BAB II STUDI PUSTAKA -...

23
9 BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Tanah yang ada di permukaan bumi mempunyai karakteristik dan sifat yang berbeda-beda, sehingga hal ini merupakan suatu tantangan bagi perekayasa konstruksi untuk memahami perilaku tanah yang dihadapi dalam perencanaan konstruksi dengan jalan melakukan penyelidikan dan penelitian terhadap sifat- sifat yang dimiliki tanah, yang tentunya hasilnya tidak mutlak tepat dan benar akan tetapi paling tidak kita dapat melakukan pendekatan secara teknis yang dapat dipertanggungjawabkan akurasinya dalam perencanaan konstruksi. Dalam pengertian teknik secara umum tanah didefinisikan sebagai material yang terdiri dari butiran-butiran mineral padat yang tidak tersegmentasi (terikat secara kimia) antara satu dengan yang lainnya dan merupakan partikel padat hasil penguraian bahan organik yang telah lapuk yang berangkai dengan zat cair dan gas sebagai pengisi ruang-ruang kosong antar partikelnya. Sehingga dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tanah sangatlah penting untuk diketahui sifat-sifat karakteristiknya dalam beberapa penanganan masalah khususnya dalam hal ini adalah masalah penanganan kelongsoran, dimana hal tersebut dilakukan guna untuk mengetahui penanganan apa yang tepat yang harus dilakukan dilongsoran tersebut dengan melihat kondisi tanah yang sudah diketahui. Daerah berpotensi longsor adalah daerah di mana kondisi geologinya tidak menguntungkan. Daerah ini sangat peka terhadap gangguan luar, baik yang bersifat alami maupun aktivitas manusia yang merupakan faktor pemicu gerakan tanah (longsoran). Longsoran adalah suatu proses perpindahan massa tanah dari kedudukan semula akibat dari karena pengaruh gravitasi. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dan menjadi dasar dasar penanganan pada longsoran adalah kedalaman, aktivitas atau kecepatannya, dan macam material tanah perlu dibedakan antara tanah (lempung, lanau, pasir, kerikil atau campuran, residual, koluvial dan seterusnya). Daerah kajian tugas akhir adalah daerah lereng pada jalan yang berbukit-bukit yang dilalui oleh lalu-lintas

Transcript of BAB II STUDI PUSTAKA -...

Page 1: BAB II STUDI PUSTAKA - digilib.polban.ac.iddigilib.polban.ac.id/files/disk1/100/jbptppolban-gdl-totokherma... · Pekerjaan sondir dilakukan untuk mendapatkan data tingkat kekuatan

9

BAB II

STUDI PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum

Tanah yang ada di permukaan bumi mempunyai karakteristik dan sifat

yang berbeda-beda, sehingga hal ini merupakan suatu tantangan bagi perekayasa

konstruksi untuk memahami perilaku tanah yang dihadapi dalam perencanaan

konstruksi dengan jalan melakukan penyelidikan dan penelitian terhadap sifat-

sifat yang dimiliki tanah, yang tentunya hasilnya tidak mutlak tepat dan benar

akan tetapi paling tidak kita dapat melakukan pendekatan secara teknis yang dapat

dipertanggungjawabkan akurasinya dalam perencanaan konstruksi. Dalam

pengertian teknik secara umum tanah didefinisikan sebagai material yang terdiri

dari butiran-butiran mineral padat yang tidak tersegmentasi (terikat secara kimia)

antara satu dengan yang lainnya dan merupakan partikel padat hasil penguraian

bahan organik yang telah lapuk yang berangkai dengan zat cair dan gas sebagai

pengisi ruang-ruang kosong antar partikelnya. Sehingga dari uraian diatas dapat

disimpulkan bahwa tanah sangatlah penting untuk diketahui sifat-sifat

karakteristiknya dalam beberapa penanganan masalah khususnya dalam hal ini

adalah masalah penanganan kelongsoran, dimana hal tersebut dilakukan guna

untuk mengetahui penanganan apa yang tepat yang harus dilakukan dilongsoran

tersebut dengan melihat kondisi tanah yang sudah diketahui.

Daerah berpotensi longsor adalah daerah di mana kondisi geologinya tidak

menguntungkan. Daerah ini sangat peka terhadap gangguan luar, baik yang

bersifat alami maupun aktivitas manusia yang merupakan faktor pemicu gerakan

tanah (longsoran). Longsoran adalah suatu proses perpindahan massa tanah dari

kedudukan semula akibat dari karena pengaruh gravitasi.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dan menjadi dasar dasar penanganan

pada longsoran adalah kedalaman, aktivitas atau kecepatannya, dan macam

material tanah perlu dibedakan antara tanah (lempung, lanau, pasir, kerikil atau

campuran, residual, koluvial dan seterusnya). Daerah kajian tugas akhir adalah

daerah lereng pada jalan yang berbukit-bukit yang dilalui oleh lalu-lintas

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 2: BAB II STUDI PUSTAKA - digilib.polban.ac.iddigilib.polban.ac.id/files/disk1/100/jbptppolban-gdl-totokherma... · Pekerjaan sondir dilakukan untuk mendapatkan data tingkat kekuatan

BAB II Tinjauan Pustaka 10

Perencanaan Penanganan Kelongsoran dengan Pondasi Bored pile Pada Lereng

Jalan Sumedang-Cijelag KM 62+300 Provinsi jawa Barat

kendaraannya cukup padat dikarenakan jalan tersebut merupakan jalan nasional

sehinggga dikhawatirkan akan terjadi dampak bencana longsor yang lebih parah

jika dibiarkan berlarut-larut. Oleh karena itu untuk menghindari terjadinya

longsoran yang lebih parah pada lereng tersebut diperlukan penanganan mengenai

stabilitas lereng.

2.2 Penyelidikan Tanah

Penyelidikan di lapangan adalah pokok untuk memutuskan apakah suatu

usulan pekerjaan rekayasa layak/patut dan cukup secara ekonomis untuk

direncanakan. Penyelidikan lapangan sangat perlu untuk menganalisa keamanan

atau kasus keruntuhan pekerjaan yang ada, untuk memilih bahan-bahan dan

menentukan metoda konstruksi untuk direncanakan yang kemudian dilaksanakan.

Penyelidikan tanah dilakukan untuk mengetahui parameter tanah yang dalam hal

ini antara lain adalah kompisisi tanah (soil properties), sifat-sifat teknik tanah

(soil engineering) serta kandungan mineralogi yang dimiliki oleh tanah.

Pengetahuan akan paremeter-parameter tanah tersebut sangat di perlukan untuk

perencaanan awal desain stabilisasi tanah. Metoda penyelidikan lapangan sangat

luas dalam lingkungan proyek rekayasa dan macam lapangan. Pada umumnya,

beberapa penyelidikan akan dimulai dengan mengumpulkan dan mempelajari

semua data tentang keadaan tanah dan kondisi geologi di lapangan.

2.2.1 Pekerjaan Sondir

Pekerjaan sondir dilakukan untuk mendapatkan data tingkat kekuatan

tanah/kekerasan tanah lapisan tanah, pekerjaan ini dilakukan dengan alat Sondir

atau Cone Penetrometer Test (CPT). Hasil CPT disajikan dalam bentuk diagram

sondir yang mencatat nilai tahan konus dan friksi selubung, tes ini dapat

menentukan lapisan tanah berdasarkan pada korelasi tahanan ujung konus dan

daya lekat tanah setiap kedalam sondir, kemudian dapat digunakan untuk

mengetahui elevasi tanah lapisan keras dan menghitung daya dukung pondasi

yang diletakkan pada tanah tersebut. Untuk mengetahui tingkat kekerasan pada

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 3: BAB II STUDI PUSTAKA - digilib.polban.ac.iddigilib.polban.ac.id/files/disk1/100/jbptppolban-gdl-totokherma... · Pekerjaan sondir dilakukan untuk mendapatkan data tingkat kekuatan

BAB II Tinjauan Pustaka 11

Perencanaan Penanganan Kelongsoran dengan Pondasi Bored pile Pada Lereng

Jalan Sumedang-Cijelag KM 62+300 Provinsi jawa Barat

lapisan tanah dan untuk mengetahui perkiraan jenis lapisan tanah berdasarkan data

sondir diperlihatkan pada contoh seperti tabel 2.1 dan tabel 2.2 berikut ini: Tabel 2.1 Tingkat kekerasan tanah

Sumber : Buku Sondir POLBAN

Tabel 2.2 Perkiraan jenis lapisan tanah

Sumber : Buku Sondir POLBAN

2.2.2 Pemboran

Pemboran dapat dilakukan dengan mesin atau manual, pemboran

dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan sampel tanah undisturbed (tidak

terganggu) Sedangkan maksud dilakukan pekerjaan pemboran adalah guna

mengidentifikasikan jenis setiap lapisan tanah, mengetahui nilai kekerasan tanah

sampai pada kedalaman yang ditetapkan, sehingga dapat digunakan dalam

perencanaan pondasi pada stabilisasi lereng.

2.2.3 Uji Lab

Dari hasil sampel tanah yang didapat pada pemboran yang dilakukan dapat

digunakan untuk mencari parameter tanah (engineering properties) melalui

qc ( kg/cm2) Konsistensi Tanah

< 6 Sangat Lunak 6-12 Lunak

12-24 Sedang 24 – 45 Liat 45 – 75 Sangat liat

> 75 Keras

FR (%) PERKIRAAN JENIS TANAH

< 0,5 Kerikil 0,5 – 2 Pasir 2 – 5 Lanau / Lempung Pasiran > 5 Lempung

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 4: BAB II STUDI PUSTAKA - digilib.polban.ac.iddigilib.polban.ac.id/files/disk1/100/jbptppolban-gdl-totokherma... · Pekerjaan sondir dilakukan untuk mendapatkan data tingkat kekuatan

BAB II Tinjauan Pustaka 12

Perencanaan Penanganan Kelongsoran dengan Pondasi Bored pile Pada Lereng

Jalan Sumedang-Cijelag KM 62+300 Provinsi jawa Barat

serangkaian tes laboratorium (uji lab), berikut akan dijelaskan beberapa nilai

engineering properties dari tanah diantaranya:

A. Kadar air (w)

Tujuan dari pencarian kadar air adalah untuk mengukur kadar air suatu

contoh tanah. Kadar air suatu tanah adalah perbandingan antara berat air yang

terkandung dalam tanah dengan berat butir tanah tersebut, dan dinyatakan dalam

persen. Dan berikut merupakan tabel 2.3 nilai kadar air yang dikorelasikan dengan

tipe tanah yang diselidiki yang tercantum dibuku job sheet uji tanah POLBAN:

Tabel 2.3 Nilai kadar air yang dikorelasikan dengan tipe tanah

Tipe tanah

Keadaan air dalam keadaan

jenuh

( )

Pasir lepas dengan butiran seragam 30

Pasir padat dengan butiran seragam 16

Pasir berlanau yang padat dengan butiran bersudut 25

Pasir berlanau lepas dengan butiran bersudut 15

Lempung kaku 21

Lempung lembek 30 - 50

Tanah 25

Lempung organik lembek 90 –120

Glcia till 10

B. Specific gravity (Gs) atau berat jenis tanah

Tujuannya adalah untuk menentukan harga berat jenis (Spesifik Gravity) dari

contoh tanah yang diuji di laboratorium dengan cara membandingkan berat tanah

tersebut dengan volumenya. Berikut pada tabel 2.4 merupakan korelasi nilai berat

isi tanah dengan jenis tanah.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 5: BAB II STUDI PUSTAKA - digilib.polban.ac.iddigilib.polban.ac.id/files/disk1/100/jbptppolban-gdl-totokherma... · Pekerjaan sondir dilakukan untuk mendapatkan data tingkat kekuatan

BAB II Tinjauan Pustaka 13

Perencanaan Penanganan Kelongsoran dengan Pondasi Bored pile Pada Lereng

Jalan Sumedang-Cijelag KM 62+300 Provinsi jawa Barat

Tabel 2.4 Nilai berat jenis yang dikorelasikan dengan tipe tanah

Jenis Tanah Berat Jenis, Gs

Kerikil 2.65 2.68

Pasir 2.65 2.68

Lanau anorganik 2.62 2.68

Lempung anorganik 2.58 2.65

Lempung organik 2.68 2.75 Sumber : http://listiyonobudi.blogspot.com/2011/08/pengujian-berat-jenis-tanah.html

C. Berat isi (γ)

Menurut Lembaga Penelitian Tanah (1979), definisi berat isi tanah adalah

berat tanah utuh (undisturbed) dalam keadaan kering dibagi dengan volume tanah,

dinyatakandalam g/cm3 (g/cc). Nilai berat isi tanah sangat bervariasi antara satu

titik dengan titik lainnya karena perbedaan kandungan bahan organik, tekstur

tanah, kedalaman tanah, jenis fauna tanah, dan kadar air tanah (Agus et al. 2006).

Berikut pada tabel 2.5 merupakan korelasi nilai berat isi tanah dengan jenis tanah:

Tabel 2.5 Nilai berat isi yang dikorelasikan dengan tipe tanah Jenis Tanah Berat Isi (γ) g/cm3

Lanau lempung 1.575 – 1.715

Satuan pasir-pasir lanauan 1.66

Satuan batu pasir, batu lempung-napal 1.49

Batuan basal 1.57 Sumber : http://adekoer.wordpress.com/2010/05/03/berat-isi-tanah-dan-berat-jenis-tanah/

2.3 Lereng

Lereng merupakan suatu kondisi permukaan tanah di mana terdapat

perbedaan elevasi antara satu daerah dengan daerah yang lain dan membentuk

kemiringan tertentu. Berdasarkan asal pembentukannya, lereng terbagi menjadi 2

macam, yaitu

a. Lereng Alam

Menurut Buku 1 Petunjuk Umum Penanganan Lereng Jalan Departemen

Pekerjaan Umum, (2005) Lereng alam (natural slope) adalah Lereng yang tidak

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 6: BAB II STUDI PUSTAKA - digilib.polban.ac.iddigilib.polban.ac.id/files/disk1/100/jbptppolban-gdl-totokherma... · Pekerjaan sondir dilakukan untuk mendapatkan data tingkat kekuatan

BAB II Tinjauan Pustaka 14

Perencanaan Penanganan Kelongsoran dengan Pondasi Bored pile Pada Lereng

Jalan Sumedang-Cijelag KM 62+300 Provinsi jawa Barat

ada perlakuan atau penanganan terhadap lereng tersebut baik berupa penanganan

kemiringan atau penambahan suatu konstruksi. Dalam kontek perencanaan teknik

jalan, lereng alam sering dijumpai pada kawasan dengan topografi berbukit atau

pegunungan , di mana posisi badan jalan berada pada posisi tanah asli (existing

ground).yang berada di sisi sebuah bukit atau elevasi badan jalan berada pada

lereng bukit yang sebagian digali / dipotong untuk posisi badan jalan. Berikut

pada gambar 2.1 merupakan ilustrasi keberadaan lereng alam dalam konteks

perencanaan teknis jalan di mana badan jalan berada pada samping lereng alam.

Sumber: Buku 1 no: 02-1/BM/2005 , penanganan lereng jalan

Gambar 2.1 Ilustrasi Keberadaan Lereng Alam Dalam Konteks Perencanaan Teknis Jalan Dimana Badan Jalan Berada Pada Samping Lereng Alam.

b. Lereng Buatan

Menurut Buku 1 Petunjuk Umum Penanganan Lereng Jalan Departemen

Pekerjaan Umum, (2005) Lereng buatan (man made slope) adalah lereng yang

terjadi akibat terbentuknya daerah galian atau timbunan lereng buatan dibentuk

dengan penanganan konstruksi yaitu lereng yang hanya mengandalkan kemiringan

dan tinggi kritis berdasarkan karakteristik tanah pembentuk lereng tersebut, baik

struktur maupun non struktur. Berikut pada gambar 2.2 merupakan ilustrasi

keberadaan lereng buatan akibat galian dalam konteks perencanaan teknis jalan

dimana permukaan badan jalan berada dibawah permukaan tanah asli.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 7: BAB II STUDI PUSTAKA - digilib.polban.ac.iddigilib.polban.ac.id/files/disk1/100/jbptppolban-gdl-totokherma... · Pekerjaan sondir dilakukan untuk mendapatkan data tingkat kekuatan

BAB II Tinjauan Pustaka 15

Perencanaan Penanganan Kelongsoran dengan Pondasi Bored pile Pada Lereng

Jalan Sumedang-Cijelag KM 62+300 Provinsi jawa Barat

Sumber: Buku 1 no: 02-1/BM/2005 , penanganan lereng jalan

Gambar 2.2 Ilustrasi Keberadaan Lereng Buatan Akibat Galian Dalam Konteks Perencanaan Teknis Jalan Dimana Permukaan Badan Jalan Berada Dibawah Permukaan Tanah Asli.

2.3.1 Kelongsoran lereng

Kelongsoran tanah merupakan proses perpindahan massa tanah secara

alami dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah. Pergerakan tanah ini

terjadi karena perubahan keseimbangan daya dukung tanah, dan akan berhenti

setelah mencapai keseimbangan yang baru. Longsoran umumnya terjadi jika

tanah sudah tidak mampu lagi menahan berat lapisan tanah di atasnya karena

ada penambahan beban pada permukaan lereng sehingga daya ikat antara

butiran tanah menjadi berkurang dan mengakibatkan menurunnya kuat geser

tanah dan peningkatan tegangan geser tanah.

Meskipun penyebab utama kejadian ini adalah gravitasi yang

mempengaruhi suatu lereng yang curam, namun ada pula faktor-faktor lainnya

yang turut berpengaruh, yaitu :

a. Curah Hujan

Air hujan yang masuk ke dalam tanah dalam periode yang relatif lama,

membuat tanah menjadi jenuh (saturated) dan mengakibatkan longsor .

b. Erosi

Air dan angin yang secara terus menerus mengikis lereng baik pada

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 8: BAB II STUDI PUSTAKA - digilib.polban.ac.iddigilib.polban.ac.id/files/disk1/100/jbptppolban-gdl-totokherma... · Pekerjaan sondir dilakukan untuk mendapatkan data tingkat kekuatan

BAB II Tinjauan Pustaka 16

Perencanaan Penanganan Kelongsoran dengan Pondasi Bored pile Pada Lereng

Jalan Sumedang-Cijelag KM 62+300 Provinsi jawa Barat

lereng buatan manusia maupun alami menyebabkan terjadinya perubahan

geometri lereng, sehingga akhirnya tanah tersebut longsor.

c. Gempa

Gempa menimbulkan gaya dinamik khususnya gaya tegangan geser yang

akan mengurangi kekuatan dan kekakuan lapisan tanah.

d. Beban luar

Beban luar yang berlebihan pada lereng mendorong lereng untuk

mengalami pergerakkan dan mengakibatkan kelongsoran.

e. Penurunan muka air secara tiba-tiba

Sebagai contoh dari penurunan muka air secara tiba-tiba adalah penurunan

muka air tanah di sisi depan waduk yang menyebabkan tekanan air tanah di

belakang waduk akan meningkat karena tekanan air pori tidak terdisipasi, sehingga

mengakibatkan terjadi kenaikan tegangan lateral di belakang waduk yang pada

akhirnya menjadi gaya pendorong kelongsoran pada tubuh waduk.

f. Aktifitas Konstruksi

Kegiatan konstruksi di sekitar kaki lereng sering menyebabkan terjadinya

kelongsoran karena hilangnya perlawanan gaya ke samping. Aktivitas konstruksi

dibagi menjadi 2 macam, yaitu :

Galian lereng

Ketika galian terjadi, tegangan total akan menghilang dan menghasilkan

tekanan pori-pori air negatif dalam tanah. Seiring dengan waktu, tekanan pori-

pori negatif akan menghilang karena berkurangnya tekanan efektif dan juga

sebagai akibat dari menurunnya gaya geser dalam tanah. Pada saat gaya

geser tanah menurun, kelongsoran rentan terjadi.

Timbunan lereng

Timbunan lereng biasanya berupa konstruksi tanggul. Tanah yang berada

diatas timbunan selanjutnya disebut sebagai pondasi tanah. Jika pondasi tanah

tersebut jenuh, maka tekanan pori-pori air positif akan diturunkan dari berat

timbunan dan proses pemadatan. Tekanan efektif berkurang sebagai akibat

berkurangnya gaya geser. Dan seiringnya waktu, tekanan pori-pori air positif

akan menghilang dan tekanan efektif akan meningkat seiring dengan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 9: BAB II STUDI PUSTAKA - digilib.polban.ac.iddigilib.polban.ac.id/files/disk1/100/jbptppolban-gdl-totokherma... · Pekerjaan sondir dilakukan untuk mendapatkan data tingkat kekuatan

BAB II Tinjauan Pustaka 17

Perencanaan Penanganan Kelongsoran dengan Pondasi Bored pile Pada Lereng

Jalan Sumedang-Cijelag KM 62+300 Provinsi jawa Barat

meningkatnya gaya geser dalam tanah. Kegagalan konstruksi biasanya terjadi

selama ataupun sesudah konstruksi.

Kelongsoran tanah banyak terjadi di perbukitan yang memiliki ciri-ciri :

Kecuraman lereng lebih dari 30 derajat

Curah hujan tinggi

Tanah lereng terbuka yang dimanfaatkan sebagai pemukiman, lading,

sawah atau kolam.

Menurut Giani (1992) akibat dari ketidakstabilan lereng, dapat berupa

longsoran, runtuhan, guguran, aliran dan kombinasi dari berbagai gerakan

tersebut. Semua bentuk gerakan tersebut, umumnya dipengaruhi oleh formasi

geologi yaitu lapisan batuan, dan pelapukan batuan dan tanah.

2.3.2 Jenis-Jenis Gerakan Kelongsoran Tanah

Jenis-jenis gerakan kelongsoran tanah yang biasanya terjadi selama ini,

yakni:

a. Kelongsoran translasi

Kelongsoran translasi merupakan peristiwa yang terjadi pada bidang

lemah. Umumnya terjadi pada tanah berbutir kasar. Seperti yang diperlihatkan

pada gambar 2.3 berikut ini:

Sumber : http://www.google.com/

Gambar 2.3 Kelongsoran Translasi b. Kelongsoran rotasi

Kelongsoran rotasi merupakan peristiwa kelongsoran yang terjadi pada

tanah berbutir halus dan mempunyai titik putaran pada sumbu bidang yang

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 10: BAB II STUDI PUSTAKA - digilib.polban.ac.iddigilib.polban.ac.id/files/disk1/100/jbptppolban-gdl-totokherma... · Pekerjaan sondir dilakukan untuk mendapatkan data tingkat kekuatan

BAB II Tinjauan Pustaka 18

Perencanaan Penanganan Kelongsoran dengan Pondasi Bored pile Pada Lereng

Jalan Sumedang-Cijelag KM 62+300 Provinsi jawa Barat

paralel dengan lereng. Potongannya dapat berupa busur lingkaran dan kurva

bukan lingkaran. Pada umumnya, kelongsoran berupa busur lingkaran

berhubungan dengan kondisi tanah yang homogen,dan kelongsoran bukan

lingkaran berhubungan dengan kondisi tanah yang tidak homogen. Seperti yang

diperlihatkan pada gambar 2.4 berikut ini:

Sumber : http://www.google.com/

Gambar 2.4 Kelongsoran Rotasi

Jenis-jenis kelongsoran rotasi yang sering terjadi :

1. Kelongsoran dasar (base slide), kelongsoran yang bidang kelongsorannya

membentuk bidang busur lingkaran pada seluruh bidang lereng. Pada

umumnya disebabkan karena terdapatnya suatu lapisan lunak pada lapisan

atas tanah yang keras.

2. Kelongsoran lereng (slope slide), kelongsoran yang permukaan

kelongsorannya sampai bidang lereng dan belum melewati ujung kaki lereng.

3. Kelongsoran ujung kaki lereng (toe slide), kelongsoran yang permukaan

bidang kelongsorannya melalui ujung kaki lereng. Berikut akan disajikan

model kelongsoran rotasi seperti yang diperlihatkan pada gambar 2.5 berikut

ini:

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 11: BAB II STUDI PUSTAKA - digilib.polban.ac.iddigilib.polban.ac.id/files/disk1/100/jbptppolban-gdl-totokherma... · Pekerjaan sondir dilakukan untuk mendapatkan data tingkat kekuatan

BAB II Tinjauan Pustaka 19

Perencanaan Penanganan Kelongsoran dengan Pondasi Bored pile Pada Lereng

Jalan Sumedang-Cijelag KM 62+300 Provinsi jawa Barat

Gambar 2.5 Jenis-jenis kelongsoran rotasi

c. Kelongsoran Kombinasi

Kelongsoran kombinasi merupakan kelongsoran yang terjadi akibat

kombinasi kelongsoran translasi dan kelongsoran rotasi, biasa terjadi pada

batuan yang sudah lapuk. Model kelongsoran kombinasi seperti yang

diperlihatkan pada gambar 2.6 berikut ini:

Gambar 2.6 Kelongsoran kombinasi

d. Jatuhan bebas

Jatuhan bebas atau rolling merupakan peristiwa jatuhnya massa tanah atau

batu yang disebabkan oleh hilangnya kontak dengan permukaan tanah. Model

jatuhan bebas seperti yang diperlihatkan pada gambar 2.7 berikut ini:

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 12: BAB II STUDI PUSTAKA - digilib.polban.ac.iddigilib.polban.ac.id/files/disk1/100/jbptppolban-gdl-totokherma... · Pekerjaan sondir dilakukan untuk mendapatkan data tingkat kekuatan

BAB II Tinjauan Pustaka 20

Perencanaan Penanganan Kelongsoran dengan Pondasi Bored pile Pada Lereng

Jalan Sumedang-Cijelag KM 62+300 Provinsi jawa Barat

Sumber : Pd T-09-2005-B

Gambar 2.7 Tipe Jatuhan e. Jungkiran

Jungkiran atau topless merupakan peristiwa yang terjadi akibat adanya

momen guling yang bekerja pada suatu titik putar di bawah suatu titik

massa. Peristiwa jungkiran ini biasa terjadi pada batuan yang mempunyai

banyak kekar atau garis putus-putus. Model jungkiran seperti yang diperlihatkan

pada gambar 2.8 berikut ini:

Sumber : Pd T-09-2005-B

Gambar 2.8 Tipe Jungkiran

f. Aliran

Aliran merupakan peristiwa dimana pola kelongsorannya terjadi seperti

prilaku air mengalir, di mana tanah yang jenuh air mengalir ketempat yang lebih

rendah bersama air. Model aliran seperti yang diperlihatkan pada gambar 2.9

berikut ini:

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 13: BAB II STUDI PUSTAKA - digilib.polban.ac.iddigilib.polban.ac.id/files/disk1/100/jbptppolban-gdl-totokherma... · Pekerjaan sondir dilakukan untuk mendapatkan data tingkat kekuatan

BAB II Tinjauan Pustaka 21

Perencanaan Penanganan Kelongsoran dengan Pondasi Bored pile Pada Lereng

Jalan Sumedang-Cijelag KM 62+300 Provinsi jawa Barat

Keterangan : Gambar arsiran menunjukkan bentuk keruntuhan yang tidak berpola.

Gambar 2.9 Tipe Aliran

2.3.3 Stabilitas Lereng

Analisis stabilitas lereng meliputi konsep kemantapan lereng yaitu

penerapan pengetahuan mengenai kekuatan geser tanah. Keruntuhan geser pada

tanah dapat terjadi akibat gerak relatif antar butirnya. Karena itu kekuatannya

tergantung pada gaya yang bekerja antar butirnya, sehingga dapat disimpulkan

bahwa kekuatan geser terdiri atas :

1. Bagian yang bersifat kohesif, tergantung pada macam tanah dan ikatan

butirnya.

2. Bagian yang bersifat gesekan, yang sebanding dengan tegangan efektif

yang bekerja pada bidang geser.

Dalam menganalisa stabilitas lereng harus ditentukan terlebih dahulu faktor

keamanan (FK) dari lereng tersebut. Secara umum faktor keamanan didefinisikan

sebagai perbandingan antara gaya penahan dan gaya penggerak longsoran.

Analisis kestabilan lereng dapat dihitung dengan menghitung momen

penahan dan momen penggerak pada lingkaran longsoran. Nampak pada gambar

2.10 menjelaskan bahwa bidang gesek sepanjang bidang gelincir akan berlawanan

arah dengan arah gerak masa tanah.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 14: BAB II STUDI PUSTAKA - digilib.polban.ac.iddigilib.polban.ac.id/files/disk1/100/jbptppolban-gdl-totokherma... · Pekerjaan sondir dilakukan untuk mendapatkan data tingkat kekuatan

BAB II Tinjauan Pustaka 22

Perencanaan Penanganan Kelongsoran dengan Pondasi Bored pile Pada Lereng

Jalan Sumedang-Cijelag KM 62+300 Provinsi jawa Barat

Gambar 2.10 Mekanika pada sebuah bidang longsoran rotasi

(Metoda Lengkung Swedia, untuk φu=0)

Keterangan :

r : Jari – jari lingkaran kelongsoran

T : Jumlah gaya geser dari bidang longsoran

X : Jarak titik berat massa ke titik pusat lingkaran

w : Berat massa di atas lingkaran longsoran

Pada dasarnya untuk meningkatkan stabilitas lereng ada dua pendekatan

yang biasa diterapkan dalam penanganan longsoran, dengan menaikan angka

keamanan, diantaranya yaitu:

a. Memperkecil gaya penggerak / momen penggerak.

Gaya dan momen penggerak dapat diperkecil hanya dengan merubah

bentuk lereng, yaitu dengan membuat lereng lebih datar dengan cara

mengurangi sudut kemiringan dan memperkecil ketinggian lereng.

b. Memperbesar gaya penahan / momen penahan.

Untuk memperbesar gaya penahan, dapat dilakukan dengan

menerapkan beberapa metode perkuatan tanah, diantaranya konstruksi

penahan seperti dinding penahan tanah, tiang, atau timbunan pada kaki

lereng.

2.4 Penanggulangan longsor

Penanggulangan longsor tergantung pada tipe dan sifat longsoran tersebut,

serta kondisi lapangan dan geologi yang terdapat pada daerah longsoran. Cara

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 15: BAB II STUDI PUSTAKA - digilib.polban.ac.iddigilib.polban.ac.id/files/disk1/100/jbptppolban-gdl-totokherma... · Pekerjaan sondir dilakukan untuk mendapatkan data tingkat kekuatan

BAB II Tinjauan Pustaka 23

Perencanaan Penanganan Kelongsoran dengan Pondasi Bored pile Pada Lereng

Jalan Sumedang-Cijelag KM 62+300 Provinsi jawa Barat

penanggulangan longsor dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu

a. Mengubah geometric lereng

b. Mengendalikan air permukaan

c. Mengendalikan air rembesan

d. Penambatan, penambatan dapat dilakukan dengan bronjong, tembok

penahan, pondasi bored pile, tiang pancang

e. Teknik penguatan tanah, teknik penguatan tanah dapat dilakukan

dengan dinding penopang isian batuan, sheet piles, soil nailing,

perkuatan material geosintetik.

Dari beberapa cara untuk penanggulangan longsor tersebut hanya 3 cara

penanggulangan longsor yang akan dijelaskan dikarenakan dalam pemilihannya

alternative penanganannya hanya membandingkan penanganan dengan tembok

penahan, bronjong, pondasi bored pile dan dari ketiga alternative tersebut akan

dijelaskan sebagai berikut:

2.4.1 Dinding Penahan Tanah

Tembok penahan merupakan bangunan penambat dari pasangan batu,

beton, atau beton bertulang. Tipe tembok penahan terdiri dari dinding gaya berat,

semi gaya berat dan dinding pertebalan. Tembok penahan harus diberi fasilitas

drainase seperti lubang penetes dan pipa salir yang diberi bahan filter supaya

tidak tersumbat, sehingga tidak menimbulkan tekanan hidrostatis yang besar.

Dibawah ini akan ditampilkan penanganan longsor pada lereng dengan tembok

penahan, sesuai dengan gambar 2.12 berikut ini.

Gambar 2.11 Penanganan longsor pada lereng dengan tembok penahan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 16: BAB II STUDI PUSTAKA - digilib.polban.ac.iddigilib.polban.ac.id/files/disk1/100/jbptppolban-gdl-totokherma... · Pekerjaan sondir dilakukan untuk mendapatkan data tingkat kekuatan

BAB II Tinjauan Pustaka 24

Perencanaan Penanganan Kelongsoran dengan Pondasi Bored pile Pada Lereng

Jalan Sumedang-Cijelag KM 62+300 Provinsi jawa Barat

2.4.2 Bronjong

Bronjong merupakan bangunan penambat yang mempunyai struktur

bangunan berupa anyaman kawat yang diisi batu belah. Struktur bangunan

berbentuk persegi dan disusun secara bertangga yang umumnya berukuran 2 x 1 x

0.5 m3. Bronjong adalah struktur yang tidak kaku sehingga dapat menahan

gerakan vertical dan horizontal. Bronjong akan efektif untuk longsoran yang

relatif dangkal tetapi tidak efektif untuk longsoran berantai. Bronjong banyak

digunakan karena material yang digunakan tidak sulit diperoleh dan biayanya

relatif murah. Dibawah ini akan ditampilkan penanganan longsor pada lereng

dengan bronjong, sesuai dengan gambar 2.11 berikut ini.

Gambar 2.12 Penanganan longsor pada lereng dengan bronjong

2.4.3 Pondasi Tiang Bor (Bored pile)

Pondasi tiang bor (bored pile) adalah pondasi tiang yang pemasangannya

dilakukan dengan mengebor tanah pada awal pengerjaannya. Bored pile dipasang

ke dalam tanah dengan cara mengebor tanah terlebih dahulu, baru kemudian diisi

tulangan dan dicor beton. Di bawah ini akan ditampilkan penanganan longsor

pada lereng dengan tiang bor/bored pile, sesuai dengan gambar 2.11 berikut ini.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 17: BAB II STUDI PUSTAKA - digilib.polban.ac.iddigilib.polban.ac.id/files/disk1/100/jbptppolban-gdl-totokherma... · Pekerjaan sondir dilakukan untuk mendapatkan data tingkat kekuatan

BAB II Tinjauan Pustaka 25

Perencanaan Penanganan Kelongsoran dengan Pondasi Bored pile Pada Lereng

Jalan Sumedang-Cijelag KM 62+300 Provinsi jawa Barat

Sumber : http://ronymedia.files.wordpress.com/2010/07/m0410151.jpg

Gambar 2.13 Penanganan longsor pada lereng dengan bored pile

2.5 Pondasi Tiang Bor (Bored pile)

2.5.1 Jenis-jenis pondasi bored pile

a) Bored pile lurus untuk tanah keras

b) Bored pile yang ujungnya diperbesar berbentuk trapesium

c) Bored pile yang ujungnya diperbesar berbentuk bel

d) Bored pile lurus untuk tanah batuan

2.5.2 Fungsi Pondasi Bored pile

Fungsi pondasi tiang bor pada umumnya dipengaruhi oleh besar atau

bobot dan fungsi bangunan yang hendak didukung dan jenis tanah sebagai

pendukung konstruksi seperti :

1. Transfer beban dari konstruksi bangunan atas (upper structure) ke

dalam tanah melalui selimut tiang dan perlawanan ujung tiang.

2. Menahan daya desak ke atas (up live) maupun guling yang terjadi

akibat kombinasi beban struktur yang terjadi.

3. Memampatkan tanah, terutama pada lapisan tanah yang lepas (non

cohesive).

4. Mengontrol penurunan yang terjadi pada bangunan terutama pada

bangunan yang berada pada tanah yang mempunyai penurunan yang

besar.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 18: BAB II STUDI PUSTAKA - digilib.polban.ac.iddigilib.polban.ac.id/files/disk1/100/jbptppolban-gdl-totokherma... · Pekerjaan sondir dilakukan untuk mendapatkan data tingkat kekuatan

BAB II Tinjauan Pustaka 26

Perencanaan Penanganan Kelongsoran dengan Pondasi Bored pile Pada Lereng

Jalan Sumedang-Cijelag KM 62+300 Provinsi jawa Barat

Faktor utama yang sering menjadi bahan pertimbangan dalam pemilihan

jenis pondasi adalah biaya dan keandalannya. Keandalan disini merupakan

keyakinan dari ahli pondasi dimana rancangan yang tertulis dalam dokumen

desain akan memperoleh kondisi yang mendekati kondisi lapangan sehingga dapat

memikul beban dengan suatu faktor keamanan yang memadai. Kemajuan-

kemajuan telah diperoleh terhadap informasi mengenai perilaku tiang bor dengan

adanya instrumentasi pada tiang bor yang diuji. Pondasi tiang bor mempunyai

karakteristik khusus karena cara pelaksanaannya yang dapat mengakibatkan

perbedaan perilakunya dibawah pembebanan dibandingkan pondasi tiang

pancang, hal-hal yang mengakibatkan perbedaan tersebut diantaranya adalah:

1. Tiang bor dilaksanakan dengan menggali lubang bor dan mengisinya

dengan meterial beton, sedangkan pondasi tiang pancang dimasukkan ke

tanah dengan mendesak tanah disekitarnya (displacement pile)

2. Beton dicor dalam keadaan basah dan mengalami masa curing di bawah

permukaan tanah.

3. Kadang-kadang digunakan casing untuk menjaga stabilitas dinding lubang

bor dan dapat pula casing tersebut tidak tercabut karena kesulitan di

lapangan.

4. Kadang-kadang digunakan slurry untuk menjaga stabilitas lubang bor

yang dapat membentuk lapisan lumpur pada dinding galian serta

mempengaruhi mekanisme gesekan tiang dengan tanah.

5. Cara penggalian lubang bor disesuaikan dengan kondisi tanah.

2.5.3 Keuntungan Pemakaian Pondasi Bored pile

Dalam pemilihan fondasi yang digunakan banyak dipertimbangkan keuntungan apabila memilih fondasi bored pile ini. Keuntungan pemakaian fondasi bore pile antara lain:

1. Pemasangan tidak menimbulkan gangguan suara dan getaran yang

membahayakan bangunan sekitarnya

2. Mengurangi kebutuhan beton dan tulangan dowel pada pelat penutup

tiang (pile cap)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 19: BAB II STUDI PUSTAKA - digilib.polban.ac.iddigilib.polban.ac.id/files/disk1/100/jbptppolban-gdl-totokherma... · Pekerjaan sondir dilakukan untuk mendapatkan data tingkat kekuatan

BAB II Tinjauan Pustaka 27

Perencanaan Penanganan Kelongsoran dengan Pondasi Bored pile Pada Lereng

Jalan Sumedang-Cijelag KM 62+300 Provinsi jawa Barat

3. Kedalaman tiang dapat divariasikan

4. Tanah dapat diperiksa dan dicocokkan dengan data laboratorium

5. Tiang bor dapat dipasang menembus batuan

6. Diameter tiang memungkinkan dibuat besar

7. Tidak ada resiko kenaikan muka tanah

8. Penulangan tidak dipengaruhi oleh tegangan pada waktu pengangkutan

dan pemancangan.

2.5.4 Kelemahan Pemakaian Pondasi Bored pile

Dalam pemakaian pondasi bored pile terdapat beberapa, diantaranya :

1. Pengecoran tiang dipengaruhi kondisi cuaca.

2. Mutu beton hasil pengecoran bila tidak terjamin keseragamannya di

sepanjang badan tiang bor mengurangi kapasitas dukung tiang bor,

terutama bila tiang bor cukup dalam

3. Pengeboran dapat mengakibatkan gangguan kepadatan, bila tanah

berupa pasir atau tanah yang berkerikil

2.5.5 Metode Pelaksanaan Pondasi Bored pile

Metode pelaksanaan pondasi bore pile ada 3 macam, yaitu metode kering,

metode basah, dan metode casing. Berikut penjelasan perbedaan metode yang

digunakan pada pelaksanaan pondasi bored pile.

2.5.5.1 Metode kering

1. Metode kering cocok digunakan pada tanah diatas muka air tanah yang

ketika di bor dinding lubangnya tidak longsor, seperti lempung kaku

homogen.

2. Metode kering dapat dilakukan pada tanah dibawah muka air tanah,

jika tanahnya mempunyai permeabilitas rendah, sehingga ketika

dilakukan pengeboran, air tidak masuk ke dalam lubang bor saat

lubang masih terbuka

3. Pada metode kering, lubang dibuat menggunakan mesin bor tanpa pipa

pelindung tanpa casing

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 20: BAB II STUDI PUSTAKA - digilib.polban.ac.iddigilib.polban.ac.id/files/disk1/100/jbptppolban-gdl-totokherma... · Pekerjaan sondir dilakukan untuk mendapatkan data tingkat kekuatan

BAB II Tinjauan Pustaka 28

Perencanaan Penanganan Kelongsoran dengan Pondasi Bored pile Pada Lereng

Jalan Sumedang-Cijelag KM 62+300 Provinsi jawa Barat

4. Dasar lubang bor yang kotor oleh rontokan tanah dibersihkan, tulangan

yang telah dirangkai dimasukkan ke dalam lubang bor dan kemudian

dicor

2.5.5.2 Metode Basah

1. Metode basah umumnya dilakukan bila pengeboran melewati muka air

tanah, sehingga lubang bor selalu longsor bila dindingnya tidak

ditahan.

2. Agar lubang tidak longsor, di dalam lubang bor diisi dengan larutan

tanah lempung atau larutan polimer, jadi pengeboran dilakukan dalam

larutan

3. Jika kedalaman yang diinginkan telah tercapai, lubang bor dibersihkan

dan tulangan yang telah dirangkai dimasukkan ke dalam lubang bor

yang masih berisi cairan bentonite (Polymer)

4. Adukan beton dimasukkan ke dalam lubang bor dengan pipa tremie,

larutan bentonite akan terdesak dan terangkut ke atas oleh adukan

beton

5. Larutan yang keluar dari lubang bor, ditampung dan dapat digunakan

lagi untuk pengeboran di lokasi selanjutnya.

2.5.5.3 Metode casing

1. Metode ini digunakan jika lubang bor sangat mudah longsor, misalnya

tanah dilokasi adalah pasir bersih di bawah muka air tanah.

2. Untuk menahan agar lubang bor tidak longsor digunakan pipa

selubung baja (Casing)

3. Pemasangan pipa selubung ke dalam lubang bor dilakukan dengan cara

memancang, menggetarkan atau menekan pipa baja sampai kedalaman

yang ditentukan.

4. Sebelum sampai menembus muka air tanah pipa selubung dimasukkan.

5. Tanah di dalam pipa selubung dikeluarkan saat penggalian atau setelah

pipa selubung sampai kedalaman yang diinginkan. Kemudian lubang

bor dibersihkan kemudian tulangan yang telah dirangkai dimasukkan

ke dalam pipa selubung

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 21: BAB II STUDI PUSTAKA - digilib.polban.ac.iddigilib.polban.ac.id/files/disk1/100/jbptppolban-gdl-totokherma... · Pekerjaan sondir dilakukan untuk mendapatkan data tingkat kekuatan

BAB II Tinjauan Pustaka 29

Perencanaan Penanganan Kelongsoran dengan Pondasi Bored pile Pada Lereng

Jalan Sumedang-Cijelag KM 62+300 Provinsi jawa Barat

6. Adukan beton dimasukkan ke dalam lubang (bila pembuatan lubang

digunakan larutan, maka untuk pengecoran digunakan pipa tremie)

7. Pipa selubung ditarik ke atas, namun kadang-kadang pipa selubung

ditinggalkan di tempat.

2.5.6 Jarak Pondasi Tiang (Bored pile) Dalam Kelompok

Jarak antar pondasi tiang untuk Stabilisasi Lereng (Day, 1999) dapat

dilihat pada tabel 2.6 penentuan panjang spasi tiang dengan cara empirik berikut:

Tabel 2.6 Penentuan panjang spasi tiang dengan cara empirik

Jenis Material Jarak terbesar antar pusat tiang (D = diameter tiang)

Batuan utuh Tidak terbatas

Batuan retak (fractured) 4D

Pasir bersih atau kerikil 3D

Pasir kelempungan atau lanau 2D

Lempung sangat plastis 1,5D

2.5.7 Konfigurasi Pengaturan Grup Tiang Dalam Satu Pile Cap

Didalam pelaksanaan pekerjaan pondasi terdapat beberapa konfigurasi

susunan pondasi didalam satu pile cap, pada gambar 2.14 berikut akan dijelaskan

konfigurasi susunan pondasi dalam satu pile cap.

Sumber : Pondasi dalam (M. SHOUMAN, Dipl. Ing. HTL, MT)

Gambar 2.14 Konfigurasi pengaturan grup tiang dalam satu pile cap

s s

s

6 piles

s

s s s

s s

s

Triple row for a wall

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 22: BAB II STUDI PUSTAKA - digilib.polban.ac.iddigilib.polban.ac.id/files/disk1/100/jbptppolban-gdl-totokherma... · Pekerjaan sondir dilakukan untuk mendapatkan data tingkat kekuatan

BAB II Tinjauan Pustaka 30

Perencanaan Penanganan Kelongsoran dengan Pondasi Bored pile Pada Lereng

Jalan Sumedang-Cijelag KM 62+300 Provinsi jawa Barat

2.5.8 Syarat Tebal Selimut Beton

Syarat tebal penutup beton atau selimut beton untuk beton cor setempat

non pratekan dapat diambil pada tabel 2.7 berikut:

Tabel 2.7 Syarat tebal selimut beton

KOMPONEN STRUKTUR

Tebal

selimut

minimum (mm)

Beton yang dicor langsung di atas tanah dan selalu berhubungan dengan tanah:

70

Beton yang berhubungan dengan tanah atau cuaca : - batang D19 hingga D56 - batang D16, kawat W31 atau D31 dan yang lebih kecil

50 40

Beton yang tidak langsung berhubungan dengan cuaca atau tanah : Pelat dinding berusuk : - batang D44 hingga D56 - batang D36 dan yang lebih kecil

40 20

Balok, kolom : tulangan utama, pengikat, sengkang, lilitan spiral

40

Komponen struktur cangkang, pelat lipat : - batang D19 dan yang lebih besar - batang D16, kawat W31 atau D31 dan yang lebih kecil

20 15

Sumber : it-aw/s/mk-perenc.konst.gdg/copyright-pnup/2007

2.6 Beban Lalu-lintas Berdasarkan Kelas Jalan

Didalam analisis stabilitas lereng jalan diperlukan data beban kendaraan

yang melintasi dijalan tersebut, menurut buku panduan geoteknik 4 dijelaskan

ukuran beban kendaraan berdasarkan kelas jalannya yaitu sesuai tabel 2.8 berikut: Tabel 2.8 Ukuran beban kendaraan berdasarkan kelasnya

Kelas Jalan Beban Lalu lintas (Kpa)

I 15

II 12

III 12 Sumber : Panduan geoteknik 4

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 23: BAB II STUDI PUSTAKA - digilib.polban.ac.iddigilib.polban.ac.id/files/disk1/100/jbptppolban-gdl-totokherma... · Pekerjaan sondir dilakukan untuk mendapatkan data tingkat kekuatan

BAB II Tinjauan Pustaka 31

Perencanaan Penanganan Kelongsoran dengan Pondasi Bored pile Pada Lereng

Jalan Sumedang-Cijelag KM 62+300 Provinsi jawa Barat

2.7 Diameter dan Berat Per Meter Baja Tulangan

Pada bagian ini akan dijelaskan diameter dan berat per meter baja tulangan

beton polos seperti tercantum pada tabel 2.9. Dan diameter, ukuran sirip dan berat

per meter baja tulangan beton sirip seperti tercantum pada tabel 2.10.

Tabel 2.9 Ukuran baja tulangan beton polos

Sumber : SNI 07-2052-2002

Tabel 2.10 Ukuran baja tulangan beton sirip

Sumber : SNI 07-2052-2002