BAB II STUDI KEPUSTAKAAN KERANGKA PIKIRAN A. Studi …repository.uir.ac.id/373/2/bab2.pdfkonsep...
-
Upload
nguyenxuyen -
Category
Documents
-
view
218 -
download
0
Transcript of BAB II STUDI KEPUSTAKAAN KERANGKA PIKIRAN A. Studi …repository.uir.ac.id/373/2/bab2.pdfkonsep...
49
BAB II
STUDI KEPUSTAKAAN KERANGKA PIKIRAN
A. Studi Kepustakaan
Tinjauan pustaka merupakan uraian tentang teori-teori yang digunakan
untuk menjelaskan masalah penelitian sekaligus juga menjadi landasan teori
dalam penelitian, agar dapat diketahui bagaimana hubungan dan dimana posisi
dan pengetahuan yang telah ada, perlu adanya ulasan terhadap bahan-bahan
pustaka yang relevan dengan topik masalah yang diangkat untuk memungkinkan
pembacaan mengingatkan cakrawala dari segi tujuan dan hasil penelitian.
1. Konsep Administrasi
Berdasarkan dari latar belakang penelitian, maka perlu diberikan beberapa
konsep teori dan ketentuan-ketentuan serta aturan yang dapat memberikan solusi
yang erat kaitannya dengan masalah penelitian ini yang telah dirumuskan, agar
dapat memberikan pemecahan penelitian yang jelas dalam mengetahui dan
membahasnya.Terutama di dalam menganalisa data.
Secara Etimologis, didalam Syafri (2012;3) bahwa administrasi berasal
dari bahasa latin ad dan ministrare, yang berarti “membantu, melayani, atau
memenuhi”, serta administration, yang berarti “pemberian bantuan, pemeliharaan,
pelaksanaan, pimpinan dan pemerintahan, pengelolaan.
Leonard B.White, dikutip dalam Drs.H.Inu Kencana Syafiie,MS.i (2003:4)
Administrasi adalah suatu proses yang umum ada pada setiap usaha kelompok-
kelompok, baik pemerintah maupun swasta, baik sipil maupun militer, baik dalam
ukuran besar maupun kecil.
50
Administrasi merupakan salah satu fenomena serta ciri masyarakat modern
yang secara ekspilisit tergambar dlam suatu bentuk daya upaya manusia yang
kooperatif yang mempunyai tingkat rasionalitas yang tinggi. Batasan administrasi
menekankan pentingnya proses kerjasama antara dua orang atau lebih yang
didasarkan oleh rasionalitas tertentu dalam rangka pencapaian tujuan yang telah
ditentukan sebelumnya.
Menurut Siagian (Martoyo;10) Administrasi adalah sebagai keseluruhan
proses kerjasama antara dua orang atau lebih yang didasarkan atas rasionalitas
tententu untuk mencapai tujuan yang ditentukan sebelumnya, administrasi juga
merupakan suatu seni dan ilmu di mana administrasi mempunyai unsure-unsur
tertentu,seperti adanya sejumlah manusia,tujuan yang hendak dicapai,tugas-tugas
yang harus dilaksanakan,peralatan serta perlengkapan untuk melaksanakan tugas-
tugas tersebut.
Dari pengertian tersebut beliau mengatakan ada tiga hal yang terkandung
di dalamnya :
1. Administrasi sebagai seni. Administrasi hanya di ketahui awalnya,
sedangkan akhirnya tiak ada,
2. Administrasi sebagai unsur-unsur. Dua manusia atau lebih; tujuan
yang hendak di capai, tugas-tugas yang harus dilaksanakan dan adanya
peralatan/perlengkapan,
3. Administrasi sebagai “Proses Kerja Sama”. Adanya proses kerja sama
dalam mencapai tujuan,
51
4. Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa administrasi merupakan
suatu kegiatan organisasi, tujuan yang dimaksud merupakan tujuan
organisasi.
Jadi, administrasi adalah keseluruhan kegiatan atau kerja sama
sekelompok manusia untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah disepakati
sebelumnya secara efektif dan efesien.
2. Konsep Organisasi
Organisasi terdiri dari organisasi publik,organisasi privat, organisasi bisnis
dan organisasi internasional, dimana Puskesmas pintu gobang kari merupakan
organisasi publik yang melayani masyarakat dalam bidang sarana kesehatan yaitu
pengobatan gratis bagi pengguna Kartu Kesehatan Masyarakat (KIS) kabupaten
kuansing.
Robbins, dikutip dalam Kusdi (2009:5) organisasi adalah suatu entitas
sosial yang secara sadar terkoordinasi, memiliki suatu batas yang relatife dapat
diidentifikasi, dan berfungsi secara relative kontinu (berkesinambungan) untuk
mencapai suatu tujuan atau seperangkat tujuan bersama.
Menurut Siagian (2003:6) organisasi dapat ditinjau dari dua segi
pandangan,yaitu sebagai berikut :
1. Organisasi sebagai wadah dimana kegiatan-kegiatan administrasi
dijalankan.
2. Organisasi sebagai rangkaian hierarki dan interaksi anatara orang-orang
dalam suatu ikatan formal.
52
Organisasi salah satu tempat terjadinya kerjasama antara dua orang atau
lebih didalamnya juga mencakup aktifitas-aktifitas yang berhubungan dengan
administrasi dan manajemen.Salah satu unsur utama yang ada didalam kegiatan
dministrasi dan manajemen disuatu organisasi atau perusahaan khususnya
perusahaan yang bergerak dibidang jasa pelayanan.Organisasi juga dapat diartikan
sebagai suatu wadah mempersatukan berbagai keahlian dan karakteristik anggota
untuk mencapai tujuan organisasi.
Organisasi menurut Siagian (2003:6) adalah setiap bentuk persekutuan
antara dua orang atau lebih yang bekerja sama serta secara formal terikat dalam
rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan dalam ikatan yang terdapat
seorang atau beberapa orang yang disebut atasan dan seseorang atau sekelompok
orang yang disebut bawahan. Atau yang lebih dikenal dengan tingkatan
manajemen dalam organisasi, yang terdiri dari top manajemen, leader manajemen
dan lower manajemen.
Messie dalam Zulkifli (2005:26) organisasi merupakan suatu kerja sama
sekelompok orang yang membagi tugas-tugasnya diantara para anggota,
menetapkan hubungan-hubungan kerja dan menyetujukan aktifitasnya kearah
pencapaian tujuan bersama. Sebagai suatu proses, organisasi berarti serangkaian
aktifitas kolektif dari orang-orang diawali dengan penetuan tujuan, pembagian
kerja dengan perincian tugas-tugas tertentu, pendelegasian wewenang,
pengawasan dan diakhiri dengan pengevaluasian pelaksanaan tugas.
53
Jadi, berdasarkan dari pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa
organisasi adalah kumpulan dari dua orang manusia atau lebih yang berkerja sama
untuk mencapai suatu tujuan atau sasaran tertentu.
3. Konsep Manajemen
Manajemen berasal dari kata “to manage” yang artinya mengatur
pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dari fungsi-
fungsi manajemen itu. Jadi manajemen merupakan suatu prosaes untuk
mewujudkan tujuan yang diinginkan secara bersama.
Selanjutnya manajemen, Manajemen merupakan suatu kegiatan yang
dilaksanakan oleh seorang pemimpin dalam hal mengerakkan para bawahannya
guna untuk mencapai tujuan organisasi.
Sedangkan Terry (Dalam Hasibuan,2008:17) fungsi-fungsi Manajemen
terdiri dari :
a. Planning,
b. Organizing,
c. Actuating, dan
d. Controlling,
Manajemen dapat didefenisikan dari dari sudut pandang yaitu sebagai
proses penyelenggaraan berbagai kegiatan dalam rangka penerapan tujuan dan
sebagai kemampuan atau keterampilan orang yang menduduki jabatan manjearial
untuk memperoleh suatu hasil dalam rangka pencapaian tujuan melalui kegiatan-
kegiatan orang lain. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa manajemen
54
merupakan inti dari administrasi karena memang manajemen merupakan alat
pelaksanaan utama administrasi(Siagian 2003:5).
Menurut Stoner manajemen proses perencanaan, pengorganisasian,
memimpin, mengendalikan pekerjaan anggota organisasi dan
menggunakan sumber daya organisasi untuk mencapai sasaran organisasi
yang sudah ditetapkan (dalam Zulkifli,2005:28).
Menurut Siswanto (2009:2) manajemen adalah seni dan ilmu dalan
perencanaan,pengorganisasian, pengarahan, pemotivasian dan pengendalian
Menurut Siagian (2003:5) manajemen didefenisikan dari dua sudut
pandang, yaitu:
1. Suatu proses penyelenggaraan berbagai kegiatan dalam rangka
penerapan tujuan.
2. Kemampuan keterampilan orang yang menduduki jabatan
manajerial untuk memperoleh suatu hasil dalam rangka pencapaian
tujuan melalui kegiatan-kegiatan orang lain.
Kebijakan dan praktek manajemen merupakan mekanisme yang meliputi
penetapan tujuan strategi,pencarian dan pemanaatan sumber daya secara efesien,
menciptakan lingkungan prestasi, proses komunikasi, kepemimpimpinan dan
pengambilan keputusan secara adaptasi dan inovasi organisasi. Dalam hal ini,
peran menejer dan sangat penting untuk mengarahkan kegiatan-kegiatan secara
proposional untuk mencapai tujuan.
Gibson mengidentifikasikan tiga peran utama manajerial yaitu (dalam
Munir ,2004:77) :
1. Peran interpersonal,aktivitas peran interpersonal melibatkan menejer
dengan pihak lain didalam maupun diluar organisasi.
55
2. Peran pengambilan keputusan, pengambilan keputusan melibatkan
menejer dalam membuat keputusan dari sudut operasional, alokasi
sumber daya, dan negosiasi dengan unsure-unsur organisasi.
3. Peran informasi,yaitu melibatkan menejer sebagai penerima atau
pemberi informasi kepada individu dan instansi.
Selanjutnya dikemukakan oleh Nickels, McHugh and McHUGH (dalam
Tisnawati dan Saefullah, 2010:6) “ the process used to accomplish organizational
goals trough planning,organizing, directing,and controlling people and other
organizational resources”. Manajemen adalah sebuah proses yang dilakukan untuk
mewujudkan tujuan organisasi melalui rangkaian kegitan beruba perencanaan,
pengorganisasian,pengarahan, dan pengendalian orang-orang serta sumber daya
organisasi lainnya. Dengan demikian manajemen merupakan seni dan ilmu untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan melalui kegiatan orang lain, sebagai mana
dikemukan oleh manulang (2008:94) bahwa manajemen adalah seni dan ilmu
perencanaan, pengorganisasian,pengarahan, dan pengendalian orang-orang serta
sumber daya untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan terlebih dahulu.
Jadi manajemen adalah keseluruhan proses perencanaan,
pengorganisasian, pengawasan dan penilaian didalam suatu organisasi yang
kemudian proses-proses tersebut dijalankan oleh manusia-manusia yang ada
didalamnya.
4. Konsep kebijakan
Menurut Thomas Dye (dalam Adisasmita 2011:113) kebijakan publik
adalah apapun pilihan pemerintah untuk melakukan atau tidak melakukan (publik
56
policy is whatever goverments choose to do or not to do). Pengertian ini
mengandung makna bahwa:
a. Kebijakan public dibuat oleh badan pemerintah,bukan organisasi swasta
b. Kebijkan public menyangkut pilihan yang harus dilakukan atau tidak
dilakukan oleh instansi pemerintah.
Ada pula yang mendenifisikan kebijakan publik sebagai suatu program
pencapain tujuan,nilai-nilai,dan praktik-praktik yang terarah (a projected program
of goals,values and practices)seperti dikemukakan oleh Laswell dan Kaplan
(dalam Asisasmita 2011:113).
Menurut Jones (dalam Syafiee 2010:106) bahwa kebijakan adalah
keputusan tetap yang dicirikan oleh konsistensi dan pengulangan(repetiveness)
tingkah laku dari mereka yang membuat dan dari mereka yang mematuhi
keputusan tersebut. Sementara itu Parson (dalam Arifin Tahir 2014:24)
memberikan gagasan tentang kebijakan adalah seperangkat aksi atau rencana yang
mengandung tujuan politik. Menurutnya kata policy mengandung makna kebijakn
sebagai rationale, sebuah manifestasi dari penilaian pertimbangan, artinya sebuah
kebijakan adalah usaha untuk mendefinisikan dan menyusun basis rasional untuk
melakukan atau tidak melakukan suatu tindakan.
Selanjutnya Nurcholis (dalam Arifin Tahir 2014:24-25) memberikan
defenisi tentang kebijakan sebagai keputusan suatu organisasi yang dimaksudkan
untuk mencapai tujuan tertentu, berisikan ketentuan-ketentuan yang dapat
dijadikan pedoman perilaku dalam hal :
57
1. Pengambilan keputusan lebih lanjut,yang harus dilakukan baik
kelompok sasaran ataupun ( unit organisasi pelaksanaan kebijakan).
2. Penerapan atau pelaksanaan dari suatu kebijakan yang telah ditetapkan
baik dalam hubungan dengan (unit) organisasi pelaksanaan maupun
dengan kelompok sasaran yang dimaksudkan.
Menurut Willy N Dunn (dalam Syafiie 2010:106) kebijakan publik adalah
suatu rangkaian pilihan-pilihan yang saling berhubungan yang dibuat oleh
lembaga atau pejabat pemerintah pada b idang-bidang yang menyangkut tugas
pemerintahan, seperti pertahanan keamanan, energi, kesehatan, pendidikan,
kesejahteraan masyarakat, kriminalitas, perkotaan dan lain-lain.
Kebijakan publik memiliki tingkatan, Nugroho (dalam Arifin Tahir
2014:27), menegaskan bahwa secara sederhana rentetan atau tingkatan kebijakan
publik di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi tiga,yaitu :
1. Kebijakan publik yang bersifat macro atau umum, atau mendasar
2. Kebijakan publik yang bersifat messo atau menengah
3. Kebijakan publik yang bersifat mikro
Kebijakan publik adalah keputusan yang dibuat oelh Negara,
khusunya pemerintah, sebagai strategi untuk merealisasikan tujuan Negara
yang bersangkutan (Nugroho, 2008:55).
Dari hal tersebut diketahui bahwa kebijakn publik dikelompokkan menjadi
tiga yaitu :
a. Kebijakan publik yang bersifat macro atau umum
b. Kebijakan publik yang bersifat messo atau menengah
c. Kebijakan publik yang bersifat micro atau kecil
58
Dengan demikian, dapat juga diketahui bahwa menurut Nugroho
(2008:115) terdapat tiga kegiatan pokok yang berkenaan dengan kebijakan public
yaitu :
a. Perumusan kebijakan
b. Implementasi kebijakan
c. Evaluasi kebijakan
Selain itu Nugroho (2008:149) juga menyatakan bahwa kebijakan
mempunyai 6 (enam) kriteria yaitu :
a. Efektivitas
b. Efisiensi
c. Kecukupan
d. Perataan
e. Responsivitas
f. Kelayakan
Berdasarkan pendapat berbagai ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa
kebijakan publik adalah serangkaian tindakan yang dilakukan atau tidak dilakukan
oleh pemerintah yang berorientasi pada tujuan tertentu guna memecahkan
masalah-masalah publik atau demi kepentingan publik.Kebijakan untuk
melakukan sesuatu biasanya tertuang dalam ketentuan-ketentuan atau peraturan
perundang-undangan yang dibuat sehingga memiliki sifat yang mengikat dan
memaksa.
59
5. Konsep Evaluasi
Evaluasi berasal kata dari kata bahasa inggris “evaluation” yang diserap
dalam pembendaharaan istilah bahasa Indonesia dengan tujuan mempertahankan
kata aslinya dengan sedikit penyesuaian lafal Indonesia menjadi, “evaluasi” yang
dapat memberikan penilaian dengan membandingkan sesuatu hal dengan satuan
tertentu sehingga bersifat kuantitatif.
Pengertian evaluasi yang bersumber dari kamus Oxfort Advanced
Learner’s Dictionary Of Current English evaluasi adalah To Find Out, Decide
The Amount Or Value yang artinya suatu upaya untuk menentukan nilai atau
jumlah. Selain arti berdasarkan terjemahan, kata-kata yang mengandung dalam
defines tersebut menunjukkan bahwa kegiatan evaluasi harus dilakukan secara
berhati-hati, bertanggung jawab, menggunakan strategi dan dapat dipertanggung
jawabankan (Suharsimi,2007:1).
Menurut W.Dunn, istilah evaluasi mempunyai arti yang berhubungan,
masing-masing menunjukkan pada aplikasi beberapa skala nilai terhadap hasil
kebijakan dan program. Secara umum istilah evaluasi dapat disamakan dengan
penaksiran, pemberian angka, dan penilaian kata-kata yang menyatakan usaha
untuk menganalisis hasil kebijakan dalam arti yang lebih spesifik.Evaluasi
berkenaan dengan produksi informasi mengenai nilai atau manfaat hasil
kebijakan.
Sedangkan menurut Sondang P.Siagian (2002:174) evaluasi (penilaian)
merupakan kegiatan sandar untuk membandingkan hasil yang seharusnya dicapai
dan yang menurut membandingkan hasil yang seharusnya dicapai dan yang
60
menurut kenyataan yang dicapai. Artinya melalui penilaian harus dapat ditemukan
apakah hasil yang dicapai melebihi sasaran yang telah ditentukan atau sama
dengan yang diharapkan atau bahkan mungkin kurang dari yang telah dinyatakan
sebagai target (Winarno,2004:166).
Evaluasi merupakan penilaian secara menyeluruh dari input, proses, output, dan outcome (hasil), melalui evaluasi dapat diketahui
apakah kegiatan tersaebut berhasil atau tidak (Nurcholis,2005:67).
Evaluasi memegang peranan utama dalam setiap analisis kebijakan atau
program, secara umum fungsi evaluasi adalah sebagai berikut :
a. Memberikan informasi yang valid mengenai kinerja kebijakan atau
program, yaitu seberapa jauh kebutuhan, nilai, dan kesempatan telah
yang dapat dicapai melalui tindakan public, dalam hal ini evaluasi
mengungkapkan seberapa besar tujuan telah dicapai.
b. Melakukan kalrifikasi dan kritik terhadap nilai-nilai yang mendasari
pemilihan tujuan target.
c. Evaluasi memberikan sumbangan pada aplikasi metode-metode
analisis kebijakan lainnya termasuk perumusan masalah dan
rekomendasi.
Tujuan dilaksanakannya evaluasi diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Untuk memberikan penilaian terhadap pelaksanaan aktivitas dan
program organisasi
2. Untuk memperbaiki kebijaksanaan pelaksanaan program dan
perencanaan program yang akan datang
61
3. Untuk mengembangkan program-program dan teknik baru bagi
peningkatan kinerja
4. Untuk mengadakan perencanaan kembali yang lebih baik dari suatu
program
5. Untuk meningkatkan efektifitas manajemen pelaksanaan kegiatan
Menurut Dunn menjelaskan ada tiga jenis pendekatan terhadap evaluasi,
yakni :
1. Evaluasi semu (pseudoevaluation) adalah pendekatan evaluasi yang
menggunakan metode deskriptif untuk menghasilkan informasi yang
terpercaya dan valid mengenai hasil-hasil kebijakan,tanpa
menyanyakan manfaat atau nilai dari hasil kebijakan tersebut pada
individu, kelompok, dan masyarakat.
2. Evaluasi formal (formal evaluation) adalah pendekatann evaluasi yang
menggunakan metode deskriptif untuk menghasilkan informasi yang
terpercaya dan valid mengenai hasil-hasil kebijakan berdasarkan
sasaran program kebijakan yang telah ditetapkan secara formal oleh
pembuat kebijakan
3. Evaluasi proses keputusan teoritis (desion theoretic evaluation) adalah
pendekatan evaluasi yang menggunakan metode deskriptif untuk
menghasilkan informasi yang dapat dipercaya dan valid mengenai
hasil-hasil kebijakan secara ekpelisid diinginkan oleh berbagai
stakeholders.
62
Untuk menilai suatu keberhasilan suatu kebijakan perlu dikembangkan
beberapa indikator. Menurut Dunn (1994) mencakup lima indikator adalah:
No Criteria Penjelasan
1 Efektivitas Apakah hasil yang diinginkan telah tercapai?
2 Kecukupan Seberapa jauh hasil yang diinginkan telah tercapai dalam
memecahkan masalah?
3 Pemerataan Apakah biaya dan manfaat didistribusikan merata kepada
ke kelompok masyarakat yang berbeda?
4 Resposivitas Apakah hasil kebijakan preferensi/ nilai kelompok dan
dapat memuaskan mereka?
5 Ketepatan Apakah hasil yang dicapai bermanfaat?
Adapun menurut Ndaraha dalam buku konsep Administrasi dan
Administrasi Indonesia berpendapat bahwa evaluasi merupakan proses 30
perbandingan antara standar dengan fakta dan analisa hasilnya
(Ndraha,1989:201). Kesimpulanya adalah perbandingan antara tujuan yang
hendak dicapai dalam penyelesaian masalah dengan kejadian yang sebenarnya,
sehingaa dapat disimpulkan dengan analisa akhir apakah suatu kebijakan harus
direvisi atau dilanjutkan.
Menurut Wirawan (2012;7) evaluasi adalah “riset untuk
mengumpulkan, menganalisis, dan menyajikan informasi yang bermanfaat
mengenai objek evaluasi, selanjutnya menilainya dan membandingkannya
dengan indikator evaluasi dan hasilnya dipergunakan untuk mengambil
keputusan mengenai objek evaluasi tersebut.
Menurut Siagian (didalam Zulkifli, 2009;138), faktor-faktor pendukung
kegiatan penelitian adalah:
1. Tepatnya sasaran adalah sasaran yang ditetapkan dapat tercapai
63
2. Tersedianya dana, sarana dan prasarana, adalah
3. Pengetahuan dan keterampilan manajerial
4. Keunggulan produk organisasi, adalah kualitas dari produk yang
diciptakan oleh organisasi sehingga para pesaing tidak dapat
menandinginya.
5. Loyalitas, dedikasi dan semangat yang tinggi adalah kesetiaan, dan
semangat kerja yang tinggi dari pelaksana berbagai kegiatan
operasional.
6. Interaksi positif, adalah adanya berbagai satuan kerja yang
membuahkan kerjasama yang intim dan serasi
7. Tepatnya rincian strategi fungsional dan operasional, adalah adanya
tujuan, misi, sasaran jangka panjang, dan strategi induk organisasi
8. Mewaspadai kemungkinan diraih keberhasilan semu, adalah
keberhasilan yang diraih itu hanya karena sasaran dan standar kerja
yang ditentukan terlalu rendah.
Menurut Anwar (2000), ruang lingkup evaluasi dapat dibedakan menjadi
empat kelompok, yaitu :
a. Evaluasi terhadap masukan (input) melalui pemanfaatan berbagai
sumber daya, sumber dana, tenaga dan sarana.
b. Evaluasi terhadap proses (process) dititik beratkan pada pelaksanaan
program,apakah sesuai dengan rencana yang ditetapkan atau tidak.
c. Evaluasi terhadap dampak (outcome) mencakup pengaruh yang timbul
dari program yang dilaksanakan.
64
6. Teori Evaluasi Kebijakan
Menurut Subarsono(2005:123)alasan evaluasi kebijakan adalah (1) untuk
mengetahui tingkat efektifitas suatu kebijakan, (2) mengetahui apakah suatu
kebijakan berhasil atau gagal, (3) memenuhi aspek akuntabilitas public, (4)
menunjukan pada stakeholders manfaat suatu kebijakan (5) agar tidak mengulangi
kesalahan yang sama. Sebaiknya, dari hasil evaluasi diharapkan dapat ditetapkan
kebijakan yang lebih baik.
Langkah-langkah dalam mengevaluasi kebijkan publik yaitu:
a. Mempelajari formulasi kebijakan
b. Mempelajari metode dan langkah-langkah implementasi kebijakan
c. Mempelajari hasil kebijkan
d. Membuuat simpulan hasil evaluasi
Secara lebih teknis evaluasi kebijakan publik perlu mempertimbangkan
beberapa hal apakah kebijakan publik itu tepat sasaran,sudah menyentuh semua
lapisan masyarakat atau belum,hal ini penting sebagai dasar untuk melihat lebih
jauh tentang kebijakan public sebagai bahan penyusunan program-program yang
akan datang atau perbaikan kebijakan yang sudah berjalan.
Menurut soebarsono (2005;123) alasan evaluasi kebijakan adalah :
1.) Untuk mengetahui tingkat efektifitas suatu kebijkan ,
2.) Untuk mengetahui apakah suatu kebijakan berhasil atau gagal,
3.) Memenuhi aspek akuntabilitas public,
4.) Menunjukkan pada stakeholders manfaat kebijkan,
65
5.) Agar tidak mengulangi kesalahan yang sama. akhirnya,evaluasi
kebijkana bermanfaat untuk memberikan masukan bagi proses pengambil
keputusan kebijakan yang akan datang agar tidak mengulangi kesalahan
yang sama.
Dunn menggambarkan criteria-kriteria evaluasi kebijakan yang meliputi
enam tipe sebagai berikut :
1. Efektifitas (effectiveness) berkenan dengan apakah suatu alternatif
mencapai hasil (akibat) yang diharapkan atau mencapai tujuan dari
diadakannya tindakan. Efektivitas, yang secara dekat berhubungan
dengan rasionalitas teknis, selalu diukur dari unit produk atau layanan
atau nilai moneternya.
2. Efesiensi (efficiency) berkenaan dengan jumlah usaha yang
diperlukan untuk meningkatkan tingkat efektifitas tertentu. Efesiensi
yang merupakan hubungan antara efektifitas dan usaha yang terakhir
umumnya diukur dari ongkos moneter.
3. Kecukupan (adequacy) berkenaan dengan seberapa jauh suatu tingkat
efektifitas memuaskan kebutuhan,nilai atau kesempatan yang
menumbuhkan adanya masalah. kriteria kecukupan menekankan pada
kuatnya hubungan antara alternative kebijakan dan hasil yang
diharapkan.
4. Kesamaan (equity) erat berhubungan dengan rasionalitas legal dan
sosial dan menunjukkan pada distribusi akibat dan usaha antara
kelompok-kelompok yang berbeda dalam masyarakat. Kebijakan yang
66
berorientasi pada peraturan adalah kebijakan yang akibatnya
(misalnya,unit pelayanan atau manfaat moneter) atau usaha (misalnya
biaya moneter) secara adil di di distribusikan. Kebijakan yang
dirancang untuk mendistribusikan pendapatan, kesempatan pendidikan
atau pelayanan publik kadang-kadang direkomendasi atas dasar
kriteria kesamaan erat kaitannya dengan konsepsi yang saling
bersaing, yaitu keadilan atau kewajaran dan terhadap konflik etis
sekitar dasar yang memadai untuk mendistribusikan risorsis dalam
masyarakat.
5. Responsivitas (responsiveness) berkenaan dengan seberapa jauh suatu
kebijakan dapat memuaskan kebutuhan, prefensi, atau nilai kelompok-
kelompok masyarakat tertentu. kriteria resposivitas adalah penting
karena analisis yang dapat memuaskan semua criteria lainnya,
efektifitas, efesiensi, kecukupan, kesamaan, masih gagal jika belum
menanggapi kebutuhan actual dari kelompok yang semestinya
diuntungkan dari adanya suatu kebijakan.
6. Ketepatan (appropriateness) adalah kriteria ketetapan secara dekat
yang berhubungan dengan rasionalitas substantive, karena pertanyaan
tentang ketepatan kebijakan tidak berkenaan dengan suatu kriteria
individu tetapi dua atau lebih kriteria secara bersama-sama. Ketepatan
merujuk pada nilai atau harga dari tujuan-tujuan program dan kepada
kuatnya asumsi yang melandasi tujuan tersebut.
67
7. Teori Kemiskinan
Menurut Quibria (dalam Sarjono, 2007;41), kemiskinan lebih ditekankan
pada kondisi miskin sebagai individu yang membedakannya dari orang lain yang
tidak miskin. Dengan kata lain, kemiskinan digunakan sebagai cara untuk
mengklasifikasikan bahwa individu dikatakan miskin apabila dia tidak
mempunyai kemampuan untuk memenuhi kebutuhan normalnya.
Kemiskinan merupakan fenomena yang kompleks dimana kemiskinan
tidak disebabkan oleh satu faktor, tetapi banyak faktor yang saling terkait. Sharp
(dalam Kuncoro, 2004:157) mengidentifikasi beberapa penyebab kemiskinan,
dilihat dari segi ekonomi yaitu:
1. Tinjauan secara mikro bahwa kemiskinan muncul akibat dari tidak
samanya pola pemilihan sumber daya, sehingga menimbulkan
distribusi pendapatan yang timpang. Penduduk miskin hanya memiliki
sumber daya yang terbatas dan kualitas yang rendah.
2. Perbedaan kualitas sumber daya manusia yang tersedia, kualitas SDM
yang rendah berarti produktivitasnya rendah sehingga pendataanya
rendah, rendahnya kualitas SDM disebabkan oleh rendahnya
pendidikan, nasib yang tidak beruntung, adanya diskriminasi atau
karena ketururnan.
3. Kemiskinan nuncul akibat adanya perbedaan akses dalam
mendapatkan modal.
Dimensi kemiskinan menurut Suharto (2014;17) dapat dikategorikan
kedalam:
68
1. Kemiskinan Absolut adalah keadaan kemiskinan yang diakibatkan
oleh ketidakmampuan seseorang atau sekelompok orang dalam
memenuhi kebutuhan pokoknya seperti sandang, pangan dan papan.
2. Kemiskinan relative adalah keadaan miskin dialami oleh individu atau
kelompok dibandingkan dengan kondisi umum suatu masyarakat.
3. Kemiskinan natural adalah mengacu pada sikap, gaya hidup, nilai,
orientasi sosial budaya seseorang yang tidak sesuai etos kemajuan
(masyarakat modern).
4. Kemiskinan structural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh
ketidakberesan atau ketidakadilan struktur, baik struktur sosial, politik,
ekonomi, yang tidak memungkinkan seseorang atau sekelompok orang
mencanangkan sumber-sumber penghidupan yang sebenarnya tersedia
bagi mereka.
Menurut (SMERU, 2001), pengertian kemiskinan memiliki banyak
dimensi antara lain:
1. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar (sandang,
pangan dan papan).
2. Tidak adanya akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya
(kesehatan, pendidikan, air bersih dan pendidikan).
3. Tidak adanya jaminan masa depan (karena tiadanya investasi untuk
pendidikan dan keluarga.
4. Kerentanan terhadap goncangan yang bersifat individual maupun
missal
69
5. Rendahnya kualitas sumber daya manusia dan keterbatasan sumber
daya alam.
6. Tidak dilibatkan kedalam kegiatan sosial masyarakat.
7. Tidak adanya akses terhadap lapangan kerja dan mata pencarian yang
berkesinambungan.
8. Ketidakmampuan dan ketidakberuntungan sosial (anak-anak terlantar,
wanita korban kekerasan rumah tangga, janda miskin, kelompok
marjinal dan terpencil).
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2012 Tentang Penerima
Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan, Menjelaskan bahwa:
1. Fakir miskin adalah orang yang sama sekali tidak memiliki mata
pencarian dan atau memiliki sumber mata pencarian tetapi tidak
mempunyai kemampuan memenuhi kebutuhan dasar yang layak bagi
kehidupan dirinya dan/ atau keluarganya.
2. Orang tidak mampu adalah orang yang mempunyai mata pencarian,
gaji atau upah, yang hanya mampu memenuhi kebutuhan hidup yang
layak namun tidak mampu membayar iuran bagi dirinya dan
keluarganya.
8. Teori Pelayanan Publik
Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian pemenuhan kebutuhan
pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undang bagi setiap warga Negara
dan penduduk atas barang, jasa dan atau pelayanan administrative yang
70
disediakan oleh penyelenggara pelayanan public (didalam Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 2009).
AG. Subarsono yang dikutip ole Agus Dwiyanto (2005;141) pelayanan
public didefinisikan sebagai serangkaian aktifitas yang dilakukan oleh birokrasi
public untuk memenuhi kebutuhan warga pengguna.
Menurut Sinambela (2005;5), pelayanan public adalah sebagai suatu
kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah terhadap sejumlah manusia yang
memiliki setiap kegiatan yang menguntungkan dalam suatu kumpulan atau
kesatuan, dan menawarkan kepuasan meskipun hasilnya tidak terikat pada suatu
produk secara fisik.
Definisi pelayanan publik menurut Kepmen Nomor 25 Tahun 2004 adalah
segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan
public sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan, maupun dalam
rangka pelaksana ketentuan peraturan perundang-undangan. Jenis pelayanan itu
dibedakan kedalam tiga macam yaitu:
1. Pelayanan administrative adalah jenis pelayanan yang diberikan oleh
unit penyelenggara berupa pencatatan, penelitian, pengambilan
keputusan, dan kegiatan tata usaha lainnya yang produk akhirnya
adalah berupa dokumen seperti: pelayanan sertifikat tanah, IMB,
pelayanan administrasi kependudukan dan sebagainya.
2. Pelayanan barang adalah pelayanan yang diberikan oleh unit
penyelenggara pelayanan berupa kegiatan penyediaan dan atau
pengolahan bahan berwujud fisik termasuk distribusi dan
71
penyampaiannya kepada konsumen secara langsung dalam suatu
system seperti: pelayanan listrik, air bersih dan sebagainya.
3. Pelayanan jasa adalah jenis pelayanan yang diberikan oleh unit
penyelenggara berupa sarana dan prasarana serta penunjangannya,
seperti pelayanan kesehatan, pelayanan perbankan, pelayanan pos dan
sebagainya.
9. Konsep Sosialisasi
Menurut J.Cohen sosialisasi adalah proses melalui mana manusia
mempelajari tata cara kehidupan dalam masyarakatnnya, untuk memperoelh
kepribadian dan kepastian untuk berfungsi baik sebagai individu maupun sebagai
anggota kelompok. (J.Cohen,1992:98).
Menurut Wahyu sosialisasi adalah proses yang membantu individu melalui
belajar dan penyesuaian diri, bagaimana bertindak dan berfikir agar ia dapat
berperan dan berfungsi, baik sebagai individu maupun sebagai anggota
masyarakat. (Wahyu,1986:70).
Tujuan-tujuan pokok proses sosialisasi yaitu :
1. Orang harus diberi keterampilan yang dibutuhkan bagi hidupnya kelak
dimasyarakat.
2. Orang harus mampu berkomunikasi secara efektif dan mengembangkan
kemampuannya untuk membaca, menulis, dan berbicara.
3. Pengendalian fungsi-fungsi organic harus dipelajari melalui latihan-
latihan mawas diri yang tepat.
72
4. Tiap individu harus dibiasakan dengan nilai-nilai dan kepercayaan
pokok yang ada pada masyarakat. (J.Cohen,1992:100).
10. Konsep Perangkat Desa
Sesuai dengan Undang-Undang nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa Pasal
25 bahwa pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan nama
lain dan yang dibantu oleh Perangkat Desa atau yang disebut dengan nama lain.
Alam ilmu manajemen pembantu pimpinan disebut Staf. Staf professional
diartikan sebagai pegawai yaitu pemimpin yang memiliki keahlian dalam
bidangnya, bertanggung jawab, dan berprilaku professional dalam menjalankan
tugasnya (lembaga Administrasi Negara, 2009). Selanjutnya pada pasal 26
disebutkan: Kepala Desa bertugas menyelenggarakan Pemerintahan Desa,
melaksanakan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan
pemberdayaan masyarakat Desa dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
Perangkat Desa adalah Pembantu Kepala Desa dalam pelaksanaan tugas
menyelenggarakan pemerintahan Desa, melaksanakan Pembangunan Desa,
pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa.
Perangkat Desa diangkat oleh Kepala Desa setelah dikonsultasikan dengan
Camat atas nama Bupati/Walikota. Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya,
perangkat Desa bertanggung jawab kepada Kepala Desa. Perangkat Desa diangkat
dari warga Desa yang memenuhi persyaratan. Karena tugas pemerintah Desa yang
begitu berat maka perangkat Desa harus memiliki kemampuan yang memadai
untuk bisa mendukung kepala Desa dalam menjalankan pemerintahan dan
pembangunan.
73
Pembangunan perangkat Desa sebagai organisasi pemerintah dibentuk dan
didirikan dengan tujuan untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat. Karena
memiliki tugas yang berat, organisasi pemerintah harus dipimpin dan diisi oleh
sumber daya manusia terpilih yang memiliki semangat yang tinggi, komitmen
yang utuh, dan kompetensi yang memenuhi untuk melaksanakan tugas-tugas
pemerintahan dan pembangunan (Lembaga Administrasi Negara RI,2009).
B. Kerangka Pikiran
Berdasarkan kajian teori yang diterangkan, maka dapat disusunlah gambar
kerangka berpikir dalam penelitian ini :
Gambar 11.1: Kerangka Pikir Penelitian Tentang Evaluasi Pelaksanaan
KIS(Kartu Indonesia Sehat) Di Desa Pintu Gobang Kari
Kecamatan Kuantan Tengah Kabupaten Kuantan Singingi.
Sumber : Modivikasi Penulis
Kebijakan Pemerintah
Evaluasi Pelaksanaan Kartu Indonesia Sehat menurut Dunn:
1. Efektivitas
2. Efesiensi
3. Kecukupan
4. Kesamaan
5. Responsivitas
6. Ketepatan
Administrasi
Organisasi
Manajemen
Kurang Terlaksana
Tidak Terlaksana
Cukup Terlaksana
Terlaksana
74
C. Hipotesis
Berdasarkan kerangka pikir diatas maka dapat ditemukan hipotesis sebagai
berikut : Diduga pelaksanaan KIS di desa pintu gobang kari kecamatan kuantan
tengah kabupaten kuantan singingi ini masih kurang efektif dan
efesien.Dikarenakan pemberian KIS yang tidak tepat sasaran dan kurangnya
sosialisasi penggunaan KIS terhadap masyarakat yang mendapatkan KIS tersebut.
D. Konsep Operasional
Untuk menghindari kesalahpahamn dan menyatukan pandangan dalam
menafsirkan istilah-istilah yang terhadap dalam penulisan penelitian ini maka
penulis membuat sebuah konsep operasional sebagai berikut :
a. Administrasi adalah keseluruhan rangkaian kegiatan atau kerjasama
sekelompok manusia untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah
disepakati sebelumnya secara efektif dan efesien.
b. Organisasi adalah sebagai suatu kelompok individu yang diorganisasi
untuk mencapai tujuan tertentu. Organisasi memiliki tujuan umum dan
tujuan spesifik, untuk mencapai tujuan tersebut, maka di buat norma
aturan yang dipatuhi oleh semua anggota organisasi.
c. Manajemen adalah usaha yang dilakukan secara bersama-sama untuk
menentukan dan mencapai tujuan-tujuan organisasi.
d. Kebijakan adalah sebagai suatu tindakan yang mengarah pada tujuan
yang diusulkan oleh seseorang, sekelompok, atau pemerintah dalam
lingkungan tertentu sehubungan dengan adanya hambatan-hambatan
75
tertentu selerahnya mencari peluang-peluang untuk mencapai tujuan
tertentu.
e. Evaluasi adalah proses perbandingan antara standar dengan fakta dan
analisis hasilnya. Ndraha (2003;201).
f. Implementasi adalah pelaksanaan Pelaksanaan KIS (Kartu Indonesia
Sehat) Di Desa Pintu Gobang Kari Kecamatan Kuantan Tengah
Kabupaten Kuantan Singingi.
g. Program adalah unsur pertama yang harus ada demi terciptanya suatu
kegiatan.
h. Sanitasi adalah usaha pencegahan penyakit dengan mengendalikan
faktor lingkungan, terutama lingkungan fisik, biologis dan sosial.
i. Kemiskinan dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang
tidak sanggup memelihara dirinya sendiri sesuai dengan taraf
kehidupan kelompok dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga
mmental, maupun fisiknya dalam kelompok tersebut (Soekanto
2009:320).
j. Kebijakan pemerintah mengeluarkan Kartu Indonesia Sehat (KIS)
untuk masyarakat yang kurang mampu .KIS adalah program yang
dikeluarkan oleh presiden Joko Widodo dan wakil presiden Jusuf Kalla
untuk membuat rakyat lebih sehat dan sejahtera.presiden mulai
meluncurkan kartu Indonesia sehat dikantor pos pasar baru,Jakarta
pusat,senin(03/11/2014).
76
k. Pelaksanaan program dalam penelitian ini adalah Pelaksanaan program
KIS(Kartu Indonesia Sehat) Di Desa Pintu Gobang Kari Kecamatan
Kuantan Tengah Kabupaten Kuantan Singingi.
l. Sosialisasi adalah proses yang membantu individu melalui belajar dan
penyesuaian diri, bagaimana bertindak dan berfikir agar ia dapat
berperan dan berfungsi, baik sebagai individu maupun sebagai anggota
masyarakat.
m. Menurut Sinambela (2005;5), pelayanan public adalah sebagai suatu
kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah terhadap sejumlah manusia
yang memiliki setiap kegiatan yang menguntungkan dalam suatu
kumpulan atau kesatuan, dan menawarkan kepuasan meskipun
hasilnya tidak terikat pada suatu produk secara fisik.
n. Efektivitas (effectiveness) berkenan dengan apakah suatu alternatif
mencapai hasil (akibat) yang diharapkan atau mencapai tujuan dari
diadakannya tindakan. Efektivitas, yang secara dekat berhubungan
dengan rasionalitas teknis, selalu diukur dari unit produk atau layanan
atau nilai moneternya masyarakat dalam Program Kartu Indonesia
Sehat (KIS).
o. Efektifitas (effectiveness) berkenan dengan apakah suatu alternatif
mencapai hasil (akibat) yang diharapkan atau mencapai tujuan dari
diadakannya tindakan. Efektivitas, yang secara dekat berhubungan
dengan rasionalitas teknis, selalu diukur dari unit produk atau layanan
77
atau nilai moneternya masyarakat dalam Program Kartu Indonesia
Sehat (KIS).
p. Efesiensi (efficiency) berkenaan dengan jumlah usaha yang diperlukan
untuk meningkatkan tingkat efektifitas tertentu. Efesiensi yang
merupakan hubungan antara efektifitas dan usaha yang terakhir
umumnya diukur dari ongkos moneter masyarakat dalam Program
Kartu Indonesia Sehat (KIS).
q. Kecukupan (adequacy) berkenaan dengan seberapa jauh suatu tingkat
efektifitas memuaskan kebutuhan,nilai atau kesempatan yang
menumbuhkan adanya masalah. kriteria kecukupan menekankan pada
kuatnya hubungan antara alternative kebijakan dan hasil yang
diharapkan masyarakat dalam Program Kartu Indonesia Sehat (KIS).
r. Kesamaan (equity) erat berhubungan dengan rasionalitas legal dan
sosial dan menunjukkan pada distribusi akibat dan usaha antara
kelompok-kelompok yang berbeda dalam masyarakat. Kebijakan yang
berorientasi pada peraturan adalah kebijakan yang akibatnya
(misalnya,unit pelayanan atau manfaat moneter) atau usaha (misalnya
biaya moneter) secara adil di di distribusikan. Kebijakan yang
dirancang untuk mendistribusikan pendapatan,kesempatan pendidikan
atau pelayanan publik kadang-kadang direkomendasi atas dasar
kriteria kesamaan erat kaitannya dengan konsepsi yang saling
bersaing, yaitu keadilan atau kewajaran dan terhadap konflik etis
78
sekitar dasar yang memadai untuk mendistribusikan risorsis dalam
masyarakat dalam Program Kartu Indonesia Sehat (KIS).
s. Responsivitas (responsiveness) berkenaan dengan seberapa jauh suatu
kebijakan dapat memuaskan kebutuhan, prefensi, atau nilai kelompok-
kelompok masyarakat tertentu. kriteria resposivitas adalah penting
karena analisis yang dapat memuaskan semua criteria
lainnya,efektifitas,efesiensi,kecukupan,kesamaan,masih gagal jika
belum menanggapi kebutuhan actual dari kelompok yang semestinya
diuntungkan dari adanya suatu kebijakan masyarakat dalam Program
Kartu Indonesia Sehat (KIS).
t. Ketepatan (appropriateness) adalah kriteria ketetapan secara dekat
yang berhubungan dengan rasionalitas substantive, karena pertanyaan
tentang ketepatan kebijakan tidak berkenaan dengan suatu kriteria
individu tetapi dua atau lebih kriteria secara bersama-sama. Ketepatan
merujuk pada nilai atau harga dari tujuan-tujuan program dan kepada
kuatnya asumsi yang melandasi tujuan tersebut masyarakat dalam
Program Kartu Indonesia Sehat (KIS).
u. Masyarakat yang tidak mampu yang berdomisili di desa pintu gobang
kari yang bersangkutan dalam hal ini adalah masyarakat yang tidak
mampu.
v. Masyarakat yang menerima Kartu Indonesia sehat harus memenuhi
kriteria yang telah tertera.
79
E. Operasional Variabel
Table 11.1 : Operasional Variabel Penelitian Tentang Evaluasi
Pelaksanaan KIS(Kartu Indonesia Sehat) Di Desa Pintu
Gobang Kari Kecamatan Kuantan Tengah Kabupaten
Kuantan Singingi.
Konsep Variabel Indikator Dimensi
(Subindikator)
Skala
Ukuran
1 2 3 4 5
Menurut
William
N.Dunn istilah
evaluasi dapat
disamakan
dengan
penaksiran
(appraisal),
pemberian angka (rating),
dan penilaian
(assessment).
(2003:608-
610).
Evaluasi
Pelaksanaan
KIS(Kartu
Indonesia
Sehat) Di
Desa Pintu
Gobang Kari
Kecamatan
Kuantan Tengah
Kabupaten
Kuantan
Singingi
1. 1. Evektivitas
-Pelaksanaan
pembagian kartu
KIS
-Efektivitas
pengadaan kartu
KIS
-Kriteria Teknis
dan Desain
-Kualitas kartu KIS
-Sosialisasi
program kartu
KIS
Terlaksana
Cukup
terlaksana
Kurang
terlaksana
Tidak
Terlaksana
2. 2. Efesiensi
-Efesiensi
pengadaanya
- Penilaian tingkat
efesiensi
- Unit Biaya
Terlaksana
Cukup
terlaksana
Kurang
terlaksana Tidak
Terlaksana
3. 3. Kecukupan
-kucukupan
pelayanan
-Pelayanan
menggunakan
kartu KIS
-Kuantitas Kartu Indonesia Sehat
(KIS)
-Kontinutas Kartu
Indonesia Sehat
(KIS)
-Produktivitas
-Kemampuan
penanganan
pengadaan
Terlaksana
Cukup
terlaksana
Kurang
terlaksana
Tidak Terlaksana
4. 4. Kesamaan
-Kepuasan
-Kualitas
pelayanan
Terlaksana
Cukup
terlaksana
80
-Tingkat
ketersediaan
-Subsistem
pembiayaan
-Sistem organisasi
Kurang
terlaksana
Tidak
Terlaksana
5. 5. Responsivitas
-Keterlibatan
masyarakat
-Perencanaan
-Pengendalian -Pengawasan
-Penyusunan
Terlaksana
Cukup
terlaksana
Kurang terlaksana
Tidak
Terlaksana
6. 6. Ketepatan
-Waktu
penyelesaian
-Pembentukan
aturan
-Lokasi - Tidak tepat
Sasaran
-Tujuan
-Manfaat kartu
KIS
Terlaksana
Cukup
terlaksana
Kurang
terlaksana Tidak
Terlaksana
Sumber : Modifikasi Penulis, 2016
F. Teknik Pengukuran
Untuk mengetahui bagaimana Evaluasi Pelaksanaan KIS(Kartu Indonesia
Sehat) Di Desa Pintu Gobang Kari Kecamatan Kuantan Tengah Kabupaten
Kuantan Singingi. Untuk menentukan pengukuran masing-masing indicator dari
variable penelitian ini, dapat diklasifikasikan kedalam empat kategori, yaitu:
Terlaksana, Cukup Terlaksana, Kurang Terlaksana, Tidak Terlaksana.
Ukuran Variabel
Terlaksana :Apabila semua indikator pada kategori berperan
berada pada rentang presentase 76%-100%
Cukup Terlaksana :Apabila semua indikator pada kategori berperan
berada pada rentang presentase 51%-75%
81
Kurang Terlaksana :Apabila semua indikator pada kategori berperan
berada pada rentang presentase 26%-50%
Tidak Terlaksana :Apabila semua indikator pada kategori berperan
berada pada rentang presentase 0%-25%
Ukuran Indikator Variabel
1. Efektivitas, dikategorikan :
Terlaksana :Apabila semua indikator pada kategori berperan
berada pada rentang presentase 76%-100%
Cukup Terlaksana :Apabila semua indikator pada kategori berperan
berada pada rentang presentase 51%-75%
Kurang Terlaksana :Apabila semua indikator pada kategori berperan
berada resentase 26%-50%
Tidak Terlaksana :Apabila semua indikator pada kategori berperan
berada pada rentang presentase 0%-25%
2. Efisiensi, dikategorikan :
Terlaksana :Apabila semua indikator pada kategori berperan
berada pada rentang presentase 76%-100%
Cukup Terlaksana :Apabila semua indikator pada kategori berperan
berada pada rentang presentase 51%-75%
Kurang Terlaksana :Apabila semua indikator pada kategori berperan
berada pada rentang presentase 26%-50%
Tidak Terlaksana :Apabila semua indikator pada kategori berperan
berada pada rentang presentase 0%-25%
82
3. Kecukupan, dikategorikan :
Terlaksana :Apabila semua indikator pada kategori berperan
berada pada rentang presentase 76%-100%
Cukup Terlaksana :Apabila semua indikator pada kategori berperan
berada pada rentang presentase 51%-75%
Kurang Terlaksana :Apabila semua indikator pada kategori berperan
berada pada rentang presentase 26%-50%
Tidak Terlaksana :Apabila semua indikator pada kategori berperan
berada pada rentang presentase 0%-25%
4. Kesamaan, dikategorikan :
Terlaksana :Apabila semua indikator pada kategori berperan
berada pada rentang presentase 76%-100%
Cukup Terlaksana :Apabila semua indikator pada kategori berperan
berada pada rentang presentase 51%-75%
Kurang Terlaksana :Apabila semua indikator pada kategori berperan
berada pada rentang presentase 26%-50%
Tidak Terlaksana :Apabila semua indikator pada kategori berperan
berada pada rentang presentase 0%-25%
5. Responsivitas, dikategorikan :
Terlaksana :Apabila semua indikator pada kategori berperan
berada pada rentang presentase 76%-100%
Cukup Terlaksana :Apabila semua indikator pada kategori berperan
berada pada rentang presentase 51%-75%
83
Kurang Terlaksana :Apabila semua indikator pada kategori berperan
berada pada rentang presentase 26%-50%
Tidak Terlaksana :Apabila semua indikator pada kategori berperan
berada pada rentang presentase 0%-25%
6. Ketepatan, dikategorikan :
Terlaksana :Apabila semua indikator pada kategori berperan
berada pada rentang presentase 76%-100%
Cukup Terlaksana :Apabila semua indikator pada kategori berperan
berada pada rentang presentase 51%-75%
Kurang Terlaksana :Apabila semua indikator pada kategori berperan
berada pada rentang presentase 26%-50%
Tidak Terlaksana :Apabila semua indikator pada kategori berperan
berada pada rentang presentase 0%-25%