BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI HOSPITIUM HOSTELthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-01138-AR...

46
8 BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum II.1.1 Definisi Hotel Secara harfiah, kata Hotel dulunya berasal dari kata HOSPITIUM (bahasa Latin), artinya ruang tamu. Dalam jangka waktu lama kata hospitium mengalami proses perubahan pengertian dan untuk membedakan antara Guest House dengan Mansion House (rumah besar) yang berkembang pada saat itu, maka rumah-rumah besar disebut dengan HOSTEL. Rumah-rumah besar atau hostel ini disewakan kepada masyarakat umum untuk menginap dan beristirahat sementara waktu, yang selama menginap para penginap dikoordinir oleh seorang host, dan semua tamu- tamu yang (selama) menginap harus tunduk kepada peraturan yang dibuat atau ditentukan oleh host(HOST HOTEL). Sesuai dengan perkembangan dan tuntutan orang-orang yang ingin mendapatkan kepuasan, tidak suka dengan aturan atau peraturan yang terlalu banyak sebagaimana dalam hostel, dan kata hostel lambat laun mengalami perubahan. Huruf “s” pada kata hostel tersebut menghilang atau dihilangkan orang, sehingga kemudian kata hostel berubah menjadi Hotel seperti apa yang kita kenal sekarang. Menurut beberapa pengertian, Hotel didefinisikan sebagai berikut : Menurut Dirjen Pariwisata – Depparpostel Hotel adalah suatu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh bangunan, untuk menyediakan jasa penginapan, makan dan minum, serta jasa lainnya bagi umum, yang dikelola secara komersial. Menurut Surat Keputusan Menteri Perhubungan R.I No. PM 10/PW – 301/Phb. 77, tanggal 12 Desember 1977 Hotel adalah suatu bentuk akomodasi yang dikelola secara komersial, disediakan bagi setiap orang untuk memperoleh pelayanan penginapan, berikut makan dan minum.

Transcript of BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI HOSPITIUM HOSTELthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-01138-AR...

8

BAB II

TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI

II.1 Tinjauan Umum

II.1.1 Definisi Hotel

Secara harfiah, kata Hotel dulunya berasal dari kata HOSPITIUM

(bahasa Latin), artinya ruang tamu. Dalam jangka waktu lama kata

hospitium mengalami proses perubahan pengertian dan untuk

membedakan antara Guest House dengan Mansion House (rumah besar)

yang berkembang pada saat itu, maka rumah-rumah besar disebut dengan

HOSTEL.

Rumah-rumah besar atau hostel ini disewakan kepada masyarakat

umum untuk menginap dan beristirahat sementara waktu, yang selama

menginap para penginap dikoordinir oleh seorang host, dan semua tamu-

tamu yang (selama) menginap harus tunduk kepada peraturan yang

dibuat atau ditentukan oleh host(HOST HOTEL).

Sesuai dengan perkembangan dan tuntutan orang-orang yang ingin

mendapatkan kepuasan, tidak suka dengan aturan atau peraturan yang

terlalu banyak sebagaimana dalam hostel, dan kata hostel lambat laun

mengalami perubahan. Huruf “s” pada kata hostel tersebut menghilang

atau dihilangkan orang, sehingga kemudian kata hostel berubah menjadi

Hotel seperti apa yang kita kenal sekarang. Menurut beberapa pengertian,

Hotel didefinisikan sebagai berikut :

• Menurut Dirjen Pariwisata – Depparpostel

Hotel adalah suatu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau

seluruh bangunan, untuk menyediakan jasa penginapan, makan dan

minum, serta jasa lainnya bagi umum, yang dikelola secara komersial.

• Menurut Surat Keputusan Menteri Perhubungan R.I No. PM 10/PW –

301/Phb. 77, tanggal 12 Desember 1977

Hotel adalah suatu bentuk akomodasi yang dikelola secara komersial,

disediakan bagi setiap orang untuk memperoleh pelayanan penginapan,

berikut makan dan minum.

9

• Menurut Webster

Hotel adalah suatu bangunan atau suatu lembaga yang menyediakan

kamar untuk menginap, makan dan minum serta pelayanan lainnya untuk

umum.

II.1.2 Definisi Transit

Definisi transit adalahmembuat sebuah bagian atau perjalanan dari

satu tempat ke tempat lain. (Sumber: artikata.com)

II.1.3 Definisi Hotel Transit

Pengertian Hotel Transit menurut Pengantar Ilmu Perhotelan dan

Restoran, Abd. Rachman Arief, 2005, yaitu hotel yang mayoritas tamu

tinggal hanya singgah (transit) yaitu kurang dari 24 jam sampai 3 malam

dan apabila tamu kurang dari 24 jam (not over night) maka tariff hanya

diberikan day rate (50% dari full rate) serta pemakaiannya disebut day

use. Hotel transit pada umumnya berlokasi dekat bandara (airport) atau

pelabuhan laut (harbour), biasanya diperutukkan bagi masyarakat yang

bermaksud untuk tinggal sementara (dalam jangka waktu pendek).

II.1.4 Klasifikasi Hotel

A. Hotel Berdasarkan Kelas

Tingkatan atau kelas hotel dibedakan atas tanda bintang (*).

Semakin banyak jumlah bintang, maka persyaratan fasilitas,dan

pelayanan yang dituntut semakin banyak dan baik.

Tabel II.1. Fasilitas dan Jumlah Kamar Hotel

KLASIFIK

ASI

BINTANG

HOTEL

JENIS FASILITAS POKOK

Kamar

Standart

Kama

r

Suite

Luas

Kamar

Ruan

g

Maka

n

Cafe

&

Bar

Functi

on

Room

✰ Min. 15 - 18-

20m2

Min.

1

Wajib -

10

✰✰ Min. 20 1 kmr 22-44

m2

Min.

2

Min.

1

-

✰✰✰ Min. 30 2 kmr 24-48

m2

Min.

2

Min.

1

Min. 1

✰✰✰✰ Min.50 3 kmr 24-48

m2

Min.

2

Min.

1

Min. 1

✰✰✰✰✰ Min.100 4 kmr 26-52

m2

Min.

2

Min.

1

Min. 1

Sumber: Keputusan Direktorat Jendral Pariwisata (1988)

Tabel II.2. Klasifikasi Hotel Berdasarkan Kelas Bintang

Klasifikasi

Bintang Persyaratan

- Jumlah kamar standar, minimum 15 kamar

- Kamar mandi di dalam

- Luas kamar standar, minimum 20 m2

✰✰

- Jumlah kamar standar, minimum 20 kamar

- Kamar suite minimum 1 kamar

- Kamar mandi di dalam

- Luas kamar standar, minimum 22 m2

- Luas kamar suite, minimum 44 m2

✰✰✰

- Jumlah kamar standar, minimum 30 kamar

- Kamar suite minimum 2 kamar

- Kamar mandi di dalam

- Luas kamar standar, minimum 24 m2

- Luas kamar suite, minimum 48 m2

✰✰✰✰

- Jumlah kamar standar, minimum 50 kamar

- Kamar suite minimum 3 kamar

- Kamar mandi di dalam

- Luas kamar standar, minimum 24 m2

- Luas kamar suite, minimum 48 m2

✰✰✰✰✰ - Jumlah kamar standar, minimum 100

11

kamar

- Kamar suite minimum 4 kamar

- Kamar mandi di dalam

- Luas kamar standar, minimum 26 m2

- Luas kamar suite, minimum 52 m2

Sumber : Suwithi, Ni Wayan & Cecil Erwin Jr. Boham. 2008. Akomodasi

Perhotelan Jilid 1. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah

Menengah Kejuruan

Tabel II.3. Jenis Tempat Tidur Hotel

No Tempat

Tidur Ukuran Keterangan

1. Rollaway 39 x 75 inci Tempat tidur untuk satu orang

2. Twin 2 x (39 x

76) inci

Dua tempat tidur single

atau 2 x (46 x 76) inci

3. Three-quarter 48 x 76 inci -

4. Double 54 x 76 inci Tempat tidur untuk dua orang

5. Queen 60 x 80 inci Tempat tidur untuk dua orang

6. King 70 x 80 inci Tempat tidur untuk dua orang

Tabel II.4. Jenis Kamar Hotel

No Jenis Kamar Keterangan

1. Single Room Tempat tidur single ukuran single bed, jenis

ruang ini sudah jarang dalam hotel berbintang.

2. Double Room Untuk 2 orang penghuni, 1 double bed

3. Twin Room 2 penghuni, 2 twin bed terpisah

4. Standart Room 2 penghuni, 2 double bed

5. Superior Room Melebihi ukuran standart room

6. Deluxe Room Melebihi ukuran standart room dan superior

7. Suite Room 2-3 kamar , double bed, twin bed bahkan single

bed

12

B. Kriteria Hotel Bintang Tiga

a. Umum

Unsur dekorasi Indonesia tercermin pada lobby, restoran, kamar tidur dan

fuctional room.

b. Bedroom

- terdapat minimum 20 kamar standart dengan luas 22 m2 / kamar

- terdapat minimum 2 kamar suite dengan luas 44 m2/ kamar

- tinggi minimum 2.6 meter tiap lantai

c. Dining room

Bila tidak berdampingan dengan lobby, maka harus dilengkapi dengan

kamar mandi/ WC sendiri.

d. Bar

- apabila berupa ruang tertutup maka harus dilengkapi AC dengan

suhu 24oC

- lebar ruang kerja bartender setidaknya 1 meter

e. Functional room

- minimum terdapat 1 buah pintu masuk yang terpisah dari lobby

dengan kapasitas minimum 2.5 kali jumlah kamar.

- dilengkapi dengan toiket apabila tidak satu lantai dnegan lobby.

- terdapat pre function room.

f. Lobby

- mempunyai luasan minimum 30 m2.

- dilengkapi dengan lounge.

- toilet umum minimal 1 buah dengan perlengkapan.

- lebah koridor minimum 1.6 meter.

g. Drug store

- minimum terdapat drug store, bank, money changer, biro erjalanan,

airline agent, souvenir shop perkantoran, butik dan salon.

- tersedia poliklinik.

- tersedia paramedis.

h. Sarana rekreasi dan olahraga

- minimum 1 buah dengan pilihan tennis, bowling, golf, fitness,

13

sauna, billiard, jogging, diskotoik atau taman bermain anak.

- terdapat kolam renang dewasa yang terpisah dengan kolam renang

anak.

i. Utilitas

- terdapat transportasi vertikal mekanis.

- ketersediaan air bersih minimum 500 liter/ orang/ hari.

- dilengkapi dengan instalasi air panas dan dingin.

- dilengkapi dengan telepon lokal dan interloal.

- tersedia PABX.

- Dilengkapi sentral video/ TV, radio< peging, carcall.

C. Hotel berdasarkan Ukuran

Klasifikasi hotel berdasarkan ukurannya dapat ditentukan berdasarkan

jumlah kamar yang ada. Ukuran hotel diklasifikasikan menjadi 3 bagian,

yaitu:

a. Small hotel

Small hotel adalah hotel kecil dengan jumlah kamar di bawah 150 kamar

b. Medium hotel

Adalah hotel dengan ukuran sedang, dimana dalam medium hotel ini

dapat dikategorikan menjadi 2, yaitu:

• Average hotel : jumlah kamar antara 150 sd. 299 kamar.

• Above average hotel : jumlah kamar antara 300 sd. 600 kamar.

c. Large Hotel

Large hotel adalah hotel dengan klasifikasi sebagai hotel besar dengan

jumlah kamar diatas 600 (enam ratus) kamar .

D. Berdasarkan Lokasi

Klasifikasi hotel berdasarkan faktor lokasi dapat dibagi menjadi:

a. City hotel

Hotel yang terletak di dalam kota, dimana sebagaian besar tamunya yang

menginap adalah memiliki kegiatan berbisnis.

14

b. Resort Hotel

Adalah hotel yang terletak di kawasan wisata, dimana sebagian besar

tamunya tidak melakukan kegiatan bisnis, tetapi lebih banyak rekreasi.

Macam-macam resort berdasarkan lokasi:

- Mountain Hotel (hotel yang berada di pegunungan)

- Beach Hotel (hotel yang berada di daerah pantai)

- Lake Hotel (hotel yang berada dipinggir danau)

- Hill Hotel (hotel yang berada di puncak bukit)

- Forest Hotel (hotel yang berada di kawasan hutan lindung)

E . Hotel Berdasarkan Area

a. Suburb Hotel

Hotel yang berlokasi di pinggiran kota, yang merupakan kota satelit yaitu

pertemuan antara dua kota madya.

b. Airport Hotel

Adalah hotel yang berada dalam satu kompleks bangunan atau area

pelabuhan udara atau sekitar Bandar udara.

c. Urban Hotel

Adalah hotel yang berlokasi di pedesaan dan jauh dari kota besar atau

hotel yang terletak di daerah perkotaan yang baru, yang tadinya masih

berupa desa.

F. Berdasarkan Maksud Kunjungan

Klasifikasi hotel berdasarkan maksud kunjungan selama menginap

adalah sebagai berikut:

• Business hotel

Hotel yang tamunya sebagian besar berbisnis, disini biasanya

menyediakan ruang-ruang meeting dan convensi.

• Resort/Tourism Hotel

Hotel yang kebanyakan tamunya adalah para wisatawan, baik domestik

maupun manca negara.

15

• Casino hotel

Adalah hotel yang sebagain tempatnya berfungsi sebagai tempat untuk

kegiatan berjudi.

• Pilgrim hotel

Hotel yang sebagain tempatnya berfungsi sebagai fasilitas beribadah.

Seperti hotel-hotel di arab (pada saat musim haji) dan Lourdes di

perancis.

• Cure Hotel

Adalah hotel yang tamu-tamunya adalah tamu yang sedang dalam proses

pengobatan atau penyembuhan dari suatu penyakit.

G. Jenis hotel menurut lamanya tamu menginap

a. Transit Hotel

Hotel dengan waktu inap tidak lama (harian). Fasilitas yang dapat

mendukung hotel seperti ini adalah layanan pada tamu dalam waktu

singkat seperti laundry, restoran dan agen perjalanan.

b. Semiresidential Hotel

Hotel dengan rata-rata waktu inap tamu cukup lama (mingguan). Fasilitas

hotel seperti ini perlu dilengkapi dengan fasilitas yang lebih bervariasi,

tidak membosankan dan untuk waktu yang relatif lebih lama, seperti

fasilitas kebugaran (spa, jogging track, tennis, kolam renang dan lain-

lain) dan fasilitas rekreasi (restoran, cafe, taman bermain dan lain-lain).

c. Residential Hotel

Hotel dengan waktu kunjungan tamu yang tergolong lama (bulanan).

Hotel seperti ini mengedepankan rasa nyaman dan keamanan pada tamu

hotel. Fasilitas yang disediakan biasanya fasilitas yang dibutuhkan

sehari-hari seperti supermarket atau perbelanjaan, fasilitas kebugaran

(spa, jogging track, tennis, kolam renang, dan lain-lain), fasilitas rekreasi

(taman bermain, restoran, cafe, dan lain-lain). Maka dari itu perletakan

hotel yang seperti ini biasanya digabungkan atau join dengan tempat

16

perbelanjaan atau supermarket agar saling dapat memberikan

keuntungan, layanan dan sebagai daya tarik pengunjung.

H. Klasifikasi berdasarkan Wujud Fisik

a. Produk nyata (tangible)

1. Lokasi

Lokasi yang yang dibutuhkan oleh wisatawan adalah lokasi yang

strategis dan memiliki nilai-nilai ekonomis yang tinggi , seperti lokasi

yang dekat dengan bandar udara, stasiun kereta api, pelabuhan, pusat

bisnis, atraksi wisata sehingga memberikan kemudahan tamu untuk

mengakses aktivitas lain diluar hotel.

2. Fasilitas

Fasilitas adalah penyediaan perlengkapan phisik yang dapat memenuhi

kebutuhan dan keinginan tamu serta dapat mempermudah tamu

melaksanakan aktivitas selama tinggal di hotel. Fasilitas itu dapat berupa:

• Kamar dengan perlengkapannya seperti air conditioning, Colour TV

within house movie and international chanel, Safe Deposit Box, Hot

and Cold water, Minibar, International Direct Dialing telephone,

Private bathroom with bathtub and shower, Tea & Coffee making

facility, Hair dryer.

• Kamar untuk orang cacat/disable room

• Kamar bebas asap rokok dengan kelengkapannya

• Restoran dan bar dengan berbagai jenis produk makanan dan

minuman

• Pelayanan makan dan minuman di dalam kamar

• Pusat bisnis dan sekretaris

• Pusat kebugaran

• Kolam renang

• Ballroom/aula

• Safe Deposit Box/brankas

• Laundry dan dry cleaning/binatu

• Fasilitas hiburan , seperti musik, karaoke

17

• Fasilitas taman bermain untuk anak-anak/Children play ground

• Baby sitting/layanan pengasuhan anak

• Hotel transportation/kendaraan antar jemput

• Valet parking service/pelayanan memarkirkan kendaraan

• Area parkir yang luas

• Foreign exchange facilities/fasilitas penukaran mata uang asing

• Beauty salon/ salon

• Drug store/toko yang menjual kebutuan sehari-hari

• House klinik/klinik kesehatan.

b. Produk tidak nyata(intangible)

Produk tidak nyata adalah segala sesuatu yang berkaitan pelayanan

dan pembentukan citra suatu produk dan hotel. Di dalam bisnis

perhotelan intangible diberikan bersamaan dengan penjualan produk

tangible.

Rasa bersahabat, sopan santun, keramahtamahan dan rasa hormat

dari seluruh karyawan merupakan salah satu contoh produk intangible

yang sederhana tetapi sangat berdampak pada pembentukan citra hotel.

Agar fasilitas yang disediakan oleh hotel dapat berfungsi, mak

adisertai dengan pelayanan, adapun pelayanan tersebut dapat berupa:

corak/gaya pelayanan yang diberikan oleh para karyawan, pelayanan

dapat juga berupa waktu buka restoran, pelayanan kebersihan

kamar,pelayanan dan penyajian makanan dan minuman di restoran. Pada

era ini persaingan bisnis perhotelan yang paling ketat adalah kemampuan

hotel untuk memberikan pelayanan yang terbaik.

Berdasarkan jenis-jenis klasifikasi diatas, maka Hotel Transit

Cengkareng Jakarta Barat ini termasuk dalam jenis klasifikasi seperti

yang tertera dalam table berikut:

Tabel II.5. Klasifikasi Proyek Hotel Transit Cengkareng Jakarta

Barat

DAFTAR KLASIFIKASI PENJELASAN

18

Berdasarkan Kelas Hotel bintang tiga (***)

Berdasarkan Ukuran Hotel sedang/Medium hotel

Berdasarkan Lokasi City Hotel

Berdasarkan Area Suburban Hotel

Berdasarkan maksud kunjungan tamu Business Hotel

Lamanya tamu menginap Transit Hotel

Sumber. Analisa data

I. Struktur Organisasi Usaha Hotel Menengah

Gambar II.1. Struktur Organisasi Usaha Hotel Menengah

Sumber : Suwithi, Ni Wayan & Cecil Erwin Jr. Boham. 2008. Akomodasi

Perhotelan Jilid 1. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah

Menengah Kejuruan

Karyawan hotel merupakan tulang organisasi sistem hotel,

berdasarkan pembagian wilayah kebutuhan ruang fasilitas hotel maka

karyawan hotel di masing-masing divisi memiliki peranan penting dalam

lingkup wilayah pekerjaannya.

II.2 Tinjauan Khusus

II.2.1 Arsitektur Hijau

19

Arsitektur hijau adalah suatu pendekatan perencanaan bangunan yang

berusaha untuk meminimalisasi berbagai pengaruh membahayakan pada

kesehatan manusia dan lingkungan. Untuk pemahaman dasar arsitektur hijau yang

berkelanjutan, meliputi di antaranya lansekap, interior, dan segi arsitekturnya

menjadi satu kesatuan.

Menurut Tri Harso Karyono (2010), arsitektur hijau merupakan suatu

rancangan lingkungan binaan, kawasan, dan bangunan yang komprehensif.

Rancangan harus memenuhi kriteria hemat dalam menggunakan energi dan

sumber daya alam, minim menimbulkan dampak negatif, serta mampu

meningkatkan kualitas hidup manusia.

Prinsip-prinsip green architecture menurut Brenda dan Robert Vale, dalam

buku Green Architecture Design for A Sustainable Future :

1. Hemat energi/ conserving energy :

Pengoperasian bangunan meminimalkan penggunaan bahan bakar dan energi

listrik (sebisa mungkin memaksimalkan energi alam sekitar lokasi bangunan).

2. Memperhatikan kondisi iklim/ working with climate :

Mendisain bangunan harus sesuai dengan kondisi iklim setempat.

3. Meminimalkan pemakaian sumber daya baru/ minimizing new resources:

Mendesain dengan mengoptimalkan kebutuhan sumber daya alam yang baru, agar

sumber daya tersebut tidak habis dan dapat digunakan di masa mendatang/

penggunaan material bangunan yang tidak berbahaya bagi ekosistem dan sumber

daya alam.

4. Tidak berdampak negatif bagi kesehatan dan kenyamanan penghuni

bangunan tersebut/ respect for user :

Dalam merancang bangunan harus memperhatikan semua pengguna bangunan

dan memenuhi semua kebutuhannya.

5. Merespon keadaan tapak dari bangunan/ respect for site :

Bangunan yang akan dibuat nantinya jangan sampai merusak kondisi tapak

aslinya, sehingga jika nanti bangunan itu sudah tidak terpakai, tapak aslinya masih

ada dan tidak berubah.

6. Menetapkan seluruh prinsip-prinsip arsitektur hijau secara keseluruhan,

ketentuan di atas tidak baku dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan.

20

II.2.2 Definisi Hemat Energi

Hemat energi berlandaskan pada pemikiran meminimalkan penggunaan

energi tanpa membatasi atau merubah fungsi bangunan, kenyamanan maupun

produktivitas penghuninya. Arsitektur hemat energi berdasarkan pada prinsip

konservasi energi (sumber yang tidak terbarukan) yang menciptakan istilah forms

follows energy (Sumber: Energy-efficient Architecture, Paradigma dan

Manifestasi Arsitektur Hijau, Jimmy Priatman, 2002).

Penghematan energi atau konservasi energi adalah tindakan mengurangi

jumlah penggunaan energi. Penghematan energi dapat dicapai dengan penggunaan

energi secara efisien dimana manfaat yang sama diperoleh dengan menggunakan

energi lebih sedikit, ataupun dengan mengurangi konsumsi dan kegiatan yang

menggunakan energi. Penghematan energi dapat menyebabkan berkurangnya

biaya, serta meningkatnya nilai lingkungan, keamanan negara, keamanan pribadi

serta kenyamanan. Organisasi serta perorangan dapat menghemat biaya dengan

melakukan penghematan energi, sedangkan pengguna komersial dan industri

dapat meningkatkan efisiensi dan keuntungan dengan melakukan penghematan

energi.

Penghematan energi melalui perancangan bangunan mengarah pada

penghematan listrik baik dari segi pendinginan udara, penerangan buatan, maupun

peralatan listrik rumah tangga. Pada bangunan hunian, termasuk hotel sebagai

akomodasi hunian sementara porsi terbesar dari penggunaan energi adalah pada

pengendalian faktor iklim sehingga kualitas termal, visual serta fluktuasi iklim

menjadi pertimbangan utama.

Arsitektur yang berlandaskan pada pemikiran “meminimalkan penggunaan

energi” tanpa membatasi atau merubah fungsi bangunan, kenyamanan maupun

produktivitas penghuninya dengan memanfaatkan sains dan teknologi muktahir

secara aktif. Mengoptimasikan sistem tata udara dan tata cahaya, integrasi antara

sistem tata udara buatan alamiah serta sinergi antara metode pasif dan aktif

dengan material dan instrumen hemat energi.

II.2.3 Definisi Fasade Bangunan

21

Akar kata “fasade” (facade) diambil dari kata latin “facies” yang

merupakan sinonim dari “face” dan “appearance” (penampilan). Oleh karena itu,

membicarakan wajah sebuah bangunan, fasade yang dimaksudkan adalah bagian

depan yang menghadap jalan. Fasade adalah representasi atau ekspresi dari

berbagai aspek yang muncul dan dapat diamati secara visual.

Komposisi pada Fasade Bangunan:

Untuk melakukan studi pada arsitektur fasade menurut DK Ching (1979):

“Komponen visual yang menjadi objek transformasi dan modifikasi dari fasade

bangunan dapat diamati dengan membuat klasifikasi melalui prinsip-prinsip

gagasan formatif yang menekankan pada geometri, simetri, kontras, ritme,

proporsi, dan skala.”

- Geometri pada fasade yaitu gagasan formatif dalam arsitektur yang

mewujudkan prinsip-prinsip geometri pada bidang maupun benda suatu

lingkungan binaan, segitiga, lingkaran, segi empat, beserta varian-variannya.

- Simetri yaitu gagasan formatif yang mengarahkan desain bangunan melalui

keseimbangan yang terjadi pada bentuk-bentuk lingkungan binaan. Dibagi

menjadi; simetri dengan keseimbangan mutlak, simetri dengan keseimbangan

geometri, simetri dengan keseimbangan diagonal.

Untuk membangun suatu keseimbangan komposisi, simtri harus jauh lebih

dominan dari asimetri. Fasade harus memiliki “wajah-wajah” yang

mencerminkan solusi terencananya yang berbeda tetapi tetap simetris didalam

diri mereka sendiri (analog terhadap tubuh manusia). Tampak samping, seperti

yang terlihat, dapat memainkan peran minor dalam menyeimbangkan tampak

depan dan belakang.

- KontrasKedalaman yaitu gagasan formatif yang mempertimbangkan warna

dan pencahayaan kedalaman menjadi perbedaan gelap terang yang terjadi pada

elemen fasade. Tingkat perbedaan dikategorikan menjadi 3; sangat gelap,

gelap, terang.

- Ritme yaitu tipologi gambaran yang menunjukkan komponen bangunan dalam

bentuk repetisi baik dalam skala besar maupun skala kecil. Komponen yang di

maksud dapat berupa kolom, pintu, jendela atau ornamen. Semakin sedikit

22

ukuran skala yang berulang, dikategorikan ritme monoton, semakin

banyak dikategorikan dinamis.

- Proporsi yaitu perbandingan antara satu bagian dengan bagian lainnya

pada salah satu elemen fasade. Dalam menentukan proporsi bangunan biasanya

mempertimbangkan batasan-batasan yang diterapkan pada bentuk, sifat alami

bahan, fungsi struktur atau oleh proses produksi. Penentuan proporsi

bentuk dan ruang untuk mengolah bentuk-bentuk arsitektur, mengembangkan

bentuk-bentuk geometri dasar dan sebagainya, yang tentunya keputusan dalam

penetuan proporsi tersebut ada dasarnya.

- Skala dalam arsitektur menunjukkan perbandingan antara elemen bangunan

atau ruang dengan elemen tertentu dengan ukurannya bagi manusia. Pada

konteks fasade bangunan, skala merupakan proporsi yang dipakai untuk

menetapkan ukuran dan dimensi-dimensi dari elemen fasade.

Desain Fasade terhadap Hemat Energi:

Pemilihan Bahan Bangunan yang Ramah Lingkungan

Beberapa faktor dan strategi yang harus dipertimbangkan dalam memilih

material bangunan:

- Bangunan yang dirancang dapat dipakai kembali dan memperhatikan

sampah/buangan bangunan pada saat pemakaian.

- Bahan bangunan tersebut dapat dipakai kembali.

- Keaslian material, sumber dan produksi asalnya.

- Energi yang diwujudkan.

Berikut ini adalah beberapa kalsifikasi dan macam-macam material bangunan

yang hemat energi dan ramah lingkungan berdasarkan mulai dari energi

produksi awal sampai ke pemasangan ke bangunan.yang dihasilkannya.

Bahan-bahan yang dipakai sebaiknya mempunyai MJ kecil (ringan), time lag

rendah, kapasitas panas kecil, dimensi kecil, berat sendiri kecil, dapat

mengikuti kadar kelembaban udara sekitar dan konduktivitas panas rendah.

Tabel tentang beberapa energi yang diwujudkan material seperti contoh

dibawah ini;

23

Gambar II.2. Embodied Energy, diadaptasi dari Sam Mukhtar, Building

Today,

Green Living

Sumber: Shita Siagian,Indira. 2005. Bahan Bangunan yang Ramah Lingkungan.

Universitas Sumatera Utara.

- Produksi material.

- Efek racun dari material.

- Memprioritaskan material alami.

- Mempertimbangkan durabilitas dan umur dari produk.

Prinsip utama dalam memnurunkan suhu (panas) di dalam ruangan

adalah mengurangi perolehan panas (heat gain) radiasi matahari yang jauh

mengenai bangunan. Jika perolehan panas matahari dapat diminimalkan, maka

suhu udara di dalam ruangan akan rendah. Meskipun ini bersifat relatif, artinya

jika kondisi suhu udara luar di sekitar rumah sudah tinggi, maka suhu udara di

dalam ruangan juga cenderung akan tinggi.

Penggunaan bahan bangunan sebagai dinding luar bangunan dengan

pemilihan material yang memiliki ketebalan tertentu sangat berpengaruh terhadap

panas yang ditransimikan kedalam ruang dalam bangunan. Untuk membatasi

perolehan kalor akibat radiasi matahari, maka ditentukan kriteria perancangan

yang dinyatakan dalam angka alih termal menyeluruh (Overall Thermal Transfer

Value – OTTV) untuk selubung fasade bangunan.

24

Jika dikaitkan antara fasade dengan arsitektur hijau dan hemat energi,

maka dapat dijelaskan melalui skema dibawah ini;

Gambar II.3 Skema fasade berdasarkan arsitektur hijau

Sumber. Analisa data

Dari hasil penelitian Tri Harso Karyono, suhu nyaman di Jakarta dicapai

antara 24,5 hingga 28,5 °C, dengan kelembaban di bawah 70% dan aliran udara di

atas 0,2 m/detik. Namun seandainya pengondisian udara mekanis (AC) tetap harus

digunakan, maka dengan memperhatikan hal-hal berikut diharapkan beban

pendinginan AC menjadi lebih rendah, artinya kapasitas daya yang digunakan

berkurang dan konsekuensinya menghemat pemakaian energi listrik.

Gambar II.4 Pengaruh Radiasi matahari terhadap bahan bangunan

Sumber, Puslitbangkim, 2005

Desain Fasade terhadap Kenyamanan Termal:

Kenyamanan thermal adalah suatu kondisi termal yang dirasakan oleh

manusia bukan oleh benda, binatang, dan arsitektur, tetapi dikondisikan oleh

lingkungan dan benda-benda di sekitar arsitekturnya.

25

Sejalan dengan teori Humphreys dan Nicol, Lipsmeier (1994)

menunjukkan beberapa penelitian yang membuktikan batas kenyamanan (dalam

Temperatur Efektif/TE) berbeda-beda tergantung kepada lokasi geografis dan

subyek manusia (suku bangsa) yang diteliti seperti pada tabel di bawah ini:

Tabel II.6 Perbandingan Batas Kenyamanan di Berbagai Negara

Pengarang Tempat Kelompok

Manusia

Batas

Kenyamanan

ASHRAE USA Selatan (30o

LU)

Peneliti 20,5 oC – 24,5 oC

TE

Rao Calcutta (22o LU) India 20 oC – 24,5 oC

TE

Webb Singapura Malaysia 25 oC – 27 oC

TE

Khatulistiwa Cina

Mom Jakarta (6o LS) Indonesia 20 oC – 26oC

TE

Elis Singapura Eropa 22 oC – 26oC

TE

Khatulistiwa

Sumber. Bangunan Tropis, Georg. Lippsmeier

Standar kenyamanan termis dari Internasional Standard, ISO 7730:1994

menyatakan bahwa sensasi manusia terhadap suhu merupakan fungsi dari empat

faktor iklim yaitu, suhu udara, suhu radiasi, kelembaban udara, dan kecepatan

angin, serta dua faktor individu yakni, tingkat kegiatan yang berkaitan dengan

tingkat metabolisme tubuh, serta jenis pakaian yang dikenakan.

Tabel II.7Pembandingan Faktor Penentu Suhu Nyaman

Szokolay

o

Fanger, Standar Amerika

(ANSI/ASHRAE 55-1992), Standar

Internasional (ISO 7730:1994)

Humphreys dan Nicol

1.

- Iklim: • matahari (besarnya

- Iklim: • matahari (besarnya

- Iklim: • matahari (besarnya

26

radiasi), • suhu udara, • angin (kecepatan

udara), • kelembaban udara

luar

- Faktor Individu: • Pakaian • Aklimatisasi • Usia dan jenis

kelamin • Tingkat kegemukan • Tingkat kesehatan • Jenis makanan dan

minuman yang dikonsumsi

• Warna kulit (suku bangsa)

radiasi), • suhu udara, • angin (kecepatan

udara), • kelembaban udara luar

- Faktor Individu: • Aktifitas • Pakaian

radiasi), • suhu udara, • angin (kecepatan udara), • kelembaban udara luar

- Faktor Individu: • Aktifitas • Pakaian • adaptasi individu

- Lokasi geografis

Sumber. Pemaknaan Istilah-Istilah Kualitas Kenyamanan Thermal Ruang dalam Kaitan dengan Variabel Iklim Ruang- Sugini

Menurut penelitian Lippsmeier, batas-batas kenyamanan manusia untuk

daerah khatulistiwa adalah 19°C TE (batas bawah) – 26°C TE (batas atas). Pada

temperatur 26°C TE umumnya manusia sudah mulai berkeringat. Daya tahan dan

kemampuan kerja manusia mulai menurun pada temperatur 26°C TE – 30°C TE.

Kondisi lingkungan yang sukar mulai dirasakan pada suhu 33,5°C TE– 35,5 °C

TE, dan pada suhu 35°C TE – 36°C TE kondisi lingkungan tidak dapat ditolerir

lagi. Produktifitas manusia cenderung menurun atau rendah pada kondisi udara

yang tidak nyaman seperti, terlalu dingin atau terlalu panas. Produktifitas kerja

manusia meningkat pada kondisi suhu (termis) yang nyaman (Idealistina, 1991).

Gambar II.5 Diagram Kenyamanan sebagai Fungsi dari Temperatur,

Kelembaban dan Kecepatan Angin

27

Sumber. Bangunan Tropis, Georg. Lippsmeier

Berbagai penelitian kenyamanan suhu yang dilakukan di daerah iklim

tropis basah, seperti halnya Mom dan Wiesebron di Bandung, Ellis, de Dear di

Singapore, Busch di Bangkok, Ballabtyne di Port Moresby, kemudian Karyono di

Jakarta, memperlihatkan rentang suhu antara 24oC hingga 30oC yang dianggap

nyaman bagi manusia yang berdiam pada daerah iklim tersebut.

Standar Tata Cara Perencanaan Teknis Konservasi Energi pada

Bangunan Gedung yang diterbitkan oleh Yayasan LPMB-PU membagi suhu

nyaman untuk orang Indonesia atas tiga bagian sebagai berikut:

Tabel II.8 Suhu Nyaman menrut Standar Tata Cara Perencanaan

Teknis Konservasi Energi pada Bangunan Gedung

Temperatur Efektif

(TE)

Kelembaban (RH)

Sejuk Nyaman

Ambang atas

Nyaman Optimal

Ambang atas

Hangat Nyaman

Ambang atas

20,5 oC – 22,8 oC

24 oC

22,8 oC – 25,8 oC

28 oC

25,8 oC – 27,1 oC

31 oC

50%

80%

70%

60%

Sumber. Yayasan LPMB-PU

Mengaitkan penelitian Lippsmeier (menyatakan pada temperatur 26°C

TE umumnya manusia sudah mulai berkeringat serta daya tahan dan kemampuan

kerja manusia mulai menurun) dengan pembagian suhu nyaman orang Indonesia

menurut Yayasan LPMB PU, maka suhu yang kita butuhkan agar dapat

beraktifitas dengan baik adalah suhu nyaman optimal (22,8°C – 25,8°C dengan

28

kelembaban 70%). Angka ini berada di bawah kondisi suhu udara di Indonesia

yang dapat mencapai angka 35°C dengan kelembaban 80%.

Guna mengendalikan faktor-faktor iklim diatas untuk memperoleh

kenyamanan termal di dalam bangunan, cara yang paling mudah dengan

pendekatan mekanis yaitu menggunakan AC tetapi membutuhkan biaya

operasional yang tidak sedikit. Pendekatan kedua adalah mengkondisikan

lingkungan di dalam bangunan secara alami dengan pendekatan arsitektural.

Pengkondisian lingkungan di dalam bangunan secara arsitektural dapat

dilakukan dengan mempertimbangkan perletakan bangunan (orientasi bangunan

terhadap matahari dan angin), pemanfaatan elemen-elemen arsitektur dan

lansekap serta pemakaian material/bahan bangunan yang sesuai dengan karakter

iklim tropis panas lembab. Melalui ke-empat hal di atas, temperatur di dalam

ruangan dapat diturunkan beberapa derajat tanpa bantuan peralatan mekanis.

Panas masuk ke dalam bangunan melalui proses konduksi (lewat dinding,

atap, jendela kaca) dan radiasi matahari yang ditransmisikan melalui jendela/kaca.

Gambar II.6 Radiasi cahaya dan panas matahari ke dinding kaca bangunan

Sumber. Talarosha, Basaria. Menciptakan Kenyamanan Termal Dalam Bangunan. Jurnal Sistem

Teknik Industri Volume 6, No. 3 Juli 2005 Radiasi matahari memancarkan sinar ultra violet (6%), cahaya tampak

(48%) dan sinar infra merah yang memberikan efek panas sangat besar (46%).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa radiasi matahari adalah penyumbang jumlah

panas terbesar yang masuk ke dalam bangunan. Besar radiasi matahari yang

ditransmisikan melalui selubung bangunan dipengaruhi oleh fasade bangunan

yaitu perbandingan luas kaca dan luas dinding bangunan keseluruhan (wall to wall

ratio), serta jenis dan tebal kaca yang digunakan.

29

Radiasi matahari yang masuk secara langsung ke dalam bangunan sebagian besar

melalui kaca pada jendela. Cara menghindarinya yaitu meletakan bidang kaca

pada daerah yang memiliki penghalang sinar matahari. Dengan adanya pelindung

atau shading device tersebut maka dengan menggunakan Diagram Matahari dan

sudut pembayangan, terdapat perbandingan berikut:

Gambar II.7 Skema radiasi matahari melalui kaca jendala

Gambar II.8 Skema penerapan shading device (diluar dan didalam bangunan) terhadap

radiasi matahari

Sumber. Sukawi. 2010. Kaitan Desain Selubung Bangunan terhadap Pemakaian Energi dalam Bangunan (Studi Kasus Perumahan Graha Padma Semarang)

Untuk mengurai radiasi panas dan kesilauan dari sinar matahari, dapat

dilakukan dengan salah satunya yatu penyaringan (filtering) untuk memperlembut

sinar matahari, terutama pada siang hari agar radiasi panas matahari tidak mudah

diminimalisir sehingga kenyamanan di dalam ruangan terkait dengan suhu ruang

dalam menjadi lebih seimbang dan tidak terlalu menyilaukan.

Sistem termal (thermal system) dalam bangunan dapat dijelaskan bahwa

selalu terjadi keseimbangan termal antara dalam bangunan dan luar bangunan.

Untuk mencapai kondisi nyaman, maka kondisi termal dalam bangunan harus

seimbang (Szokolay, 1980).

30

Rumus:

Keterangan:

Qi : Internal Heat Gain Panas yang timbul dari dalam ruangan (dari tubuh

manusia , artificial lighting, alat-alat elektronik)

Qs : Solar Heat Gain Panas yang masuk akibat radiasi matahari

Qc : Conduction Heat Panas akibat konveksi dan konduksi/transmisi

Qv :Ventilation Heat Panas akibat aliran udara ventilasi

Qe : Evaporation Cooling Pendinginan evaporatif

Qm : Mechanical Heating Untuk active control

II.2.4 Definisi Fasade Shading Device

Fasade shading device adalah perangkat shading atau penghalang

eksternal yang tergabung dalam fasade bangunan untuk membatasi keuntungan

panas internal yang dihasilkan dari radiasi matahari.

Sistem yang diterapkan menggunakan material pilihan yang disesuaikan

dengan topik tema proyek yaitu mengusung arsitektur hijau, sistem yang terdiri

dari dua kulit fasade utama dan fasade shading device ditempatkan sedemikian

rupa sehingga udara mengalir di rongga antara. Terlepas dari jenis ventilasi di

dalam rongga asal dan tujuan dari udara dapat berbeda tergantung sebagian besar

pada kondisi iklim, penggunaan dan lokasi.

Qi + Qs ± Qv ± Qc ± Qm – Qe = 0

31

Aplikasi Fasade Shading Device :

Di Indonesia yang beriklim tropis basah, memiliki spesifikasi dan kriteria

khusus dalam mengaplikasikan sistem shading device fasade bangunan.

Aplikasi shading device di Indonesia harus memperhatikan karakteristik

iklim setempat, yaitu;

- Temperatur suhu udara siang hari 27°C – 32°C dan malam hari 21°C - 27°C

- Kelembaban 75% dengan kestabilan tekanan uap air 2500 – 3000 N/m2

- Curah hujan tinggi sekitar 1800 m/tahun

- Cahaya langit berawan sepanjang tahun sekitar 60-90%. Terang langit

dengan kuat pencahayaan 7000 cd/ m2

- Radiasi panas matahari tinggi sepanjang tahun 18-24 MJ/ m2 /hari

- Kecepatan angin rendah, 10 -15 km/jam

Teknologi bangunan berkembang sangat pesat dengan perubahan yang

sangat penting termasuk peningkatan pemakaian bahan bangunan seperti baja,

beton dan kayu. Namun semakin bermunculan pula peningkatan produk-produk

baru serta pengembangan teknologi material banguan saat ini. Tujuan

pengembangan bahan bangunan tersebut adalah mencari bahan bangunan baru

yang lebih murah, baik dalam hal pemasangan, pemeliharaan dan pengaruhnya

pada manusia dan lingkungan nanti.

Material Komposit Sebagai Fasade Shading Device

Bambu Komposit

Gambar II.9 Bambu Komposit

Sumber: http://indonesian-furnitures.com/tag/ramah-lingkungan/

Bambu komposit bisa diperhitungkan untuk menjadi bahan baku

pengganti kayu yang ramah lingkungan. Kayu hutan semakin mahal dan langka,

maka semakin maraknya bahan baku alternatif. Sementara itu, kebutuhan akan

32

material yang raman lingkungan akan selalu meningkat. Tanpa ada bahan baku

alternatif dari kayu hutan untuk material bangunan dan furniture, kebutuhan

kurang terpenuhi, harga emakin mahal fan bukan mustahil penggundulan hutan

liar semakin banyak.Alam akan semakin terancam.

Temuan dari Prof. Dr. Bambang Subianto, M.Sc, Kepala Pusat Inovasi LIPI,

Serpong, Tangerang, Provinsi Banten, perlu diperhitungkan. Temuan material

komposit ini telah dipatenkan, bambu komposit ini sekuat kayu jati atau baja dan

mampu bertahan sampai 25 tahun.

Hasil penelitian Balai Bahan Bangunan- Puslitbang Permukiman pada tahun

2007 menunjukkan bahwa, dengan menggunakan perekat resi (cara pres panas

atau dingin) atau semen, dapat dihasilkan suatu bahan bangunan komposit yang

mempunyai kekuatan tinggisehingga dapat menandingi kekuatan kayu. Produk

dari hasil penelitian ini berupa panel eksterior dan interior dengan berbagai bentuk

untuk konstruksi bangunan seperti dinding, langit-langit serta penutup atap atau

yang digunakan sebagai bahan furniture.

Manfaat

1. Menyediakan bahan bangunan laternatif dan memberdayakan masyarakat

melalui pengembangan UKM.

2. Menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat dan mendukung

program pembangunan yang berkelanjutan.

Keunggulan

1. Dimensi dapat disesuaikan dengan kebutuhan.

2. Memungkinkan dibuat tanpa sambungan.

3. Sifat mekanika tinggi.

4. Pengerjaan setara dengan bahan kayu.

Jenis Bambu Olahan

Parallam ; papan bambu lapis semi serat dibuat dengan cara memipihkan bambu

engan mesin pemipih sampai bentuk bambu berupa semi serat yang panjang.

Kemudian arah serat disusun saling menyilang.

33

Bambu Lapis : menyusun bersilangan tegak lurus lembaran venir yang diikat

dengan perekat, minimal tiga lapis (SNI,2000). Pemaangan venir dengan arah

saling tegak lurus dimaksudkan untuk mendapatkan kekuatan mekanis yang lebih

tinggi. Penyusutan lebih kecil sehingga menjadikan produk tersebut memiliki

stabilitas dimensi yang tinggi.

Wood Plastic Composite (WPC)

Gambar II.10 Aplikasi WPC di indoor dan outdoor bangunan

Sumber: http://www.grahacipta-trijaya.com/image/grmblad.JPG

WPC adalah campuran serat plastik dengan kayu ditambah bahan

pedukung lain, kemudian diolah menjadi rangkaian panel untuk aplikasi lantai,

dinding, plafon dan lain-lain. WPC dibuat dari PVC (polyvinyl chloride), serbuk

kayu, bambu hasil daur ulang dan bahan-bahan organik sebagai pengikat. Dengan

bahan-bahan tersebut, WPC merupakan produk ramah lingkungan dengan

durabilitas tinggi, tahan cuaca, api, air, serangga dan tidak mengandung racun.

Produk yang bisa didaur ulang untuk diproduksi kembali ini memiliki

ukuran panel berbeda dan bisa digunakan untuk ruang luar dan dalam. Dengan

mengabdopsi teknologi dari Jerman produk diklaim lebih tahan api dibanding

produk serupa lainnya. Ketika terjadi kebakaran pada panel, api hanya menyala di

satu titik dan tidak menyebar. Penampilan WPC menyerupai kayu asli sehingga

sangat cocok diterapkan pada bangunan yang mengedepankan dekorasi interior

dan ekterior alami. Tebal dan panjang masing-masing panel: dinding 3 - 28 mm

34

dan 50 -340 mm, lantai 12 mm dan 113 - 200 mm, plafon 8 - 45 mm dan 65 - 270

mm.

II.3 Studi Banding dan Studi Kasus

II.3.1 Studi Banding

Aston Cengkareng City Hotel, Cengkareng-Jakarta Barat

(Sumber: www.aston-internasional.com)

Lokasi

Terletak di kawasan Cengkareng Jakarta Barat, Aston

Cengkareng City Hotel hanya berjarak 20 menit berkendara

mobil dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta dan

dengan dengan kawasan bisnis niaga pusat kota. Letak

lokasi yang strategis menawarkan akses yang mudah ke berbagai penjuru tempat-tempat

yang menarik untuk dikunjungi di Jakarta (Bandara, RS, Mall, Golf Club, Waterboom).

Aston Cengkareng City Hotel merupakan gambaran hotel berbintang tiga dengan

mengusung konsep “a cool city” yang setara dengan penghargaan yang diberikan

berdasarkan Standar Pelayanan Terbaik. Hotel ini juga disebut “transit hotel” karena

diperutukan untuk kegiatan bisnis.

Akomodasi

Klasifikasi Kamar Hotel

Aston Cengkareng City Hotel, Cengkareng-Jakarta Barat

Junior Suite

Deluxe Room

Executive Suite

Superior

Fasilitas

Lobby

Indigo Cafe & Bar

Indigo Restaurant

35

Ballroom

Meeting Room swimming pool

Laporan Survei Lapangan Proyek Sejenis

Aston Cengkareng City Hotel, Cengkareng-Jakarta Barat

Hotel ini disebut city hotel karena letaknya di pusat kota Jakarta, yaitu di

kawasan Cengkareng, Jakarta Barat. Hotel ini juga termasuk jenis hotel transit, dilihat

dari klasifikasi berdasarkan lama waktu menginap. Lokasi hotel sangat strategis dan

mengambil lokasi tapak di dalam kawasan sentra bisnis Mutiara Taman Palem,

Cengkareng Jakarta Barat serta berbatasan dengan Perumahan City Resort. Letak tapak

berada di Hoek. Alamat: Jl. Outer Ring Road, Mutiara Taman Palem Blok C 1,

Cengkareng 11730 Jakarta Barat Indonesia.

Foto. Alur menuju hotel, memasuki gerbang masuk Perumahan City

Resort.

36

Foto. Skema batas-batas lingkungan hotel

Keadaan sekitar Tapak

Foto. Jalan utama di sisi Barat

hotel

Foto. Jalan samping di sisi

Selatan hotel

Foto. Main entrance dan drop-

off

Foto. jalur keluar kendaraan

37

Foto. Pintu masuk utama, menuju lobby hotel

Foto. shuttle bus yang disediakan hotel

Keadaan di dalam gedung Hotel Lobby (D floor)

Pos jaga di pintu utama

lobby lift lantai dasar

resepsionis & ruang tunggu

indigo cafe & bar

indigo restauran

toilet lantai dasar

Keadaan di dalam gedung Hotel Diamond Ballroom (6th floor)

lobby lift lt 6 (ballroom)

pintu meeting room lt 6 toilet lt 6

Keadaan di dalam gedung Hotel Rooms (1-5th floor)

lobby lift lt kamar hotel

lorong kamar hotel

taman interior ruangan

pintu tangga darurat

kamar hotel

jendela lorong

38

Amaris Hotel Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng-Jakarta Barat

(Sumber: www.amarishotel.com)

Lokasi

Berlokasi 5 menit menuju Bandara Internasional Soekarno-

Hatta. Hotel ini merupakan pilihan tepat untuk para

pelancong (travelers) yang dinamis dengan akses dari dan

menuju akomodasi transportasi udara (Bandara).

Desain konsep hotel mengusung tema modern, minimalis namun menghadirkan energi

yang kuat dari warna yang di aplikasi pada desain hotel.

Akomodasi

Memiliki 118 Kamar (Smart Room).

Kamar Hotel Amaris Hotel Bandara Soekarno-Hatta,

Cengkareng-Jakarta Barat

Fasilitas

� 118 Smart rooms,LCD TV, Wi-Fi internet access, Safe Deposit Box in every room,

Next to Roda Padati Restaurant, Parking area

Hotel Transit, Mumbai India

(Sumber: www.hoteltransit.in)

Lokasi

39

Hanya 500 m (3menit) dari Mumbai’s Domestic Airport, Hotel Transit berlokasi

strategis untuk bisnis, wisatawan dan tempat transit para pelancong.

Dapat menuju jalan raya kota yang hanya 100 meter, Hotel Transit sangat strategis

untuk para tamu dengan tujuan bisnis di pinggiran kota dan kota Mumbai Utara.

Akomodasi Transportasi Terdekat Transit Hotel, Mumbai-India

Jalur Darat (Road) Dekat dgn 2 kota terbesar; - Bandra-Kurla Complex (BKC) berjarak 6 km ke Selatan (15 menit berkendara dengan mobil). - Goregaon’s NSE berjarak 6 km ke Utara (15 menit berkendara dengan mobil).

Jalur Kereta (Rail) Stasiun Andheri hanya 2,5 km dari lokasi Hotel Transit. Stasiun ini merupakan tempat pemberhentian semua jalur kereta (terminal). Stasiun Vile Parle berjarak 1 km.

Jalur Udara (Air) Bandar udara domestik sangat dekat dengan lokasi Hotel Transit yang hanya berjarak 500 meter. Bandar udara internasional berjarak 4,5 km (15 menit berkendara dengan mobil).

Akomodasi

Hotel Transit memiliki 54 kamar di 6 lantai yang telah dirancang ulang dengan fungsi

modern dan estetika sebagai nilai inti.

Klasifikasi Kamar Hotel Transit Hotel, Mumbai-India

Club Suite

Club Room Deluxe Room Family Room

Fasilitas

Lobby

Restaurant

Meeting Room

Praktek Ekologis Pada Transit Hotel Mumbai India

40

Eko-Praktek Penerapan

Kendali Konversi

untuk CFL

Hemat energi CFL (Compact Florescent Lighting) telah

menggantikan energi tungsten dan lampu halogen di seluruh

area hotel, termasuk ruang operasional dan staf. CFL

menyediakan energi 5 kali (menggunakan 1/3 energi) lebih

terang dibanding bohlam konvensional.

Pendekatan

Pencahayaan Pada

Area Publik

Area publik (toilet, lobi, lift, koridor dll) dilengkapi dengan

sensor infra-merah. Penurunan signifikan dalam konsumsi

energi telah dicapai oleh sensor yang meningkatkan

pencahayaaan dari stand by mode hanya ketika area tersebut

digunakan.

Kunci Tag Teknologi tag kunci telah di tingkatkan di semua kamar

dimana daya alih penguncian instan aka di hapus.

Menggunakan sistem saveable dengan waktu penundaan 10

detik.

Heat Repellent

Gorden, Windows

Penghematan energi di wujudkan dalam penggunaan AC

dalam setiap kamar hotel, dengan menggunakan tirai gorden

dengan bahan yang lebih tebal. Mencegah panas dari luar

memasuki ruangan sehingga membutuhkan sedikit energi

AC untuk pendingin ruangan.

Hemat Penggunaan

Kertas

Mengurangi konsumsi kertas dengan tidak menggunakan

banyak brosur, flyer untuk promosi hotel, melainkan

menggunakan teknologi email, WC band dll.

Daur Ulang Sampah

Basah

Sampah basah biodegradable dikompos secara langsung di

taman-taman di dalam dan sekitar Hotel Transit, untuk

meminimalkan penggunaan pupuk kimia.

Drainase Melindungi

Air Tanah

Saluran pembuangan drainase dirombak dan di pasang ulang

dengan lapisan pelindung untuk mencegah kontaminasi

dengan air tanah.

Mengurangi

Penggunaan Air

Kota

Sumur resapan yang disediakan di kota digunakan sebaik-

baiknya untuk melestarikan sumber daya alam yang

berharga, yaitu air.

41

Inisiatif Hijau 1. Tanman yang indah dan merambat tumbuh di kedua sisi

bangunan.

2. Permukaan eksteriot dilapisi oleh isolasi termal untuk

mengurangi penyerapan panas ke bangunan dan

pemborosan listrik (pemakaian AC dan lampu).

DIharapkan penghematan energi sebesar 20% untuk

sistem kompresor.

3. Panen air hujan di berbagai titik lokasi sekitar Hotel

Transit. Semua tujuannya penampungan air hujan untuk

keperluan umun sehingga mengurangi pemborosan

penggunaan air kota.

4. Seluruh fasade hotel di desain ulang dengan gaya

arsitektur art deco, menggunakan warna-warna yang

selaras dengan alam (warna tanah, natural).

II.3.2 Kesimpulan Studi Banding

Studi Banding

Aston Hotel (Cengkareng,

Jakbar)

Amaris Hotel (Cengkareng,

Jakbar)

Transit Hotel (Mumbai,India)

Tampak

Lokasi Jl. Outer Ring Road,

Mutiara Taman Palem Blok C 1,

Cengkareng 11730 Jakarta Barat

Indonesia

Jl. Husein Sastranegara No.1

Benda, Tangerang, 15125 Indonesia

Nehru Road Ext., Vile Parle (East), Near Domestic

Airport, Bandara Domestik Santa

Cruz, Mumbai, India 400099

Fasade Modern Kontemporer

Modern Minimalis Art Deco

Konsep offers a cool city ambience with our

award winning service standards.

modern, minimalist but with an energy that comes from a

vibrant color scheme.

The orange colour is the Symbol of our

Hotel which symbolizes Energy, Zest, Entthusiasm

42

and Creativity. Status Hotel Business & leisure Business & leisure Business & leisure

Bintang *** ** *** Luas Area (data kurang

lengkap) 2022 m2 (data kurang

lengkap) Pengelola Aston International

Hotel Santika Indonesia hotel and Resort

Swasta

Fasiltas - Lobby - Cafe & bar - Restaurant

- Meeting room (7 rooms)

- Grand ballroom - outdoor swimming pool

� 118 Smart rooms � LCD TV

� Wi-Fi internet access

� Safe Deposit Box in every room

� Next to Roda Padati

Restaurant � Parking area � Major credit

cards

- Lobby - Restaurant

- Meeting room.

Letak lokasi Kawasan sentra bisnis Mutiara Taman Palem,

Cengkareng Jakbar

Kawasan Bandara Internasional

Soekarno-Hatta

Kawasan Bandara Domestik Santa

Cruz, India

Parkir Outdoor parking & Basement

Outdoor parking 50 car unit

Outdoor parking

Kondisi lingkungan

Nyaman, aman Nyaman, aman, sangat strategis

Nyaman, aman, sangat strategis

Jumlah lapis 7 lapis 5 lapis 6 lapis Jumlah Kamar

156 kamar 118 kamar 54 kamar

Tipe kamar Junior Suite(12) Deluxe Room(6)

Executive Suite(4) Superior(131) handicapped

guests(3)

Smart room (118) Club Suite Club Room

Deluxe Room Family Room

Harga Mulai dari Rp422.000 untuk kamar superior

Mulai dari Rp. 360.000 / malam

Rs. 5,000/- sampai dengan Rs. 9,000/-

Sirkulasi vertikal

Lift, tangga, ramp Lift & tangga Lift, tangga, ramp

Pengudaraan AC AC AC Pencahayaan Jendela mati lorong

kamar hotel, jendela tiap kamar, skylight,

lampu fleuresent

(tidak survei lapangan)

(tidak survei lapangan)

43

Material Bangunan:batu bata, beton cor. finishing

cat. Atap: dak beton, rangka baja lapis

fiberglass (skylight).

Bangunan:batu bata, beton cor. finishing

cat. Atap: dak beton.

Bangunan:batu bata, beton cor. finishing

cat. Atap: dak beton.

Fasilitas transportasi

khusus

Shuttle bus menuju Bandara

International Soekarno-Hatta.

Shuttle mini-van menuju Bandara

International Soekarno-Hatta.

Shuttle mini-van menuju Bandara

Kesimpulan

Sebuah hotel transit memiliki batasan fasilitas dan jumlah kamar hotel yang terkait

dengan jumlah lapis bangunan hotel tersebut. Fasilitas sebuah hotel transit khusus

untuk kebutuhan seperti fasilitas untuk kegiatan bisnis seperti meeting room serta

ballroom untuk menggelar suatu pertemuan yang dapat menampung banyak

pengunjung.

Jenis pengunjung hotel transit yaitu para pebisnis yang biasanya dalam kelompok

kecil maupun individu dengan waktu menginap yang singkat.

Pada dasarnya Hotel Transit dapat digabungkan dengan jenis hotel lain tergantung

dengan lokasi dan jenis kegiatan pengunjung, menjadi kriteria city hotel maupun

business hotel. Dengan penggabungan jenis hotel tansit dengan jenis hotel lain,

maka dari segi fasilitas juga mengalami beberapa penambahan; seperti adanya

kolam renang dan fasilitas-fasilitas bersifat rekreasi lainnya.

III.2.3 Studi Kasus

Graha Wonokoyo

Informasi Data:

Lokasi : Jl. Taman Bungkul 1-3-5-7, Surabaya

Fungsi : Kantor

Luas Lahan/ Bangunan: 1.854 m2 / 7.121 m2

Ketinggian : 10 lapis

Arsitek : Ir. Jimmy Priatman, M.Arch

Sebuah bangunana kantor dengan menggunakan pendekatan arsitektur

kolonial karena situs konservasinya. Bangunan dirancang vertikal secara bertahap

44

dengan 2 lantai depan dialokasikan sebagai gedung resepsi khas arsitektural kolonial di

kawasan tersebut.

Bangunan terdiri dari 3 massa:

Gambar II.11 Zoning Ruang dan Massa Bangunan

Sumber. Majalah I-Arch, edisi 3, 2006

Tata letak Graha Wonokoyo erat mengikuti konsep yang diuraikan diatas dan

dibagi menjadi 3 zona. Pada sisi Barat sebagai penghalang termal, digunakan sebagai

ruang tunggu, ruang pertemuan dan pelayanan publik. Sisi Utara digunakan sebagai

ruang outdoor untuk unit AC, pantry dan ruang pengisian zona utama terletak di sisi

Selatan dan Timur.

Kriteria Bangunan Green Architecture:

Hemat Energi: Dicapai dengan penggunaan material hemat energi dan manajemen

energi didalam bangunan.

Bekerja dengan Iklim: Site menghadap dan memanjang dari barat-timur akan

mempengaruhi fasade dan selubung bangunan.

Respek terhadap calon pengguna: Layout ruang menyesuaikan dengan fungsi

sebagai kantor sewa yang mencerminkan efisiensi ruang.

Bekerja dengan tapak terpilih: Bangunan ini berusaha untuk menyelaraskan diri

dengan lingkungannya yang berupa bangunan konservasi arsitektur kolonial.

Prinsip Green Architecture:

Building Envelope

Menggunakan perhitungan OOTV (Overall Thermal Transfer Value) untuk

membatasi radiasi panas pada selubung bangunan.

45

Selubung bangunan merespon arah matahari. Pada bagian utara full dengan

material kaca, sedangkan fasad selatan berupa kisi-kisi material cladding.

Green Structure

Struktur utama konstruksi beton bertulang, dan struktur atap konstruksi baja. Pemilihan

struktur tersebut didasarkan untuk menghindari kerusakan pada bangunan perumahan

yang padat di sekitar bangunan.

Green Material

Untuk mewujudkan perpaduan yang sinergis antara citra monumental dengan kriteria

hemat energi, material dinding dipilih dari bahan metal cladding exindal, high

performance glass exstoposal dilapisi kaca film pada sisi barat, dan pada bangunan

penerima dipilih granit dan panel alumunium.

Gambar II.12 Green Material Graha Wonokoyo

Sumber. Majalah I-Arch, edisi 3, 2006

Tingginya tingkat radiasi dari Utara dan Barat dibandingkan arah lainnya (Utara:

40-100 kWh/m2, Barat: 80-120 kWh/m2, Selatan: 30-40 kWh/m2, Timur 40-50

kWh/m2), kinerja kaca berkualitas dengan tingkat koefisien shading rendah dipilih

untuk mengurangi beban pendngin dari sistem AC. Pencahayaan alami ruang terbuka

dengan rata-rata 10.000 lux untuk wilayah Indonesia. Sistem AC menggunakan

Variable Refrigerant Volume (VRV) yang memberikan pendinginan ruangan di setiap

lantai dengan pengurangan biaya operasional.

Bahan untuk fasad yang dipilih secara cermat untuk menurunkan panas didalam

ruangan, yaitu kombinasi dari metal cladding dan kaca V-cool berkualitas tinggi di sisi

Gambar II.13Metal Cladding Gambar II.12High Perform V-

cool Glass

46

Sumber. Google Search Image Sumber. Google Search Image

Shatin Government Office, Hongkong

Informasi Data:

Lokasi : 1 Sheung Wo Che Road, Sha Tin, Hongkong

Fungsi : Gedung Pemerintahan dan kantor

Tahun dibangun : July 1999 – November 2001

Luas Bangunan: 33.800 m2

Ketinggian : 16 lapis

Arsitek : Hong Kong Construction Holding Ltd

Sumber: www.beamsociety.org.hk

Menerapkan DSF dengan sistem “internal air curtain”

Menerapkan dan menggunakan arsitektur lingkungan berkelanjutan pada

bangunan yang mendapatkan peringkat menurut para ahli di Hongkong, yaitu

mendapatkan penghargaan HK-BEAM berdasarkan bangunan yang berkelanjutan.

Salah satu pertimbangan utama adalah desain fasade yang digambarkan dibawah ini.

Pada selubung bangunan dengan tujuan perancangan untuk mengurangi panas

matahari dan memaksimalkan pencahayaan penetrasi pada ruangan. Pada sisi Utara

dimana pencahayaan matahari yarus diredam, fasade sistem dinding tirai kaca tunggal

diterapkan. Gambar dibawah ini menunjukkan desain sirip vertikal pada pada dua tepi

bangunan. Sirip beton sengaja dirancang untuk memblokir langsung sinar matahari yang

memasuki gedung. Instalasi tersebut juga didirikan pad fasade sisi Selatan.

Gambar II.13 Skema pancaran sinar matahari ke dalam bangunan

47

Pada sisi Timur dan Barat, dinding tirai kaca ganda diterapkan dengan penetrasi

siar ke dalam bangunan kurang dari 50%. Panas matahari dibangun di atas jendela.

Desain meminimalkan beban pendinginan kebutuhan dimana mendapatkan panas

matahari menjadi berkurang, akibatnya tercipta kenyamanan di dalam bangunan

tersebut.

Gambar II.14 Skema penggunaan double glass pada kac jendela

Pada sisi Selatan, disamping sirip beton vertikal, perangkat shading horizontal

juga diterapkan. Menerapkan sistem kaca ganda dengan OTTV secara keseluruhan serta

sebagai konsumsi energi dengan sistem AC yang relatif lebih rendah daripada

rancangan bangunan lain.

48

Gambar II.15 Skema penggunaan shading device pada bangunan

Office Building in Istambul

Informasi Data:

Arsitek: Tago Architects

Lokasi: Istambul, Turkey

Fungsi bangunan: Kantor

Luas Lahan/ Luas Bangunan:

1.139 m2/ 2.182 m2

Konstruksi Tahun: 2010

Sumber: www.archdaily.com

Ruang diantara panel kayu dengan fasade kaca, berubah menjadi teras yang

menyediakan kondisi udara alami. Sisi utara fasade yang merupakan sisi yang

menghadap ke kompleks perumahan, dirancang lebih transparan untuk melihat dengan

mudah konstruksi situs untuk pengunjung. Dengan kombinasi geometris tajam dari

bahan batu alam, kaca dan kayu, menciptakan karakter umum dari bangunan dan ini

cirri karakteristik yang tercermin pada desain lansekap.

QuickTime™ and a decompressor

are needed to see this picture.

49

QuickTime™ and a decompressor

are needed to see this picture.

QuickTime™ and a decompressor

are needed to see this picture.

QuickTime™ and a decompressor

are needed to see this picture.

II.2.4 Kesimpulan Studi Kasus

Berbagai macam sistem dan pengaplikasian pada fasade bangunan terdapat

sebagai salah satu cara untuk mewujudkan pemahaman bahwa arsitektur harus dapat

mewujudkan kebutuhan manusia. Tujuan pengaplikasiannya pun dapat memenuhi

berbagai macam aspek, yaitu;

- sebagai penghalang radiasi panas matahari namun memaksimalkan cahaya matahari

sebagai penerangan alami ke dalam bangunan,

- menurunkan beban energi yang dapat ditekan dari konsumsi energi yang dipakai

dalam bangunan;

- sebagai bangunan komersial memberikan desain fasade yang menarik dari segi

estetika.

Penerapan sistem Fasade shading device maupun pengolahan fasade (seperti;

pemakaian material dan pengolahan bentuk fasade) sangat dipengaruhi oleh kondisi

iklim setempat. Maka untuk menerapkan sistem yang cocok pada fasade, terlebih

dahulu harus disesuaikan dengan iklim setempat serta kondisi lingkungan tapak itu

sendiri.

II.2.5 Tinjauan Terhadap Tapak

A. Peraturan dan Data Tapak

Gambar II.16 RUTRK Tapak

50

Sumber. Tatakota Jakarta

Lokasi Tapak : Jalan Jalan Tol Lingkar Luar,

Cengkareng Barat- Jakarta Barat

Letak Geografis : 6o08’25.15”S(LS), 106o43’50.48”E(BT)

Luas Lahan : 8.570 m2

KDB : 55% x 8.570 m2= 4.713,5 m2

KLB : 3 x4.713,5 m2 = 14.140,5 m2

Ketinggian Lantai maksimal : 8 lapis

Peruntukan Lahan : Kkt (Karya kantor) / Kpd (Karya perdagangan)

GSB : Utara (10 m), Timur (8 m), Barat (10 m)

Lebar Jalan : Barat (12 m)

Iklim Lokasi :

Kecepatan Angin per tahun : 10-15 km/jam pada sisi Barat Daya.

Gambar II.17 Diagram Kecaptan dan frekuensi angin per tahum

51

Sumber. sistem pengukuran wind-rose

Batas-batas Tapak :

Utara : Mall Taman Palem

Selatan : Lahan Kosong

Timur : Kompleks Ruko Mutiara Taman Palem

Barat : Perumahan Taman Palem Lestari

Gambar II.17. Batas-batas Tapak

Sumber. Google Earth

Status Kepemilikan Tapak :

52

Tapak merupakan lahan kosong yang berupa kebun kosong yang dimiliki oleh

individu.

B. Fungsi Sekitar Tapak

Gambar II.18. Fungsi Sekitar Tapak

Tapak berbatasan langsung dengan pusat rekreasi keluarga dan

perbelanjaan yaitu Mall Taman Palem, serta fungsi-fungsi sekelilingnya yang

merupakan pusat perniagaan menengah berupa ruko. Ruko tersebar di sebelah

Timur dan Utara tapak. Tapak berada di sebelah Timur dari ruas tol yang

menghubungkan Cengkareng Bandara sampai ke Kembangan. Tapak juga dekat

dengan pusat permukiman masyarakat berupa perumahan menengah ke atas.

C. Kondisi Sosial

Kecamatan Cengkareng terletak di kotamadya Jakarta Barat. Secara

administratif daerah seluas 27,93 km2 ini dibagi menjadi 6 kelurahan dan dihuni

oleh 85.399 kepala keluarga. Khususnya di lokasi tapak yaitu Kelurahan

Cengkareng Barat memiliki luas 4,26 km2 dan dihuni oleh 12.960 kepala

keluarga. Keadaan di kawasan ini sebagian mesar masyarakatnya adalah pedagang

(wirausaha) terlihat dari sepanjang pinggiran jalan yang terdapat pertokoan usaha

masyarakat. Masyarakatnya beragam, mulai dari yang perekonomian rendah yang

berada dalam kawasan kumuh Cengkareng sampai masyarakat menengah atas

yang bertempat tinggal di sejumlah perumahan yang berkembang di Cengkareng

Barat. Kawasan ini terus bertumbuh kembang menjadi kawasan niaga dan

permukiman yang semakin maju karena penawaran lokasi yang strategis dengan

53

adanya akses ruas jalan Tol yang dapat menghubungkan kawasan ini dengan

batasan kawasan lainnya, terutama dekat dengan Bandara Internasional Soekarno-

Hatta. Juga terdapat alat transportasi lintas antar kota yaitu Stasiun Rawa Buaya.

D. Potensi dan Kendala Tapak

Potensi Kendala

- dekat dengan pusat bisnis dan

perbelanjaan

- berbatasan langsung dengan ruas

jalan TOL

- akses cepat ke Bandara

- akses pencapaian ke tapak mudah

- orientasi tapak ke arah panas matahari

sore (sisi Barat)

- bising karena berbatasan langsung

dengan jalan utama dan ruas jalan TOL

- kondisi lingkungan yang padat mobilitas

- akses pencapaian ke tapak hanya satu

arah, tidak ada alternatif jalur lain