BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/53000/3/BAB II.pdfDan Hak Asasi Manusia, yang secara khusus...

22
23 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bagian ini peneliti membahasa tentang teori-teori dan definisi yang berhubungan dengan penelitian dengan tujuan agar dapat melihat realita apa yang terjadi pakah sudah sesuai dengan dalil-dalil teori serta diperlukan uraian batasan konsep penelitian untuk pembahasan lebih lanjut. Adapun teori ataupun definisi yang menjadi sebagai acuan pada penelitan antara lain: A. Kajian Pustaka Penelitian dari Timbul, Marganda dan Hendra membahasa mengenai Pengawasan Imigrasi terhadap orang asing, dari ketiga penelitian tersebut membahas mengenani metode pengawasan Imigrasi, peran pengawasan dan efektivitas pengawasan imigrasi terhadap orang asing. Penelitian ini fokus pada tahapan metode Collaborative Governance pada pengawasan keimigrasian terhadap keberadaan dan kegiatan orang asing di Kantor Imigrasi Kelas 1 Pontianak. Pengolahan data di awali dengan melakukan collaborative governance dan mekanismen pengawasan orang asing yang telah diatur dalam Undang- Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian dan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 4 Tahun 2017 Tentang Tata Cara Pengawasan Keimigrasia B. Keimigrasian Dalam Sistem Hukum Indonesia Di Indonesia pemeriksaan keimigrasian telah ada sejak zaman penjajahan Belanda. Pada saat itu terdapat badan pemerintah kolonial bernama Immigratie Dients yang bertugas menangani masalah keimigrasian untuk seluruh kawasan

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/53000/3/BAB II.pdfDan Hak Asasi Manusia, yang secara khusus...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/53000/3/BAB II.pdfDan Hak Asasi Manusia, yang secara khusus dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Imigrasi. Penjabaran dari sistem hukum Keimigrasian

23

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bagian ini peneliti membahasa tentang teori-teori dan definisi yang

berhubungan dengan penelitian dengan tujuan agar dapat melihat realita apa yang

terjadi pakah sudah sesuai dengan dalil-dalil teori serta diperlukan uraian batasan

konsep penelitian untuk pembahasan lebih lanjut. Adapun teori ataupun definisi

yang menjadi sebagai acuan pada penelitan antara lain:

A. Kajian Pustaka

Penelitian dari Timbul, Marganda dan Hendra membahasa mengenai

Pengawasan Imigrasi terhadap orang asing, dari ketiga penelitian tersebut

membahas mengenani metode pengawasan Imigrasi, peran pengawasan dan

efektivitas pengawasan imigrasi terhadap orang asing. Penelitian ini fokus pada

tahapan metode Collaborative Governance pada pengawasan keimigrasian

terhadap keberadaan dan kegiatan orang asing di Kantor Imigrasi Kelas 1

Pontianak. Pengolahan data di awali dengan melakukan collaborative governance

dan mekanismen pengawasan orang asing yang telah diatur dalam Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian dan Peraturan Menteri

Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 4 Tahun 2017 Tentang Tata Cara

Pengawasan Keimigrasia

B. Keimigrasian Dalam Sistem Hukum Indonesia

Di Indonesia pemeriksaan keimigrasian telah ada sejak zaman penjajahan

Belanda. Pada saat itu terdapat badan pemerintah kolonial bernama Immigratie

Dients yang bertugas menangani masalah keimigrasian untuk seluruh kawasan

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/53000/3/BAB II.pdfDan Hak Asasi Manusia, yang secara khusus dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Imigrasi. Penjabaran dari sistem hukum Keimigrasian

24

Hindia Belanda.25 Jika dikaji istilah keimigrasian berasal dari kata imigrasi yang

merupakan terjemahan dari bahasa Belanda immigratie dan bahasa Latin

immigratio. Kata imigrasi terdiri dari 2 (dua) suku kata yaitu in yang artinya dalam

dan migrasi yang artinya pindah, datang, masuk atau boyong. Dengan demikian

dapat dikatakan bahwa arti imigrasi adalah pemboyongan orang-orang masuk ke

suatu negeri.26 Pada saat itu jumlah kantor cabang Imigrasi di Indonesia sangat

terbatas, hanya di kota-kota pelabuhan yang banyak disinggahi oleh kapal-kapal

yang datang maupun berangkat ke luar negeri. Menurut Staatsblad 1916 No. 47

Pasal 1 ayat 2 tentang Penetapan Izin Masuk (PIM) dinyatakan bahwa : "Untuk

turun kedarat diperlukan suatu Surat izin dari pegawai yang ditunjuk oleh

Presiden yang dalam pekerjaan disebut pejabat urusan pendaratan (Pejabat

Imigrasi). " Setelah bangsa Indonesia menjadi negara merdeka yang

diproklamirkan tanggal 17 Agustus 1945 dan tanggal 27 Desember 1949

penyerahan kedaulatan negara dari pemerintahan Hindia Belanda kepada

pemerintah Republik Indonesia maka pada tanggal 26 Januari 1950 secara resmi

Kantor Imigrasi sebagai kantor penting pada zaman penjajahan Hindia Belanda

diserahkan kepada pemerintah Republik Indonesia dan sekaligus menjadi Jawatan

Imigrasi yang dipimpin oleh putra Indonesia Mr.H.Jusuf Adiwinata sebagai

Kepala Jawatan Imigrasi. Sejak adanya Jawatan Imigrasi maka negara Indonesia

sebagai negara yang berdaulat mempunyai hak dan kewenangan untuk

menentukan sistim hukum yang berlaku termasuk merumuskan masalah Hukum

Keimigrasian diantaranya perubahan kebijakan Keimigrasian dari open deur

25 Santoso M.Iman. 2004. Perspektif Imigrasi dalam Pembangunan Ekonomi dan ketahanan

Nasional. Jakarta: UI Press. hlm. 17 26 T.S.G.Mulia dan K.A.H.Hidding. 1957. Ensiklopedia Indonesia, Jilid II, W. Van Hoeve,

Bandung-Gravenhage. hlm.649.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/53000/3/BAB II.pdfDan Hak Asasi Manusia, yang secara khusus dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Imigrasi. Penjabaran dari sistem hukum Keimigrasian

25

policy untuk kepentingan pemerintah Kolonial, menjadi politik hukum

keimigrasian yang bersifat selective policy yang didasarkan pada, kepentingan

nasional pemerintah Indonesia.27 Artinya hanya bagi mereka yang benarbenar

menguntungkan kesejahteraan rakyat dan tidak membahayakan keselamatan

bangsa dan negara Republik Indonesia diizinkan masuk ke Indonesia.

Sebagai tindak lanjut dari penyerahan kedaulatan dari Pemerintah Hindia

Belanda kepada Pemerintah Republik Indonesia (Serikat) pada tanggal 27

Desember 1949, maka masalah keimigrasian di Indonesia diserahkan dari

Pemerintah Hindia Belanda kepada Pemerintah Republik Indonesia pada tanggal

26 Januari 1950, yang selanjutnya diambil langkah-langkah untuk mengatur

masalah keimigrasian di Indonesia.

Selanjutnya jika di lihat dari sistem hukum keimigrasian pada dasamya

merupakan sebagian kebijakan organ administrasi (Negara) yang melaksankan

kegiatan pemerintahan (administrasi Negara) berupa perbuatan hukum pemerintah

yang dilakukan Negara dalam keadaan bergerak (staat in beweging)28 fungsi dan

kewenangan keimigrasian di Indonesia dilaksanakan oleh Kementerian Hukum

Dan Hak Asasi Manusia, yang secara khusus dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal

Imigrasi. Penjabaran dari sistem hukum Keimigrasian yang dijalankan oleh

pemerintah secara operasional dituangkan ke dalam trifungsi imigrasi yaitu

Pertama, fungsi pelayanan masyarakat, Kedua, penegakan hukum, Ketiga, fungsi

keamanan.

27 Ibid. hlm 17 28 Bagir Manan.2000. Hukum Keimigrasian Dalam Sistem Hukum Nasional, Jakarta, Ghlmia

Indonesia. hlm.22

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/53000/3/BAB II.pdfDan Hak Asasi Manusia, yang secara khusus dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Imigrasi. Penjabaran dari sistem hukum Keimigrasian

26

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang keimigrasian, dalam pasal 1

menyebutkan: “Keimigrasian adalah hal ihwal lalu lintas orang yang masuk atau

keluar Wilayah Indonesia serta pengawasannya dalam rangka menjaga tegaknya

kedaulatan negara”. Menggunakan pendekatan gramatikal (tata bahasa) dan

pendekatan semantika (ilmu tentang arti kata), definisi keimigrasian dapat kita

jabarkan sebagai berikut: Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata hal

diartikan sebagai keadaan, peristiwa, kejadian (sesuatu yang terjadi). Sementara itu

ihwal diartikan hal, perihal. Demikian, hal ihwal diartikan berbagai-bagai keadaan,

peristiwa, kejadian. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata lalu-lintas

diartikan sebagai hubungan antara suatu tempat dan tempat lain, hilir-mudik, bolak-

balik. Dengan demikian menurut UndangUndang Nomor 6 Tahun 2011 tentang

Keimigrasian terdapat dua unsur pengaturan yang penting, yaitu :

1. Pengaturan tentang berbagai hal mengenai lalu-lintas orang keluar, masuk,

dan tinggal dari dan dalam Wilayah negara Republik Indonesia.

2. Pengaturan tentang berbagai hal mengenai pengawasan orang asing dalam

rangka menjaga tegaknya kedaulatan negara.

Unsur pertama, pengaturan lau lintas keluar masuk wilayah Indonesia.

Berdasarkan hukum internasional pengaturan hal ini merupakan hak dan wewenang

suatu negara serta merupakan salah satu perwujudan dan kedaulatan sebagai negara

hukum yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, Undang-

Undang Nomor 6 tahun 2011 tentang keimigrasian tidak membedakan antara

emigrasi dan imigrasi. Selanjutnya, pengaturan lalu-lintas keluar-masuk wilayah

Indonesia ditetapkan harus melewati Tempat Pemeriksaan Imigrasi (TPI), yaitu

dipelabuhan laut, Bandar udara, atau tempat tertentu atau daratan lain yang

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/53000/3/BAB II.pdfDan Hak Asasi Manusia, yang secara khusus dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Imigrasi. Penjabaran dari sistem hukum Keimigrasian

27

ditetapkan Menteri Hukum dan HAM sebagai tempat masuk atau keluar wilayah

Indonesia entry point.

Adapuan pelanggaran atas ketentuan ini dikategorikan sebagai tindakan

pelanggaran administratif memasuki wilayah Indonesia secra tidak sah, yang

atrinya setiap tindakan masuk dan keluar wilayah Indonesia tidak melalu Tempat

Pemeriksaan Imigrasi (TPI) itu merupakan tindakan yang dapat dikenakan sangksi

beruapa sanksi administratif dan sanksi pidana sesuai yang sudah diatur dalam

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian.

C. Kebijakan Keimigrasian

Migrasi sebagai suatu gerak pindah manusia memasuki wilayah suatu

Negara dengan niat untuk mencari nafkah dan tinggal menetap disana, defenisi

mana telah sama disetujui dalam konfrensi Internasional tentang Emigrasi dan

Imigrasi pada tahun 1924 di Roma.29 Setelah Indonesia merdeka, Politik imigrasi

diselaraskan dengan politik Negara kita. Demi keselamatan Negara dan

kesejahteraan bangsa maka imigrasi Indonesia memakai politik saringan, (Selective

Policy) Artinya harus teliti dengan perizinan orang asing yang masuk kewilayah

Indonesia, yakni hanya tenaga ahli yang dibutuhkan saja yang boleh masuk.itupun

dibatasi, baik jumlah maupun jangka waktu menetapnya.30

Kebijakan selektif (Selective Policy) tidak terlepas dari Keimigrasian,

dimana Istilah imigrasi berasal dari bahasa Latin migratio yang artinya perpindahan

orang dari suatu tempat atau negara menuju ke tempat atau negara lain. Ada istilah

emigratio yang mempunyai arti berbeda, yaitu perpindahan penduduk dari suatu

29 Direktorat Jenderal Imigrasi, Buku kenangan 50 tahun Imigrasi, hlm 15. 30 Ibid, hlm 16.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/53000/3/BAB II.pdfDan Hak Asasi Manusia, yang secara khusus dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Imigrasi. Penjabaran dari sistem hukum Keimigrasian

28

wilayah atau negara ke luar menuju wilayah atau negara lain. Sebaliknya,

immigratio dalam bahasa latin mempunyai arti perpindahan penduduk dari suatu

negara untuk masuk kenegara lain. Pada hakekatnya emigrasi dan imigrasi

menyangkut hal yang sama yaitu perpindahan penduduk antar negara, tetapi yang

berbeda adalah cara memandangnya. Ketika seseorang pindah ke negara lain,

peristiwa ini dipandang sebagai peristiwa emigrasi, namun bagi negara yang

didatangi orang tersebut peristiwa ini disebut sebagai peristiwa imigrasi.31

Kebijakan Keimigrasian yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 6

Tahun 2011 Tentang Keimigrasian. Hal ini berkaitan dengan prinsip selective

policy yang dijadikan acuan dasar dalam pelayanan dan pengawasan yang

dilakukan oleh keimigrasian Indonesia. kebijakan ini untuk mengatru kebijakan

bebas visa kunjungan yang tujuan awalnya adalah guna memingkatkan devisa di

sektor pariwisata, membuka potensi masuknya ancaman-ancaman yang menganngu

stabilitas dan keamanan negara.

Kebijakan Keimigraisan yang diatur oleh pemerintah Indonesia mengenai

kebijakan Visa bebas kunjungna yang pertama kali diterapkan oleh pemerintah

Indonesia pada bualan Juli 2011. Kebijkan tersebut awalnya memberikan fasilitas

pembebasan visa kepada 15 Negara yang termasuk negara anggota ASEAN yaitu

Negara Thailand, Malaysia, Singapura, Berunai Darussalam, Filiphina, Vietnam,

Kamboja, Laos, dan Myanmar. Serta negara lain seperti Chili, Maroko, Peru,

Ekuador, Honkong dan Macau. Pemberian bebas visa ini antara anggota Negara

ASEAN berdasakan kepada kesepakatan negara-negara ASEAN Framework

31 M. Iman Santoso, 2004, Prespektif Imigrasi Dalam Pembangunan Ekonomi dan Ketahanan

Nasional, Universitas Indonesia (UI-Press), Jakarta, hlm 14 - 15

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/53000/3/BAB II.pdfDan Hak Asasi Manusia, yang secara khusus dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Imigrasi. Penjabaran dari sistem hukum Keimigrasian

29

Agreement on Visa Exemption yang bertujuan untuk mendukung kerjasama dan

persahabatan antar negara anggota ASEAN.

Pemberian bebas visa Kunjungan juga berdasaka pada asas resiprokal atau

timbal balik sesuai dengan Pasal 2 ayat 2 Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2003

Tentang Bebas Visa Kunjungan. Terkait dengan penambahan daftar negara yang

difasilitasi bebas visa oleh pemerintah Indonesia. maka dalam kebijakan ini diatur

dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang keimigrasian pada Pasal 66

ayat 2 huruf b yang menjelaskan; “Pengawasan terhadap lalu lintas Orang Asing

yang masuk atau keluar Wilayah Indonesia serta pengawasan terhadap keberadaan

dan kegiatan Orang Asing di Wilayah Indonesia”.

D. Collaborative Governance

Charalabidis menyatakan Collaborative governance muncul di era

paradigma governance, dimana pada saat itu masyarakat semakin berkembang

sehingga pemerintah menghadapi masalah yang lebih kompleks. Di sisi lain

pemerintah juga memilii keterbatasan waktu untuk mengatasi masalah tersebut

sehingga membutuhkan kolaborasi dengan aktor-aktro Eksternal.32 Istilah

collaborative governance merupakan cara pengelolaan pemerintah yang melibatkan

secara langsung stekholder diluar negara, berorientasi konsensus, dan musyawara

dalam proses pengambilan keputusan kolektif, yang bertujuan untuk membentuk

atau melaksankan kebijakan publik serta program-program publik.33

Fokus dari pada collaborative governance iyalah pada kebijkan dan masalah

publik. Institusi publik memeng memiliki orientasi besar dalam pembuatan

32 Holze, Marc, et al. 2012 An Analysis of Collaborative Governance Models the Context of shared

Services. Dalam Lauer Schachter, Hildy Kaifeng. Yang (Ed). The State of Citizen. 33 Balogh, S, dkk. 2011. An Integrative Framework for Collaborative Governance, Journal of

Public Administration Research and Theory.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/53000/3/BAB II.pdfDan Hak Asasi Manusia, yang secara khusus dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Imigrasi. Penjabaran dari sistem hukum Keimigrasian

30

kebijakan, dengan tujuan dan proses kolaborasi adalah mencapai drajad konsensus

diantara para stekholder. Collaborative governance menghendaki terwujudanya

keadilan sosial dalam memenuhi kepentingga publik.34

Collaborative governance adalah salah satu bentuk dalam konsep

penyelenggaraan pemerintahan atau governance yakni disebut konsep

penyelenggaraan pemerintahan atau collaborative governance yang kolaboratif.

Berdasakan pendapat Ansel dan Gash menyebutkan bahwa Collaborative

Governance sebagai sebuah stategi baru dalam tatakelola pemerintahan yang

membuat beragam pemangku kebijakan berkumpul di forum yang sama untuk

membuat sebuah konsensus bersama. Selanjutanya Ansell dan Gash

mendefinisikan Collaborative Governance sebagai sebuah aransemen tata kelola

pemerintahan yang mana satu atau lebih institususi publik secara langsung

melibatkan aktor nonpemerintahan dalam sebuah peroses pembuatan kebijakan

kolektif yang bersifat formal, berorientasi konsesus, dan konsulatif dengan tujuan

untuk membuat atau mengimplementasikan kebijakan publik. Mengelolah program

atau asset publik.35 Definisi collaborative governance menurut Ansell dan Gash

menyatakan:

A governing arrangement wher one or more public agencies

directyengage non-stste stakeholder in a collective decision-making

processthat is formal, consensus-oriented, and deliberative and that ains

tomake or implement public policiy or manage public programs arassets.

(Collaborative governance adalah serangkaian pengaturan dimana satu atau

lebih lembanga publik yang melibatkan secara langsung stakeholder non

state di dalam proses pembuatan kebijakan yang bersifat formal,

berorientasi konsensus kebijakan dan diliberatif yang bertujuan untuk

34 Ibid 35 Ansell, Chris, dan Alison Gash, 2007, Collaborative Governance in Theory and Practice,

Journal of Public Adiminstration Research and Theory, Vol. 18 No 4, hlm 543-571

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/53000/3/BAB II.pdfDan Hak Asasi Manusia, yang secara khusus dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Imigrasi. Penjabaran dari sistem hukum Keimigrasian

31

membuat atau mengimplementasikan kebijakan publik atau mengatur

program publik atau asset).36

Definisi tersebut dapat dirumuskan menjadi beberapa kata kunci yang

menekankan pada enam karakteristik, yaitu:

1. Forum tersebut diinisiasi atau dilakukan oleh lembaga publik maupuan

aktor-aktor dalam lembaga publik.

2. Perserta didalam forum tersebut juga termasuk aktor non-publik

3. Perseta terlibat secara langsung dalam pembuatan dan pengambilan

keputusan dan keputusan tidak harus merujuk kepada aktor-aktor

publik.

4. Forum terorganisir secara formal dan pertemuan dilakukan secara

bersma-sama.

5. Forum bertujuan untuk membuat keputusan atas kesepakatan bersama,

dengan kata lain forum ini berorientasi pada konsensus.

6. Kolaborasi berfokus pada kebijkan publik maupun menajemen publik.

Model Collaborative governance menurut Ansell dan Gash terdiri dari

beberapa tahapan senagai berikut:

1. Starting condition (Kondisi Awal)

Pada tahap kondisi awal dalam relasi antara Stekholder, masing-masing

aktor memiliki latar belakang berbeda yang dapat menghasilkan sebuah

bentuk hubungan asimetris dalam relasi yang dijalankan.

2. Facilitative leadership (Kepemimpinan Fasiliatf)

36 AG. Subarsono. 2011. Analisis Kebijakan Publik (konsep teori dan aplikasi). Yogyakarta: Pusat

Pelajaran.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/53000/3/BAB II.pdfDan Hak Asasi Manusia, yang secara khusus dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Imigrasi. Penjabaran dari sistem hukum Keimigrasian

32

Ansell dan Gash megindentifikasi tiga komponen kepemimpinan

kolaborasi yan efektif, yaitu:

a. Manajemen yang cukup terhadap proses kolaborasi

b. Pengelolaan kemampuan melakukan kredibilitas teknis

c. Memastikan bahwa kolaborasi tersebut membuat keputusan yang

kredibel dan menyakinkan bagi semua aktor.

3. Institutional design (Desai Institutional)

Mendeskripsikan bahwa desain institusional mengacu pada protokol

dasar aturan-aturan dasar untuk kolaborasi secara kritis yang paling

ditekankan adalah legitimasi prosedural dalam proses kolaborasi. Dalam

proses kolaborasi yang harus ditekankan adalah pemerintah harus

bersifat terbuka dan inklusif.

4. Collaborative Proses (Proses Kolaborasi)

Model proses kolaborasi menggambarkan kolaborasi sebagai

perkembangan tahapan, mendefinisikan 3 tahapan proses kolaborasi

antara laian problem setting (penentuan permasalahan), direction setting

(penentuan tujuan), dan implementasi. Tahapan membentuk kolaboratif

sebangai berikut:

a. Dialog tatap muka (Face to face)

b. Membanguan kepercayaan (Trust Building)

c. Komintmen terhadap proses (Comitment to process)

d. Hasil sementara. 37

37 Ansell, Chris, dan Alison Gash, 2007, Collaborative Governance in Theory and Practice,

Journal of Public Adiminstration Research and Theory, 1-29.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/53000/3/BAB II.pdfDan Hak Asasi Manusia, yang secara khusus dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Imigrasi. Penjabaran dari sistem hukum Keimigrasian

33

Kolaborasi dalam pelenyelengaraan pemerintah merupakan suatu hal yang

dibutuhkan dalam pratiknya pemerintah sekarang ini. Ada berbagai alasan yang

melatar belakangi adanya kolaborasi tiap lembaga atau institusi. Junaidi

menyatakan bahwa collaborative governance tidak muncul secara tiba-tiba karena

hal tersebut ada diselengarakan kerjasama dan koordinasi dalam menyelengarakan

masalah yang sedang dihapai oleh publik.38

Berdasarkan pendapat berbagai ahli dapat disimpulkan bahwa

Collaborative Governance merupakan proses dari struktur jejaring multiorganisasi

lintas sektoral (government, private sector, civil society) yang membuat

kesepakatan bersama, pencapaian konsesnsu melalui intersaksi formal maupun

informal pembuatan dan pengembangan norma-norma dalam interaksi yang

bersifat saling menguntungkan dalam mencapai tujuan bersama. Oleh karena itu,

di dalam kolaborasi interaksi yang muncul bersifat egaliter yaitu seluruh aktor

mempunyai kedudukan yang sama.

E. Pengawasan

Pengawasan adalah suatu proses kegiatan pengumpulan data, menganalisa

dan menentukan apakah sesuatu yang diawasi sesuai dengan standart yang telah

ditentukan atau sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku, pengawasan

keimigrasian tidak hanya pada saat mereka masuk dan keluar dari wilayah

Indonesia tetapi juga selama mereka berada di wilayah Indonesia termasuk

kegiatan–kegiatannya. Pengawasan orang asing harus dilakukan secara terpadu dan

dikoordinasikan dengan baik sehingga dapat menghindarkan terjadinya tindakan

yang kurang semestinya terhadap orang asing. Tindakan yang berlebihan dan

38 Ibid

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/53000/3/BAB II.pdfDan Hak Asasi Manusia, yang secara khusus dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Imigrasi. Penjabaran dari sistem hukum Keimigrasian

34

mengabaikan kebiasaan internasional yang menimbulkan protes dan mungkin

dipandang sebagai tindakan yang tidak bersahabat (unfriendly act) terhadap negara

asal kewarganegaraan orang asing tersebut.39

Bagan 2.1

Proses Pengawasan Suatu Kinerja

Sumber: T.Hani Handoko, Manajemen

Kemudian di dalam melakukan pengawasan terdapat proses yang

dilakukan. Dimana berdasakan bagan proses pengawasan suatu kinerja di atas dapat

dilihat bahwa kinerja sebuah organisasi di dalam melakukan pengawasan dimulai

dengan menentuakan standar dan bagaimana metode pengawasan tersebut akan

dilakukan kemudian pelaksanaan dan menilai kinerja pengawasan tersebut telah

sesuai dengan standard yang telah dirumuskan atau tidak. Jika pengawasan yang

dilakukan tidak sesuai dengan rumus standard pengawasan makan dapat dilakukan

pengawsan terhadap standar yang telah ditentukan. Kemudian terkait dengan

pengawasan terdapat tiga tipe dasar pengawasan antara lain:

39 Havid Sudrajat,1980. Pengantar Ringkas Keimigrasian, Malang, Kantor Imigrasi, Hlm 28.

Penentuan

Standard dan

Metode

Penelitian Kinerja

Penelitian

Kinerja

Apakah kinerja

yang dicapai

sesuai dengan

standar ?

Pengambilan Tindakan Koreksi

dan melakukan evaluasi ulang

atas standar yang telah

ditetapkan

Ya Tidak Tujuan tercapai ?

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/53000/3/BAB II.pdfDan Hak Asasi Manusia, yang secara khusus dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Imigrasi. Penjabaran dari sistem hukum Keimigrasian

35

1. Pengawasan pendahuluan atau sering disebut steering controls, dirancang

untuk mengantisipasi masalah-masalah atau penyimpangan-penyimpangan

dari standar atau tujuan dan memungkinkan koreksi dibuat sebelum sesuatu

tahap kegiatan tertentu diselesaikan. Jadi pendekatan pengawasan ini lebih

aktif dan agresif dengan mendeteksi masalah-masalah dan mengambil

tindakan yang diperlukan sebelum suatu masalah terjadi. Pengawasan ini

akan efektif hanya bila manajer mampu mendapatkan informasi akurat dan

tepat pada waktunya tentang perubahan-perubahan dalam lingkungan atau

tentang perkembangan terhadap tujuan yang dilakukan.

2. Pengawasan yang diakukan bersamaan dengan pelaksanaan kegiatan

(Concurrent control). Pengawasan ini sering disebut pengawasan “Ya-

Tidak”, dilakukan selama suatu kegiatan berlangsuang. Tipe pengawasan

ini merupakan proses dimana aspek tertentu dari suatu prosdur harus

didetujui dulu, atau syarat tertentu harus dipenuhi dulu sebelum kegiatan-

kegiatan bisa dilanjutkan, atau menjadi semacam peralatan “double-check”

yang lebih menjamin ketepatan pelaksanaan suatu kegiatan.

3. Pengawsan umpan balik atau Feed back control. Pengawasan umpan balik

juga terkenal sebagai past-controls, mengukur hasil-hasil dari suatu

kegiatan yang telah diselesaikan. Sebab-sebab penyimpangan dari rencana

atau standar ditentukan, dan penemuan-penemuan diterapkan untuk

kegiatan-kegiatan serupa di masa yang akan datang. Pengawasan ini bersifat

historis, pengukuran dilakukan setelah kegiatan terjadi.40

40 T.Hani Handoko, 2008. Manajemen Personalia Sumber Daya Manusia.Yogyakarta:bpfb.

Hlm.361

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/53000/3/BAB II.pdfDan Hak Asasi Manusia, yang secara khusus dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Imigrasi. Penjabaran dari sistem hukum Keimigrasian

36

F. Pengawasan Terhadap Keberadaan Dan Kegiatan Orang Asing di

Indonesia

Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian,

Pengertian Keimigrasian adalah hal-ihwal lalu lintas orang yang masuk dan keluar

wilayah Indonesia serta pengawasannya dalam rangka tegaknya kedaulatan negara.

Dengan demikian, menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 terdapat tiga

unsur penting yaitu ;

1. Lalu Lintas Orang, pengawasan tentang berbagai hal mengenai lalu-

lintas orang keluar, masuk, dan tinggal dari dan ke dalam wilayah negara

Republik Indonesia

2. Pengawasan, pengaturan tentang berbagai hal mengenai pengawasan

orang asing di wilayah Republik Indonesia, tentang keberadaan dan

kegiatan orang asing selama berada di wilayah Republik Indonesia.

3. Kedaulatan, merupakan kekuasaan tertinggi dalam negara, dalam

konteks keimigrasian, kedaulatan negara mengarah pada Yurisdiksi

negara atau wilayah kewenangan hukum dalam hal ini hukum

keimigrasian, dimana yurisdiksi tersebut merupakan kewenangan untuk

melaksanakan ketentuan hukum nasional suatu negara yang berdaulat

dan ini merupakan sebagian implementasi kedaulatan negara sebagai

yurisdiksi negara dalam batas-batas wilayahnya akan tetap melekat pada

negara berdaulat.41

41 Yudha Bhakti Ardhiwisastra, 1999, Hukum Inernational, Bunga Rampai, Bandung,

hlm.,16

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/53000/3/BAB II.pdfDan Hak Asasi Manusia, yang secara khusus dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Imigrasi. Penjabaran dari sistem hukum Keimigrasian

37

Dari uraian definisi dan unsur-unsur tersebut, maka dalam

implementasinya, keimigrasian di Indonesia menjalankan 3 fungsi atau yang

dikenal sebagai Tri Fungsi Imigrasi yaitu :

a. Imigrasi sebagai aparatur pelayanan masyarakat.

b. Imigrasi sebagai aparatur sekuriti.

c. Imigrasi sebagai aparatur penegak hokum.

Fungsi Keimigrasian merupakan bagian dari urusan pemerintahan negara

dalam memberikan pelayanan Keimigrasian, penegakan hukum, keamanan negara,

dan fasilitator pembangunan kesejahteraan masyarakat. Institusi Imigrasi

menempati posisi utama dan strategis dalam konteks pengendalian dan pengawasan

orang asing. Pengawasan orang asing di Indonesia meliputi masuk dan keluarnya

orang asing ke dan dari wilayah Indonesia dan keberadaan serta kegiatan orang

asing di wilayah Indonesia. Orang asing yang berada di Indonesia memiliki

keterbatasan keberadaan dan kegiatannya. Orang asing yang berada di Indonesia

wajib memiliki izin keimigrasian. Izin keimigrasian bagi orang asing memiliki

keterbatasan jangka waktu, sesuai dengan visa yang dimilikinya. Dengan demikian

orang asing yang berada di Indonesia wajib memiliki izin keimigrasian yang sah

dan masih berlaku, serta memiliki keterbatasan dalam melakukan kegiatan di

Indonesia. Pengawasan atas keberadaan dan kegiatan orang asing dilakukan agar

mereka tidak melakukan kegiatan yang berbahaya dan patut diduga membahayakan

keamanan dan ketertiban umum dan kesejahteraan masyarakat serta agar tidak

melakukan pelanggaran Keimigrasian.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/53000/3/BAB II.pdfDan Hak Asasi Manusia, yang secara khusus dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Imigrasi. Penjabaran dari sistem hukum Keimigrasian

38

Pengawasan orang asing sebagai suatu rangkaian kegiatan pada dasarnya

telah dimulai dan dilakukan oleh perwakilan Republik Indonesia di luar negeri

ketika menerima permohonan pengajuan visa, Pengawasan selanjutnya

dilaksanakan oleh pejabat imigrasi di TPI (Temapat Pemeriksaan Imigrasi), ketika

pejabat imigrasi dengan kewenangannya yang otonom memutuskan menolak atau

memberikan izin masuk, dan setelah orang asing tersebut diberikan izin masuk,

kemudian diberikan izin tinggal yang seusai dengan visa yang dimilikinya,

selanjutnya pengawasan beralih ke kantor imigrasi yang wilayah kerjanya meliputi

tempat tinggal orang asing tersebut.42

Prosedur keimigrasian yang ditetapkan merupakan operasionalisasi dari

politik hukum keimigrasian yang bersifat selektif (selective policy) sehingga orang

asing yang berada di Indonesia memiliki keterbatasan baik dari segi izin

keimigrasiannya maupun kegiatannya. Pengawasan Keimigrasian mencakup

penegakan hukum keimigrasian dimana dalam pelaksanaan tugas keimigrasian

keseluruhan aturan hukum keimigrasian ditegakkan kepada setiap orang yang

berada di dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia baik itu WNI (Warga

Negara Indonesia) ataupun WNA (Warga Negara Asing).

Pengawasan keimigrasian diatur dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun

2011 Tentang Keimigrasian, yaitu Pasal 66 ayat 2 ditentukan Pengawasan

Keimigrasian meliputi:

42 Santoso, M, Iman II, ibid hlm 21

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/53000/3/BAB II.pdfDan Hak Asasi Manusia, yang secara khusus dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Imigrasi. Penjabaran dari sistem hukum Keimigrasian

39

a. pengawasan terhadap warga negara Indonesia yang memohon dokumen

perjalanan, keluar atau masuk Wilayah Indonesia, dan yang berada di luar

Wilayah Indonesia.

b. pengawasan terhadap lalu lintas Orang Asing yang masuk atau keluar

Wilayah Indonesia serta pengawasan terhadap keberadaan dan kegiatan

Orang Asing di Wilayah Indonesia. Pelaksanaan Pengawasan keimigrasian

terhadap orang asing ditentukan dalam pasal 68 ayat (1) yaitu Pengawasan

Keimigrasian terhadap Orang Asing dilaksanakan pada saat permohonan

Visa, masuk atau keluar, dan pemberian Izin Tinggal dilakukan dengan:

pengumpulan, pengolahan, serta penyajian data dan informasi;penyusunan

daftar nama Orang Asing yang dikenai Penangkalan atau Pencegahan.

c. pengawasan terhadap keberadaan dan kegiatan Orang Asing di Wilayah

Indonesia.

d. pengambilan foto dan sidik jari.

e. kegiatan lain yang dapat dipertanggungjawabkan secara hukum.

Dalam Pasal 69 ayat (1) ditentukan untuk melakukan pengawasan

Keimigrasian terhadap kegiatan Orang Asing di Wilayah Indonesia, Menteri

membentuk tim pengawasan Orang Asing yang anggotanya terdiri atas badan atau

instansi pemerintah terkait, baik di pusat maupun di daerah.

Berdasakan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 4

Tahun 2017 Tentang Tata Cara Pengawasan Orang Asing bagian kesatu

Pengawasan Administratif terhadap Orang Asing dalam pasal 34 yaitu:

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/53000/3/BAB II.pdfDan Hak Asasi Manusia, yang secara khusus dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Imigrasi. Penjabaran dari sistem hukum Keimigrasian

40

1. Pengawasan Administratif terhadap Orang Asing sebangaimana

dimaksud dalam pasal 2 dilakukan dengan:

a. Pengumpulan, pengelolahan, serta penyajian data dan informasi

mengenai:

1. Pelayanan keimigrasian bagi orang asing

2. Lalu lintas orang asing yang masuk atau keluar wilayah

Indonesia

3. Orang asing yang telah mendapatkan keputusan penderensian;

4. Orang asing yang dalam proses penentuan status keimigrasian

dan/atau penindakan keimigrasian

5. Orang asing yang mendapatkan izin imigrasi di luar Rumah

Detensi Imigrasi setelah terlampaunya jangka waktu

pendeteensian dan

6. Orang asing dalam proses peradilan pidanan

G. Orang Asing

Orang asing dalam kamus terjemahan Indonesia-Inggris diartikan juga

sebagai stranger, foreign dan alien. Dalam Kamus Hukum, alien atau orang asing

di definisikan sebagai orang dalam suatu negara yang bukan warga negara dari

negara tersebut. WNA juga dapat diberi pengertian, yaitu orang yang bukan warga

negara Indonesia dan sedang berada di Indonesia.43 Pengertian Warga Negara

Asing (WNA) sebenarnya dapat ditinjau dari segala sisi. Pasal 7 Undang-Undang

Nomor 12 Tahun 2006 tidak secara langsung memberikan definisi warga negara

asing. Namun peraturan pasal tersebut menjelaskan bahwa setiap orang yang bukan

43 Gatot Supramono, 2012. Hukum Orang Asing di Indonesia, Jakarta, Sinar Grafika. Hal. 4

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/53000/3/BAB II.pdfDan Hak Asasi Manusia, yang secara khusus dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Imigrasi. Penjabaran dari sistem hukum Keimigrasian

41

Warga Negara Indonesia diperlakukan sebagai warga negara asing. Berdasarkan

Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian Pasal 1 angka 9

menyebutkan bahwa “Orang Asing adalah orang yang bukan warga negara

Indonesia”.

Orang asing yang datang ke Indonesia memiliki hak saat di Indonesia.

Kedatangan orang asing dan menetap sementara di Indonesia, mereka tetap

memiliki hak-hak perdata yang dijamin oleh undang-undang. Di antara hak-hak

perdata yang dimiliki antara lain orang asing mempunyai hak untuk melakukan jual

beli berbagai jenis barang termasuk membeli tanah yang berstatus hak pakai untuk

membangun tempat tinggal. Selain itu mempunyai hak untuk melakukan

perkawinan dan dapat memilih orang Indonesia sebagai pasangannya. Kemudian

dengan perkawinan itu mempunyai hak untuk memperoleh warga negara Indonesia.

Jika orang asing bekerja di Indonesia mempunyai hak untuk menerima upah atau

gaji dan kesejahteraan lainnya.44

Selama berada di Indonesia orang asing dapat melakukan kegiatan bisnis

yang dipandang dapat menguntungkan dirinya. Peraturan perundang-undangan di

Indonesia tidak menutup kemungkinan orang asing untuk berbisnis. Untuk

perusahaan yang berbadan hukum asing tidak banyak yang memiliki kesempatan

untuk berbisnis di Indonesia, keadaan ini diciptakan karena negara ingin

melindungi perusahaan nasional. Meskipun demikian terdapat bidang-bidang

tertentu yang terbuka untuk dimasuki perusahaan asing melakukan kegiatan bisnis.

Bidang-bidang tersebut adalah bidang pertambangan minyak dan gas bumi, bidang

44 Ibid, hlm. 2

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/53000/3/BAB II.pdfDan Hak Asasi Manusia, yang secara khusus dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Imigrasi. Penjabaran dari sistem hukum Keimigrasian

42

angkutan laut dan angkatan udara khususnya untuk angkutan luar negeri. Selain itu

juga di bidang perbankan, perusahaan asing hanya dapat mendirikan cabangnya di

Indonesia45

H. Sanksi Penyalahgunaan Izin Tinggal

a. Tindakan Administratif

Tindakan yang dilakukan oleh Pejabat keimigrasian terhadap orang asing

yang berada di wilayah Indonesia, apabila melakukan kegiatan yang

berbahaya atau patut diduga akan berbahaya bagi keamanan dan ketertiban

umum atau tidak menghormati atau menaati peraturan perundang-undangan

yang berlaku, tindakan administrati yang dilakukan dapat berupa:44

a) Pembatasan, perubahan, atau pembatalan izin keberadaan;

b) Larangan untuk berada disuatu atau beberapa tempat tertentu diwilayah

Indonesia;

c) Keharusan untuk berada di suatu atau beberapa tempat tertentu di

wilayah Indonesia;

d) Pengusiran atau deportasi dari wilayah Indonesia atau penolakan masuk

ke wilayah Indonesia.

Tindakan Administratif keimigrasian terdiri dari :45

1. Pencamtuman dalam daftar pencegahan atau penangkalan;

2. Pembatasan, perubahan, atau pembatalan izin tinggal;

45 ibid, Hlm. 3 44 M.Iman Santoso, 2007. Perspektif Imigrasi, Perum Percetakan Negara Republik Indonesia. Hlm

10. 45 Jazim Hamidi dan Charles Christian. 2016. Hukum Keimigrasian Bagi Orang Asing di Indonsia.

Jakarta: Sinar Grafika, hlm 91.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/53000/3/BAB II.pdfDan Hak Asasi Manusia, yang secara khusus dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Imigrasi. Penjabaran dari sistem hukum Keimigrasian

43

3. Larangan untuk berada di satu atau dibeberapa tempat tertentu di wilayah

Indonesia;

4. Keharusan untuk bertempat tinggal disuatu tempat tertentu di wilayah

Indonesia;

5. Pengenaan biaya beban;

6. Deportasi dari wilayah Indonesia

Sedangkan menurut Direktorat Jenderal Imigrasi yang dimaksud dengan

kegiatan berbahaya dan patut diduga membahayakan keamanan dan ketertiban

umum adalah sebagai berikut :46

1. Melakukan propaganda atau bersimpati terhadap ideologi dan nila-nilai yang

bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945.

2. Menghalang-halangi orang untuk melakukan ibadah menurut agama yang

diakui oleh Indonesia.

3. Merusak dan membahayakan dan tidak sesuai dengan norma kesopanan

umum.

4. Ejekan-ejekan yang menimbulkan tanggapan keliru terhadap adat istiadat

masyarakat.

5. Memberikan gambaran keliru tentang pembangunan sosial dan budaya

Indonesia.

46 Direktorat Jenderal Imigrasi, Bimbingan Teknis Penindakan, Hotel Jambuluwuk, Yogyakarta, 3-

5 Oktober 2012.

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/53000/3/BAB II.pdfDan Hak Asasi Manusia, yang secara khusus dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Imigrasi. Penjabaran dari sistem hukum Keimigrasian

44

6. Menyuburkan perbuatan cabul melalui tulisan, gambaran, dan lainnya serta

mabuk-mabukan di tempat umum.

7. Tindakan biaya hidup, melakukan pengemisan baik sendiri maupun bersama-

sama.

8. Merusak atau mengganggu ketertiban sosial dan masyarakat termasuk di

lingkungan pekerjaan.

9. Menimbulkan ketegangan, kerukunan rumah tangga atau masyarakat dan

merangsang timbulnya kejahatan.

10. Mengobarkan semangat atau hasutan yang dapat mendorong sentiman

kesukuan, keagamaan, keturunan dan golongan.

11. Memberikan kesempatan melakukan perjudian dan pengadudombaan

diantara sesama rekan atau suku dan golongan.