BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/52946/3/BAB II.pdf2. Bentuk tubu, tinggi badan (TB), berat...

22
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Diri 2.1.1 Definisi Definisi konsep diri menurut para ahli masih berbeda-beda namun pada umumnya memiliki penekanan dan peran yang sama terhadap cara pandang diri. Agar lebih jelas dalam menjelaskan definisi, definisi perlu dijelaskan secara etimologis, dan terminologis. Secara etimologis, konsep diri merupakan terjemahan dari kata self-concept. Secara terminologis, konsep diri adalah cara individu memandang dirinya secara utuh menyangkut fisik, emosi, intelektual, sosial dan spiritual. Acuan dari teori psikologi menjelaskan bahwa konsep diri adalah pandangan dan sikap individu terhadap diri sendiri. pandangan diri terkait dengan dimensi fisik, karateristik individu, dan motivasi diri. Pandangan diri tidak meliputi kekuatan- kekuatan individu, tetapi juga kelemahan bahkan kegagalan dirinya. Konsep diri adalah inti kepribadian individu (Azizi, 2014). Selanjutnya, Stuart dan Sundeen juga menyebutkan bahwa konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan, dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya yang mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain (Sunaryo, 2014). Menurut Hurlock konsep diri adalah sebagai gambaran seseorang mengenal dirinya sendiri, yang merupakan gabungan dari keyakinan terhadap fisik, psikologis, sosial, emosional, aspirasi, dan prestasi yang mereka capai. Semua konsep diri itu meliputi citra diri secara fisik dan citra diri secara psikologi. Gambaran fisik diri menurut Hurlock, terjadi dari konsep yang dimiliki individu tentang penampilannya, kesesuaian dengan jenis kelamin, arti penting tubuhnya dalam hubungan dengan

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/52946/3/BAB II.pdf2. Bentuk tubu, tinggi badan (TB), berat...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/52946/3/BAB II.pdf2. Bentuk tubu, tinggi badan (TB), berat badan (BB), dan tanda pertumbuhan kelamin sekunder (payudara, menstruasi, perbahan

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Diri

2.1.1 Definisi

Definisi konsep diri menurut para ahli masih berbeda-beda namun pada

umumnya memiliki penekanan dan peran yang sama terhadap cara pandang diri. Agar

lebih jelas dalam menjelaskan definisi, definisi perlu dijelaskan secara etimologis, dan

terminologis. Secara etimologis, konsep diri merupakan terjemahan dari kata self-concept.

Secara terminologis, konsep diri adalah cara individu memandang dirinya secara utuh

menyangkut fisik, emosi, intelektual, sosial dan spiritual.

Acuan dari teori psikologi menjelaskan bahwa konsep diri adalah pandangan

dan sikap individu terhadap diri sendiri. pandangan diri terkait dengan dimensi fisik,

karateristik individu, dan motivasi diri. Pandangan diri tidak meliputi kekuatan-

kekuatan individu, tetapi juga kelemahan bahkan kegagalan dirinya. Konsep diri adalah

inti kepribadian individu (Azizi, 2014). Selanjutnya, Stuart dan Sundeen juga

menyebutkan bahwa konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan, dan pendirian

yang diketahui individu tentang dirinya yang mempengaruhi individu dalam

berhubungan dengan orang lain (Sunaryo, 2014).

Menurut Hurlock konsep diri adalah sebagai gambaran seseorang mengenal

dirinya sendiri, yang merupakan gabungan dari keyakinan terhadap fisik, psikologis,

sosial, emosional, aspirasi, dan prestasi yang mereka capai. Semua konsep diri itu

meliputi citra diri secara fisik dan citra diri secara psikologi. Gambaran fisik diri

menurut Hurlock, terjadi dari konsep yang dimiliki individu tentang penampilannya,

kesesuaian dengan jenis kelamin, arti penting tubuhnya dalam hubungan dengan

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/52946/3/BAB II.pdf2. Bentuk tubu, tinggi badan (TB), berat badan (BB), dan tanda pertumbuhan kelamin sekunder (payudara, menstruasi, perbahan

10

perilakunya, dan rasa malu terhadap tubuhnya dan dimata orang lain. Sedangkan

gambaran psikis diri atau psikologis terdiri dari konsep individu tentang kemampuan

dan ketidakmampuannya, harga dirinya, dan hubungannya dengan orang lain (Zulfan

& Wahyuni, 2012).

Menurut Brooks konsep diri diartikan sebagai persepsi mengenai diri individu

baik berupa fisik, sosial dan psikologis yang diperoleh melalui pengalaman dan interaksi

individu dengan orang lain (Zulfan & Wahyuni, 2012). Sejalan dengan pendapat

tersebut dikemukakan oleh Cawagas dengan mengatakan bahwa konsep diri mencakup

seluruh pandangan individu terhadap dimensi fisik, karakteristik pribadi, motivasi,

kelemahan, kepandaian dan kegagalannya. Tercapainya keinginan dan terealisasikannya

kehidupan dapat diupayakan melalui konsep diri. Dapat dikatakan bahwa konsep diri

juga merupakan kerangka kerja untuk mengorganisasikan pengalaman-pengalaman

yang diperoleh seseorang.

Konsep diri dapat didefinisikan secara umum sebagai keyakinan, pandangan

atau penilaian seseorang terhadap dirinya. Konsep diri merupakan suatu integrasi yang

kompleks dari perasaan, sikap sadar maupun tidak sadar dan persepsi tentang totalitas

diri, tubuh, harga diri dan peran (Potter & Perry, 2005). Rakhmat (2003) lebih lanjut

menjelaskan bahwa konsep diri bukan hanya sekedar gambaran deskriptif, tapi juga

penilaian diri tentang diri, meliputi apa saja yang dipikirkan dan yang dirasakan tentang

diri. Adanya proses perkembangan konsep diri menunjukan bahwa konsep diri

seseorang tidak langsung dan menetap, tetapi merupakan suatu keadaan yang

mempunyai proses pembentukan dan masih dapat berubah.

2.1.2 Perkembangan konsep diri

Ada beberapa hal yang perlu diketahui dalam memahami proses perkembangan

konsep diri. Pertama, konsep diri dipelajari melalui pengalaman dan interaksi individu

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/52946/3/BAB II.pdf2. Bentuk tubu, tinggi badan (TB), berat badan (BB), dan tanda pertumbuhan kelamin sekunder (payudara, menstruasi, perbahan

11

dengan orang lain. Kedua, konsep diri berkembang secara bertahap, yang diawali pada

waktu bayi mulai mengenal dan membedakan dirinya dengan orang lain. Ketiga, konsep

diri merupakan aspek kritikal dan dasar dari pembentukan perilaku individu. Keempat,

konsep diri berkembang dengan cepat seiring dengan perkembangan bicara. Kelima,

konsep diri terbentuk karena peran keluarga (Sunaryo, 2014). Sehingga disimpulkan

bahwa konsep diri dalam proses perkembangannya tidak muncul atas dasar faktor

hereditas, melainkan faktor yang dipelajari dan terbentuk melalui pengalaman dan

hubungan individu dengan orang lain (Zulfan & Wahyuni, 2012).

Perkembangan konsep diri menurut Lewis dan Brooks dibagi menjadi

beberapa tahap, yaitu existensial self, categorial self, dan self-esteem. Menurut Roger konsep

diri berkembang melalui proses pada mulanya anak mengobservasi fungsi dirinya

sendiri sebagaimana ia melihat tingkah laku dari orang lain. Pada mulanya anak

menyadari dirinya, dan mulai memberikan “sifat khusus” terhadap dirinya sendiri,

misalnya: mudah marah, mempunyai sedikit tenaga dan sebagainya. Mereka mengambil

nilai-nilai untuk menjelaskan diri mereka. Konsep diri berkembang perlahan-lahan

melalui interaksi dengan orang lain dilingkungan sekitarnya. Roger berasumsi bahwa

manusia berusaha melihat konsistensi antara pengalaman dan citra dirinya. (Zulfan &

Whyuni, 2012)

Hurlock berpendapat bahwa konsep diri pada awalnya terbentuk berdasarkan

hubungan seorang anak dengan orang lain, misalnya dengan orang tua dan anggota

keluarga lainnya. Bagaimana orang tua memperlakukan anak, apa yang mereka katakan

terhadap anak-anaknya, dan bagaiman status anak dalam kelompok tempat ia

mengidentifikasi diri, akan memengaruhi perkembangan konsep diri anak tersebut.

Menurut Hurlock pola perkembangan konsep diri dapat dikategorikan sebagai berikut:

(Zulfan & Wahyuni, 2012).

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/52946/3/BAB II.pdf2. Bentuk tubu, tinggi badan (TB), berat badan (BB), dan tanda pertumbuhan kelamin sekunder (payudara, menstruasi, perbahan

12

a. Konsep diri primer (the primer self-concept)

Dibentuk berdasarkan pengalaman seorang anak di rumah, sehingga tertanam

bermacam-macam konsep diri, yang dihasilkan dari pengalaman dengan anggota-

anggota keluarga yang berbeda seperti orang tuadan saudara-saudaranya.

Konsep diri primer meliputi citra diri fisik dan psikologis (physical and

psychological self image). Citra diri psikologi didasarkan atas hubungan anak dengan

saudara-saudaranya tersebut. Demikian pula, pembentukan konsep-konsep permulaan

dalam kehidupan mereka, aspirasi mereka, tanggung jawab mereka pada orang lain

adalah didasarkan pada tuntunan dan bimbingan dari orang tua mereka.

b. Konsep diri sekunder (the secondary self concept)

Dengan bertambahnya hubungan anak diluar rumah maka anak memerlukan

konsep diri orang lain terhadap dirinya, hal ini menimbulkan konsep diri sekunder.

Jadi, konsep diri sekunder adalah bagaimana anak melihat diri mereka berdasarkan

pandangan orang lain. Konsep diri primer sering kali menentukan konsep diri

sekunder. Perkembangan konsep diri sekunder akan dibentuk oleh kepercayaan yang

mereka miliki.

Dari beberapa paparan tentang pola perkembangan konsep diri dapat

disimpulkan bahwasanya, perkembangkan konsep diri seseorang itu melalui dua pola

yakni yang pertama perkembangkan konsep diri primer, yang mana seseorang itu

mengalami perkembangan konsep diri melalui pengalaman yang didapatkannya

dilingkungan keluaraga, dan yang kedua perkembangan konsep diri sekunder yang

mana perkembangan tersebut dialaminya melalui hubungan dengan orang lain di luar

rumah.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/52946/3/BAB II.pdf2. Bentuk tubu, tinggi badan (TB), berat badan (BB), dan tanda pertumbuhan kelamin sekunder (payudara, menstruasi, perbahan

13

2.1.3 Komponen Konsep diri

Adapun komponen konsep diri meliputi gambaran diri (body image), ideal diri

(self ideal), haraga diri (self esteem), peran diri (self role), iidentitas diri (self identity)

(Sunaryo, 2014).

a. Gambaran diri (self image)

Gambaran diri adalah sikap individu terhadap tubuhnya, baik secara sadar

maupun tidak sadar, meliputi penampilan, potensi tubuh, fungsi tubuh,

serta persepsi, dan perasaan tentang ukuran dan bentuk tubuh. Hal penting

yang terkait dengan gambaran diri meliputi:

1. Fokus individu terhadap fisik lebih menonjol pada usia remaja

2. Bentuk tubu, tinggi badan (TB), berat badan (BB), dan tanda

pertumbuhan kelamin sekunder (payudara, menstruasi, perbahan

suara, pertumbuhan bulu) menjadi gambaran diri.

3. Cara individu memandang diri berdampak penting terhadap aspek

psikologis

4. Gambaran yang realistis untuk menerima dan menyukai bagian tubuh

akan memberi rasa aman dalam menghindari kecemasan dan

meningkatkan harga diri..

5. Individu yang stabil, realistik, dan konsisten terhadap gambaran dirinya

dapat menciptakan kesuksesan dalam hidup.

b. Idela diri (self ideal)

Adalah persepsi individu tentang perilakunya, disesuaikan dengan standar

pribadi yang terkait dengan cita-cita, harapan, keinginan, tipe orang yang

diidam-idamkan, dan nilai yang ingin dicapai. Ada beberapa faktor yang

memengaruhi ideal diri, yaitu:

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/52946/3/BAB II.pdf2. Bentuk tubu, tinggi badan (TB), berat badan (BB), dan tanda pertumbuhan kelamin sekunder (payudara, menstruasi, perbahan

14

1. Penentuan idela diri sebatas kemampuan

2. Faktor budaya dibandingkan dengan standar orang lain

3. Hasrat melebihi orang lain

4. Hasrat untuk berhasil

5. Hasrat memenuhi kebutuhan realistik

6. Hasrat menghindari kegagalan

7. Adanya perasaan cemas dan randah diri.

c. Harga diri (self esteem)

Harga diri adalah penilaian individu terhadap hasil yang dicapai, dengan

menganalisis seberapa jauh perilaku individu tersebut sesuai dengan ideal

diri. Harga diri dapat diperoleh melalui orang lain dan diri sendiri. Aspek

utama harga diri adalah dicintai, disayangi, dikasihi orang lain, dan

mendapat penghargaan dari orang lain. Harga diri rendah apabila

kehilangan kasih sayang atau cinta kasih dari orang lain, kehilangan

penghargaan dari orang lain dan adanya hubungan interpersonal yang

buruk. Pada umumnya individu memiliki tendensi yang negatif terhadap

orang lain, walaupun isi hatinya mengakui keunggulan orang lain. Faktor

yang dapat meningkatkan harga diri antara lain yaitu:

1. Keberhasilan yang diraih

2. Pengakuan dan pujian

3. Menyelesaikan tugas yang diamanahkan

4. Motifasi

5. Dukungan dan aspirasi

6. Pembentukan koping yang positif

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/52946/3/BAB II.pdf2. Bentuk tubu, tinggi badan (TB), berat badan (BB), dan tanda pertumbuhan kelamin sekunder (payudara, menstruasi, perbahan

15

d. Peran diri (self-role)

Peran diri adalah pola perilaku, sikap, nilai, dan aspirasi yang diharapkan

individu berdasarkan posisinya dimasyarakat. Setiap individu disibukkan

oleh berbagai macam peran yang terkait dengan posisinya setiap saat,

selama ia hidup, misal sebagai anak, suami, ayah, mahasiswa, perawat,

dokter, bidan, dosen, dll. Hal penting yang terkait dengan peran yaitu:

1. Peran dibutuhkan oleh individu sebagai aktualisasi diri

2. Peran yang memenuhi kebutuhan dan sesuai ideal diri, menghasilkan

harga dir yang tinggi atu sebaliknya

3. Posisi individu di masyarakat dapat menjadi stressor terhadap peran.

4. Stres peran timbul karena struktur sosial yang menimbulkan kesukaran

atau tuntutan posisi yang tidak mungkin dilaksanakan.

5. Stress peran dapat berupa; konflik peran, peran yang tidak jelas, peran

yang tidak sesuai, dan peran yang terlalu banyak.

e. Identitas diri (self identity)

Identitas diri adalah kesadaran akan diri pribadi yang bersumber dari

pengamatan dan penilaian, sebagai sintesis dari semua aspek konsep diri

dan menjadi kesatuan yang utuh. Beberapa hal yang penting terkait

identitas diri yaitu:

1. Berkembang sejak masa kanak-kanak, seiring dengan berkembangya

konsep diri.

2. Individu yang memiliki perasaan identitas diri yang kuat akan

memandang dirinya tidak sama dengan orang lain, unik dan tidak ada

duanya.

3. Identitas jenis kelamin berkembang secara bertahap sejak bayi

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/52946/3/BAB II.pdf2. Bentuk tubu, tinggi badan (TB), berat badan (BB), dan tanda pertumbuhan kelamin sekunder (payudara, menstruasi, perbahan

16

4. Identitas jenis kelamin berkembang dengan konsep laki-laki dan

perempuan serta banyak dipengaruhi oleh pandangan dan perlakuan

masyarakat.

5. Kemandirian timbul dari perasaan berharga, menghargai diri sendiri,

kemampuan dan penguasaan diri.

6. Individu yang mandiri dapat mengatur dan menerima dirinya.

2.1.4 Jenis konsep diri

Menurut William D. Brooks dalam (Sarastika, 2014) konsep diri ada dua

macam yakni konsep diri positif dan konsep diri negatif. Lebih lanjut dikemukakan

oleh Calhoun dan Acocella dalam (Setiawan, 2013) menyatakan bahwasanya konsep

diri individu secara umum dibagi atas dua, yakni konsep diri positif dan negatif.

Individu yang memiliki konsep diri yang negatif akan memiliki penilaian negatif

terhadap dirinya sehingga merasa bahwa dirinya tidak cukup berharga dibandingkan

orang lain dan memiliki kecenderungan untuk bertindak secara negatif. Sedangkan

Individu yang memiliki konsep diri yang positif akan memiliki penilaian yang positif

terhadap dirinya sehingga dapat menerima dirinya sendiri secara apa adanya dan

memiliki kecenderungan untuk bertindak terhadap hal-hal yang positif.

a. Konsep diri positif

Dalam hal ini konsep diri mempunyai peran yang sangat sentral dalam

menigkatkan rasa percaya diri seseorang, khususnya dalam menigkatkan rasa percaya

diri mahasiswa, karena dengan cara pandang yang positif terhadap kemampuan yang

dimiliki pada setiap individu maka akan membuat diri setiap individu merasa lebih

percaya diri dan tidak akan muncul rasa khawatiratau cemas dengan kemampuan yang

dimilikinya. Konsep diri secara positif mempunyai peranan penting dalam kaitannya

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/52946/3/BAB II.pdf2. Bentuk tubu, tinggi badan (TB), berat badan (BB), dan tanda pertumbuhan kelamin sekunder (payudara, menstruasi, perbahan

17

dengan rasa percaya diri. Kemampuan seseorang untuk memahami dirinya, seperti apa

dirinya, dan bagaimana dirinya sehingga dapat melatih rasa percaya diri dan membuat

dirinya lebih merasa percaya diri. (Azizi, 2014).

Konsep diri positif ditandai dengan yakin akan kemampuannya mengatasi

masalah, merasa setara dengan orang lain, menerima pujian tanpa rasa malu, menyadari

bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan perilaku yang tidak

seluruhnya disukai masyarakat. Dan mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup

mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha

memperbaikinya (Rahmat 2001, dalam Azizi 2014).

Konsep diri yang baik adalah yang bersifat positif karena berdasarkan pada

penerimaan yang mengarahkan pada kerendahan hati dan kedermawanan (Satmoko,

1999, dalam Azizi, 2014). Dasar konsep diri positif adalah penerimaan diri. Kualitas ini

lebih mengarah ke kerendahan hati dan kedermawaan dari pada keangkuhan dan

keegoisan (Sarastika, 2014). Tanda-tanda individu yang memiliki konsep diri yang

positif adalah sebagai berikut:

1) Yakin dengan kemampuan

Orang yang berkonsep diri positif yakin akan kemampuannya dalam

mengatasi masalah. Orang yang seperti ini mempunyai rasa percaya diri

sehingga merasa mampu dan yakin untuk mengatasi masalah yang

dihadapi, tidak lari dari masalah, dan percaya bahwa setiap masalah pasti

ada jalan keluarnya.

2) Setara dengan orang lain

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/52946/3/BAB II.pdf2. Bentuk tubu, tinggi badan (TB), berat badan (BB), dan tanda pertumbuhan kelamin sekunder (payudara, menstruasi, perbahan

18

Ciri-ciri yang kedua adalah merasa setara dengan orang lain. Namun

begitu, ia selalu merendahkan hati, tidak sombong, tidak mencela atau

meremehkan siapapun, dan selalu menghargai orang lain

3) Siap dengan pujian

Orang dengan konsep diri positif akan dapat menerima pujian tanpa rasa

malu tanpa menghilangkan rasa rendah hati. Jadi, meskipun ia menerima

pujian ia tidak membanggakan dirinya apalagi meremahkan orang lain.

4) Kepekaan

Orang yang berkonsep diri positif menyadari bahwa setiap orang

mempunyai berbagai perasaan dan keingin serta perilaku yang tidak

seharusnya disetujui oleh masyarakat. Ia peka terhadap perasaan orang

lain sehingga akan menghargai perasaan orang lain sehingga akan

menghargai perasaan orang lain meskipun kadang tidak disetujui oleh

masyarakat.

5) Pintar intropeksi

Mampu memperbaiki karena ia sanggup menggunakan aspek-aspek

kepribadian tidak disenangi dan berusaha mengubahnya. Ia mampu

untuk mengintropeksi dirinya sendiri sebelum mengintropeksi orang

lain, dan mampu untuk mengubahnya menjadi lebih baik agar diterima

di lingkungannya.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/52946/3/BAB II.pdf2. Bentuk tubu, tinggi badan (TB), berat badan (BB), dan tanda pertumbuhan kelamin sekunder (payudara, menstruasi, perbahan

19

b. Konsep diri negatif

Individu yang memiliki konsep diri negatif cenderung ingin menang sendiri

(Sarastika, 2014). Tanda-tanda indvidu yang memiliki konsep diri negatif adalah sebagia

berikut:

1) Tidak tahan kritikan

Orang ini sangat tidak tahan kritikan yang diterimanya dan mudah marah

atau naik pitam. Hal ini, dilihat dari faktor yang mempengaruhi diri,

individu tersebut belum dapat mengendalikan emosinya, sehingga kritikan

dianggap sebagi hal yang salah. Bagi orang seperti ini koreksi sering

dipersepsi sebagai usaha untuk menjatuhkan harga dirinya. Dalam

berkomunikasi orang yang memiliki konsep diri negatif cenderung

menghindari dialog yang terbuka, dan bersikeras mempertahankan

pendapatnya dengan berbagai logika yang keliru

2) Responsif sekali terhadap pujian

Walaupun ia berpura-pura menghindari pujian, ia tidak dapat

menyembunyikan antusiasmenya pada waktu penerimaan pujian. Buat

orang seperti ini, segala macam embel-embel yang menjujung harga dirinya

menjadi pusat perhatiaan. Bersama dengan kesenangannya terhadap

pujian, merekapun hiperkritis terhadap orang lain.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/52946/3/BAB II.pdf2. Bentuk tubu, tinggi badan (TB), berat badan (BB), dan tanda pertumbuhan kelamin sekunder (payudara, menstruasi, perbahan

20

3) Cenderung bersikap hiperkritis

Selalu mengeluh, mencela atau meremehkan apapun dan siapapun, mereka

tidak pandai dan tidak sanggup mengungkapkan penghargaan atau

pengakuan pada kelebihan orang lain.

4) Cenderung merasa tidak disenangi oleh orang lain

Sering merasa tidak diperhatikan, karena itulah ia bereaksi pada orang lain

sebagi musuh, sehingga tidak dapat melahirkan kehangatan dan keakraban

persahabatan. Hal ini berarti individu tersebut merasa rendah diri atau

bahkan berperilaku yang tidak disenangi, misalkan membenci, mencela

atau bahkan yang melibatkan fisik yaitu mengajak berkelahi.

5) Bersikap pesimis terhadap kompetisi

Hal ini terungkap dalam keengganannya untuk bersaing dengan orang lain

dalam membuat prestasi. Ia akan menganggap tidak akan berdaya melawan

persaingan yang merugikan dirinya. Jadi pada dasarnya orang yang

memiliki konsep diri positif dia akan yakin dengan kemampuan yang

dimilikinya dan memandang baik tentang dirinya, sehingga selalu bersikap

optimis, percaya diri dan selalu bersikap positif dan teguh terhadap segala

sesuatu, juga terhadap kegagalan yang dialami. Kegagalan tidak dijadikan

sebagai akhir dari semua, namun akan dijadikan sebagai pelajaran untuk

melangkah kedepan yang lebih baik.

Seperti yang dikatakan Susana dkk (2006, dalam Azizi 2014) bahwasanya orang

yang memiliki konsep diri positif yang ditunjukan melalui self esteem yang tinggi, segala

perilaku akan tertuju pada keberhasilan. Begitu juga sebaliknya orang yang memiliki

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/52946/3/BAB II.pdf2. Bentuk tubu, tinggi badan (TB), berat badan (BB), dan tanda pertumbuhan kelamin sekunder (payudara, menstruasi, perbahan

21

konsep diri yang negatif dia lebih cenderung merasa kurang percaya diri dengan

kemampuan yang dimilikinya contohnya, merasa lemah, tidak berdaya, tidak dapat

berbuat apa-apa, gagal, malang, tidak menarik, tidak disenagi dan kehilangan daya tarik

terhadap hidup. Orang yang memiliki sifat seperti ini ia cenderung bersifat pesimistik

terhadap kehidupannya dan kesempatan yang dihadapinya. Seperti yang dikatakan

Susana dkk (2006, dalam Azizi 2014). Individu yang mempunyai gambaran negatif

tentang dirinya, maka akan muncul evaluasi negatif pula tentang dirinya. Segala

informasi positif tentang dirinyaakan diabaikannya, dan informasi negatif yang sesuai

dengan gambaran dirinya akan disimpan.

2.1.5 Pembentukan konsep diri

Menurut Copersmith (dalam bukunya Susana dkk, 2006) ada 4 faktor yang

berperan dalam pembentukan konsep diri individu, yakni:

a. Faktor kemampuan

Setiap individu mempunyai kemampuan. Oleh karenanya kemampuan yang

ada pada diri setiap individu harus di latih dan dikembangkan. Karena setiap

individu mempunyai peluang untuk mengembangkan kemampuan sehingga

dapat melakukan sesuatu.

b. Faktor perasaan

Setiap individu harus memupuk rasa dalam setiap aktivitas sekecil apapun dan

sederhana apapun, supaya tidak merasa hampa atau merasa rendah diri.

c. Faktor kebajikan

Ketika diri individu telah memiliki perasaan berarti, maka akan tumbuh

kebajikan dalam dirinya. Sehingga merasa lingkungan adalah tempat yang

menyenangkan dan nyaman. Tempat dengan atmosfir yang nyaman akan

menjadikan diri individu berbuat kebajikan bagi lingkungannya.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/52946/3/BAB II.pdf2. Bentuk tubu, tinggi badan (TB), berat badan (BB), dan tanda pertumbuhan kelamin sekunder (payudara, menstruasi, perbahan

22

d. Faktor kekuatan

Pola perilaku berkarateristik positif memberikan kekuatan bagi individu akan

dapat menghalau upaya yang negatif. Sebagi contoh, takut untuk menyontek,

berbohong, dan melakukan perbuatan yang negatif yang lainnya.

Keempat faktor tersebut harus dimiliki oleh setiap diri individu supaya

memiliki konsep diri yang positif. Begitu juga sebaliknya jika dalam diri individu tidak

tertanam empat faktor pembentukan konsep diri maka akan berdampak negatif dalam

pembentukan konsep diri.

Pembentukan konsep diri dapat dilihat dari sudut karakteristik yang beragam.

Keragaman ini disebabkan karena keberadaan sifat dan lingkungan hidup yang

beragam. Konsep diri terbentuk dan berkembang berdasarkan pengalaman dan

inteprestasi dari lingkungan, penilaian orang lain, atribut, dan perilaku diri. Menurut

Shavelson & Roger (1982, dalam Suroso dkk 2012) mengatakan bahwa pengembangan

konsep diri berpengaruh terhadap perilaku yang ditampilkan, sehingga bagimana orang

lain memperlakukan dan apa yang dikatakan orang lain tentang individu akan dijadikan

acuan untuk menilai diri sendiri.

Proses pembentukan konsep diri yaitu interaksi yang pertama kali dilakukan

oleh individu sejak dia lahir dengan keluarga. Keluarga mempunyai peran penting

dalam individu untuk membentuk konsep diri. Sikap atau respon dari significant other

akan menjadi bahan infomasi bagi diri individu untuk menilai siapa dirinya.

Sebagaimana yang dikatakan oleh Bergen dan Braithwaite (2009, dalam Julia, 2013)

bahwa keluarga menjadi acuan oleh individu bagaimana pandangan tentang sesuatu

yang nantinya akan berpengaruh dalam proses pembentukan diri individu. George

Herbert Mead (1934, dalam Julia, 2013) mengatakan bahwa konsep diri dibentuk dan

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/52946/3/BAB II.pdf2. Bentuk tubu, tinggi badan (TB), berat badan (BB), dan tanda pertumbuhan kelamin sekunder (payudara, menstruasi, perbahan

23

berkembang melalui komunikasi. Individu menginternalisasikan pesan yang diterima

dengan dua tipe perspektif yang disampaikan pada individu yaitu:

a. Orang terdekat

Orang yang pertama kali mempengaruhi diri individu (significant others) serta

membentuk konsep diri pada individu yaitu melakukan interaksi dengan

orang terdekat yang memiliki kedekatan secara emosional pada individu.

b. Masyarakat umum

Perspektif mengenai masyarakat umum atau disebut dengan (generalized others)

juga dapat mempengaruhi pembentukan individu. Dimana konsep diri

dipengaruhi oleh pandangan oranglain secara umum didalam kelompok

sosial. Kelompok sosial yang mendominasi dilingkungan yang ditinggali

individu akan mempengaruhi pembentukan konsep diri.

2.1.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan konsep diri

Beberapa faktor yang mempengaruhi konsep diri pada individu yaitu; pola asuh

orang tua, kegagalan, depresi, stress, kritik internal, peniruan, dan hubungan personal

(Halida (2014). Demikian pula Hurlock, menyebutkan faktor-faktor yang

memengaruhi perkembangan konsep diri adalah: jasmani, cacat jasmani, kondisi fisik,

produksi kelenjar tubuh, pakaian, nama dan panggilan, kecerdasan, tingkat aspirasi,

emosi, pola kebudayaan, sekolah, status sosial dan keluarga (Zulfan & Wahyuni, 2012).

Jadi banyak sekali faktor-faktor yang memengaruhi perkembangan konsep diri, namun

dalam tulisan ini hanya dikemukakan beberapa faktor saja yang diperkirakan besar

pengaruhnya terhadap perkembangan konsep diri, yaitu:

a. Faktor lingkungan dan keluarga

Dalam lingkungan keluarga, orang yang pertama dikenal seorang anak adalah

orang tuanya dan anggota keluarga yang lain. Empat atau lima tahun pertama dalam

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/52946/3/BAB II.pdf2. Bentuk tubu, tinggi badan (TB), berat badan (BB), dan tanda pertumbuhan kelamin sekunder (payudara, menstruasi, perbahan

24

kehidupan seseorang secara keseluruhan ada dalam lingkungan keluarga. Hal ini berarti

bahwa lingkungan sosial yang pertama dan utama bagi anak adalah lingkungan

keluarganya. Dalam proses perkembangan selanjutnya anak mulai berinteraksi dengan

orang di lingkungan yang lebih luas, misalnya teman sekolah atau teman bermain. Oleh

karena konsep diri itu terbentuk melalui interaksi dan pengalaman dengan orang-orang

yang berarti dalam kehidupannya, maka orang-orang tersebut adalah berperan penting

dalam pembentukan konsep diri anak.

Konsep diri merupakan mirror image dari kepercayaan seseorang terhadap

orang lain yang berarti dalam kehidupannya, maka hubungan dan suasana yang buruk

dalam keluarga dapat menimbulkan konsep diri yang tidak menguntungkan bagi anak.

Akibatnya, anak dapat menjadi pemberontak, agresif, menarik diri atau mementingkan

diri sendiri. Pola tingkah laku yang tidak matang dan tidak sosial yang diakibatkan oleh

konsep diri yang tidak menguntungkan dapat berkembang dari lingkungan keluarga ke

lingkungan sosial yang lebih luas, sehingga memengaruhi hubungan anak dengan orang

lain, yang menyebabkan orang lain tidak menyenangi mereka. Hal ini akan

menimbulakan konsep diri yang tidak menguntungkan dalam lingkungan yang lebih

luas.

Orang tua sebagai pendidik utama dalam keluarga memegang peran penting

dalam perkembagan kepribadian anak. Hubungan orang tua dengan anak ditentukan

oleh sikap, perasaan dan keinginan orang tua terhadap anak. Dalam pembentukan

konsep diri peran orang tua sangat penting. Cara orang tua mengasuh anaknya akan

berpengaruh terhadap anak dalam menilai dirinya. Jika anak dapat pengalaman yang

baik dalam keluarga, maka ia akan dapat mengembangkan dan menilai dirinya secara

baik pula.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/52946/3/BAB II.pdf2. Bentuk tubu, tinggi badan (TB), berat badan (BB), dan tanda pertumbuhan kelamin sekunder (payudara, menstruasi, perbahan

25

Penelitian Symond yang dikutip Johnson dan Medinnus (Zulfan & Wahyuni,

2012) menyimpulkan bahwa adanya kehangatan dalam keluarga berperan penting

dalam perkembangan konsep diri anak. Adanya rasa kehangatan dalam hubungan anak

dengan orang tua maka anak mempunyai sikap sosial, koperatif, emosinya stabil

menerima dirinya sendiri dan menghargai orang lain: sedangkan anak yang tidak dapat

merasakan kehangatan dengan orang tuanya akan merasa tidak aman, sulit

menyesuaikan diri, merasa rendah diri, dan kurang menghargai orang lain. Jadi

pengalaman-pengalaman yang diterima anak dalam keluarga akan memengaruhi

perkembangan dan pembentukan konsep diri anak.

b. Faktor kelompok dan teman sebaya

Teman sebaya merupakan salah satu kelompok sosial yang berperan penting

dalam proses sosialisasi anak. Dalam kelompok tersebut anak akan memperoleh

berbagai pengalaman belajar yang diperlukan bagi perkembangannya. Matin dan

Stendler menyebutkan beberapa peranan kelompok teman sebaya, yaitu: memeberi

model, memberikan penghargaan, memberikan identitas diri dan memberikan

semangat Respon anak terhadap teman-teman dalam kelompoknya bermacam-

macam, sebagain besar tergantung pada pengalaman masa kecil yang diperoleh di

rumah. Orang tua permisif dan dapat menciptakan rasa kehangatan, bersama anaknya,

memungkinkan anak mengembanagakan ciri-ciri kepribadian yang menyenangkan dan

dapat meningkatkan interaksi yang berhasil dengan teman-temannya. Anak yang

disenangi dan diterima oleh sebagian besar oleh temantemannya merupakan anak yang

populer (Zulfan & Wahyuni 2012).

c. Faktor citra diri (Body image)

Salah satu sumber yang penting dari konsep diri adalah citra diri. Hal ini

merupakan cara bagi seseorang melihat fisiknya, yang meliputi tidak hanya apa yang

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/52946/3/BAB II.pdf2. Bentuk tubu, tinggi badan (TB), berat badan (BB), dan tanda pertumbuhan kelamin sekunder (payudara, menstruasi, perbahan

26

dilihat dari pantauan cermin tetapi juga berdasarkan pengalaman melalui refleksi orang

lain. Menurut Fisher yang dikutip Eastwood (Zulfan & Wahyuni 2012) tidak ada yang

lebih menarik dilihat dari citra fisik, misalnya foto orang yang bersangkutan biasanya

menimbulkan keinginan bagi orang tersebut untuk melihat dirinya. Seseorang

cenderung tidak merasa bahagia bila ada hambatan dalam penampilan fisik dan kadang-

kadang menimbulkan ketidakpuasan.

Penelitian yang dilakukan Berscheld dkk, yang dikutip Alwate, (Zulfan &

Wahyuni 2012) menemukan bahwa responden yang mempunyai citra fisik diatas rata-

rata menunjukkan sifat yang lebih menyenangkan, intelegensinya lebih tinggi dan lebih

asertif dari responden yang mempunyai citra fisik dibawah rata-rata. Penelitian lain

yang dilakukan oleh Walster dkk, yang dikutip Baron dkk ( dalam Zulfan & Wahyuni,

2012) dalam eksperimen mereka menyimpulkan bahwa para mahasiswa dalam

melakukan dansa lebih menyukai pasangan yang lebih mempunyai daya tarik fisik.

Jadi penilaian yang positif terhadap keadaan fisik, baik dari diri sendiri

maupun dari orang lain akan membantu perkembangan konsep. diri kearah positif

karena penilaian yang positif akan menumbuhkan rasa puas, yang selanjutnya

merupakan awal dari penilaian positif terhadap diri sendiri. Dengan demikian, keadaan

dan penampilan fisik yang baik merupakan aspek yang penting untuk memperoleh

tanggapan yang baik dari lingkungan. Tanggapan tersebut merupakan refleksi yang

digunakan individu untuk menilai dirinya sendiri.

d. Faktor harga diri (self esteem)

Harga diri adalah deskripsi secara lebih mendalam mengenai citra diri yang

merupakan penilaian terhadap diri sendiri. Menurut Maslow (dalam Zulfan &

Wahyuni, 2012) pengertian harga diri adalah penghargaan terhadap diri sendiri dan

penghargaan dari orang lain. Penghargaan diri sendiri berasal dari kepercayaan diri,

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/52946/3/BAB II.pdf2. Bentuk tubu, tinggi badan (TB), berat badan (BB), dan tanda pertumbuhan kelamin sekunder (payudara, menstruasi, perbahan

27

kemandirian diri, dan kebebasan, sedangkan penghargaan dari orang lain timbul karena

adanya prestasi dan apresiasi. Harga diri akan berpengaruh pada tingkah laku seseorang

seperti yang dikatakan Robinson dan Shaver ( dalam Zulfan & Wahyuni, 2012) bahwa

kepuasan hidup dan kebahagiaan hidup memengaruhi korelasi dengan harga diri.

Kepuasan diri dicapai oleh orang yang dapat menyesuaikan diri dengan baik serta

terhindar dari rasa cemas, keraguraguan dan sintom psikomatik.

e. Faktor ideal diri (self ideal)

Sesorang biasanya suka meniru orang lain yang lebih superior darinya.

Contohnya, seperti seorang anak yang meniru orangtuanya. Tidak hanya dari tutur kata

ataupun bahasanya tapi juga perilakunya. Oleh sebab itu sebagai orang tua tentunya

harus dapat menjadi cermin yang dapat ditiru dan diteladani. Banyak faktor-faktor yang

dapat mempengaruhi seseorang sehingga ia menjadi populer. antara lain: mempunyai

toleransi, menyukai orang lain, flexsibel, simpatik, mempunyai daya tarik fisik, suka

humor gembira, dan sebagainya Mussen (Zulfan & Wahyuni, 2012). Seorang yang

ditolak oleh teman-temannya sering merasa malu, resesif, terkucil dan mementingkan

diri sendiri. Anak yang diterima oleh teman-temannya akan merasa lebih baik dari pada

anak yang ditolak oleh temantemanya. Berdasarkan uraian diatas dapat diambil

pengertian bahwa hubungan anak dengan teman-temanya akan berpengaruh terhadap

konsep dirinya.

2.2 Burn injury

Pengertian dari luka bakar sendiri dapat diartikan sebagai kerusakan fisik pada

manusia yang disebabkan oleh zat yang bersuhu tinggi atau yang dapat memicu suhu

tinggi, baik karena reaksi kimia maupun reaksi fisika, Poerwantoro (2008 dalam Pertiwi,

2013). Luka bakar adalah sebuah trauma hasil dari terpapar zat kimia, api, radiasi atau

karena aliran listrik. Perpindahan energi dari sumber panas ke tubuh manusia

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/52946/3/BAB II.pdf2. Bentuk tubu, tinggi badan (TB), berat badan (BB), dan tanda pertumbuhan kelamin sekunder (payudara, menstruasi, perbahan

28

menimbulkan efek–efek secara fisiologis, bahkan pada beberapa kasus mengakibatkan

kerusakan pada jaringan secara irreversible (Prasetyo, 2014).

Petterson (2000 dalam Pertiwi, 2013) menyatakan bahwa luka bakar terjadi

secara tiba-tiba, dan merupakan kejadian sangat buruk dan mengancam kehidupan

seseorang yang menimbulkan penyesuaian jangka pendek (seperti rasa sakit, penurunan

kondisi fisik secara umum) dan jangka panjang (seperti kerusakan penampilan).

Seseorang yang menyandang luka bakar di tubuhnya harus melalui masa penyesuaian

yang tidak mudah dalam merasakan sakit yang luar biasa saat peristiwa baru terjadi, saat

masa perawatan luka, dan saat menerima kondisi fisik yang tidak berfungsi seperti

sebelumnya hingga kerusakan penampilan. Banyak penderita luka bakar yang

memenuhi kriteria Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) dan diikuti dengan

ketidakpuasan akan body image yang signiikan BID (Body Image Disorder).

Brunner dan Suddarth menyatakan bahwa luka bakar merupakan trauma yang

berdampak paling berat terhadap fisik maupun psikologis, dan mengakibatkan

penderitaan sepanjang hidup seseorang, dengan angka mortalitas dan morbiditas yang

tinggi (Purwaningsih, 2014). Kegawatan psikologis tersebut dapat memicu suatu

keadaan stress pasca trauma atau post traumatic stress disorder (PTSD). Patterson

(2000 dalam Pertiwi, 2013) lebih lanjut menyatakan bahwa sebagian besar penderita

luka bakar mengalami masalah self-esteem dan depresi.

2.2.1 Klasifikasi Luka Bakar

Luka bakar dapat diklasifikasi melalui luas area tubuh yang terkena, derajat

kedalaman dan keparahan, serta lokasi-lokasi tubuh yang terkena luka bakar.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/52946/3/BAB II.pdf2. Bentuk tubu, tinggi badan (TB), berat badan (BB), dan tanda pertumbuhan kelamin sekunder (payudara, menstruasi, perbahan

29

a. Luka bakar derajat I

Luka bakar derajat I kerusakan terbatas pada bagian superfisial epidermis, kulit

kering, hipermik memberikan efloresensi berupa eritema, tidak melepuh,nyeri

karena ujung saraf sensorik teriritasi. Penyembuhan 5-10 hari. Contohnya luka

bakar akibat sengatan matahari.

b. Luka bakar derajat II

Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi inflamasi

akut disertai proses eksudasi, melepuh, dasar luka berwarna merah atau pucat,

terletak lebih tinggi di atas permukaan kulit normal, nyeri karena ujung-ujung

saraf teriritasi. Luka bakar derajat II dibedakan menjadi dua: Derajat II dangkal

(superficial) yaitu kerusakan yang mengenai bagian superficial dari dermis,

apendises kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat. Penyembuhan dalam

waktu 10-14 hari. Derajat II dalam (deep) yaitu kerusakan yang mengenai

hampir seluruh bagian dermis, apendises kulit, kelenjar keringat, kelenjar

sebasea. Penyembuhan terjadi dalam waktu >1 bulan.

c. Luka bakar derajat III

Kerusakan meliputi seluruh ketebalan dermis dan lapisan yang lebih dalam,

apendises kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea rusak,

sudah ada pelepuhan, kulit berwarna abu-abu atau coklat, kering, letaknya lebih

rendah dibandingkan kulit sekitar karena koagulasi protein pada lapisan

epidermis dan dermis, tidak timbul rasa nyeri. Penyembuhan lama karena tidak

ada proses epitelisasi spontan.

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/52946/3/BAB II.pdf2. Bentuk tubu, tinggi badan (TB), berat badan (BB), dan tanda pertumbuhan kelamin sekunder (payudara, menstruasi, perbahan

30

d. Luka bakar derajat IV

Luka full thickness yang telah mencapai lapisan otot, tendon dan ltulang dengan

adanya kerusakan yang luas. Kerusakan meliputi seluruh dermis, organ-organ

kulit seperti folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar keringat mengalami

kerusakan, tidak dijumpai bula, kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan

pucat, terletak lebih rendah dibandingkan kulit sekitar, terjadi koagulasi protein

pada epidemis dan dermis yang dikenal scar, tidak dijumpai rasa nyeri dan

hilang sensori karena ujung-ujung syaraf sensorik mengalami kerusakan dan

kematian. Penyembuhannya terjadi lebih lama karena ada proses epitelisasi

spontan dan rasa luka (Moenadjat, 2001).