BAB II suppositoria

52
BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Teori Umum II.1.1 Pengertian Suppositoria Suppositoria adalah suatu bentuk sediaan obat padat yang umumnya dimaksudkan untuk dimasukan ke dalam rektum, vagina dan jarang digunakan untuk uretra (Lachman, hal 1147). Suppositoria adalah sediaan bentuk silindris atau kerucut berdosis dan berbentuk mantap yang ditetapkan untuk dimasukan ke dalam rektum, sediaan ini melebur pada suhu tubuh atau larut dalam lingkungan berair (Voight, hal 281). Suppositoria adalah suatu bentuk unit sediaan yang dimaksudkan untuk dimasukkan ke dalam rektum, vagina, dan uretra. Suppositoria melebur, melunak dan melarut pada suhu tubuh (Parrot, hal 382) 3

description

tinjauan pustaka

Transcript of BAB II suppositoria

Page 1: BAB II suppositoria

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Teori Umum

II.1.1 Pengertian Suppositoria

Suppositoria adalah suatu bentuk sediaan obat padat yang umumnya

dimaksudkan untuk dimasukan ke dalam rektum, vagina dan jarang digunakan

untuk uretra (Lachman, hal 1147).

Suppositoria adalah sediaan bentuk silindris atau kerucut berdosis dan

berbentuk mantap yang ditetapkan untuk dimasukan ke dalam rektum, sediaan

ini melebur pada suhu tubuh atau larut dalam lingkungan berair (Voight, hal

281).

Suppositoria adalah suatu bentuk unit sediaan yang dimaksudkan untuk

dimasukkan ke dalam rektum, vagina, dan uretra. Suppositoria melebur,

melunak dan melarut pada suhu tubuh (Parrot, hal 382)

Suppositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk

yang diberikan melalui rektal, vagina atau uretra. Umumnya meleleh, melunak

atau melarut pada suhu tubuh (FI IV, hal 16).

Suppositoria adalah bentuk sediaan padat yang pemakaiannya dengan

cara dimasukkan ke dalam lubang atau celah dalam tubuh dimana ia akan

melebur, melunak, atau larut dan memberikan efek lokal atau sistemik (Ansel,

hal 576).

3

Page 2: BAB II suppositoria

4

Suppositoria adalah bentuk sediaan yang diberikan melalui bagian

tubuh yakni vagina, rektum, atau uretra (DOM, hal 834).

Suppositoria adalah bentuk sediaan padat yang dimaksudkan untuk

dimasukkan kedalam salah satu rongga (lubang) tubuh, selain rongga mulut.

Suppositoria diformulasikan untuk larut atau hancur pada temperatur tubuh.

Pada saat ini “kata suppository” umumnya berhubungan dengan bahan yang

digunakan dalam rektum, vagina atau uretra (Scoville’s, hal 367).

Suppositoria dan pasaries (suppositoria vaginal) adalah suatu bentuk

sediaan padat yang dimasukkan melalui rektum dan vagina, pasien harus

diberikan petunjuk dalam penggunaan sediaan ini (Fasttrack, hal 157).

II.1.2 Keuntungan Suppositoria

1. Lachman, hal 282.

Tidak merusak lambung,

Tanpa rasa yang tidak enak,

Mudah dipakai bahkan pada saat pasien tidak sadarkan diri, sulit

menelan dan sebagainya.

2. Ansel, hal 578.

Obat yang dirusak atau dibuat tidak aktif oleh pH atau aktivitas enzim

dari lambung atau usus,

Obat yang merangsang lambung dapat diberikan tanpa menimbulkan

rangsangan,

Obat yang dirusak dalam sirkulasi portal, dan tidak melewati hati

setelah sel diabsorbsi pada lambung,

Page 3: BAB II suppositoria

5

Digunakan oleh pasien dewasa dan anak-anak yang tidak mau menelan

obat,

Cara yang efektif dalam perawatan pasien yang muntah.

3. DOM, hal 834.

Suppositoria dapat digunakan untuk pasien yang mual atau untuk anak

kecil, untuk pasien yang lemah atau tidak sadarkan diri dan untuk

pasien yang tidak bisa menggunakan obat secara oral.

4. Scoville’s, hal 368.

Bentuk obat ini sangat berguna dalam kasus dimana obat tidak bisa

diberikan melalui mulut, juga karena pasien menjadi mual atau

muntah, atau suatu keadaan dimana pemberian oral mengalami kontra

indikasi ini juga berguna dalam kasus dimana memungkinkan aksi

obat yang lebih lama.

5. Fasttrack, hal 157-158.

Bentuk sediaan rektal berhasil digunakan untuk memberikan efek

lokal untuk pengobatan infeksi dan peradangan, misalnya wasir,

Bentuk sediaan rektal digunakan untuk meringankan sembelit atau

membersihkan usus setelah operasi,

Bentuk sediaan rektal dapat digunakan untuk memberikan efek

sistemik dimana penyerapan obat secara oral dapat mengiritasi

lambung dan tidak dianjurkan,

Bentuk sediaan rektal dapat digunakan untuk efek lokal dalam

pengobatan penyakit usus besar, misalnya kolitis ulserativa.

Page 4: BAB II suppositoria

6

Dengan mengikuti nasehat dari apoteker, penggunaan bentuk sediaan

rektal dan vagina dapat dengan mudah dilakukan pasien.

II.1.3 Kerugian Suppositoria

1. Lachman, hal 1151.

Dinding membran diliputi suatu lapisan mukosa yang relatif konstan

yang dapat bertindak sebagai penghalang mekanik untuk jalannya obat

melalui pori-pori.

2. Ansel, hal 579.

Dosis obat yang digunakan melalui rektum mungkin lebih besar atau

lebih kecil daripada yang dipakai secara oral tergantung pada faktor

dalam tubuh pasien. Sifat fisika kimia obat dari kemampuan obat

melewati penghalang fisiologis, kemampuan obat untuk diabsorbsi dan

sifat basis suppositoria yang dimaksudkan untuk obat-obat sistemik.

Efek lokal umumnya terjadi dengan waktu setengah jam sampai 4 jam.

3. Voight, hal 282.

Harus dalam kondisi penyimpanan yang tepat (kering, dingin)

terlindungi dari cahaya, bebas udara, disimpan pada tempat yang

aman, tidak pada sembarang tempat yang bertujuan untuk

memperpanjang stabilitasnya.

4. Fasttrack, hal 158.

Di negara-negara tertentu khususnya Amerika dan Inggris, bentuk

sediaan rektal kurang dikenal, khususnya untuk pengobatan sistemik,

dimana hal ini berbeda dengan di Eropa.

Page 5: BAB II suppositoria

7

Petunjuk dari ahlinya diperlukan dalam pemberian bentuk sediaan ini.

Penyerapan bahan obat dari rektum berlangsung lambat.

Pemberian rektal dari bahan obat dapat menghasilkan efek samping

lokal.

Pembuatan suppositoria di industri lebih sulit daripada bentuk rektum

lainnya.

5. Scoville’s, hal 368.

Ketika bahan obat diberikan dalam bentuk suppositoria, akan

diabsorbsi secara lambat dan menghasilkan aksi terapetik setelah

waktu yang lama.

II.1.4 Bentuk-bentuk Suppositoria

1. Ansel, hal 576-577.

a. Suppositoria rektal

Berbentuk silindris dan kedua ujungnya tajam, peluru, torpedo dan

berjari-berjari kecil. Panjangnya ± 32 mm (1,5 inci). Amerika

menetapkan beratnya 2 gram untuk orang dewasa bila oleum cacao

yang digunakan sebagai basis, sedangkan untuk bayi dan anak-anak

ukuran dan beratnya ½ dari ukuran dan berat orang dewasa.

b. Suppositoria vagina

Berbentuk bola lonjong atau seperti kerucut, sesuai dengan kompendik

resmi beratnya 5 gram, apabila basisnya oleum cacao, tergantung pada

jenis basis, berat untuk vagina ini berbeda-beda.

Page 6: BAB II suppositoria

8

c. Suppositoria uretra

Bentuknya ramping seperti pensil, gunanya untuk dimasukkan ke

dalam saluran urin pria atau wanita. Suppositoria saluran urin pria

bergaris tengah 3-6 mm dengan panjang ± 140 mm, walaupun ukuran

ini bervariasi. Apabila basisnya dari oleum cacao maka beratnya ± 4

gram. Suppositoria urin wanita, panjang dan beratnya ½ dari ukuran

untuk pria, panjang ± 70 mm dan beratnya 2 gram, jika menggunakan

basis oleum cacao.

2. Lachman, hal 1148.

a. Suppositoria rektal

Berat suppositoria rektal untuk orang dewasa kira-kira 2 gram dan

biasanya lonjong seperti torpedo. Suppositoria untuk anak-anak

beratnya kira-kira 1 gram dan ukurannya lebih kecil.

b. Suppositoria vaginal

Beratnya suppositoria vaginal kira-kira 3-5 gram, bentuk bulat telur.

c. Suppositoria uretra

Berbentuk pensil dan meruncing pada salah satu ujungnya.

Suppositoria uretra yang digunakan untuk laki-laki beratnya kira-kira

4 gram dan panjangnya 100-150 mm. Sedangkan untuk wanita,

beratnya masing-masing suppositoria 2 gram dan biasanya mempunyai

panjang 60-75 mm.

Page 7: BAB II suppositoria

9

3. FI IV, hal 16-17.

a. Suppositoria rektal

Untuk dewasa berbentuk lonjong pada suatu atau kedua ujungnya dan

biasanya berbobot ± 2 gram.

b. Suppositoria vagina

Umumnya berbentuk bulat atau bulat telur dengan bobot ± 5 gram.

4. Parrot, hal 382.

a. Suppositoria rektal

Bentuknya kerucut atau silindris dan lonjong, suppositoria rektal

beratnya 2 gram, panjangnya ± 30 mm, berdiameter 10 mm.

b. Suppositoria vagina

Berbentuk bundar atau oval, beratnya bervariasi dari 3-9 gram.

5. Prescription, hal 260-261.

a. Suppositoria rektal

USP mendeskripsikan suppositoria rektal untuk dewasa biasanya

memiliki berat 2 gram dan berbentuk torpedo, cara pemasukannya

dimulai dari kepala dan diberi tekanan oleh sfingter luar, melalui

rektum. Dimana diameter terbesar dari suppositoria ini sekitar 13 mm,

biasanya 7 mm, memiliki panjang sekitar 25-30 mm. Untuk anak

kecil, diameter dan panjangnya lebih kecil, dengan berat 1 gram.

Page 8: BAB II suppositoria

10

b. Suppositoria vagina

Memiliki bentuk bervariasi dan biasanya berbentuk kerucut atau

bentuk yang dimodifikasi. Memiliki berat sekitar 5 gram, tetapi

kebanyakan produk komersial suppositoria vagina yang beratnya

sekitar 3-4 gram dan beberapa yang memiliki berat 8 gram.

Suppositoria umumnya digunakan untuk memberikan efek lokal, akan

tetapi perlu diingat bahwa epitel mucus pada vagina terisi penuh

dengan sirkulasi darah. Jadi obat dapat diabsorbsi dan memberikan

efek sistemik.

c. Suppositoria uretra

Bentuk silinder dengan diameter 3-6 mm. Untuk saluran urin pria

panjangnya sekitar 100-150 mm. Sedangkan untuk saluran urin wanita

panjangnya sekitar 60-70 mm.

6. Fasttrack, hal 163.

Berat suppositoria sekitar 1-4 gram, dimana suppositoria dengan berat 2

gram yang biasa digunakan. Suppositoria yang paling kecil biasanya

disiapkan untuk penggunaan pada anak-anak dan ukuran yang paling besar

digunakan untuk dewasa. Contohnya: suppositoria gliserin yang digunakan

untuk mengobati konstipasi pada orang dewasa.

II.1.5 Penggunaan jenis-jenis suppositoria

1. Ansel, hal 578 dan 593.

Suppositoria rektal dimaksudkan untuk kerja lokal dan paling sering

digunakan untuk menghilangkan konstipasi dan rasa sakit, iritasi, rasa gatal

Page 9: BAB II suppositoria

11

dan radang sehubungan dengan wasir atau kondisi anorektal lainnya.

Suppositoria antiwasir seringkali mengandung sejumlah zat, termasuk

anastetik lokal, vasokontriksi, astringen, analgetik, pelunak yang

menyejukkan dan zat pelindung. Suppositoria laksatif yang terkenal adalah

suppositoria gliserin, yang menyebabkan efek laksatif (pencahar) karena

iritasi lokal dari membran mukosa. Contoh lain: suppositoria rektum

aminofilin, aspirin, bisakodil, kloropromazepin.

2. Ansel, 578 dan 596.

Suppositoria vagina yang dimaksudkan untuk efek lokal digunakan

terutama sebagai antiseptik pada hygiene wanita dan sebagai zat khusus

untuk memerangi dan menyerang penyebab penyakit (bakteri patogen)

Obat-obatan yang umum digunakan adalah trikomonasida untuk

memerangi vaginitas yang disebabkan oleh tricomonas vaginals, candida

(monilia) albicons, dan mikroorganisme lainnya.

3. Ansel, hal 578.

Suppositoria uretra biasa digunakan sebagai antibakteri dan sebagai sediaan

anestetik lokal untuk pengujian uretra.

II.1.6 Aksi Lokal dan Aksi Sistemik

1. Ansel, hal 578.

Aksi lokal

Begitu dimasukkan, basis suppositoria meleleh, melunak atau melarut

dan menyebarkan bahan obat yang dibawanya ke jaringan-jaringan di

Page 10: BAB II suppositoria

12

daerah tersebut. Obat ini dimaksudkan untuk ditahan dalam ruang

tersebut dan memberikan efek kerja lokal.

Aksi sistemik

Untuk efek sistemik membran mukosa rektum vagina memungkinkan

absorbsi dari kebanyakan obat yang dapat larut.

2. Lachman, hal 1184-1186.

Suppositoria untuk efek lokal

Obat-obat yang dimaksudkan untuk efek lokal umumnya tidak

diabsorpsi, misalnya obat-obat untuk wasir, anastetik lokal dan

antiseptik. Basis-basis yang digunakan untuk obat-obat ini sebenarnya

ini tidak dapat diabsorbsi, lambat meleleh dan lambat melepaskan

obat, berbeda dengan basis-basis suppositoria yang dimaksudkan

untuk obat-obat sistemik.

Suppositoria untuk efek sistemik

Pemilihan basis suppositoria yang mungkin dikehendaki harus

diperhatikan. Ketersediaan obat dalam sirkulasi sistemik dan harga

basis suppositoria harus dipertimbangkan sebelum pengerjaan

formulasi dimulai.

II.1.7 Anatomi Rektum dan Faktor yang mempengaruhi Absorbsi Suppositoria

1. Ansel, hal 579-580

Rektum manusia panjangnya ± 15-20 cm. Pada waktu isi kolon kosong,

rektum hanya berisi 2-3 mL cairan mukosa yang inert dalam keadaan

istirahat, rektum tidak ada gerakan, tidak ada vili dan mikrovili pada

Page 11: BAB II suppositoria

13

mukosa rektum akan tetapi terdapat muskularisasi yang berlebihan dari

bagian submukosa dinding rektum dengan darah dan kelenjar porta.

Adapun faktor fisiologi yang mempengaruhi absorbsi obat dari rektum,

yaitu:

a. Kandungan kolon

Apabila diinginkan efek sistemik dari suppositoria yang mengandung

obat, absorpsi yang lebih besar lebih banyak terjadi pada rektum yang

kosong daripada rektum yang digelembungkan oleh feses. Ternyata

obat lebih mungkin berhubungan dengan permukaan rektum dan kolon

yang mengabsorbsi ketika tidak ada feses. Oleh karena itu bila

diinginkan suatu enema untuk pengosongan dapat digunakan dan

dimungkinkan pemberiaannya sebelum penggunaan suppositoria

dengan obat yang diabsorbsi.

b. Jalur sirkulasi

Obat yang diabsorbsi melalui rektum, tidak seperti yang diabsorbsi

setelah pemberian secara oral, dimana obat tidak melalui sirkulasi

portal sehingga dengan demikian obat dimungkinkan untuk tidak

dimetabolisme dalam hati. Untuk memperoleh efek sistemik pembuluh

hemoroid bagian bawah yang mengelilingi kolon menerima obat yang

diabsorbsi lalu mulai mengedarkannya ke seluruh tubuh tanpa melalui

hati.

Page 12: BAB II suppositoria

14

c. pH dan tidak adanya kemampuan mendapar dari cairan rectum.

Karena cairan rektum pada dasarnya netral pada pada pH (7-8) dan

kemampuan bentuk obat yang digunakan lazimnya secara kimia tidak

berubah oleh lingkungan rektum.

2. Lachman, hal 1149

Hati mengubah sebagian besar obat secara kimia sehingga keefektifan

sistemiknya sering kali berkurang. Sebaliknya sebagian besar obat yang

sama dapat diabsorbsi dari daerah anorektal dan nilai terapetisnya masih

dapat dipertahankan. Vena hemoroid yang lebih bawah mengelilingi kolon

dan rektum dalam kafa inferior, jadi menghindari hati. Vena hemoroid

yang lebih atas tidak berhubungan dengan vena porta yang menuju ke hati.

II.1.8 Basis Suppositoria yang Ideal

1. Lachman, hal 1168.

Telah mencapai kesetimbangan kristalinitas, dimana sebagian besar

komponen mencair pada temperatur rektal 36oC, tetapi basis dengan

kisaran leleh tinggi dapat digunakan untuk campuran eutektikum,

penambahan minyak-minyak, balsam-balsam, serta suppositoria yang

digunakan pada iklim tropis.

Secara keseluruhan basis tidak toksik dan tidak mengiritasi pada

jaringan yang peka dan jaringan yang meradang.

Dapat bercampur daengan berbagai jenis obat.

Page 13: BAB II suppositoria

15

Basis suppositoria tersebut menyusut secukupnya pada pendingin,

sehingga dapat dilepaskan dari cetakan tanpa menggunakan pelumas

cetakan.

Basis suppositoria tersebut tidak merangsang

Basis suppositoria tersebut mempunyai sifat membasahi dan

mengemulsi

“angka air” tinggi, maksudnya presentase air yang tinggi dapat

dimasukkan kedalamnya.

Basis suppositoria tersebut stabil pada penyimpanan, maksudnya

warna, bau, atau pola penglepasan obat tidak berubah.

Suppositoria dapat dibuat dengan mencetak dengan tangan, mesin

kompresi, atau eksfursi. Jika basis tersebut berlemak maka mempunyai

persyaratan tambahan sebagai berikut.

- “angka asam” dibawah 0,2

- “angka penyabunan” berkisar 200 sampai 245

- “angka iod” kurang dari 7

- Interval antara “titik leleh” dan “titik memadat” kecil atau kurva

SFI-nya tajam.

2. Voight, hal 282-283.

Secara fisiologi netral (tidak menimbulkan rangsangan pada usus)

Secara kimia netral

Tanpa alotropisme (modifikasi yang tidak stabil)

Interval yang rendah antara titik lebur dan titik beku

Page 14: BAB II suppositoria

16

Interval yang rendah antara titik lebur dan titik lebur jernih

Viskositas memadai (mampu mengurangi sedimentasi bahan

tersuspensi).

Suppositoria sebaiknya melebur dalam beberapa menit pada suhu

tubuh atau melarut

Pembebasan dan reabsorpsi yang baik

Daya tahan dan daya penyimpanan yang baik (tanpa ketengikan,

pewarnaan, pengerasan)

Daya serap terhadap cairan lipofil dan hidrofil

3. Ansel, hal 581.

Basis harus mampu mencair, melunak, atau melarut sehingga dapat

melepaskan kandungan obatnya untuk diabsorbsi.

4. Scoville’s, hal 371.

Stabil, mudah dituangkan, cepat memadat, tidak membutuhkan pelicin

cetakan, memiliki penampakan yang baik, mudah dikeluarkan dari

cetakan dan bercampur dengan semua jenis obat.

Dari titik absorbsi obat, basis harus netral dalam reaksi, tidak

mengiritasi, menghasilkan obat dalam bentuk siap diabsorbsi, melebur

dengan sempurna atau melarut pada suhu tubuh dalam rektum

sedikitnya 30 menit, dan tidak mudah keluar dari rektum.

Page 15: BAB II suppositoria

17

II.1.9 Jenis-jenis basis

1. Ansel, hal 582

Basis berminyak atau berlemak

Basis berlemak merupakan basis yang paling banyak dipakai, karena

pada dasarnya oleum cacao termasuk kelompok ini, utama dan

kelompok ketiga merupakan golongan basis-basis lainnya.

Basis yang larut dalam air dan bercampur dengan air merupakan

kumpulan yang penting dari kelompok ini adalah gelatin gliserin dan

polietilen glikol.

Basis lainnya

Dalam kelompok basis lain termasuk campuran bahan bersifat seperti

lemak dan yang larut dalam air atau bercampur dengan air.

2. Voight, hal 283-287.

Lemak dan massa sejenis lemak, terdiri dari :

a. Lemak coklat

Lemak coklat bersifat netral secara kimia dan fisiologis. Basis ini

banyak digunakan mengingat suhu leburnya (21-34°C). Kerugiannya

adalah bahwa lemak coklat seperti semua lemak alami dapat menjadi

tengik, memerlukan kondisi penyimpanan yang tepat sehingga

stabilitasnya dapat diperpanjang.

b. Lemak keras

Lemak keras banyak dicantumkan dalam farmakope sebagai massa

suppositoria yang telah mendekati sifat ideal basis suppositoria.

Page 16: BAB II suppositoria

18

Massa lebur suhu tinggi larut air (polietilen glikol)

Polietilen glikol yang melebur jauh diatas suhu tubuh, harus larut dalam

usus. Akan tetapi orang dewasa hanya memiliki 1-2 mL cairan usus,

yang terdistribusi diatas 10-20 m panjang rektum. Untuk melarutkan

suppositoria ini dapat dilakukan oleh sejumlah cairan, melalui gaya

osmotik, meskipun memerlukan waktu yang cukup panjang.

Massa elastis larut air (gliserol gelatin)

Kedalam kelompok ini gliserol gelatin elastis. Pada suhu kamar

bentuknya mantap, dan mencair pada suhu tubuh. Keuntungannya

adalah melarut dengan cepat pada cairan rektum. Kerugiannya bahwa

suppositoria khusus dengan konsentrasi gliserol yang rendah merupakan

media makanan yang baik bagi bakteri.

3. Lachman, hal 1168

Minyak cokelat

Sebagian besar minyak coklat memenuhi syarat basis yang ideal karena

minyak ini tidak berbahaya, lunak dan tidak reaktif serta meleleh pada

suhu tubuh.

Basis khusus

Sejumlah basis suppositoria tersedia dalam perdagangan, dibuat untuk

tujuan tertentu.

Basis hidrofilik (gelatin gliserin)

Basis ini sering digunakan dalam suppositoria vagina, yang

dimaksudkan untuk efek lokal dari zat antimikroba.

Page 17: BAB II suppositoria

19

Basis hidrofilik (polietilen glikol)

Suppositoria dengan basis PEG tidak dapat dibuat dengan cara

menggulung suppositoria dengan tangan.

Basis yang dapat terdispersi dengan air

Basis yang dapat terdispersi dalam air memberikan keuntungan

tambahan pada penyimpanan dan penanganan pada temperatur lebih

tinggi, dengan tuntutan tercampurkannya obat-obat secara tidak

membantu pertumbuhan mikroba, tidak toksik dan tidak sensitif.

4. Scoville, hal 371

Minyak cokelat

Merupakan basis yang lebih sering digunakan untuk suppositoria rektal

berasal dari biji Theobroma cacao, atau tanaman coklat keras dan

menyerupai lilin pada suhu ruangan tapi melebur pada suhu 86° - 95°F

(30°-35°C).

Gliserin gelatin

Bahan ini banyak memiliki ciri-ciri yang membuat basis yang

diinginkan dalam suppositoria. Suppositoria yang dibuat dengan gliserin

gelatin melarut dengan lambat dalam cairan sekresi dan berkelanjutan

dalam pelepasan obat.

Polietilen glikol

Basis dengan polietilen glikol larut dalam air berbentuk cairan jernih

tidak mudah terhidrolisis menjadi busuk, tidak mendukung pertumbuhan

bakteri serta tidak menyebabkan iritasi pada membran mukosa.

Page 18: BAB II suppositoria

20

II.1.10 Metode pembuatan suppositoria

1. Ansel, hal 505-592

Pembuatan dengan cara mencetak

Pada dasarnya langkah-langkah dalam metode pencetakan khusus (a).

melebur basis, (b) mencampurkan bahan obat yang diinginkan, (c)

menuang hasil leburan kedalam cetakan, (d) membiarkan leburan

dingin dan mengental menjadi suppositoria, (e) melepaskan

suppositoria dengan oleum cacao, gelatin gliserin, polietilen glikol.

Pembuatan dengan cara kompressi

Suppositoria dapat juga dibuat dengan menekan massa yang terdiri

dari campuran basis dengan bahan obatnya dalam cetakan khusus

memakai mesin pembuat suppositoria. Dalam pembuatan dengan cara

kompresi dalam cetakan, basis suppositoria dan bahan lainnya dalam

formula dicampurkan dengan baik.

Pembuatan secara menggulung dan membentuk dengan tangan.

Pengolahan suppositoria dengan menggunakan tangan oleh ahli

farmasi sekarang rasanya hampir tidak pernah dilakukan. Namun

demikian, membentuk suppositoria dengan tangan merupakan bagian

dari sejarah seni para ahli farmasi.

2. Lachman, hal 1179.

Mencetak dengan tangan

Metode pembuatan suppositoria yang paling sederhana dan paling tua

adalah dengan tangan, yakni dengan menggulung basis suppositoria

Page 19: BAB II suppositoria

21

yang telah dicampur homogen dan mengandung zat aktif, menjadi

bentuk yang dikehendaki. Mula-mula basis diiris, kemudian diaduk

dengan bahan-bahan aktif dengan menggunakan lumpang dan alu

sampai diperoleh massa akhir yang homogen dan mudah dibentuk.

Bahan-bahan aktif biasanya diserbuk halus atau dilarutkan dalam air,

atau kadang-kadang dicampur dengan sedikit lemak bulu domba untuk

mempermudah penyatuan dengan basis suppositoria. Kemudian massa

digulung menjadi suatu batang silinder dengan garis tengah dan

panjang yang dikehendaki, atau menjadi bola-bola vaginal sesuai

dengan berat yang dikehendaki.

Mencetak kompressi

Suatu roda tangan berputar menekan suatu piston pada massa

suppositoria yang diisikan dalam silinder, sehingga massa terdorong

ke dalam cetakan (biasanya tiga)

Mencetak tuang

Pertama-tama bahan basis dilelehkan, sebaiknya diatas penangas air

atau penangas uap untuk menghindari pemanasan setempat yang

berlebihan, kemudian bahan-bahan aktif diemulsikan atau

didispersikan ke dalamnya. Akhirnya massa dituang kedalam cetakan

logam yang telah didinginkan yang umumnya dilapisi krom atau nikel.

Mesin pencetak otomatis

Pelepasan pencetakan (penuangan, pendinginan, dan pemindahan)

dapat dilakukan dengan mesin. Seluruh pengisian, pengeluaran, dan

Page 20: BAB II suppositoria

22

pembersihan cetakan, semua dijalankan secara otomatis produksi suatu

mesin putar khusus berkisar antara 3500-6000 suppositoria per jam.

3. Voight, hal 291-293

Cara penuangan

Cara ini paling sering digunakan setelah massa melebur dan disatukan

dengan bahan obat, dituang ke dalam cetakan untuk menjamin

pembentukan yang cepat sehingga lebih mengurangi proses

sedimentasi bahan obat. Pada saat peleburan massa harus diperhatikan

bahwa suhu tidak naik terlalu tinggi dan terbentuk larutan yang jernih.

Cara pencetakan

Pada cara pencetakan, parutan basis suppositoria dicampurkan dengan

bahan obat yang diserbuk halus. Material awal diisikan dalam sebuah

pencetak suppositoria dengan alat khusus suppositoria kemudian

didorong keluar.

II.1.11 Masalah-masalah dalam suppositoria

1. Lachman, hal 1186-1189

Air dalam suppositoria

Penggunaan air sebagai pelarut untuk mencampurkan zat-zat dalam

basis suppositoria harus dihindarkan untuk alasan sebagai berikut :

a. Air mempercepat oksidasi lemak

b. Jika air menguap, zat-zat yang terlarut akan membentuk kristal-

kristal

Page 21: BAB II suppositoria

23

c. Kecuali jika jumlah air berada dalam jumlah lebih tinggi dari yang

dibutuhkan untuk melarutkan obat, air mempunyai nilai kecil dalam

membantu absorpsi obat

d. Reaksi antara bahan-bahan yang terdapat dalam suppositoria

tampaknya lebih sering terjadi dengan adanya air

e. Pemasukan air atau zat-zat lain yang dapat dikontaminasi oleh

pertumbuhan bakteri memerlukan tambahan bahan-bahan

bakteriostatik seperti paraben

Higroskopisitas

Suppositoria gelatin yang mengandung gliserin gelatin kehilangan

lembap oleh penguapan dalam iklim kering dan mengadsorpsi lembap

dalam kondisi kelembapan yang tinggi. Basis PEG juga higroskopis.

Ketidakcampuran

Basis-basis PEG ternyata tidak dapat bercampur dengan garam-garan

perak, asam tanat, aminopirin, kirin, dan sulfonamid.

Viskositas

Viskositas massa suppositoria yang mencair adalah penting dalam

pembuatan suppositoria.

Kerapuhan

Pecahnya suppositoria seringkali disebabkan oleh pendinginan yang

cepat dari basis yang mencair dalam suatu cetakan yang sangat dingin.

Page 22: BAB II suppositoria

24

Kerapatan

Jika volume penyusutan terjadi dalam cetakan selama pendingin,

penambahan pengganti harus dibuat untuk mendapatkan berat

suppositoria yang tepat.

Penyusutan volume

Penyusutan dapat dihilangkan dengan menuangkan massa sedikit

diatas temperatur bekunya ke dalam suatu cetakan yang dihangatkan

sampai temperatur sama.

Faktor penggantian dosis

Jumlah basis yang diganti oleh bahan-bahan aktif dalam formulasi

suppositoria dapat dihitung.

Pelumas atau zat penglepas cetakan

Minyak cokelat melengket pada cetakan suppositoria karena volume

penyusutan rendah.

Pengawasan bobot dan volume

Jumlah bahan-bahan aktif dalam suppositoria tergantung pada

konsentrasinya dalam massa tersebut, variasi volume dalam cetakan

dan variasi bobot antar suppositoria.

Ketengikan dan antioksidan

Ketengikan disebabkan oleh autooksidasi dan penguraian berturut-

turut dari lemak tidak jenuh menjadi aldehid jenuh dan tidak jenuh,

berbagai keton dan asam yang mempunyai bau kuat dan tidak

menyenangkan.

Page 23: BAB II suppositoria

25

II.I.12 Evaluasi suppositoria

1. Lachman, hal 1191-1194

Uji kisaran leleh

Uji ini merupakan suatu ukuran waktu yang diperlukan suppositoria

untuk meleleh sempurna bila dicelupkan kedalam penangas air dengan

temperatur tetap (370C).

Uji pencairan atau uji waktu melunak

Uji tersebut terdiri dari pipa U yang sebagian dicelupkan kedalam

penangas air yang bertemperatur konstan. Penyempitan pada satu sisi

menahan suppositoria tersebut pada tempatnya dalam pipa. Setelah

batangan dari kaca ditempatkan di bagian atas suppositoria dan waktu

yang diperlukan batangan untuk melewati supo sampai penyempitan

tersebut dicatat sebagai waktu melunak.

Uji kehancuran

Uji ini untuk mengukur keregasan atau kerapuhan suppositoria. Alat

yang digunakan untuk uji tersebut terdiri dari suatu ruang berdinding

rangkap dimana suppositoria yang diuji ditempatkan. Air 37°C

dipompa melewati dinding rangkap ruang tersebut dan suppositoria

diisikan kedalam dinding dalam yang kering, menopang lempeng

dimana suatu bidang dilekatkan.

Page 24: BAB II suppositoria

26

II.2 Rancangan Formula

Tiap 2 gram suppositoria mengandung :

Ketoprofen 100 mg

Tween-80 2%

Komponen basis ad 2 gram

PEG 1000 96%

PEG 4000 4%

II.3 Alasan penambahan

Alasan Formulasi

Zat aktif yang digunakan dalam sediaan ini adalah ketoprofen.

Ketoprofen merupakan obat golongan AINS turunan asam fenil alkanoat.

Pada penggunaan oral, ketoprofen dapat diabsorbsi cepat dengan kadar

puncak dicapai pada 0,5-2 jam, waktu paruh (T 1/2) eliminasinya pendek

(1,5-4 jam). Bentuk sediaan sustained releasenya menyisahkan masalah

yakni tingkat infasi saluran cerna yang lebih tinggi karena pelepasan obat

yang berlangsung perlahan dan lamanya preparan obat (kapasitas serap

niosom terhadap ketoprofen dan prediksi penggunaan transdermal).

Ketoprofen diabsorbsi dilambung dengan waktu paruh plasma sekitar 2

jam. Efek samping dari penggunaan oral obat ini antara lain terutama

menyebabkan gangguan saluran cerna dan reaksi hipersensivitas

Page 25: BAB II suppositoria

27

(Farmakologi dan Terapi Edisi 5, hal : 240). Ketoprofen diabsorbsi dengan

baik dari rute intramuskular dan rektal (Martindale 36th Edition, hal 73).

Ketoprofen dalam bentuk tablet salut dapat menyebabkan gangguan

saluran cerna berupa tukak peptik, atau pendarahan saluran cerna,

dyspersia, mual, muntah, nyeri lambung, pusing, sakit kepala, dan

gangguan fungsi ginjal. Juga bisa terjadi flatulen, heartburn, serta rasa

tidak enak pada perut (DOI, hal 954).

Berdasarkan uraian diatas, maka ketoprofen ini dibuat dalam bentuk

sediaan suppositoria. Suppositoria adalah suatu bentuk sediaan padat yang

pemakaiannya dengan cara memasukkan melalui lubang atau celah pada

tubuh dimana akan melebur, melunak dan melarut dan memberikan efek

lokal atau sistemik (Ansel, hal 567).

Sediaan suppositoria ini memiliki keuntungan sebagai berikut :

- Bentuk sediaan rektal ini mungkin digunakan untuk memberikan efek

lokal untuk pengobatan infeksi dan peradangan misalnya wasir.

- Bentuk sediaan rektal digunakan untuk melancarkan sembelit atau

untuk membersihkan usus sebelum operasi. Bentuk sediaan rektal

digunakan untuk memberikan efek sistemik dimana penyerapan obat

secara oral dapat mengiritasi lambung dan tidak dianjurkan.

- Bentuk sediaan rektal dapat digunakan untuk efek lokal pada

pengobatan penyakit usus besar misalnya kolitis ulsinativa.

- Dengan mengikuti nasehat dari apoteker, penggunaan bentuk sediaan

rektal dan vaginal dapat dengan mudah dilakukan oleh pasien.

Page 26: BAB II suppositoria

28

Suppositoria ketoprofen ini dibuat dengan bobot 2 gram karena

suppositoria ketoprofen ini ditujukan untuk orang dewasa. Dimana

suppositoria rektal untuk orang dewasa adalah 2 gram. Sedangkan untuk

anak-anak adalah 1 gram (Lachman, hal 1148).

Digunakan ketoprofen 100 mg sebagai zat aktif karena dosis

ketoprofen itu sendiri adalah 2 kali 100 mg sehari (Farmakologi dan

Terapi Edisi 5, hal 241).

Farmakologi Ketoprofen

1. Rapid Review Pharmacology, hal 129.

NSAID mempunyai ikatan reversible dengan COX-1 dan COX-2,

memperlihatkan efek antipiretik, analgetik dan antiinflamasi yang

serupa dengan aspirin. Efek antipiretik dapat memblokade produksi

prostaglandin pada sistem saraf pusat untuk mengatur kembali

temperatur pada hipotalamus, memfasilitasi hilangnya panas dengan

cara pelebaran pembuluh darah

2. DOI, hal 964.

Ketoprofen adalah antiinflamasi non steroid yang berkhasiat analgesik,

antipiretik. Sifat antiinflamasi ketoprofen muncul karena obat ini

mampu menghambat sintesa prostaglandin dan menstabilkan membran

lisosom. Sifat analgetik ketoprofen muncul karena ketoprofen

mempunyai aktivitas antibradikinin. Sebab bradikinin bersamaan

dengan prostaglandin dapat menyebabkan timbulnya rasa sakit. Kerja

antipiretik ketoprofen bisa timbul karena kerja sentral obat pada pusat

Page 27: BAB II suppositoria

29

pengatur panas di hipotalamus yang menimbulkan vasodilatasi perifer,

peningkatan aliran darah di kulit, berkeringat dan kehilangan panas

pada tubuh.

Alasan Penambahan Zat tambahan

1. PEG 1000 dan 4000 (Komponen basis)

- Basis manapun yang digunakan, obat harus didispersikan secara

homogen didalamnya, tetapi obat tersebut harus dapat dilepaskan

dengan laju yang dikehendaki pada cairan tubuh yang encer yang

ada di sekitar suppositoria terebut. Oleh karena itu, kelarutan

bahan-bahan aktif dalam air atau pelarut lainnya harus diketahui.

Jika obat larut dalam air, maka basis lemak dengan angka air kecil

yang dipilih. Sebaliknya, jika obat tersebut sangat mudah larut

dalam lemak, suatu basis tipe air, yang ditambahkan surfaktan

untuk menambah kelarutan merupakan pilihan utama (Lachman,

hal 1184).

- Dalam hal ini ketoprofen memiliki kelarutan praktis tidak larut

dalam air. Sehingga digunakan basis tipe air seperti polietilen

glikol yang memiliki kelarutan praktis tidak larut dalam air (FI IV,

hal 1509)

- Selain itu basis PEG memiliki beberapa kelebihan diantaranya

basis ini tidak mudah terhidrolisis menjadi busuk, mendukung

pertumbuhan mikroba atau tidak menyebabkan iritasi pada

membran mukosa (Scoville, hal 371).

Page 28: BAB II suppositoria

30

- PEG merupakan basis yang dapat didispersikan dalam air yang

memberikan keuntungan tambahan pada penyimpanan dan

penanganan pada temperatur yang tinggi, tidak membantu

pertumbuhan mikroba, tidak toksik dan tidak sensitif (Lachman,

hal 1176)

- Digunakan kombinasi PEG sebagai basis suppositoria dimana

campuran PEG ini banyak memiliki kelebihan dibandingkan basis

lemak, misalnya titik leleh suppositoria dibuat lebih tinggi untuk

menahan paparan iklim hangat, pelepasan obat yang tidak

tergantung pada titik lebur titik leleh, stabilitas fisik, dalam

penyimpanan yang baik, suppositoria tidak dapat segera larut

dalam cairan tubuh, dalam hal ini cairan rektum (Handbook Of

Pharmaceutical Excipient 6th Edition, hal 545).

- Kombinasi PEG digunakan adalah PEG 1000 dan 4000. PEG 1000

mempunyai titik lebur 37-40OC sedangkan PEG 4000 mempunyai

titik lebur 50-58OC. Penambahan PEG 1000 kedalam basis

suppositoria PEG 4000 dapat menurunkan titik lebur suppositoria.

(Sugita P, 2010).

- Dalam hal ini suppositoria dengan basis PEG tidak melebur ketika

terkena suhu tubuh, tetapi perlahan-lahan melarut dalam cairan

tubuh. Oleh karena itu, basis ini tidak perlu diformulasikan supaya

melebur pada subu tubuh (Ansel, hal 584).

Page 29: BAB II suppositoria

31

- Konsentrasi dari kedua komponen basis yang digunakan adalah

Polietilenglikol 1000 96%

Polietilenglikol 4000 4%

Basis ini mempunyai titik leleh rendah dan mungkin perlu

pendingin pada musim panas. Basis ini berguna bila diinginkan

pelepasan obat yang cepat (Ansel, hal 1174).

2. Tween 80 (Surfaktan)

- Jika obat sangat mudah larut dalam lemak, digunakan suatu basis

tipe air dan ditambahkan surfaktan untuk menambah kelarutan

merupakan pilihan utama (Lachman, hal 1184)

- Surfaktan yang sering digunakan adalah surfaktan golongan non

ionik yang bersifat tidak toksik seperti tween 80 (Sagita P, 2010).

- Konsentrasi tween 80 yang digunakan adalah 2 %. Dimana

konsentrasi tween sebagai bahan pembasah adalah 0,1-3% dan

sebagai penambah kelarutan adalah 1-15% (Handbook Of

Pharmaceutical Excipient 6th Edition, hal 550).

- Selain itu menggunakan surfaktan Na-Lauryl Sulfat 2%. Namun

penggunaan Na-Lauryl Sulfat dapat bersifat toksik, sehingga

surfaktan yang digunakan adalah tween 80 dengan konsentrasi 2%

(Sagita P, 2010).

Page 30: BAB II suppositoria

32

Alasan tidak menggunakan perhitungan nilai tukar

- Nilai tukar dimaksudkan untuk mengetahui bobot lemak coklat yang

mempunyai volume yang sama dengan 1 gram obat (Syamsuni, hal

159)

- Nilai tukar ini digunakan untuk menentukan banyaknya obat yang

mengganti 1 gram oleum cacao (Fasttrack, 172). Jadi, nilai tukar ini

hanya berlaku untuk basis oleum cacao. Sedangkan basis dalam

formula ini adalah PEG.

II.4 Uraian Bahan

1. Ketoprofen (FI IV hal 478-488 ; ISO VOLUME 47 hal 23 dan 40 ; Fater

hal 231)

Nama Resmi : Ketoprofenum

RM/BM : C16H14O3 / 254,3

Pemerian : Serbuk hablur, putih atau hampir putih, tidak atau

hampir tidak berbau

Kelarutan : Mudah larut dalam etanol, dalam kloroform dan dalam

eter ; praktis tidak larut dalam air

Penyimpanan : Dalam Wadah tertutup rapat

Indikasi : Untuk mengurangi nyeri, inflamasi (peradangan),

serangan gout, dan rheumatic artritis

Farmakologi : Ketopofen adalah salah satu antiinflamasi non steroid

yang termasuk dalam golongan AINS turunan dari

Page 31: BAB II suppositoria

33

asam propinoat. Ketoprofen memiliki aktifitas

antiinflamasi dan analgesik secara sentral dan perifer.

Ketoprofen menghambat sintesa prostaglandin dengan

cara menghambat enzim siklooksigenase

Dosis : 100 mg

2. PEG (FI IV, hal 508)

Nama Resmi : Polietilen Glikol

Sinonim : Makrogol

RM : (HOCH2CCH2OCH2)2 CH2OH

BM : 4000 = 3000-4800

6000 = 5700-6130

Pemerian : PEG > 1000 berbentuk padat, putih atau tidak berwarna

seperti lilin

Kelarutan : Mudah larut dalam air ; dalam aseton, dalam etanol

95%, dalam kloroform, dalam etilen glikol mono etil

eter dalam etil asetat dan dalam toluena

Penyimpanan : Diwadah yang tertutup rapat, kering, sejuk dan

terlindungi dari cahaya

Kestabilan : Semua kelarutan senyawa phenyl murcuri membentuk

residu hitam logam ketika terkena cahaya atas setelah

penyimpanan lama larutan dapat disterilkan dengan

autoklaf

Page 32: BAB II suppositoria

34

Inkompatibilitas : Inkom dengan komponen bahan pembantu lainnya,

tidak bercampur dengan garam-garam perak, asam

borat, kinnin, lecitamol, aspirin, benzokain,

inkompatibel dengan halide, patikulen bromide, dan

topoda

Konsentrasi : Polietilenglikol 1000 = 96%

Polietilenglikol 4000 = 4%

3. Tween-80 (FI IV hal 687 ; Handbook of pharmaceutical Excipient 6 th

edition, hal. 549)

Nama Resmi : Polysorbatum

Sinonim : Polisorbat-80, Tween-80

RM/BM : C64H12O26 / 1310

Pemerian : Cairan seperti minyak, jernih berwarna kuning muda

hingga coklat muda, bau khas lemah rasa pahit dan

hangat

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, kelarutan tidak berbau

dan praktis tidak berwarna, larut dalam etanol, etil

asetat, tidak larut dalam minyak mineral

Penyimpanan : Dalam wadah yang tertutup rapat

Stabilitas : Stabil dalam elektrolit dari asam serta basa lemah,

proses penyabunan bertahap terjadi dengan asam kuat

dan basa kuat, polisorbat yang higroskopis harus

Page 33: BAB II suppositoria

35

diperhatikan kadar airnya sebelum digunakan dan jika

perlu dikeringkan

Inkompatibilitas : Perubahan warna dan / atau presipitat terjadi pada

berbagai zat, khususnya fenol, tanin. Aktivitas

pengawet antimikroba paraben, dapat berkurang dengan

adanya polisorbat.

Konsentrasi : Sebagai Pembasah = 0,1-3%

Sebagai Penambah kelarutan = 1-15%