Bab II. Sumber-sumber HI

35
Modul Perkuliahan Hukum Islam Samun Ismaya, S.H., MHum. 1 SUMBER-SUMBER HUKUM ISLAM Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia sumber adalah asal sesuatu. 19 Pada hakekatnya yang dimaksud dengan sumber hukum adalah tempat kita dapat menemukan atau menggali hukumnya. 20 Kata sumber hukum sering digunakan dalam beberapa arti, yaitu: 1. Sebagai asas hukum, sebagai sesuatu yang merupakan permulaan hukum (akal manusia, jiwa bangsa, kehendak Tuhan). 2. Menunjukkan hukum terdahulu yang memberi bahan-bahan kepada hukum yang sekarang. 3. Sebagai sumber berlakunya, yang memberi kekuatan berlaku secara formal kepada peraturan hukum. 4. Sebagai sumber dimana kita dapat mengenal hukum. 5. Sebagai sumber terjadinya hukum. 21 Hukum Islam memiliki suatu sistem. Sistem adalah suatu kesatuan yang terdiri dari bagian-bagian dan satu sama lainnya berkaitan kebergantungan. Setiap elemen terdiri atas bagian-bagian kecil yang 19 Purwodarminta, 1976, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, Hal. 974. 20 Sudikno Mertokusumo, 1996, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Cetakan Pertama, Liberty, Yogyakarta, Hal. 69.

description

Modul Perkuliahan

Transcript of Bab II. Sumber-sumber HI

  • Modul Perkuliahan Hukum Islam

    Samun Ismaya, S.H., MHum.

    1

    SUMBER-SUMBER HUKUM ISLAM

    Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia sumber adalah asal

    sesuatu.19 Pada hakekatnya yang dimaksud dengan sumber hukum adalah

    tempat kita dapat menemukan atau menggali hukumnya.20 Kata sumber

    hukum sering digunakan dalam beberapa arti, yaitu:

    1. Sebagai asas hukum, sebagai sesuatu yang merupakan permulaan hukum

    (akal manusia, jiwa bangsa, kehendak Tuhan).

    2. Menunjukkan hukum terdahulu yang memberi bahan-bahan kepada

    hukum yang sekarang.

    3. Sebagai sumber berlakunya, yang memberi kekuatan berlaku secara

    formal kepada peraturan hukum.

    4. Sebagai sumber dimana kita dapat mengenal hukum.

    5. Sebagai sumber terjadinya hukum.21

    Hukum Islam memiliki suatu sistem. Sistem adalah suatu kesatuan

    yang terdiri dari bagian-bagian dan satu sama lainnya berkaitan

    kebergantungan. Setiap elemen terdiri atas bagian-bagian kecil yang

    19 Purwodarminta, 1976, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, Hal. 974. 20 Sudikno Mertokusumo, 1996, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Cetakan Pertama, Liberty,

    Yogyakarta, Hal. 69.

  • Modul Perkuliahan Hukum Islam

    Samun Ismaya, S.H., MHum.

    2

    berkaitan tanpa dapat dipisah-pisahkan. Hukum sebagai suatu sistem sampai

    sekarang dikenal adanya empat sistem hukum yaitu Eropah Kontinental,

    sistem Hukum Anglo Saxon (Amerika), sistem Hukum Islam dan sistem

    Hukum Adat.

    Sumber hukum islam adalah asal (tempat pengambilan) hukum Islam.

    Sumber hukum islam disebut juga dengan istilah dalil hukum islam atau

    pokok hukum islam atau dasar hukum islam.22

    Dilihat dari sumbernya-sumber hukumnya, sumber hukum islam

    merupakan konsepsi hukum islam yang berorientasi kepada agama dengan

    dasar doktrin keyakinan dalam membentuk kesadaran hukum manusia untuk

    melaksanakan syariat, sumber hukumnya merupakan satu kesatuan yang

    berasal dari hanya firman Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad.

    Melalui cara Nabi berkata, berbuat, dan diam (takrir) dalam menghadapi

    manusia dengan tingkah lakunya dapat dikembangkan sesuai suasana yang

    dibutuhkan dalam pergaulan hidup tetapi tidak menyimpang dari sumber

    hukum asalnya.23

    21 Sudikno Mertokusumo, 1996, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Cetakan Pertama, Liberty,

    Yogyakarta, Hal. 69. (dikutip dari Zevenbergen, 1925, Formale encyclopaedie der

    rechtswetenshap, Gerb. Belifante, sGravenhage, Hal. 152) 22 Mohammad Daud Ali, 1993, Hukum Islam (Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di

    Indonesia), Jakarta, Raja Grafindo Persada, Hal. 65. 23 R. Abdul Djamali, 1997, Hukum Islam, Mandar Madju, Bandung, Hal. 67.

  • Modul Perkuliahan Hukum Islam

    Samun Ismaya, S.H., MHum.

    3

    Diriwayatkan pada suatu ketika Nabi mengutus sahabatnya ke Yaman

    untuk menjadi Gubernur disana. Sebelum berangkat Nabi menguji

    sahabatnya Muas bin Jabal dengan menanyakan sumber hukum yang akan

    dipergunakan kelak untuk memecahkan berbagai masalah dan sengketa yang

    dijumpai di daerah tersebut. Pertanyaan itu dijawab oleh Muas dengan

    mengatakan bahwa dia akan mempergunakan Quran, sedangkan jika tidak

    terdapat di Quran dia akan mempergunakan Hadist dan jika tidak ditemukan

    di hadist maka dia akan mempergunakan akal dan akan mengikuti

    pendapatnya itu.24 Berdasarkan Hadist Muas bin Jabal dapat disimpulkan

    bahwa sumber hukum Islam ada tiga, yaitu: Quran, Sunnah Rasul dan Akal

    pikiran manusia25 yang memenuhi syarat untuk berijtihad.

    Berdasarkan hadist tersebut juga bisa diambil kesimpulan, yaitu:

    1. Quran bukanlah kitab yang memuat kaidah-kaidah hukum secara lengkap

    terinci tetapi berisi kaidah-kaidah yang bersifat fundamental.

    2. Sunnah Rasul sepanjang yang berkaitan dengan muammalah hanya

    mengandung kaidah-kaidah umum yang harus dirinci oleh orang yang

    memenuhi syarat untuk diterapkan pada kasus-kasus tertentu.

    3. Hukum Islam perlu dikaji dan dirinci lebih lanjut.

    24 Mohammad Daud Ali, 1993, Hukum Islam (Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di

    Indonesia), Jakarta, Raja Grafindo Persada, Hal. 66.

  • Modul Perkuliahan Hukum Islam

    Samun Ismaya, S.H., MHum.

    4

    4. Hakim tidak boleh menolak menyelesaikan perkara dengan alasan

    hukumnya tidak ada.26

    Sumber-sumber Hukum Islam terdiri dari:

    a. Al Quran

    Al Quran berasal dari kata Qaraa yang artinya membaca, membaca

    dengan bersuara. Sehingga makna Al Quran berarti buku yang dibaca

    atau buku yang mestinya dibaca atau bila dihubungkan dengan

    kepercayaan Islam berarti buku yang selamanya akan tetap dibaca.

    Mengenai bacaan Al Quran timbul suatu cabang ilmu yang terkenal

    dengan nama Ilmu Tajwid yaitu ilmu yang menerangkan cara-cara

    membaca dan menyuarakan tiap-tiap huruf maupun hubungannya dengan

    setelah menjadi kata yang kemudian bersambung menjadi ayat.

    Menurut istilah Quran berarti kumpulan wahyu Allah yang diterima oleh

    Nabi Muhammad SAW selama menjalankan kenabiannya memalui

    malaikat Jibril untuk disebarluaskan kepada umat manusia. Adapun wahyu

    yang pertaman turun ialah Surat Al Alaq, dan sebagai ayat terakhir ialah

    Surat Al Maidah ayat ke 3.

    Berdasarkan masa turunnya Al Quran dibedakan menjadi dua masa:

    25 Dalam kepustakaan disebut juga ar-rayu atau pendapat orang atau pendapat orang-orang yang

    memenuhi syarat untuk menentukan nilai dan norma (kaidah) pengukur tingkah laku manusia dalam

    segala bidang hidup dan kehidupan.

  • Modul Perkuliahan Hukum Islam

    Samun Ismaya, S.H., MHum.

    5

    a. Makiyah

    Yaitu ayat-ayat yang turun selama Nabi Muhammad masih ada di kota

    Mekah.

    Ciri-ciri ayat Makiyah:

    1) Ayatnya pendek-pendek

    2) Ditujukan kepada seluruh umat manusia

    3) Belum membicarakan secara khusus mengenai hukum

    4) Berisi penanaman kepercayaan kepada Allah serta membongkar

    sisa-sisa kepercayaan syirik di masa jahiliyah

    b. Madaniyah

    Yaitu ayat-ayat yang turun selama Nabi hijrah ke Medinah.

    Ciri-ciri ayat Madaniyah:

    1) Ayatnya panjang-panjang

    2) Ditujukan khusus kepada orang-orang yang telah beriman

    3) Sudah membicarakan secara khusus mengenai hukum

    4) Tidak saja berisi penanaman kepercayaan kepada Allah tetapi juga

    berisi hal-hal yang berhubungan dengan hubungan antara umat

    manusia dan alam sekitarnya.

    26 Mohammad Daud Ali, 1993, Hukum Islam (Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di

    Indonesia), Jakarta, Raja Grafindo Persada, Hal. 67.

  • Modul Perkuliahan Hukum Islam

    Samun Ismaya, S.H., MHum.

    6

    Menurut Prof. Mahmud Shaltout bahwa Al-Quran adalah sumber hukum

    bukanlah kitab hukum atau lebih tepatnya bukan kitab undang-undang

    dalam pengertian biasa. Sebagai sumber hukum ayat-ayat Al-Quran

    tidaklah menentukan syariat sampai pada bagian kecil yang mengatur

    muamalat usaha manusia:

    Menurut Muhammad Iqbal mengatakan bahwa maksud utama Al-Quran

    ialah menggugah kesadaran tinggi yang ada pada manusia tentang

    hubungannya yang serba segi itu dengan Tuhan dan alam semesta.

    Dasar-dasar pembinaan Hukum Islam menurut Quran:

    Berlandaskan 3 hal, yaitu:

    a. Memberikan keringanan

    Dinyatakan dalam firman Allah: Tuhan tidak memberati manusia

    melainkan sekedar kemampuannya.

    Jika kita perhatikan maka pemberian keringanan tersebut ternyata

    memiliki beberapa bentuk:

    1) Penghapusan sama sekali

    2) Pengurangan

    3) Penundaan waktu pelaksanaan

    4) Penggantian dengan kewajiban yang lain.

    b. Berangsur-angsur

  • Modul Perkuliahan Hukum Islam

    Samun Ismaya, S.H., MHum.

    7

    Mengingat adanya faktor-faktor kebiasaan yang telah mendarah

    daging pada masyarakat serta tidak senangnya manusia untuk

    menghadapi perpindahan kebiasaan yang berlaku bagi mereka kepada

    aturan-aturan baru yang masih asing baginya dengan mendadak,

    maka peraturan di dalam Al-Quran tidak diturunkan/diundangkan

    sekaligus tetapi sedikit demi sedikit menurut peristiwa yang

    menghendaki adanya peraturan tersebut.

    Sifat berangsur-angsur itu melalui beberapa proses:

    1) Membiarkan apa yang ada sebab untuk semetara waktu masih

    dipandang perlu, kemudian setelah dirasa banyak kerugian baru

    dilarang.

    Contoh: pengangkatan anak kaitannya dengan warisan.

    2) Mengutarakan secara global.

    Kemudian dijelaskan secara terperinci.

    Contoh: mengenai dikemukakannya dasar untuk berperang,

    kemudian diatur pula mengenai pembagian harta rampasan

    perang.

    3) Setingkat demi setingkat.

    Misalnya : larangan meminum minuman keras.

    c. Memelihara kemaslahatan

  • Modul Perkuliahan Hukum Islam

    Samun Ismaya, S.H., MHum.

    8

    Tidak terdapat perbedaan pendapat dari semua ahli hukum islam

    bahwa syariat islam itu berdiri di atas ketentuan dan tujuan untuk

    memelihara kemaslahatan manusia dan memperbaiki tingkah laku

    serta kepentingan mereka di dunia dan akherat. Oleh karena itu tidak

    mengherankan kalau sewaktu-waktu didatangkan aturan hukum dan

    dilain waktu diadakan perubahan-perubahan karena keadaan

    menghendaki demikian.

    Misalnya: pada zaman rasul talag tiga yang diucapkan sekaligus dahulu

    dianggap sebagai talaq satu, tetapi pada jaman Umar talaq tiga yang

    diucapkan sekaligus sebagai talaq tiga juga sesuai dengan ucapannya.

    Ini dimaksudkan agar laki-laki tidak dengan mudah, tergesa-gesa

    mengucapkan talaq tanpa memikirkan akibatnya.

    Nama lain Al-Quran:

    1. Al Kitab

    Artinya yang tertulis

    2. Al Furqan

    Artinya pembeda

    3. Al Huda

    Artinya yang memimpin manusia untuk mencapai tujuan

    4. Ad Dzikr

  • Modul Perkuliahan Hukum Islam

    Samun Ismaya, S.H., MHum.

    9

    Artinya peringatan

    5. An Nur

    Artinya cahaya

    Turunnya Al Quran itu secara berangsur-angsur, yang memiliki

    hikmah:

    1. Agar mudah dimengerti dan dilaksanakan

    2. Diantara ayat-ayat yang diturunkan ada yang nasich dan ada yang

    mansuch (yang dihapus dan yang menghapus)

    3. Turunnya sesuai dengan peristiwa yang terjadi

    4. Memudahkan penghafalan.

    Seluruh ayat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad sebagai wahyu

    perintah Allah itu diterima tidak sekaligus dalam bentuk Quran seperti

    yang dikenal setiap orang melainkan sedikit demi sedikit dan berurutan

    dalam ayat-ayat tertentu sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan.

    Setiap ayat yang diterima langsung ditulis oleh penulis dan dihafalkan oleh

    beberapa sahabat yang dipercaya Nabi. Pengumpulan menjadi kodifikasi

    dilakukan setelah Nabi wafat yang dilakukan pada masa pemerintahan

    Usman sebagai khalifah ketiga. Jadi Quran itu tidak dirubah, ditambah

  • Modul Perkuliahan Hukum Islam

    Samun Ismaya, S.H., MHum.

    10

    atau dikurangi melainkan disistematikan dalam satu kitab dari seluruh

    ayat sebagai wahyu Allah.27

    Ciri-ciri khas pembentukan hukum dalam Al-Quran antara lain sebagai

    berikut:

    a. Ayat-ayat al-Quran lebih cenderung untuk memberi patokan-patokan

    umum daripada memasuki persoalan sampi detailnya

    b. Ayat-ayat menunjukkan adanya (beban) kewajiban bagi manusia

    tidak perbah bersifat memberatkan.

    c. Sebagai patokan ditetapkan kaidah

    d. Dugaan atau sangkaan tidak boleh dijadikan dasar penetapan hukum

    e. Ayat-ayat yang berhubungan dengan penetapan hukum tidak pernah

    meninggalkan masyarakat sebagai bahan pertimbangan

    f. Penerapan hukum khususnya hukum pidana dan yang bersifat

    perubahan hukum tidak mempunyai daya surut.28

    6. Hadist atau Sunnah

    Sunnah Nabi sebagai sumber hukum kedua bagi hukum Islam dinyatakan

    secara tegas dalam Quran, yaitu:

    - Surah (59) Al-Hasyar ayat 7 difirmankan bahwa Apa-apa yang diperintahkan rasul kepadamu maka kerjakanlah dan apa-apa yang dicegah atasmu maka jauhilah.

    - Surah (4) An Nisa ayat 80 difirmankan bahwa Barangsiapa taat kepada rasul maka ia sesungguhnya taat kepada Allah.

    - Surat (4) An Nisa ayat 59 difirmankan bahwa Jika kamu bersengketa tentang sesuatu maka kembalikanlah kepada Allah dan rasul-Nya.

    Berdasarkan ketentuan ayat-ayat tersebut maka sunnah Nabi merupakan

    sumber hukum setelah Quran, sedangkan alasan lainnya ialah:

    27 R. Abdul Djamali, 1997, Hukum Islam, Mandar Madju, Bandung, Hal. 68.

  • Modul Perkuliahan Hukum Islam

    Samun Ismaya, S.H., MHum.

    11

    - Quran sudah pasti berasal dari Allah, ayat-ayatnya tidak dapat

    dipalsukan dan jelas. Bahasanya sebagai bahasa sastra tidak dapat

    ditiru oleh semua orang. Sedangkan sunnah Nabi masih dapat

    diragukan apakah memang berasal dari Nabi sendiri, karena

    pengumpulan catatan mengenai sunnah itu dilakukan setelah Nabi

    wafat, disamping itu bahasa sunnah mudah ditiru dan atau tidak

    sesuai dengan aslinya.

    - Maksud dari sunnah itu sendiri sebenarnya sudah terkandung dalam

    Quran, jadi kedudukan sunnah adalah sebagai pelaksana dari Quran

    dan bukan penganti atau pengoreksi Quran.29

    Hadist menurut logat berarti: kabar, berita atau hal yang diberikan turun-

    temurun. Hadist menurut istilah dalam agama berarti: berita turun-

    temurun tentang perkataan, perbuatan Nabi atau kebiasaan nabi ataupun

    hal-hal yang diketahuinya terjadi diantara sahabat tetapi dibiarkannya.

    Sunnah menurut logat berarti jalan atau tabiat atau kebiasaan. Sunnah

    menurut istilah ialah jalan yang ditempuh atau kebiasaan yang dipakai

    atau diperintahkan oleh Nabi.

    sunnah juga diartikan sebagai cara hidup Nabi Muhammad sehari-hari,

    dan cara hidup ini menyangkut mengenai perkataan sebagai ucapan Nabi

    28 Anwar Harjono, 1987, Hukum Islam Keleluasaan dan Keadilannya, Bulan Bintang, Jakarta, 130. 29 R. Abdul Djamali, 1997, Hukum Islam, Mandar Madju, Bandung, Hal. 69.

  • Modul Perkuliahan Hukum Islam

    Samun Ismaya, S.H., MHum.

    12

    (sunnah al-qaul/ sunnah al-qauliyah), perbuatan Nabi (sunnah al-fiil atau

    sunnah filiyah) dan keadaan diam (sunnah as-sukut atau sunnah

    taqririyah) Nabi.30

    Sunnah ada tiga macam:

    1. Sunnah Qauliah

    Ialah berupa perkataan Nabi mengenai suruhan, larangan atau

    mengenai sesuatu keputusan.

    2. Sunnah Filiah

    Ialah mengenai perbuatan, sikap atau tindakan Nabi.

    3. Sunnah Taqririyah

    Ialah perkataan atau perbuatan salah seorang sahabat di hadapan

    Nabi atau diketahui oleh Nabi tetapi dibiarkan.

    Perlu ditegaskan pula bahwa ada ucapan-ucapan Nabi yang bukan

    merupakan sunnah dan juga bukan merupakan bagian dari Quran yang

    disebut hadist Qudsi. Hadist Qudsi merupakan hadist suci yang isinya

    berasal dari Tuhan, disampaikan dengan kata-kata Nabi sendiri. Hadist ini

    merupakan dasar kehidupan spiritual Islam. Lawan dari sunnah ialah

    bidah, yaitu buatan baru, cara baru atau hal-hal yang menyimpang dari

    ajaran Nabi.

    30 R. Abdul Djamali, 1997, Hukum Islam, Mandar Madju, Bandung, Hal. 68-69.

  • Modul Perkuliahan Hukum Islam

    Samun Ismaya, S.H., MHum.

    13

    Hadist dalam keadaan sempurna terdiri dari dua bagian:

    1. Matan

    Bagian yang mengenai teks atau bunyi yang lengkap dari hadist dalam

    susunan kata tertentu. Matn adalah materi atau isi sunnah tersebut.

    2. Sanad atau isnad

    Adalah sandaran untuk mengetahui kualitas suatu hadist yang

    merupakan rangkaian orang-orang yang sambung menyambung

    menerima dan menyampaikan hadist itu secara lisan turun-temurun

    dari generasi ke generasi sampai sunnah itu dibukukan.

    Tingkatan-tingakatan Hadist

    1. Hadist Sahih

    2. Hadist Hasan

    3. Hadist Dhoif

    Tingkatan ini didasarkan kepada kualitas:

    1. Para Perawinya

    2. Ketelitiannya

    3. Sanad (mata rantai yang menghubungkan)

    4. Tidak adanya cacat

    5. Tidak adanya perbedaan bahkan pertentangan dengan para periwayat

    lainnya.

  • Modul Perkuliahan Hukum Islam

    Samun Ismaya, S.H., MHum.

    14

    Kedudukan hadist dalam pembinaan hukum:

    1. Mentafsirkan ayat-ayat Quran dan menerangkan makna/artinya

    Contoh Surat Al Anam ayat 82:orang-orang yang beriman dan tidak

    mencampuri mereka dengan kedholiman. Arti kedholiman disini

    ialah sifat sirik.

    2. Menjelaskan dan memberikan keterangan pada ayat-ayat yang

    MUJMAL atau yang belum terang.

    Contoh Surat Al Kausar ayat 2: Maka dirikanlah sembahyang sholat

    karena Tuhannmu

    3. Mentachshiskan atau mengkhususkan ayat-ayat bersifat umum.

    Misalnya ayat mengenai warisan. Hal ini kemudian dijelaskan dalam

    hadist bahwa warisan itu hanyalah dijalankan dengan syarat

    persesuaian agama, tidak terjadi pembunuhan dan perbudakan.

    4. Mentaqyidkan atau memberi pembatasan bagi ayat-ayat yang mutlak

    Misalnya ayat mengenai pemotongan tangan bagi pencuri laki-laki dan

    perempuan. Kemudian nabi memberikan nisab atau minimal

    pencurian dan syarat-syarat pemotongan.

    5. Menerangkan makna yang dimaksud dari suatu nas yang muktamil

    (menurut lahirnya boleh ditafsirkan dengan berbagai tafsiran)

  • Modul Perkuliahan Hukum Islam

    Samun Ismaya, S.H., MHum.

    15

    6. Sunnah/hadist membuat berbagai macam hukum baru yang tidak

    disinggung Al-Quran.

    Contoh nabi menwajibkan saksi-saksi dalam suatu pernikahan.

    Dalam literatur islam dijumpai perkataan sunnah dengan makna yang

    berbeda-beda tergantung pada penggunaan kata itu dalam hubungan

    kalimat.

    1. Sunnah dalam perkataan sunnatulah berarti hukum atau ketentuan-

    ketentuan Allah mengenai alam semesta (hukum alam).

    2. Sunnah dalam istilah sunnah rasul.

    3. Sunnah dalam kaitannya dengan al akham al khamsah.

    c. Royu

    Adalah akal pikiran yang memenuhi syarat untuk berusaha, berpikir

    dengan seluruh kemampuan yang ada padanya memahami kaidah-kaidah

    hukum yang fundamental yang terdapat dalam Al-Quran maupun dalam

    Hadist dan merumuskan menjadi garis-garis hukum yang dapat

    dilaksanakan pada kasus tertentu.

    Yang berupa:

    1. Qiyas

    Adalah menyamakan hukum suatu hal yang tidak terdapat

    ketentuannya di dalam al-Quran dan Sunnah dengan hal (lain) yang

  • Modul Perkuliahan Hukum Islam

    Samun Ismaya, S.H., MHum.

    16

    hukumnya disebut dalam Quran dan Sunnah karena persamaan illat

    (penyebabnya).

    Pendapat lain mengatakan bahwa qiyas ialah menetapkan suatu

    hukum dari masalah baru yang belum pernah disebutkan hukumnya

    dengan memperhatikan masalah lama yang sudah ada hukumnya

    yang mempunyai kesamaan pada segi alasan dari masalah baru

    tersebut. Dalam ilmu hukum qiyas disebut dengan analogi.

    Contoh: larangan meminum khamar dengan menetapkan bahwa

    semua minuman keras, apapun namanya, dilarang diminum dan

    diperjualbelikan untuk umum.

    2. Ijmak

    Adalah persetujuan atau kesesuaian pendapat antara para ahli

    mengenai suatu masalah pada suatu tempat di suatu masa. Pendapat

    lain mengatakan bahwa idjma ialah kebulatan pendapat para ulama

    besar pada suatu masa dalam merumuskan suatu yang baru sebagai

    hukum islam. Konsesus Idjma ada dua yaitu:

    g. Idjma qauli kalau konsesus para ulama itu dilakukan secara aktif

    dengan lisan terhadap pendapat seseorang ulama atau sejumlah

    ulama tentang perumusan hukum baru yang telah diketahui umum.

  • Modul Perkuliahan Hukum Islam

    Samun Ismaya, S.H., MHum.

    17

    h. Idjma sukuti kalau konsensus terhadap hukum baru dilakukan

    secara diam (tidak memberi tanggapan).

    Contoh: di Indonesia ijmak mengenai kebolehan beriteri lebih dari

    seorang berdasarkan ayat Quan Surat An-Nisa.

    3. Marsalih Al Mursalah

    Adalah cara menentukan hukum sesuatu hal yang tidak terdapat

    ketetuannya baik dalam Quan maupun Hadist, berdasarkan

    pertimbangan kemaslahatan masyarakat atau kepentingan umum.

    Misalnya pemungutan pajak penghasilan untuk dalam rangka untuk

    pemerataan pendapatan dan pemeliharaan fasilitas umum.

    4. Istihsan

    Cara menetukan hukum dengan jalan menyimpang dari ketentuan

    yang ada demi keadilan dan kepentingan sosial.

    Contoh: pencabutan hak milik seseorang atas tanah untuk pelebaran

    jalan, pembuatan irigasi dalam rangka meningkatkan kesejahteraan

    sosial.

    5. Urf atau adat istiadat

    Adat istiadat ini tentu saja yang berkenaan dengan soal muammalat.

    Sepanjang adat istiadat itu tidak bertentang dengan ketentuan dalam

    Quran dan Hadist serta tidak melanggar asas-asas hukum Islam di

  • Modul Perkuliahan Hukum Islam

    Samun Ismaya, S.H., MHum.

    18

    bidang muammalat, maka menurut kaidah hukum islam yang

    menyatakan adat dapat dikukuhkan menjadi hukum (al-adatu

    muhakkamah).

    Dasarnya:

    - Dalam Quran: Apa yang dilihat oleh orang Islam baik, maka baik

    bagi Allah juga.

    - Dalam Hadist: Nabi menyuruh mereka berbuat baik dan

    melarang berbuat mungkar.

    Syarat-syarat Urf sebagai sumber Hukum:

    a. Urf harus berlaku terus menerus atau kebanyakan berlaku

    b. Urf yang dijadikan sebagai sumber hukum bagi suatu tindakan

    harus terdapat pada waktu diadakannya tindakan tersebut.

    c. Tidak ada penegasan (nas) yang berlawanan denga urf

    d. Pemakaian urf tidak akan mengakibatkan dikesampingkannya nas

    yang pasti dari syariat.

    e. Hukum Adat baru boleh berlaku kalau kaidah-kaidahnya tidak

    ditentukkan dalam Al-Quran dan Sunnah Rasul, tetapi tidak

    bertentangan dengan keduanya, sehingga tidak memungkinkan

    timbulnya konflik antar sumber-sumber hukum itu.31

  • Modul Perkuliahan Hukum Islam

    Samun Ismaya, S.H., MHum.

    19

    6. Kompilasi Hukum Islam

    Dituangkan dalam Inpres No. 1 Tahun 1991 yang terdiri dari tiga buku

    yaitu: Buku I tentang Hukum Perkawinan, Buku II tentang Hukum

    Kewarisan dan Buku III tentang Perwakafan. Kompilasi hukum islam

    dibuat dalam rangka untuk memberikan pedoman bagi instansi

    pemerintah dan masyarakat yang memerlukan dalam menyelesaikan

    masalah-masalah di bidang tersebut. Peraturan ini selain berguna

    untuk kepastian hukum juga diperlukan dalam penegakan keadilan.

    D. ASAS-ASAS HUKUM ISLAM

    Asas berasal dari bahasa Arab (Asasun) yang artinya dasar, basis,

    pondasi. Jika dihubungkan dengan hukum maka asas adalah kebenaran

    yang dipergunakan sebagai tumpuan berfikir dan alasan pendapat,

    terutama dalam penegakan dan pelaksanaan hukum.

    1. Asas-asas umum

    a. Asas keadilan

    Dalam Surat Shad (38) ayat 26 Allah memerintahkan penguasa,

    penegak hukum sebagai khlaifah di bumi untuk menyelenggarakan

    hukum sebaik-baiknya, berlaku adil terhadap semua manusia tanpa

    31 Anwar Harjono, 1987, Hukum Islam Keleluasaan dan Keadilannya, Bulan Bintang, Jakarta, 136.

  • Modul Perkuliahan Hukum Islam

    Samun Ismaya, S.H., MHum.

    20

    memandang asal-usul, kedudukan, agama dari si pencari keadilan

    itu.32

    b. Asas kepastian hukum

    Artinya tidak ada suatu perbuatan pun dapat dihukum kecuali atas

    kekuatan peraturan-perundang-undangan yang ada dan berlaku

    pada waktu itu.

    c. Asas kemanfaatan

    Asas ini merupakan asas yang mengiringi asas keadilan dan

    kepastian hukum dimana dalam melaksanakan kedua asas tersebut

    seyogyanya dipertimbangkan asas kemanfaatan baik bagi yang

    bersangkutan maupun bagi masyarakat.

    2. Asas dalam lapangan hukum pidana

    i. Asas legalitas

    Artinya tidak ada pelanggaran dan tidak ada hukuman sebelum ada

    undang-undang yang mengaturnya.

    j. Asas larangan memindahkan kesalahan pada orang lain

    Ini berarti bahwa tidak boleh sekali-kali beban (dosa) seseorang

    dijadikan beban (dosa) orang lain. Orang tidak dapat dimintai

    memikul tanggung jawab terhadap kejahatan atau kesalahan yang

  • Modul Perkuliahan Hukum Islam

    Samun Ismaya, S.H., MHum.

    21

    dilakukan orang lain. Karena pertangungjawaban pidana itu

    induvidual sifatnya maka tidak dapat dipindahkan kepada orang

    lain.

    k. Asas praduga tak bersalah

    Seseorang yang dituduh melakukan suatu kejahatan harus

    dianggap tidak bersalah sebelum hakim dengan bukti-bukti yang

    menyakinkan menyatakan dengan tegas kesalahannya itu.

    3. Asas dalam lapangan hukum perdata

    a. Asas kebolehan (mubah)

    asas ini menunjukkan kebolehan melakukan semua hubungan

    perdata sepanjang hubungan itu tidak dilarang oleh Quran dan

    Sunnah. Islam memberikan kesempatan luas kepada yang

    berkepentingan untuk mengembangkan bentuk dan macam

    hubungan perdata (baru) sesuai dengan perkembangan jaman dan

    kebutuhan masyarakat.

    b. Asas kemaslahatan hidup

    Asas ini mengandung makna bahwa hubungan perdata apa pun

    juga dapat dilakukan asal hubungan itu mendatangkan kebaikan ,

    berguna serta berfaedah bagi kehidupan manusia pribadi dan

    32 Mohammad Daud Ali, 1993, Hukum Islam (Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di

    Indonesia), Jakarta, Raja Grafindo Persada, Hal. 115.

  • Modul Perkuliahan Hukum Islam

    Samun Ismaya, S.H., MHum.

    22

    masyarakat kendatipun tidak ada ketentuannya dalam Quran dan

    Sunnah.

    c. Asas kebebasan dan kesukarelaan

    Asas ini mengandung makna bahwa setiap hubungan perdata

    harus dilakukan secara bebas dan sukarela. Kebebasan kehendak

    kedua belah pihak melahirkan kesukarelaan dalam persetujuan

    harus senantiasa diperhatikan.

    d. Asas menolak mudharat dan mengambil manfaat

    Asas ini mengandung makna bahwa harus dihindari segala bentuk

    hubungan perdata yang mendatangkan kerugian dan

    mengembangkan yang bermanfaat bagi diri sendiri dan

    masyarakat.

    e. Asas kebajikan

    Asas ini mengandung pengertian bahwa setiap hubungan perdata

    itu harus mendatangkan kebajikan (kebaikan) kepada kedua belah

    pihak dan fihak ketiga dalam masyarakat.

    f. Asas kekeluargaan atau asas kebersamaan yang sederajat

    Asas hubungan perdata yang disandarkan pada rasa hormat

    menghormati , kasih mengasihi serta tolong menolong dalam

    mencapai tujuan bersama.

  • Modul Perkuliahan Hukum Islam

    Samun Ismaya, S.H., MHum.

    23

    g. Asas adil dan berimbang

    Asas ini mengandung makna bahwa hubungan keperdataan tidak

    boleh mengandung unsur penipuan, penindasan, pengambilan

    kesempatan pada waktu pihak lain sedang kesempitan.

    h. Asas mendahulukan kewajiban dari hak

    Para pihak harus mengutamakan penunaian kewajiban lebih

    dahulu dari pada menuntut hak. Asas ini merupakan kondisi

    hukum yang mendorong terhindarnya wanprestasi atau ingkar

    janji.

    i. Asas larangan merugikan diri sendiri dan orang lain

    Para pihak yang mengadakan hubungan perdata tidak boleh

    merugikan diri sendiri dan orang lain dalam hubungan perdatanya

    itu.

    j. Asas kemampuan berbuat atau bertindak

    Pada dasarnya setiap manusia dapat menjadi subjek dalam

    hubungan perdata jika ia memenuhi syarat untuk bertindak

    mengadakan hubungan itu. Dalam hukum islam manusia yang

    dipandang mampu berbuat atau bertindak melakukan hubungan

    perdata ialah mereka yang mukallaf, artinya mereka yang mampu

  • Modul Perkuliahan Hukum Islam

    Samun Ismaya, S.H., MHum.

    24

    memikul hak dan kewajiban. Penyimpangan terhadap asas ini

    menyebabkan hubungan perdatanya batal.

    k. Asas kebebasan berusaha

    Pada dasarnya setiap orang bebas berusaha untuk menghasilkan

    sesuatu yang baik bagi dirinya sendiri dan keluarganya.

    l. Asas mendapatkan sesuatu karena usaha dan jasa

    Usaha dan jasa disini haruslah usaha dan jasa yang baik yang

    mengandung kebajikan, bukan usaha dan jasa yang mengandung

    unsur kejahatan, keji dan kotor.

    m. Asas perlindungan hak

    Semua hak yang diperoleh seseorang dengan jalan halal dan sah,

    harus dilindungi. Bila hak itu dilanggar oleh salah satu pihak dalam

    hubungan perdata, fihak yang dirugikan berhak untuk menuntut

    pengembalian hak itu atau menuntut kerugian pada pihak yang

    merugikannya.

    n. Asas hak milik berfungsi sosial

    Hak milik tidak boleh dipergunakan hanya untuk kepentingan

    pribadi pemiliknya saja, tetapi juga harus diarahkan untuk

    meningkatkan kesejahteraan sosial.

    o. Asas yang beritikad baik harus dilindungi

  • Modul Perkuliahan Hukum Islam

    Samun Ismaya, S.H., MHum.

    25

    Orang yang melakukan perbuatan tertentu bertangung jawab atau

    menanggung resiko perbuatannya itu. Tetapi jika ada pihak yang

    melakukan suatu hubungan perdata tidak mengetahui cacat yang

    tersembunyi dan mempunyai iktikad baik dalam hubungan perdata

    itu kepentingannya harus dilindungi dan berhak untuk menuntut

    sesuatu jika ia dirugikan karena iktikad baiknya itu.

    p. Asas resiko dibebankan pada harta tidak pada pekerja.

    Jika perusahaan merugi maka menurut asas ini kerugian itu hanya

    dibebankan pada pemilik modal atau harta saja tidak pada

    pekerjanya. Ini berarti bahwa pemilik tenaga dijamin haknya untuk

    mendapatkan upah sekurang-kurangnya untuk jangka waktu

    tertentu, setelah ternyata perusahaan menderita kerugian.

    q. Asas mengatur dan memberi petunjuk

    Ketentuan hukum perdata kecuali yang bersifat ijbari karena

    ketentuannya telah qathI, hanyalah bersifat mengatur dan

    memberi petunjuk saja kepada orang-orang yang akan

    memanfaatkannya dalam mengadakan hubungan perdata. Para

    pihak bisa memilih ketentuan lain berdasarkan kesukarelaan asal

    saja ketentuan itu tidak bertentangan dengan hukum islam

    r. Asas tertulis atau diucapkan di depan saksi.

  • Modul Perkuliahan Hukum Islam

    Samun Ismaya, S.H., MHum.

    26

    Ini berarti bahwa hubungan perdata selayaknya dituangkan dalam

    perjanjian tertulis di hadapan saksi-saksi.

    4. Asas-asas Hukum Perkawinan

    a. Kesukarelaan

    Asas kesukarelaan merupakan asas yang terpenting dalam

    perkawinan Islam, dimana tidak hanya kesukarelaan antara calon

    suami isteri saja tetapi kesukarelan dari semua pihak yang terkait.

    b. Persetujuan kedua belah pihak

    Artinya tidak boleh ada paksaan dalam melangsungkan

    perkawinan.

    c. Kebebasan memilih

    d. Kemitraan suami isteri

    Kemitraan ini menyebabkan kedudukan suami isteri dalam

    beberapa hal sama, dalam hal lain berbeda.

    e. Untuk selama-lamanya

    Perkawinan itu dilaksanakan untuk melangsungkan keturunan dan

    membina rasa cinta serta kasih saying selam hidup.

    f. Monogami terbuka

  • Modul Perkuliahan Hukum Islam

    Samun Ismaya, S.H., MHum.

    27

    Dalam Surat an-Nisa ayat 129 dinyatakan bahwa seorang pria

    muslim diperbolehkan beristeri lebih dari seorang asal memenuhi

    syarat-syarat tertentu.

    5. Asas-asas Hukum Kewarisan

    a. Asas Ijbari

    Peralihan harta dari seorang yang meninggal dunia kepada ahli

    warisnya berlaku dengan sendirinya menurut ketetapan Allah

    tanpa digantungkan kepada kehendak pewaris atau ahli waris.

    b. Bilateral

    Artinya seseorang menerima hak kewarisan dari kedua belah pihak

    yaitu dari keturunan laki-laki dan perempuan.

    c. Asas individual

    Harta warisan mesti dibagi kepada masing-masing ahli waris untuk

    dimiliki secara perseorangan.

    d. Asas keadilan berimbang

    Harus senantiasa terdapat keseimbangan antara hak dan

    kewajiban, antara hak yang diperoleh seseorang dengan

    kewajiban yang harus dilaksanakannya. Sehingga antara laki-laki

    dan perempuan terdapat hak yang sebanding dengan kewajiban

  • Modul Perkuliahan Hukum Islam

    Samun Ismaya, S.H., MHum.

    28

    yang dipikulnya masing-masing dalam kehidupan keluarga dan

    masyarakat.

    e. Asas kewarisan akibat kematian

    Peralihan harta seseorang kepada orang lain yang disebut dengan

    nama kewarisan, terjadi setelah orang yang mempunyai harta

    meninggal dunia.

  • Modul Perkuliahan Hukum Islam

    Samun Ismaya, S.H., MHum.

    29

    E. TEORI HUKUM ISLAM

    Dalam khasanah kajian hukum islam dikenal beberapa teori antara lain:

    1. Teori Qatyy dan zanni

    Suatu teori yang menyatakan bahwa nas , baik Quran maupun hadist

    itu sudah pasti kebenarannya; pasti benar bahwa Quran itu

    merupakan wahyu Allah dan Sunnah itu perbuatan, ucapan dan

    keputusaan Rasul. Akan tetapi tidak semua Quran dan Hadist memiliki

    keterangan dan petunjuk teknis pelaksanaan secara tegas, ayat-ayat

    atau hadist itu mengandung kemungkinan atau alternatif penafsiran

    dan teknis pelaksanaan yang berfareasi karena terdapat indikasi-

    indikasi yang kuat adanya alternatif-alternatif itu (zanniyy al dilalah).

    Ada juga ayat-ayat yang hanya memiliki satu pengertian dan tidak

    mungkin menerima pengertian lain (qatiyy al-dilalah).

    2. Teori illat hukum

    Dasar dari teori ini ialah asumsi bahwa ketentuan-ketentuan yang

    diturunkan Allah melalui wahyu itu memiliki alasan logis dan hikmah.

  • Modul Perkuliahan Hukum Islam

    Samun Ismaya, S.H., MHum.

    30

    Hikmah ialah kualitas yang bersesuaian yakni suatu alasan hukum

    mengapa hukum itu ada yang bergantung pada faktor-faktor yang

    dapat menimbulkan adanya hukum. Wilayah hukum yang

    memungkinkan pengujian ada tidaknya illat hukum meliputi bidang

    muamalah dalam pengertian luas sehingga memungkinkan terjadinya

    vareasi penerapan hukum dalam kasus yang sama karena adanya

    perubahan illat hukum (alasan hukum). Atas dasar inilah maka

    terbentuklah kaedah hukum al-hukm yaduru maa ilatihi

    wujudan wa adaman (hukum itu berubah sesuai dengan ada

    tidaknya illat hukum).

    Teori pemilikan harta dalam bidang muamalah maliyah:

    1. Pemilikan harta adalah pemilikan manfaat, bukan sebaliknya.

    2. Pada prinsipnya pemilikan harta tidak terbatas waktunya,

    sedangkan pemilikan manfaat terbatas waktu.

    3. Pemilikan pertama terhadap harta yang belum dimiliki sebelumnya

    adalah pemilikan sempurna.

    4. Masyarakat dapat mengambil harta perseorangan jika kemaslahatan

    umum menghendakinya dengan syarat pemilikan tadi mendapatkan

    penggantian yang wajar.

  • Modul Perkuliahan Hukum Islam

    Samun Ismaya, S.H., MHum.

    31

    5. Pemilikan harta yang sempurna tidak berarti mutlak karena dibatasi

    oleh hak-hak Allah dan hak perseorangan. Dengan kata lain harta

    mempunyai fungsi sosial.

    Kemudian muncul teori taasuf dalam menggunakan hak dengan dua

    prinsip:

    1. Penggunaan hak harus sesuai dengan tujuan yang dimaksud dengan

    adanya hak tersebut.

    2. Seseorang dianggap menyalahgunakan hak jika:

    a. dengan perbuatannya itu merugikan orang lain

    b. perbuatan itu tidak menghasilkan manfaat bagi dirinya, tetapi

    sebaliknya menimbulkan kerugian bagi dirinya

    c. dari perbuatan itu timbul bencana umum bagi masyarakat.

    Di satu sisi Hukum Islam menguduskan kehormatan manusia (karamah

    insaniyyah) dan di sisi lain mengarahkan kepada perwujudan

    kemaslahatan masyarakat. Penerapan hukum islam terhadap situasi yang

    beraneka ragam baik dalam arti masa maupun dalam arti tempat,

    membutuhkan fleksibilitas hukum islam itu sendiri. Sebagai contoh Ibnu

    al-Qoyyim menyimpulkan kesadaran demikian dalam kaidah: Hukum itu

    berubah karena waktu, tempat dan keadaan adat dan niyat. Para ulama

    sepakat bahwa prinsip ini berlaku dalam bidang hukum yang mengatur

  • Modul Perkuliahan Hukum Islam

    Samun Ismaya, S.H., MHum.

    32

    hubungan antarmanusia yang bersifat ijtihadiyah. Kaidah tersebut

    didasarkan atas:

    a. adanya aturan-aturan rukhshah dalam syariah islamiyah

    b. berlakunya hukum islam bergantung pada illatnya sesuai kaidah:

    hukum itu terkait dengan ada atau tidaknya illat hukum.

    Keberadaan illat hukum merupakan persyaratan untuk berlakunya

    hukum, dan ini pula yang dijadikan alasan sebagian penguasa di dunia

    Islam untuk mengeluarkan peraturan-perundangan yang diperlukan

    dalam siyasah syariyyah.

    c. Apabila hukum diterapkan dengan mempertimbangkan adat dan adat

    tersebut berubah maka perubahan hukum pun berubah sesuai dengan

    adat

    d. Penerapan kemaslahatan umum dapat berbeda sesuai dengan

    perbedaan wantu dan tempat. Hal demikian terlihat dari perubahan

    sebagian hasil ijtihad para ulama karena perubahan kebutuhan dan

    kemaslahatan masyarakat.

    Dalam penerapannya, hukum islam bersifat fleksibel dan mempunyai

    kelenturan dengan tetap tidak mengorbankan identitasnya. Kelenturan itu

    akan tetap bertahan jika kita:

    a. Berorientasi kepada maqasid al-syariah

  • Modul Perkuliahan Hukum Islam

    Samun Ismaya, S.H., MHum.

    33

    b. Mempertimbangkan azimah dan rukhshah

    c. Memperhatikan adanya qawaid al-fiqiyyah

    d. Mempertimbangkan maslahah dan adah yang memenuhi syarat yang

    akan menambah daya terhadap dinamika hukum islam.

    e. Memperhatikan adanya sejumlah metode berijtihad untuk masalah

    yang belum dibahas para ulama masa lalu.

    f. Memperhatikan penerapan sistem musyawarah sebagai wujud

    kebersamaan di mana pertimbangan manusia mendapat tempat yang

    layak.

    Dengan memperhatikan aspek-aspek tersebut maka Hukum Islam

    diharapkan mampu membuktikan diri sebagai rahmatan li al-alamin.

    Terdapat tiga metode landasan ilmiah dalam pembentukan hukum islam

    (Ibnu Taimiyyah):

    1. Al- Tajribat al-Hissiyyah (pengalaman empiris atau inderawi)

    Qiyas sebagai metode hukum islam tidak bisa lepas dari penyusunan

    premis-premisnya yang diperoleh melalui pengetahuan inderawi.

    Tanpa pengetahuan yang diperoleh secara empiris tidak mungkin

    ditarik suatu kesimpulan hukum. Pengalaman empiris itulah yang akan

    membuka hakikat hukum islam melalui penalaran qiyas. Pengalaman

    yang berulang-ulang akan membentuk universal (al-kulliyat) yang

  • Modul Perkuliahan Hukum Islam

    Samun Ismaya, S.H., MHum.

    34

    mencapai tingkatan kebenaran yang menyakinkan yang diperolah

    melalui penelitian dan pengamatan.

    2. Al- Mutawatirat (data-data yang ditransmisikan)

    Adanya metode ini dimaksudkan untuk menolak pendapat ahli-ahli

    logika yang menentang pengalaman empiris menjadi argumentasi bagi

    orang lain yang tidak mengalaminya. Menurut mereka pengalaman

    inderawi itu hanya menjadi kebenaran bagi orang yang mengalaminya

    tidak menjadi argumen bagi orang lain. Alasan para ahli teori hukum

    islam menjadikan pengalaman sebagai sumber kebenaran ialah

    karena: kenyataan menunjukkan bahwa baik dalam ilmu kealaman

    maunpun tumbuh-tumbuhan ada fenomena yang hanya mungkin

    diketahui dan dialami oleh orang atau masyarakat tertentu tetapi tidak

    bisa diendera oleh orang lain atau oleh masyarakat lainnya.

    3. Al- Istiqra (Induksi)

    Adalah suatu cara menarik kesimmpulan atau inferensi umum atau

    proposisi universal melalui observasi atau kejadian-kejadian partikular.

    Metode inipun dipergunakan oleh Aristoteles yang kemudian lebih

    dikenal dengan silogismenya atau logika formal. Dalam hukum islam

    inferensi analogi yang andal ialah qiyas al-tamthil (induction method)

    qiyas al-shumul (deduction method). Dasarnya ialah qiyas tidak

    membuat hukum tetapi menggali hukum agar hukum islam dapat

    dipraktekkan. Penggunaan induksi bertujuan untuk merealisasikan

    dan mengaplikasikan hukum islam ke dalam kehidupan nyata.

    E. FILSAFAT HUKUM ISLAM

  • Modul Perkuliahan Hukum Islam

    Samun Ismaya, S.H., MHum.

    35

    Al-Gazali menemukan kebenaran yang hakiki dalam tasawuf (mistissisme)

    yang terkenal dengan istilah marifat yaitu kebenaran mutlak sebagai

    lawan ilm atau ilmu sebagai kebenaran yang relatif atau zanniy (termasuk

    ilmu hukum). Kebenaran marifat diperoleh melalui kalbu (mata hati)

    sedangkan pengetahuan dalam arti ilm yang kebenarannya relatif

    diperoleh melalui penalaran atau rasio.

    SUMBER-SUMBER HUKUM ISLAMTingkatan-tingakatan Hadist