (partus) adalah proses pengeluaran produk konsepsi yang mampu hidup diluar rahim melalui jalan lahir biasa. (Rustam, 1998) Partus dianggap spontan atau normal jika wanita berada dalam masa aterm, tidak terjadi komplikasi, terdapat satu janin presentasi puncak kepala dan persalinan selesai dalam 24 jam. (Bobak,2005) Berdasarkan pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa post partum spontan adalah masa atau periode sesudah wanita melahirkan janinnya yang mampu hidup diluar rahim melalui jalan lahir biasa tanpa adanya komplikasi. B. Anatomi Reproduksi Wanita Wiknjosastro, 2005 mengemukakan bahwa anatomi alat kandungan dibedakan menjadi 2 yaitu; genetalia eksterna dan genetalia interna.

Transcript of BAB II TINJAUAN KASUS A. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl...dibuahi...

Page 1: BAB II TINJAUAN KASUS A. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl...dibuahi dapat melewati lumen ini, ovum tersebut harus melepaskan sel-sel granulosa yang membungkusnya.

BAB II

TINJAUAN KASUS

A. Pengertian

Post (pasca) adalah sesudah atau setelah.

(www.Google.com)

Partum (partus) adalah proses pengeluaran produk konsepsi yang

mampu hidup diluar rahim melalui jalan lahir biasa.

(Rustam, 1998)

Partus dianggap spontan atau normal jika wanita berada dalam masa

aterm, tidak terjadi komplikasi, terdapat satu janin presentasi puncak kepala

dan persalinan selesai dalam 24 jam.

(Bobak,2005)

Berdasarkan pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa post

partum spontan adalah masa atau periode sesudah wanita melahirkan janinnya

yang mampu hidup diluar rahim melalui jalan lahir biasa tanpa adanya

komplikasi.

B. Anatomi Reproduksi Wanita

Wiknjosastro, 2005 mengemukakan bahwa anatomi alat kandungan

dibedakan menjadi 2 yaitu; genetalia eksterna dan genetalia interna.

Page 2: BAB II TINJAUAN KASUS A. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl...dibuahi dapat melewati lumen ini, ovum tersebut harus melepaskan sel-sel granulosa yang membungkusnya.

1. Genetalia Eksterna

Gambar 2.1 Anatomi Genetallia Eksterna, Wiknjosastro, 1999

a. Vulva

Vulva adalah nama yang diberikan untuk struktur genetalia

eksterna. Kata ini berarti penutup atau pembungkus. Vulva

membentang dan mons pubis disebelah anterior hingga perineum di

sebelah posterior pada masing-masing sisinya yang dibatasi oleh labia

mayora.

b. Mons Pubis

Mons pubis atau mons veneris adalah jaringan lemak subkutan

berbentuk bulat yang lunak dan padat serta merupakan jaringan ikat

jarang di atas sinfisis pubis. Mons pubis mengandung banyak kelenjar

sebasea (minyak) dan ditumbuhi rambut berwarna hitam, kasar dan

ikal pada masa pubertas. Mons pubis berperan dalam sensualitas dan

melindung simfisis pubis selama koitus (hubugan seksual).

7

Page 3: BAB II TINJAUAN KASUS A. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl...dibuahi dapat melewati lumen ini, ovum tersebut harus melepaskan sel-sel granulosa yang membungkusnya.

c. Labia Mayora

Labia mayora adalah dua lipatan kulit panjang melengkung

yang menutupi lemak dan jaringan ikat yang menyatu dengan mons

pubis. Keduanya memanjang dari mons pubis ke arah bawah

mengelilingi labia minora, berakhir di perineum pada garis tengah.

d. Labia Minora

Labia minora terletak diantara dua labia mayora, merupakan

lipatan kulit yang panjang, sempit, dan tidak berambut yang

memanjang ke arah bawah dari bawah klitoris dan menyatu dengan

fourchette.

e. Klitoris

Klitoris adalah organ pendek berbentuk silinder dan erektil

yang terletak tepat dibawah arkus pubis. Dalam keadaan tidak

terangsang, bagian yang terlihat adalah sekitar 6 x 6 mm atau kurang.

Ujung badan klitoris di namai glans dan lebih sensitif dari pada

badannya. Saat wanita secara seksual terangsang, glans dan badan

klitoris membesar.

f. Vestibulum

Vestibulum adalah suatu daerah yang berbentuk seperti perahu

atau lonjong, terletak diantara labia minora, klitoris dan fourchette.

8

Page 4: BAB II TINJAUAN KASUS A. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl...dibuahi dapat melewati lumen ini, ovum tersebut harus melepaskan sel-sel granulosa yang membungkusnya.

g. Perineum

Perineum adalah daerah muskular yang ditutupi kulit antara

introitus vagina dan anus, panjangnya kurang lebih 4 cm. Perineum

membentuk dasar badan perineum.

2. Genetalia Interna

Gambar 2.2 Anatomi Genetalia Interna, Rustam, 1998

a. Vagina

Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat

dan mampu meregang secara luas. Merupakan tabung yang di lapisi

membran dari jenis epitelium bergaris khusus yang di aliri banyak

pembuluh darah dan serabut saraf. Karena tonjolan serviks ke bagian

atas vagina, panjang dinding anterior vagina hanya sekitar 7,5 cm,

sedangkan panjang dinding posterior sekitar 9 cm. Pada puncak vagina

menonjol leher rahim ( serviks uteri ) yang disebut porsio. Bentuk

vagina sebelah dalam berlipat-lipat disebut rugae.Dinding vagina

terdiri atas 4 lapisan: 1.) Lapisan epitel gepeng berlapis: pada lapisan

9

Page 5: BAB II TINJAUAN KASUS A. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl...dibuahi dapat melewati lumen ini, ovum tersebut harus melepaskan sel-sel granulosa yang membungkusnya.

ini tidak terdapat kelenjar tetapi cairan akan merembes melalui epitel

untuk memberikan kelembaban; 2.) Jaringan konektifareoler yang di

pasok pembuluh darah; 3.) Jaringan otot polos berserabut longitudinal

dan sirkuler; 4.) Lapisan luar jaringan ikat fibrosa berwarna putih yang

bercampur dengan facia pelvis

b. Uterus

Uterus merupakan organ muskular yang berongga, berdinding

tebal, berotot berbentuk buah pir, terletak di dalam pelvis antara

rectum di belakang dan kandung kemih didepan, ototnya disebut

miometrium. Uterus terapung di dalam pelvis dengan jaringan ikat dan

ligament. Panjang uterus kurang lebih 7,5 cm, lebar 5 cm, tebal atau

kedalaman 2,5 cm, dan berat 50 gr. Pada rahim wanita yang belum

pernah menikah ( bersalin ), panjang uterus adalah 5-8 cm dan

beratnya 30-50 gr. Uterus normal memiliki bentuk simetris, nyeri

tekan, licin, dan teraba padat. Ligamen dan otot dasar pelvis menopang

uterus, termasuk badan perineum, secara keseluruhan ada 10 ligamen

yang menstabilisasi uterus didalam rongga pelvis, diantaranya : 1)

Ligamentum kardinale kiri dan kanan, berfungsi mencegah supaya

uterus tidak turun; 2) Ligamentum sakro uterinum kiri dan kanan,

berfungsi menahan uterus supaya tidak banyak bergerak; 3)

Ligamentum rotundum kiri dan kanan, berfungsi menahan uterus agar

tetap dalam keadaan antofleksi; 4) Ligamentum latum kiri dan kanan,

10

Page 6: BAB II TINJAUAN KASUS A. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl...dibuahi dapat melewati lumen ini, ovum tersebut harus melepaskan sel-sel granulosa yang membungkusnya.

ligamentum yang meliputi tuba; 5) Ligamentum infundibulo pelvikum,

ligamen yang berfungsi menahan tuba fallopi.

1). `Uterus terdiri dari : a) Fundus Uteri ( dasar rahim ) merupakan

bagian uterus yang terletak antara kedua pangkal saluran telur; b)

Korpus Uteri merupakan bagian uterus yang terbesar pada

kehamilan, bagian ini berfungsi sebagai tempat janin berkembang.

Rongga yang terdapat pada korpus uteri disebut kavum uteri atau

rongga rahim; c) Serviks Uteri merupakan ujung serviks yang

menuju puncak vagina dan di sebut porsio, hubungan antara kavum

uteri dan kanalis servikalis disebut ostium uteri internum.

2). Dinding uterus terdiri dari : a) Endometrium merupakan lapisan

dalam uterus yang mempunyai arti penting dalam siklus haid.

Seorang wanita pada masa reproduksi, pada kehamilan

endometrium akan menebal dan pembuluh darah bertambah

banyak, hal ini diperlukan untuk memberi makanan pada janin; b)

Miometrium atau Lapisan otot polos merupakan lapisan yang

paling tebal, tersusun sedemikian rupa sehingga dapat mendorong

isinya keluar pada waktu persalinan. Kontraksi serabut-serabut otot

polos yang saling menjalin dan mengelilingi pembuluh darah ini

juga mengontrol kehilangan darah setelah aborsi atau persalinan.

Sesudah plasenta lahir uterus akan mengalami pengecilan sampai

keukuran normal sebelumnya; c) Peritoneum parietalis merupakan

suatu membran serosa yang melapisi seluruh korpus uteri, kecuali

11

Page 7: BAB II TINJAUAN KASUS A. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl...dibuahi dapat melewati lumen ini, ovum tersebut harus melepaskan sel-sel granulosa yang membungkusnya.

seperempat poermukaan anterior bagian bawah, dimana terdapat

kandung kemih dan serviks. Tes diagnostik dan bedah pada uterus

dapat dilakukan tanpa perlu membuka rongga abdomen karena

peritoneum parietalis tidak menutupi seluruh korpus uteri.

Fungsi uterus : 1) Saat siklus menstruasi, 2) Saat kehamilan, 3)

Saat Persalinan, untuk menahan ovum yang telah dibuahi selama

perkembangan, sebutir ovum yang keluar dari ovarium dihantarkan

melalui tuba uterina ke uterus, pembuahan ovum secara normal

terjadi di dalam tuba uterina, endometrium disiapkan untuk

menerima ovum yang telah dibuahi dan ovum tertanam dalam

endometrium. Pada waktu hamil uterus bertambah besar,

dindingnya menjadi tipis tetapi kuat dan besar sampai keluar pelvis

masuk ke dalam rongga abdomen pada masa pertumbuhan janin.

Pada saat melahirkan uterus berkontraksi mendorong bayi dan

plasenta keluar.

c. Tuba Fallopi

Tuba fallopi juga dikenal dengan istilah oviduct ( saluran telur )

dan kadang-kadang disebut tuba uteri. Sepasang tuba fallopi melekat

pada fundus uteri. Tuba ini memanjang ke arah lateral, mencapai ujung

bebas ligamen lebar dan berlekuk-lekuk mengelilingi setiap ovarium.

Panjang tuba ini kira-kira 10 cm dengan diameter 0,6 cm.

Setiap tuba mempunyai lapisan peritoneum di bagian luar, lapisan otot

tipis dibagian tengah, dan lapisan mukosa dibagian dalam. Tuba fallopi

12

Page 8: BAB II TINJAUAN KASUS A. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl...dibuahi dapat melewati lumen ini, ovum tersebut harus melepaskan sel-sel granulosa yang membungkusnya.

terdiri atas: 1) Infundibulum, merupakan bagian yang paling distal.

Muaranya yang berbentuk seperti terompet dikelilingi oleh fibria.

Fibria menjadi bengkak dan hampir erektil saat ovulasi; 2) Ampula,

membangun segmen distal dan segmen tengah tuba. Sperma dan ovum

bersatu dan fertilisasi terjadi ampula; 3) Istmus, terletak proksimal

terhadap ampula. Istmus kecil dan padat, sangat mirip ligamentum

teres uteri; 4) Interstisial, melewati miometrium antara fundus dan

korpus uteri dan mempunyai lumen berukuran paling kecil

(terowongan), berdiameter kurang dari 1 mm. Sebelum ovum yang

dibuahi dapat melewati lumen ini, ovum tersebut harus melepaskan

sel-sel granulosa yang membungkusnya.

d. Ovarium

Merupakan kelenjar berbentuk buah kenari yang terletak di

kanan dan kiri-uterus di bawah tuba uteri dan terikat di sebelah

belakang oleh ligamentum latum uterus. Setiap bulan sebuah folikel

berkembang dan sebuah ovum dilepaskan pada saat kira-kira

pertengahan (hari ke-14) siklus menstruasi. Ovarium mempunyai 3

fungsi: 1) Memproduksi ovum (Menyelenggarakan ovulasi); 2)

Memproduksi hormon estrogen; 3) Memproduksi progesteron.

Ovulasi yaitu pematangan folikel graaf dan mengeluarkan

ovum. Bila folikel graf robek maka terjadi perdarahan yang kemudian

terjadi penggumpalan darah pada ruang folikel.

13

Page 9: BAB II TINJAUAN KASUS A. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl...dibuahi dapat melewati lumen ini, ovum tersebut harus melepaskan sel-sel granulosa yang membungkusnya.

Ovarium disebut juga indung telur, didalam ovarium ini

terdapat jaringan bulbus dan jaringan tubulus yang menghasilkan telur

(ovum) dan ovarium ini hanya terdapat pada wanita, letaknya didalam

pelvis disebelah kiri kanan uterus, membentuk, mengembangkan serta

melepaskan ovum dan menimbulkan sifat-sifat kewanitaan.

Bentuknya bulat telur, beratnya 5-6 gram. Bagian dalam

ovarium disebut medula ovari dibuat dari jaringan ikat. Jaringan yang

banyak mengandung kapiler darah dan serabut kapiler saraf.

Bagian luar bernama korteks ovari, terdiri dari folikel-folikel

yaitu kantong-kantong kecil yang berdinding epitelium dan berisi

ovum.

Kelenjar ovarika terdapat pada wanita, terletak pada ovarium

disamping kiri dan kanan uterus, yang menghasilkan hormon

progesteron dan estrogen. Hormon ini dapat mempengaruhi kerja

untuk menentukan sifat-sifat kewanitaan.

Berangsur-angsur menjelang akhirkehamilan, namun fungsi

prolaktin dalam memicu laktasi disupresi sampai sesudah plasenta

dilahirkan dan kadar estrogen menurun.

14

Page 10: BAB II TINJAUAN KASUS A. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl...dibuahi dapat melewati lumen ini, ovum tersebut harus melepaskan sel-sel granulosa yang membungkusnya.

C. Adaptasi Fisiologi dan Psikologi Ibu Post Partum

Bobak, Lowdermik dan Jensen, 2004 menyatakan bahwa periode post

partum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ

reproduksi kembali ke keadaan sebelum hamil. Periode ini kadang-kadang

disebut puerperium atau trimester ke empat kehamilan. Perubahan fisiologis

yang terjadi sangat jelas, walaupun dianggap normal dimana proses – proses

pada kehamilan berjalan terbalik. Berikut adalah perubahan atau adaptasi

anatomi dan fisiologi serta psikologis wanita setelah melahirkan.

1. Adaptasi fisiologi ibu post partum

a. Perubahan system reproduksi

1). Involusio Uteri

Segera setelah pengeluaran plasenta, fundus korpus

uteri yang berkontraksi terletak kira-kira di pertengahan antara

umbilicus dan simfisis, atau sedikit lebih tinggi. Korpus uteri

sekarang sebagian besar terdiri dari miometrium yang dibungkus

oleh serosa dan dilapisi oleh desidua. Dinding anterior dan

posterior, berada pada posisi erat (menempel), masing-masing

tebalnya 4-5 cm. karena pembuluh darah tertekan karena kontraksi

miometrium, uterus nifas pada potongan tampak iskemik. Selama 2

hari berikutnya, uterus masih tetap pada ukuran yang sama dan

kemudian mengerut, sehingga dalam 2 minggu organ ini telah

turun ke rongga panggul sejati dan tidak dapat lagi teraba di atas

simfisis. Normalnya organ ini mencapai ukuran tak hamil seperti

15

Page 11: BAB II TINJAUAN KASUS A. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl...dibuahi dapat melewati lumen ini, ovum tersebut harus melepaskan sel-sel granulosa yang membungkusnya.

semula ddalam waktu sekitar 4 minggu. Proses tersebut berjalan

sangat cepat. Uterus yang baru saja melahirkan mempunyai berat

sekitar 1 kg. karena involusio, 1 minggu kemudian beratnya sekitar

500 gr, pada akhir minggu kedua turun menjadi 300 gr, dan segera

sesudahnya menjadi 100 gr atau kurang. Jumlah total sel otot tidak

berkurang banyak, namun, sel-selnya sendiri jelas sekali berkurang

ukurannya. Involusio rangka janngan penyambung terjadi sama

cepatnya.

Karena pelepasan plasenta dan membran-membran

terutama mengikutsertakan lapisan spongiosa desidua, bagian basal

desidua tetap ada di uterus. Desidua yang tersisa mempunyai

variasi ketebalan yang menyolok, gambaran bergerigi yang tidak

teratur dan terinfiltasi oleh darah khususnya di tempat plasenta.

2). Kontraksi uterus

Intensitas kontraksi uteri menyangkut secara bermakna

segera setelah bayi lahir, diduga terjadi sebagai respon terhadap

penurunan volume intra uterin yang sangat besar.

Hormone yang dilepas dari kelenjar hipofisis memperkuat

dan mengatur kontraksi uterus, mengompresi pembalut darah dan

hemostrak.

Selama 1 sampai 5 jam pertama pasca partum intensitas

kontraksi uterus bisa berkurang dan menjadi tidak teratur karena

penting sekali untuk mempertahankan kontraksi uterus selama

16

Page 12: BAB II TINJAUAN KASUS A. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl...dibuahi dapat melewati lumen ini, ovum tersebut harus melepaskan sel-sel granulosa yang membungkusnya.

masa ini, biasanya suntikan oksitosin ( pitosin ) secara intravena

atau intra muskuler di berikan segera setelah plasenta keluar dan

mempakan sumber pembentukan endometrium baru. Endometrium

berkembang dari proliferasi sisa-sisa kelenjar endometrium dan

stoma jaringan penyambung antar kelenjar tersebut.

Proses regenerasi endometrium berlangsung cepat, kecuali

di tempat plasenta. Di tempat lain, permukaan bebas tertutup oleh

epitel dalam satu minggu atau 10 hari dan seluruh endometrium

pulih dalam minggu ketiga.

3). Involusi Tempat Plasenta

Ekstrusi lengkap tempat plasenta perlu waktu sampai 6

minggu. Proses ini mempunyai kepentingan klinik yang besar,

karena kalau proses ini terganggu, mungkin terjadi pendarahan

nifas yang lama. Segera setelah kelahiran, tempat plasenta kira-kira

berukuran sebesar telapak tangan, tetapi dengan cepat ukurannya

mengecil. Pada akhir minggu kedua, diameternya 3-4 cm. Segera

setelah berakhimya persalinan, tempat plasenta normalnya terdiri

dari banyak pembuluh darah yang mengalami trombosis yang

selanjutaya mengalami organisasi thrombus secara khusus. Kalau

involusio tempat plasenta yang meliputi peristiwa ini, setiap

kehamilan akan meninggalkan jaringan parut fibrosa di

endometrium dan miometruim di bawahnya, yang akhirnya

membatasi jumlah kehamilan yang akan datang. Namun luka bekas

17

Page 13: BAB II TINJAUAN KASUS A. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl...dibuahi dapat melewati lumen ini, ovum tersebut harus melepaskan sel-sel granulosa yang membungkusnya.

placenta tidak meninggalkan jaringan parut, hal ini disebabkan

karena luka ini sembuh dengan cara dilepaskan dari dasarnya

dengan pertumbuhan endometrium di bawah permukaan luka.

4). Perubahan di Serviks dan Segmen Bawah Uterus

Segera setelah selesai kala ketiga persalinan, serviks dan

segmen bawah uteri menjadi struktur yang tipis, kolap dan kendur.

Tapi luar serviks, yang tadinya menjadi os ekstema biasanya

mengalami laserasi, khusus nya sebelah lateral. Mulut serviks

mengecil perlahan-lahan. Selama beberapa hari, segera setelah

persalinan, mulutnya dengan mudah dimasuki dua jari, tetapi pada

akhir minggu pertama, telah menjadi sedemikian sempit sehingga

sulit untuk memasukan satu jari. Sewaktu mulut serviks sempit,

serviks menebal dan salurannya terbentuk kembali. Tetapi setelah

selesai involusi os eksterna agak lebih lebar dan secara tipikal

depresi bilateral di tempat laserasi masih tetap sebagai perubahan

permanent yang menandai serviks parus.

Setelah kelahiran, miometrium segmen bawah uterus yang

sangat tipis berkontraksi dan beretraksi tetapi tidak sekuat korpus

uteri. Dalam perjalanan beberapa minggu, segmen bawah diubah

dari struktur yang jelas-jelas cukup besar untuk memuat

kebanyakan kepala janin cukup bulan menjadi isthmus uteri yang

hampir tidak dapat dilihat yang terletak diantara korpus uteri di

atas dan os interna serviks di bawah.

18

Page 14: BAB II TINJAUAN KASUS A. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl...dibuahi dapat melewati lumen ini, ovum tersebut harus melepaskan sel-sel granulosa yang membungkusnya.

5). Vagina dan Pintu Keluar Vagina

Vagina dan pintu keluar vagina pada bagian pertama masa

nifas membentuk lorong berdinding lunak dan luas yang ukurannya

secara perlahan mengecil tetapi jarang sekali kembali ke ukuran

nullipara. Rugae terlihat kembali pada minggu ketiga. Hymen

muncul sebagai beberapa potong jaringan kecil, yang selama

proses sikatrisasi diubah menjadi carunculae mirtiformis yang khas

pada wanita yang pernah melahirkan.

6). Perubahan di Perineum dan Dinding Abdomen

Ketika miometrium berkontraksi dan beretraksi setelah

kelahiran, dan beberapa hari sesudahnya, peritoneum yang

membungkus sebagian besar uterus dibentuk menjadi lipatan-

lipatan dan kerutan-kerutan. Ligamentum ratum dam rotundum

jauh lebih kendor daripada kondisi tidak hamil, dan mereka

memerlukan waktu yang cukup lama untuk kembali dari

peregangan dan pengendoran yang telah dialaminya selama

kehamilan tersebut

Sebagai akibat putusnya serat-serat elastic kulit dan distensi

yang berlangsung lama akibat besarnya uterus hamil, dinding

abdomen masih lunak dan kendur untuk sementara waktu.

Pemulihan dibantu dengan latihan. Kecuali striae keperak-perakan,

dinding abdomen biasanya kembali ke keadaan sebelum hamil,

tetapi kalau otot-ototnya atonik, mungkin abdomen akan tetap

19

Page 15: BAB II TINJAUAN KASUS A. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl...dibuahi dapat melewati lumen ini, ovum tersebut harus melepaskan sel-sel granulosa yang membungkusnya.

kendor. Mungkin ada pembelahan muskulus rektus yang jelas, atau

diastasis. Pada keadaan ini, dinding abdomen disekitar garis tengah

hanya dibentuk oleh peritoneum, fasia tipis, lemak subkutan dan

kulit.

7). Lokhea

Rabas uterus yang keluar setelah bayi lahir sering kali

disebut lokhea, lokhea mula-mula berwarna merah kemudian

menjadi merah tua atau merah coklat.

Lokhea rubra terutama mengandung darah dan debris

desidua serta debris hipofoblastik. Aliran menyembur menjadi

merah muda atau coklat ( setelah 3 sampai 4 hari lokia serosa )

Lokhea serosa terdiri dari darah lama ( old blood ), serum,

leukosit dan debris jaringan. Sekitar10 hari setelah bayi lahir warna

cairan ini menjadi kuning sampai putih ( lokia alba )

Sampai alba mengandung leukosit desidua, sel epitel,

mucus, serum dan bakteri. Lokia alba bisa bertahan selama dua

sampai enam minggu setelah bayi lahir.

b. Perubahan Kelenjar Mama

1). Laktasi

Pada hari kedua postpartum sejumlah kolostrum, cairan

yang disekresi payudara selama lima hari pertama setelah kelahiran

bayi, dapat diperas dari putting susu.

20

Page 16: BAB II TINJAUAN KASUS A. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl...dibuahi dapat melewati lumen ini, ovum tersebut harus melepaskan sel-sel granulosa yang membungkusnya.

2). Kolostrum

Dibanding dengan susu matur yang akhirnya disekresi oleh

payudara, kolostrum mengandung lebih banyak protein, yang

sebagian besar adalah globulin, dan lebih banyak mineral tetapi

gula dan lemak lebih sedikit. Meskipun demikian kolostrum

mengandung globul lemak agak besar di dalam yang disebut

korpustel kolostrum, yang oleh beberapa ahli dianggap merupakan

sel-sel epitel yang telah mengalami degenerasi lemak dan oleh ahli

lain dianggap sebagai fagosit mononuclear yang mengandung

cukup banyak lemak. Sekresi kolostrum bertahan selama sekitar

lima hari, dengan perubahan bertahap menjadi susu matur.

Antibody mudah ditemukan dalam kolostrum. Kandungan

immunoglobulin A mungkin memberikan perlindungan pada

neonatus melawan infeksi enteric. Factor-faktor kekebalan hospes

lainnya, juga immunoglobulin -immunoglobulin, terdapat di dalam

kolostrum manusia dan air susu. Factor ini meliputi komponen

komplemen, makrofag, limfosit, laktoferin, laktoperoksidase, dan

lisozim.

3). Air susu

Komponen utama air susu adalah protein, laktosa, air dan

lemak. Air susu isotonic dengan plasma, dengan laktosa

bertanggung jawab terhadap separuh tekanan osmotic. Protein

utama di dalam air susu ibu disintesis di dalam reticulum

endoplasmic kasar sel sekretorik alveoli. Asam amino esensial

21

Page 17: BAB II TINJAUAN KASUS A. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl...dibuahi dapat melewati lumen ini, ovum tersebut harus melepaskan sel-sel granulosa yang membungkusnya.

berasal dari darah, dan asam- asam amino non-esensial sebagian

berasal dari darah atau disintesis di dalam kelenjar mamae.

Kebanyakan protein air susu adalah protein-protein unik yang tidak

ditemukan dimanapun. Juga prolaktin secara aktif disekresi ke

dalam air susu.

Perubahan besar yang terjadi 30-40 jam postpartum antara

lain peninggian mendadak konsentrasi laktosa. Sintesis laktosa dari

glukosa didalam sel-sel sekretorik alveoli dikatalisis oleh lactose

sintetase. Beberapa laktosa meluap masuk ke sirkulai ibu dan

mungkin disekresi oleh ginjal dan ditemukan di dalam urin kecuali

kalau digunakan glukosa oksidase spesifik dalam pengujian

glikosuria.

Asam-asam lemak disintetis di dalam alveoli dari glukosa.

Butir-butir lemak disekresi dengan proses semacam apokrin.

Semua vitamin kecuali vitamin K ada di dalam susu manusia tetapi

dalam jumlah yang berbeda. Kadar masing-masing meninggi

dengan pemberian makanan tambahan pada ibu. Karena ibu tidak

menyediakan kebutuhan bayi akan vitamin K, pemberian vitamin

K pada bayi segera setelah lahir ada manfaatnya untuk mencegah

penyakit perdarahan pada neonatus.

Air susu manusia mengandung konsentrasi rendah besi.

Tetapi, besi di dalam air susu manusia absorpsinya lebih baik dari

pada besi di dalam susu sapi. Simpanan besi ibu tampaknya tidak

22

Page 18: BAB II TINJAUAN KASUS A. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl...dibuahi dapat melewati lumen ini, ovum tersebut harus melepaskan sel-sel granulosa yang membungkusnya.

mempengaruhi jumlah besi di dalam air susu. Kelenjar mamae,

seperti kelenjar tiroid, menghimpun iodium, yang muncul di dalam

air susu.

(Cunningham, 2005)

c. Perubahan system Pencernaan

Wanita mungkin menjadi lapar dan siap makan kembali dalam

1 jam atau 2 jam setelah melahirkan. Konstipasi dapat terjadi pada

masa nifas awal dikarenakan kekurangan bahan makanan selama

persalinan dan pengendalian pada fase defekasi.

d. Perubahan system perkemihan

Pembentukan air seni oleh ginjal meningkat, namun ibu sering

mengalami kesukaran dalam buang air kecil, karena :

1). Perasaan untuk ingin BAK ibu kurang meskipun bledder penuh

2). Uretra tersumbat karena perlukaan/udema pada dindingnya akibat

oleh kepala bayi

3). Ibu tidak biasa BAK dengan berbaring

4). Penebalan Sistem Muskuloskeletal

Adanya garis-garis abdomen yang tidak akan pernah

menghilang dengan sempurna. Dinding abdomen melunak setelah

melahirkan karena meregang setelah kehamilan. Perat menggantung

sering dijumpai pada multipara.

23

Page 19: BAB II TINJAUAN KASUS A. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl...dibuahi dapat melewati lumen ini, ovum tersebut harus melepaskan sel-sel granulosa yang membungkusnya.

e. Perubahan Sistem Endokrin

Kadar hormone-hormon plasenta, hormone plasenta laktogen

(hpl) dan chorionia gonadotropin (HCG), turun dengan cepat dalam 2

hari, hpl sudah tidak terdeteksi lagi. Kadar estrogen dan progesterone

dalam serum turun dengan cepat dalam 3 hari pertama masa nifas.

Diantara wanita menyusui, kadar prolaktin meningkat setelah bayi

disusui.

f. Perubahan Tanda-tanda Vital

Suhu badan wanita in partu tidak lebih dari 37,2°C. Setelah

partus dapat naik 0,5°C dari keadaan normal, tetapi tidak melebihi

38,0°C sesudah 12 jam pertama melahirkan. Bila >38,0°C mungkin

ada infeksi. Nadi dapat terjadi bradikardi, bila takikardi dan badan

tidak panas dicurigai ada perdarahan berlebih/ada vitrum korelis pada

perdarahan. Pada beberapa kasus ditemukan hipertensi dan akan

menghilang dengan sendirinya apabila tidak ada penyakit-penyakit lain

dalam kira-kira 2 bulan tanpa pengobatan.

g. Perubahan system kardiovaskuler

Sistem kardiovaskuler pulih kembali ke keadaan tidak hamil

dalam tempo 2 minggu pertama masa nifas. Dalam 10 hari pertama

setelah melahirkan peningkatan factor pembekuan yang terjadi selama

kehamilan masih menetap namun diimbangi oleh peningkatan aktifitas

fibrinolitik.

24

Page 20: BAB II TINJAUAN KASUS A. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl...dibuahi dapat melewati lumen ini, ovum tersebut harus melepaskan sel-sel granulosa yang membungkusnya.

h. Perubahan Sistem Hematologik

Leukocytosis yang dianggap sel-sel darah putih berjumlah

15.000 selama persalinan, selanjutnya meningkat sampai 15.000 -

30.000 tanpa menjadi patologis jika wanita tidak mengalami persalinan

yang lama/panjang. Hb, Hct, dan eritrosit jumlahmya berubah-ubah

pada awal masa nifas

2. Adaptasi Psikologi Ibu Post Partum

Menurut Hamilton, 1995 adaptasi psikologi ibu post partum dibagi

menjadi 3 fase yaitu :

a. Fase taking in / ketergantungan

Fase ini di dimulai hari ke 1 dan hari ke 2 setelah melahirkan dimana

ibu membutuhkan perlindungan dan pelayanan

b. Fase taking hold / ketergantungan tidak ketergantungan

Fase ini dimulai pada hari ke tiga setelah melahirkan dan berakhir pada

minggu ke 2 dan ke 5 sampai hari ke 3 ibu siap menerima barunya dan

tentang hal-hal baru, pada tahap ini sistem pendukung sangat berarti

bagi ibu muda yang melahirkan sumber informasi sehingga pada tahap

ini sangat tepat untuk memberikan penyuluhan

c. Fase letting go / saling ketergantungan

Fase ini dimulai sekitar minggu ke 5 sampai ke 6 setelah kelahiran

keluaran baru. Secara fisik ibu mampu menerima tanggung jawab

normal dan tidak lagi menerima peran sakit.

25

Page 21: BAB II TINJAUAN KASUS A. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl...dibuahi dapat melewati lumen ini, ovum tersebut harus melepaskan sel-sel granulosa yang membungkusnya.

D. Tanda – Tanda bahaya Post Partum

Berikut ini adalah tanda-tanda bahaya pada ibu post partum menurut DEPKES

RI 1995 :

1. Perdarahan vagina yang hebat atau tiba-tiba bertambah banyak

2. Pengeluaran vagina yang baunya menusuk

3. Rasa sakit di bagian bawah abdomen atau punggung

4. Sakit kepala terus-menerus, nyeri ulu hati, atau masalah penglihatan

5. Pembengkakan di wajah/tangan

6. Demam, muntah, rasa sakit waktu BAK, merasa tidak enak badan

7. Payudara yang berubah menjadi merah, panas, dan atau terasa sakit

8. Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang sama

9. Rasa sakit, merah, lunak, dan pembengkakan di kaki

10. Merasa sedih, merasa tidak manipu mengasuh sendiri bayinya/diri sendiri

11. Merasa sangat letih/nafas terengah-engah

E. Penatalaksanaan atau Perawatan Post Partum

Penatalaksaan pada ibu post partum meliputi perwatan ibu post partum

dan bayinya.Pada pendekatan ini perawat dilatih untuk memberikan perawatan

yang terbaik bagi ibu dan bayinya. Berikut ini adalah penatalaksanaan bagi ibu

post partum menurut Bobak, Lowdermilk, Jensen 2004

Perawatan post partum dimulai sejak kala uri dengan menghindarkan

adanya kemungkinan perdarahan post partum dan infeksi. Bila ada laserasi

jalan lahir atau luka episiotomi, lakukan penjahitan dan perawatan luka

dengan baik. Penolong harus tetap waspada sekurang-kurangnya 1 jam post

26

Page 22: BAB II TINJAUAN KASUS A. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl...dibuahi dapat melewati lumen ini, ovum tersebut harus melepaskan sel-sel granulosa yang membungkusnya.

partum, untuk mengatasi kemungkinan terjadinya perdarahan post partum.

Delapan jam post partum harus tidur telentang untuk mencegah perdarahan

post partum. Sesudah 8 jam, pasien boleh miring ke kanan atau ke kiri untuk

mencegah trombhosis. Ibu dan bayi dapat ditempatkan dalam satu kamar.

Pada hari seterusnya dapat duduk dan berjalan. Diet yang diberikan haras

cukup kalori, protein, cairan serta banyak buah-buahan. Miksi atau berkemih

harus secepatnya dapat dilakukan sendiri, bila pasien belum dapat berkemih

sendiri sebaiknya dilakukan kateterisasi. Defekasi harus ada dalam 3 hari post

partum. Bila ada obstipasi dan timbul komprestase hingga vekal tertimbun di

rektum, mungkin akan terjadi febris. Bila hal ini terjadi dapat dilakukan

klisma atau diberi laksan per os. Bila pasien mengeluh adanya mules, dapat

diberi analgetika atau sedatif agar dapat istirahat. Perawatan mamae harus

sudah dirawat selama kehamilan, areola dicuci secara teratur agar tetap bersih

dan lemas, setelah bersih barulah bayi disusui.

F. Pengkajian Fokus

Suatu pengkajian fisik lengkap termasuk pengukuran tanda-tanda vital,

dilakukan pada saat masuk ke unit pasca partum. Selain itu komponen

pengkajian awal yang lain yang perlu dikaji pada ibu post partum menurut

Doenges, 2001 adalah sebagai berikut :

1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan

a. Bagaimana keadaan ibu saat ini ?

b. Bagaimana perasaan ibu setelah melahirkan ?

27

Page 23: BAB II TINJAUAN KASUS A. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl...dibuahi dapat melewati lumen ini, ovum tersebut harus melepaskan sel-sel granulosa yang membungkusnya.

2. Pola nutrisi dan metabolik

a. Apakah klien merasa kehausan setelah melahirkan ?

b. Apakah klien merasa lapar setelah melahirkan ?

c. Apakah klien kehilangan nafsu makan atau merasa mual ?

d. Apakah ibu mengalami penurunan BB setelah melahirkan ?

3. Pola aktivitas dan istirahat

a. Apakah ibu tampak kelelahan, keletihan ?

b. Apakah ibu toleransi terhadap aktivitas sedang atau ringan ?

c. Apakah ibu tampak mengantuk ?

4. Pola eliminasi

a. Apakah ada diuresis pasca persalinan ?

b. Adakah nyeri dalam BAB pasca persalinan ?

(Cunningham, 2005)

5. Neuro sensori

a. Apakah ibu merasa tidak nyaman ?

b. Apakah ibu merasa nyeri di bagian tubuh tertentunya ?

c. Bagaimana nyeri yang ibu rasakan ?

d. Kaji melalui pengkajian P, Q, R, S, T ?

e. Apakah nyerinya mengganggu aktivitas dan istirahatnya ?

6. Pola persepsi dan konsep diri

a. Bagaimana pandangan ibu terhadap dirinya saat ini

b. Adakah permasalahan yang berhubungan dengan perubahan

penampilan tubuhnya saat ini ?

28

Page 24: BAB II TINJAUAN KASUS A. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl...dibuahi dapat melewati lumen ini, ovum tersebut harus melepaskan sel-sel granulosa yang membungkusnya.

7. Pemeriksaan fisik

a. Keadaan Umum

1). Pemeriksaan TTV

2). Pengkajian tanda-tanda anemia

3). Pengkajian tanda-tanda edema atau tromboflebitis

4). Pemeriksaan reflek

5). Kaji adanya varises

6). Kaji CVAT (cortical vertebra area tenderness)

b. Payudara

1). Pengkajian daerah areola (pecah, pendek, rata)

2). Kaji adanya nyeri tekan

3). Kaji adanya abses

4). Observasi adanya pembengkakan atau ASI terhenti

5). Kaji pengeluaran ASI

c. Abdomen atau Uterus

1). Observasi posisi uterus atau tinggi fundus uteri

2). Kaji adanya kontraksi uterus

3). Observasi ukuran kandung kemih

d. Vulva atau Perineum

1). Observasi pengeluaran lokhea

2). Observasi penjahitan lacerasi atau luka episiotomi

3). Kaji adanya pembengkakan

4). Kaji adanya luka

5). Kaji adanya hemoroid

29

Page 25: BAB II TINJAUAN KASUS A. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl...dibuahi dapat melewati lumen ini, ovum tersebut harus melepaskan sel-sel granulosa yang membungkusnya.

30

8. Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan darah

Beberapa uji laboratorium bias segera dilakukan pada periode pasca

partum. Nilai hemoglobin dan hematokrit seringkali dibutuhkan pada

hari pertama pada partum untuk mengkaji kehilangan darah pada saat

melahirkan.

b. Pemeriksaan urin

Pengambilan sampel urin dilakukan dengan menggunakan cateter atau

dengan teknik pengambilan bersih (clean – cath) specimen ini dikirim

ke laboratorium untuk dilakukan pemeriksaan urinalisis rutin atau

kultur dan sensitivitas terutama jika cateter indwelling dipakai selama

pasca inpartum. Selain itu catatan prenatal ibu harus di kaji untuk

menentukan status rubella dan rhesus dan kebutuhan therapy yang

mungkin.

(Bobak,2004)

Page 26: BAB II TINJAUAN KASUS A. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl...dibuahi dapat melewati lumen ini, ovum tersebut harus melepaskan sel-sel granulosa yang membungkusnya.

Cunningham, 2005 Bobak, 2004Pathway

G. Pathway

31

Page 27: BAB II TINJAUAN KASUS A. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl...dibuahi dapat melewati lumen ini, ovum tersebut harus melepaskan sel-sel granulosa yang membungkusnya.

H. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan laserasi atau trauma

jalan lahir. (Doenges, 2001)

2. Resiko menyusui tidak efektif berhubungan dengan kurang pengetahuan

cara perawatan payudara bagi ibu menyusui. (Bobak, 2004)

3. Resiko infeksi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang cara

perawatan ibu post partum. (Carpenito, 1998)

4. Gangguan pola eliminasi bowel berhubungan dengan adanya konstipasi.

(Bobak, 2004)

5. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan adanya

hemoragi. (Doenges, 2001)

I. Intervensi keperawatan

1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan laserasi atau trauma

jalan lahir. (Doenges, 2001)

a. Tujuan : Nyeri pasien berkurang / hilang atau terkontrol.

b. Kriteria hasil :

- Klien menyatakan tidak nyeri

- Klien menyatakan nyaman

- Skala nyeri berkurang

- Klien dapat beraktivitan tanpa merasa nyeri.

- Ekspresi klien nyaman.

c. Fokus intervensi dan rasional

1). Kaji karakteristik nyeri, tingkat nyeri, tempat nyeri, skala nyeri.

32

Page 28: BAB II TINJAUAN KASUS A. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl...dibuahi dapat melewati lumen ini, ovum tersebut harus melepaskan sel-sel granulosa yang membungkusnya.

Rasional : Mengetahui seberapa berat nyeri yang dialami pasien

2). Inspeksi daerah perineum dan daerah episiotomi. Perhatikan

adanya oedem, nyeri tekan lokal, purulen.

Rasional : Mengetahui apakah ada tanda-tanda peradangan daerah

sekitar vulva.

3). Ajarkan dan anjurkan relaksasi

Rasional : Relaksasi dapat mengurangi penegangan otot didaerah

vagina dan perut.

4). Anjurkan klien berbaring mengurangi aktivitas.

Rasional : Istirahat dapat meminimalkan terjadinya peningkatan

skala nyeri

5). Kolaborasi pemberian analgetik.

Rasional : Analgetik dapat mengurangi nyeri

2. Resiko menyusui tidak efektif berhubungan dengan kurang pengetahuan

cara perawatan payudara bagi ibu menyusui. (Bobak, 2004)

a. Tujuan : Pasien mengetahui tentang cara perawatan payudara bagi ibu

menyusui

b. Kriteria hasil :

- Klien mengetahui cara merawat payudara bagi ibu menyusui

- Asi keluar

- Payudara bersih

- Payudara tidak bengkak dan tidak nyeri

- Bayi mau menyusui

33

Page 29: BAB II TINJAUAN KASUS A. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl...dibuahi dapat melewati lumen ini, ovum tersebut harus melepaskan sel-sel granulosa yang membungkusnya.

c. Fokus intervensi dan rasional

1). Kaji pengetahuan pasien mengenai manajemen laktasi dan

perawatan payudara

Rasional : Mengetahui tingkat pengetahuan pasien dan untuk

menentukan intervensi selanjutnya

2). Ajarkan cara merawat payudara dan lakukan brest care

Rasional : Meningkatkan pengetahuan pasien dan mencegah

terjadinya bengkak pada payudara

3). Jelaskan mengenai manfaat menyusui dan mengenai gizi waktu

menyusui

Rasional : Memberikan pengetahuan bagi ibu mengenai manfaat

ASI bagi bayi

4). Jelaskan cara menyusui yang benar

Rasional : Mengcegah terjadinya aspirasi bagi bayi

3. Resiko infeksi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang cara

perawatan ibu post partum. (Carpenito, 1998)

a. Tujuan : Tidak terjadi infeksi dan pengetahuan pasien bertambah

b. Kriteria hasil :

- Klien meyertakan perawatan bagi dirinya

- Klien bisa membersihkan vagina dan perineumnya secara mandiri

- Perawatan pervagina berkurang

- Jahitan perineum besar

- Vulva bersih dan tidak infeksi

34

Page 30: BAB II TINJAUAN KASUS A. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl...dibuahi dapat melewati lumen ini, ovum tersebut harus melepaskan sel-sel granulosa yang membungkusnya.

- Tidak ada tanda perawatan

- Vital sign dalam batas normal

c. Fokus intervensi dan rasional

1). Pantau vital sign

Rasional : Peningkatan suhu dapat mengidentifikasikan adanya

infeksi

2). Kaji daerah perineum dan vulva

Rasional : Menentukan radakah tanda peradangan di daerah vulva

dan perineum

3). Kaji pengetahuan pasien mengenai cara perawatan ibu post partum

Rasional : Pasien mengetahui cara perawatan vulva bagi dirinya

4). Ajarkan perawatan vulva bagi pasaien

Rasional : pasien mengetahui cara perawatan vulva bagi dirinya

5). Anjurkan pasien mencuci tangan sebelum memegang daerah

vulvanya

Rasional : Meminimalkan terjadinya infeksi

6). Lakukan perawatan hygiene

Rasional : Mencegah terjadinya infeksi dan memberikan rasa

nyaman bagi pasien

4. Gangguan pola eliminasi bowel berhubungan dengan adanya konstipasi.

(Bobak, 2004)

a. Tujuan : Kebutuhan eliminasi pasien terpenuhi

b. Kriteria hasil

35

Page 31: BAB II TINJAUAN KASUS A. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl...dibuahi dapat melewati lumen ini, ovum tersebut harus melepaskan sel-sel granulosa yang membungkusnya.

- Pasien mengatakan sudah BAB

- Pasien mengatakan tidak konstipasi

- Pasien mengatakan perasaan nyamannya

c. Fokus intervensi dan rasional

1). Aauskultasi bising usus. Apakah perisrtaltik menurun

Rasional : penurunan peristaltic usus dapat menyebanyak

konstipasi

2). Selidiki atau pantau adanya nyeri abdomen

Rasional : nyeri abdomen dapat menimbulkan rasa takut untuk

BAB

3). Anjukan pasien makan – makanan tinggi serat

Rasional : makanan tinggi serat dapat melancarkan BAB

4). Anjurkan pasien banyak minum terutama air putih hangat

Rasional : mengkonsumsi air hangat dapat melancarkan BAB

5). Kolaborasi pemberian laksatif (pelunak feses) jika diperlukan

Rasional : penggunaan laksatif mungkin perlu untuk merangsang

peristaltik usus dengan perlahan atau evakuasi feses

5. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan

adanya hemoragi atau perdarahan. (Doenges, 2001)

a. Tujuan : Kebutuhan cairan pasien terpenuhi dan mencapai

keseimbangan

b. Kriteria hasil

- Intake dan output seimbang

36

Page 32: BAB II TINJAUAN KASUS A. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl...dibuahi dapat melewati lumen ini, ovum tersebut harus melepaskan sel-sel granulosa yang membungkusnya.

- Tanda-tanda vital normal

- Berat badan pasien ideal

c. Fokus intervensi dan rasional

1). Monitor vital sign

Rasional : tanda vital dapat digunakan untuk mengidentifikasi

perubahan-perubahan yang terjadi pada keadaan umum pasaien

terutama untuk mengetahui adakah tanda-tanda syok hipovolemik

2). Kaji dan awasi turgor kulit

Rasional : capilary refil time yang lebih dari 2 detik dapat

mengidentifikasikan terjadinya dehidrasi

3). Monitor intake dan output

Rasional : membantu dalam menganalisa keseimbangan cairan dan

derajat kekurangan cairan

4). Anjurkan klien untuk meningkatkan intake cairan sedikitnya 8

gelas sehari

Rasional : mengganti kehilangan cairan karena kelahiran dan

diaforesis

5). Kolaborasi pemberian cairan intravena jika diinstruksikan

Rasional : membantu kebutuhan cairan dalam tubuh

37