BAB II TEORI DASAR -...
Transcript of BAB II TEORI DASAR -...
5
BAB II
TEORI DASAR
Pembuatan alat penghitung pengunjung ke perpustakan dengan microcontroler AT
89S51 dengan penampil LCD baik dengan perangkat-keras maupun dengan perangkat-
lunak membutuhkan beberapa teori penunjang. Teori tersebut akan mempermudah dan
mempercepat proses perancangan alat. Teori penunjang tersebut antara lain mengenai
fungsi catu daya, pengaturan sensor, prinsip rangkaian mikrokontroller ATMEL 89S51
dan LCD.
2.1 CATU DAYA
Catu daya merupakan bagian terpenting dalam rangkaian elektronika yang
mempunyai fungsi sebagai penyedia suber tegangan dan arus listrik untuk suatu
rangkaian. Pada tugas akhir ini catu daya diperoleh dari jala-jala listrik 220 VAC 50
Hz dan didistribusikan secara sejajar ke setiap blok rangkaian dengan keluaran
sebesar 0 Volt dan +5 Volt.
Gambar 2.1.Diagram blok catu daya
Tegangan
AC Penurun
Tegangan
penyearah Filter peregulasi
Tegangan
DC
6
`
Gambar 2.2.Catu Daya
Sumber tegangan bolak-balik 220 Volt diturunkan oleh rangkaian penurun
tegangan sehingga akan diperoleh tegangan rendah bolak-balik. Kemudian tegangan
rendah bolak-balik akan di searahkan oleh rangkaian penyearah dan akan disaring
atau difilter agar diperoleh tegangan DC yang lebih halus dan tegangan ini akan
diumpankan ke peregulasi untuk memperoleh kestabilan tegangan keluaran.
Tegangan yang stabil diperlukan agar tegangan keluaran yang dibutuhkan tidak
terpengaruh dengan adanya perubahan tegangan jala-jala PLN maupun perubahan
pada beban.
2.1.1 Penurun Tegangan
Komponen utama yang bisa digunakan untuk menurunkan tegangan adalah
transformator. Transformator terdiri dari dua buah lilitan yaitu lilitan primer (N1) dan
lilitan sekunder (N2) yang dililitkan pada suatu inti yang saling terisolasi atau terpisah
antara satu dengan yang lain. Besar tegangan pada lilitan primer dan lilitan sekunder
ditentukan oleh jumlah lilitan yang terdapat pada bagian primer dan sekundernya.
7
Dengan demikian transformator digunakan untuk memindahkan daya listrik pada
lilitan primer ke lilitan sekundernya tanpa adanya perubahan daya.
Gambar 2.3.Simbol transformator (Daryanto, 2001)
Pada transformator berlaku persamaan
V1 : V2 = N1 : N2.....................................................................................(2.1)
Ket: V1 tegangan primer (Volt)
V2 tegangan sekunder Volt)
N1 lilitan primer
N2 lilitan sekunder
Jika besarnya tegangan dan faktor-faktor kerugian yang lain diabaikan, maka
besar daya masukan akan sama dengan daya keluaran
P1 = P2.....................................................................................................(2.2)
V1 . I1 = V2 . I2........................................................................................(2.3)
V1 : V2 = I2 : I1........................................................................................(2.4)
Ket P1 daya primer (watt)
P2 daya sekunder (watt)
I2 arus primer (ampere)
I1 arus sekunder (ampere)
N1 N2
V1 V2
8
Dari persamaan 2.1 dan persamaan 2.4 dapat dinyatakan hubungan diantara
ketiganya dengan persamaan sebagai berikut
2
2
2
2
1
1
I
I
N
N
V
V........................................................................................(2.5)
berdasarkan persamaan 2.5 dapat disimpulakn bahwa besarnya tegangan yang
muncul pada lilitan berbanding lurus dengan banyaknya lilitan, sedangkan besarnya
arus berbanding dengan banyaknya lilitan.
2.1.2 Penyearah
Penyearah digunakan untuk menyearahkan gelombang bolak-balik (AC) yang
berasal dari jaringan jala-jala listrik. Pada modul ini digunakan penyearah gelombang
penuh, dan untuk mendapatkannya dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan
menggunakan dua buah atau empat dioda jembatan.
D1
D2
RL
CTAC
Gambar 2.4.Penyearah gelombang penuh dengan dua dioda (Malvino, 1997)
9
AC
RL
Gambar 2.5.Penyearah gelombang penuh dengan dioda jembatan (Malvino, 1997)
Pada penyearah gelombang penuh, sinyal bolak-balik yang disearahkan adalah
setengah periode positif dan setengah periode negatif dari sinyal mas`ukan bentuk
gelombang-gelombang keluaran dari penyearah gelombang penuh dapat dilihat pada
gambar 2.5
Gambar 2.6.Bentuk Gelombang Keluaran Penyearah Gelombang Penuh (Malvino, 1997)
0 2 3 4 5 t(S)
Vout
(V)
Vm
10
Besarnya tegangan maksimum (Vmaks) pada keluaran gelombang penuh dapat
dihitung dalam persamaan dobawah
Vmaks = Vrms . 2 ..............................................................................(2.6)
Ket Vmaks tegangan maksimum (Volt)
Vrms tegangan rata-rata (Volt)
Sedangkan untuk menghitung besarnya tegangan searah (Vdc) pada keluaran
penyearah gelombang penuh dapat dilihat dibawah
Vdc = Vmaks2
.......................................................................................(2.7)
2.1.3 Kapasitor Penyaring (FILTER)
Penggunaan komponen kapasitor untuk menyaring / memfilter riak-riak
gelombang hasil penyearahan agar didapat gelombang yang halus dan rata.
AC
RL
C
Gambar 2.7.Rangkaian penyearah dengan menggunakan penyaring kapasitor (Malvino, 1997)
Dari gambar diatas, saat dioda menghantarkan arus, maka kapasitor (C) akan
terisi sesuai dengan bantuk gelombang masukannya. Setelah tegangan masukan
mancapai nilai maksimumnya, tegangan akan tetap dipertahankan jika tidak
mendapatkan beban. Dan jika ada beban tegangan pada kapasitor akan menurun
11
sesuai dengan besarnya beban. Kapasitor akan terisi pada periode sinyal berikutnya.
Gambar 2.8.Keluaran penyearah gelombang penuh dengan penyaring kapasitor
(Malvino, 1997)
Dengan adanya kapasitor tegangan keluaran tidak segera turun walaupun
tegangan masukan sudah larut. Hal ini disebabkan kapasitor memerlukan waktu ( =
RC) untuk mengosongkan muatannya. Jadi semakin besar RL maka waktu yang
diperlukan untuk pengosongan kapasitor semakin lama. Perhitungan ini jiga berlaku
pada kapasitor, semakin besar kapasitansi kapasitor maka semakin lama waktu
pengosongan muatannya.
Nilai C dan RL juga menentukan tegangan riak puncak ke puncak (Vrpp), hal ini
dapat dijelaskan dengan persamaaan
V(rpp) = fRLC2
1 . Vmaks....................................................................(2.8)
Ket Vrpp tegangan riak puncak ke puncak (Volt)
Vmaks tegangan maksimum (Volt)
f frekuensi (Hertz)
RL tahanan beban (ohm)
C kapasitansi (farad)
t(S)
Vout
(V)
0 2 3
Vrpp
12
Dengan demikian dapat dihitung besarnya tegangan searah (Vdc) untuk
penyearah gelombnag penuh dengan kapasitor yaitu
Vdc = Vmaks - 2
Vrpp.............................................................................(2.9)
Berdasar persamaaan 2.9 semakin besar kapasitansi maka Vrpp akan semakin
kecil, dengan demikian bila dibeikan kapasitansi yang cukup besar maka nilai Vrpp
dapat diabaikan.
2.1.4 Penyetabil ( Regulator )
Penyetabil atau regulator adalah rangkaian elektronika yang berfungsi untuk
menjaga tegangan keluaran agar stabil pada setiap perubahan beban. Contoh dari
penyetabil adalah rangkaian terpadu dengan tipe 7805, 7905, 7812, 7912 dan lainnya.
IC diatas mempunyai tiga terminal yaitu masukan, keluaran dan ground. Tegangan
keluaran dari rangkaian terpadu ini bisa dilihat dari dua digit terakhir dari nomor
serinya, sedangkan untuk dua digit depan menunjukkan polaritas tegangan yang
dihasilkan. Tipe 7805 menunjukkan polaritas positif sedangkan tipe 7912
menunjukkan polaritas negatif.
Gambar 2.9.Simbol penyetabil (Data Sheet IC 7805)
Pada modul ini digunakan rangkaian terpadu dengan seri LM 7805, LM 712 dan
LM 7912 yang masing-masing menghasilkan tegangan stabil sebesar +5 Volt, +12
Volt dan -12 Volt.
7805
Vout Vin
Gnd
1 3
2
13
Rangkaian dalam 7805 terdiri dari beberapa macam komponen diantaranya adalah
dioda zener yang digunakan sebagai tegangan acuan, penguat operasional sebagai
penguat tak membalik, tahanan (R2 dan R3) sebagai pembagi tegangan, dan transistor
(Q) sebagai penguat arus. Pada rangkaian pengganti penyetabil ini besarnya tegangan
zener menentukan nilai keluaran tegangan. Tegangan acuan penyetabil masukan ke
terminal tak membalik sebesar Vz yaitu tegangan kerja dari dioda zener. Pada
terminal membalik penguat operasional terdapat tegangan umpan balik (VR3) dari
tegangan keluaran (Vout). Besarnya tegangan umpan balik dapat dihitung sebagai
berikut
VR3 = 32
3
RR
R Vout..........................................................................(2.10)
Jika daya beban naik (RL turun), sehingga tahanan beban akan turun dan arus
yang dibutuhkan oleh beban menjadi besar. Dengan turunnya tahanan beban
menyebabkan VR3 menjadi turun, sehingga perbedaan tegangan pada masukan
penguat operasional ( V(+) – V(-) ) bertambah besar yang selanjutnya menyebabkan
Vout dari penguat operasional juga bertambah besar. Peningkatan Vout dari penguat
operasional ini menyebabkan arus yang menuju ke transistor yaitu arus basis (Ib) juga
mengalami peningkatan. Sesuai dengan kurva karakteristik transistor, dengan naiknya
Ib maka arus colector (Ic) juga mengalami kenaikan. Dan dengan naiknya Ic maka
Vout yang menuju ke beban juga mengalami kenaikan. Sebaliknya jika daya beban
turun Vout akan naik dan selanjutnya akan menyebabkan VR3 juga naik. Dengan
naiknya VR3 membuat perbedaaan tegangan pada masukan penguat operasional (
(V+) – V(-) ) menjadi kecil sehingga menyebabkan tegangan keluaran dari penguat
operasional juga kecil. Penurunan tegangan ini menyebabkan arus yang menuju ke
14
transistor (Ib) akan turun dan selanjutnya menyebabkan arus yang menuju ke beban
akan turun. Proses-proses diatas menjadikan tegangan keluaran dari penyetabil akan
stabil. Dalam keadaan stabil maka V(+) akan sama dengan tegangan V(-) dengan
demikian persamaaan tegangan keluarnya dapat dihitung sebagai berikut
V(+) = V(-)...........................................................................................(2.11)
Vref = 32
3
RR
R Vout
Vout = 3
32
R
RR Vref
Vout = 1 + 3
2
R
R Vref.............................................................................(2.12)
Ket V(+) tegangan masukan penguat operasional (+) Volt
V(-) tegangan masukan penguat operasional (-) Volt
Vref tegangan acuan (Volt)
Vout tegangan keluaran penyetabil (Volt)
2.2 INFRA RED
Infra merah (infra red) ialah sinar elektromagnet yang panjang
gelombangnya lebih daripada cahaya nampak yaitu di antara 700 nm dan 1 mm.
Sinar infra merah merupakan cahaya yang tidak tampak. Jika dilihat dengan
spektroskop cahaya maka radiasi cahaya infra merah akan nampak pada spectrum
elektromagnet dengan panjang gelombang di atas panjang gelombang cahaya
merah. Dengan panjang gelombang ini maka cahaya infra merah ini akan tidak
tampak oleh mata namun radiasi panas yang ditimbulkannya masih
terasa/dideteksi.
15
Infra merah dapat dibedakan menjadi tiga daerah yakni:
Near Infra Merah………………0.75 - 1.5 µm
Mid Infra Merah..……………...1.50 - 10 µm
Far Infra Merah……………….10 - 100 µm
Contoh aplikasi sederhana untuk far infra red adalah terdapat pada alat –
alat kesehatan. Sedangkan untuk mid infra red ada pada alat ini untuk sensor,
sedangkan near infra red digunakan untuk pencitraan pandangan malam seperti
pada nightscoop. Penggunaan infra merah sebagai media transmisi data mulai
diaplikasikan pada berbagai perlatan seperti televisi, handphone sampai pada
transfer data pada PC. Media infra merah ini dapat digunakan baik untuk kontrol
aplikasi lain maupun transmisi data. Sifat-sifat cahaya infra merah:
1. tidak tampak manusia.
2. tidak dapat menembus materi yang tidak tembus pandang.
3. dapat ditimbulkan oleh komponen yang menghasilkan panas.
Komunikasi Infra Merah dilakukan dengan menggunakan dioda infra
merah sebagai pemancar dan modul penerima infra merah sebagai penerimanya.
Untuk jarak yang cukup jauh, kurang lebih tiga sampai lima meter, pancaran data
infra merah harus dimodulasikan terlebih dahulu untuk menghindari kerusakkan
data akibat noise.
Untuk transmisi data yang menggunakan media udara sebagai media
perantara biasanya menggunakan frekuensi carrier sekitar 30KHz sampai dengan
40KHz. Infra merah yang dipancarkan melalui udara ini paling efektif jika
menggunakan sinyal carrier yang mempunyai frekuensi di atas. Sinyal yang
16
dipancarkan oleh pengirim diterima oleh penerima infra merah dan kemudian
didecodekan sebagai sebuah paket data biner. Proses modulasi dilakukan dengan
mengubah kondisi logika 0 dan 1 menjadi kondisi ada dan tidak ada sinyal carrier
infra merah yang berkisar antara 30KHz sampai 40 KHz. Pada komunikasi data
serial, kondisi idle (tidak ada transmisi data) adalah merupakan logika ‘0’,
sedangkan pada komunikasi infra merah kondisi idle adalah kondisi tidak adanya
sinyal carrier. Hal ini ditujukan agar tidak terjadi pemborosan daya pada saat
tidak terjadi transmisi data.
Gambar 2.10.Sinyal Infra Red (www.ittelkom.ac.id )
Sistem Transmisi Infra Merah
Semua remote kontrol menggunakan transmisi sinyal infra merah yang
dimodulasi dengan sinyal carrier dengan frekuensi tertentu yaitu pada frekuensi
30KHz sampai 40KHz. Sinyal yang dipancarkan oleh pengirim diterima oleh
penerima infra merah dan kemudian didecodekan sebagai sebuah paket data biner.
Pada transmisi infra merah terdapat dua terminologi yang sangat penting yaitu :
‘space’ yang menyatakan tidak ada sinyal carrier dan ‘pulse’ yang menyatakan
ada sinyal carrier seperti pada gambar di bawah ini
17
Gambar 2.11.Sistem Transmisi Infra Red (www.ittelkom.ac.id )
Untuk transmisi data biasanya sinyal ditransmisikan dalam bentuk
pulsapulsa. Ketika sebuah tombol ditekan pada remote kontrol maka IR akan
mentransmitkan sebuah sinyal yang akan dideteksi sebagai urutan data biner. Led
infra merah adalah jenis dioda yang memencarkan cahaya infra merah, aplikasi
sederhana penggunaan led infra merah ini adalah pada remote TV. Led infra
merah pada dasarnya adalah dioda PN silicon biasa yang dikemas dalam kotak
transparan. Sinar infra merah dihasilkan dari pertemuan Arsenida Galium pada
led infra merah yang diberikan tegangan listrik. Led infra merah merupakan salah
satu komponen elektronika yang akan mengantar arus jika dialiri bias maju. Led
infra merah terbuat dari bahan Arsenida gelium atau Fosfida Galium (GaAS atau
Gap), dan ditempatkan dalam suatu wadah yang tembus pandang. Untuk
membedakan antara katoda dan anodanya dapat dilihat dari bentuk elektrodanya
yang besar adalah katoda. Material yang digunakan dalam konstruksi led akan
menentukan jenis cahaya yang diradiasikan. Apakah cahaya tampak atau cahaya
tidak tampak. Sebagai contoh material GaAlAs menghasilkan cahaya infra merah
(cahaya tidak tampak), sedangkan GaAsP menghasilkan cahaya tampak merah.
Pada sistem ada dua jenis led yang digunakan yaitu sebagai indikator dan juga
sebagai komponen pengirim cahaya infra merah.
18
Gambar 2.12.Rangkaian pengirim infra merah ( Rancangan )
2.3 TEORI DASAR PHOTO DIODA
Sinar infra merah yang dipancarkan oleh pemancar infra merah tentunya
mempunyai aturan tertentu agar data yang dipancarkan dapat diterima dengan
baik di penerima. Oleh karena itu baik di pengirim infra merah maupun penerima
infra merah harus mempunyai aturan yang sama dalam mentransmisikan (bagian
pengirim) dan menerima sinyal tersebut kemudian mendekodekannya kembali
menjadi data biner (bagian penerima). Komponen yang dapat menerima infra
merah ini merupakan komponen yang peka cahaya yang dapat berupa dioda
(photodioda) atau transistor (phototransistor). Komponen ini akan merubah energi
cahaya, dalam hal ini energi cahaya infra merah, menjadi pulsa-pulsa sinyal
listrik. Komponen ini harus mampu mengumpulkan sinyal infra merah sebanyak
mungkin sehingga pulsapulsa sinyal listrik yang dihasilkan kualitasnya cukup
baik. Pada perangkat ini detektor cahaya yang digunakan adalah komponen
19
TSOP4838, dimana pada komponen ini sudah terdapat filter. Jadi detektor ini
akan bekerja dengan baik jika terdapat frekuensi 38KHz.
Gambar 2.13.Rangkaian Photo Dioda ( Rancangan )
Pada prakteknya sinyal infra merah yang diterima intensitasnya sangat
kecil sehingga perlu dikuatkan. Kekuatan sinar dan sudut datang merupakan
faktor penting dalam keberhasilan transmisi data melalui infra merah selain filter
dan penguatan pada bagian penerimanya. Selain itu agar tidak terganggu oleh
sinyal cahaya lain maka sinyal listrik yang dihasilkan oleh sensor infra merah
harus difilter pada frekuensi sinyal carrier yaitu pada 30KHz sampai 40KHz.
Selanjutnya baik photodioda maupun phototransistor disebut sebagai
photodetector. Dalam penerimaan infra merah, sinyal ini merupakan sinyal infra
merah yang termodulasi. Pemodulasian sinyal data dengan sinyal carrier dengan
frekuensi tertentu akan dapat memperjauh transmisi data sinyal infra merah.
Semakin besar area penerimaan maka sudut penerimaannya juga semakin besar.
20
Kelemahan area penerimaan yang semakin besar ini adalah noise yang dihasilkan
juga semakin besar pula. Suatu penerima pada sistem komunikasi cahaya harus
memenuhi syarat antara lain:
1) Sensitivitas yang tinggi. Karena detektor cahaya digunakan pada suatu panjang
gelombang tertentu, maka sensitivitas tertinggi terdapat pada daerah panjang
gelombang yang dimaksud.
2) Respon waktu yang cepat, hal ini dimaksudkan agar sistem dapat dioperasikan
pada kecepatan tinggi yang akan meningkatkan efisiensi sistem komunikasi.
3) Noise internal yang dibangkitkan detektor harus sekecil mungkin.
4) Harga yang murah dan juga mempunyai keandalan yang tinggi
Apabila sebuah dioda berada dalam keadaan reverse bias, maka melalui
dioda tersebut akan mengalir arus yang kecil sekali atau arus reverse. Besarnya
arus reverse ini tergantung pada temperatur dan intensitas cahaya yang datang
pada depletion layer. Apabila dioda tersebut terbungkus oleh zat yang tidak
tembus cahaya, maka cahaya luar tidak dapat mencapai junction; karena itu tidak
tampak adanya efek photo elektris. Tetapi apabila dioda tersebut terbungkus kaca
maka setiap berkas cahaya yang datang pada dioda tersebut akan ikut menentukan
besarnya arus reverse. Maka dioda yang mempunyai sifat ini disebut dioda photo.
Pada dioda photo ini, berkas cahaya yang datang akan menyebabkan
tambahan tenaga sehingga memungkinkan lepasnya ikatan antara elektron
elektronvalensi dengan intinya. Ini berarti terbentuklah pasangan elektron bebas
dan hole baru, yang berfungsi sebagai pembawa muatan. Karena itu arus reverse
akan bertambah. Perubahan nilai arus reverse ini pada umumnya sangat kecil,
21
hanya beberapa mikroampere, tetapi hal ini cukup dapat dimanfaatkan untuk
beberapa keperluan.
Perubahan tegangan reverse tidak berpengaruh terhadap besarnya arus
reverse. Besarnya arus reverse ini hanya tergantung dari intensitas cahaya yang
datang pada junction, oleh karena itu sebuah dioda photo yang berada dalam
keadaan reverse dapat dianggap suatu sumber arus yang di kontrol oleh intensitas
cahaya yang datang padanya.
2.4 TRANSISTOR
Transistor merupakan salah satu jenis komponen aktif yang banyak digunakan
baik dalam rangkaian analog maupun digital. Transistor yang banyak digunakan
adalah transistor jenis bipolar yang terdiri dari dua jenis yaitu NPN (Negatif-Positif-
Negatif) dan NPN (Negatif-Positif-Negatif). Pada tugas akhir ini digunakan transistor
jenis NPN dan PNP yang difungsukan sebagai penguat arus.
Untuk mengoperasikan transistor harus diketahui dahulu daerah kerjanya. Ada
tiga daerah kerja transistor yaitu
1. Daerah sumbat (cutt-off)
Daerah sumbat merupakan daerah kerja transistor saat mendapat bias arus
basis (Ib) 0. Pada saat daerah ini terjadi bocor dari basis ke emitor
(IBEO). Hal yang sama dapat terjadi pada transistor hubungan kolektor-
basis. Jika arus emitor sangat kecil (Ie=0), emitor dalam keadaan terbuka
dan arus mengalir dari kolektor ke basis (ICBO).
2. Daerah aktif
Daerah aktif terletak antara daerah jenuh dan daerah sumbat. Agar
22
transistor bekerja pada daerah aktif maka transistor harus mendapat arus
basis lebih besar dari 0 (Ib 0). Dalam keadaan ini keluaran arus kolektor
akan berubah sesuai dengan pemberian aris basisnya.
3. Daerah jenuh
Transistor akan bekerja pada daerah jenuh jika transistor mendapat arus
basis lebih besar dari arus basis maksimal Hal ini mengakibatkan keluaran
arus kolektor tidak bertambah lagi.
Gambar 2.14.Daerah kerja transistor (Malvino, 1997)
Agar dapat digunakan sebagai penguat arus maka transistor harus berada pada
daerah aktif. Selain itu tegangan kolektor-emitor (Vcc) dan tegangan basis-emitor
(VBE) harus berada pada bias maju. Untuk mendapatkan arus penguatan arus yang
tinggi, transistor harus dibuat dalam konfigurasi kolektor bersama (common
collector). Pemberian bias untuk konfigurasi transistor kolektor bersama dapat dilihat
Daerah
Sumbat
Daerah
Aktif
Daerah
Jenuh
Ic(mA)
LR
Vcc
VCE=VCC VCE(V)
IB7 IB6 IB5 IB4 IB3 IB2 IB1
IB0
23
pada gambar dibawah
Vin
Vcc
Ib
Ic
RLVbb
Ie
Gambar 2.15.Konfigurasi Transistor Kolektor Bersama (Malvino, 1997)
Besarnya penguatan arus (hfe) untuk konfigurasi kolektor bersama merupakan
perbandingan antara arus keluaran (Ie) dan arus masukan (Ib). Sedangkan
perhitungan untuk penguatan arus adalah sebagai berikut
hfe = Ib
Ic...............................................................................................(2.13)
ket hfe penguatan arus
Ie arus emitor (mA)
Ib arus basis (mA)
Karena nilai Ie>>Ib maka diperoleh penguatan arus yang besar. Penguat jenis
kolektor bersama ini digunakan dalam catu daya untuk mencukupi kebutuhan arus
yang cukup besar pada beban.
24
2.5 MIKROKONTROLER ATMEL 89S51
Mikrokontroler 89S51 merupakan mikrokontroler buatan ATMEL yang
kompatibel dengan keluarga MCS51 dari INTEL. Mikrokontroler ini menggunakan
perangkat instruksi yang sama dengan mikrokontroler keluarga MCS51.
2.5.1 Arsitektur Mikrokontroler 89S51
Gambar 2.16.Mikrokontroler 89S51 (Data sheet book mikrokontroler 89S51)
25
Mikrokontroller 89S51 memiliki fasilitas internal sebagai berikut
Kompatibel dengan produk MCS51
4 Kbyte flash EPROM
Tiga tingkat pengaman memori program
128 x 8 bit RAM internal
32 I/O yang dapat diprogram
dua timer/counter 16 bit
enam sumber interupsi
kanal serial yang dapat diprogram
Tabel 2.1 Deskripsi Pin IC 89S51
Nomor Pin Nama Pin Alternatif Keterangan
20 GND Ground
40 VCC Power Supply
32...39 P0.7...P0.0 D7..D0 &
A7...A0
Port 0 dapat berfungsi sebagai I/O biasa, low order
multiplex address/data ataupun menerima kode byte pada
saat Flash Programming
Pada fungsi sebagai I/O biasa port ini dapat menberikan
output sink ke delapan buah TTL input atau dapat diubah
sebagai input dengan memberikan logika 1 pada port
tersebut
Pada fungsi sebagai low order multiplex address/data port
ini akan mempunyai internal pull up
Pada saat flash programming diperlukan external pull up
terutama pada saat vertikal program
1...6 P1.0...P1.7 Port 1 berfungsi sebagai I/O biasa atau menerima low
order address byte selama pada saat flsh programming
Port ini mempunyai intrnal pull up dan berfungsi sebagai
input dengan memberikan logika 1
Sebagai output port ini dapat memberikan output sink
keempat buah input TTL
26
21...28 P2.0...P2.7 AB...A15 Port 2 berfungsi sebagai I/O biasa atau high order address,
pada saat mengakses memori secara 16 bit (Movx @Dptr)
Pada saat mengakses memori secara 8 bit,(Mov @Rn) port
ini akan mengeluarkan isi dari P2 Special Function
Register
Port ini mempunyai internal pill up dan berfungsi sebagai
input dengan memberikan logika 1
Sebagai output port ini dapat memberikan output sink
keempat buah input TTL
10...17 Port 3 Sebagai I/O biasa port 3 mempunyai sifat yang sama
dengan port 1 maupun port 2. Sedangkan sebagai fungsi
spesial port-port ini mempunyai keterangan sebagai
berikut:
10
11
12
13
14
15
16
17
P3.0
P3.1
P3.2
P3.3
P3.4
P3.5
P3.6
P3.7
RXD
TXD
INT0
INT1
T0
T1
WR
RD
Port Serial Input
Port Serial output
Port Eksternal Interupt 0
Port Eksternal Interupt 1
Port Eksternal Timer 0 Input
Port Eksternal Timer 1 Input
Eksternal Data Memory Write Strobe
Eksternal Data Memory Read Strobe
9 RST Reset akan aktif dengan memberikan input high selama 2
cycle
30 ALE PROG Pin ini dapat berfungsi sebagai Addrees Latch Enable
(ALE) yang me-latch low byte address pada saat
mengakses memori eksternal
Sedangkan pada saat Flash Programming (PROG)
berfungsi sebagai pulse input untuk pada operasi normal
ALE akan mengeluarkan sinyal clock sebesar 1/16
frekwensi oscilator kecuali pada saat mengakses memori
eksternal sinyal clock pada pin ini dapat pula didisable
dengan men-set bit 0 dari special function register di
alamat BEH
ALE hanya akan aktif pada saat mengakses memori
eksternal (MOVX & MOVC)
29 PSEN Pin ini berfungsi pada saat mengeksekusi program yang
terletak pada memori eksternal. PSEN akan aktif dua kali
27
31 EA VP Pada kondisi low pin ini akan berfungsi sebagai EA yaitu
mikrokontroller akan menjalankan program yang ada pada
saat memori eksternal setelah sistem di-reset
Jika kondisi high pin ini akan berfungsi untuk menjalankan
program yang ada pada memori internal
Pada saat flash programming pin ini akan mendapat
tegangan 12 volt (VP)
19 XTAL1 Input Oscilator
18 XTAL2 Output Oscilator
2.5.3 Register Fungsi Khusus
Mikrokontroller 89S51 mempunyai 21 reister fungsi khusus yang terletak
pada antara alamat 80H hingga FFH. Beberapa dari register-register ini juga
mampu dialamati dengan pengalamatan bit sehingga dapat dioperasikan seperti
yang ada pada RAM yang lokasinya dapat dialamati dengan pengalamatan bit.
Fungsi dan alamat yang terdapat pada register fungsi khusus akan ditunjukkan
pada tulisan dibawah,
Tabel 2.2. Register Fungsi Khusus
Simbol Nama Register Alamat
ACC
B
PSW
SP
DPH
DPL
P0
P1
P2
P3
Accumulator
Register B
Program Status Word
Stack Pointer
Data Pointer High
Data Pointer Low
Port 0
Port 1
Port2
Port 3
0E0H
0F0H
0D0H
81H
82H
83H
80H
90H
A0H
B0H
28
IP
IE
TMOD
TCON
TL0
TH0
TL1
TH1
SCON
SBUF
PCON
Interupt Priority Control
Interupt Enable Control
Timer/Conter Mode Register
Timer/Counter Control Register
Timer/Counter 0 Low Byte
Timer/Counter 0 High Byte
Timer/Counter 1 Low Byte
Timer/Counter 1 High Byte
Serial Control
Serial Data Buffer
Power Control
B8H
A8H
89H
88H
8AH
8CH
8BH
8DH
98H
99H
87H
Ket: simbol yang bergaris bawah berarti register tersebut dapat dialamati tiap bit
2.5.4 Struktur Memori
Mikrokontroler 89S51 mempunyai struktur memori yang terdiri atas:
RAM Internal, memori sebesar 128 byte yang biasanya digunakan untuk
menyimpan variabel atau data yang bersifat sementara
Special Function Register (register fungsi khusus), memori yang berisi
register-register yang mempunyai fungsi-fungsi khusus yang disediakan
oleh mikrokontroller seperti timer, serial dan lain-lain
Flash PEROM, memori yang digunakan untuk menyimpan instruksi-
instruksi MCS51
29
Gambar 2.17.Struktur Memori Mikrokontroler 89S51
(Data sheet book Mikrokontroler 89S51)