BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian …eprints.umm.ac.id/41751/3/BAB...
Transcript of BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian …eprints.umm.ac.id/41751/3/BAB...
10
BAB II
TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang analisis perbandingan kinerja keuangan pada
perusahaan perbankan ada yang telah dilakukan oleh para peneliti
sebelumnya, namun menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Beberapa
penelitian tersebut antara lain oleh Krishna Karri, Meghani dan Meghani
Mishra, (2015) melakukan penelitian yang berjudul “A Comparative Study
On Financial Performance Of Public Sector Banks In India : An Analysis on
CAMEL Model” dengan tujuan penelitian untuk menganalisis Posisi
Keuangan dan Kinerja PT Bank of Baroda dan Punjab National Bank di India
berdasarkan karakteristik keuangan. Dan menggunakan alat analisis
penelitian uji t-test dan untuk mengevaluasi kinerja keuangan komparatif
menggunakan metode CAMEL dengan hasil dari 14 rasio yang digunakan
dalam model CAMEL, angka rata-rata Bank Of Baroda adalah yang terbaik
untuk (6 rasio) diikuti oleh Punjab National Bank (5 rasio). Bank of Baroda
adalah bank terbaik di bank sektor publik terpilih.
Usman et al., (2012) Melakukan penelitian dengan judul “Evaluating the
Financial Performance of Islamic and Conventional Banks of Pakistan: A
Comparative Analysis” yang bertujuan untuk mengevaluasi kinerja keuangan
komparatif bank islam dan konvensional dan membuat rasio perbandingan
dan rasio likuiditas studi bank syariah yang sesuai (Mezan BankLtd, Bank
Islam dan Albaraka) dan bank konvensional (Faysal Bank, KASB dan Bank
11
of Khyber). Alat analisis penelitian yang digunakan yaitu uji t sampel
berpasangan dan untuk mengukur profitabilitas dan likuiditas digunakaan
ROA, ROE, EPS serta LDR, dan LAR dengan hasil perhitungan menunjukan
bahwa profitabilitas bank syariah lebih berharga daripada bank konvensional.
Alfin, Siregar dan Hasanah, (2015) Melakukan penelitian dengan judul
“Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efisiensi Biaya Perbankan di Kawasan
ASEAN-5”, penelitian tersebut memiliki tujuan untuk menganlisis faktor-
faktor yang mempengaruhi efisiensi biaya perbankan di kawasan ASEAN-
5yang mencangkup Indonesia, Singapura, Malaysia, Filipina dan Thailand.
Pengukuran efisiensi bank yang digunkan yaitu metode Stochastic Frontier
Analysis (SFA) terhadap 23 Bank umum dalam kawasan ASEAN-5 periode
2005-2012 dengan hasil penelitian menunjukan adanya hubungan yang
signifikan antara efisiensi biaya dengan karakteristik bank yaitu Return On
Equity (ROE). Selain itu guncangan eksternal berupa krisis global yang
terjadi pada tahun 2008 ditemukan berpengaruh terhadap peningkatan biaya
bank. Berdasarkan metode time-varying decay, disimpulkan bahwa terjadi
peningkatan efisiensi biaya selama kurun waktu periode penelitian. Penelitian
ini juga menunjukkan bahwa bank-bank umum di Indonesia secara
kesuluruhan belum beroperasi secara efisien.
Wahyuni dan Sukirno, (2016)Melakukan penelitian dengan judul “Analisis
Perbandingan Kinerja Keuangan Perbankan Asean (Studi Pada Bank Umum
Indonesia, Thailand Dan Filipina)” dengan tujuan untuk mengetahui
perbandingan kinerja keuangan industri perbankan Indonesia dengan negara
12
ASEAN lainnya (Thailand dan Filipina) menggunakan indikator RGEC. Alat
analisis untuk menguji hipotesis menggunakan uji parametrik one-way
ANOVA dengan hasil menunjukan bahwa seluruh indikator rasio keuangan
perbankan Indonesia adalah signifikan berbeda dengan kinerja keuangan
perbankan kedua negara ASEAN, kecuali rasio CAR. Rata-rata rasio
keuangan perbankan Indonesia lebih baik dibandingkan dengan rata-rata tiga
negara ASEAN lainnya pada rasio NPL, ROA, NIM dan CAR sedangkan
rasio LDR menunjukkan lebih baik rata-rata negara ASEAN lainnya.
Wibowo, (2015)Melakukan penelitian dengan judul “Analisis
Perbandingan Kinerja Keuangan Perbankan Syariah dengan Metode Camel di
ASEAN (Studi Komparatif : Indonesia, Malaysia, dan Thailand)” dengan
tujuan untuk menguji apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan syariah
Bank Muamalat Indonesia Tbk. dengan Islamic Bank Of Malaysia, Islamic
Bank Of Thailand dengan menggunakan anlisis rasio Camel. Alat analisis
yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji statistic One-Way ANOVA
dengan rasio-rasio pengukuran yang sesuai indikator yang dinilai yaitu CCA,
CAR, NPL, EEA, LDR, ROA, ROE, dan AGR. Hasil uji statistik penelitian
ini menunjukan bahwa ratio dari semua indikator keuangan perbankan Islam
di Indonesia berbeda secara signifikan dengan di Malaysia dan Thailand serta
tidak ada yang ditunjukkan secara signifikan. Implikasi dari penelitian ini
menunjukkan bahwa kinerja keuangan dari perbankan Islam di Indonesia
masih memiliki peluang yang besar untuk dapat berkembang di masa depan
13
dan hal ini merupakan tantangan, bagi manajemen perbankan Islam di
Indonesia serta bank sentral (Bank Indonesia) sebagai regulator.
Wulandari (2015) melakukan penelitian dengan judul “Analisis
Perbandingan Kinerja Keuangan dengan Pendekatan RGEC di Negara
ASEAN (Studi Pada Bank Umum Indonesia, Malaysia, Thailand, dan
Singapura Tahun 2010-2014)” dengan tujuan penelitian untuk mengetahui
nilai kinerja keuangan perbankan di Indonesia dan membandingkan pada
negara Malaysia, Thailand, dan Singapura. Model statistik yang digunakan
untuk menguji hipotesis menggunakan uji parametrik One-Way ANOVA dan
dengan hasil penelitiaan menunjukan bahwa seluruh indikator keuangan
perbankan Indonesia adalah signifikan berbeda dengan kinerja keuangan
perbankan ketiga negara ASEAN, kecuali rasio NPL dan CAR. Rata-rata
rasio keuangan perbankan Indonesia lebih baik dibandingkan dengan rata-rata
tiga negara ASEAN lainnya pada rasio ROA dan NIM, sedangkan rasio NPL,
PDN, LDR, GCG dan CAR menunjukkan lebih baik rata-rata negara ASEAN
lainnya.
Fajarini, (2017) melakukan penelitian dengan judul “Efisiensi Perbankan
Indonesia dalam Menghadapi ASEAN Banking Integration Framework”
dengan tujuan untuk menganalisis efisiensi teknis perbankan Indonesia dalam
menghadapi ASEAN Banking Integration Framework. Alat analisis yang
digunakan dalam penelitian ini diukur dengan data Envelopment Analysis
(DEA), membandingkan rasio keuangan (CAR, BOPO, LDR, NPL, NIM)
dengan rasio tiap negara, serta dilakukan uji t rata-rata tidak berpasangan.
14
Hasil dari penelitian ini yaitu menunjukkan efisiensi perbankan negara
anggota ASEAN sudah baik dengan banyaknya bank yang memiliki efisiensi
teknis sempurna. Hasil uji-t rata-rata berpasangan menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan antara perbankan Indonesia dan ASEAN-
5. Hasil uji t rata-rata tidak berpasangan menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan pada beberapa rasio keuangan perbankan
Indonesia dengan negara ASEAN 5. Pada penelitian ini disimpulka bahwa
Indonesia siap dalam menghadapi ASEAN Banking Integration Framework.
Adapun keterkaitan atau hubungan penelitian yang akan dilakukan ini
dengan penelitian terdahulu yaitu penelitian ini merupakan pengembangan
dari penelitian terdahulu berupa pada penelitian ini menggunakan 5 objek
negara perbankan yang akan diteliti sedangkan pada penelitian terdahulu
hanya menggunakan 3 atau 4 negara sebagai objek perbandingannya.
Manfaat dan kontribusi yang diberikan penelitian ini dengan adanya
penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan evaluasi kepada
negara-negara dalam objek penelitian untuk dapat memperbaiki atau
mengevaluasi kekurangan dalam kinerja keuangan perbankan negaranya
untuk mengahadapi ASEAN Banking Integration Framework.
15
B. Teori dan Kajian Pustaka
1. Bank
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 Tahun
1998 tentang Perbankan yang merupakan revisi dari UU No.14 Tahun
1992 menyebutkan yang dimaksud bank adalah badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-
bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Menurut Dictionary Of Banking and Financial Service by Jerry
Rosenberg dalam Taswan (2010) bahwa yang dimaksud bank adalah
lembaga yang menerima simpanan giro, deposito, dan membayar atas
dasar dokumen yang ditarik pada orang atau lembaga tertentu,
mendiskonto surat berharga, memberikan pinjaman dan menanamkan
dananya dalam surat berharga.
Bank merupakan lembaga keuangan yang dalam aktivitasnya selalu
berkaitan dengan bidang keuangan. Dalam aktivitasnya bank merupakan
lembaga intermidiary antara pemilik sumber dana atau pihak surplus dana
kepada pihak yang memerlukan dana(Abdullah, 2003). Saat ini bank
sudah merupakan kebutuhan utama bagi setiap orang dalam melakukan
berbagai aktivitas khususnya dalam melakukan transaksi.
MenurutKasmir(2000)kegiatan menghimpun dana dan menyalurkan
dana merupakan kegiatan pokok perbankan. Sedangkan kegiatan
memberikan jasa-jasa bank lainnya hanyalah kegiatan pendukung
16
perbankan. Menghimpun dana (funding) maksudnya mengumpulkan atau
mencari dana (uang) dengan cara membeli dari masyarakat luas dalam
bentuk simpanan giro, tabungan dan deposito. Sedangkan penyaluran dana
adalah melemparkan kembali dana yang diperoleh lewat simpanan giro,
tabungan, dan deposito ke masyarakat dalam bentuk pinjaman (kredit)
bagi bank yang berdasarkan prinsip konvensional atau pembiayaan bagi
bank yang berdasarkan prinsip syariah.
Dalam praktek perbankan di Indonesia saat ini terdapat beberapa
jenis perbankan yang diatur dalam Undang-Undang Perbankan. Jenis
perbankan berdasarkan UU Pokok Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 dan
ditegaskan lagi dengan keluarnya Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun
1998 terdiri dari Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR).
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 pengertian Bank
Umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah sebagai berikut
Taswan (2010) :
a. Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam
kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Bank
umum melaksanakan seluruh fungsi perbankan yaitu menghimpun
dana, menempatkan dana dan memperlancar lalu lintas pembayaran
giral. Dalam praktiknya, kegiatan usahanya juga ada yang murni
berbasis bunga, murni berbasis syariah dan kombinasi antara
konvensional (sistem bunga) dengan syariah.
17
b. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang melaksanakan
kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah
yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran. Bank ini seperti bank umum, namun wilayah operasinya
sangat terbatas di wilayah tertentu misalnya kabupaten saja. BPR tidak
dibolehkan mengikuti kliring atau terlibat dalam transaksi giral.
Dengan demikian penghimpunan dana hanya boleh dilakukan dalam
bentuk tabungan dan deposito. Pelaksanaan kegiatan BPR ada yang
berbasis bunga dan atau berbasis syariah.
2. Kinerja Keuangan Perbankan
Analisis kinerja keuangan bank atau analisis keuangan bank
merupakan proses pengkajian secara kritis terhadap keuangan bank
menyangkut me-review data laporan keuangan, menghitung, mengukur,
menginterpretasikan dan memberi solusi terhadap bank pada periode
tertentu (Abdullah, 2003).
Beberapa tujuan yang berkaitan dengan analisis kinerja keuangan bank
menurut Abdullah (2003) yaitu sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui keberhasilan pengelolaan keuangan bank terutama
kondisi likuiditas, kecukupan modal, dan profitabilitas yang dicapai
dalam tahun berjalan maupun tahun sebelumnya.
b. Untuk mengetahui kemampuan bank dalam mendayagunakan semua
aset yang dimiliki dalam menghasilkan profit secara efisien.
18
Sebagaimana selayaknya suatu perusahaan yang setiap saat atau secara
berkala perlu melakukan analisis terhadap kinerja perusahaan, demikian
pula halnya dengan bank selain untuk kepentingan manajeman, pemilik
ataupun pemerintah (melalui Bank Indonesia) sebagai upaya untuk
mengetahui kondisi usaha saat ini dan sekaligus untuk memudahkan dalam
menentukan kebijakan bisnisnya untuk masa yang akan datang. Analisis
kinerja keuangan ini dilakukan meliputi seluruh aspek, baik operasional
maupun nonoperasional bank tersebut. Banyak metode yang dapat
digunakan untuk mengetahui kinerja keuangan suatu bank yang digunakan
oleh bank-bank di dunia, selain yang umum berlaku di Indonesia sesuai
dengan ketentuan Bank Indonesia yang dikenal dengan “penilaian tingkat
kesehatan bank” (Rivai, veitzal et.all, 2013)
Menurut Abdullah (2003) kinerja keuangan bank merupakan bagian
dari kinerja bank secara keseluruhan. Kinerja (performance) bank secara
keseluruhan merupakan gambaran prestasi yang dicapai bank dalam
operasionalnya, baik mengenai aspek keuangan, pemasaran, penghimpun
dan penyaluran dana, teknologi maupun sumber daya manusia.
Berdasarkan hal tersebut, kinerja keuangan bank yaitu gambaran kondisi
keuangan bank pada suatu periode tertentu mengenai aspek penghimpunan
dana maupun penyaluran dana yang biasanya diukur dengan indikator
kecukupan modal, likuiditas dan profitabilitas bank.
Tingkat keberhasilan sebuah kinerja keuangan perbankan dapat
diketahui melalui pengukuran dan penilaian kinerja bank. Pengukuran
19
kinerja merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi perbankan,
kerena pengukuran tersebut dapat mempengaruhi perilaku pengambilan
keputusan di dalam perbankan.Kinerja keuangan perbankan secara
eksplisit direpresentasikan oleh rasio-rasio keuangan, meskipun tidak
menafikan bahwa pada akhirnya bank akan dinilai kesehatannya. Namun
informasi untuk konsumsi publik adalah dalam bentuk rasio keuangan.
Dengan menggunakan rasio kinerja ini sesungguhnya telah mampu
menggambarkan kinerja bank dari aspek permodalan, aktiva produktif,
rentabilitas, dan likuiditas (Tawan, 2010).
Karena banyaknya alat yang dapat dipakai untuk mengukur kinerja,
maka perlu diingat bahwa untuk mengukur kinerja suatu bisnis dapat
digunakan teknik yang berbeda dengan cara tertentu. Seseorang dapat saja
menggunakan semua ukuran dan rasio yang ada. Namun hanya dengan
beberapa dari rasio dan ukuran pun- jika dikombinasikan secara teapat
sudah bisa memberikan informasi dan gambaran yang benar-benar
dibutuhkan oleh analis untuk menentukan keputusan.
Menurut Kuncoro (2002) agar rasio mampu memberikan gambaran
yang berguna, maka baik arti maupun batasan dari rasio yang dipilih harus
dipahami terlebih dahulu. Sebelum memulai analis terlebih dahulu
menentukan elemen berikut ini :
a. Sudut pandang yang digunakan
b. Tujuan Analisis
c. Standar pembanding
20
Berdasarkan beberapa teori yang dipaparkan maka dalam perhitungan
yang dilakukan untuk menganalisis kinerja keuangan bank dapat dilakukan
dengan menggunakan berbagai teknik analisis, diantaranya yang akan
digunakan dalam penelitian adalah dengan menggunakan teknik analisis
rasio.
3. Analisis Rasio
Analisis rasio merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui
hubungan pos-pos yang ada dalam suatu laporan keuangan atau pos-pos
antara laporan keuangan neraca dan laporan laba rugi (Kasmir, 2012).
Analisis rasio keuangan merupakan teknik analisis yang sering dipakai,
karena merupakan teknik yang paling cepat untuk mengetahui kinerja
keuangan bank.
Penelitian ini menggunakan pengukuran rasio keuangan perbankan
yaitu rasio rentabilitas (earning ratios), rasio likuiditas (liquidity ratios),
dan rasio solvabilitas (capital ratios). Alasan dalam penggunaan ketiga
rasio keuangan tersebut adalah pertama mempermudah melihat
perkembangan kondisi keuangan suatu bank secara periodik atau “time
series”. Alasan kedua karena rasio keuangan tersebut merupakan
pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan
keuangan suatu bank yang sangat rinci dan rumit. Ketiga dengan
mengukur melalui rasio rentabilitas, likuiditas, dan solvabilitas, maka
dapat dijadikan dasar penilaian kinerja keuangan bank. Kinerja keuangan
21
bank merupakan kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban jangka
pendek dengan segera, mendayagunakan aktiva secara optimal, memenuhi
kewajiban jangka pendek dan jangka panjang, serta menghasilkan laba.
Selain itu jika digunakan alat ukur dengan penilaian tingkat kesehatan
bank yang dikenal dengan metode CAMEL maka penulisan penelitian ini
memiliki keterbatasan dalam pemenuhan penilaian kualitas pada aspek
manajeman. Dalam aspek manajeman penilaian dilakukan dengan
penilaian kulitatif tehadap manajeman mencakup beberapa komponen,
yaitu manajeman risiko dan manajemen umum dengan meliputi 100
pertanyaan (Rivai, Veithzal et.al, 2013). Penelitian ini melakukan
perbandingan analisis kinerja keuangan dengan lima objek negara maka
apabila digunakan penilaian kualitas manajemen maka penulis memiliki
keterbatasan waktu dan tempat yang tidak memungkinkan untuk berada di
empat negara lainnya dengan itu digunakanlah alat ukur kinerja keuangan
dengan menggunakan analisis rasio. Berikut analisis rasio keuangan yang
digunakan untuk mengukur kinerja keuangan perbankan :
a. Rasio Permodalan (Capital Ratios)
Menurut Teguh Pudjo Muljono (Abdullah, 2003) modal dapat
didefinisikan sebagai jumlah dana yang ditanamkan dalam suatu
perusahaan oleh para pemiliknya untuk pembentukan sutau badan
usaha dan dalam perkembangannya modal tersebut dapat susut karena
kerugian ataupun berkembang karena keuntungan-keuntungan yang
diperoleh. Modal ini terkait juga dengan aktivitas perbankan dalam
22
menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi atas dana yang
diterima nasabah. Dengan terjaganya modal berarti bank bisa
mendapatkan kepercayaan dari masyarakat yang amat penting artinya
bagi sebuah bank karena dengan demikian, bank dapat menghimpun
dana untuk keperluan operasional selanjutnya.
Fungsi modal bagi bank menurutTaswan, (2010) sebagai berikut::
1) Melindungi deposan dengan menutupi semua kerugian usaha
perbankan sebagai akibat salah satu resiko usaha.
2) Untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat mengenai
kemampuan bank memenuhi kewajiban yang telah jatuh tempo.
3) Membiayai kebutuhan aktiva tetap.
4) Mengusahakan kekurangan modal tersebut dari luar.
Fungsi modal bagi bank menurut Abdullah, (2003) adalah sebagai
berikut :
1) Melindungi kreditur,kreditur mengharapkan adanya kepastian
kemampuan bank dalam membayar kembali simpanan kreditur jika
dibutuhkan sewaktu-waktu. Dengan demikian modal bank
merupakan penyanggah pengembalian dana kreditur manakala
bank kesulitan menarik kembali investasi jangka pendek ataupun
bank kesulitan likuiditas.
2) Menjamin Kelangsungan Operasional, menurut George H.
Hampell (1986) bahwa menyanggah kelangsungan operasi bank
merupakan fungsi terpenting modal sendiri. Dengan modal sendiri
23
bank memulai kegiatan operasi mereka termasuk membangun atau
membeli kantor dan peralatan.
3) Memenuhi Standar Modal Minimal, standar kecukupan modal
yang paling sering digunakan adalah standar CAR (Capital
Adequacy Ratio) yang harus dipenuhi oleh bank. Berdasarkan rasio
CAR apabila bank menambah penyaluran kredit kepada
masyarakat, maka dengan sendirinya bank harus menambah modal
yang dimiliki. Apabila bank tidak menambah jumlah kredit maka
akan memperkecil CAR yang dicapai bank.
Rasio Kecukupan Modal
Menurut Abdullah, (2003) Rasio kecukupan modal merupakan
rasio yang membandingkan antara jumlah modal bank dengan
sejumlah aktiva yang dimiliki. Rasio yang paling sering digunakan
dalam mengukur standar kecukupan modal yaitu rasio CAR (Capital
Adequacy Ratio).
Rasio CAR dirumuskan sebagai berikut (Surat Edaran BI Nomor
13/24/DPNP tanggal 25 Oktober 2011) :
𝐶𝐴𝑅 = 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙𝐵𝑎𝑛𝑘
𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎𝑇𝑒𝑟𝑡𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔𝑀𝑒𝑛𝑢𝑟𝑢𝑡𝑅𝑖𝑠𝑖𝑘𝑜× 100%
Sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh Bank For International
Settlements (BIS), besarnya CAR setiap bank minimal 8%. Standar
BIS tersebut juga menjadi panutan beberapa bank sentral dunia
termasuk juga bank sentral Indonesia melalui Peraturan Bank
Indonesia Nomor: 3/21/PBI/2001, bank wajib menyediakan modal
24
minimum sebesar 8% dari aktiva tertimbang menurut risiko yang
dinyatakan dalam Capital Adequacy Ratio (CAR).
Apabila Capital Adequacy Ratio yang dimiliki semakin rendah
berarti semakin kecil modal bank yang dimiliki untuk menanggung
aktiva beresiko, sehingga semakin besar kemungkinan bank akan
mengalami kondisi bermasalah karena modal yang dimiliki bank tidak
cukup menanggung penurunan nilai aktiva beresiko, dan juga
sebaliknya jika CAR yang tinggi berarti modal yang dimiliki untuk
menanggung aktiva resiko juga lebih tinggi sehingga semakin rendah
mengalami kondisi bermasalah karena modal yang dimiliki bank
semakin besar.
Menurut Abdullah, (2003) modal yang terlalu besar akan dapat
mempengaruhi jumlah perolehan laba bank. Sedangkan modal yang
terlalu kecil akan membatasi kemampuan bank dalam melakukan
ekspansi bank juga akan mempengaruhi penilaian deposan, debitur,
dan juga pemegang saham bank. Dengan kata lain besar-kecilnya
permodalan bank akan mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat
terhadap kemampuan keuangan bank yang bersangkutan.
25
b. Rasio Rentabilitas (Earning Ratios)
Menurut Kasmir (2004) Rentabilitas rasio sering disebut
profitabilitas usaha. Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat
efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank bersangkutan.
Menurut Abdullah (2003) tujuan penggunaan aspek rentabilitas
adalah untuk mengetahui kemampuan bank dalam menghasilkan profit
melalui operasi bank.
Perhitungan dari aspek rentabilitas yang digunakan dalam
penelitian ini menggunakan dua analisis rasio yaitu rasio Return On
Asset (ROA) dan rasio Net Interest Margin (NIM).
Rasio Return On Assets(ROA) mengindikasikan kemampuan bank
dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan. Semakin besar
rasio ROA, berarti semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai
dari semakin baiknya posisi bank dari segi penggunaan aset (Rivai,
Veithzal et.al 2012).
Menurut Dendawijaya (2003), alasan penggunaan ROA ini
dikarenakan Bank Indonesia sebagai pembina dan pengawas
perbankan lebih mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang
diukur dengan aset yang mana sebagian besar dananya berasal dari
masyarakat dan nantinya oleh bank juga harus disalurkan kembali
kepada masyarakat. Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, kondisi
ideal Return On Assets (ROA) yang harus dicapai setiap bank minimal
sebesar 1,5%.
26
Rasio ini dirumuskan sebagai berikut (Surat Edaran BI Nomor
13/24/DPNP tanggal 25 Oktober 2011) :
𝑅𝑂𝐴 = 𝐿𝑎𝑏𝑎𝑆𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙𝐴𝑠𝑒𝑡× 100%
Rasio Net Interest Margin (NIM) yaitu perbandingan antara
pendapatan bunga bersih terhadap rata-rata aktiva produktif. Rasio ini
mengindikasikan kemampuan bank menghasilkan pendapatan bungan
bersih dengan penempatan aktiva produktif. Semakin besar rasio ini
semakin baik kinerja bank dalam menghasilkan pendapatan bunga.
Namun harus dipastikan bahwa ini bukan karena biaya intermediasi
yang tinggi, asumsinya pendapatan bunga harus ditanamkan kembali
untuk memperkuat modal bank (Taswan, 2010). Rasio ini dirumuskan
sebagai berikut (Surat Edaran BI Nomor 13/24/DPNP tanggal 25
Oktober 2011):
𝑁𝐼𝑀 = 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛𝐵𝑢𝑛𝑔𝑎𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑓× 100%
c. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratios)
Menurut Darmawi (2013), Likuiditas adalah suatu istilah yang
dipakai untuk menunjukkan persediaan uang tunai dan aset lain yang
dengan mudah dijadikan uang tunai. Bank dianggap likuid apabila
bank tersebut mempunyai cukup uang tunai atau aset likuid lainnya,
disertai kemampuan untuk meningkatkan jumlah dana dengan cepat
dari sumber lainnya, untuk memungkinkannya memenuhi kewajiban
pembayaran dan komitmen keuangan lain pada saat yang tepat. Selain
27
itu, harus ada likuiditas penyangga yang memadai untuk memenuhi
hampir setiap kebutuhan uang tunai yang mendadak. Jadi yang
dimaksud likuiditas adalah suatu keadaan yang berhubungan dengan
persediaan uang tunai dan alat-alat likuid lainnya yang dikuasai bank.
Menurut Taswan (2010), likuiditas dapat diartikan sebagai
kemampuan perusahaan dalam memnuhi kewajiban yang harus segera
dibayar. Pada lembaga perbankan, bank sebagai lembaga kepercayaan
harus sanggup menjalankan fungsinya sebagai penghimpun dana dan
sebagai penyalur dana untuk memperoleh profit yang wajar. Pada sisi
passiva bank harus mampu memenuhi kewajiban kepada nasabah
setiap ada penarikan dana simpanan nasabah, pada sisi aktiva bank
harus menyanggupi pencairan kredit yang telah diperjanjikan. Bila
kedua aspek atau salah satu tidak terpenuhi maka bank akan
kehilangan kepercayaan nasabah. Maka dari itu likuiditas bank adalah
kemampuan bank untuk memenuhi kemungkinan penarikan simpanan
dan kewajiban lainnya dan/atau memenuhi kebutuhan masyarakat
berupa kredit dan penempatan dana lainnya.
Menurut Taswan (2010) Bank akan dikatakan sebagai bank yang
likuid apabila memenuhi kategori sebagai berikut :
1) Memegang sejumlah alat likuid, cash assets, yang terdiri dari uang
kas, rekening pada bank sentral dan rekening pada bank-bank
lainnya sama dengan jumlah kebutuhan likuiditas yang
diperkirakan.
28
2) Bank memiliki surat-surat berharga berkualitas tinggi yang dapat
segera ditukar atau dialihkan menjadi uang tanpa mengalami
kerugian baik sebelum jatuh tempo maupun setelah waktu jatuh
tempo.
3) Memiliki kemampuan untuk memperoleh alat-alat likuid melalui
penciptaan utang, misalnya penggunaan fasilitas diskonto, call
money, penjualan surat-surat berharga dengan repurchase
agreement.
Menurut Singkey (Taswan, 2010) likuiditas bank dapat berfungsi
sebagai berikut, yaiu :
1) Untuk menunjukkan dirinya atau bank sebagai tempat yang aman
untuk menyimpan uang
2) Memungkinkan bank untuk memenuhi komitmen kreditnya.
3) Untuk menghindari penjualan aktiva yang tidak menguntungkan
4) Untuk mennghindari diri dari penyalahgunaan kemudahan atau
kesan negatif dari otoritas pengawas atau penguasa moneter karena
meminjam dana likuiditas dari bank sentral.
5) Memperkecil penilaian resiko ketidakmampuan membayar
kewajiabn penarikan dananya.
Menurut Revai, Veithzal et.al (2012) Risiko likuiditas adalah
kemungkinan kerugian yang disebabkan karena keharusan menjual
aset atau mengumpulkan dana dalam waktu singkat untuk menghadapi
situasi keuangan tertentu. Likuiditas menjadi salah satu faktor penting
29
dalam pengelolaan dana bank. Karena adanya proporsi yang besar dari
simpanan nasabah bank berupa giro, tabungan, dan deposito berjangka,
dunia perbankan memberikan prioritas utama dalam mempertahankan
tingkat kecukupan likuiditas.
Rasio Pengukuran Likuiditas Bank
Terdapat banyak perhitungan pengukuran likuiditas bank yang
dapat digunakan salah satunya Giro Wajib Minimum (GWM), Current
Ratio (CR), Loan to Deposit Ratio (LDR), dan lainnya. Dalam
penelitian ini digunakan pengukuran likuiditas bank menggunakan
rasio Loan to Deposit Ratio (LDR).
Menurut Kasmir (2004) LDR adalah rasio untuk mengukur
komposisi jumlah kredit yang diberikan dibandingkan dengan jumlah
dana dari masyarakat dan modal sendiri yang digunakan. Menurut
Rivai, Veithzal et.al (2012) Loanto Deposit Ratiomenyatakan
kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang
dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan
sebagai sumber likuiditasnya atau dengan kata lain, seberapa jauh
pemberian kredit kepada nasabah dapat megimbangi kewajiban bank
untuk segera memenuhi permintaan deposan yang hendak menarik
kembali dananya yang telah disalurkan berupa kredit.
Rasio LDR (Loan to Deposit Ratio) digunakan untuk menilai
likuiditas suatu bank dengan cara membagi jumlah kredit yang
diberikan oleh bank terhadap dana pihak ketiga (DPK). Menurut Rivai,
30
veithzal et.al (2012) semakin tinggi rasio LDR menunjukkan semakin
rendahnya kemampuan likuiditas yang dimiliki bank sehingga dapat
meningkatkan potensi terjadinya kondisi bermasalah bank, karena bank
tidak memiliki cukup dana untuk memenuhi penarikan dana pihak
ketiga dan terlalu banyak menyalurkan kredit yang bisa meningkatkan
risiko gagal bayar dan berdampak sistemik. Berdasarkan ketentuan
Bank Indonesia, angka LDR seharusnya berada disekitar 85%-110%.
Rasio LDR dirumuskan sebagai berikut (Surat Edaran BI Nomor
13/24/DPNP tanggal 25 Oktober 2011) :
𝐿𝐷𝑅 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙𝐾𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡
𝐷𝑎𝑛𝑎𝑃𝑖ℎ𝑎𝑘𝐾𝑒𝑡𝑖𝑔𝑎× 100%
C. Kerangka Pemikiran
Objek dari penelitian ini merupakan industri perbankan pada negara-
negara ASEAN-5, yang merupakan negara-negara pendiri ASEAN yang
terdiri dari Negara Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filipina.
Setiap industri perbankan atau setiap bank tentunya memiliki laporan
keuangan masing-masing. Dari laporan keuangan tersebut maka dapat
dilakukan analisis laporan keuangan menggunakan rasio-rasio keuangan
(NPL, LDR, ROA, NIM, dan CAR). Dalam penelitian yang akan dilakukan
sekarang jika dibandingakan dengan penelitian terdahulu ada beberapa
kesamaan yang digunkaan dalam penentuan menggunakan rasio keuangannya
seperti pada penelitian oleh Hari Khrishna Karri, Meghani dan Meghani
Mishra (2015) ; Anggun Wahyuni dan Sukirno (2016) ;Susanto Wibowo
31
(2015) ;Dwi Ayu Wulandari ( 2015) dan juga penelitian oleh Hikmah Dwi
Astuti. Dalam penelitian terdahulu tersebut juga menggunakan variabel rasio
keuangan dalam penelitian ini yaitu variabel CAR, ROA, NIM, dan LDR.
Setelah dilakukan analisis rasio keuangan maka akan diketahui kinerja
keuangan bank tersebut, dengan demikian dapat dirumuskan kerangka
pemikiran penelitian sebagai berikut :
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran Teoritis
Sumber : penelitian terdahulu
Perbankan di negara Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, dan
Filipina akan dilihat Annual Report bank di negara sampel kemudian dilihat
kinerja keuangan dan akan di analisa dengan alat ukur analisis rasio keuangan
berdasarkan rasio permodalan, rasio rentabilitas, dan rasio likuiditas bank
darirasio-rasio keuangan tersebut kemudian didapat perbandingan kinerja
keuangan perbankan dari setiap negara.
Kinerja
Keuangan
Perbankan
CAR
ROA
NIM
LDR
Rasio Permodalan
Rasio Likuiditas
Laporan
Keuangan
Perbankan
Indonesia,
Singapura,
Malaysia,
Thailand, &
Filipina.
Rasio Rentabilitas
32
D. Hipotesis
Berdasarkan hubungan antara tujuan penelitian serta kerangka pemikiran
teoritis terhadap rumusan masalah penelitian ini, maka hipotesis yang
diajukan adalah sebagai berikut :
H0 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap kinerja keuangan
perbankan pada negara ASEAN-5.
H1 :Terdapat perbedaan dan signifikan terhadap kinerja keuangan perbankan
pada negara ASEAN-5.