BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/55529/3/BAB II.pdf · Kartilago adalah tulang rawan yang...

32
15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lansia 1. Definisi Lansia Menurut Ratna Suhartini dari Universitas Airlangga, lansia atau lanjut usia merupakan tahap yang terjadi secara terus-menerus yang ditandai dengan kemunduran fungsi fisiologis organ tubuhnya seperti penurunan elastisitas kulit, penurunan pendengaran, penglihatan memburuk, penurunan fungsi tubuh serta sensitivitas emosi (Fitrah, 2010). Tahapan atau proses menua yang terjadi dalam hidup manusia bermula dari tahap anak-anak, kemudian berlanjut pada tahap dewasa, dan terakhir adalah tua (Nugroho, 2016). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2004 menyebutkan bahwa lanjut usia merupakan individu yang berusia 60 tahun ke atas (Analisa Lansia Indonesia, 2017). Pada tahap menua, banyak gangguan atau kelainan yang timbul seperti gangguan pada fungsi tubuh, psikologis, dan social sehingga menyebabkan keadaan dari individu lansia tersebut memiliki ketergantungan terhadap orang lain. Individu yang berada pada tahapan ini (lansia) akan mengalami berbagai perubahan dalam kehidupannya dan cenderung menimbulkan anggapan bahwa dirinya sudah tidak produktif seperti sebelumnya, sehingga peran dalam kehidupan social dan

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/55529/3/BAB II.pdf · Kartilago adalah tulang rawan yang...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/55529/3/BAB II.pdf · Kartilago adalah tulang rawan yang melapisi ujung tulang. Kartilago sebagai bantalan sendi bertugas mencegah gesekan

15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Lansia

1. Definisi Lansia

Menurut Ratna Suhartini dari Universitas Airlangga, lansia atau lanjut

usia merupakan tahap yang terjadi secara terus-menerus yang ditandai

dengan kemunduran fungsi fisiologis organ tubuhnya seperti penurunan

elastisitas kulit, penurunan pendengaran, penglihatan memburuk,

penurunan fungsi tubuh serta sensitivitas emosi (Fitrah, 2010). Tahapan

atau proses menua yang terjadi dalam hidup manusia bermula dari tahap

anak-anak, kemudian berlanjut pada tahap dewasa, dan terakhir adalah tua

(Nugroho, 2016). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43

Tahun 2004 menyebutkan bahwa lanjut usia merupakan individu yang

berusia 60 tahun ke atas (Analisa Lansia Indonesia, 2017).

Pada tahap menua, banyak gangguan atau kelainan yang timbul

seperti gangguan pada fungsi tubuh, psikologis, dan social sehingga

menyebabkan keadaan dari individu lansia tersebut memiliki

ketergantungan terhadap orang lain. Individu yang berada pada tahapan ini

(lansia) akan mengalami berbagai perubahan dalam kehidupannya dan

cenderung menimbulkan anggapan bahwa dirinya sudah tidak produktif

seperti sebelumnya, sehingga peran dalam kehidupan social dan

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/55529/3/BAB II.pdf · Kartilago adalah tulang rawan yang melapisi ujung tulang. Kartilago sebagai bantalan sendi bertugas mencegah gesekan

16

kemasyarakatan dapat semakin berkurang serta merasa menjadi kurang

terlibat secara emosional (Priyoto, 2015).

2. Klasifikasi Lansia

Lansia digolongkan pada usia 60 tahun ke atas di negara berkembang

seperti Indonesia, sedangkan lansia digolongkan usia 65 tahun ke atas di

negara maju seperti Amerika Serikat, Jepang, Perancis, dan Belanda,

(Priyoto, 2015). Suhartini menyebutkan bahwa world health organization

(WHO) atau badan kesehatan dunia menggolongkan lansia menjadi empat

kelompok yakni usia pertengahan atau disebut middle age dengan rentang

usia 45-59 tahun, lanjut usia atau elderly dengan rentang usia 60-74 tahun,

lanjut usia tua atau old dengan rentang usia 75-90 tahun, dan usia sangat

tua dengan rentang usia diatas 90 tahun (Fitrah, 2010)

3. Permasalahan Umum yang Dialami Lansia

Secara umum, seseorang yang mameasuki tahap lansia akan

mengalami kemerosotan fungsi fisik seiring bertambahnya usia.

permasalahan tersebut menyebabkan munculnya gangguan pada sistem

kerja tubuh seperti sistem muskuloskeletal, sistem peredaran darah, sistem

syaraf, dan organ-organ lain. Hal ini menyebabkan lansia merasa terisolasi

karena penurunan juga terjadi pada factor psikologis dan sosial, mengingat

pada masa masa produktif mereka mampu melakukan banyak hal seperti

activity daily living (ADL), mobilitas, dan kegiatan kompleks yang

berhubungan dengan masyrakat. Ketika fungsi tubuh menurun maka

muncul kecemasan bahkan dapat meningkat akibat terserang berbagai

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/55529/3/BAB II.pdf · Kartilago adalah tulang rawan yang melapisi ujung tulang. Kartilago sebagai bantalan sendi bertugas mencegah gesekan

17

penyakit seperti osteoarthritis, dementia, stroke, dan berbagai masalah

penyakit degeneratif lainnya yang menyebabkan disabilitas (Guccione et al,

2012).

Priyoto (2015) menyebutkan ada beberapa perubahan yang terjadi

pada lansia selama proses menua, seperti perubahan fisik dan psikologis,

berikut perubahan yang terjadi:

a. Perubahan Fisik

1) Sel: jumlah sel lebih sedikit, ukuran lebih besar, menurunnya

proporsi sel otak di organ-organ vital

2) Persarafan: sel saraf otak lansia berkurang setiap hari, lambat

dalam respon,mengecilnya saraf panca indra

3) Pendengaran: menurunnya kemampuan pendengaran pada

telinga dalam

4) Penglihatan: respon terhadap sinar mulai menghilang, daya

akomodasi mulai menghilang, lapangan pandang mulai

menurun

5) Kardiovaskular: kehilangan elastisitas pembuluh darah dan

dinding aorta, menurunnya kontraksi dan volume

6) Respirasi: hilangnya keelastisitasan paru-paru, kapasitas

residu semakin meningkat, lebih berat ketika bernafas

7) Gastrointestinal: masalah kesehatan gigi, kemampuan indra

pengecap menurun, peristaltik dan fungsi absorbsi melemah

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/55529/3/BAB II.pdf · Kartilago adalah tulang rawan yang melapisi ujung tulang. Kartilago sebagai bantalan sendi bertugas mencegah gesekan

18

8) Reproduksi: atropi payudara pada wanita, terjadi penurunan

produksi spermatozoa secara berangsur-angsur pada pria

9) Urogenitalia: berkurangnya kemampuan ginjal untuk

mengonsentrasikan urin, melemahnya otot vesika urinaria

10) Endokrin: fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah,

menurunnya produksi hampir dari semua hormon

11) Integumen: kulit tapak keriput dan kasar akibat kehilangan

jaringan lemak, berkurangnya elastisistas kulit

12) Muskuloskeletal: berkurangnya densitas tulang, persendian

membesar dan kaku, pergerakan sendi terbatas, atropi otot

b. Perubahan Psikologis

Permasalahan pertama yang dialami lansia adalah cara mereka

bersikap terhadap proses menua yang sedang dihadapi.

Masing-masing lansia berbeda dalam menyikapi perubahan

ini tergantung stereotip psikologis yang biasanya sesuai

dengan pembawaanya semasa muda. Berikut adalah beberapa

sifat stereotip yang dikenal:

1) Tipe Konstruktif: mempunyai toleransi tinggi dan lebih

fleksibel

2) Tipe Ketergantungan: lebih senang berlibur dibandingkan

bekerja

3) Tipe Defensif: emosi tidak terkontrol, memegang teguh

pada kebiasaanya

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/55529/3/BAB II.pdf · Kartilago adalah tulang rawan yang melapisi ujung tulang. Kartilago sebagai bantalan sendi bertugas mencegah gesekan

19

4) Tipe Bermusuhan: selalu mengeluh, agresif, dan curiga

5) Tipe Membenci: kritis, cenderung menyalahkan diri

sendiri, namun dapat menerima pada proses menua

B. Anatomi Sendi Lutut

Sendi lutut atau disebut juga knee joint merupakan sendi yang tersusun

dari tulang betis (os. tibia dan os. fibula), tulang paha (os. Femur), dan tulang

patella yang disatukan oleh ligament. Sendi lutut merupakan sendi yang rentan

dan tidak stabil karena berat beban tubuh manusia bertumpu pada sendi lutut,

namun sendi lutut tidak bekerja sendirian karena memiliki stabilitator berupa

ligament (Schmidler, 2016). Sendi lutut tersusun atas beberapa bagian yaitu:

1. Persendian

Sendi merupakan pertemuan antara dua atau beberapa tulang dari

kerangka (Aretnasih, 2013). Secara konseptual, sendi lutut ini dibetuk oleh

hubungan antar tulang atau memiliki artikulasi dan termasuk jenis hinge

joint. Tulang-tulang yang saling berhubungan hingga membentuk sendi

lutut yaitu tulang patella dengan femur yang membentuk sendi

patellofemoralis (sendi geser), tulang tibia dan femur yang membentuk

sendi tibiofemoralis (sendi engsel), dan tulang tibia dengan fibula yang

membentuk sendi tibiofibularis (sendi kecil dan stabilitator) (Lawry, 2016).

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/55529/3/BAB II.pdf · Kartilago adalah tulang rawan yang melapisi ujung tulang. Kartilago sebagai bantalan sendi bertugas mencegah gesekan

20

Gambar 2.1 Knee Joint

Sumber: Pokhrel, 2012

2. Ligament

Ligament merupakan sebuah jaringan fibrosa yang berfungsi sebagai

penghubung tulang dengan tulang atau sendi dan disusun oleh serat kolagen

yang sangat kuat, sangat fleksibel dan resisten terhadap tekanan dari luar

maupun dalam (Quinn, 2016). Ligament berfungsi sebagai stabilisator pasif

yang membantu pergerakan sendi ketika diberikan sendi diberikan tahanan

agar tercapai lingkup gerak sendi normal. Selain itu ligament juga berfungsi

untuk menjaga keseimbangan dan kesetimbangan postur tubuh (Mulyadi,

2014).

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/55529/3/BAB II.pdf · Kartilago adalah tulang rawan yang melapisi ujung tulang. Kartilago sebagai bantalan sendi bertugas mencegah gesekan

21

Gambar 2.2 Komponen Penyusun Knee Joint

Sumber: Hunt, 2016

Ligament pada sendi lutut memiliki struktur jaringan yang lebih padat

bila dibandingkan dengan struktur jaringan ligament pada sendi lain. (Hadi

& Puji, 2015). beberapa ligament yang tergabung dalam susunan sendi lutut

diantaranya adalah sebagai berikut;

a. Medial Collateral Ligament (MCL)

MCL memiliki bentuk yang panjanjg dan lebar, merupakan

extracapsular ligament yang menempel diantara epicondylus medialis

femoris dan tibialis media. MCL berperan saat lutut melakukan gerakan

translasi tulang tibia pada femur, menahan beban tubuh ketika sendi

lutut melakukan gerak rotasi tulang tibia pada femur, dan menahan

beban dari permukaan luar sendi lutut, , (Lowe et al, 2016).

b. Lateral Collateral Ligament (LCL)

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/55529/3/BAB II.pdf · Kartilago adalah tulang rawan yang melapisi ujung tulang. Kartilago sebagai bantalan sendi bertugas mencegah gesekan

22

LCL memiliki bentuk yang panjanjg dan lebar seperti MCL,

merupakan extracapsular ligament yang menempel pada epycondylus

lateralis femoris dan caput fibulae. LCL berfungsi sebagai penahan

beban varus pada sendi lutut dan saat melakukan gerak rotasi tulang

tibia terhadap tulang Femur (Lowe et al, 2016).

c. Posterior Cruciatum Ligament (PCL)

PCL merupakan intracapsular ligament atau ligament interna

(crossing atau cruciatum), memiliki bentuk pendek yang berada

dibagian tengah icisura diantara condylus femoralis, lebih tepatnya

diantara sudut posteromedial condylus lateralis femoris dan plateu

anterior tibia. PCL berfungsi menahan gerakan translasi kea rah

posterior atau ketika flexi knee pada 75 – 90 derajat, rotasi dan valgus/

varus pada sendi lutut, dan pada saat gerak rotasi tibial 90 derajat (Lowe

et al, 2016).

d. Anterior Cruciatum Ligament (ACL)

ACL merupakan intracapsular ligament atau ligament interna

(crossing atau cruciatum), memiliki bentuk pendek yang berada

dibagian tengah icisura diantara condylus femoralis, lebih tepatnya

diantara sudut posteromedial condylus medialis femoris dan plateu

posterior tibia. ACL berfungsi menahan beban pada Gerakan sendi lutut

kearah depan atau anterior dan gerak translasi anterior tulang tibia

terhadap tulang Femur (Lowe et al, 2016).

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/55529/3/BAB II.pdf · Kartilago adalah tulang rawan yang melapisi ujung tulang. Kartilago sebagai bantalan sendi bertugas mencegah gesekan

23

3. Kartilago

Kartilago adalah tulang rawan yang melapisi ujung tulang. Kartilago

sebagai bantalan sendi bertugas mencegah gesekan antar tulang untuk

membantu menghindari nyeri sendi (Hisham, 2018). Kartilago

mendapatkan makanan dari jaringan sekitar karena jaringan ini tidak

memiliki kapiler darah, namun kartilao memiliki kandungan kolagen

sehingga apabila kandungan kolagen pada kartilago ini semakin tinggi

maka kartilago akan semakin kuat (Hartono, 2015). Susunan jaringan

kartilago terdiri atas kondroblas dan fibroblast yang menjadi bakal sel

kartilago, kondrosit, substansi intraseluler (matrix), dan perikondrium.

Perikondrium sebagai pembungkus kartilago memberikan suplai darah

serta terdapat serat kolagen (Sridianti, 2019).

Gambar 2.3. Articular Cartilage

Sumber: Hisham, 2018

4. Membran Sinovial

Membran sinovial atau synovium berasal dari bahasa Latin yang

berarti “telur”, karena membrane sinovial berstruktur cair menyerupai putih

telur yang terdapat pada sendi (Mulyadi, 2014). Lutut manusia memiliki

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/55529/3/BAB II.pdf · Kartilago adalah tulang rawan yang melapisi ujung tulang. Kartilago sebagai bantalan sendi bertugas mencegah gesekan

24

rentang gerak terbesar sehingga adanya membrane synovial ini

memeberikan peran penting untuk mempermudah gerakan dan pencegahan

nyeri sendi (Sridianti, 2018).

Gambar 2.4 Membrane Synovial

Sumber: Pokhrel, 2012

Membrane sinovial terdiri dari 2 lapisan yaitu lapisan luar atau

subintima yang membentuk sebuah membrane atau perlindungan untuk

melindungi cairan sinovial dan jaringan sekitar sehingga dapat menghindari

terjepitnya sendi ketika terjadi benturan. Lapisan subintima memiliki 2 jenis

sel yaitu fibroblast dan makrofag. Fibroblast bertugas membuat rantai

polimer gula (hyaluronic) yang berfungsi sebagai pelumas sendi.

Sedangkan makrofag bertugas menelan molekul asing yang berbahaya

(Mulyadi, 2014). Terbentuknya hyaluronic inilah yang menyebabkan

cairan synovial bersifat kental sehingga dapat membantu meningkatkan

pelumasan dan mengurangi gesekan (Hisham, 2018).

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/55529/3/BAB II.pdf · Kartilago adalah tulang rawan yang melapisi ujung tulang. Kartilago sebagai bantalan sendi bertugas mencegah gesekan

25

5. Meniscus

Meniscus merupakan jaringan fibrokartilago yang memiliki struktur

seperti bantalan pada sendi lutut yang berbentuk seperti bulan sabit.

Terdapat dua meniscus pada masing-masing sendi lutut yaitu meniscus

medialis dan meniscus lateralis. Meniscus sebagai peredam kejut berfungsi

untuk meningkatkan luas permukaan kontak antara masing-masing

condylus femoris dan tibial plateu sehingga dapat memperbaiki penyebaran

beban dan kestabilan sendi (Lawry, 2016).

Gambar 2.5 Meniscus

Sumber: Pokhrel, 2012

6. Bursa

Bursa adalah kantong serat yang diisi dnegan cairan synovial yang

mempermudah pergeseran tendon dan meningkatkan efek mekanik otot.

Terdapat beberapa bursa pada sendi lutut yaitu bursa deep infrapatellar

terletak diantara ligamentum patella dan tibia, bursa prepatellar yang

terletak diantara tulang patella dan kulit, bursa infrapatellar terletak

diantara ligamentum patella dan kulit, bursa suprapatellar yang terletak di

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/55529/3/BAB II.pdf · Kartilago adalah tulang rawan yang melapisi ujung tulang. Kartilago sebagai bantalan sendi bertugas mencegah gesekan

26

bawah otot quadriceps, bursa semimembranosus yang terletak diantara

tendon Semimebranosus dan condylus medialis tulang tibia, bursa poplitea

yang mengelilingi tendon popliteus, (Saladin, 2010).

Gambar 2.6 Bursa pada knee joint

Sumber: Pokhrel, 2012

7. Otot Penyusun

Otot penyusun sendi lutut terbagi menjadi 2 grup otot penggerak yaitu

grup otot extensor dan grup otot flexor (Houglum & Bertoti, 2012). Grup

otot penggerak extensor yaitu grup otot Quadriceps yang meliputi otot

rectus femoris, otot vastus lateralis, otot Vastus medialis, otot vastus

intermedius.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/55529/3/BAB II.pdf · Kartilago adalah tulang rawan yang melapisi ujung tulang. Kartilago sebagai bantalan sendi bertugas mencegah gesekan

27

Gambar 2.7. Otot-otot penyusun Knee Joint

Sumber: Evancycle, 2016

Grup otot penggerak flexor yaitu grup otot hamstring meliputi bicep

femoris, semitendinosus, semimembranosus dan otot-otot pada betis yaitu

otot gastrocnemius, otot plantaris, otot popliteus, serta otot gracillis, dan

otot sartorius (Spalteholz, 2014).

8. Persarafan

Beberapa saraf yang mempersarafi sendi lutut yaitu: saraf tibialis,

saraf femoralis, saraf peroneus communis, dan saraf obturatorius. Saraf

femoralis yang berpusat di lumbal 2 - lumbal 4 (L2-L4) merupakan saraf

yang paling besar dan mempersyarafi otot Sartorius, otot Pectineus, otot

Iliopsoas, dan otot Quadriceps femoris. Saraf obturatorius berpusat pada

L2-L4 yang memiliki 2 cabang yaitu anterior dan posterior. cabang

anterior melewati otot adductor brevis dan otot obturator externus menuju

otot pectineus dan otot adductor longus, sedangkan cabang posterior

melewati otot adductor magnus dan otot adductor brevis. Saraf tibialis

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/55529/3/BAB II.pdf · Kartilago adalah tulang rawan yang melapisi ujung tulang. Kartilago sebagai bantalan sendi bertugas mencegah gesekan

28

memulai perjalanan syarafnya dari superior fossa popliteal kemudia turun

secara vertikal menuju sisi dorsomedial pergelangan kaki, saraf ini

merupakan cabang dari saraf ischiadicus (Spalteholz, 2014).

9. Biomekanika

Biomekanik termasuk salah satu aspek dari kinesiologi yang

mempelajari tentang prinsip mekanik dalam gerak manusia yang

mengkombinasikan antara disiplin ilmu mekanika terapan dan ilmu-ilmu

biologi dan fisiologi. Kinesiologi sendiri adalah ilmu yang mempelajari

tentang gerak tubuh manusia (Hariadi, 2016). Dalam mempelajari gerak

tubuh terdapat dua sub studi yaitu Kinetika dan Kinematika. Kinetika

berkonsentrasi pada kekuatan yang menghasilkan atau menahan gerakan,

sedangkan kinematika membahas tentang jenis, arah, dan kuantitas atau

derajat gerakan. Kinematika kemudian dibagi menjadi dua sub-topik yaitu

Osteokinematika yang berfokus pada gerakan tulang dan Arthrokinematika

special membahas tentang pergerakan yang terjadi antar permukaan sendi

(Houglum & Bertoti, 2012).

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/55529/3/BAB II.pdf · Kartilago adalah tulang rawan yang melapisi ujung tulang. Kartilago sebagai bantalan sendi bertugas mencegah gesekan

29

Gambar 2.8. Biomekanika knee joint

Sumber: Pokhrel, 2012

Osteokinematik terjadi pada sendi lutut yaitu ketika lutut pada bidang

sagital melakukan gerak fleksi dengan ROM antara 120-130 derajat,

menjadi 140 derajat apabila diikuti fleksi hip dan gerak ekstensi denga

ROM 0-10 derajat jika diikuti dengan ekstesi hip. ROM pada gerakan

endorotasi yaitu 30 – 35 derajat dan ROM pada gerakan eksorotasi 40 – 45

derajat ketika fleksi 90 derajat pada mid position. Terdapat gerak rollling

dan sliding yang melibatkan dua permukaan tulang. Pada gerakan fleksi

lutut tulang femur, terjadi rolling ke arah belakang dan sliding ke depan,

begitu pula sebaliknya jika melakukan gerak ekstensi. Sedangkan pada saat

gerakan fleksi dan ekstensi tulang tibia, maka rolling dan sliding bergerak

searah dengan pergerakan tulang tibia (Fitria, 2015).

Mekanisme arthrokinematika pada sendi lutut yaitu ketika tulang

femur melakukan gerakan fleksi, maka tulang femur akan rolling ke arah

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/55529/3/BAB II.pdf · Kartilago adalah tulang rawan yang melapisi ujung tulang. Kartilago sebagai bantalan sendi bertugas mencegah gesekan

30

posterior (belakang) dan sliding ke arah anterior (depan). Sedangkan ketika

tulang femur melakukan gerakan ekstensi, tulang femur akan rolling ke

arah anterior (depan) dan sliding ke arah superior (belakang). Berbeda

ketika tulang tibia melakukan gerakan fleksi atau ekstensi, maka rolling

dan sliding akan dilalui searah (Fitria, 2015).

C. Osteoarthritis

1. Definisi

Osteoarthritis berasal dari Bahasa Yunani “osteo” berarti tulang,

“arthro” berarti sendi dan “itis” berarti peradangan. Osteoarthritis adalah

suatu penyakit sendi degeneratif yang menyerang sendi ditandai dengan

perubahan struktur dan disertai rasa nyeri sebagai gejala yang paling sering

dikaluhan. Penyebab pasti dari OA masih belum diketahui, namun sangat

diyakini bahwa OA terjadi karena penuaan atau kerusakan akibat

degenerative sendi. Faktor yang mempengaruhi OA diantaranya usia, jenis

kelamin, berat badan, pekerjaan, trauma dan gangguan internal lainya.

Gejala yang timbul yaitu rasa nyeri, kaku, terdapat krepitasi, lutut mengunci

dan kemudian dapat bergerak bersamaan dengan suara yang berderak

kencang (Wadhwa dan Hande, 2016).

Gangguan pada OA merupakan gangguan progresif non-inflamasi

pada sendi penggerak terutama sendi yang dijadikan tumpuan dan menahan

berat badan (Wadhwa dan Hande, 2016). OA dapat menyerang di sendi

kecil seperti pada jari-jari tangan, tetapi lebih banyak ditemukan

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/55529/3/BAB II.pdf · Kartilago adalah tulang rawan yang melapisi ujung tulang. Kartilago sebagai bantalan sendi bertugas mencegah gesekan

31

menyerang di area knee dan hip yang memang lebih banyak menahan beban

tubuh (Rahmawati, 2016).

2. Etiologi

Etiologi OA bersifat multi-faktorial seperti factor genetic, penuaan,

obesitas, mal-alignment sendi, cedera sendi, dan riwayat operasi selumnya.

Pada umumnya OA lutut menyerang pada kelompok usia menengah dan

lanjut dimana frekuensinya dapat meningkat seiring bertambahnya usia.

Proyeksi jumlah penderita OA di seluruh dunia sekitar 9,6% pria dan 18%

wanita dengan usia diatas 60 tahun (Nejati et al, 2014). Berdasarkan

radiografi dan simtomatik, termasuk dalam 50 peringkat global yang paling

berpengaruh akibat riwayat cedera dan penyakit lain. Terdapat 250 juta atau

sekitar 4% dari populasi dunia dan didominasi OA lutut, diperkirakan

sekitar 83% (Kohn et al, 2016). Perempuan dan laki-laki dibawah usia 55

tahun dapat terserang OA lutut dan gejalanya meningkat setelah usia 55

tahun (Somashekar, 2015).

3. Patofisiologi

Segala faktor yang menyebabkan kerusakan awal pada tulang rawan

kartilago, akan membuat kondrosit mencoba mulai memperbaiki tulang

rawan. Kondrosit awalnya mulai membuat proteoglikan dalam jumlah

sedikit dan kolagen tipe II dalam jumlah banyak, namun akhhirnya

kondrosit beralih membuat kolagen yang berbeda yaitu kolagen tipe I.

kolagen tipe I ternyata tidak dapat bekerjasama dengan proteoglikan

sehingga menyebabkan elastisitas matriks tulang rawan menurun secara

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/55529/3/BAB II.pdf · Kartilago adalah tulang rawan yang melapisi ujung tulang. Kartilago sebagai bantalan sendi bertugas mencegah gesekan

32

keseluruhan dan memungkinkan timbulnya kerusakan. Kondrosit

melakukan proses tersebut selama bertahun-tahun hingga mengalami

kelemahan, ketidakseimbangan, dan akhirnya mengalami kematian sel. Hal

ini membuat tulang rawan articular semakin lemah, kehilangan

elastisitasnya, dan mulai mengelupas menuju ruang synovial yang disebut

‘joint mice’. Joint mice atau puing-puing pengelupasan kartilago ini

dianggap sebagai jaringan yang mengganggu dan harus dihilangkan, ini

menjadi tuga TNF-α untuk mengurangi debris (sel mati atau rusak). TNF-α

merekrut 2 sel imun yitu limfosit dan makrofag kedalam membrane

synovial untuk membantu mengurangi debris. Keberdaan limfosit dan

makrofag justru menghasilkan proinflamasi sitokin (TNF-α, IL-1, dan IL-6)

yang akhirnya menyebabkan peradangan pada synovium atau disebut

synovitis. Jaringan tulang rawan articular yang dulunya merupakan

permukaan yang halus lama kelamaan terkikis karena gesekan yang terjadi

antar tulang tanpa ada pelindung. Tulang terus terkikis dan meluruh,

membuatnya tampak seperti gading yang dipoles hingga akhirnya terjadi

pertumbuhan tulang yang disebut osteofit. Adanya pertumbuhan tulang ini

membuat sendi tampak lebih luas, contoh kondisi yang paling jelas yaitu

pada sendi distal interphalangeal (DIP) dan proksimal interphalangeal

(PIP).

4. Klasifikasi

OA terbagi menjadi 2 kelompok yaitu OA preimer dan OA sekunder.

OA primer terjai tanpa adanya keterkaitan dengan penyakit sistemik lain

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/55529/3/BAB II.pdf · Kartilago adalah tulang rawan yang melapisi ujung tulang. Kartilago sebagai bantalan sendi bertugas mencegah gesekan

33

dan tanpa perubahan pada sendi. Penyebab terjadinya OA primer belum

pernah diketahui, oleh karena itu OA primer sering disebut sebgai OA

idiopatik. Berbeda halnya dengan OA primer, OA sekunder justru terjadi

dengan disertai penyakit sistemik. Penyebab umum OA sekunder meliputi

traumatis, displastik, infeksius, inflamasi, atau etiologi biokimia (Sheikh,

2013).

5. Manifestasi Klinis/ Gejala

Tanda umum yang bisa dijumpai dan sering dirasakan oleh penderita

OA yaitu nyeri dan krepitasi, namun masih ada beberapa tanda dan gejala

lain yang dirasakan penderita. Selain tanda dan gejala juga terdapat

perubahan fisik yang terjadi di area yang terjangkit OA seperti adanya

pembengkakan sendi, perubahan pola jalan (patotologic gait) (Zhang,

2011). Berikut manifestasi klinis pada OA yang sering terjadi menurut

Sinusas (2012):

a. Nyeri

Nyeri merupakan ciri yang khas dan cenderung meningkat seiiring

penderita beraktivitas, bahkan terasa saat istirahat.

b. Kekakuan sendi

Kekakuan sendi atau stiffness juga mrupakan ciri khas OA yang

biasa terjadi pada pagi hari setelah bangun tidur dan pada malam hari

sebelum tidur. Stiffness umumnya terjadi selama minimal 30 menit

tetapi gejalanya akan hilang secara bertahap.

c. Krepitasi

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/55529/3/BAB II.pdf · Kartilago adalah tulang rawan yang melapisi ujung tulang. Kartilago sebagai bantalan sendi bertugas mencegah gesekan

34

Krepitasi terjadi diduga akibat permukaan tlang rawan yang sudah

tidak lagi beraturan. Kondisi ini muncul saat melkukan gerak aktif

maupun pasif yang terdengar dan teraba seperti suara retakan atau

derakan. Tingkat krepitasi berkaitan dengan proses degenatif atau

proses menua.

d. Deformitas

Pembetukan osteofit dan terjadinya proses remodeling sendi ini

yang menyebabkan sendi tampak lebih besar sehingga berpengaruh

terhadap kenyamanan beraktivitas

e. Pembengkakan sendi (swelling)

Peradangan pada sendi dan bertambahnya cairan menyebabkan

terjadinya pembengkakan

f. Sendi tidak stabil/Unstable joint

Peradangan yang terjadi membuat penderita sukar bergerak

karena mersakan nyeri. Akibatnya otot menjadi lebih kaku bahkan

sering Lelah dan lama kelamaan menjadi lemah. Kelemahan pada otot

inilah yang menyebabkan sendi semakin tidak stabil sehingga

mengganggu pergerakan sendi.

g. Kekakuan otot

Kekakuan (spasme) otot memiliki keterkaitan dengan nyeri karena

merupakan respon protektif ketika seseorang bergerak dan timbul nyeri.

Tubuh mencoba berhenti ketika dirasa timbul nyeri gerak, akibatnya

gerak menjadi terbatas dan otot sering kelelahan.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/55529/3/BAB II.pdf · Kartilago adalah tulang rawan yang melapisi ujung tulang. Kartilago sebagai bantalan sendi bertugas mencegah gesekan

35

h. Muscle Arthropy

Muscle Arthropy atau penurunan massa otot terjadi akibat

menururnnya aktivitas otot yang dipicu oleh nyeri akibat kondisi

patologis.

i. Penurunan Fungsi

Proses degradasi tulang hingga menimbulkan inflamasi dan gejala

lain, membuat akitifitas penderita OA menjadi terbatas dan sulit. Hal ini

sering tampak ketika menaiki anak tangga dan tampak pada pola jalan.

6. Kriteria Diagnosis

Diagnosa OA lutut dapat ditegakkan berdasarkan riwayat terdahulu,

gambaran klinis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan radiografi, dan

pemeriksaan penunjang (Sinusas, 2012). Seseorang beresiko terkena OA

lutut, setidaknya terdapat memiliki 3 kriteria dari kriteria yang ditetapkan

American College of Rheumatology (2007, dalam Pratiwi 2015) sebagai

berikut:

a. Timbul rasa nyeri pada area persendian

b. Terdapat osteofit pada hasil rontgen sekurang-kurangnya usia > 50

tahun

c. Kekakuan sendi selama < 30 menit

d. Terdapat krepitasi pada sendi

e. Deformitas (perubahan struktur anatomi sendi)

f. Penyempitan celah sendi yang lebih berat pada bagian yang

menanggung beban (asimetris)

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/55529/3/BAB II.pdf · Kartilago adalah tulang rawan yang melapisi ujung tulang. Kartilago sebagai bantalan sendi bertugas mencegah gesekan

36

g. Peningkatan densitas (sclerosis)

Penetapan grade pada OA menggunakan sistem Kellgren dan

Lawrence. Sistem ini telah diterima oleh WHO sejak tahun 1961, dan masih

digunakan sampai sekarang. Untuk mengetahui Grade didapat dari

pemeriksaan fisik, pemeriksaan spesifik, dan pemeriksaan penunjang.

Untuk grade 0 ditandai dengan tidak adanya gambar radiografi indikasi OA.

Pada grade 1 sendi terlihat normal, namun terdapat gambaran osteofit pada

hasil radiografi. Pada grade 2 celah sendi tampak normal, namun

selainosteofit juga terdapat kista subkondral. Pada grade 3 celah sendi

tampak semakin menyempit, garis tulang tampak deformitas, osteofit

semakin bertambah. Pada grade 4 terdapat banyak osteofit, adanya kista

subkondral dan sclerosis, dan tidak adanya celah sendi (Kohn, 2016).

7. Terapi

Terapi yang dapat diberikan untuk penderita OA yaitu terapi

farmakologis, terapi non-farmakologis, dan pembedahan (Hochberg, 2012)

a. Farmakologis

Penderita OA biasa diberikan terapi farmakologis berupa

golongan NSAID yaitu ibuprofen, diclofenac, meloxicam, dan lain-lain

(Hochberg, 2012).

b. Non-farmakologis

Banyak macam modalitas dan latihan yang biasa dipakai yaitu

modalitas alat seperti US dan TENS, serta terapi latihan seperti aerobic,

strengthening, hydrotherapy. Selain terapi modalitas dan latihan,

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/55529/3/BAB II.pdf · Kartilago adalah tulang rawan yang melapisi ujung tulang. Kartilago sebagai bantalan sendi bertugas mencegah gesekan

37

biasanya tenaga kesehatan juga menyarankan untuk membiasakan

hidup sehat terutama bagi yang obesitas (Hochberg, 2012).

c. Pembedahan

Pembedahan dilakukan apabila penderita OA memiliki kondisi

kontraindikasi terhadap penanganan non-farmakologis atau sudah ada

hasil pemeriksaan dari dokter yang mengharuskan adanya pembedahan

seperti total joint replacement atau tindakan surgery lainya(Hochberg,

2012).

D. Aktivitas fungsional

1. Definisi

Aktivitas sehari-hari merupakan kegiatan yang dilakukan oleh seseorang

baik yang bersifat individu ataupun kelompok yang berhubungan dengan

masyarakay luas. Sebuah kegiatan yang bersifat individu merupakan kegiatan

yang membutuhkan ketrampilan dan dilakukan seorang diri tanpa bantuan

ornag lain atau disebtu kegiata mandiri seperti berjalan, mandi, makan dan

kegiatan mandiri lainya (Casmin, 2012).

Seseorang yang sedang mengalami proses menua biasanya banyak

mengalami penururnan fungsi akibat terserang berbagai macam penyakit.

Penururnan fungsional juga menandakan penurunan kemampuan dalam

memenuhi kebutuhan harian yang bersifat individu dan hal tersebut dapat

diukur menggunakan pengukuran ADL (Activity Daily Living) termasuk

mobilisasi, makan, aktivitas dikamar mandi, berpakaian dan merias diri.

(Casmin, 2012).

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/55529/3/BAB II.pdf · Kartilago adalah tulang rawan yang melapisi ujung tulang. Kartilago sebagai bantalan sendi bertugas mencegah gesekan

38

2. Alat Ukur

a. Lower extremity functional scale

Beragam alat ukur yang dapat digunakan untuk fungsional, namun

untuk pengukuran fungsional pada OA lutut ini peneliti menggunakan

LEFS. Lower extremity functional scale (LEFS) atau skala fungsional

ekstremitas bawah merupakan sebuah kuisioner dengan 20 ragam

pertanyaan yang berisi tentang kemampuan seseorang terkait aktivitas atau

tugas sehari-hari. LEFS ini dapat digunakan untuk mengukur aktivitas

fungsional diawal sebelum perlakuan, saat proses berlangsung, dan setelah

perlakuan selesai, serta sebagai tolak ukur penetapan tujuan fungsional.

Skala fungsional ekstremitas bawah digunakan untuk mengevaluasi

efektifitas intervensi dari sebuah perlakuan dan dapat dipantau pasien dari

waktu ke waktu. Lower extremity functional scale berisi 20 pertanyaan

dengan nilai total 80 poin. Skala ini menilai aktivitas fungsional pada

keterbatasan aktivitas fungsional ekstremitas bawah. Terdapat beberapa

penilaian dimana masing-masing point bersifat interfal dan mempunyai

rentang tingkat pencapaian yang berbeda. Rentang nilai yang digunakan

adalah nilai 0 dengan kesulitan ekstrim (tidak dapat melakukan), nilai 1

dengan kesulitan yang cukup, nilai 2 dengan kesulitan yang sedang, nilai 3

dengan sedikit kesulitan, dan nilai 4 tidak mengalami kesulitan. Setiap point

penilaian mempunyai nilai 4 sebagai nilai paling besar dengan total nilai

dari keseluruhan point yaitu 80. Semakin tinggi nilai skala yang didapat

maka semakin baik aktivitas fungsional seseorang.

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/55529/3/BAB II.pdf · Kartilago adalah tulang rawan yang melapisi ujung tulang. Kartilago sebagai bantalan sendi bertugas mencegah gesekan

39

b. Interpretasi Nilai LEFS

Dalam pengukuran LEFS terdapat beberapa interpretasi sebagai

berikut:

1. Apabila nilai total yang didapatkan semakin rendah, maka tingkat

disability tinggi

2. Apabila nilai total yang didapatkan semakin tinggi, maka tingkat

disability rendah

3. Terjadi perubahan jika skala menunjukkan selisih minimal 9 point.

4. Terjadi perbedaan klinis jika skala menunjukan selisih minimal 9 point

5. Persentase nilai fungsional = nilai total dibagi 100

E. Retro Walking Exercise

1. Definisi

Latihan Close Kinetic Chain (CKC) telah mendapat banyak perhatian

dalam penatalaksanaan osteoarthritis knee, salah satunya retro walking (RW).

Retro walking (RW) atau bisa disebut berjalan mundur adalah sebuah latihan

yang cukup popular untuk penanganan knee injuries (Therkeld et al.,1989

dalam Somashekar, 2015). Retro walking telah banyak digunakan untuk latihan

fisik, menjaga kebugaran, meningkatkan keseimbangan, dan meningkatkan

performa olahraga di Eropa, Jepang, dan China selama beberapa dekade

(Wadhwa & Hande, 2016). Retro walking dianggap sebagai latihan close

kinetic chain yang aman karena beban tekanan pada patellofemoral joint

berkurang, mempertahakan isometric dan konsentris quadriceps, dan

mengurangi fungsi eksentrik dari quadriceps. (Alghadir & Anwer, 2016).

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/55529/3/BAB II.pdf · Kartilago adalah tulang rawan yang melapisi ujung tulang. Kartilago sebagai bantalan sendi bertugas mencegah gesekan

40

Dapat disimpulkan bahwa retro walking adalah berjalan mundur dengan arah

gerakan, kinerja otot, dan kinematik yang berbeda dengan jalan biasa atau jalan

maju.

2. Mekanisme Latihan

Kinematika dari RW yang unik memberikan efek pengurangan nyeri.

Ketika melakukan RW pada posisi lutut dengan gerakan fleksi, fase swing

cenerung berkurang jika dibandingkan dengan forward walking (FW) atau

berjalan maju. Hal ini membuat tekanan yang terjadi pada lutut ketika RW

cenderung lebih rendah daripada FW (Wadhwa & Hande, 2016). Untnuk

prosedur pelaksanaan RW dilakukan dengan memberi instruksi kepada

responden untuk berjalan maju seperti biasanya sebanyak 5 langkah dan

kemudian mundur 4 langkah. Hal ini dilakukan sebagai koreksi awal terkait

kenyamanan respoden dalam melakukan latihan. Peran terapis dalam proses

latihan RW ini sangat penting untuk selalu mengawasi, memberikan isntruksi,

dan mengevaluasi. (Yadav & Shashidharan, 2016).

3. Indikasi dan Kontraindikasi

a. Indikasi

Memjaga posture tubuh agar lebih baik, melanarkan sirkulasi darah,

menjaga keseimbangan, mempertajam refleks, mengurangi tekanan pada

sendi lutut, menguatkan otot sekitar sendi lutut, dan mengurangi nyeri .

b. Kontra Indikasi Retro Walking exercise

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/55529/3/BAB II.pdf · Kartilago adalah tulang rawan yang melapisi ujung tulang. Kartilago sebagai bantalan sendi bertugas mencegah gesekan

41

Latihan ini tidak dianjurkan bagi penderita cedera akut, patah tulang,

kerobekan soft tissue seperti otot dan ligament, dan gangguan

keseimbangan.

F. Kinesio Taping

1. Definisi

Kinesio taping (pita kinesio) adalah bahan perekat elastis yang memiliki

kapasitas peregangan tinggi dnagan tetap memberikan kenyamana mobilitas.

Kinesio taping (KT) memiliki struktur bahan yang elastis sehingga tidak

menimbulkan penekanan dan tidka membatasi pergerakan pada area perlekatan.

Jangka waktu penggunaan KT yaitu 3-5 hari dan terbilang cukup lama tanpa

perlu khawatir jika digunakan untuk mandi, berenang ataupun latihan karena

tahan air, dapat mengering dengan cepat, dan jarang menimbilkan iritasi kulit

(Kocyigit, 2015)

Gambar 2.9 Kinesio Taping

Sumber: Rahmadhika, 2015

Seoarang Chiropractor bernama Dr. Kenzo Kase mengembangkan KT

pada tahun 1979 dengan tujuan untuk mengurangi rasa nyeri dan meningkatkan

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/55529/3/BAB II.pdf · Kartilago adalah tulang rawan yang melapisi ujung tulang. Kartilago sebagai bantalan sendi bertugas mencegah gesekan

42

kekuatan otot. Terdapat maanfaat lain pada KT seperti meningkatkan aliran

darah, meningkatkan dreinase cairan limfatik , dan mengurangi pembengkakan

atau odema (Kocyigit, 2015)

2. Konsep Penggunaan

Konsep KT dalam buku K-Taping an illustrated Guide terdiri atas 4

teknik aplikasi (Kumbrink, 2011). yakni pengaplikasian pada otot, ligament,

koreksi, dan lympathic.

a. Aplikasi pada otot

Pengaplikasian pada otot digunakan untuk menurunkan nyeri,

menurunkan tahanan tonus otot, meningkatakan tahanan tonus otot,

menormalkan tahanan tonus otot, dan memfasilitasi agar lekas sembuh.

Dalam mengaplikasikan KT yang perlu diketahui yaitu tempat

perlekatan (origo dan insersio) yang sesuai dengan tujuan

penggunaanya. KT yang ditempelkan pada insersio menuju origo

ditujukan untuk menurunkan tonus otot, sednagkan KT yang

ditempelkan pada origo menuju insersio ditujukan untuk meningkatkan

tonus otot. Pengaplikasian ini diberikan tarikan yaitu 20%.

b. Aplikasi pada ligament

Aplikasi untuk ligament digunakan pada kondisi cedera dan beban

berlebih pada ligament dan jugs tendon. Pemasangan dialkukan pada

titik nyeri trigger point atau pada segment spinal. KT pada ligament

dipasang menyerupai pada aplikasi otot dengan memberikan maksimal

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/55529/3/BAB II.pdf · Kartilago adalah tulang rawan yang melapisi ujung tulang. Kartilago sebagai bantalan sendi bertugas mencegah gesekan

43

stretch tanpa akhiran stretch dengan catatan posisi otot dalam keadaan

maksimal memanjang. Teknik aplikasi pada ligament, tendon, dan pain

point dapat dilakukan secara bersamaan.

c. Aplikasi Koreksi

Pada ateknik aplikasi ini dibedakan menjadi dua yaitu koreksi

fungsional dan koreksi fascia. Koreksi fungsional digunakan pada otot

dengan kondisi misaligament dan perbaikan secara srtuktural seperti

patella misaligament. Sedangkan koreksi fascia digunakan untuk

kondisi perlekatan pada muscle fiber yang membuatnya mengendur

segingga memberikan efek penurunan nyeri.

d. Aplikasi Lympathic

Teknik ini digunakan pada kelainan lymphatic drainase dengan

konsep skin lifting atau mengangkat kulit dimana terdapat jarak antara

kulit dan subkutan yang berguna untuk merangsang lymphatic collector.

Lymphatic collector berssama dengan system vascular akan aktif di

tubuh manusia untuk mencegah getah bening tadi kembali dengan

membawa cairan tersebut ke aliran central tubuh.

3. Pengaruh dan Manfaat Bagi Tubuh

Bagian KT pada sisi yang menempeldengan kulit memeiliki bentuk yang

berulir atau tidak rata. Bentuk ulir dibuat khusus untuk memberikan

rangsangan pada system sirkulasi dan system saraf didalam tubuh. Teknik dan

bentuk yang digunakan pada pengaplikasin KT bermanfaat dalam setiap

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/55529/3/BAB II.pdf · Kartilago adalah tulang rawan yang melapisi ujung tulang. Kartilago sebagai bantalan sendi bertugas mencegah gesekan

44

kondisi baik akut, sub akut hingga kronis, serta digunakan untuk mencegah

cedera dengan proses penyembuhan luka oleh tubuh sendiri (Lesmana, 2016).

Efek utama penggunaan KT pada tubuh berdampak pada otot dimana saat

bekerja otot akan mengalami pemendekan (kontraksi) dan pemanjangan

(relaksasi). Tidak menututp kemungkinana saat otot bekerja, otot tidak mampu

kembali pada posisi semula setelah kontraksi dan relaksasi pada suatu kondisi

sehingga timbul nyeri pada otot. Peggunaan KT dapat membuat otot kembali

ke posisi normal karena memiliki efek stretch dan recoil dimana dengana

adanya efek tersebut posisi sendi yang tidak sesuai ligementnya akan lebih baik,

dengan begitu tubuh bisa bergerak pada pola yang lebih sempurna (Kocyigit,

2015)

KT juga memberikan efek lain yaitu mekanisme kompensasi pada saat

ada proses inflamasi. Proses inflamasi menimbulkan adanya penyempitan celah

antara kulit dengan jaringan dibawah kulit sehingga timul rasa nyeri dan dapat

mengganggu proses sirkulasi cairan. Teknik pemasangan yang tepat pada

kondisi tersebut dapat mengangkat bagian yang mengalami inflamasi karena

memiliki efek shrink dan kift, sehingga tekanan pada kulit akan berkurang.

Apabila tekaknan pada kulit berkurang, maka terjadi penururnan nyeri,

peningkatan sirkulasi cairan, menurunnya tonus otot, dan mempercepat

recovery (Kumbrink, 2011)

Dapmpak positif atau negative pada KT tergantung pada Teknik

pemasangan yang sesuai. Oleh karena itu pengetahuan dasar mengenai KT

sangat diperlukan agar memiliki Teknik yang tepat dan memberikan efek yang

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/55529/3/BAB II.pdf · Kartilago adalah tulang rawan yang melapisi ujung tulang. Kartilago sebagai bantalan sendi bertugas mencegah gesekan

45

sesuai dengan tujuan pemasangan. Dengan berbagai macam manfaat KT, perlu

diperhatikan juga bahwa terdapat kontraindikasi pada penggunaan KT yaitu

pemasangan pada daerah keganasan, infeksi dan luka terbuka (Mutlu et al,

2016).

4. Teknik Pengaplikasian

Starting point dan tegangan dalam tarikan pemasangan KT perlu

diperhatikan (Ardella, 2013). Terdapat beberapa klasifikasi pemasangan

sebagai berikut:

a. Inserstion to origo

Pemasangan dilakukan dari distal ke proksimal dengan tegangan

15%-25% untuk menginhibisi pada muscle spasme (kekakuan otot) dan

muscle overuse (penggunaan otot berlebihan).

b. Origo to insertion

Pemasangan dilakukan dari distal ke proksimal dengan tegangan 15%

- 50% untuk memfasilitasi kelemahan otot dan rehabilitasi.

Selain starting point, Yulianti (2013) menyebutken terdapat beberapa

macam teknik pemasangan KT dalam bentuk ”Y”, “I”, “X”, “FAN”, “WEB”

dan “DONUT”:

1. Teknik “Y” adalah yang paling umum, digunakan untuk memfasilitasi otot

sekitarnya. Prinsip dasar terapeutik otot yang diukur dari origo sampai

insersio dan harus dilakukan sekitar 2 inchi lebih panjang dari otot.

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/55529/3/BAB II.pdf · Kartilago adalah tulang rawan yang melapisi ujung tulang. Kartilago sebagai bantalan sendi bertugas mencegah gesekan

46

2. Teknik “I” digunakan sesuai dengan bentuk otot yang akan diaplikasikan

untuk membantu kinerja otot dan mengurangi cidera akibat overuse

(Palaiman, 2016).

3. Teknik “X” digunakan ketika terjadi perubahan pada origo dan insersio dan

perubahan pola pergerakan sendi.

4. Teknik “FAN” digunakan untuk membantu sirkulasi lymphatic pada proses

penyaluran limfa ke saluran utama.

5. Teknik “WEB” merupakan modifikasi teknik FAN yang dipotong pada

bagian tengah seperti donat sedangkan kedua ujung strip dibiarkan utuh lalu

direkatkan langsung di area yang dituju.