BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/40114/3/BAB II.pdf · Piutang...
Transcript of BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/40114/3/BAB II.pdf · Piutang...
8
BAB II
TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian-penelitian terdahulu yang menjadi rujukan penulis yaitu
penelitian dari Mahaputra (2012), meneliti tentang Pengaruh Rasio-Rasio
Keuangan terhadap Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di BEI, dan hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa variabel-
variabel yang diteliti seperti rasio lancar, debt to equity ratio, rasio total aset, dan
profit margin berpengaruh terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan
manufaktur.
Ardyasari (2012), meneliti tentang Analisis Rasio Keuangan dalam
Memprediksi Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Makanan & Minuman yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa
variabel-variabel yang diteliti seperti Current Ratio (CR), Working Capital to
Total Asset (WCTA), Current Liabilities to Inventory (CLI), Operating Income to
Total Asets (OITL), Total Asset Turnover (TAT), Net Profit Margin (NPM),
Gross Profit Margin (GPM), Return On Asset (ROA), dan Debt to Equity Ratio
(DER) berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap pertumbuhan laba.
Gunawan & Wahyuni (2013), meneliti tentang Pengaruh Rasio Keuangan
terhadap Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Perdagangan di Indonesia. Metode
analisis data yang digunakan dalam penelitian tersebut yaitu metode analisis data
kuantitatif, dan hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya pengaruh yang
signifikan antara total asets turnover, fixed asets turnover, dan inventory turnover
9
terhadap pertumbuhan laba perusahaan. Sedangkan hasil untuk current ratio, debt
to equity ratio, dan debt to asets ratio tidak ada pengaruh yang signifikan terhadap
pertumbuhan laba di perusahaan. Akan tetapi total asets turnover, fixed asets
turnover, inventory turnover, current ratio, debt to equity ratio, dan debt to asets
ratio secara bersamaan berpengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan laba di
perusahaan.
Sufiana & Purnawati (2013), meneliti tentang Pengaruh Perputaran Kas,
Perputaran Piutang, Perputaran Persediaan terhadap Profitabilitas. Metode analisis
data yang digunakan dalam penelitian tersebut yaitu regresi linier berganda, uji F
dan uji t. Hasil penelitian secara simultan menunjukkan bahwa perputaran kas,
perputaran piutang, dan perputaran persediaan berpengaruh positif terhadap
profitabilitas. Sedangkan berdasarkan hasil uji secara parsial, hanya variabel
perputaran piutang dan peputaran persediaan yang berpengaruh positif terhadap
profitabilitas.
Sari (2014), meneliti tentang Gross Profit Margin, Current Ratio, Total
Asets Turnover, dan Debt Ratio terhadap Pertumbuhan Laba pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Metode penelitian ini
menggunakan pendekatan kuantitatif dan sampel yang diambil ada 48 perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI. Hasil penelitian Sari menunjukkan bahwa
current ratio dan debt ratio secara parsial berpengaruh positif dan signifikan
terhadap pertumbuhan laba di perusahaan, sedangkan total asets turnover secara
parsial tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan laba perusahaan dan gross profit
10
margin secara parsial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan
laba perusahaan.
Deni (2014), meneliti tentang Pengaruh Tingkat Perputaran Kas, Perputaran
Piutang dan Perputaran Persediaan terhadap Profitabilitas pada Perusahaan
Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa berdasarkan hasil uji F atau secara simultan variabel
perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan secara bersama-
sama berpengaruh signifikan terhadap return on asets. Sedangkan berdasarkan
hasil uji t, perputaran kas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return on
asets, perputaran piutang dan perputaran persediaan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap return on asets. Akan tetapi yang paling dominan
pengaruhnya yaitu perputaran piutang.
Sari & Widyarti (2015), meneliti tentang Analisis Pengaruh Rasio
Keuangan terhadap Pertumbuhan Laba. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
net profit margin, total asets turnover, dan debt to asets ratio berpengaruh positif
dan signifikan terhadap pertumbuhan laba. Sedangkan current ratio tidak
berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan laba.
Diana & Santoso (2016), meneliti tentang Pengaruh Perputaran Kas,
Piutang, Persediaan terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Semen di BEI. Hasil
dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa perputaran kas dan perputaran
persediaan berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas. Sedangkan perputaran
piutang tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas.
11
Berdasarkan dari hasil beberapa penelitian terdahulu yang telah
diungkapkan penulis, maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa untuk perputaran
total aset berpengaruh terhadap pertumbuhan laba. Hal ini didukung oleh
penelitian Mahaputra (2012), Ardyasari (2012), Gunawan & Wahyuni (2013), dan
Sari & Widyarti (2015), yang menunjukkan hasil penelitiannya berpengaruh
positif dan hanya hasil penelitian Sari (2014) yang menunjukkan tidak
berpengaruh signifikan. Untuk perputaran piutang juga berpengaruh terhadap
pertumbuhan laba. Karena hal ini didukung oleh hasil penelitian Deni (2014) dan
Sufiana & Purnawati (2013) yang menunjukkan bahwa perputaran piutang
berpengaruh positif dan signifikan dan hanya penelitian Diana (2016) yang
mengungkapkan bahwa perputaran piutang tidak berpengaruh positif dan
signifikan terhadap pertumbuhan laba.
Untuk rasio lancar berpengaruh terhadap pertumbuhan laba karena dari hasil
penelitian Mahaputra (2012), Sari (2014), dan Ardyasari (2012), mengungkapkan
bahwa rasio lancar berpengaruh positif terhadap pertumbuhan laba dan hanya
penelitian Gunawan & Wahyuni (2013) dan Sari & Widyarti (2015) yang
mengungkapkan bahwa rasio lancar tidak berpengaruh positif terhadap
pertumbuhan laba. Dan yang terakhir, untuk debt to equity ratio kesimpulan dari
beberapa penelitian terdahulu mengungkapkan bahwa debt to equity ratio
berpengaruh terhadap pertumbuhan laba. Hal ini didukung oleh hasil penelitian
Mahaputra (2012) dan Ardyasari (2012) yang mengungkapkan bahwa debt to
equity ratio berpengaruh positif terhadap pertumbuhan laba dan hanya penelitian
12
Gunawan & Wahyuni (2013) saja yang mengungkapkan bahwa debt to equity
ratio tidak berpengaruh positif terhadap pertumbuhan laba.
Keterkaitan dari beberapa penelitian terdahulu dengan penelitian ini yaitu
adanya kesamaan objek penelitian yaitu perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia dan kesamaan beberapa variabel yang digunakan oleh
penulis. Variabel-variabel tersebut yaitu perputaran total aset, perputaran piutang,
rasio lancar, dan debt to equity ratio.
B. Kajian Pustaka
1. Kinerja Keuangan
Menurut Sularso & Restianto (2011), kinerja merupakan suatu
pencapaian atas apa yang direncanakan, baik dilakukan perseorang
ataupun sekelompok organisasi. Apabila pencapaian yang dilakukan sesuai
dengan yang direncanakan, maka kinerja yang dilakukan oleh
seseorang/sekelompok orang tersebut terlaksana dengan baik. Akan tetapi,
apabila pencapaian yang dilakukan tidak sesuai dari apa yang di
rencanakan, maka kinerja tersebut bisa dikatakan kurang baik. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan merupakan suatu alat ukur
kinerja yang menggunakan indikator keuangan (Sularso & Restianto,
2011).
2. Evaluasi Kinerja Keuangan
Menurut Orniati (2009), kinerja keuangan dapat dievaluasi dengan
menggunakan analisis laporan keuangan, dimana neraca atau laporan
13
posisi keuangan dan laporan laba rugi digunakan sebagai data utama
dalam analisis ini. Sehingga menurut Prastowo & Juliaty (2005), evaluasi
kinerja sangat penting karena laporan keuangan merupakan salah satu
sumber informasi yang penting bagi para pengguna laporan keuangan
dalam pengambilan suatu keputusan dan laporan keuangan akan lebih
bermanfaat apabila laporan keuangan tersebut diolah untuk memprediksi
apa yang akan terjadi di masa mendatang.
3. Pertumbuhan Laba
Menurut Mahaputra (2012), pertumbuhan laba dipengaruhi oleh
komponen-komponen yang ada dalam laporan keuangan. Salah satunya
yaitu perubahan penjualan, harga pokok penjualan, beban operasi, beban
bunga, dan adanya pos-pos luar biasa yang dapat menyebabkan perubahan
dalam pertumbuhan laba perusahaan. Selain itu, faktor-faktor lain yang
dapat memicu adanya perubahan laba yaitu karena peningkatan harga
akibat inflasi dan adanya kebebasan manajerial dalam menentukan metode
akuntansi, sehingga dapat meningkatkan laba. Pertumbuhan laba bisa
dihitung dengan mengurangkan laba operasional pada periode/tahun
sekarang dengan laba operasional pada periode/tahun sebelumnya
kemudian dibagi dengan laba operasional pada periode/tahun sebelumnya.
14
4. Analisis Rasio Keuangan
Analisis rasio keuangan merupakan salah satu teknik dalam
menganalisa laporan keuangan yang sering digunakan oleh perusahaan
untuk mengukur kinerja keuangan suatu perusahaan tersebut. Analisis
rasio keuangan bermanfaat bagi pihak internal ataupun pihak eksternal
perusahaan. Untuk pihak internal perusahaan, analisis rasio keuangan
dapat dijadikan sebagai pedoman dalam perencanaan dan pengevaluasian
kinerja perusahaan selama periode tersebut. Sedangkan untuk pihak
eksternal, analisis rasio keuangan dapat dijadikan suatu perkiraan untuk
mempertimbangkan keputusan yang akan diambil oleh investor atau
kreditor (Andriyani, 2015).
Menurut Hanafi dan Halim (2009:74), rasio-rasio keuangan pada
dasarnya disusun dengan cara menggabungkan angka-angka yang ada di
dalam laporan laba rugi dan laporan posisi keuangan (neraca). Rasio
keuangan diklasifikasikan menjadi:
1. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas merupakan rasio keuangan yang digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka
pendeknya. Rasio likuiditas dapat dibagi menjadi rasio lancar dan rasio
cepat.
2. Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas merupakan rasio keuangan yang digunakan untuk
mengukur kemampuan manajemen dalam mengelola aset-aset yang
15
ada didalam perusahaan, sejauh mana efektivitas manajemen dalam
penggunaan asetnya untuk menghasilkan penjualan. Macam-macam
rasio aktivitas terdiri dari rasio perputaran piutang, perputaran
persediaan, perputaran aset tetap, dan perputaran total aset.
3. Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas merupakan rasio keuangan yang digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka
panjangnya. Ada beberapa macam rasio solvabilitas, diantaranya yaitu
rasio total hutang terhadap total aset, rasio utang modal saham, rasio
time interest earned, rasio fixed charges coverage
4. Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas merupakan rasio keuangan yang digunakan untuk
mengukur tingkat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba.
Rasio profitabilitas yang sering digunakan yaitu profit margin, return
on asset (ROA), dan return on equity (ROE).
5. Rasio Pasar
Rasio pasar merupakan rasio keuangan yang digunakan untuk
mengukur penilaian kinerja saham perusahaan terhadap nilai buku.
Ada beberapa macam rasio pasar, diantaranya yaitu price earning ratio
(PER), dividend yield, dan pembayaran deviden (dividend payout).
16
5. Perputaran Total Aset
Menurut Hanafi dan Halim (2009:78), perputaran total aset
merupakan suatu rasio aktivitas yang digunakan untuk mengukur seberapa
besar efektivitas perusahaan dalam menggunakan aset yang dimiliki, dan
menurut Sudana (2011:22) rasio perputaran total aset mengukur sejauh
mana efektivitas perusahaan dalam penggunaan seluruh asetnya untuk
menghasilkan penjualan. Rasio ini menunjukkan bagaimana perusahaan
menggunakan aset tetapnya seperti gedung, rumah, kendaraan, mesin, dll
yang dimiliki oleh perusahaan untuk menghasilkan penjualan. Menurut
Andriyani (2015), semakin tinggi rasio perputaran total aset, maka
semakin efisien penggunaan aset-aset yang ada di dalam perusahaan dalam
menghasilkan penjualan. Perputaran total aset ini sangat penting bagi para
kreditur dan juga pemilik perusahaan, terutama manajemen perusahaan.
Karena hal itu dapat memberikan penilaian kepada manajemen dalam
pengelolaan efisiensi atau tidaknya seluruh aset yang ada di dalam
perusahaan untuk menghasilkan penjualan. Semakin efisien penggunaan
aset yang ada didalam perusahaan maka dapat meningkatkan kepercayaan
diri manajemen dalam mengelola aset yang ada di dalam perusahaan
sehingga dapat meningkatkan penjualan.
Menurut Hanafi & Halim (2009:78) rumus dari rasio perputaran total
aset yaitu:
17
6. Perputaran Piutang
Menurut buku yang ditulis oleh Hanafi & Halim (2009:76), bahwa
semakin lama rata-rata umur piutang yang ada di dalam perusahaan maka
semakin besar dana yang tertanam dalam piutang tersebut. Dari beberapa
rumus perhitungan rata-rata umur piutang, apabila angka yang dihasilkan
rata-rata piutang terlalu tinggi, maka hal itu menunjukkan kemungkinan
tidak kembalinya piutang yang lebih tinggi. Akan tetapi, jika angka yang
dihasilkan terlalu rendah, maka hal itu pun tidak baik untuk perusahaan,
karena kemungkinan kebijakan piutang dalam perusahaan tersebut terlalu
ketat, sehingga akan menurunkan penjualan perusahaan yang harusnya
bisa dimanfaatkan.
Akan tetapi menurut Sudana (2011:22), perputaran piutang
merupakan rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur tingkat
perputaran piutang dalam menghasilkan penjualan. Semakin tinggi rasio
perputaran piutang, maka semakin efektif dan efisien manajemen piutang
yang dilakukan oleh perusahaan, dan sebaliknya, apabila semakin rendah
tingkat rasio perputaran piutang, maka semakin buruk kinerja manajemen
piutang perusahaan.
Menurut Deni (2014), rasio perputaran piutang merupakan rasio
yang digunakan untuk mengukur berapa kali rata-rata piutang yang dapat
tertagih dalam suatu periode tertentu. Pengelolaan piutang dapat dilihat
dari tingkat perputaran piutangnya, apabila tingkat perputaran piutang
lebih cepat maka semakin baik kondisi keuangan perusahaan. Karena
18
piutang sebagai unsur modal kerja yang dalam kondisi berputar, yaitu dari
kas, proses komoditi, penjualan, piutang dan kembali lagi menjadi kas.
Adapun rumus perputaran piutang menurut Prastowo & Juliaty
(2005: 86) yaitu:
7. Rasio Lancar
Menurut Mahaputra (2012) Rasio lancar merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar
hutang jangka pendeknya yang segera jatuh tempo. Sedangkan menurut
buku yang ditulis oleh Hanafi dan Halim (2009:75), bahwa rasio lancar
merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
memenuhi hutang jangka pendeknya dengan menggunakan aset lancarnya
termasuk didalamnya aktiva yang akan berubah menjadi kas dalam waktu
siklus bisnis. Angka rasio yang terlalu tinggi tidak baik untuk perusahaan,
karena hal itu diduga perusahaan tidak bisa memanfaatkan aset lancarnya
dengan sebaik mungkin. Akan tetapi rasio yang terlalu rendah juga akan
berdampak buruk terhadap perusahaan, karena diduga perusahaan tersebut
memiliki likuiditas yang tinggi dimana perusahaan kurang modal untuk
memenuhi/membayar hutangnya. Jadi standar rasio lancar menurut buku
Hanafi dan Halim (2009) yaitu berkisar di angka 2.
Menurut Sudana (2011:21), rasio lancar merupakan rasio keuangan
yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aset lancar
19
yang dimiliki perusahaan. Semakin besar rasio ini, maka semakin likuid
perusahaan.
Adapun rumus rasio lancar menurut Hanafi & Halim (2009:75)
yaitu:
8. Debt to Equity Ratio
Menurut Gunawan & Wahyuni (2013), debt to equity ratio ini
merupakan perbandingan antara utang perusahaan dengan ekuitas yang
dimiliki oleh perusahaan. Debt to equity ratio yang tinggi akan berdampak
buruk bagi perusahaan karena semakin tinggi rasio sama halnya dengan
semakin tinggi tingkat hutang maka beban bunga akan semakin besar
sehingga dapat mengurangi laba/ keuntungan perusahaan. Sebaliknya,
semakin rendah tingkat rasio maka semakin baik untuk perusahaan karena
perusahaan mampu mengembalikan utangnya sangat tinggi. Akan tetapi,
menurut Mahaputra (2012), debt to equity ratio ini merupakan rasio
keuangan yang digunakan untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan
oleh kreditor dengan pemilik sendiri. Sama halnya dengan menurut Zanora
(2013), debt to equity ratio merupakan perbandingan antara jumlah utang
dengan jumlah dana/modal sendiri yang dimiliki. Semakin besar tingkat
rasio ini maka semakin besar pendanaan yang dilakukan oleh perusahaan.
Akibatnya risiko yang akan ditimbulkan akan besar apabila perusahaan
tidak mampu membayar hutang-hutangnya dan perusahaan bisa
mengalami kebangkrutan. Tingkat rasio yang tinggi akan membebankan
20
perusahaan dalam biaya bunga yang tinggi, sehingga hal itu bisa
berdampak pada penurunan laba perusahaan. Sebaliknya, apabila tingkat
debt to equity ratio rendah maka biaya bunga yang dibebankan oleh
perusahaan semakin sedikit sehingga bisa meningkatkan laba perusahaan.
Adapun rumus debt to equity ratio menurut Prastowo & Juliaty
(2005: 89) yaitu:
C. Kerangka Konseptual
Sumber: Dikembangkan untuk penelitian ini
Gambar 2.1. Model Penelitian Empiris
D. Perumusan Hipotesis
Perputaran total aset merupakan salah satu rasio aktivitas yang digunakan
untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam mengelola seluruh asetnya secara
efektif untuk menghasilkan penjualan. Menurut Hanafi dan Halim (2011) rasio
total aset ini memperlihatkan sejauh mana efektivitas perusahaan dalam
menggunakan seluruh asetnya. Semakin tinggi rasio perputaran total aset, maka
Pertumbuhan Laba
(Y)
Perputaran Total Aset
(X1)
Perputaran Piutang (X2)
Debt to Equity Ratio (X4)
Rasio Lancar (X3)
21
semakin efektif penggunaan seluruh aset yang ada di perusahaan. Menurut
Mahaputra (2012) semakin tinggi perputaran total aset maka semakin tinggi pula
pertumbuhan laba perusahaan, dan sebaliknya semakin rendah perputaran total
aset maka semakin rendah pula pertumbuhan laba perusahaan. Karena hal itu
menunjukkan adanya perilaku manajemen yang apabila rasio perputaran total aset
tinggi, semakin meningkatkan tingkat kepercaya dirian manajer dalam
meningatkan laba perusahaan, karena manajemen yang ada di dalam perusahaan
berhasil mengelola asetnya dengan baik. Menurut hasil penelitian dari Mahaputra
(2012), Ardyasari (2012), Gunawan & Wahyuni (2013), dan Sari & Widyarti
(2015) menunjukkan bahwa perputaran total aset berpengaruh positif dan
signifikan terhadap pertumbuhan laba. Sehingga dari ketiga hasil penelitian
tersebut, dapat diajukan hipotesis:
H1 : Perputaran Total Aset berpengaruh positif terhadap pertumbuhan laba
perusahaan
Rasio perputaran piutang merupakan rasio keuangan yang digunakan untuk
mengukur berapa lama piutang tersebut berubah menjadi kas. Didalam suatu
perusahaan, penjualan secara kredit otomatis akan meningkatkan laba perusahaan.
Hal itu terjadi karena para konsumen-konsumen perusahaan lebih tertarik untuk
membeli barang secara kredit. Semakin besar proporsi jumlah kredit yang
diberikan, maka semakin besar pula jumlah piutang yang ada di dalam
perusahaan. Menurut Sudana (2011), semakin tinggi perputaran piutang maka
semakin efektif dan efisien pengelolaan piutang yang diatur oleh manajemen.
Menurut hasil penelitian Sufiana & Purnawati (2013) dan Deni (2014) perputaran
22
piutang berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan laba. Sehingga
dapat diajukan hipotesis:
H2 : Perputaran Piutang berpengaruh positif terhadap pertumbuhan laba
perusahaan
Rasio lancar menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi hutang
jangka pendeknya. Apabila rasio lancarnya terlalu rendah, maka itu berdampak
buruk terhadap perusahaan karena perusahaan kurang modal untuk membayar
hutang-hutangnya dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Namun, apabila
hasil rasionya terlalu tinggi, itu juga akan berdampak buruk bagi perusahaan
karena diduga perusahaan tidak bisa mengelola aset lancar yang ada di perusahaan
dengan sebaik mungkin (Hanafi & Halim, 2009). Menurut Prastowo dan Juliaty
(2005) rasio lancar yang tinggi dapat disebabkan karena tidak tertagihnya piutang-
piutang dan tidak terjualnya persediaan yang ada di perusahaan, sehingga hal itu
juga tidak dapat dipakai untuk membayar utang dan bisa menyebabkan laba
perusahaan rendah. Sehingga dapat diajukan hipotesis:
H3 : Rasio Lancar berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan laba
perusahaan
Debt to Equity Ratio menunjukkan perbandingan jumlah dana yang
disediakan oleh pemberi pinjaman dengan pemilik perusahaan. Apakah dana
untuk perusahaan lebih besar dari dana pinjaman atau modal pemilik sendiri.
Karena semakin tinggi tingkat debt to equity ratio yang dihasilkan maka akan
berdampak buruk bagi perusahaan, hal itu ditunjukkan dengan semakin besarnya
hutang yang dimiliki perusahaan maka semakin besar pula beban bunga yang
23
dimiliki oleh perusahaan sehingga bisa mengurangi laba. Sebaliknya, jika semakin
rendah debt to equity ratio maka akan semakin baik kinerja perusahaan. Menurut
Prastowo dan Juliaty (2005) kreditor lebih menyukai angka debt to equity ratio
yang kecil, karena semakin kecil rasio maka semakin besar jumlah aset yang
didanai oleh pemilik perusahaan sendiri, dan semakin besar pula penyangga risiko
kreditor. Akan tetapi jika dilihat dari perilaku manajer, apabila tingkat debt to
equity ratio nya tinggi hal itu menunjukkan pinjaman dana yang ada di
perusahaan tinggi, sehingga dengan adanya hutang yang tinggi manajer akan lebih
bersemangat untuk mengembalikan pinjaman-pinjaman dana yang telah dilakukan
dengan memperoleh laba yang tinggi. Menurut hasil penelitian Mahaputra (2012)
dan Ardyasari (2012) menunjukkan bahwa debt to equity ratio berpengaruh positif
terhadap pertumbuhan laba. Sehingga dapat diajukan hipotesis:
H4 : Debt to Equity Ratio berpengaruh positif terhadap pertumbuhan laba
perusahaan