BAB II Teoritis

38
BAB II LANDASAN TEORITIS 2.1 KONSEP DASAR 2.1.1 Pengertian Ada beberapa pengertian anus imperforata atau atresia ani yang dikemukakan oleh beberapa ahli meliputi : Malformasi kongenitas yang dikenal sebagai anus imperforata meliputi anus, rektum atau batas diantara keduanya (betz, 2002). Menurut Wong, 2003 Atresia ani merupakan kelainan bawaan (kongenital), tidak ada lubang atau saluran anus. Atresia berasal dari bahasa Yunani, artinya tidak ada, trepis artinya nutrisi atau makanan. Dalam istilah kedokteran atresia itu sendiri adalah keadaan tidak adanya atau tertutupnya lubang badan normal atau organ tubular secara kongenital disebut juga clausura. Dengan kata lain tidak adanya lubang di tempat yang seharusnya berlubang atau buntunya saluran atau rongga tubuh, hal ini bisa terjadi karena bawaan sejak lahir atau terjadi kemudian karena proses penyakit yang mengenai saluran itu. Atresia dapat terjadi pada seluruh saluran tubuh, misalnya atresia ani. Atresia ani yaitu tidak berlubangnya dubur. Atresia ani memiliki nama lain yaitu anus imperforata. Jika atresia terjadi maka 4

Transcript of BAB II Teoritis

Page 1: BAB II Teoritis

BAB II

LANDASAN TEORITIS

2.1 KONSEP DASAR

2.1.1 Pengertian

Ada beberapa pengertian anus imperforata atau atresia ani yang

dikemukakan oleh beberapa ahli meliputi :

Malformasi kongenitas yang dikenal sebagai anus imperforata meliputi

anus, rektum atau batas diantara keduanya (betz, 2002). Menurut Wong, 2003

Atresia ani merupakan kelainan bawaan (kongenital), tidak ada lubang atau

saluran anus.

Atresia berasal dari bahasa Yunani, artinya tidak ada, trepis artinya nutrisi

atau makanan. Dalam istilah kedokteran atresia itu sendiri adalah keadaan tidak

adanya atau tertutupnya lubang badan normal atau organ tubular secara kongenital

disebut juga clausura. Dengan kata lain tidak adanya lubang di tempat yang

seharusnya berlubang atau buntunya saluran atau rongga tubuh, hal ini bisa terjadi

karena bawaan sejak lahir atau terjadi kemudian karena proses penyakit yang

mengenai saluran itu. Atresia dapat terjadi pada seluruh saluran tubuh, misalnya

atresia ani. Atresia ani yaitu tidak berlubangnya dubur. Atresia ani memiliki nama

lain yaitu anus imperforata. Jika atresia terjadi maka hampir selalu memerlukan

tindakan operasi untuk membuat saluran seperti keadaan normalnya.

Anoplasty adalah suatu tindakan pembedahan untuk mebuat lubang anus

pada malformasi fistel rendah misalnya pada nocutan, anus vestibular yang tidak

adekuat pada anus membranoseus.

Indikasi operasi ini adalah bila adanya gejala klinis keluarnya cairan

mekonium dari lubang sekitar vestibulum dan kulit skrotum. Komplikasi yang

ditimbulkan dari operasi ini antara lain terjadinya perdarahan, komplikasi pasca

operasi; infeksi dan stenosis. Perawatan yang diperlukan pascabedah adalah

pembersihan luka operasi/spooling dengan povidon iodine 10%. Rendam duduk

setiap hari mulai hari ketiga dan minggu kedua mulai dilakukan businasi hingga

would healing selesai.

4

Page 2: BAB II Teoritis

2.1.2 Etiologi

Atresia dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:

a. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur

sehingga bayi lahir tanpa lubang dubur

b. Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12

minggu/3 bulan

c. Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik

didaerah usus, rektum bagian distal serta traktus urogenitalis, yang

terjadi antara minggu keempat sampai keenam usia kehamilan.

2.1.3 Manifestasi Klinis

Pada sebagian besar anomali ini neonatus ditemukan dengan obstruksi

usus.

Tanda berikut merupakan indikasi beberapa abnormalitas:

a. Tidak adanya apertura anal

b. Mekonium tidak keluar dalam 24 jam pertama setelah kelahiran

c. Mekonium yang keluar dari suatu orifisium abnormal

d. Muntah dengan abdomen yang kembung

e. Kesukaran defekasi,  misalnya dikeluarkannya feses mirip seperti

stenosis

Untuk mengetahui kelainan ini secara dini, pada semua bayi baru lahir

harus dilakukan colok anus dengan menggunakan termometer yang

dimasukkan sampai sepanjang 2 cm ke dalam anus, tau dapat juga dengan jari

kelingking yang memakai sarung tangan. Jika terdapat kelainan, maka

termometer atau jari tidak dapat masuk. Bila anus terlihat normal dan

penyumbatan terdapat lebih tinggi dari perineum. Gejala akan timbul dalam

24-48 jam setelah lahir berupa perut kembung, muntah berwarna hijau.

2.1.4 Komplikasi

Komplikasi yang mungkin timbul pada penderita atresia ani antara lain:

a. Asidosis hiperkioremia

b. Infeksi uretra (akibat prosedur bedah)

5

Page 3: BAB II Teoritis

c. Infeksi saluran kemih yang bisa berkepanjangan

d. Komplikasi jangka panjang; inversi mukosa anal, stenosis(akibat

kontriksi jaringan perut diastomosis)

e. Masalah atau keterlambatan yang berhubungan dengantoilet training

f. Inkontinensia (akibat stenosis awal atau impaksi)

g. Prolap mukosa anorektal

h. Fistula kambuhan (karena ketegangan, diare, pembedahan dan infeksi)

6

Page 4: BAB II Teoritis

2.1.5 Patofisologi

Gangguan pertumbuhan

Fusi

Pembentukan anus dari tonjolanembrionik

Atresia ani

Feses tidak keluar vistel rekto vaginal

Feses menumpuk feses masuk ke uretra

Tek. Intraabdominal Reabsorbsi sisa Mikroorganisme

metabolisme oleh tubuh masuk ke sal.kemih

Anoplasty, Mual muntah Keracunan Dysuria

colostomi

Perubahan defekasi Trauma jaringan

Pengeluaran tak terkontrol

Iritasi mukosa Nyeri Perawatan tdk adekuat

2.1.6 Pemeriksaan Penunjang

7

Resti Gg. nutrisi krg dari kebutuhan

Gg. Eliminasi BAK

Resti nyeri

Gg. Rasa nyaman

Gg. Rasa nyaman

Resti kerusakanIntegritas kulit

Resti infeksi

Page 5: BAB II Teoritis

Pemeriksaan yang dilakukan untuk memastikan suatu keadaan atresia ani

meliputi:

a. Pemeriksaan rektal digital dan visual yang menrupakan pemeriksaan

diagnostik yang umum dilakukan pada gangguan ini.

b. Jika ada fistula, urine dapat diperiksa untuk memeriksa adanya sel-sel

epitel mekonium

c. Pemeriksaan sinyal X lateral infeksi (teknik wangen steen rice) dapat

menunjukkan adanya kumpulan edara dalam ujung rektum yang buntu

pada mekonium yang mencegah udara sampai ke ujung kantong

rektum

d. Ultrasonografi dapat digunakan untuk menunjukkan letak rektal

kantong

e. Pemeriksaan radiologis.

2.1.7 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pengobatan atresia ani meliputi :

a. Medik

Eksisi membran anal

Fistula, yaitu dengan melakukan kolostomi sementara dan

setelah umur 3 bulan dilakukan koreksi sekaligus

b. Keperawatan: Kepada orang tua perlu diberitahukan mengenai

kelainan pada anaknya dan keadaan tersebut dapat diperbaiki dengan

jalan operasi. Operasi akan dilakukan 2 tahap yaitu tahap pertama

hanya dibuatkan anus buatan dan setelah umur 3 bulan dilakukan

operasi tahapan ke 2, selain itu perlu diberitahukan perawatan anus

buatan dalam menjaga kebersihan untuk mencegah infeksi. Serta

memperhatikan kesehatan bayi.

2.2 ASUHAN KEPERAWATAN

8

Page 6: BAB II Teoritis

2.2.1 Pengkajian

a. Pengukuran meliputi: suhu tubuh, nadi, pernafasan, tekanan darah, tinggi

badan, berat badan, lingkar kepada (kurang dari 2 tahun)

b. Kardiovaskular

i. Nadi; denyut apeks- frekwensi, irama dan kualitas

ii. Nadi perifer-ada atau tidak, jika ada kaji frekwensi, irama dan kualitas.

iii. Tekanan darah

iv. Lingkar dada (thoraks), adanya deformitas thoraks, bunyi jantung

murmur dan titik impuls maksimum

v. Tampilan umum; tingkat aktivitas, tinggi dan berat badan, perilaku

gelisan dan ketakutan, jari tabuh (clubbing) pada tangan dan kaki

vi. Kulit; pucat, sianosis-membran mukosa, ekstremitas, dasar kuku. Kaji

adanya diaforesis dan suhu

vii. Edema; periorbital dan ekstremitas

c. Respiratori

i. Bernafas; frekwensi pernafasan, kedalaman dan kesimetrisan. Kaji pola

nafas;apnea, takipnea, pernafasan cuping hidung, retraksi (supra sternal,

interkostal, subkostal dan supra klavikular) dan kaji posisi yang

nyaman.

ii. Hasil auskultasi thoraks; bunyi nafas merata, bunyi nafas abnormal

(ronki basah atau kering), fase inspirasi dan ekspirasi memanjang,

serak, batuk dan stridor.

iii. Hasil pemeriksaan thoraks; lingkar dada dan bentuk dada.

iv. Tampilan umum; warna- merah muda, pucat, sianosis dan akrosianosis.

Tingkat aktivitas, perilaku- apatis, tidak aktif, gelisah dan ketakutan.

d. Neurologik

i. Tanda vital, meliputi; suhu, pernafasan, denyut jantung, tekanan darah

dan tekanan nadi.

ii. Pemeriksaan kepala, meliputi; fontanel-menonjol, rata atau cekung.

Lingkar kepala(< 2 tahun) dan bentuk umum.

iii. Reaksi pupil, reaksi terhadap cahaya dan keasamaan respon

9

Page 7: BAB II Teoritis

iv. Tingkat kesadaran; kewaspadaan-respon terhadap panggilan dan

perintah, irritabilitas, letargi dan rasa mengantuk, orientasi terhadap diri

sendiri, orang lain dan lingkungan

v. Afek; alam perasaan dan labilitas.

vi. Aktivitas kejang ; jenis dan lamanya

vii. Fungsi sensori; reaksi sensori terhadap nyeri dan terhadap suhu

viii. Refleks; tendon superfisial dan dalam, adanya patologik

ix. Kemampuan intelektual(tergantung tingkat perkembangan);

kemampuan menulis dan menggambar dan kemampuan membaca.

e. Gastrointestinal

i. Hidrasi; turgor kulit, membran mukosa, asupan dan haluaran

ii. Abdomen; nyeri, kekakuan, bising usus, muntah--jumlah, frekwensi dan

karakteristiknya, feses—jumlah, frekwendi dan karakteristiknya, kaji

ada tidaknya kram, tenesmus.

f. Renal

i. Fungsi ginjal; nyeri tekan pinggang atau supra pubik, disuria, pola

berkemih(lancar atau meneter, frekwensi atau inkontinens, urgensi,

adanya asites, adanya edema(periorbital, skrotum dan tungkai bawah)

ii. Karakteristik urin dan urinasi; urin tampak bening atau keruh, warna

urin(kuning sawo, medah muda atau cokelat kemerahan), bau

urine(amonia, aseton atai sirup maple), berat jenis.

iii. Genitalia; iritasi dan sekret.

10

Page 8: BAB II Teoritis

2.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN

2.3.1 Pre operatif

1. Ketakutan/ansietas berhubungan dengan perubahan pada status

kesehatan ditandai dengan peningkatan ketakutan, penurunan

kepercayaan diri

2. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis dan kebutuhan

pengobatan berhubungan dengan kurang mengingat dan salah

interpretasi informasi ditandai dengan tingkah laku tidak kooperati

(agitasi, apatis dan bermusuhan)

2.3.2 Pasca operatif

1. Inefektif pola napas berhubungan dengan neuromuskular,

ketidakseimbangan perseptual/kognitif, peningkatan ekspansi paru,

obstruksi trakeobronkial ditandai dengan perubahan pada

frekwensi dan kedalaman pernafasan, pengurangan kapasitas vital,

apnea, sianosis.

2. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan

pembatasan pemasukan cairan secara oral (proses

penyakit/prosedur medis/adanya rasa mual)

3. Nyeri akut berhubungan dengan gangguan pada kuli, jaringan, dan

integritas otot ditandai dengan adanya keluhan nyeri, perubahan

pada tonus otot: ekspresi wajah rasa sakit

4. Kerusakan integritas jaringan /kulit berhubungan dengan interupsi

mekanis pada kulit/jaringan, tindakan medis: akumulasi drain

ditandai dengan gangguan pada permukaan/lapisan kulit dan

jaringan.

5. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar tentang kondisi, prognosis,

pengobatan) berhubungan dengan kurangnya

pemajanan/mengingat, kesalahan interpretasi informasi, tidak

mengenal sumber informasi ditandai dengan

penanyaan/permintaan informasi dan pernyataan kesalahan konsep.

11

Page 9: BAB II Teoritis

2.4 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

1. Diagnosa Keperawatan

Ketakutan/ansietas berhubungan dengan perubahan pada status kesehatan

ditandai dengan peningkatan ketakutan, penurunan kepercayaan diri

Tujuan: ketakutan/kecemasan dapat diatasi, pasien dan keluarga kooperatif

menjalani proses pengobatan dan perawatan

Kriteria hasil:

Menunjukkan perasaan dan mengidentifikasi cara yang sehat dalam

berhadapan dengan mereka.

Tampil santai, dapat beristirahat/tidur cukup

INTERVENSI RASIONAL Informasikan pasien/orang terdekat

tentang peran advokat perawat intraoperatif

Identifikasi tingkat rasa takut yang mengharuskandilakukan penundaan prosedur pembedahan

Validasi sumber rasa takut. Sediakan informasi yang akurat dan faktual

Beritahu pasien kemungkinan dilakukannya anastesi lokal atau spinal dimana rasa pusing atau mengantuk mungkin akan terjadi.

Kembangkan rasa percaya/hubungan, turunkanrasa takut akan kehilangan kontrol pada lingkungann yang asing

Rasa takut yang berlebihan atau terus. Menerus akan mengakibatkan reaksi stres yang berlebihan, resiko potensial dari pembalihan reaksiterhadap prosedur/zat anastesi

Mengidentifikasi rasa takut yang spesifik akan membantu pasien untuk menghadapi secara realistik

Mengurangi ansietas/rasa takut bahwa pasien mungkin melihat prosedur

12

Page 10: BAB II Teoritis

2. Diagnosa Keperawatan

Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis dan kebutuhan

pengobatan berhubungan dengan kurang mengingat dan salah interpretasi

informasi ditandai dengan tingkah laku tidak kooperati (agitasi, apatis dan

bermusuhan)

Tujuan: Pengetahuan keluarga dan pasien terpanuhi

Kriteria Hasil :

Mengutarakan pemahaman proses penyakit/proses praoperasi dan

harapan pascaoperasi

Melakukan prosedur yang diperlukan dan menjelaskan alasan dari

suatu tindakan.

INTERVENSI RASIONAL Kaji tingkat pemahaman pasien

Tinjau ulang patologi khusus dan antisipasi prosedur pembedahan

Gunakan sumber-sumber bahan pengajaran, audiovisual sesuai kebutuhan

Informasikan pasien/orang terdekat mengenai rencana perjalanan, komunikai dokter/ orang terdekat

Berikan fasilitas perencanaan program pengajaran pascaoperasi

Sediakan pengetahuan berdasarkan hal dimana pasien dapat membuat pilihan terapi berdasarkan informasi dan setuju untuk mengikuti prosedur.

Bahan yang dibuat secara khusus akan dapat memenuhi kebutuhan pasien untuk belajar

Informasi logistik mengenai jadwal dan kamar operasi juga dimana dan kapan ahli bedah akan berkomunikasi dengan orang terdekat untuk mengurangi stres dan menjelaskan kesalahan konsep, mnecegah kebingungan dan keraguan akan kesehatan pasien.

Pasca operatif

13

Page 11: BAB II Teoritis

1. Diagnosa Keperawatan

Inefektif pola napas berhubungan dengan neuromuskular,

ketidakseimbangan perseptual/kognitif, peningkatan ekspansi paru,

obstruksi trakeobronkial ditandai dengan perubahan pada frekwensi

dan kedalaman pernafasan, pengurangan kapasitas vital, apnea,

sianosis.

Tujuan : Pola nafas efektif

Kriteria hasil : Menetapkan pola nafas yang normal/efektif dan bebas dari

sianosis atau tanda-tandahipoksia lainnya.

INTERVENSI RASIONAL Pertahankan jalan udara pasien

dengan memiringkan kepala, hiperekstensi rahang aliran uudara faringeal oral

Auskultasi suara nafas. Dengarkan adanya kumur-kumur, mengi, crow, dan/atau keheningan setelah ekstubasi

Observasi frekwensi dan kedalaman pernafasan, perluasan rongga dada, retraksi atau pernafasan cuping hidung, warna kulit dan aliran udara.

Pantau tanda vital secara terus menerus

Observai pengembalian fungsi otot pernafasan, terutama otot-otot pernafasan.

Mencegah obstruksi jalan nafas

Kurangnya suara nafas adalah indikasi adanya obstruksi oleh mukus atau lidah dan dapat dibenahi dengan mengubah posisi ataupun penghisapan.

Dilakukan untuk memastikan efektifitas pernafasan sehingga upaya memperbaikinya dapat segera dilakukan.

Meningkatnya pernafasan, takikardia, dan /atau bradikardia menunjukkan kemungkinan terjadinya hipoksia.

Setelah pemberian obatobat relaksasi otot selama massa intraoperatif, pengembalian fungsi otot pertama kali terjadi pada diafragma, otot-otot interkostal dan laring yang akan diikuti dengan relaksasi otot-otot utama, spt: leher, bahu dan abdominal.

2. Diagnosa keperawatan

14

Page 12: BAB II Teoritis

Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan

pembatasan pemasukan cairan secara oral (proses penyakit/prosedur

medis/adanya rasa mual)

Tujuan : Kebutuhan cairan terpenuhi

Kriteria hasil : Mendemonstrasikan keseimbangan cairan yang adekuat,

sebagaimana ditunjukkan dengan adanya tanda-tanda vital yang stabil, palpasi

denyut nadi dengan kualitas yang baik, turgor kulit normal, membran mukosa

lembab dan pengeluaran urine yang sesuai

INTERVENSI RASIONAL Ukur dan catat pemasukan dan

pengluaran (termasuk pengeluaran cairan gastrointestinal). Tinjau ulang catatan intraoperatif

Kaji pengeluaran urinalis, terutama untuk tipe prosedur operasi yang dilakukan

Catat munculnya mual/muntah

Periksa balutan luka, alat drain pada interval regular, kaji luka untuk terjadinya pembengkakan

Pantau suhu kulit, palpasi denyut perifer

Dokumentasi yang akurat akan membantu dalam mengidentifikasi pengeluaran cairan/ keutuhan penggantian dan pilihan-pilihan yang mempengaruhi intervensi

Mungkin akan terjadi penurunan ataupun penghilangan setelah prosedur pada sistem penitourinarius dan atau sistem yang berdekatan

Semakin durasi ansietas, semakin besar resiko untuk muntah. Mual yang bertahan labih dari 3 hari pascaoperasi mungkin dihubungkan dengan pilihan narkotik untuk mengontrol sakit atau terapi obat-obatan lainnya.

Perdarahan yang berlebihan dapat mengacu pada hipovolemia/hemoragi

Kulit yang dingin dan lemba, denyut yang lemah mengindikasikan penurunan sirkulasi perifer dan dibutuhkan untuk penggantian cairan tambahan.

3. Diagnosa Keperawatan

15

Page 13: BAB II Teoritis

Nyeri akut berhubungan dengan gangguan pada kuli, jaringan, dan

integritas otot ditandai dengan adanya keluhan nyeri, perubahan pada

tonus otot: ekspresi wajah rasa sakit

Tujuan : Nyeri dapat teratasi secara nonfarmakologi, pasien relaks

Kriteria hasil :

mengatkan bahwa rasa sakit telah terkontrol/hilang

tampak santai, dapat beristirahat/tidur dan ikut dserta dalam

aktivitas sesuai kemampuan

INTERVENSI RASIONAL catat umur dan berat badan pasien,

masalah medis/psikologis yang muncul kembali, sensitivitas idiosinkratik analgetik dan proses intraoperasi (ukuran insisi. Penggantian saluran, zaat-zat anastesi) yang digunakan.

Evaluasi rasa sakit secara reguler (mis; setiap 2 jam) catat karakteristik, lokasi dan intensitas (skala 0-10)

Ajarkan penggunaan teknik relaksasi misalnya, latihan nafas dalam, bimbingan imajinasi dan visualisasi.

Berikan informasi mengenai sifat ketidaknyamanan sesuai kebutuhan

Lakukan reposisi sesuai petunjuk misalnya semi fowler: miring

Pendekatan pada manajemen rasa sakit pascaoperasiberdasarkan kepada faktor-faktor variasi multipel

Sediakan informasi mengenai kebutuhan/efektifitas intervensi.

Dapat mengidentifikasi rasa sakit akut dan ketidaknyamanan

Pahami penyebab ketidaknyamanan (misalnya sakit otot dari pemberian suksinilkolin dapat bertahan sampai 48 pacaoperasi, sakit kepala dan sakit tenggorokan)

Mungkin mengurangi rasa sakit dan meningkatnkan sirkulasi.

4. Diagnosa Keperawatan

16

Page 14: BAB II Teoritis

Kerusakan integritas jaringan/kulit berhubungan dengan interupsi

mekanis pada kulit/jaringan, tindakan medis: akumulasi drain ditandai

dengan gangguan pada permukaan/lapisan kulit dan jaringan.

Tujuan: Kesembuhan luka sesuai waktu dan komplikasi dapat cegah

Kriteria hasil:

Mencegah menyembuhan luka

Mendemonstrasikan tingkah laku.teknik untuk meningkatkan

kesembuhan untuk mencegah komplikasi.

INTERVENSI RASIONAL Beri penguatan pada balutan

awal/penggantian sesuai indikasi. Gunakan teknik aseptik yang ketat

Secara hati-hati lepaskan perekat (sesuai arah pertumbuhan rambut) dan pembalut pada waktu mengganti.

Periksa luka secara teratur, catat karakteristik dan integritas kulit

Ingatkan pasien untuk tidak menyentuh daerah luka

Biarkan terjadi kontak antara luka dengan udara sesegera mungkin atau tutup dengan kain kasa tipis sesuai kebutuhan

Lindungi luka dari perlukaan mekanis dan kontaminasi. Mencegah akumulasi cairan yang dapat menyebabkan ekskoriasi

Mengurangi resiko trauma kulit dan gangguan kulit dan gangguan pada luka

Pengenalan akan adanya kegagalan proses penyembuhan luka/ berkembangnya komplikasi secara dini dapat mencegah terjadinya kondisi yang lebih serius

Mencegah kontaminasi luka

Membantu mengeringkan luka dan memfasilitasi proses penyembuhan luka. Pemberian cahaya mungkin diperlukan untuk mencegah iritasi bila tepi luka/sutura bergesekan dengan pakaian lenen

5. Diagnosa keperawatan

17

Page 15: BAB II Teoritis

Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar tentang kondisi, prognosis,

pengobatan) berhubungan dengan kurangnya pemajanan/mengingat,

kesalahan interpretasi informasi, tidak mengenal sumber informasi

ditandai dengan penanyaan/permintaan informasi dan pernyataan

kesalahan konsep.

Tujuan : Pengetahuan pasien dan keluarga dapat terpenuhi

Kriteria Hasil :

Menuturkan pemahaman kondisi, efek prosedur dan pengobatan

Dengan tepat menunjukkan prosedur yang diperluakan dan

menjelaskan alasan suatu tindakan

INTERVENSI RASIONAL Tinjau ulang pembedahan/prosedur

khusus yang dilakukan dan hadapan masa depan

Diskusikan terapi obat-obatan, meliputi penggunaan resep dan analgesik yang dijual bebas.

Informasikan pentingnya diet dan nutrisi danpemasukan cairan adekuat

Libatkan orang terdekat dalam program pengajaran, menyediakan instruksi tertulis/materi pengajaran

Identifikasi sumber-sumber yang tersedia, misalnya layanan perawatan dirumah, kunjungan perawat, terapi luar

Sediakan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pilihan

Meningkatkan kerja sama dengan regimen; mengurangi resiko reaksi merugikan/efek-efek yang tidak menguntungkan

Sediakan elemen yang dibutuhkan untuk regenerasi/penyembuhan jaringan dan mendukung perfusi jaringan dan fungsi organ

Memberikan sumber-sumber tahanan untuk referensi setelah penghentian.

Meningkatkan dukungan untuk pasien selama periode penyembuhan dan memberikan eveluasi tambahan pada kebutuhan yang sedang berjalan/perhatian baru.

18

Page 16: BAB II Teoritis

Pada pasien atresia ani yang telah dilakukan kolostomi ada beberapa diagnosa

yang mungkin akan muncul antara lain:

1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan invasi struktur tubuh,

pemasanga drainase ditandai dengan kerusakan integritas kulit bagian

abdomen, luka insisi.

2. Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan anoreksia lama, ganggguan masukan saat

preoperasi, status hipermetaboli (penyakit inflamasi, proses

penyembuhan) ditandai dengan penurunan berat badan,

diare/konstipasi secara tiba-tiba

3. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan

dengankehilangan cairan yang berlebihan melalui jalan nornal/tidak

normal (seperti muntah, diare, berkeringat, NGT, drainase),

pembatasan cairan menurut anjuran medik ditandai dengan mukosa

bibir kering, ketidakelastisan turgor kulit, ketidakseimbangan intake

dan output cairan.

4. Resiko tinggi terhadap konstipasi/diare berhubungan dengan

penempatan kolostomi pada kolon sigmoid atau asenden,

ketidakadekuatan intake cairan ditandai dengan munculnya tanda dan

gejala diare/konstipasi.

5. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan adanya pembuatan stoma,

kahilangan kontrol usus eliminasi, gangguan struktur tubuh, proses

pengobatan ditandai dengan menyatakan perubahan citra tubuh,

perubahan pada fungsi organ dan ketidakpenerimaan pada kondisi

tubuh.

19

Page 17: BAB II Teoritis

Intervensi keperawatan pada pasien dengan pemasangan kolostomi

No.

Dx

Tujuan/kriteria

evaluasi

Intervensi keperawatan Rasional

1. Meningkatkan

penyembuhan luka

Terbebas dari infeksi

1. Observasi luka, catat

karakter drainase

2. Ganti balutan sesuai dengan

kebutuhan, sesuai dengan

tehnik aseptik

3. Dorong posisi miring

dengan posisi kepala tinggi.

Hindari duduk secara lama

4. Irigasi luka sesuai indikasi,

gunakan cairan garam faal.

Larutan hydrogen peroksida

atau larutan antibiotik

Perdarahan pasca operasi

paling sering terjadi pada

48 jam pertama, dan

munculnya infeksi sangat

sering.

Sejumlah besar drainase

serosa menuntut

penggantian balutan

dengan sering karena bisa

menimbulkan potensial

infeksi.

Meningkatkan drainase

pada luka peritoneal,

menurunkan resiko

pengmpulan. Duduk lama

meningkatkan penekanan

peritoneum dan

memperlambat

penyembuhan luka.

Untuk mencegah inflamasi

dan mempercepat proses

penyembuhan (3-5 hari)

2. Mempertahankan 1. Lakukan pengkajian nutrisi Mengidentifikasi

20

Page 18: BAB II Teoritis

BB, menunjukkan

peningkatan BB

bertahap dengan

nilai laboratorium

baik dan bebas

malnutrisi.

dengan seksama

2. Auskultasi bising usus

3. Mulai dengan makan

makanan cair terlebih

dahulu

4. Anjurkan klien untuk

makan yogurt dan mentega

susu

kekurangan nutrisi dan

membantu memilih

intervensi.

Kembalinya bising usus

menunjukkan kesiapan

untuk menerima makanan

lagi.

Menurunkan insiden kram

abdomen, mual

Menurunkan pembentukan

bau pada makanan.

3. Mempertahankan

hidrasi kuat dengan

bukti membrane

mukosa lembab,

turgor kulit baik dan

penghisapan kapiler

baik

Menunjukkan TTV

stabil

Menunjukkan

keseimbangan

intake dan output

cairan

1. Awasi masukan dan

pengeluaran cairan dengan

cermat, ukur feses cair dan

hitung BB setiap hari.

2. Awasi TTV, catat hipotensi

postural, tachikardi.

Evaluasi turgor kulit,

pengisian kapiler dan

membrane mukosa

3. Batasi pemasukan es,

selama intubasi gaster

4. Barikan cairan IV sesuai

indikasi.

Memberi indikator

langsung keseimbangan

cairan

Menunjukkan status

hidrasi atau kemungkinan

untuk meningkatkan

kebutuhan cairan

Es batu dapat

meningkatkan sekresi

lambung dan mencuci

elektrolit

Dapat diperlukan untuk

mempertahankan perfusi

jaringan adekuat pada

organ

4. Membuat pola 1. Pastikan kebiasaan defekasi Membantu dalam

21

Page 19: BAB II Teoritis

eliminasi sesuai

dengan kebutuhan

fisik dan gaya hidup

dengan ketepatan

jumlah dan

konsistensi

pasien dan gaya hidup

sebelumnya.

2. Tinjau ulang pola diet dan

jumlah makanan.

3. Libatkan pasien dalam

perawatan colostomy secara

bertahap

pembentukan jadwal

irigasi efektif untuk pasien

kolostomi

Masukan adekuat dari

serat dapat membantu

pencegahan konstipasi dan

pengkonsumsian cairan

yang banyak menentukan

konstipasi feses.

Rehabilitasi dapat

dipermudah dengan

mendorong pasien mandiri

dan terkontrol

5. Meyatakan

penerimaan diri

sesuai, menerima

perubahan diri tanpa

harga diri yang

negative

Menunjukkan

penerimaan dengan

melihat dan

menyentuh stoma

dan berpartisipasi

dalam perawatan

1. Dorong pasien untuk

menyatakan tentang tentang

kolostomi, akui bahwa

perasaan yang dialami

sangat wajar, bari os

dukungan

2. Kaji ulang kenapa harus

dilakukan pembedahan.

3. Berikan kesempatan pasien

untuk memegang stomanya

dan ikut serta dalam

perawatan kolostomi

Membantu pasien untuk

menyadari perasaannya

dan tidak perlu merasa

bersalah dan akui bahwa

ini demi kabaikannya.

Menyatakan ini untuk

kebaikannya, sebagai

mempermudannya untuk

BAB

Kemandirian dalam

perawatan colostomy,

meningkatkan kepercayaan

diri.

22

Page 20: BAB II Teoritis

Pada pasien atresia ani yang telah dilakukan pembuatan anus buatan atau

anoplasty dapat dilakukan asuhan keperawatan sebagai berikut:

A. Pengkajian

1. Dasar data pengkajian pasien tergantung pada masalah dasar, lama

rawatan, dan beratnya (misalnya: obstruksi, perforasi, inflamasi,

kerusakan kongengital).

2. Penyuluhan / pembelajaran:

Pertimbangan: RDG menunjukkan rata-rata lama dirawat 4-9

hari

Rencana pemulangan: bantuan dalam masalah diet dan

tambahan suplai mungkin dibutuhkan.

3. Prioritas Keperawatan:

Membantu pasien/orang terdekat dalam penilaian psikologis

Mencegah komplikasi

Mendukung perawatan diri mandiri

Memberikan informasi tentang prosedur/prognosis, kebutuhan

pengobatan, potensial komplikasi dan sumber komuniti.

4. Tujuan pemulangan;

Penilaian untuk perubahan yang dirasa/actual

Komplikasi dicegah atau minimal

Kebutuhan perawatan diri dipenuhi sendiri/dengan bantuan

orang lain dalam kondisi khusus.

Prosedur/prognosis, program terapi, potensial komplikasi

dipahami dan sumber pendukung teridentifikasi.

B. Diagnosa Keperawatan

1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ganguan masukan

gizi saat preoperasi, status hipermetabolik (penyakit inflamasi, proses

peyembuhan) d/d penurunan BB, diare/kontipasi secara tiba – tiba

2. Konstipasi/diare b/d perubahan fungsi usus, ketidakadekuatan intake

cairan, peningkatan atau penurunan peristaltic usus d/d munculnya

tanda dan gejala diare/konstipasi

23

Page 21: BAB II Teoritis

3. Kerusakan integritas kulit b/d lika insisi, invasi struktur tubuh,

pemasangan drainase d/d kerusakan intergitas kulit bagian anus luka

insisi.

4. Nyeri akut b/d luka insisi post operasi, adnya ansietas d/d laopran

nyaeti, perilaku berhti-hati, gelisah, adanya perubahan tanda-tanda

vital

5. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b/d kehilangan

cairan yang berlebihan melalui jalan normal/tidak normal (seperti

muntah, diare, berkeringat, NGT, drainase), pembatasan cairan

menurut anjuran medic d/d mukosa bibir kering, kurang,

ketidakelestisan turgor kulit, ketidakseimbangan intake dan output

cairan.

C. Intervensi Keperawatan

No.Dx

Tujuan/Kriteria evaluasi Intervensi Keperawatan Rasional

1 Memperthankan BB, menunujukan peningkatkan BB bertahap secara bertahap dengan nilai laboraturim baik dan bebas malnutrisi

1. Lakukan pengkajian nutrisi dengan seksama

2. Auskultasi bising usus

3. Mulai dengan makan makanan cair terlebih dahulu.

4. Anjurkan klien untuk makan yogurt dan mentega susu

Mengidentifikasi kekurangan nutrisi dan membantu memilih intervensi

Kembalinya bising usus menunjukan kesiapan untuk menerima makanan lagi.

Menurunkan insiden kram abdomen, mual

Menurukan pembentukan bau pada makanan.

2 Membuat pola eliminasi sesuai dengan kebutuhan fisik dan gaya hidup dengan ketepatan

1. Pastikan kebiasaan defekasi pasien dan gaya hidup sebelumnya.

Membantu dalam pembentukan jadwal irigasi efektif untuk pasien kolostomi.

24

Page 22: BAB II Teoritis

jumlah dan konsistensi 2. Selidiki perlambatan

awitan/tidak adnya pengeluaran. Auskultasi bising usus.

3. Tinjau ulang pola diet dan jumlah makanan.

4. Tinjau ulang fisiologi kolon dan diskusikan penatalaksanaanpasca operasi

Pasca operasi biasnya membaik antara 24-48 jam dan sistim pencernaan akan kembali selama 12-24 jam.

Masukan adekuat dari serat dapat membantu pencegahan konstipasi dan pengkonsumsian cairan yang banyak menentukan konsistensi feses.

Mengetahui pengetahuan pasien, untuk perawatan diri secara mandiri

3 Meningkatkan penyembuhan luka dengan tepat waktu

Terbebas dari infeksi

1. Observasi luka, catat karakteristik drainase.

2. Ganti balutan sesuai dengan kebutuhan, sesuai dengan tehnik aseptic.

3. Dorong posisi miring denga posisi kepala tinggi. Hindari duduk secara lama

Perdarahan pasca operasi paling sering terjadi selama 48 jam pertama, dan munculnya infeksi sangat sering.

Sejumlah besar drinase serosa menuntut penggatian balutan dengan sering, karena bisa menimbulkan potensial infeksi.

Meningkatkan drainase pada luka peritoneal, menurunkan resiko pengumpulan.

25

Page 23: BAB II Teoritis

4. Irigasi luka sesuai indikasi, gunakan cairan garam faal. Larutan hydrogen peroksida atau larutan antibiotic

Duduk lama meningkatkan penekanan peritoneum, dan memperlambat penyembuhan luka.

Untuk pencegahan inflamasi dan mempercepat proses penyembuhan (3-5 hari)

4 Menytakan nyeri hilang ataupun terkontrol

Kemampuan untuk beristirahat ataupun tidur

Menunjukkan penggunaan keterampilan relaksasi, dan kemampuan umum sesuai indikasi situasi individu

1. Kaji nyeri, catat lokasi dan karakteristik, intensitas (skala 0-10)

2. Beri tindakan kenyamanan, misalnya; perawatan mulut, pijatan pada punggung, ubah posisi.

3. Dorong penggunaan tehnik relaksasing

4. Selidiki apakah ada

Membantu mengevaluasi derajat ketidaknyamanan dan keefektifan analgesic, atau dapat menyatakan komplikasi,

Mencegah pengeringan mukosa oral dan ketidaknyamanan. Menurunkan ketgangan otot, meningkatkn relaksasi dan mampu meningkatkan kemampuan koping

Membantu klien untuk istirahat lebih efektif, dan memfokuskan perhatian sehingga mengurangi rasa nyeri dan ketidaknyamanan.

Diduga adanya

26

Page 24: BAB II Teoritis

laporan peningkatan tekanan abdominal secara sengaja ataupun nyeri takan.

5. Beri obat sesuai indikasi misalnya analgesic

inflamasi, dan memerlukan intervensi medic secapatnya

Menurunkan nyeri dan meningkatkan ketidaknyamanan.

5 Mempertahankan hidrasi kuat dengan bukti membrane mukosa lembab, tugor kulit baik dan pengisapan kapiler baik

Menunjukkan TTV stabilMenunjukan keseimbangan intake dan output cairan

1. Awasi masukan dan pengeluran cairan dengan cermat, ukur feses cair dan hitung BB setiap hari.

2. Awasi TTV, catat hipotensi postural, tachikardia,. Evaluasi turgor kulit, pengisian kapiler dan membrane mukosa.

3. Batasi pemasukan es, selama intubasi gaster

4. Berikan cairan IV sesuai dengan indikasi

Memberikan indicator langsung keseimbangan cairan.

Menunjukkan status hidrasi atau kemungkinan untuk meningkatkan kebutuhan cairan.

Es batu dapat meningkatkan sekresi lambung dan mencuci elektrolit.

Dapat diperlukan untuk memperthankan perfusi jaringan adekuat pada organ.

27