BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI - …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-01122-AR...

download BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI - …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-01122-AR Bab2001.… · dan presentasi Interior. Maksud ... sehingga sangat baik bagi anak

If you can't read please download the document

Transcript of BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI - …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-01122-AR...

  • 9

    BAB II

    TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI

    2.1 TINJAUAN UMUM

    2.1.1 Gambaran Universitas Bina Nusantara

    Binus University pada awalnya adalah sebuah lembaga pendidikan

    komputer jangka pendek yang berdiri pada tanggal 21 Oktober 1974 dengan

    nama Modern Computer Course. Berkat landasan yang kuat, visi yang jelas, dan

    dedikasi tinggi yang berkesinambungan, lembaga ini terus berkembang. Pada

    tanggal 1 Juli 1981, karena banyaknya peminat dan pesatnya pertumbuhan,

    lembaga pendidikan komputer ini berkembang menjadi Akademi Teknik

    Komputer (ATK) dengan jurusan Manajemen Informatika dan Teknologi

    Informasi. Tiga tahun kemudian, tepatnya pada tanggal 13 Juli 1984, ATK

    mendapat status Terdaftar dan berubah menjadi Akademi Manajemen

    Informatika dan Komputer (AMIK) Jakarta. Kemudian pada tanggal 1 Juli 1985,

    dibuka jurusan Komputerisasi Akuntansi, dan pada tanggal 21 September 1985,

    AMIK Jakarta berganti nama menjadi AMIK Bina Nusantara.

    Dalam usia mudanya, sebuah prestasi emas ditoreh AMIK Bina

    Nusantara dengan terpilih sebagai Akademi Komputer Terbaik oleh Depdikbud

    melalui Kopertis Wilayah III Jakarta pada tanggal 17 Maret 1986. Berkat makin

    meningkatnya kebutuhan masyarakat akan tenaga-tenaga andal dalam bidang

    teknologi informasi, pada tanggal 1 Juli 1986, Sekolah Tinggi Manajemen

    Informatika dan Komputer (STMIK) Bina Nusantara didirikan dengan Program

    Strata-1 (S1) jurusan Manajemen Informatika dan Teknik Informatika.

    Bersamaan dengan itu juga dibuka jurusan Teknik Komputer (S1). Pada tanggal

    9 November 1987, AMIK Bina Nusantara dilebur ke dalam STMIK Bina

    Nusantara sehingga terbentuk sebuah lembaga yang menyelenggarakan Program

    Diploma III (DIII) dan Strata-1 (S1). STMIK Bina Nusantara berhasil

    memperoleh status "Disamakan" untuk semua jurusan dan jenjang pada tanggal

    18 Maret 1992, dan pada tanggal 10 Mei 1993 mendapat kepercayaan untuk

  • 10

    membuka Program Magister Manajemen Sistem Informasi, salah satu Program

    Pascasarjana pertama di Indonesia di bidang tersebut.

    Pada tanggal 8 Agustus 1996, Binus University berdiri dan secara sah

    diakui oleh pemerintah. STMIK Bina Nusantara kemudian melebur ke dalam

    Binus University pada tanggal 20 Desember 1998, sehingga memiliki beberapa

    fakultas diantaranya adalah fakultas ilmu komputer, fakultas ekonomi, fakultas

    teknik, fakultas sastra, fakultas MIPA, dan program pascasarjana.

    2.1.2 Gambaran Sekolah dan Studi Arsitektur

    Definisi Sekolah

    Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI3), sekolah adalah

    bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan

    memberi pelajaran (menurut tingkatannya), watu atau pertemua ketika murid

    diberi pelajaran, usaha menuntut kepandaian.

    Definisi Sekolah Arsitektur

    Arsitektur adalah ilmu dan seni merancangan bangunan. Menurut

    Vitruvius dalam bukunya yang berjudul De Architectura, bangunan yang baik

    seharunya memiliki 3 aspek yaitu Estetika (Venustas), kekuatan (Firmitas), dan

    kegunaan (Utilitas), arsitektur dapat dikatakan sebagai penyeimbang dan

    kooordinator antara ketiga aspek tersebut. Bila diterkaitkan dengan sekolah

    maka sekolah arsitektur merupakan wadah bagi mahasiswanya untuk belajar

    merancangan bangunan dengan berbagai bidang multi-disiplin termasuk

    diantaranya matematika, sains, seni, teknologi, humaniora, politik, sejarah,

    filsafat, dan lain-lain. Dalam proyek ini, Pembangunan sekolah arsitektur akan

    menjadikan jurusan arsitektur binus berubah menjadi fakultas yang berdiri

    sendiri dengan berbagai peminatan penjurusan di dalamnya.

    Kurikulum

    Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,

    isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman

  • 11

    penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan

    tertentu (Pendidikan dan Latihan Profesi Guru,2006).

    Dikenal dalam reputasi yang baik dalam hal Teknologi Informasi,

    Universitas Binus pun memiliki jurusan arsitektur yang tidak lepas dari muatan

    teknologi informasinya, baik itu dalam tahap proses desainnya ataupun dalam

    proses pembangunannya. Sejalan dengan pengembangan teknologi informasi

    yang dikembangkan di jurusan arsitektur, beberapa perusahaan besar dewasa ini

    memerlukan karyawan yang menguasai teknologi informasi. Tiap arsitek harus

    menguasai baik desain arsitektur maupun teknologi informasi. Kecakapan-

    kecakapan dasar pada program studi arsitektur mempunyai pendekatan yang

    berbeda dalam kurikulum di mana teknologi informasi dimanfaatkan semaksimal

    mungkin dan harus dikuasai oleh tiap lulusan. Kurikulum itu didasarkan pada

    Kurikulum Nasional dan Kriteria Kompetensi menurut studi banding dengan

    beberapa Perguruan Tinggi di luar negeri. Di samping itu untuk menanggapi

    kebutuhan fasilitas perumahan di kotakota besar, Jurusan Arsitektur Binus juga

    menambahkan "pembangunan perumahan" sebagai suatu bagian dari kurikulum.

    Seluruh kurikulum didukung oleh sistem MCL (Multi Channel Learning), maka

    siswa dapat dengan mudah belajar, secara sistematis, variatif, dan terintegrasi

    dengan Binusmaya.

    Program Inti

    Program studi arsitektur dikelompokkan ke dalam tiga kelompok untuk

    memaksimalkan efektivitas dari tiap hal. Pokok materi yang tercakup di

    kelompok ini adalah Perencanaan dan Perancangan, Teknologi Bangunan, Teori

    dan Komunikasi Arsitektur.

    Program Pilihan

    Sasaran dari kelompok adalah ini untuk mendukung para siswa dengan

    pengetahuan dan ketrampilan-ketrampilan yang diperlukan oleh bisnis dan

    industri. Materi untuk kelompok ini akan selalu disesuaikan dengan tuntutan

    pasar terkini, sehingga para lulusan disiapkan untuk berkompetisi dalam pasar

    dunia kerja.

  • 12

    Peminatan

    Di dalam penjurusan terdapat tiga pilihan konsentrasi, yaitu :

    1. Aplikasi Komputer

    Pembelajaran Aplikasi Komputer diperkaya dengan basis Teknologi

    Informasi, Multimedia dan perangkat lunak yang berhubungan dengan

    arsitektur (Auto CAD, 3d-Max, Revit, Rhino, Sketch-Up, ArchiCAD,

    Ecotect, Adobe). Pengetahuan ini, memberi kemampuan mengembangkan

    rancangan dengan memanfaatkan Teknologi Informasi. Pilihan ini

    menyiapkan para siswa untuk menjadi arsitek profesional dengan ketrampilan

    Teknologi Informasi.

    2. Interior

    Pembelajaran Interior akan diperkaya dengan modul-modul materi Interior

    dan presentasi Interior. Maksud dari peminatan ini, adalah untuk menguasai

    cara menciptakan suasana nyaman bagi pemakai ruang. Tujuannya adalah

    untuk untuk menyiapkan para siswa menjadi arsitek profesional dengan

    wawasan Interior yang baik.

    3. Real Estate

    Pembelajaran Real Estate diperkaya dengan program pembangunan

    perumahan. Tujuan dari peminatan ini adalah untuk menyiapkanan siswa

    menjadi arsitek profesional dengan wawasan perumahan.

    Berikut adalah kurikulum arsitektur yang sudah diterapkan di Binus University :

    1. Semester 1 berisi mata kuliah pengantar arsitektur, estetika, teknik

    komunikasi arsitektur, mdetode perancangan arsitektur, perancangan

    arsitektur I, bahasa inggris dan character building I

    2. Semester 2 berisi mata kuliah bahasa inggris II, komputasi design I, teknologi

    banhan, perancangan arsitektur II, arsitektur tradisional, teknologi bangunan

    I, dan character building II

    3. Semester 3 berisi mata kuliah bahas inggris III, komputasi desain II,

    perancangan tapak , perancangan arsitektur III, arisktetur modern, teknologi

    bangunan II, dan perilaku dalam arsitektur

  • 13

    4. Semester 4 berisi mata kuliah character building III, entrepreneurship,

    arsitektur tropis, perancangan arsitektur IVdan teknologi bangunan III.

    Kemudian akan dilakukan pembukaan kelas peminatan yaitu real estate,

    digital arsitektur, dan interior dengan mata kuliah peminatan khusus.

    5. Semester 5 berisi character building IV, fisika bangunan, perancangan

    arsitektur V, utilitas, dan teknologi bangunan IV serta mata kuliah khusus

    kelas peminatan

    6. Semester 6 berisi arsitektur perkotaan, menegemen proyek, arsitektur

    berkelanjutan, metode penelitian arsitektur, dan mata kuliah peminatan.

    7. Semester 7 berisi mata kuliah seminar, kota dan pemukiman serta proses

    kerja praktek

    8. Semester 8 hanya berisi tugas akhir

    Ruang Kelas

    Ruang kelas adalah suatu ruangan tempat kegiatan belajar mengajar

    dilangsungkan. Dalam sekolah arsitektur Binus terdapat kelas-kelas diantaranya

    yaitu:

    1. Kelas teori, kelas yang digunakan untuk mata kuliah yang bersifat teori

    Foto 2.1.1. Kelas teori binus.

    Sumber : Dokumentasi Pribadi

    2. Kelas studio, kelas yang berisi meja khusus untuk menggambar.

  • 14

    Foto 2.1.2. Kelas StudioArsitektur

    Sumber : Dokumentasi Pribadi

    3. Lab komputer, kelas yang digunakan untuk pembelajaran yang menggunakan

    komputer.

    Foto 2.1.3. Laboratorium komputer

    Sumber : Dokumentasi Pribadi

    2.1.3 Gambaran Sekolah Berasrama

    Menurut Sutrisno Muslimin (2008), seorang dosen ilmu sosial

    Universitas Negeri Jakarta, Sekolah Berasrama adalah alternatif terbaik buat

    para orang tua menyekolahkan anak mereka dalam kondisi apapun. Selama 24

    jam anak hidup dalam pemantauan dan control yang total dari pengelola, guru,

    dan pengasuh di seklolah-sekolah berasrama. Anak betul-betul dipersiapkan

    untuk masuk kedalam dunia nyata dengan modal yang cukup, tidak hanya

    kompetensi akademis, tapi skill-skill lainnya dipersiapkan sehingga mereka

    mempunyai senjata yang ampuh untuk memasuki dan manaklukan dunia ini. Di

  • 15

    sekolah berasrama anak dituntut untuk dapat menjadi manusia yang

    berkontribusi besar bagi kemanusiaan. Oleh sebab itu dukungan fasilitas terbaik,

    tenaga pengajar berkualitas, dan lingkungan yang kondusif harus didorong untuk

    dapat mencapai cita-cita tersebut. Ada beberapa keunggulan Boarding School

    jika dibandingkan dengan sekolah regular yaitu:

    1. Program Pendidikan Paripurna

    Umumnya sekolah-sekolah regular terkonsentrasi pada kegiatan-

    kegiatan akademis sehingga banyak aspek hidup anak yang tidak tersentuh.

    Hal ini terjadi karena keterbatasan waktu yang ada dalam pengelolaan

    program pendidikan pada sekolah regular. Sebaliknya, sekolah berasrama

    dapat merancang program pendidikan yang komprehensif-holistic dari

    program pendidikan keagamaan, academic development, life skill(soft skill

    dan hard skill) sampai membangun wawasan global. Bahkan pembelajaran

    tidak hanya sampai pada tataran teoritis, tapi juga implementasi baik dalam

    konteks belajar ilmu ataupun belajar hidup.

    2. Fasilitas Lengkap

    Sekolah berasrama mempunyai fasilitas yang lengkap; mulai dari

    fasilitas sekolah yaitu kelas belajar yang baik(AC, 24 siswa, smart board,

    mini library, camera), laboratorium, clinic, sarana olah raga semua cabang

    olah raga, Perpustakaan, kebun dan taman hijau. Sementara di asrama

    fasilitasnya adalah kamar(telepon, TV, AC, Pengering Rambut, tempat

    handuk, karpet diseluruh ruangan, tempat cuci tangan, lemari kamar mandi,

    gantungan pakaian dan lemari cuci, area belajar pribadi, lemari es, detector

    kebakaran, jam dinding, lampu meja, cermin besar, rak-rak yang luas, pintu

    darurat dengan pintu otomatis. Sedangkan fasilitas dapur terdiri dari: meja

    dan kursi yang besar, perlengkapan makan dan pecah belah yang lengkap,

    microwape, lemari es, ketel otomatis, pembuat roti sandwich, dua toaster

    listrik, tempat sampah, perlengkapan masak memasak lengkap, dan kursi

    yang nyaman.

    3. Guru yang Berkualitas

  • 16

    Sekolah-sekolah berasrama umumnya menentukan persyaratan

    kualitas guru yang lebih jika dibandingkan dengan sekolah konvensional.

    Kecerdasan intellectual, social, spiritual, dan kemampuan paedagogis-

    metodologis serta adanya ruh mudarris pada setiap guru di sekolah

    berasrama. Ditambah lagi kemampuan bahsa asing: Inggris, Arab, Mandarin,

    dll. Sampai saat ini dalam penilaian saya sekolah-sekolah berasrama(boarding

    school) belum mampu mengintegrasikan guru sekolah dengan guru asrama.

    Masih terdapat dua kutub yang sangat ekstrim antara kegiatan pendidikan

    dengan kegiatan pengasuhan. Pendidikan dilakukan oleh guru sekolah dan

    pengasuhan dilakukan oleh guru asrama.

    4. Lingkungan yang Kondusif

    Dalam sekolah berasrama semua elemen yang ada dalam komplek

    sekolah terlibat dalam proses pendidikan. Aktornya tidak hanya guru atau

    bisa dibalik gurunya bukan hanya guru mata pelajaran, tapi semua orang

    dewasa yang ada di boarding school adalah guru. Siswa tidak bisa lagi

    diajarkan bahasa-bahasa langit, tapi siswa melihat langsung praktek

    kehidupan dalam berbagai aspek. Guru tidak hanya dilihatnya di dalam kelas,

    tapi juga kehidupan kesehariannya. Sehingga ketika kita mengajarkan tertib

    bahasa asing misalnya maka semuanya dari mulai tukang sapu sampai

    principal berbahasa asing. Begitu juga dalam membangun religius socity,

    maka semua elemen yang terlibat mengimplementasikan agama secara baik.

    5. Siswa yang heterogen

    Sekolah berasrama mampu menampung siswa dari berbagai latar

    belakang yang tingkat heteroginitasnya tinggi. Siswa berasal dari berbagai

    daerah yang mempunyai latar belakang social, budaya, tingkat kecerdasan,

    kempuan akademik yang sangat beragam. Kondisi ini sangat kondusif untuk

    membangun wawasan national dan siswa terbiasa berinteraksi dengan teman-

    temannya yang berbeda sehingga sangat baik bagi anak untuk melatih

    wisdom anak dan menghargai pluralitas.

    6. Jaminan Keamanan

  • 17

    Sekolah berasrama berupaya secara total untuk menjaga keamanan

    siswa-siswinya. Makanya, banyak sekolah asrama yang mengadop pola

    pendidikan militer untuk menjaga keamanan siswa-siswinya. Tata tertib

    dibuat sangat rigid lengkap dengan sangsi-sangsi bagi pelanggarnya. Daftar

    dosa dilist sedemikan rupa dari dosa kecil, menengah sampai berat.

    Jaminan keamanan diberikan sekolah berasarama, mulai dari jaminan

    kesehatan(tidak terkena penyakit menular), tidak NARKOBA, terhindar dari

    pergaulan bebas, dan jaminan keamanan fisik(tauran dan perpeloncoan), serta

    jaminan pengaruh kejahatan dunia maya.

    7. Jaminan Kualitas

    Sekolah berasrama dengan program yang komprehensif-holistik,

    fasilitas yang lengkap, guru yang berkualitas, dan lingkungan yang kondusif

    dan terkontrol, dapat memberikan jaminan kualitas jika dibandingkan dengan

    sekolah konvensional. Dalam sekolah berasrama, pintar tidak pintarnya anak,

    baik dan tidak baiknya anak sangat tergantung pada sekolah karena 24 jam

    anak bersama sekolah. Hampir dapat dipastikan tidak ada variable lain yang

    mengintervensi perkembangan dan progresivits pendidikan anak, seperti

    pada sekolah konvensional yang masih dibantu oleh lembaga bimbingan

    belajar, lembaga kursus dan lain-lain. Sekolah-sekolah berasrama dapat

    melakukan treatment individual, sehingga setiap siswa dapat melejikan bakat

    dan potensi individunya.

    2.2 TINJAUAN KHUSUS

    2.2.1 Pengertian Arsitektur Berkelanjutan

    Arsitektur berkelanjutan diibaratkan interseksiional dari 3 buah lingkaran

    yang menghubungkan permasalahan komunitas sosial, ekonomi, dan

    lingkungan, sebagaimananya yang dapat menyelesaikan ketiga permasalahan

    tersebut adalah seorang arsitek.

  • 18

    Gambar 2.2.1. Diagram Sustainable Daniel EW.

    Sumber : Google Books

    Arsitektur berkelanjutan dikategorikan untuk menggambarkan strategi,

    komponen, dan teknologi dimana semuanya mengacu untuk menciptakan

    bangunan yang mempunyai efek baik kepada lingkungan sekitarnya, kategori

    tersebut adalah berdasarkan:

    1. Cahaya matahari

    2. Penghawaan ruang dalam

    3. Panas matahari

    4. Ventilasi alami

    5. Efisiensi energy

    6. Menciptakan energi

    7. Bangunan minim limbah

    8. Konservasi air

    9. Management sampah kering

    10. Pembaharuan energi

    11. Pembaharuan lahan

  • 19

    Sustainable architecture : principles, Paradigms, and Case Study karya

    dari James Steele

    Arsitektur yang memenuhi kebutuhan saat ini, tanpa membahayakan

    kemampuan generasi mendatang, dalam memenuhi kebutuhan mereka sendiri.

    kebutuhan itu berbeda dari satu masyarakat ke masyarakat lain, dari satu

    karyawan ke karyawan lain dan paling baik bila ditentukan oleh masyarakat

    terkait. Dari 2 buah buku yang diambil pengertiannya mengenai sustainable

    desain mereka membahas hal yang sama yaitu bagaimana keterkaitan aspek

    sosial, ekonomi, dan lingkungan dalam mendesain. Berikut adalah aspek-aspek

    tersebut bila dijabarkan :

    1. Keberlanjutan berdasarkan aspek lingkungan sekitar

    Pengertian arsitektur berkelanjutan yang pembangunan

    mempertahankan sumber daya alam agar bertahan lebih lama karena

    memungkinkan terjadinya keterpaduan antarekosistem, yang dikaitkan

    dengan umur potensi vital sumber daya alam dan lingkungan ekologis

    manusia, seperti iklim planet, keberagaman hayati, dan perindustrian.

    Kerusakan alam akibat eksploitasi sumber daya alam telah mencapai taraf

    pengrusakan secara global, sehingga lambat tetapi pasti, bumi akan semakin

    kehilangan potensinya untuk mendukung kehidupan manusia, akibat dari

    berbagai eksploitasi terhadap alam tersebut.

    2. Keberlanjutan berdasarkan aspek sosial

    Pengertian arsitektur berkelanjutan berdasarkan keadaan sosial sekitar

    adalah pembangunan yang minimal mampu mempertahankan karakter dari

    keadaan sosial setempat. Namun, akan lebih baik lagi apabila pembangunan

    tersebut justru meningkatkan kualitas sosial yang telah ada. Setiap orang yang

    terlibat dalam pembangunan tersebut, baik sebagai subjek maupun objek,

    haruslah mendapatkan perlakuan yang adil. Hal ini diperlukan agar tercipta

    suatu stabilitas sosial sehingga terbentuk budaya yang kondusif.

    3. Keberlanjutan berdasarkan aspek ekonomi

  • 20

    Pengertian arsitektur berkelanjutan berdasarkan keadaan ekonomi

    sekitar adalah Yaitu pembangunan yang relatif rendah biaya inisisi dan

    operasinya. Selain itu, dari segi ekonomi bisa mendatangkan profit juga,

    selain menghadirkan benefit seperti yang telah dilakukan pada aspek-aspek

    yang telah disebutkan sebelumnya. Pembangunan ini memilki ciri produktif

    secara kuantitas dan kualitasnya, serta memberikan peluang kerja dan

    keuntungan lainnya untuk individu kelas menengah dan bawah.

    Dapat dikatakan desain yang sustainable adalah desain yang memiliki

    kemampuan untuk menjalankan fungsinya secara terus menerus, mampu

    meningkatkan taraf hidup penggunanya dan ramah lingkungan. Ramah

    lingkungan berarti tidak mengganggu ekosistem, menurut Kisho Kurokawa

    dalam prinsip pemikirannya sustainable design adalah grow and recycle,

    tumbuh dan dapat mendaur ulang, sustainable design akan berkembang pada

    setiap bangunan baru dengan sendirinya akibat merambahnya isu pemanasan

    global sekarang ini. Menurut sub-komite dari bangunan sustainable, definisi

    sustainable architecture adalah sebuah bangunan yang didesain dengan (Ando

    et al.19) :

    1. Untuk menghemat penggunaan energi dan sumber daya yang ada serta

    meminimalkan racun yang merupakan emisi polutan dalam rumah

    2. Untuk mengharmonisasikan desain dengan iklim lokal, tradisi, budaya

    dan lingkungan sekitar.

    3. Untuk dapat terus berkelanjutan dan dapt meningkatkan kualitas hidup

    manusia sementara menjaga kapasitas dari ekosistem pada level lokal

    maupun global

    Bangunan Hemat Energi

    Sebuah wacana tentang perlawanan terhadap Global warming pun segera

    menjadi sorotan dunia saat ini, tidak terkecuali negara Indonesia yang tercatat

    memiliki nilai respon tertinggi 12,6% dari 9 negara lainnya (China, Australia

    dan Negara Asia Tenggara) dalam green building survey awal tahun lalu.

    Meskipun demikian, Indonesia menempati posisi ke-8 dengan nilai Green

  • 21

    Building Involvemen yang hanya bernilai 38% (konferensi BCI Asia FuturArc

    Forum 2008). Itu berarti bahwa penerapan konsep desain yang berwawasan

    lingkungan di Indonesia masih sangat perlu ditingkatkan.

    Praktisi arsitek, Henry Feriadi mengatakan, pendidikan tentang arsitektur

    hemat energi sebenarnya telah diperkenalkan sejak 1970. Namun, dalam

    perkembangannya tidak lagi dipedulikan, karena murahnya tarif sumber

    energi.TDL ( tarif dasar listrik ) di Indonesia masih relatif murah, sehingga

    orang2 tidak berpikir harus berhemat,

    Arsitektur yang ekologis akan tercipta apabila dalam proses berarsitektur

    menggunakan pendekatan desain yang ekologis (alam sebagai basis desain).

    Proses pendekatan desain arsitektur yang menggabungkan alam dengan

    teknologi, menggunakan alam sebagai basis design, strategi konservasi,

    perbaikan lingkungan, dan bisa diterapkan pada semua tingkatan dan skala untuk

    menghasilkan suatu bentuk bangunan, lansekap, permukiman dan kota yang

    revolusioner dengan menerapkan teknologi dalam perancangannya. Perwujudan

    dari desain ekologi arsitektur adalah bangunan yang berwawasan lingkungan

    yang sering disebut dengan green building. Hal ini erat kaitannya dengan konsep

    arsitektur hijau yang merupakan bagian dari arsitektur berkelanjutan (sustainable

    architecture).

    Melalui studi banding dan kelompok kerja, SNI Gedung Hemat Energi

    yang telah disusun oleh Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan

    Konservasi Energi (DJEBTKE) akan dilengkapi dengan building

    code konservasi energi pada bangunan. SNI yang telah disusun oleh DJEBTKE

    adalah:

    1. Konservasi Energi Selubung Bangunan pada Bangunan Gedung

    2. Konservasi Energi Sistem Tata Udara pada Bangunan Gedung

    3. Konservasi Energi Sistem Pencahayaan pada Bangunan Gedung

    4. Prosedur Audit Energi pada Bangunan Gedung

    Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

    mendorong pembangunan bangunan berarsitektur lokal terasa lebih ramah

    lingkungan dan selaras dengan lingkungan asal. Desain bangunan (green

  • 22

    building) hemat energi, membatasi lahan terbangun, layout sederhana, ruang

    mengalir, kualitas bangunan bermutu, efisiensi bahan, dan material ramah

    lingkungan (green product).

    Bangunan hijau mensyaratkan layout desain bangunan (10 persen),

    konsumsi dan pengelolaan air bersih (10 persen), pemenuhan energi listrik (30

    persen), bahan bangunan (15 persen), kualitas udara dalam (20 persen), dan

    terobosan inovasi (teknologi, operasional) sebesar 15 persen.

    Bangunan dirancang dengan massa ruang, keterbukaan ruang, dan

    hubungan ruang luar-dalam yang cair, teras lebar, ventilasi bersilangan, dan void

    berimbang yang secara klimatik tropis berfungsi untuk sirkulasi pengudaraan

    dan pencahayaan alami merata ke seluruh ruangan agar hemat energi.

    2.2.2 Pengertian Pencahayaan Alami

    Pencahayaan alami diartikan sebagai cahaya yang masuk ke dalam

    ruangan pada bangunan yang berasal dari cahaya matahari. Sebelum masuk

    kedalam ruangan melalui bukaan, cahaya ini dapat diproses terlebih dahulu

    dengan menggunakan shading. Shading dimaksudkan sebagai penyaring

    cahaya yang masuk kedalam ruangan sehingga menghasilkan kualitas

    pencahayaan pada ruang yang diinginkan.

    Pengertian Cahaya

    Menurut The Concise Oxford English Dictionary Cahaya didefinisikan

    sebagai unsur alam yang mampu merangsang indera penglihat (mata) atau media

    atau kondisi dari ruang dimana memungkinkan mata untuk melihat atau bagian

    dari spektrum elektromagnetik yang dapat ditangkap oleh mata.

    Cahaya didefinisikan sebagai bagian dari spektrum elektromagnetik yang

    dapat ditangkap oleh mata. Cahaya yang nampak adalah cahaya yang dapat

    dirasakan oleh mata. Penglihatan adalah kemampuan mata untuk merasakan

    cahaya. Cara kerjanya dapat dianalogikan seperti cara kerja video kamera.

    Semua cahaya yang terlihat seolah-olah terdiri dari kumpulan satu atau

    lebih photon yang menyebar melalui ruang seperti gelombang elektromagnetik.

  • 23

    Pada saat gelap total, mata mampu untuk merasakan photon tunggal, tetapi

    secara umum apa yang terlihat pada kehidupan sehari-hari adalah cahaya yang

    terbentuk dari milyaran photon yang dihasilkan oleh sumber cahaya dan dari

    pantulan objek. Bila melihat ke sekeliling ruangan, kemungkinan sumber cahaya

    di dalam ruang memproduksi photon dan objek dalam ruang yang memantulkan

    photon tersebut. Mata dapat menyerap beberapa dari photon ini mengalir melalui

    ruang dan inilah cahaya yang terlihat.

    Satuan kuat cahaya yang dikeluarkan oleh sumber cahaya adalah lumen,

    namun lumen tidak mendeskripsikan bagaimana keluaran cahaya

    didistribusikan. Kandela (Candlepower) mendeskripsikan intensitas sinar pada

    semua arah. Lumen dari suatu sumber cahaya akan menerangi permukaan, maka

    Iluminasi adalah satuan dari jumlah kekuatan cahaya yang jatuh pada setiap

    meter persegi permukaan semu suatu sumber cahaya atau suatu permukaan yang

    diterangi. Pada saat gelombang cahaya menyentuh sebuah objek, apa yang

    terjadi padanya tergantung energi yang terdapat pada gelombang cahaya

    tersebut.

    Berdasarkan tiga faktor, empat hal yang berbeda dapat terjadi saat

    cahaya menyentuh sebuah objek adalah sebagai berikut:

    1. Gelombang dapat dipantulkan atau menyebar pada objek.

    2. Gelombang dapat diserap oleh objek.

    3. Gelombang dapat dibelokkan melalui objek.

    4. Gelombang dapat melewati objek tanpa ada efek dan lebih dari satu dari

    beberapa kemungkinan dapat terjadi dengan segera.

    Tranmisi adalah bila frekuensi atau energi dari gelombang cahaya

    berikutnya lebih tinggi atau lebih rendah dari frekuensi yang dibutuhkan untuk

    membuat elektron dalam material bergetar, kemudian elektron tidak akan

    menangkap energi dalam cahaya dan gelombang akan melewati material tanpa

    berubah. Sebagai hasil, material akan transparan pada frekuensi cahaya. Berikut

    adalah skema pemasukan cahaya dapat masuk ke dalam bangunan:

  • 24

    Gambar 2.2.2. Diagram cahaya masuk dalam ruang

    Sumber : Sustainable Designecology,architecture, and Planning

    Keterangan :

    1. Cahaya langsung dari matahari pada bidang kerja.

    2. Cahaya pantulan dari benda-benda sekitar.

    3. Cahaya pantulan dari halaman, yang untuk kedua kalinya dipantulkan

    oleh langit-langit dan/atau dinding ke arah bidang kerja.

    4. Cahaya yang jatuh dilantai dan dipantulkan lagi oleh langit-langit

    Difraksi dan Diagram Matahari

    Sudut jatuh ditentukan oleh posisi relatif matahari dan tempat

    pengamatan di bumi serta tergantung pada sudut lintang geografis tempat

    pengamatan, musim dan lama penyinaran harian yang ditentukan oleh garis

    bujur geografis tempat pengamatan. Menurut Lippsmeier untuk orientasi

    bangunan dan perlindungan terhadap cahaya matahari, berlaku aturan-aturan

    dasar berikut:

    1. Sebaiknya fasade terbuka menghadap ke selatan atau utara, agar meniadakan

    radiasi langsung dari cahaya matahari rendah dan konsentrasi tertentu yang

    menimbulkan panas

    2. Pada daerah iklim tropika basah diperlukan pelindung untuk semua lubang

    bangunan terhadap cahaya langsung dan tidak langsung, bahkan bila perlu

  • 25

    untuk seluruh bidang bangunan, karena bila langit tertutup awan, seluruh

    bidang langit merupakan sumber cahaya.

    3. Di daerah iklim tropika kering dalam musim panas diperlukan pelindung

    untuk lubang-lubang pada dinding bangunan tertutup. Dalam musim dingin

    kadang-kadang dibutuhkan juga Sudut jatuhnya cahaya matahari dapat

    ditentukan melalui pengamatan langsung, perhitungan matematis dan

    penggambaran grafis.

    2.2.3 Pemanfaatan Pencahayaan dan Aplikasi

    Memanfaatkan cahaya mahari yang masuk ke dalam bangunan dapat

    mengontrol pula penggunaan energi pada bangunan, namun pemasukan cahaya

    kedalam bangunan menimbulkan banyak permasalahan terutama dikaitkan

    dengan panas dan visual. Panas yang masuk ke dalam bangunan akibat cahaya

    matahari yang masuk langsung ke dalam sehingga suhu dalam ruang

    meninggkat. Dalam visualisasi juga berpengaruh misal sebuah ruangan yang

    membutuhkan kaca besar untuk mengambil view sebesar-besarnya namun hal

    tersebut dapat membuat cahaya matahari masuk langsung. Berikut adalah hal-hal

    yang perlu diperhatikan dalam mengontrol cahaya matahari yang masuk ke

    dalam bangunan untuk memperoleh kenyamanan pengguna ruangnya:

    1. Pembayangan

    Bayangan dari cahaya matahari diperlukan dalam mengurangi panas

    akibat cahaya matahari yang terkena ke bangunan, bila digabungkan dengan

    konsep arah peletakan bangunan yang tepat maka pembayangan akan lebih

    efektif. Penggunaan kaca hemat energi (low-transmission glass) tidak dapat

    mengalahkan keefektifan dari penggunaan pembayangan pada bangunan

    karena kaca hemat energi hanya mampu mencegah cahaya matahari yang

    masuk sebanyak 10% (William. M, 2003)

  • 26

    Gambar 2.2.3. Perbandingan pembayangan dan kaca rendah energi

    Sumber : Sunlight as Formgiver For Architecture

    2. Pengalihan pencahayaan matahari

    Distribusi cahaya dimana cahaya dibutuhkan untuk meminimalisir

    penggunaan cahaya buatan, namun dalam keadaan nyata distribusi cahaya

    matahari pada bangunan tidak tersebar secara merata, hanya daerah dekat

    jendela memiliki pencahayaan paling kuat, yang dapat dilakukan adalah

    dengan mengalihkan cahaya agar tingkat penerangan setiap area ruang

    merata.

    Gambar 2.2.4. Pemantulan cahaya dalam ruang

    Sumber : Sunlight as Formgiver For Architecture

    3. Pengambilan view ke luar

    Maksimalkan view ke luar bangunan dengan membuka bukaan ke arah

    view bagus dan menghalangi view ke arah area tidak bagus. Penggunaan kisi-

    kisi pada bukaan merupakan solusi untuk membiarkan cahaya masuk namun

    view yang tidak bagus dapat terhalangi

  • 27

    Gambar 2.2.5. Ilustrasi penghalangan view

    Sumber : Sunlight as Formgiver For Architecture

    Penggunaan langit-langit sebagai elemen pemantulan cahaya

    Pada umumnya bangunan tidak memperhatikan lapisan atas ruangan

    padahal bagian plafon merupakan elemen penting dalam pemantulan cahaya

    yang masuk. Dalam menerapkan elemen pemantulan cahaya pada langit-langit

    bangunan diperlukan beberapa hal yang diperhatikan yaitu:

    1. Letakan sumber cahaya sejauh mungkin dari langit-langit

    Hal ini dapat dilakukan dengan menaikan tinggi plafon atau menurunkan

    sumber masuknya cahaya.

    Gambar 2.2.6. ilustrasi plafon tinggi dan sumber cahaya rendah

    Sumber : Sunlight as Formgiver For Architecture

    2. Letak dan pilih bentuk elemen pemantul untuk mengarahkan cahaya

    Untuk menghindari silau cahaya matahari yang masuk maka bentuk dan

    letak elemen pemantul perlu di perhatikan nantinya agar tepat dipantulkan

    langit-langit.

  • 28

    Gambar 2.2.7. ilustrasi elemen pemantul cahaya

    Sumber : Sunlight as Formgiver For Architecture

    3. Penggunaan material yang memiliki daya reflektif tinggi

    Gambar 2.2.8. ilustrasi perbandingan material reflektif dan tidak reflektif

    Sumber : Sunlight as Formgiver For Architecture

    4. Perluas area pemantulan pada langit-langit

    Dengan memberikan elemen bentuk tambahan pada langit-langit akan

    memperluasan area pantulan cahaya dari luar

    Gambar 2.2.9. ilustrasi perbandingan material reflektif dan tidak reflektif pada langit-

    langit

    Sumber : Sunlight as Formgiver For Architecture

  • 29

    Penggunaan lightshelf dalam pemasukan cahaya

    Lightshelf memiliki bentuk seperti 2 buah kanopi dengan membantu

    pembayangan pada bukaan tanpa menghalangi view, lightshelf juga membantu

    pemantulan cahaya ke dalam ruang secara tidak langsung. Penggunaan

    lightshelft pada bangunan memang mahal dalam konstruksinya disbanding

    menggunakan kisi-kisi namun dari sisi perawatannya sangat minim dibanding

    elemen pelindung cahaya matahari lainnya. Berikut adalah jenis-jenis lightshelf

    yang dapat diterapkan pada bangunan:

    1. Penerapan lightshelf dengan meletakannya diatas jendela kemudian elemen

    horizontal diletakan seperti kanopi dan diberi penerusan hingga ke dalam

    banguan sehingga pemantulan dapat terjadi dengan baik

    Gambar 2.2.10. ilustrasi elemen pemantul cahaya 1

    Sumber : Sunlight as Formgiver For Architecture

    2. Penerapan lightshelf dengan meletakannya diatas jendela kemudian elemen

    horizontal dibuat menurun untuk memantulkan cahaya keluar, tipe lightshelf

    seperti ini digunakan untuk ruangan yang tidak membutuhkan cahaya terlalu

    banyak tetapi menginginkan bentuk fasade bukaan yang sama seperti

    ruangan yang memerlukan cahaya lebih.

    Gambar 2.2.11. ilustrasi elemen pemantul cahaya 2

  • 30

    Sumber : Sunlight as Formgiver For Architecture

    3. Penerapan lightshelf dengan meletakannya diatas jendela kemudian elemen

    horizontal dibuat menghadap ke dalam ruang untuk memantulkan cahaya

    matahari lebih banyak.

    Gambar 2.2.12. ilustrasi elemen pemantul cahaya 3

    Sumber : Sunlight as Formgiver For Architecture

    4. Penerapan lightshelf sama dengan seperti contoh-contoh diatasnya namun

    ada penambahan elemen vertikal guna menambah pantulan cahaya matahari

    ke dalam bangunan, tipe lightshelf ini biasanya diterapkna bagi bangunan

    yang susah utnuk mendapat pencahayaan dari luar ataupun pada bagunan

    yang menghadap sisi utara dan selatan.

    Gambar 2.2.13. ilustrasi elemen pemantul cahaya 4

    Sumber : Sunlight as Formgiver For Architecture

  • 31

    Penggunaan cahaya matahari central dari atas bangunan

    Pemasukan cahaya dari atas (toplighting) memiliki banyak manfaat

    diataranya adalah dapat diletakan dimana saja dengan pengaruh yang kecil

    terhadap struktur atas bangunan, biaya lebih murah karena tidak perlu

    menghasilkan bentukan-bentukan bukaan pada massa bangunan, efisien dalam

    menjangkau area gelap dalam bangunan, dan sekaligus memberikan view ke atas

    langit. Namun, pencahayaan pun memiliki kelemahan yaitu dapat menyebabkan

    panas berlebih pada dalam bangunan akibat cahaya dari atas dapat masuk

    dengan langsung ke bangunan. Pengatasan cahaya yang masuk secara langsung

    tersebut dapat diatasi dengan membuat cahaya tersebut dipantulkan melalui

    dinding samping bangunannya.

    Gambar 2.2.14. ilustrasi pemantulan cahaya dari atas melalui dinding

    Sumber : Sunlight as Formgiver For Architecture

    Selain dinding samping bangunan, elemen estetika dalam bangunan pun

    dapat diterapkan hal yang sama dalam teori pemantulan matahari langsung,

    diantaranya adalah kolam pantul, kolam ikan, sculpture dan lain-lain.

  • 32

    Gambar 2.2.15. ilustrasi pemanatulan cahaya melalui elemen lain

    Sumber : Sunlight as Formgiver For Architecture

    Berikut adalah jenis-jenis bukaan dari atas yang digunakan untuk

    pemasukan cahaya matahari dari atas bangunan:

    Gambar

    2.2.16.

    Jenis

    bukaan pemasukan cahaya dari atas

    Sumber : Sunlight as Formgiver For Architecture

    Keterangan:

    1. Court, adalah sebuah area terbuka keatas dan disekitarnya dikelilingi

    dinding bangunan

    2. Atrium, adalah bagian tengah ruangan atau bangunan yang bagian

    atasnya dibuka hingga atap

    6

  • 33

    3. Lightcourt, sebuah area lapang yang dirancang untuk memaksimalkan

    pencahayaan pada bangunan yang berdekatan

    4. Litrium, sebuah atrium yang dirancang untuk memaksimalkan cahaya

    pada bangunan yang berdekatan

    5. Lightwell, bukaan vertikal yang melewati satu atau beberapa lantai

    dalam bangunan untuk menyalurkan cahaya alami pada area yang

    berdekatan.

    6. Pengamplikasian elemen tegak terhadap bukaan atas untuk

    pemantulan cahaya matahari masuk ke dalam ruang

    Bentuk bangunan dan massa bangunan mempengaruhi bagaimana cara

    cahaya matahari dapat masuk ke dalam bangunan. Bukaan bangunan adalah

    faktor utama dalam element fasade yang membentuk komposisi tampak suatu

    bangunan, dan bukaan tersebut menjadi faktor penting untuk membuat cahaya

    matahari masuk ke dalam bangunan contohnya skylight, clerestory light, jendela,

    dan pantulan cahaya dari ruangan lain. Antara skylight dan clerestory light

    (jendela yang berada di dinding atas) sama-sama memberikan peluang cahaya

    masuk lebih banyak karena berasal dari atas. Berikut adalah contoh-contoh

    bukaan berdasarkan cara pemasukan cahayanya :

    1. Bukaan yang diletakan tinggi sekitar 2,5 kali tinggi dari jendela, bukaan ini

    mengoptimalkan cahaya matahari yang masuk

    Gambar 2.2.17. Cahaya jendela tinggi

    Sumber : Gelfand Partners Architect

  • 34

    2. Bukaan yang biasa pada bangunan-bangunan umumnya yang diletakan

    ditengah tinggi dindingnya, jenis bukaan ini untuk mengoptimalkan view ke

    sekitar.

    Gambar 2.2.18. Cahaya jendela tengah

    Sumber : Gelfand Partners Architect

    3. Bukaan dari atas / skylight pada tengah bangunan menciptakan sumber

    cahaya masuk ketika skylight berikutnya membantu menyeimbangkan

    pencahayaan ruangan

    Gambar 2.2.19. Cahaya skylight

    Sumber : Gelfand Partners Architect

    Jendela dan Ruang Kelas

    Kata jendela Window berasal dari Old Norse vindauga, asal kata vindr

    "wind" dan auga "eye". Kata "Vindauga" masih digunakan di Icelandic, dialek

    bangsa Norwegia yang digunakan untuk menyebut window. Kata window

    dikenal pada awal abad 13, dimaksudkan kepada lubang tanpa kaca pada bagian

    dalam atap. Secara historis windows dirancang dengan permukaan paralel

    pada dinding vertikal bangunan. Rancangannya membolehkan cahaya matahari

  • 35

    dan panas menekan masuk kedalam bangunan. Rancangan umum

    kemiringannya kira-kira 45-35 derajat dari sudut datangnya cahaya matahari.

    Gambar 2.2.20. Jenis-jenis jendela

    Sumber : Gelfand Partners Architect

    Jendela/bukaan barangkali salah satu aspek paling kompleks dari

    lingkungan kelas. Jendela dapat menyediakan suatu kelas dengan pencahayaan

    alami, pandangan- pandangan, ventilasi dan komunikasi dengan dunia luar.

    Mereka dapat juga membiarkan ketidak nyamanan termal, silau, kebisingan dan

    kebingungan- kebingungan menuju kelas.

    Gambar 2.2.21. Macam-macam shading bangunan

    Sumber : Gelfand Partners Architect

    Menurut Mary Guzowski rancangan dan bentuk jendela adalah

    pertimbangan yang paling akhir. Ukuran, posisi, karakteristik seksional, dan

    berhubungan dengan permukaan lainnya akhirnya mendefinisikan pengalaman

    luminasi di dalam ruang. Jendela memainkan banyak peran dan mengambil

    banyak tugas. Jendela dapat ditempatkan didalam, penyaring dari bagian luar,

    bingkai dari pemandangan danbanyak lainnya. Banyak program, estetika dan

    faktor pengalaman dipertimbangkan dalam menentukan bentuk jendela yang

    sesuai. Perhatian tertentu adalah ukuran jendela, lokasi dan detail.

  • 36

    Ukuran Jendela

    Perhatian selalu kepada ukuran jendela (atau Glazing Area/daerah kaca)

    karena dampak dari daerah kaca pada konsumsi energi. Ukuran jendela dan

    pengaruhnya pada pencahayaan alami harus selalu dipertimbangkan dari

    perspektif yang lebih luas dimana mungkin termasuk hubungan pada lokasi,

    potensi lokasi atau mood dari cahaya, kenyamanan manusia, wayfinding,

    artikulasi dari bentuk, dan relief visual.

    Jendela yang kecil secara tipikal menciptakan kutub yang berbeda dari

    pencahayaan yang menghadirkan ruang dengan irama dari cahaya dan bayangan.

    Jendela yang kecil mendefinisikan batasan antara bagian dalam dan bagian luar

    yang mana ditekankan oleh kontras antara Massa dan Dinding dan daerah kecil

    dari kaca. Apabila ukuran jendela ditambah akan bersesuaian dengan

    pengurangan keduanya kontras cahaya dan bayangan dan batasan antara bagian

    dalam dan bagian luar. Jendela yang kecil dapat digunakan untuk membingkai

    pemandangan tertentu atauhubungan pada bagian luar, fokus perhatian pada

    tampilan lingkungan yang spesial atau unik. Sebaliknya ukuran jendela yang

    besar menciptakan kekurangan batasan diskriminasi antara bagian luar dan

    bagian dalam-hal itu memasukkan lokasi dan landscape kepada interior.

    Posisi Jendela

    Posisi jendela pada dinding atau plafon berpengaruh bagaimana cahaya

    akan didistribusikan dan hubungan apa yang akan terjadi dengan pekerjaan,

    aktivitas dan pengalaman dalam ruang. Jendela rendah, sebagai contoh,

    menyediakan kesempatan untuk mengambil keuntungan dari pemantulan cahaya

    dari tanah, yang mana dapat dilangsungkan kembali dari permukaan eksterior

    dan lantai untuk membawa cahaya kedalam ruang (mengasumsikan bahwa

    warna-cahaya permukaan digunakan dan lantai tidak dihalangi oleh objek).

    Posisi jendela yang rendah, kesempatan yang terbaik untuk memberikan

    hubungan visual langsung kepada lokasi dan landscape. Posisi jendela yang

    sedang sangat populer untuk mengkombinasikan pemandangan, pemantulan

    cahaya, dan optimalisasi lokasi untuk ventilasi dalam yang dekat dengan

    penghuni. Apabila tinggi jendela ditambah, menjadi sangat privasi. Jendela yang

  • 37

    tinggi menggantikan hubungan visual dari bumi menuju langit, yang juga

    membolehkan cahaya untuk menekan kedalam pada ruang. Harus lebih hati-hati

    dengan jendela yang tinggi karena permukaan dibawah jendela mungkin keluar

    dari pembayangan, dapat menciptakan kontras yang berlebihan antara jendela

    dan dinding.

    2.2.4 Hubungan Cahaya dengan Aspek Lainnya

    Hubungan Cahaya dan Manusia

    Cahaya matahari dengan kecepatan rambat kira-kira 360.106 km/jam dan

    energi kalor sebesar 6 juta kkal akan menciptakan energi dalam wujud dan

    bentuk yang berbeda. Area pencahayaan melingkupi banyak cara. Tiap lapisan

    cahaya dapat dijelajahi dan kembangkan. Infleksi (perubahan) cahaya dapat

    menjadi inspirasi dan motivasi dalam ruang, mengantarkan imaginasi dan

    mensublimasi (menaikkan) impian menjadi alam kenyataan.

    Perancangan pencahayaan yang baik harus diperuntukkan tidak hanya

    bagi kebutuhan akan tampilan visual, tetapi juga untuk kebutuhan biologis

    manusia akan cahaya yang juga berhubungan dengan gaya hidup dan

    kebudayaan.

    1. Kebutuhan akan orientasi spasial, sistem pencahayaan harus dapat membantu

    menunjukkan tempat dan arah.

    2. Kebutuhan akan orientasi waktu, sistem pencahayaan harus dapat

    memberikan feedback akan jalannya waktu yang dibutuhkan oleh jam internal

    dalam tubuh manusia.

    3. Kebutuhan untuk mengerti bentuk struktur , kebutuhan untuk mengerti bentuk

    fisik dapat dikacaukan oleh pencahayaan yang bertentangan dengan realita

    fisik, dengan kegelapan yang pekat, maupun dengan penerangan tersebar

    yang meratakan penampilan objek.

  • 38

    4. Kebutuhan untuk fokus pada kegiatan, pencahayaan dapat membantu

    membentuk susunan kegiatan dan dengan memberikan penerangan lebih pada

    area kegiatan yang paling relevan.

    5. Kebutuhan untuk ruang personal, cahaya dan daerah gelap pada ruang besar

    dapat membantu mendefinisikan ruang personal bagi setiap individu.

    Hubungan Cahaya dan Ruang

    Ruang selalu melingkupi keberadaan manusia. Melalui pewadahan

    ruanglah manusia bergerak, melihat bentuk-bentuk dan benda-benda, mendengar

    suara-suara, merasakan angin bertiup, mencium bau semerbak bunga-bunga

    kebun yang mekar. Itulah ruang seperti kayu atau batu, meskipun sifatnya tak

    berbentuk. Pada ruang, bentuk visual, kualitas cahaya, dimensi dan skala

    ditentukan oleh batas-batas yang telah ditentukan oleh unsur-unsur bentuk.

    Ruang ada disebelah dalam dan luar bangunan, disekitar dan diantara

    bangunan-bangunan. Itulah elemen dimana manusia bereaksi apabila mengalami

    lingkungan mereka.

    Hubungan Cahaya, Bentuk, dan Massa Bangunan

    Menurut Mary Guzowski Rancangan Massa Bangunan yang bijaksana

    selalu memperhatikan pemanfaatan pencahayaan alami untuk menghemat biaya,

    cara perawatan dan sumber daya yang dibutuhkan untuk iluminasi. Banyak

    preseden yang berkembang pada bangunan sekolah dari abad 19 dan awal abad

    20 yang mengungkapkan strategi pencahayaan alami yang sukses melalui Massa

    Bangunan yang tipis, atrium, lightwells dan courtyard. Strategi ini digunakan

    untuk memanfaatkan pencahayaan alami, mengurangi kelebihan kontras dari

    cahaya secara sepihak (satu-sisi), menambah distrbusi pencahayaan alami, dan

    memberikan view yang baik. Beragam konfigurasi untuk pencahayaan

    diantaranya bentuk L, bentuk U, Donut, dan bentuk tipis linear.

  • 39

    1. Bentuk Linear

    Massa Bangunan dengan konfigurasi linear memiliki rasio panjang-

    lebar yang menempatkan sidelighting dengan batasan yang cukup. Orientasi

    menjadi sangat penting karena satu aspek dari bangunan lebih panjang dari

    aspek lainnya. Bila panjang memiliki orientasi ke arah Timur-Barat,

    pencahayaan alami dapat dipasangkan dengan pemanasan pasif atau

    pendinginan menurut musim. Berlawanan apabila panjang memiliki orientasi

    ke arah sumbu Utara-Selatan, dapat membentuk simetri, antara bentuk

    bangunan dan pergerakan matahari Timur-Barat, dimana mengacu kepada

    pergerakan matahari harian. Pada orientasi yang lain, lokasi jendela

    membutuhkan pertimbangan secara hati-hati di dalam konteks luminasi dan

    objektermal. Apabila Bentuk Linear memiliki aspek panjang dan pendek,

    kesempatan yang berbeda pada setiap sisi bangunan. Tergantung kepada

    orientasi, iklim, arah mata angin, dan program, setiap faade mungkin

    ditampilkan secara berbeda untuk memasukkan atau mengendalikan

    pencahayaan, pemanfaatan matahari, dan ventilasi.

    2. Bentuk Terpusat

    Bentuk Terpusat memiliki internal core yang secara tipikal sebuah

    vocal point disekitarnya dimana ruang yang lain terorganisasi.

    Kecenderungan kepada fokus internal, dimana melihat bagian sebaik melihat

    bagian dalam. Massa Bangunan yang tebal dihasilkan dari pemusatan dimana

    secara umum sama dengan rasio panjang- lebar. Biasanya untuk mengurangi

    kedalamna yang nyata dari bentuk terpusat dengan memasukkan atrium,

    lightwells atau courtyard, secara keseluruhan cenderung menjadi focal point

    dari bangunan. Bentuk Terpusat mungkin hanya menggunakan satudari

    strategi ini, meskipun tidak biasa untuk menemukan atrium, lightwells atau

    courtyard pada bangunan yang sama, profil bangunan yang tipis dan zoning

    aktivitas luminasi secara hati-hati (penempatan wilayah servis, gudang dan

    sirkulasi pada interior melawan pencahayaan didekat selubung batas) dapat

    membantu untukmenyediakan pencahayaan. Dimana massa yang tebal

    dengan banyak lantai tidak dapat dihindarkan pada lokasi, programmatic,

    estetika dan perhatian ekonomis.

  • 40

    3. Bentuk Cluster

    Bentuk Bangunan Cluster tidak terpisahkan lebih sedikit sulit untuk

    pencahayaan alami dibandingkan Bentuk Bangunan Tebal. Karena Bentuk

    Cluster adalah susunan dari rangkaian massa-massa kecil dalam beragam

    konfigurasi,wilayah permukaan yang luas sangat baik untuk toplighting atau

    sidelighting. Ruang negative antara massa (bagian dalam dan bagian luar) dan

    sayap bangunan dapat juga digunakan untuk menghasilkan dan membawa

    cahaya menuju ruang yang bersebelahan.

    Hubungan Cahaya dan Orientasi Bangunan

    Perlu diperhatikan dalam orientasi banguan dapal tapak karena dengan

    kita memperhatikan arah orientasi banguunan maka dapat mempertahankan

    keseimbangan antara periode kekurangan panas dimana radiasi diperlukan dan

    periode kelebihan panas dimana radiasi matahari harus dihindari. Lintasan

    matahari pun bervariasi tergantung pada musim dan lokasi tapak, Indonesia

    terletak di daerah tropis lembab sehingga membutuhkan perlakuan khusus,

    berikut adalah hal-hal yang harus diperhatikan :

    1. Bentuk bangunan memanjang arah timur-barat dengan bidang timur

    2. dan barat sekecil mungkin

    3. Mengurangi pemanasan matahari

    4. Memanfaatkan angin agar terjadi pendinginan karena penguapan.

    5. Sebaiknya memasang kisi peneduh matahari pada jendela dan ruang outdoor.

    Gambar 2.2.22. Orientasi Matahari Tropis Lembab

    Sumber : Buku Fisika Jl2

  • 41

    2.2.5 Standar Besar Kekuatan Cahaya Berdasarkan Ruang

    Standar tingkat pencahayaan dalam ruang akan mempengaruhi

    bagaimana desain besarnya bukaan bangunan nantinya, sehingga kekuatan

    cahaya tidak akan berlebihan dan ditempatkan pada sesuai fungsi ruang sehingga

    tidak akan menimbulkan efek panas yang berlebih dalam ruang namun akan

    menghemat pemakaian pencahayaan buatan dalam ruangan. Dalam tingkatan

    pencahayaannya diatur oleh SNI, berikut adalah rincian garis besarnya:

    No Fungsi Ruang

    Tingkat

    Pencahayaan

    (Lux)

    1 Hunian (Asrama)

    Teras 60

    Ruang Tamu 120 - 250

    Ruang Makan 120 - 250

    Ruang Kerja 120 - 250

    Kamar Tidur 120 - 250

    Kamar Mandi 250

    Dapur / Pantry 250

    Lobby, koridor 100

    Ballroom 200

    Cafetaria 250

    2 Sekolah

    Ruang Guru 350

    Ruang Komputer 350

    Ruang rapat 300

    Ruang gambar

    Kerja kasar dengan detail besar 200

    Kerja Umum detail wajar 400

    Kerja Lumayan detail 600

    Kerja detail kecil (rakit barang,jahit) 900

    Kerja sangat detail (potong batu, ukur benda

    kecil) 1300-2000

    Kerja luar biasa detail (arloji, instrumen kecil) 2000-3000

    Gudang Arsip 150

    Ruang arsip aktif 300

    Ruang kelas 250

    Perpustakaan 300

    Laboratorium 500

    Kantin 200

  • 42

    Tabel 2.2.1. Kekuatan standar pencahayaam

    2.2.6 Pengaruh Pencahayaan pada Thermal Ruang

    Pencahayaan yang masuk secara tidak langsung menyebabkan kondisi

    themal ruang menjadi meningkat, prinsip ini ditulis oleh Robert Vale dalam

    bukunya yang berjudul Green Architecture for A Sustainable Future dengan

    menyebutkan bagaimana pencahayaan tidak lepas dengan pengaruh themal dari

    matahari itu sendiri. Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kenyaman

    thermal dalam ruangan :

    1. Transmisi Panas

    Mengurangi transmisi panas dari dinding-dinding massif yang

    terkena radiasi matahari langsung, dengan melakukan penyelesaian

    rancangan tertentu, misalnya:

    a. Membuat dinding lapis (berongga) yang diberi ventilasi pada rongganya.

    b. Menenpatkan ruang-ruang service (tangga, toilet, pantry, gudang, dan

    sebgainya).

    c. Memberi ventilasi pada ruang antara atap dan langit-langit (pada

    bangunan rendah) agar tidak terjadi akumulasi panas pada ruang tersebut.

    2. Orientasi Bangunan Utara-Selatan (Memanjang Timur-Barat)

    Efek dari orientasi bangunan, ketebalan dinding, dan warna dinding

    terhadap suhu udara di dalam bangunan diperlihatkan oleh percobaan

    Givoni. Di kawasan sekitar equator, sisi barat-timur mendapatkan panas

    yang lebih tinggi disbanding sisi utara-selatan. Dalam percobaan dengan

    dinding warna putih, terlihat bahwa suhu udara ruang berfluktuasi terhadap

    suhu udara luar. Pada siang hari umumnya suhu udara di dalam bangunan

    lebih rendah dibanding suhu luar, sementara malam hari suhu udara di

    dalam bangunan lebih tinggi disbanding suhu luar.

    Semakin tebal dinding, fluktuasi semakin kecil, karena kondisi suhu

    udara di dalam bangunan semakin stabil. Efek orientasi bangunan terhadap

    suhu udara di dalam bangunan juga tampak jelas. Suhu ruang rata-rata pada

    sisi dinding timur-barat lebih tinggi disbanding suhu ruang pada sisi selatan.

  • 43

    Perbedaan suhu ruang rata-rata timur-barat dengan ruang sisi selatan

    mencapai hamper 1C untuk dinding tipis (10cm) dan lebih dari 1,5C untuk

    dinding tebal (20cm).

    3. Organisasi ruang

    Dengan meletakan aktivitas/ruang utama di tengah tangunan, diapit

    oleh ruang-ruang penunjang/service di Sisi timur-barat. Dinding ruang di

    bagian barat akan mendapatkan radiasi matahari siang dan sore yang sangat

    tinggi, dan membuat ruang di dalamnya panas.

    4. Memaksimalkan Pelepasan Panas Bangunan

    Pelepasan panas bangunan ke udara di sekitarnya terjadi melalui

    proses radiasi, konduksi, dan konveksi. Pelepasan panas bangunan melalui

    proses radiasi umumnya terjadi pada malam hari ketika suhu udara sekitar

    bangunan turun, maka terjadi perpindahan panassecara radiasi dari

    bangunan ke udara di sekitarnya. Pelepasan panas melalui proses konduksi

    terjadi dari bangunan ke tanah, dimana panas bangunan mengalir melalui

    struktur, dinding, dan lantai ke tanah di bawahnya. Sementara itu, pelepasan

    panas melalu konveksi terjadi setiap waktu, dimana angin yang bersuhu

    lebih rendah dari suhu bangunanakan bersinggungan dengan bagian-bagian

    bangunan seperti atap, dinding, termasuk bagian dalam bangunan (melalui

    proses ventilasi). Udara yang bergerak (angin) mengambil panas dari

    bagian-bagian bangunan yang disentuhnya sehingga bagian bangunan

    teresebut menjadi lebih dingin.

    Salah satu hal penting adalah membuat rancangan bangunan yang

    memungkinkan perpindahan panas secara konveksi berlangsung optimal,

    yakni membuat bukaan, jendela, jalusi, dan sebagainya yang memungkinkan

    ventilasi udara silang terjadi secara optimal di dalam bangunan. Aliran

    udara sangat berpengaruh menciptakan efek dingin pada tubuh manusia

    sehingga sangat membantu pencapaian kenyamanan termis manusia.

    5. Meninimalkan Radiasi Panas dari Plafon (untuk Lantai Teratas)

  • 44

    Untuk meminimalkan radiasi panas yang berasal dari plafon, perlu

    diusahakan agar ruang atap, yakni ruang diantara penutup atap dan langit-

    langit, diberi ventilasi semaksimal mungkin. Dalam membuat bukaan perlu

    dicegah masuknya burung atau kelelawar ke dalam ruang atap, untuk itu

    lubang-lubang ventilasi perlu diberi kawat (ayakan pasir). Atap yang cukup

    tinggi (volume ruang antara penutup atap dan langit-langit besar) membantu

    mengurangi pemanasan ruang-ruang yang berada di bawahnya.

    6. Hindari Radiasi Matahari Memasuki Bangunan atau Mengenai Bidang Kaca

    Ketika sinar matahari secara langsung menembus bidang kaca,

    radiasi yang dipancarkan matahari dalam bentuk gelombang pendek akan

    memanaskan benda-benda di dalam bangunan tersebut seperti lantai, meja,

    kursi, manusia, serta kaca itu sendiri. Akibat pemanasan tersebut, benda-

    benda akan memancarkan kembali radiasinya, dalam bentuk gelombang

    panjang, ke udara di sekelilingnya.

    Karena bahan kaca umumnya tidak dapat meneruskan gelombang

    panjang, panas yang ditimbulkan oleh benda-benda tersebut akhirnya tidak

    dapat keluar dari bangunan dan terperangkap di dalamnya. Hal ini

    mengakibatkan kenaikan suhu ruang akibat radiasi. Peristiwa ini disebut

    dengan the green house effect. Rumah kaca memanaskan ruang akibat dari

    pemanasan benda-benda di dalam ruang. Pemanasan ini sering kali dijawab

    dengan memasang mesin pendingin (AC), sehingga memerlukan energi

    yang seharusnya tidak perlu. Selasar di tepi bangunan mencegah masuknya

    radiasi matahari secara langsung ke bidang kaca, dapat mencegah

    terjadinya efek rumah kaca.

    7. Manfaatkan Radiasi Matahari Tidak Langsung untuk Menerangi Ruang

    dalam Bangunan

    Untuk menerangi ruang, usahakan mengambil cahaya langit, bukan

    cahaya langsung matahari. Cahaya langit adalah cahaya yang dihasilkan dari

    cahaya diffuse matahari. Cahaya ini tidak memberikan efek pemanasan

    terhadap ruang yang diterangi.

  • 45

    Untuk daerah di wilayah selatan equator seperti Bandung dan

    Jakarta, sisi selatan banguan tidak akan mendapatkan cahaya langsung

    matahari antara April hingga September. Sementara untuk sisi utara tidak

    akan mendapatkan cahaya langsung antara Oktober hingga Maret. Sky light

    plafon merupakan penerangan alami yang diciptakan dari plafon yang

    diemnsinya dibuat optimal agar cahaya masuk secukupnya tanpa

    memanaskan ruang.

    8. Optimalkan Ventilasi Silang (untuk Bangunan Non-AC)

    Jika ruang tidak menggunakan AC, usahakan agar terjadi aliran

    udara yang menerus (ventilasi silang) di dalam rumah, terutama bagi ruang-

    ruang yang dirasa panas. Dari sisi akustik hal ini memang kurang

    menguntungkan, namun ini merupakan pilihan, mana yang perlu

    dikalahkan. Aliran udara penting untukmenciptakan efek dingin bagi tubuh

    manusia. Ventilasi silang terjadi jika ada sedikit dua bukaan di sisi yang

    berbeda di bangunan.

    9. Warna dan Tekstur Dinding Luar Bangunan

    Warna terang cenderung memantulkan panas, sementara itu warna

    gelap menyerap lebih banyak panas. Tekstur kasar menyerap lebih banyak

    panas disbanding tekstur halus.

    10. Rancangan Ruang Luar

    Meminimalkan penggunaan material keras (beton, aspal) untuk

    menutup permukaan halaman, taman atau parkir tanpa adanya peneduh.

    Material keras yang terkena radiasi matahari langsung akan menaikkan suhu

    udara di sekitar rumah dan akhirnya membuat ruangan di dalam rumah

    panas.

  • 46

    2.3 STUDI BANDING

    2.3.1 Bangunan Asrama

    1. Asrama Mahasiswa Institut Pertanian Bogor

    Deklarasi UNESCO merumuskan empat pilar konsep pendidikan

    perguruan tinggi, yaitu selalu belajar untuk mencari tahu guna menguasai bidang

    ilmu (learning how to know), selalu belajar belajar melatih diri untuk

    memperoleh keterampilan dalam mengaplikasikan bidang ilmu (learning to do),

    selalu belajar untuk memerankan profesi bidang ilmu (learning to be), dan selalu

    belajar untuk bagaimana hidup bermasyarakat (learning how to live together).

    Dalam pelaksanaan pendidikan perguruan tinggi, IPB menjabarkan dan

    mengaplikasikan deklarasi tersebut dalam lima pilar konsep pendidikan, yaitu

    profesionalisme, kepekaan sosial, kepedulian terhadap lingkungan, jiwa

    kewirausahaan dan moral.

    Oleh karena itu, didirikan Asrama TPB IPB sebagai perwujudan dari

    pelaksanaan lima pilar konsep pendidikan tersebut. Dalam pelaksanaannya

    asrama ini diwajibkan bagi mahasiswa baru tingkat 1 program sarjana IPB

    dengan masa kepenghunian 1 tahun.

    Gambar 2.3.1. Asrama Mahasiswa IPB

    Sumber : google

    Asrama TPB IPB telah menjadi benchmark bagi berbagai perguruan

    tinggi dalam pengelolaan asrama serta pembinaan mahasiswa. Hal ini terlihat

  • 47

    pada berbagai kunjungan ke asrama TPB untuk melakukan studi banding. Selain

    telah menjadi benchmark bagi berbagai perguruan tinggi, Asrama Tingkat

    Persiapan Bersama memiliki berbagai keunggulan lainnya diantaranya :

    1. Mahasiswa mendapatkan pembinan akademik, multibudaya dan kesempatan

    mengikuti program-program pengembangan diri.

    2. Mahasiswa mempunyai peluang berinteraksi dengan berbagai latar belakang

    bidang ilmu, budaya, agama dan suku.

    3. Tersedianya jasa layanan terpadu berupa klinik kesehatan, cyber asrama

    (internet gratis), kantin, dan warung.

    4. Akses pada fasilitas akademik dengan waktu lebih leluasa baik siang

    maupun malam hari.

    Asrama TPB IPB merupakan Asrama yang wajib dihuni oleh Mahasiswa

    Tingkat Pertama selama satu tahun (2 semester). Fasilitas Asrama TPB IPB :

    1. Fasilitas Gedung

    Asrama TPB IPB memiliki dua lokasi, yaitu : Asrama Putri dan Asrama

    Putra.

    Asrama Putri terdiri dari empat Gedung, yaitu : Gedung A1, Gedung A2,

    Gedung A3, Gedung Rusunawa.

    Asrama Putra terdiri dari tiga Gedung, yaitu : Gedung C1, Gedung C2,

    Gedung C3.

    Fasilitas Gedung : Televisi, Ruang bersama, Mushola, Halaman tempat

    jemuran, kamar mandi, tempat mencuci pakaian, dll.

    Setiap gedung memiliki 10 lorong. Masing-masing lorong teridiri dari

    13-14 kamar

    Fasilitas Lorong : Setrika, Pemanas air / Dispenser, dll.

    2. Fasilitas Kamar

    Kamar Asrama TPB IPB dihuni oleh 4 orang mahasiswa.

    Fasilitas kamar : Tempat tidur susun, meja belajar (@1 meja belajar),

    Lampu Belajar, Rak Handuk, Lemari Pakaian (@1 lemari), Gantungan

    Pakaian.

  • 48

    3. Fasilitas Penunjang

    Londry / Bibi cuci

    Penyediaan Minuman Galon

    Lapangan Olahraga (Lap.Basket, Lap. Volly, dll.)

    Ambulance

    Kantin Asrama

    Mini Market (Agri Mart)

    Pusat Fotocopy

    Koperasi

    Bus Transportasi

    Lab Komputer/ Cyber Mahasiswa Asrama

    Penjernihan Air, dll

    2. Asrama Mahasiswa Binus University (Binus Square)

    Asrama Binus atau dinamakan Binus Square merupakan desain

    hasilkompetisi terbatas dengan mengundang beberapa konsultan arsitektur untuk

    mendesain bangunan 4 tower (hall) Binus Hall of Residence. Dari kompetisi

    terbatas ini, Aaronpurbo Architecture Studio kemudian memenangkan kompetisi

    ini pada tahun 2008. Dari tahun 2008 sampai tahun 2009, pihak arsitek banyak

    mengadakan penyesuaian desain bangunan berkaitan dengan persyaratan tata

    kota di DKI Jakarta. Menurut Aaron Purbo, Principal Architect dari Aaronpurbo

    Architecture Studio, kendala yang ditemui ketika mendesain Binus Square

    adalah jumlah kamar yang banyak. Ada sekitar 1.750 kamar

    termasuk guest room. Bangunan yang difungsikan sebagai asrama ini terdiri

    dari 4 hall, dimana 2 hall untuk pria dan 2 hall untuk wanita, sehingga perlu

    solusi yang baik untuk mengontrolnya.

    Site bangunan banyak terpotong GSB. Dari 1,5 Ha yang dimiliki, hanya

    9.000m yang digunakan, yang 5.000m diberikan ke Pemda untuk perencanan

    jalan dan daerah hijau. Hal ini juga menyebabkan orientasi bangunan menjadi

    berbeda. Setiap kamar di bangunan ini mendapatkan pencahayaan alami.

    Bahkan, setiap kamar juga mempunyai view dan jendela yang dilengkapi dengan

  • 49

    balkon. Selain untuk menikmati pemandangan kota Jakarta, di salah satu dinding

    area balkon juga dimanfaatkan untuk menempatkan outdoorpendingin udara

    (AC) individual. Setiap lantai bangunan memiliki koridor yang panjang, oleh

    karenanya diperlukan bukaan di area tengah koridor. Bukaan ini dibuat setinggi

    2 lantai, yang kemudian dijadikan aksen pada fasade dan berfungsi sebagai teras

    bersama. Fungsi dari void ini adalah sebagai sirkulasi udara dan pencahayaan

    alami koridor, sehingga area koridor tidak perlu menggunakan AC dan

    penerangan buatan pada siang hari. Void-void ini menjadi aksen bangunan yang

    juga menjadi salah satu kelebihan arsitektur bangunan.

    Gambar 2.3.2. Gedung Binus Square

    Sumber : google

    Konsep awal yang ditawarkan arsitek kepada owner adalah meletakkan

    posisi bangunan dengan menghindari hadap barat dan timur. Jadi orientasi

    bangunan menghadap ke arah utara dan selatan. Kemudian membagi dua hall

    perempuan dan dua hall laki-laki dengan kontrol hanya satu, yaitu di lantai

    dasar. Di lantai dasar ada lobby besar yang digunakan bersama. Dari lobby besar

    kemudian masuk lagi ke lobby kecil untuk masuk ke masing-masing hall.

    Lobby utama dilengkapi dengan fasilitas lounge, game room, ruang baca,

    ruang meeting/conference room, kantor pengelola, dan di bagian depan

    ada tenant-tenant kecil. Semua fasilitas di lantai dasar dipakai bersama-sama.

    Area besmen dimanfaatkan terutama untuk ruang mekanikal elektrikal, STP,

    dan ground water tank. Area bersama di lantai 2-3 dilengkapi dengan fasilitas

    ruang makan. Di area belakang yang berdekatan dan kolam renang, terdapat

  • 50

    gym dan BBQ area. Dari sini para penghuni tidak bisa masuk ke kamar. Untuk

    dapat ke kamar, mereka harus turun terlebih dahulu ke lobby.

    Gambar 2.3.3. Fasilitas Binus Square

    Sumber : google

    Void membuat cahaya dan angin bisa masuk. Pada area tempat

    menunggu lift juga di buat dengan menggunakan material kaca sehingga cahaya

    alami tetap bisa masuk di siang hari. Berdasarkan hasil survey, fasilitas yang ada

    di Binus Square yaitu:

    keamanan security selama 24 jam

    restaurant/kantin/foodcourt

    laundry

    ruang fitness

    ruang permainan

    ruang baca

    meeting room

    lapangan basket/futsal

    beberapa toko retail (circle dan tempat fotocopy)

    lounge

    kolam renang

    bus shelter

    bbq area

  • 51

    Spesifikasi bangunan dalam tapak adalah sebagai berikut :

    Lift : 7 Unit

    Luas Lahan : 1,4 ha

    Luas bangunan : 50.000 m2

    Jumlah hall : 4 hall / tower

    Jumlah lantai : 18 Lantai

    Jumlah kamar : 1540 kamar

    Luas kamar single : 7,5 m2

    Luas kamar double : 12,5 m2

    Jumah guest room : 138 unit

    Kesimpulan dari membandingkan 2 contoh bangunan asrama ini adalah

    dengan membandingkan fasilitas apa saja yang berada dalam suatu asrama,

    tipikal tata ruang dalam bangunannya, dan lain-lain diharapkan dapat menjadi

    pedoman dalam menrancang suatu asrama. Terutama pada Binus Square, karena

    pada bangunan binus square peneliti melakukan survey langsung berbeda

    dengan asrama IPB yang pengumpulan datanya menggunakan studi literature.

    Pada asrama Binus suasana ruang lebih modern dibanding asrama IPB yang

    terkesan kusam dan kumuh, dengan penataan eksterior yang futuristic dan

    interior yang modern menambah daya jual dan daya tarik bagi mahasiswa yang

    ingin tinggal di asrama Binus.

    2.3.1 Bangunan sekolah

    Austin E. Knowlton School of Architecture

    Contoh sekolah arsitektur karya dari Mack Scogin Merrill Elam

    Architects, sekolah ini mengajarkan arsitektur berkelanjutan kepada

    mahasiswanya melalui contoh nyata dengan menerapkannya pada konsep

    bangunan langsung. Sekolah ini menerapkan ruang sosialisasi yang besar,

    bentuk arsikektural yang unik, penempatan kawasan, dan bangunan yang

    interaktif.

  • 52

    Sekolah ini merupakan bagian dari Ohio State University kampus lama,

    sekat dengan suangai dan stadium sepak bola. Bentuk dasar dari bangunan

    sekolah yang kota menggambarkan keadaan kota sekitar dengan menempatkan

    bangunan sekolahnya menjadi bangunan yang hijau. Berdampingan dengan

    sekolah bisnis Ohio University membuat sekolah arsitektur ini menawarkan

    sebuah jalur pedestrian yang nyaman dengan menempatkan dirinya menjadi

    bagian dari pedestrian yang menghubungakan kedua fakultas tersebut.

    Gambar 2.3.4. Eksterior Sekolah Arsitektur Austin E.K

    Sumber : Archdaily

    Pada pintu masuk utama, sikulasi vertikal dimulai, sistem sirkulasi

    bergerak keatas dan melalui bangunan, kelas studio dan menunjukan beberapa

    ruang dalam bangunan, kantor fakultar diletakan disepanjang sirkulasi tersebut

    dan langsung dapat melihat ke area studo agar dapat mengawasi keadaan dalam

    kelas studio.

    Fasilitasnya diantara lain adalah 45 studio, 65 kantor, sebuah auditorium,

    dan perpustakaan, dengan beberapa tempat workshop kayu, kafe, lab komputer,

    kelas dan tempat pameran.

  • 53

    Gambar 2.3.5. Interior Sekolah Arsitektur Austin E.K

    Sumber : Archdaily

    High Performance Schools Workshop Twenhofel Middle School

    Gambar 2.3.6. Twenhofel Middle School

    Sumber : Archdaily

    Twenhofel Middle School adalah sekolah yang mengadopsi pencahayaan

    alami sebagai sistem dalam penghematan energi pada bangunan. Twenhofel

    Middle School terletak di Kenton, Inggris, berikut adalah spesifikasi bangunan

    sekolah yang menjadikannya bagunan berarsitektur berkelanjutan:

    1. Pencahaayaan alami pada bangunan

    2. Sistem penangkapan air hujan

    3. Penggunaan solar panel pada bangunan

    4. Seritfikasi LEED

  • 54

    Gambar 2.3.7. Ruang Twenhofel Middle School

    Sumber : Archdaily

    Bangunan didirikan pada sumbu Utara-Selatan untuk menyediakan

    rancangan pencahayaan alami yang optimal. Gymnasium, perpustakaan, Ruang

    yang bersifat umum dan semua ruangan kelas adalah menggunakan pencahayaan

    alami dengan glass clearstories. Memberikan pencahayaan alami 70% setiap

    waktu, jadi mengurangi biaya energi. Penyaring silau elektrik dioperasikan

    diantara clearstoryglass didalam gymnasium untuk mengelapkan untuk

    penampilannyya. Pencahayaan alami dari ruang kelas kualitas kesehatan udara

    ruang dalam diperhatikan secara kritis untuk menyediakan lingkungan belajar

    yang efektif. Penelitian sudah menunjukkan pencahayaan alami didalam ruang

    kelas meningkatkan prestasi siswa dan meningkatkan kepuasan staf. Penelitian ini

    menunjukkan prestasi meningkat 20 % untuk matematika dan 26 % dalam

    membaca lebih dari periode satu tahun.