Bab ii telaah pustaka

9
II. TELAAH PUSTAKA Lingkungan hidup merupakan suatu kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Lingkungan hidup terdiri atas faktor abiotik, biotik dan budaya (kultur sosial) yang ketiganya merupakan satu kesatuan yang berinteraksi satu sama lainnya dan saling mempengaruhi dan membutuhkan sehingga kerusakan pada salah satu faktor akan berdampak pada faktor lainnya. Kegiatan dalam pengelolaan lingkungan hidup memiliki dampak yang positif dan negatif yang timbul secara bersamaan dimana pengelolaan yang berlebihan oleh manusia akan sumberdaya untuk pemenuhan kebutuhan dasarnya akan berdampak pada penurunan mutu lingkungan dan manfaat lingkungan serta meningkatkan resiko lingkungan yang merupakan dampak

description

 

Transcript of Bab ii telaah pustaka

Page 1: Bab ii telaah pustaka

II. TELAAH PUSTAKA

Lingkungan hidup merupakan suatu kesatuan ruang dengan semua

benda, daya, keadaan, makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya

yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan

kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Lingkungan hidup terdiri

atas faktor abiotik, biotik dan budaya (kultur sosial) yang ketiganya

merupakan satu kesatuan yang berinteraksi satu sama lainnya dan saling

mempengaruhi dan membutuhkan sehingga kerusakan pada salah satu faktor

akan berdampak pada faktor lainnya.

Kegiatan dalam pengelolaan lingkungan hidup memiliki dampak yang

positif dan negatif yang timbul secara bersamaan dimana pengelolaan yang

berlebihan oleh manusia akan sumberdaya untuk pemenuhan kebutuhan

dasarnya akan berdampak pada penurunan mutu lingkungan dan manfaat

lingkungan serta meningkatkan resiko lingkungan yang merupakan dampak

negatif yang tidak diinginkan oleh makhluk hidup terutama manusia itu

sendiri. Oleh karena itu, kegiatan penanggulangan dan pelestarian perlu

dilakukan sehingga dapat menjaga maupun mengembalikan lingkungan pada

keadaan yang kurang lebih sama dan pencemaran lingkungan dapat di

minimasi.

Sampah merupakan sebagian benda atau hasil dari kegiatan manusia

yang tidak dipakai, tidak disenangi, dan sedemikian rupa sudah tidak dapat

dimanfaatkan kembali, dimana keberadaannya tidak diinginkan kembali

sehingga dapat mengganggu kelangsungan hidup (Daryanto, 2009). Sampah

Page 2: Bab ii telaah pustaka

13

pada dasarnya masih dapat digunakan kembali oleh masyarakat jika

dilakukan suatu tindakan atau upaya untuk memanfaatkan kembali fungsinya

yang tersisa ataupun yang lain sehingga memiliki fungsi baru atau tambahan

yang bermanfaat bagi kelangsungan hidup manusia seperti mekanisme

meminimasi sampah seperti 3R (Reduce, Reuse, Recycle) dan 1D (Disposal).

Kegiatan meminimasi sampah yang dilakukan berdasarkan konsep 3R

tersebut sejalan dengan isi Undang Undang RI No. 18 Tahun 2008 tentang

Pengelolaan Sampah. Pengolahan atau treatment terhadap sampah dilakukan

berdasarkan jenis dan komposisinya yang diantaranya dapat berupa

transformasi fisik, pembakaran, pembuatan kompos maupun energy recovery

yang telah banyak dilakukan dibeberapa negara maju (Sejati, 2009). Negara

berkembang seperti Indonesia masih memiliki paradigma lama yaitu

melakukan open dumping dan sanitary landfill karena relatif lebih murah

dalam pelaksanaannya dan pengelolaannya (Scott et al., 2005).

Paradigma pengelolaan sampah yang digunakan oleh pemerintah

tersebut menimbulkan berbagai kasus. Kasus yang mungkin terjadi adalah

munculnya berbagai penyakit baru, bau menyengat yang mengakibatkan

Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA), pencemaran air permukaan dan air

tanah oleh lindi (leachate) dimana terkandung logam berat berbahaya

didalamnya hingga pada masalah estetika dan terganggunya kenyamanan

penduduk (Kjeldsen et al., 2002).

Logam-logam berat yang terkandung di dalam lindi seperti kadmium,

merkuri, timbal dan arsen merupakan unsur berbahaya bagi manusia,

Page 3: Bab ii telaah pustaka

14

terutama Pb dan Cd yang memiliki tingkat toksisitas lebih tinggi jika

dibandingkan Hg dan As pada kadar tertentu (Wardhana, 2001). Logam berat

dalam jumlah yang berlebih memiliki toksisitas yang tinggi bagi manusia

karena dapat terakumulasi pada jaringan dan merusak kinerja enzim dalam

tubuh manusia.

Salah satu logam berat yang berbahaya ialah timbal (Pb), dimana logam

berat Pb tersebut dapat ditemukan pada sampah domestik dan industri (Yu et

al., 2011). Logam berat tersebut terkandung pada sampah seperti pelapis

kabel PVC (polyvinyl chloride), campuran pipa plastik, ban bekas, keramik,

dan ada pula yang digunakan sebagai salah satu bahan campuran dalam

kosmetik (Daryanto, 2009). Bahan logam berat seperti timbal ini dapat

mengkontaminasi air sungai maupun air tanah, dimana kontaminan sumber

air tersebut berasal dari proses perembesan atau infiltrasi air pencucian

limbah padat berbahaya (leachate) yang berasal dari suatu TPAS. Upaya

untuk mengidentifikasi pencemaran air sungai oleh lindi dilakukan dengan

menggunakan parameter fisik, kimia dan biologi sesuai dengan kadar baku

mutu air yang terdapat dalam Peraturan Pemerintah No.82 Tahun 2001

tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

Kandungan beberapa unsur dan logam berat pada lindi menentukan

bentuk pengelolaan yang dilakukan oleh sebuah TPAS. Hal tersebut mengacu

pada Undang Undang RI No.18 Tahun 2008 tentang Pengeloaan Sampah

yang menyatakan didalamnya mengenai arahan bentuk pengelolaan sampah

terhadap beberapa kandungan yang terdapat pada lindi. Pengadaan sistem

Page 4: Bab ii telaah pustaka

15

pengolahan lindi (leachate) sangat diperlukan untuk mengurangi beban

pencemaran terhadap badan air penerima seperti air sungai (Galavi et al.,

2010). Lindi yang telah terkumpul diolah terlebih dahulu, sehingga mencapai

standar aman untuk kemudian dibuang ke dalam badan air penerima. Hal

tersebut diharapkan setelah dilakukan pengolahan tidak terjadi pencemaran

terhadap lingkungan sekitar seperti pada air sungai maupun air tanah

sehingga kualitasnya kembali atau jauh lebih baik dari sebelumnya.

Pengelolaan terhadap lindi yang dilakukan pada sebuah TPAS selalu

memberikan dampak pada masyarakat yang berada di TPAS itu sendiri

ataupun masyarakat disekitarnya. Dampak yang timbul terhadap masyarakat

menghasilkan suatu bentuk perilaku masyarakat terhadap dibangunnya

sebuah TPAS, dimana dampak tersebut kemungkinan dapat menghasilkan

pengaruh negatif maupun positif baik secara langsung atau tidak langsung

bagi masyarakat di sekitar TPAS dan begitu pula dengan perilaku yang

dihasilkan di masyarakat.

Penurunan kualitas air sungai yang dimanfaatkan oleh masyarakat di

sekitar TPAS kemungkinan memberikan pengaruh negatif terhadap perilaku

kesehatan masyarakat dikarenakan terjadi beberapa dampak kesehatan bagi

masyarakat yang memanfaatkan air sungai yang kemungkinan besar telah

terkontaminasi.

Perilaku pada hakikatnya adalah suatu aktivitas daripada manusia itu

sendiri sehingga memiliki bentangan yang luas hingga pada kegiatan internal

seperti berfikir, persepsi dan emosi (Notoatmodjo, 2003). Bentuk dari

Page 5: Bab ii telaah pustaka

16

perilaku dapat diartikan suatu respons organisme atau individu terhadap

ransangan (stimulus) dari luar objek tersebut. Respon tersebut dapat bersifat

pasif seperti berpikir, berpendapat dan bersikap (pengetahuan dan sikap), lalu

dapat bersifat aktif yaitu melakukan tindakan (praktik). Sedangkan respons

dalam bentuk pengalaman beserta interaksinya menyangkut pengetahuan dan

sikap mengenai kesehatan lalu tindakannya untuk memperbaiki kualitas

kesehatannya serta dampak penyakit adalah perilaku kesehatan (Sarwono,

2007).

Pengalaman dan interaksi masyarakat dalam pemanfaatan air sungai

yang kemungkinan telah terkontaminasi lindi akibat keberadaan TPAS

kemungkinan mempengaruhi pengetahuan dan sikap terhadap pemanfaatan

air sungai tersebut, kemudian akan membentuk suatu praktik atau tindakan

dalam upayanya memelihara, mempertahankan dan meningkatkan kondisi

kesehatannya serta memperoleh kesembuhan, dimana tindakan-tindakan

tersebut dinamakan sebagai perilaku sehat dan sakit (Sarwono, 2007).

Perilaku kesehatan masyarakat di sekitar TPAS dapat mencakup 3

domain perilaku yaitu pengetahuan (kognitif) pada tingkat tahu (know) dan

memahami (comprehension), sikap (afektif) pada tingkat memahami

(receiving) dan merespons (responding), kemudian praktik (psikomotorik)

pada tingkat persepsi (perception) dan respon terpimpin (guided respons)

mengenai keberadaan TPAS. Pengetahuan dan sikap tentang kesehatan

masyarakat mengenai keberadaan TPAS kemudian mempengaruhi perilaku

Page 6: Bab ii telaah pustaka

17

sehat dan sakit masyarakat dalam bentuk praktik atau tindakannya untuk

mengatasi dan meningkatkan kualitas lingkungan dan sosial budayanya.