BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan …thesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2011-2-00138-AR Bab...
Transcript of BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan …thesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2011-2-00138-AR Bab...
14
BAB II
TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Umum
2.1.1 Pengertian Wisma
Wisma memiliki 2 pengertian menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (2002), diantaranya:
• Wisma sebagai bangunan untuk tempat tinggal, kantor, dsb
• Wisma merupakan kumpulan rumah, kompleks perumahan,
permukiman.
Berdasarkan fungsinya sebagai tempat tinggal, wisma memiliki
beberapa fasilitas. Fasilitas yang disediakan oleh Wisma Indonesia,
antara lain: (Sumber: Wisma Indonesia, London, UK)
• Ruang Tidur
Ruang ini berisi tempat tidur yang dilengkapi dengan meja tulis.
• Ruang Makan
Ruangan dimana penghuni dapat berjumpa dengan tamu-tamu lain di
Wisma Indonesia. Di ruangan ini tersedia pula big screen untuk
menikmati acara-acara olahraga dunia.
• Dapur
Peralatan dapur dilengkapi dengan microwave dan kompor yang siap
pakai.
• Penjemputan dan Sewa Mobil
Penjemputan dari airport dan stasiun tersedia atas permintaan dengan
harga khusus. Serta tersedia juga mobil khusus/shuttle bus untuk
mengantar keliling kota.
• Tempat Parkir
Wisma Indonesia memberi kemudahan untuk mendapat tempat parkir
secara gratis.
• Fasilitas Tambahan
Fasilitas ini merupakan fasilitas jasa dan peralatan/keperluan umum
seperti handuk, sleepers, dan perlengkapan sholat.
15
• Hotspot (Wi-fi)
Fasilitas wi-fi internet broadband gratis bagi penghuni sehingga
memudahkan penghuni untuk berkomunikasi di dunia maya.
2.1.2 Pengertian Atlet
Atlet merupakan olahragawan; terutama yang mengikuti
perlombaan atau pertandingan (kekuatan, ketangkasan, dan kecepatan).
(Sumber: Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002). Kepala bidang
pembinaan prestasi menyatakan dalam Kompas 2011 bahwa atlet
pelatnas yang diikutsertakan dalam ajang kompetisi nasional maupun
internasional harus diseleksi terlebih dahulu mengingat kondisi fisik dan
kemampuan dasar atlet tersebut.
Setiap cabang olahraga dimainkan oleh atletnya masing-masing
dengan sangat baik dan bertanggung jawab atas olahraga yang
digandrungi oleh atlet tersebut. Berikut ini adalah cabang olahraga yang
diselenggarakan oleh KONI Pusat, Jakarta, diantaranya:
• Cabang olahraga ber-regu:
Bola Basket
Bola Voli
Sepak Bola
Baseball
Softball
Futsal
Sepak Takraw
Canoe
Hoki
Bola Tangan
• Cabang olahraga individu:
Atletik
Panahan
Bulu Tangkis
Tinju
Sepeda
Berkuda
Gulat
Anggar
Senam
Judo
Berlayar
Menembak
Tenis
Tenis Meja
Angkat Besi
Binaraga
Taekwondo Olahraga Air/Renang
16
Peraturan yang berlaku untuk atlet bulu tangkis yang baru akan
memasuki pelatnas selalu diberikan tes kesehatan pada sesi seleksi
nasional, setelahnya atlet yang lulus seleksi akan diberikan pengarahan
karakter dan mental selama sebulan, hal ini dikemukan oleh kepala
bidang pembinaan PBSI. (Sumber: TEMPO, 5 Maret 2006)
2.1.3 Pengertian Wisma Atlet
Pengertian wisma atlet merupakan gabungan pengertian dari atlet
dan wisma, jadi wisma atlet merupakan tempat tinggal/kompleks
perumahan yang diperuntukkan bagi olahragawan yang akan mengikuti
pertandingan. Wisma atlet memiliki beberapa fasilitas, diantaranya:
(Sumber: Jurnal “Kampung Atlet di Surabaya”, 2008)
• Hunian Atlet
• Hunian Pelatih
• Kantor Pengelola
• Ruang Makan
• Hall of Fame
• Lapangan Pemanasan
• Ruang Fisik
• Ruang Rekreasi
• Fasilitas Pendukung
• Ruang Servis
2.2 Tinjauan Khusus
2.2.1 Pengertian Perilaku Atlet
Perilaku/behavior merupakan (tingkah laku, kelakuan, perilaku,
tindak-tanduk, perangai); sebarang respon (reaksi, tanggapan, jawaban,
balasan) yang dilakukan oleh suatu organisme; secara khusus, bagian
dari satu kesatuan pola reaksi; suatu perbuatan atau aktivitas; suatu gerak
atau kompleks gerak-gerak. (Sumber: Kamus Lengkap Psikologi, 2008).
Proses dan pola perilaku manusia dapat dikelompokkan menjadi
2 bagian yaitu proses individual dan proses sosial. Proses individual
meliputi: (Sumber: Arsitektur dan Perilaku Manusia, 2005:45-46)
• Persepsi Lingkungan
Proses menusia menerima informasi mengenai lingkungan sekitarnya
dan informasi mengenai ruang fisik tersebut kemudian
diorganisasikan ke dalam pikiran manusia.
17
• Kognisi Spasial
Keragaman proses berpikir selanjutnya, mengorganisasikan,
menyimpan, dan mengingat kembali informasi mengenai lokasi,
jarak, dan tatanan dalam lingkungan fisik.
• Perilaku Spasial
Merupakan hasil yang termanifestasikan dalam tindakan dan respons
seseorang, termasuk deskripsi dan preferensi personal, respons
emosional, ataupun evaluasi kecenderungan perilaku yang muncul
dalam interaksi manusia dengan lingkungan fisiknya.
Dapat dirumuskan, perilaku atlet yaitu tingkah laku/kelakuan atlet
dalam merespon pola interaksi, dengan kata lain yang dipersingkat
perilaku atlet merupakan aktivitas atlet. Perilaku atlet ada banyak ragam,
pada saat atlet berlatih secara ber-regu, atlet latihan secara individu, atlet
beristirahat dengan tidur, bermain, atau berjalan-jalan.
Perilaku Istirahat Atlet
Prof. Dr. Singgih D. Gunarsa menyatakan bahwa, dalam
persiapan untuk menghadapi pertandingan memerlukan waktu latihan
yang efektif. Hal-hal yang mempengaruhi efektifitas latihan diantaranya,
keadaan atlet harus relaks tanpa tekanan emosional, untuk mendapatkan
perasaan relaks maka atlet harus istirahat cukup. Istirahat yang cukup
sama pentingnya dengan usaha untuk berlatih keras.
Terdapat 3 jenis istirahat aktif yang dikemukakan oleh Dr.
Edlund (2010), diantaranya yaitu:
• Sosialisasi, merupakan istirahat dengan menghabiskan waktu
bersama teman dengan mengobrol bersama rekan-rekan. Dengan
istirahat jenis ini maka dapat mengurangi tingkat hormon stress dan
memberi manfaat hormonal dan psikologis.
• Istirahat Mental, istirahat ini untuk mendapatkan kondisi “khusyuk”.
Istirahat jenis ini dapat dilakukan dengan membaca buku.
• Istirahat Fisik, dilakukan dengan kegiatan tidur untuk pemulihan
tubuh dan pikiran.
18
Weiberg dan Gould dalam buku Dasar-dasar Psikologi Olahraga
(2000) menyatakan bahwa atlet yang bermain dalam olahraga ber-regu
cenderung ekstrovert dan lebih dependen atau lebih menggantungkan diri
pada orang lain/sesama. Sedangkan atlet cabang olahraga individu
menciptakan tekanan lebih besar dibanding atlet cabang olahraga ber-
regu (Humara, 2008).
2.2.2 Pengertian Privasi
Psikologi atlet ber-regu dan atlet individu dengan sendirinya
membentuk kebutuhan akan privasi serta terbentuklah teritori
didalamnya. Privasi sendiri merupakan salah satu konsep dari gejala
persepsi manusia terhadap lingkungannya, dimana konsep ini amat dekat
dengan konsep ruang personal dan teritorialitas.
Terdapat beberapa macam mengenai privasi, dimana masing-
masingnya disajikan dalam pemahaman yang berbeda. Westin (1970)
mengidentifikasi 4 tipe privasi: (Sumber: John Lang, 1987)
• Solitude, merupakan situasi bebas tanpa gangguan dari orang lain
• Intimacy, situasi dimana bersama dengan orang lain tapi terbebas dari
dunia luar
• Anonymity, situasi dimana tidak diketahui meskipun berada dalam
keramaian
• Reserve, merupakan situasi dimana seseorang dipekerjakan sebagai
pengatur situasi apabila terjadi keadaan yang menggangu.
Privasi merupakan inti dari ruang personal. Privasi adalah
kehendak untuk mengontrol akses fisik ataupun informasi terhadap diri
sendiri dari pihak orang lain, sedangkan ruang personal merupakan
perwujudan privasi itu dalam bentuk ruang. Dari uraian tersebut, privasi
mempunyai fungsi dan merupakan bagian dari komunikasi. Dengan
demikian, privasi memiliki tujuan sebagai berikut: (Sumber: Joyce M.
Laurens, 2005)
• Memberikan perasaan berdiri sendiri, mengembangkan identitas
pribadi.
19
• Memberi kesempatan untuk melepaskan emosi.
• Membantu mengevaluasi diri sendiri, menilai diri sendiri.
• Membatasi dan melindungi diri sendiri dari komunikasi dengan
orang lain.
Privasi dalam arsitektur merupakan suatu kebutuhan manusia
untuk menikmati sebagian dari kehidupan sehari-hari tanpa ada
ganggunan baik langsung maupun tidak langsung oleh subyek lain. Hal
ini dinyatakan dalam suatu ruang yang tertutup dari jangkauan
pandangan maupun fisik dari pihak luar. Jadi, konsep privasi ini jelas ada
batasan-batasan fisik dalam usaha mencapainya.
Menurut Joyce M. Laurens, 2005 menyatakan bahwa pada
umumnya, interaksi yang terjadi di ruang publik adalah interaksi yang
tidak direncanakan, diantaranya:
• Penataan ruang publik untuk mendapat privasi merupakan penataan
ruang agar pertemuan antara orang-orang asing, yang tidak saling
mengenal dapat terjadi dengan tenang dan efisien.
• Ruang-ruang semipublik bersifat sedikit lebih privat daripada ruang
publik, seperti koridor, lobi, sekolah, dll. Penataan ruang semipublik
untuk mendapatkan privasi lebih menekankan peluang terjadinya
interaksi atau menghindari terjadinya interaksi.
• Ruang semiprivate, untuk mendapatkan privasi dalam ruang ini yaitu
dengan menciptakan batas-batas antar kegiatan yang dapat
menimbulkan konflik.
• Ruang privat, ruang ini biasanya hanya terbuka bagi seseorang atau
sekelompok kecil.
2.2.3 Pengertian Teritori
Saat atlet melakukan istirahat sosial hingga istirahat fisik, secara
tak disadari akan terbentuk sebuah teritori dimana atlet tidak akan merasa
terganggu saat beristirahat. Teritori yang dibentuk dalam ruang arsitektur
berdasarkan jenis istirahatnya maka akan membentuk privasi. Sehingga
20
dalam beristirahat, atlet memerlukan teritori untuk mencapai privasinya.
(Sumber: Agus Dharma, 1998)
Julian Edney (1974) mendefinisikan teritorialitas sebagai sesuatu
yang berkaitan dengan ruang fisik, tanda, kepemilikan, pertahanan,
penggunaan yang eksklusif, personalisasi, dan identitas. Termasuk
didalamnya dominasi, control, konflik, keamanan, gugatan akan sesuatu,
dan pertahanan.
Holahan (dalam Iskandar, 1990) mengungkapkan bahwa
teritorialitas adalah suatu tingkah laku yang diasosiasikan pemilikan atau
tempat yang ditempatinya atau area yang sering melibatkan cirri
pemilikannya dan pertahanan dari serangan orang lain. Dengan demikian
menurut Altman (1975) penghuni tempat tersebut dapat mengontrol
daerahnya atau unitnya dengan benar, atau merupakan suatu teritorial
primer.
Menurut John Lang (1987), teritorialitas memiliki 4 karakter
utama, diantaranya:
• Kepemilikan atau hak dari suatu tempat
• Personalisasi atau penandaan dari suatu area tertentu
• Hak untuk mempertahankan diri dari gangguan luar
• Pengatur dari beberapa fungsi, mulai dari bertemunya kebutuhan
dasar psikologis sampai kepada kepuasan kognitif dan kebutuhan-
kebutuhan estetika.
Pembagian teritori menurut Altman (1980) dibagi menjadi 3
bagian yang didasarkan pada derajat privasi, afiliasi, dan kemungkinan
pencapaian, diantaranya:
• Teritori Primer
Teritori ini dipergunakan secara khusus bagi pemiliknya.
Pelanggaran terhadap teritori ini akan mengakibatkan timbulnya
perlawanan dari pemiliknya dan ketidakmampuan untuk
mempertahankan teritori utama ini akan mengakibatkan masalah
yang serius terhadap aspek psikologis pemiliknya. Contoh dari
teritori ini adalah ruang kerja, ruang tidur, wilayah Negara, dll.
21
• Teritori Sekunder
Jenis ini lebih longgar pemakaiannya dan pengontrolan oleh
perorangan. Teritorial ini dimiliki bersama oleh sejumlah orang yang
sudah cukup saling mengenal. Contoh dari teritori ini yaitu ruang
kelas, kantin, kampus, dan ruang latihan olahraga. Sifat dari teritori
ini yaitu semi publik.
• Teritorial Umum/Publik
Teritori yang terbuka untuk umum dan dapat digunakan oleh setiap
orang dengan mengikuti aturan-aturan yang lazim di dalam
masyarakat dimana teritorial umum itu berada. Contoh dari teritori
ini adalah bis kota, gedung bioskop, dan sebagainya.
Lyman dan Scott (1967) juga membuat klasifikasi teritorialitas
yang sebanding dengan Altman, namun terdapat 2 tipe yang berbeda,
yaitu:
• Teritori Interaksi
Teritori yang ditujukan pada suatu daerah yang secara temporer
dikendalikan oleh sekelompok orang yang berinteraksi. Contoh dari
teritori ini adalah sebuah tempat perkemahan dan lapangan sepak
bola.
• Teritori Badan
Teritori ini dibatasi oleh badan manusia, artinya segala sesuatu
mengenai kulit manusia tanpa ijin dianggap gangguan. Secara
otomatis orang akan mempertahankan diri terhadap gangguan
tersebut.
Pengontrolan teritori dapat mencapai lingkup privasi dalam suatu
lingkungan, karena didalamnya tercakup pemenuhan kebutuhan dasar
manusia yang meliputi: (Sumber: John Lang dan Sharkwy, 1987)
• Kebutuhan akan identitas, berkaitan dengan kebutuhan akan
kepemilikan, kebutuhan terhadap aktualisasi diri, yang pada
prinsipnya adalah dapat menggambarkan kedudukan serta peran
seseorang dalam masyarakat.
22
• Kebutuhan terhadap stimulasi yang berkaitan erat dengan aktualisasi
dan pemenuhan diri.
• Kebutuhan akan rasa aman, dalam bentuk bebas dari kecaman, bebas
dari serangan oleh pihak luar, dan memiliki keyakinan diri.
• Kebutuhan yang berkaitan dengan pemeliharaan hubungan dengan
pihak-pihak lain dan lingkungan sekitarnya.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keanekaan teritori
adalah karakter personal seseorang, perbedaan situasional berupa tatanan
fisik dan situasi sosial budaya seseorang. faktor yang mempengaruhi
teritori, diantaranya:
• Faktor Personal, berupa jenis kelamin, usia, dan kepribadian
seseorang.
• Situasi, tatanan fisik dan sosial budaya seseorang.
• Faktor Budaya, latar belakang budaya dalam sebuah kelompok yang
memiliki kebudayaan sama.
Joyce M. Laurens (2005) menyatakan bahwa penerapan
teritorialitas dalam desain arsitektur mengacu pada pola tingkah laku
manusia yang berkaitan dengan teritorialitas sehingga dapat mengurangi
agresi, meningkatkan kontrol, dan membangkitkan rasa tertib dan aman.
• Publik dan Privat
Ruang publik adalah area yang terbuka. Ruang ini dapat
dicapai oleh siapa saja pada waktu kapan saja dan tanggung jawab
pemeliharaannya adalah kolektif.
Ruang privat adalah area yang aksesibilitasnya ditentukan
oleh seseorang atau oleh sekelompok orang dengan tanggung jawab
ada pada mereka. Derajat aksesibilitas itu terkadang merupakan suatu
peraturan atau ketentuan, namun dapat juga terjadi suatu kesepakatan
saja diantara para pemakainya.
Dalam perancangan ruang-ruang arsitektur, perbedaan teritori
dapat dilakukan dengan dengan memberikan batas nyata seperti
dinding, pintu, atau dapat pula dengan simbolik atau logo tertentu.
23
• Ruang Peralihan
Daerah peralihan dibuat sebagai penghubung berbagai teritori
yang berbeda sifatnya. Sebagai daerah peralihan dari teritori primer
yang bersifat privat ke teritori publik, perwujudan arsitekturalnya
harus ramah karena merupakan daerah “selamat datang” sekaligus
“selamat jalan”. Area peralihan semacam ini juga dipakai sebagai
wadah melakukan kontak sosial sehingga secara administratif bisa
termasuk teritori publik ataupun teritori privat.
Demikian beberapa penjelasan mengenai teori-teori yang menunjang
didalam penelitian ini. Berdasarkan teori dari proses individual perilaku manusia
khususnya didalam persepsi manusia terhadap lingkungannya, kebutuhan akan
privasi dan teritori diharapkan terpenuhi dengan baik.
Dalam penelitian ini, penulis mengangkat beberapa teori penting yang
dapat menguatkan hasil penelitian, diantaranya:
• Privasi didalam ruang arsitektur, khususnya interaksi manusia didalam ruang
publik yang tidak direncanakan. Sehingga didapat hasil berupa penataan
ruang-ruang publik, semipublik, serta ruang privat.
• Penerapan kebutuhan privasi kedalam klasifikasi teritori primer, sekunder,
dan umum/publik yang dapat menunjang perilaku istirahat atlet. Klasifikasi
teritori yang digunakan kemudian dikontrol untuk dapat memenuhi
kebutuhan dasar manusia, seperti rasa aman, nyaman, serta pemeliharaan
hubungan relasinya terhadap lingkungan sekitar.
• Kebutuhan akan teritori pun dipengaruhi oleh faktor karakter personal dan
sosial manusia, yang akan membentuk teritorialitas dalam ruang arsitektur.
2.3 Studi Banding
Kota Jakarta memiliki beberapa wisma atlet selain wisma fajar di
Senayan. Wisma atlet yang masih difungsikan dengan baik, diantaranya yaitu
wisma atlet Ragunan, mess Persija di Ragunan, wisma atlet PBSI di Cipayung,
wisma pencak silat TMII, dan asrama atlet PB Djarum. Diantara wisma-wisma
atlet yang masih baik difungsikan penulis mengambil data literature di beberapa
wisma tersebut sebagai bahan pengetahuan tambahan mengenai wisma atlet.
24
2.3.1 Studi Lapangan
Berikut ini adalah penjelasan mengenai data lapangan yang
didapat oleh penulis melalui survey lapangan, dan wawancara dengan
atlet pelatihan nasional :
2.3.1.1 WISMA FAJAR, SENAYAN
Wisma Fajar pada awalnya difungsikan sebagai mess karyawan
Singapura yang bekerja di Jakarta, bangunan tersebut dibangun pada
tahun 1974 dan difungsikan pada tahun 1980. Pada tahun itu kepemilikan
gedung adalah milik orang Singapura, namun untuk keperluan tempat
tinggal atlet pelatnas, bangunan tersebut beralih fungsi sebagai wisma
atlet sejak tahun 1985 hingga 1995 meskipun susunan ruang dan
denahnya tidak seperti wisma atlet pada umumnya. Pengelolaan gedung
pun kemudian beralih kepada pihak pemerintah yaitu Gelora Bung Karno
pada tahun 2004.
Foto 2.1 Wisma Fajar
Sumber: Survei Lapangan
Pada saat wisma fajar ditempati oleh atlet, 1 unitnya diisi
sebanyak 15 atlet. Hanya ada 6 unit apartemen yang digunakan oleh
atlet, sisanya disewakan untuk umum dan juga digunakan untuk kantor
pengelola wisma fajar. Hingga saat ini, 2 tower diantaranya disewakan
sebagai hunian pegawai konstruksi sebuah kontraktor, dan sisanya
disewakan kepada masyarakat umum.
25
Tabel 2.1 Spesifikasi Wisma Fajar
Konsep Arsitektur
Konsep wisma fajar, bangunan fungsional apartemen dengan
bentuk arsitektur linear dan penataan single loaded. Wisma fajar
terdiri dari 3 tower, setiap tower terdiri dari 10 lapis dan tiap lapis
berisi 2 unit.
Topik/Tema
Fasilitas wisma fajar yang terkait topik/tema:
Living room, balkon, kantin, ruang tidur
Berdasarkan tingkat privasi dari yang tertinggi hingga terendah,
antara lain: (teritori Primer Sekunder Publik)
Ruang tidur Living room Balkon Kantin
Fasilitas
Gambar 2.1 Layout
Unit Apartemen
Living Room
Foto 2.2 Living Room
Ruang Tidur berjumlah 3
Foto 2.3 Ruang Tidur
Kamar Mandi/wc berjumlah 3
Foto 2.4 Kamar Mandi
Ruang Dapur
Foto 2.5 Dapur
Ruang Jemur
Tempat menjemur pakaian dan
terdapat gudang didekatnya
Balkon
Foto 2.6 Balkon di living room
Kantin
Berkonsep foodcourt dengan
kondisi memprihatinkan
Sumber: Survei Lapangan
26
2.3.1.2 WISMA ATLET RAGUNAN, GELORA RAGUNAN
Wisma ini dioperasikan sejak tahun 2004, seluruh sarana dan
prasarana yang dimiliki oleh wisma ini adalah milik DKI. Wisma atlet
hanya dikhususkan bagi pelajar junior sedangkan atlet-atlet seniornya
menetap di asrama. Wisma atlet Ragunan terdiri dari 3 lapis, pembagian
tiap lantainya yaitu dilantai 1 khusus wanita, lantai 2 khusus pria, dan
lantai 3 khusus untuk atlet-atlet pelatnas, untuk saat ini ditempati oleh
atlet pelatnas taekwondo. Wisma ini dihuni oleh atlet binaan serta
beberapa pelatihnya.
Foto 2.7 Wisma Atlet Ragunan
Sumber: Survei Lapangan
Foto 2.8 Denah Lantai 1
Sumber: Survei Lapangan
27
Sistem pembinaan dari wisma atlet Ragunan ini harus mengikuti
jadwal yang diberlakukan. Jadwal yang berlaku yaitu:
• Pukul 5-7 pagi, atlet melakukan pemanasan sesuai cabang olahraga
yang digeluti dilanjutkan dengan sarapan pagi diruang makan.
• Pukul 7-11, atlet sekolah sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
• Pukul 11-2 siang adalah waktunya makan siang dan istirahat.
• Pukul 2-6 sore, atlet latihan fisik sesuai dengan cabornya di ruangan
yang tersedia, seperti hall basket, hall bulutangkis, kolam renang,
dan lain sebagainya.
• Pukul 6 sore, waktunya atlet makan malam dan istirahat.
• Pukul 7-9 malam, ada sebagian atlet yang mengikuti sekolah malam.
• Pukul 10 malam, atlet diwajibkan untuk tidur.
Atlet pelatnas ragunan mendapatkan libur latihan pada hari sabtu dan
minggu.
Tabel 2.2 Spesifikasi Wisma Atlet Ragunan
Konsep Arsitektur
Bangunan wisma ragunan berbentuk linear, dengan koridor yang
luas. Desain yang menonjol yaitu kolom ekspos. Wisma ini terdiri
dari 3 lapis, dengan total 72 ruang tidur, 20 ruang di lantai 1, dan
masing-masing 26 ruang di lantai 2 dan 3.
Topik/Tema
Fasilitas ruang yang dapat digunakan oleh atlet untuk beristirahat:
Ruang tidur, ruang serbaguna, ruang duduk/lobby, ruang makan
Fasilitas berdasarkan tingkat privasi dari yang tertinggi hingga
terendah: (teritori Primer Sekunder Publik)
Ruang tidur Ruang makan Ruang serbaguna Lobby Fasilitas
Ruang Tidur: maksimal 4 orang
dengan kesamaan cabor.
Foto 2.9 Ruang Tidur
Kamar Mandi: berada didalam
setiap ruang tidur.
Foto 2.10 Kamar Mandi
28
Gambar 2.2 Layout
Ruang Tidur
Ruang Jemur: ruang ini berada
didalam setiap kamar.
Foto 2.11 Ruang Jemur
Ruang Serbaguna: kapasitas
50-60 orang, sebagai ruang
seminar, briefing, dsb.
Foto 2.12 Ruang Serbaguna
Ruang Duduk/Lobby: tersedia
sofa dan televisi.
Foto 2.13 Ruang Duduk/Lobby
Mushola: terletak dilantai 2
Foto 2.14 Mushola
Laundry
Tersedia pula jasa laundry bagi
penghuni wisma. Ruangan
laundry berada dilantai 1.
Ruang Makan: berada di
gedung yang terpisah dari
wisma, berkonsep kafetaria.
Foto 2.15 Ruang Makan
Tempat Parkir
Lapangan parkir yang luas untuk
kendaraan pribadi orang tua atlet
dan pelatih (jika ada)
Sumber: Survei Lapangan
2.3.2 Studi Literatur
Berikut ini beberapa sumber data literatur yang didapat oleh
penulis dari pencarian data melalui internet :
29
2.3.2.1 LONDON ATHLETES’ VILLAGE
Foto 2.16 London Athletes’ Village
Sumber: Google Indonesia/London Athletes Village
Selama musim pertandingan, athlete village akan dijadikan
sebagai apartemen hunian bagi 17.000 atlet beserta anggota olahraga lain
seperti pelatih dan organisasinya, dilengkapi dengan berbagai fasilitas
menunjang mulai dari ruang tidur, pertokoan, hingga ruang terbuka
hijau/taman yang luas.
Perancang beranggapan bahwa seluruh atlet dan official cabang
olahraga membutuhkan relaksasi dan merasakan seperti didalam rumah
pribadi. Sehingga area athlete village ini menyediakan apartemen
dilengkapi dengan pertokoan, restoran, medical centre, media dan
fasilitas umum lain serta area ruang terbuka yang sangat luas.
Atlet akan mendapatkan inspirasi dari pemandangan taman
disekitarnya. Setiap apartemen akan diberikan akomodasi kenyamanan
dan fasilitas komunikasi termasuk akses internet dan jaringan nirkabel.
Semua blok apartemen akan dipenuhi akses dan kemudahan dengan
transportasi vertikal yang modern.
Colin jackson, seorang komentator olahraga mengatakan bahwa
“Penginapan adalah hati dan jiwa dari segalanya, dimana kita
mengistirahatkan diri dimalam hari dan ini adalah bagian terpenting dari
semua persiapan yang dilakukan. Kita perlu kembali ke tempat yang
membuat kita merasa nyaman, dimana kita dapat merasakan rasa
kepemilikan dan Saya pikir London telah menyediakan semua itu dengan
sangat baik untuk tahun 2012”.
30
Tabel 2.3 Spesifikasi London Athletes’ Village
Konsep Arsitektur
Perancangan berdasarkan pada tradisi desain perumahan massal
dan pertamanan yang berlaku di London. Athletes Village ini juga
dikelilingi area terbuka yang luas dan dilengkapi dengan balkon
yang besar sehingga penghuni dapat menikmati pemandangan.
Topik/Tema
Dalam melakukan kegiatan istirahatnya, atlet dapat melakukan
diruang-ruang seperti pertokoan, ruang tidur, medical media,
restoran, serta taman. Selain itu, atlet dapat pula berjalan-jalan
keliling kompleks Stratford city dan pusat kota London dengan
fasilitas shuttle bus yang disediakan oleh athlete village, London.
Fasilitas
Ruang Tidur pada unit
apartemen.
(tergolong dalam teritori primer)
Klinik Kesehatan untuk
memulihkan atlet yang
mengalami cedera. (teritori
sekunder)
Ruang Media dimana para
wartawan mendapatkan hak
untuk melakukan wawancara.
(teritori sekunder)
Pertokoan yang menyediakan
kebutuhan atlet dan suvenir
ajang kompetisi.
(teritori publik)
Village Plaza sebagai tempat
pertemuan antara atlet dengan
teman-teman atau keluarga.
(teritori publik)
Taman merupakan tempat bagi
atlet untuk bersantai dan
mendapatkan kembali
tenaganya melalui inspirasi.
(teritori publik) Sumber: Google Indonesia/London Athletes Village
Selama musim pertandingan, pemukiman akan memberikan jasa
untuk atlet seperti catering dan transportasi. Semua ini kebanyakan
diakomodasikan dalam bentuk struktur temporary didalam tapak, yang
akan dihilangkan oleh pengembang setelah musim pertandingan selesai.
Pengembang memiliki prinsip yaitu “Tempat tidur untuk atlet, rumah
untuk warga London”, prinsip tersebut dimaksudkan bahwa pada saat
31
musim pertandingan permukiman dikhususnya bagi atlet namun setelah
musim pertandingan berakhir, permukiman tersebut dibuka untuk umum.
2.3.2.2 YOUTH OLYMPIC VILLAGE, SINGAPORE
Youth Olympic Village (YOV) dapat menampung lebih dari 5.000
atlet dan tim organisasinya yang akan menginap di Singapore pada tahun
2010, dari tanggal 10 sampai 28 agustus 2010 untuk 18 hari.
Lokasinya berada di bagian dari kampus Nanyang Technological
University (NTU), YOV akan menjamu atlet dan organisasinya dengan
kenyamanan tanpa uang akomodasi dan jasa. Lingkungan yang bersih
dan tenang akan kondusif dan aman bagi atlet untuk beristirahat dan
bersiap untuk kompetisi.
Foto 2.17 Young Olympic Village, Singapore
Sumber: Google Indonesia/Young Olympic Village
YOV dibagi menjadi 2 zona : Residential Zone (RZ) dan Village
Square (VS). RZ diorganisasikan kedalam 5 cluster untuk memudahkan
orientasi. VS merupakan jantung dari permukiman. Berada dekat dari
gedung exhibition World Culture Village.
Tabel 2.4 Spesifikasi Young Olympic Village
Konsep Arsitektur
Dirancang dengan desain yang modern dan berbentuk radial
sehingga memungkinkan untuk pandangan yang meluas.
Bangunan dengan konsep green architecture ini mengekspos
32
kolom dan balok pada zona Village Square. Lokasi permukiman
yang dibagi menjadi 2 zona ini terdapat 5 cluster residential pada
Residential Zone.
Topik/Tema
Pada waktu bebas, atlet dapat mengikuti aktivitas budaya dan
edukasi. Fasilitas yang menunjang istirahat atlet yang
mengutamakan privasi berada di lokasi RZ sedangkan fasilitas
pada VS termasuk fasilitas umum dengan tingkat privasi rendah.
Fasilitas
Residential Zone (RZ) 10 Hall Resident berisi fasilitas
penunjang ruang TV, ruang
meeting, ruang ibadah, klinik,
hot-spot akses, dan laundry.
(tergolong teritori publik dan
sekunder)
Ruang makan, internet centre,
ruang rekreasi. (teritori
sekunder)
Ruang tidur berikut dengan
kamar mandi. (teritori primer)
Village Square (VS) keseluruhan fasilitas tergolong dalam teritori publik Hall of fame, panggung
musik/konser, forum olahraga,
forum budaya dan edukasi.
Pertokoan retail, bank untuk
penukaran mata uang, kantor
pos, kantor biro perjalanan,
pusat media untuk jurnalis. Sumber: Google Indonesia/Young Olympic Village
YOV akan memberikan kehidupan layaknya seperti dirumah agar
atlet dapat berkonsentrasi pada prestasi olahraga yang gemilang, belajar
untuk hidup saling menghormati satu dengan yang lainnya, dan
memberikan ingatan tentang persahabatan yang berharga selama mereka
menetap di Singapore.
2.3.2.3 BEIJING OLYMPIC VILLAGE
Beijing olympic village menyediakan 16.000 tempat tinggal dari
204 delegasi diatas lahan sebesar 66 hektar. Olympic village
menyediakan pula fasilitas den servis yang lengkap seperti makanan,
33
entertainment, dan transportasi. Lebih dari 300 medali emas akan
diberikan kepada atlet yang menghuni.
Foto 2.18 Asrama Atlet di Olympic Village
Sumber: Google Indonesia/Beijing Olympic Village
Olympic Village dibuka secara resmi pada tanggal 27 Juli 2008
dan ditutup pada tanggal 27 Agustus 2008. Permukiman tersebut dibagi
menjadi 3 bagian komplek, diantaranya residential district, international
district dan operations district. Masing-masing district menyediakan jasa
akomodasi, jasa komersial dan logistik, serta jasa angkutan.
Tabel 2.5 Spesifikasi Beijing Olympic Village
Konsep Arsitektur
Permukiman yang dibagi menjadi 3 kelompok ini memiliki desain
modern yang dilengkapi dengan elemen desain China dari pola
naga pada handle pintu sampai kesenian/lukisan China. Konsep
dari kampung atlet ini yaitu olympic green sehingga ruang terbuka
hijau seperti taman sangat menonjol. Bangunan asrama terdiri dari
42 gedung, masing-masing terdapat 6-9 lapis. Secara total tersedia
9.000 unit dan dapat mengakomodasi sampai 17.000 orang.
Topik/Tema
Dalam mengisi waktu kosong, atlet disuguhkan berbagai fasilitas
entertainment seperti ruang bermain, selain itu atlet juga dapat
beristirahat di restoran, taman, internet cafe, ruang rekreasi, dan
ruang lainnya.
34
Fasilitas
Residential District (tergolong dalam teritori primer dan sekunder)Hi-tech dormitory dengan
ruang tidur untuk 2 orang,
dilengkapi kamar mandi
Foto 2.19 Ruang Tidur
Foto 2.20 Restoran
Jasa laundry, internet wireless,
video games, internet centre,
klinik, restoran
Foto 2.21 Klinik
Foto 2.22 Taman
International District (merupakan teritori public dan sekunder) Barbershop, supermarket, toko
suvenir, ruang rekreasi, ruang
fitness, hall karaoke
Foto 2.23 Barbershop
Foto 2.24 Internet Cafe
5 ruang ibadah, internet cafe,
jasa pengiriman barang UPS.
Foto 2.25 Ruang Fitness
Foto 2.26 Ruang Ibadah
35
Operations District (merupakan teritori sekunder) Hall of fame, media room
Foto 2.27 Hall of Fame
Ruang bermain, perpustakaan
Foto 2.28 Ruang Bermain
Sumber: Google Indonesia/Beijing Olympic Village
Olympic Village yang pertama didirikan pada tahun 1924. Tujuan
dari permukiman tersebut adalah untuk memberikan akomodasi bagi atlet
dan memberikan akses untuk menggunakan fasilitas bagi atlet yang
berasal dari Negara manapun. Setelah musim pertandingan berakhir,
apartemen dari Olympic village akan dialihkan sebagai permukiman
umum.
2.3.3 Kesimpulan
Berdasarkan studi lapangan dan studi literatur maka dapat
diperoleh kesimpulan dengan membandingkan data studi banding yang
telah dilakukan. Kesimpulan dapat berupa kebutuhan fasilitas penunjang
yang dapat digunakan atlet untuk beristirahat didalam wisma atlet.
Kebutuhan ruang pokok/fasilitas yang wajib tersedia didalam
wisma atlet berdasarkan hasil studi banding, diantaranya:
Tabel 2.6 Pembagian Ruang Berdasarkan Teritori
Teritori Primer Teritori Sekunder Teritori Publik Ruang Tidur Kamar mandi/WC
Restoran/Ruang makan Ruang rekreasi Klinik Ruang media Internet centre Fitness centre
Hall of fame Laundry Taman Bank Retail/gift shop