BAB II Teori Promosi Kesehatan

29
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Malaria 1. Pengertian Malaria baik akut maupun kronik adalah penyakit yang disebabkan oleh protozoa dari genus plasmodium. Ada empat spesies plasmodium yang dapat menyebabkan malaria pada manusia yaitu plasmodium falcifarum, plasmodium vivax, plasmodium malariae dan plasmodium ovale, dimana trasmisi protozoa ini ke manusia dilakukan oleh nyamuk betina dari genus Anopheles. Meskipun demikian transmisi juga dapat terjadi melalui inokulasi langsung dari darah yang terinfeksi seperti pada transfusi, jarum suntik atau kongenital (Virtual Naval Hospital, 2005). Centers for Disease Control and Prevention Department of Health and Human Service U.S.A (CDC) (2005) menyatakan malaria adalah penyakit serius dan fatal yang disebabkan oleh parasit yang menginfeksi manusia yang terdiri atas 8

Transcript of BAB II Teori Promosi Kesehatan

Page 1: BAB II Teori Promosi Kesehatan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Malaria

1. Pengertian

Malaria baik akut maupun kronik adalah penyakit yang disebabkan oleh

protozoa dari genus plasmodium. Ada empat spesies plasmodium yang dapat

menyebabkan malaria pada manusia yaitu plasmodium falcifarum, plasmodium

vivax, plasmodium malariae dan plasmodium ovale, dimana trasmisi protozoa

ini ke manusia dilakukan oleh nyamuk betina dari genus Anopheles. Meskipun

demikian transmisi juga dapat terjadi melalui inokulasi langsung dari darah

yang terinfeksi seperti pada transfusi, jarum suntik atau kongenital (Virtual

Naval Hospital, 2005).

Centers for Disease Control and Prevention Department of Health and

Human Service U.S.A (CDC) (2005) menyatakan malaria adalah penyakit serius

dan fatal yang disebabkan oleh parasit yang menginfeksi manusia yang terdiri

atas empat jenis yaitu plasmodium falcifarum, plasmodium vivax, plasmodium

ovale dan plasmodium malariae.

WHO (2006) menyebutkan malaria adalah penyakit infeksi yang

disebabkan oleh parasite dan ditularkan dari orang ke orang dengan perantaraan

nyamuk. Penyakit ini sesungguhnya dapat dicegah dan diobati namun telah

menyebabkan kematian lebih dari satu juta jiwa dimana sebagian besar adalah

anak-anak yang hidup di Afrika setiap tahunnya.

.

8

Page 2: BAB II Teori Promosi Kesehatan

9

2. Penyebab

Menurut Layne dkk (2006) malaria disebabkan oleh parasit-parasit

protozoa dari genus plasmodium (dalam filum apicomplexa) dan ditransmisikan

oleh vektor yang menyebabkan malaria pada manusia adalah nyamuk

anopheles betina. Plasmodium falcifarum adalah parasit yang menyebabkan

80% kasus malaria dan 90% penyakit malaria yang disebabkan oleh

plasmodium tersebut berakhir dengan kematian.

Crutcher dan Hoffman (2005) menyatakan infeksi malaria disebabkan

oleh protozoa dari genus plasmodium falcifarum. Plasmodium yang

menyebabkan penyakit malaria pada manusia adalah plasmodium falcifarum,

plasmodium vivax, plasmodium ovale dan plasmodium malariae sedangkan

spesies lainnya menginfeksi binatang melata, burung dan mamalia lainnya.

Penyebarannya pada manusia oleh gigitan nyamuk betina dari genus

anopheless.

3. Transmisi Malaria pada Manusia

Manusia terjangkit penyakit malaria karena gigitan nyamuk anopheles

betina. Nyamuk tersebut menginjeksikan sporozoit malaria muda ke dalam

darah penderita dan melalui pembuluh darah, parasit tersebut sampai di hati

dimana mereka akan tumbuh ke fase perkembangan selajutnya. Dalam 6-9 hari,

parasit akan meninggalkan hati dan masuk keperedaran darah kembali dan

menginvasi sel darah merah, menyelesaikan tahap pertumbuhan dan kemudian

memperbanyak diri dengan sangat cepat. Jumlah parasit di dalam sel darah

meningkat sampai sel darah pecah dan melepaskan ribuan parasit ke peredaran

Page 3: BAB II Teori Promosi Kesehatan

10

darah penderita. Parasit tersebut kemudian menyerang sel darah merah lainnya

dan siklus infeksi berulang yang menyebabkan timbulnya tanda dan gejala

malaria. Bila penderita digigit oleh nyamuk yang tidak terinfeksi maka nyamuk

tersebut menghisap cukup banyak parasit dari pembuluh darah yang

mengkibatkan terinfeksinya nyamuk tersebut oleh parasit malaria. Parasit

melewati beberapa fase pertumbuhan di dalam tubuh nyamuk sebelum akhirnya

berpindah tempat dan menginfeksi manusia lainnya melalui gigitan nyamuk

sehingga siklus penyakit malaria terulang kembali.

Transmisi lain dari parasit malaria ke tubuh manusia dapat terjadi dengan

cara transfusi darah dari penderita malaria atau menggunaka jarum suntik yang

telah terkontaminasi darah dari penderita malaria (CDC, 2005).

4. Manifestasi Klinis

Fauci dkk (2008) malaria merupakan penyakit yang umum menjadi

penyebab demam di negara-negara beriklim tropik. Gejala pertama malaria

tidak spesifik seperti merasa kurang sehat, sakit kepala, lemah,

ketidaknyamanan abdomen, nyeri otot diikuti dengan demam yang merupakan

gejala umum pada penyakit karena infeksi virus. Sakit kepala pada malaria

meskipun dapat bertambah berat tidak diikuti dengan kekakuan leher atau

fotofobia seperti penyakit meningitis. Demikian halnya dengan nyeri otot pada

malaria, meskipun sangat menonjol namun tidak seberat demam berdarah dan

otot tidak menjadi lemah seperti leptospirosis atau tifus. Gejala lain yang umum

dapat ditemukan yaitu nausea dan hipotensi ortostatik. Gejala klasik malaria

dimana penderita mengalami demam menggigil, kedinginan, kekakuan dengan

Page 4: BAB II Teori Promosi Kesehatan

11

interval teratur umum dikarenakan infeksi oleh plasmodium vivax atau

plasmodium oval. Demam pertama kali sering tidak teratur terutama malaria

yang disebabkan oleh plasmodium falcifarum, temperatur dapat mencapai 400C

atau lebih terutama bila mengenai anak-anak dan orang dewasa yang tidak

memiliki imunitas, diikuti dengan takhikardia dan terkadang penurunan

kesadaran. Semua jenis malaria dapat menyebabkan kejang bila mengenai anak-

anak, namun biasanya kejang yang terjadi pada malaria dihubungkan dengan

malaria yang disebabkan oleh plasmodium falcifarum yang dapat memicu

gangguan serebral. Manifestasi klinis yang telah diuraikan sebelumnya

merupakan gejala klinis yang tampak pada malaria akut, sedangkan pada pasien

dengan malaria tanpa komplikasi infeksi, bisa dijumpai ketidak normalan

pemeriksaan fisik selain demam, kelemahan, anemia ringan atau pada beberapa

kasus terjadi pembengkakan limfa. Anemia biasa ditemukan pada anak-anak di

daerah yang memiliki transmisi malaria stabil (sepanjang waktu), khususnya

daerah dengan resistansi obat antimalaria. Pembesaran limfa pada individu

nonimun yang menderita malaria akut, baru dapat dipalpasi beberapa hari

kemudian, namun pembesaran tersebut juga dapat ditemukan pada inividu sehat

yang tinggal di daerah endemis malaria yang menggambarkan infeksi berulang.

Limfa yang sedikit membesar juga merupakan hal yang umum pada anak-anak.

Pasien dewasa yang tampak sedikit kuning ketika menderita malaria adalah hal

yang biasa dan umum terjadi pada malaria karena plasmodium falcifarum yang

akan hilang sendiri 1-3 minggu. Penderita malaria tidak mengalami kemerahan

pada kulit (rash) seperti tampak pada pasien septikemia meningokokus, tifus,

demam tifus, atau pasien yang menderita reaksi obat. Petekie di kulit atau

Page 5: BAB II Teori Promosi Kesehatan

12

lapisan mukus membran-seperti gambaran pasien leptospirosis-sangat jarang

berkembang pada malaria falciparum berat.

Lebih lanjut Fauci dkk (2008) menyatakan bahwa pada malaria

falcifarum yang berat maka akan timbul gejala seperti tampak pada tabel

berikut ini :

Tabel 2.1 Manifestasi Malaria Falcifarum Berat

No Tanda Manifestasi 1 Utama (mayor)

Malaria serebral Gagal melokalisasi tau merespon secara tepat to rangsangan yang hebat ; Koma menetap setelah 30 menit mengalami kejang umum.

Asidosis pH arteri < 7.25 atau kadar bikarbonat ≤ 15 mmol/L; Kadar laktat vena ≥ 5 mmol/L; yang dimanifestasikan dengan kesulitan bernafas yang hebat yang biasa disebut dengan "distress pernafasan"

Normokromik berat, Normositik anemia.

Hematokrit ≤ 15% atau Hb ≤ 50 g/L (<5 g/dL) dengan kadar parasitemia ≥100,000/L

Gagal ginjal Output urine output (dalam 24 jam) ≤ 400 mL pada orang dewasa atau <12 mL/kg BB pada anak-anak ; Tidak membaik meskipun telah dilakukan tindakan rehidrasi ; kadar kreatinin ≥ 265 mol/L (>3.0 mg/dL).

Edem pulmonal/adult respiratory distress syndrome

Edema pulmonal nonkardiogenik, sering memburuk bila terjadi overhidrasi.

Hypoglycemia Kadar glukosa plasma ≤ 2.2 mmol/L (≤ 40 mg/dL)

Hypotensi/shock Tekanan darah systolik ≤50 mmHg pada anak-anak usia 1–5 tahun atau < 80 mmHg pada orang dewasa ; temperatur kulit berbeda ≥10°C; dan pengisian kapiler darah >2 detik.

Perdarahan/disseminated intravascular coagulation

Perdarahan signifikan dari gusi, hidung, dan saluran pencernaan atau terjadi disseminated intravascular coagulation

Kejang Lebih dari 2 kali kejang umum dalam 24 jam ; tanda dari berlanjutnya kejang terkadang tidak terlalu tampak (contohnya kejang tonik-klonik pada mata tanpa diikuti dengan diikuti dengan anggota tubuh atau wajah).

Hemoglobinuriaa

 Urin secara makroskopik berwarna hitam, coklat atau merah ; tidak ada hubungannya dengan efek obat oksidan serta defek sel darah

Page 6: BAB II Teori Promosi Kesehatan

13

merah (seperti adanya defisiensi G6PD)

Lanjutan Tabel 2.1

No Tanda Manifestasi 2 Lain-lain  

Tidak sadar (Impaired consciousness/arousable)

Tidak dapat duduk atau berdiri tanpa bantuan

Rasa lelah yang ekstrim (Extreme weakness)

Prostration; tidak mampu duduk tanpa bantuanb 

Hyperparasitemia Kadar parasitemia ≥ 5% pada pasien yang nonimun (>20% pada setiap pasien)

Kuning (Jaundice) Kadar bilirubin serum ≥ 50 mmol/L (≥ 3.0 mg/dL) jika dikombinasikan dengan kejadian lain dari disfungsi organ vital.

Keterangan :

aHemoglobinuria dapat terjadi pada malaria tanpa komplikasi.

bPasien anak-anak masih biasanya masih mampu untuk duduk.

5. Komplikasi Malaria

Ferandez (2009) menyebutkan penyakit infeksi malaria dapat

menyebabkan berbagai komplikasi pada penderitanya, yang sebagia besar

disebabkan oleh plasmodium falcifarum, seperti :

a. Koma (serebral malaria)

Koma yang didefinisikan sebagai perubahan status mental atau kejang

multipel dengan plasmodium falcifarum dalam darah dan merupakan

penyebab tersering kematian pada penderita malaria. Komplikasi ini adalah

yang paling berbahaya karena meskipun diobati 15% anak dan 20% orang

dewasa yang mengalaminya berakhir dengan kematian.

b. Kejang

Page 7: BAB II Teori Promosi Kesehatan

14

c. Gagal ginjal

Sebanyak 30% penderita dewasa yang tidak immun dan terinfeksi

plasmodium falcifarum mengalami gagal ginjal akut.

d. Hemoglobinuria (Black Water Fever)

e. Noncardiogenic pulmonary edema

Komplikasi ini sebagian besar diderita oleh wanita hamil yang terifeksi

plasmodium malaria dan 80% diantaranya menyebabkan kematian.

f. Hypoglycemia

Hypoglycemia sering terjadi pada anak-anak dan wanita hamil namun

seringkali diagosa susah untuk ditegakkan selama tanda-tanda pelepasan

epinefrin tidak ada dan pasien mengalami stupor.

g. Asidosis laktat

Komplikasi ini terjadi ketika microvaskulature (pembuluh darah halus)

tersumbat oleh plasmodium falcifarum. Jika level laktat vena mencapai

45 mg/dl, prognosis yang buruk sangat mungkin terjadi.

h. Hemolisis

Hemolisis menghasilkan anemia berat dan ikterus pada tubuh.

i. Perdarahan (coagulopathy)

Komplikasi ini terjadi karena adanya coagulopathy (kelainan dalam

pembekuan darah).

6. Pengobatan Malaria

Page 8: BAB II Teori Promosi Kesehatan

15

Pengobatan malaria harus dilakukan secara tepat. Menurut Fauci dkk

(2008) ketika seorang pasien yang berasal dari daerah dengan infeksi malaria

mengalami demam, pemeriksaan laboratorium harus dilakukan untuk

menegakkan diagnosa dan mengidentifikasi spesies parasit yang menginfeksi.

Pemeriksaan darah harus diulang setiap 12-24 jam selama 2 hari jika

kecurigaan terhadap malaria tinggi sedangkan hasil pemeriksaan apusan darah

pertama negatif. Pemeriksaan lain yang dpat dilakukan adalah deteksi antigen

cepat dengan kartus tes. Pasien dengan malaria berat atau tidak dapat

mengkonsumsi obat secara oral harus diberikan antimalaria secara parenteral.

Jika terdapat keraguan adanya resistensi organisme terhadap obat maka harus

dipertimbangkan adanya keadaan resistens. Tes kerentanan terhadap antimalaria

apat dilakukan meskipun cara ini tidak selalu tersedia dan hasilnya seringkali

terlalu lambat untuk memutuskan pilihan pengobatan. Beberapa obat untuk

pengobatan oral telah tersedia dan pilihan obat tergantung dari sensitifitas

parasit yang menginfeksi. Walaupun terdapat kejadian resisitensi plasmodium

vivax terhadap kloroquin (di sebagian Indonesia, Ocenia, Asia Timur dan

Selatan serta Amerika Tengah dan Selatan), kloroquin tetap merupakan terapi

pilihan untuk malaria pada manusia yang tergolong jinak (infeksi yang

disebabkan plasmodium oval, vivax dan malariae) kecuali di Indonesia dan

Papua New Guinea, dimana tingkat resistensi obat tinggi ditemukan.

7. Pencegahan Malaria

Tindakan pencegahan penyakit malaria menurut Fauci dkk (2008) terdiri

atas beberapa langkah yaitu :

a. Proteksi personal untuk melawan malaria.

Page 9: BAB II Teori Promosi Kesehatan

16

Mengurangi frekwensi gigitan nyamuk di daerah yang tergolong

daerah dengan infeksi malaria sangat penting. Hal tersebut dapat dilakukan

dengan cara mencegah kontak dengan nyamuk pada waktu puncak nyamuk

mencari makanan (biasanya waktu petang dan subuh) dan sepanjang

malam menggunakan obat anti nyamuk yang mengandung DEET (10-35%)

atau pirakardin (jika tidak tahan terhadap DEET), pakaian berlengan

panjang, dan menggunakan kelambu yang telah beri insektisida.

Penggunaan kelambu yang telah diberi pyrethroid akan menurunkan

insiden malaria di daerah dimana nyamuk menggigit di dalam ruangan

pada malam hari dan hal ini telah dibuktikan menurunkan mortalitas di

dawrah barat dan timur Afrika.

b. Kemoprofilaksis

Rekomendasi penggunaan profilaksis tergantung dari pengetahuan

akan obat yang paling sensitif terhadap plasmodium yang terdapat di

daerah tersebut kemungkinan mengalami infeksi malaria. Jika hal ini tidak

diketahui atau tidak terdapat ketentuan, maka obat yang efektif untuk

melawan keresistenan terhadap plasmodium falcifarum harus digunakan

(seperti atovaquone-proguanil (Malarone), doxycycline, mefloquine, atau

primaquine). Kemoprofilaksis meskipun demikian tidak selalu dapat

diandalkan, dan kecurigaan terhadap malaria tetap harus ada sebagai

differensial diagnosis pada demam yang dialami pasien yang melakukan

perjalanan ke daerah endemi malaria walaupun pasien telah mengkonsumsi

obat profilaksis anti malaria.

Page 10: BAB II Teori Promosi Kesehatan

17

Profilaksis malaria harus diberikan pada beberapa kondisi untuk

meminimalkan infeksi malaria yaitu :

1) Wanita hamil yang melakukan perjalanan ke daerah dengan kejadian

malaria tinggi harus diingatkan akan resiko menderita malaria. Seluruh

wanita hamil yang terdapat di daerah endemik malaria harus didorong

untuk melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur ke klinik

antenatal setempat. Obat yang disarankan untuk dikonsumsi ibu hamil

yang akan pergi ke daerah yang tergolong resisten terhadap obat

malaria adalah mefloquine ; obat ini umumnya aman untuk kehamilan

trimester dua dan tiga. Penggunaan profilaksis antimalaria telah

menurunkan mortalitas pada anak-anak usia 3-4 bulan di daerah

endemi malaria meskipun demikian ini belum merupakan pilihan yang

ekonomis bagi banyak negara. Alternatif lain yaitu dengan

memberikan pengobatan dosis intermiten (intermittent preventive

treatment/IPT) menunjukkan hal yang menjanjikan bagi penggunaan

yang lebih luas pada bayi, anak-anak dan wanita hamil. Bayi yang

lahir dari ibu yang tidak imun di daerah endemi malaria harus

mendapatkan profilaksis malaria sejak lahir.

2) Wisatawan harus mengkonsumsi obat anti malaria sebagai pencegahan

selama 2 hari sampai 1 atau 2 minggu sebelum hari keberangkatan

sehingga rekasi bila reaksi yang tidak diinginkan timbul dapat segera

dideteksi dan terapi antimalaria lain dapat diberikan. Profilaksis

antimalaria harus dikonsumsi secara rutin selama 4 minggu setelah

wisatawan meninggalkan daerah endemi malaria, kecuali bila telah

Page 11: BAB II Teori Promosi Kesehatan

18

mengkonsumsi obat atovaquone-proguanil atau primaquine karena

obat ini dapat dengan signifikan melawan infeksi malaria pada saat

plasmodium berada di hati sehingga dikonsumsi hanya 1 minggu

setelah bepergian.

B. Konsep Perilaku

Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan,

yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung, dan yang disebut

perilaku manusia adalah aktivitas yang timbul karena adanya stimulus dan respon

serta dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung (Sunaryo, 2004).

Menurut Ensiklopedi Amerika, sebagaimana dikutip oleh Notoatmodjo

(2005), perilaku diartikan sebagai suatu aksi-reaksi organisme terhadap

lingkungannya. Perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk

menimbulkan reaksi, yakni yang disebut rangsangan. Berarti rangsangan tertentu

akan menghasilkan reaksi atau perilaku tertentu.

Perilaku adalah merupakan totalitas penghayatan dan aktivitas seseorang,

yang merupakan hasil bersama atau resultante antara berbagai faktor, baik faktor

internal maupun eksternal. Dengan perkataan lain perilaku manusia sangatlah

kompleks, dan mempunyai bentangan yang sangat luas. Benyamin Bloom (1908),

seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku manusia itu kedalam 3 (tiga)

domain, ranah atau kawasan yakni: kognitif yang dapat diukur dengan

pengetahuan, afektif yang dapat diukur dengan sikap dan psikomotor yang dapat

diukur dengan keterampilan (Notoatmodjo, 2005).

Page 12: BAB II Teori Promosi Kesehatan

19

Perilaku kesehatan pada hakekatnya adalah respon seseorang terhadap

stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan,

makanan serta lingkungan. Batasan ini mempunyai dua unsur pokok yaitu stimulus

dan respon. Sedangkan respon manusia terhadap stimulus tersebut terbagi dua

yaitu yang bersifat pasif (mengetahui, bersikap dan mempersepsikan tentang

penyakit dan rasa sakit), serta yang bersifat aktif yaitu tindakan yang dilakukan

sehubungan dengan penyakit dan rasa sakit tersebut (Notoatmodjo, 2005).

C. Promosi Kesehatan

1. Pengertian

Promosi kesehatan adalah tindakan yang tidak hanya terbatas pada upaya

pencegahan penyakit atau motivasi untuk meningkatkan kesehatan yang

bersumber dari rasa takut atau keadaan yang mengancam namun mencakup

seluruh perilaku untuk meningkatkan kesehatan dan keadaan yang berpotensi

mengganggu kesehatan serta menerapkannya disepanjang kehidupan (Tomey

dan Alligood, 2002).

Promosi kesehatan menurut Pender dkk (2002) yang dikutip Kozier dkk

(2004) adalah perilaku yang dimotivasi oleh keinginan untuk meningkatkan

kesejahteraan dan mengaktualisasikan potensi kesehatan manusia. Promosi

kesehatan dapat dianjurkan terhadap seluruh tingkatan usia, dan status

kesehatan.

2. Promosi Kesehatan terhadap Malaria

Promosi kesehatan yang diharapkan dilakukan oleh seluruh keluarga di

Indonesia meliputi tindakan pemberantasan perkembangan jentik nyamuk

dengan menerapkan perilaku seperti

Page 13: BAB II Teori Promosi Kesehatan

20

D. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Promosi Kesehatan (Health-Promoting

Behaviors)

Pender dkk (2002) seperti dikutip Kozier dkk (2004) menyatakan bahwa

penerapan perilaku promosi kesehatan dipengaruhi oleh berbagai hal dengan

berbagai tingkatan sebelum perilaku tersebut menjadi kegiatan yang dilaksanakan

secara terus-menerus. Hal yang mempengaruhi ditahapan awal atau paling dasar

meliputi karakteristik dan pengalaman-pengalaman (individual characteristic and

experiences), di tahapan selanjutnya kedua faktor tersebut akan mempengaruhi

kesadaran terhadap perilaku khusus dan faktor yang berpengaruh (behavior-

specific cognition and affect), dan ditahapan terakhir yaitu perilaku yang

diadaptasi (behavior outcome) berupa perilaku promosi kesehatan.

1. Karakteristik-karakteristik individual dan pengalaman-pengalaman (individual

characteristic and experiences).

Karakteristik individu dan pengalaman-pengalaman sebagai tahap awal yang

mempengaruhi penerapan perilaku promosi kesehatan merupakan faktor

personal yang unik dan pengaruhnya tergantung dari target perilaku promosi

kesehatan yang ingin dilaksanakan. Hal ini menggambarkan fleksibilitas dari

promosi kesehatan yang memberikan keleluasan bagi perawat untuk memilih

karakteristik dan pengalaman yang berhubungan dalam penerapan perilaku

promosi kesehatan yang diharapkan. Faktor yang tergolong dalam tahap ini

Page 14: BAB II Teori Promosi Kesehatan

21

meliputi berbagai faktor-faktor personal dan keadaan terdahulu terkait dengan

perilaku.

a. Faktor-faktor personal (personal factors)

1) Karakteristik biologi yang didalamnya mencakup umur, kekuatan,

keseimbangan, status pubertas, status menopause, kapasitas aerobik, dan

lain-lain.

2) Karakteristik psikologi yang didalamnya mencakup rasa percaya diri,

motivasi diri, kemampuan personal, kesadaran terhadap status kesehatan

dan definisi kesehatan bagi individu tersebut.

3) Karakteristik sosiokultural yang didalamnya mencakup etnik, ras,

kemampuan menyesuaikan diri, pendidikan, serta status sosial ekonomi.

b. Keadaan terdahulu terkait dengan perilaku (prior related behavior)

mencakup pengalaman sebelumnya , pengetahuan, dan ketrampilan dalam

melaksanakan tindakan promosi kesehatan. Individu yang pernah

menerapkan tindakan yang tergolong promosi kesehatan dan merasakan

manfaat dari pelaksanaan tindakan tersebut maka seterusnya akan

menerapkan perilaku promosi kesehatan. Sebaliknya pada individu yang

mengalami hambatan untuk menerapkan perilaku promosi kesehaan akan

mengingat rintangan yang terjadi pada dirinya yang menimbulkan dampak

negatif bagi penerapan perilaku dimaksud.

Page 15: BAB II Teori Promosi Kesehatan

22

2. Kesadaran terhadap perilaku khusus dan keadaan yang mempengaruhi meliputi

keadaan seperti :

a. Kesadaran terhadap perilaku khusus

1) Pemahaman akan keuntungan dari tindakan (perceived benefits of

action) adalah outcome yang merupakan antisipasi positif hasil dari

perilaku sehat.

2) Pemahaman akan hal-hal yang menghambat (perceived barriers to

action) adalah antisipasi, imaginasi, atau keadaan nyata serta harga yang

harus dibayar individu dalam mewujudkan perilaku sehat.

3) Pengertian akan kemampuan diri melakukan hal-hal yang

menguntungkan (perceived self-efficacy) adalah kemampuan individu

untuk membuat keputusan mengatur serta mengeksekusi perilaku

promosi kesehatan. Pengertian ini dipengaruhi oleh kesadaran terhadap

hal-hal yang mengambat penerapan perilaku promosi kesehatan.

b. Keadaan yang mempengaruhi

1) Afek yang timbul terkait aktifitas (activity-related affect). Keadaan ini

dideskripsikan sebagai perasaan subjektif baik positif atau negatif yang

terjadi sebelum, selama, dan yang mengikuti perilaku didasarkan oleh

stimulus dari perilaku itu sendiri. Aktifitas ini dipengaruhi oleh perceived

self-efficacy yang berarti semakin positif perasaan subjektif semakin besar

perasaan terhadap manfaat yang akan diperoleh. Dilain pihak peningkatan

perasaan terhadap manfaat dapat menghasilkan pengaruh positif di

kemudian hari.

Page 16: BAB II Teori Promosi Kesehatan

23

2) Pengaruh interpersonal (interpersonal influences). Pengaruh ini adalah

kesadaran akan perilaku, kepercayaan atau sikap terhadap sesuatu.

keadaan yang tercakup didalamnya meliputi norma (harapan signifikan

terhadap sesuatu), dukungan sosial (peralatan dan dukungan emosi), serta

contoh atau model (pengalaman belajar melalui observasi sesuatu

terhadap perilaku nyata). Sumber utama yang memberikan pengaruh

interpersonal adalah keluarga, teman sebaya, dan tenaga kesehatan.

3) Pengaruh situasional (situasional influences) adalah persepsi dan

kesadaran pribadi terhadap setiap situasi atau kontek yang dapat

memfasilitasi atau merintangi perilaku. Keadaan yang termasuk pengaruh

situasional yaitu pilihan yang tersedia, karakteristik individu

bersangkutan, gambaran estetik dari lingkungan yang dapat mendukung

penerapan perilaku promosi kesehatan.

E. Konsep Keluarga

1. Pengertian

Menurut Friedman (1998), keluarga adalah kumpulan dua orang atau

lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan emosional dimana

setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing sebagai bagian

dari keluarga.

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala

keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di

bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Depkes 1988,

dalam Effendy 1998).

Page 17: BAB II Teori Promosi Kesehatan

24

Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung

karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan

mereka hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dalam

peranannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu

kebudayaan (Baylon & Maglaya, 1989).

2. Tugas-Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan

Menurut Baylon & Maglaya (1989), tugas-tugas keluarga dalam

bidang kesehatan adalah :

a. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota keluarganya.

b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat.

c. Memberikan perawatan kesehatan kepada anggota keluarganya yang sakit

dan tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang

terlalu muda.

d. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan

perkembangan kepribadian anggota keluarga.

e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga-

lembaga kesehatan yang menunjukkan pemanfaatan dengan baik fasilitas-

fasilitas kesehatan yang ada.

Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah,

memperbaiki atau mengabaikan masalah kesehatan dalam kelompoknya

sendiri. Hampir setiap masalah kesehatan mulai dari awal sampai pada

penyelesaiannya akan dipengaruhi oleh keluarga. Keluarga juga berperan

dalam pengambilan keputusan dalam perawatannya. Keluarga mempunyai

peran utama dalam pemeliharan kesehatan seluruh anggota keluarganya.

Page 18: BAB II Teori Promosi Kesehatan

25

Keluarga mempengaruhi lingkup hirarki kebutuhan Maslow, yaitu: kebutuhan

fisiologi, keamanan dan kenyamanan, dicintai dan rasa memiliki harga diri

serta aktualisasi diri. Peran dari anggota keluarga akan mengalami perubahan,

bila salah satu anggota keluarganya menderita sakit (Gaffar, 1999).