BAB II Songket Dan Kebudayaan Dalam...

47
14 BAB II Songket Dan Kebudayaan Dalam Masyarakat 2.1 Seni dan Kebudayaan Budaya adalah suatu konsep yang membangkitan minat. Secara formal budaya didefinisikan sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman, kepercayaan, nilai, sikap, makna, hirarki, agama, waktu, peranan, hubungan ruang, konsep alam semesta, objek-objek materi dan milik yang diperoleh sekelompok besar orang dari generasi ke generasi melalui usaha individu dan kelompok. Budaya menampakan diri dalam pola-pola bahasa dan dalam bentuk-bentuk kegiatan dan perilaku yang berfungsi sebagai model-model bagi tindakan-tindakan penyesuaian diri dan gaya komunikasi yang memungkinkan orang-orang tinggal dalam suatu masyarakat di suatu lingkungan geografis tertentu pada suatu tingkat perkembangan teknis tertentu dan pada suatu saat tertentu. Budaya juga berkenaan dengan sifat-sifat dari objek-objek materi yang memainkan peranan penting dalam kehidupan sehari-hari. Objek-objek seperti rumah, alat, dan mesin yang digunakan dalam industri dan pertanian, jenis-jenis transportasi, dan alat-alat perang, menyediakan suatu landasan utama bagi kehidupan sosial. Budaya berkesinambungan dan hadir di mana-mana; budaya meliputi semua peneguhan perilaku yang diterima selama periode kehidupan. Budaya juga berkenaan dengan bentuk dan struktur fisik serta lingkungan sosial yang mempengaruhi hidup kita. Sebagian besar pengaruh budaya terhadap kehidupan kita dan tidak kita sadari. Mungkin suatu cara untuk memahami pengaruh budaya adalah dengan membandingkannya dengan computer elektronik: kita memogram komputer agar melakukan sesuatu, budaya kita pun memogram kita agar melakukan sesuatu dan menjadikan kita apa adanya, budaya kita secara pasti mempengaruhi kita sejak dalam kandungan hingga mati dan bahkan setelah mati pun kita dikuburkan dengan cara-cara yang sesuai dengan budaya kita.(Deddy Mulyana, 2005: 18)

Transcript of BAB II Songket Dan Kebudayaan Dalam...

Page 1: BAB II Songket Dan Kebudayaan Dalam Masyarakatdigilib.itb.ac.id/files/disk1/612/jbptitbpp-gdl-nettyjulia-30579-3... · Fungsi spiritual dari seni kerajinan berkaitan dengan sumber

14

BAB II

Songket Dan Kebudayaan Dalam Masyarakat

2.1 Seni dan Kebudayaan

Budaya adalah suatu konsep yang membangkitan minat. Secara formal budaya

didefinisikan sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman, kepercayaan, nilai, sikap,

makna, hirarki, agama, waktu, peranan, hubungan ruang, konsep alam semesta,

objek-objek materi dan milik yang diperoleh sekelompok besar orang dari

generasi ke generasi melalui usaha individu dan kelompok. Budaya menampakan

diri dalam pola-pola bahasa dan dalam bentuk-bentuk kegiatan dan perilaku yang

berfungsi sebagai model-model bagi tindakan-tindakan penyesuaian diri dan gaya

komunikasi yang memungkinkan orang-orang tinggal dalam suatu masyarakat di

suatu lingkungan geografis tertentu pada suatu tingkat perkembangan teknis

tertentu dan pada suatu saat tertentu. Budaya juga berkenaan dengan sifat-sifat

dari objek-objek materi yang memainkan peranan penting dalam kehidupan

sehari-hari. Objek-objek seperti rumah, alat, dan mesin yang digunakan dalam

industri dan pertanian, jenis-jenis transportasi, dan alat-alat perang, menyediakan

suatu landasan utama bagi kehidupan sosial. Budaya berkesinambungan dan hadir

di mana-mana; budaya meliputi semua peneguhan perilaku yang diterima selama

periode kehidupan. Budaya juga berkenaan dengan bentuk dan struktur fisik serta

lingkungan sosial yang mempengaruhi hidup kita. Sebagian besar pengaruh

budaya terhadap kehidupan kita dan tidak kita sadari. Mungkin suatu cara untuk

memahami pengaruh budaya adalah dengan membandingkannya dengan

computer elektronik: kita memogram komputer agar melakukan sesuatu, budaya

kita pun memogram kita agar melakukan sesuatu dan menjadikan kita apa adanya,

budaya kita secara pasti mempengaruhi kita sejak dalam kandungan hingga mati

dan bahkan setelah mati pun kita dikuburkan dengan cara-cara yang sesuai dengan

budaya kita.(Deddy Mulyana, 2005: 18)

Page 2: BAB II Songket Dan Kebudayaan Dalam Masyarakatdigilib.itb.ac.id/files/disk1/612/jbptitbpp-gdl-nettyjulia-30579-3... · Fungsi spiritual dari seni kerajinan berkaitan dengan sumber

15

Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi merumuskan kebudayaan sebagai

“semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat. Karya masyarakat menghasilkan

teknologi dan kebudayaan kebendaan atau kebudayaan jasmani (material culture)

yang diperlukan oleh manusia untuk menguasai alam sekitarnya, agar kekuatan

serta hasilnya dapat diabadikan pada keperluan masyarakat.

Seorang antropolog, yaitu E.B. Tylor dalam tahun 1871 pernah mencoba untuk

memberikan definisi mengenai kebudayaan sebagai berikut (terjemahannya);

“Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan,

kesenian, moral, hukum, adat-istiadat dan lain kemampuan-kemampuan serta

kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat”.

Dengan lain perkataan, kebudayaan mencakup kesemuannya yang didapatkan

atau dipelajari oleh manusia sebagai anggota masyarakat.

Kata “Kebudayaan” berasal dari kata Sansekerta ‘buddhayah’ yang merupakan

bentuk jamak dari kata “buddhi” yang berarti budi atau akal. Dengan demikian

kebudayaan dapat diartikan sebagai “hal-hal yang bersangkutan dengan budi atau

akal”.

Adapun istilah culture yang merupakan istilah bahasa asing yang sama artinya

dengan kebudayaan, berasal dari kata Latin colere yang berarti mengolah atau

mengerjakan, yaitu mengolah tanah atau bertani. Dari asal arti tersebut yaitu

colere kemudian culture, diartikan sebagai segala daya dan kegiatan manusia

untuk mengolah dan merubah alam.

Seorang antropolog yang bernama C. Kluckhohn mengatakan ada tujuh unsur

kebudayaan yang dianggap sebagai cultural universals, yaitu:

- Peralatan dan perlengkapan hidup manusia (pakaian, perumahan, alat-alat

rumah tangga, senjata, alat-alat produksi, transportasi, dan sebagainya).

- Mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi (pertanian, peternakan,

sistem produksi, sistem distribusi, dan sebagainya.

Page 3: BAB II Songket Dan Kebudayaan Dalam Masyarakatdigilib.itb.ac.id/files/disk1/612/jbptitbpp-gdl-nettyjulia-30579-3... · Fungsi spiritual dari seni kerajinan berkaitan dengan sumber

16

- Sistem kemasyarakatan (sistem kekerabatan, organisasi politik, sistem hukum,

sistem perkawinan).

- Bahasa (lisan maupun tertulis).

- Kesenian (seni rupa, seni suara, seni gerak, dan sebagainya).

- Sistem pengetahuan.

- Religi (sistem kepercayaan).

Dalam pengertian sehari-hari, istilah kebudayaan sering diartikan sama dengan

seni. Akan tetapi apabila istilah kebudayaan diartikan ilmu-ilmu sosial, maka seni

merupakan salah satu bagian saja dari kebudayaan. (Soerjono, 1982:170)

Rathus dalam bukunya “Understanding Art” memberikan setidaknya empat belas

kriteria tujuan penciptaan seni yaitu:

Menciptakan keindahan (to create beauty), menghias (to provide decoration),

mengungkapkan kebenaran (to reaveal truth), mengabadikan (to immortalize),

mengekspresikan nilai-nilai religius (to express religious values), menstimulasi

intelektualitas dan membangkitkan emosi ( to stimulate the intellect and fire the

emotions), menciptakan keteratuan dan harmoni (to create order and harmony),

mengekspresikan kekacauan (to express chaos), mencatat dan mengingat

pengalaman (to record and commemorate experience), merefleksikan konteks

sosial dan budaya (to reflect the social and culture context), memprotes

ketidakadilan dan meningkatkan kesadaran sosial (to protest injustice and rates

social consciosness), mengangkat permasalahan umum (to elevate the

commonplace), dan sebagai sarana seniman berekpresi (to meet the needs of the

artist). ( Rathus dalam Dwi Rahayu, 2004:20)

Dikaitkan dengan penciptaan seni khususnya pada songket Palembang, sedikitnya

ada empat tujuan penciptaan yang terwakili yaitu, selain menciptakan keindahan,

meyajikan hiasan pada benda pakai (provide decoration) tampaknya songket lebih

bertujuan merefleksikan keadaan sosial dan budaya masyarakat Palembang, selain

bertujuan mencatat dan mengenang pengalaman kejayaan masa kerajaan

kesultanan Palembang kuno yang sangat dibanggakan oleh masyarat Palembang.

Page 4: BAB II Songket Dan Kebudayaan Dalam Masyarakatdigilib.itb.ac.id/files/disk1/612/jbptitbpp-gdl-nettyjulia-30579-3... · Fungsi spiritual dari seni kerajinan berkaitan dengan sumber

17

2.2 Pergeseran Kebudayaan

Seorang sosiolog dalam mempelajari kebudayaan sebagai hasil masyarakat, tidak

akan membataskan dari struktur dari kebudayaan tersebut, yakni unsur-unsurnya

yang stastis, akan tetapi perhatiannya juga dicurakan pada pergeseran kebudayaan

tersebut atau disebut dengan gerak kebudayaan. Dalam kebudayaan tak ada yang

statis; semua kebudayaan mempunyai dinamika atau pergeseran atau gerak.

Pergeseran kebudayaan tersebut sebenarnya tak lain pergeseran atau gerak dari

manusia yang hidup dalam masyarakat yang menjadi wadah kebudayaan tadi.

Gerak manusia tersebut terjadi oleh sebab adanya hubungan-hubungan dengan

manusia-manusia lainnya, ataupun oleh karena terjadinya hubungan antar

kelompok-kelompok manusia di dalam masyarakat. (Soerjono Soekanto,1982:22).

Akulturasi terjadi apabila suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan

yang tertentu, dihadapkan unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing yang berbeda

sedemikian rupa, sehingga unsur-unsur kebudayaan asing itu dengan lambat laun

diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri, tanpa menyebabkan hilangnya

kepribadian kebudayaan itu sendiri. Proses akulturasi di dalam sejarah

kebudayaan manusia, telah terjadi dalam masa-masa yang silam. Biasanya suatu

masyarakat hidup bertetangga dengan masyarakat lainnya dan diantara mereka itu

diadakan hubungan-hubungan mungkin dalam aktifitas perdagangan,

pemerintahan, pernikahan antara dua ras yang berbeda, dan sebagainya, dimana

unsur masing-masing kebudayaan saling menyusup. Proses migrasi, asimilasi,

bilateral, hingga multilateral dapat mempermudahkan berlangsunganya akulturasi

tersebut.

Suatu proses akulturasi yang berjalan dengan baik, dapat menghasilkan intergrasi

dari unsur-unsur kebudayaan asing dengan unsur-unsur kebudayaan sendiri dari

masyarakat penerima. Dengan demikian, unsur-unsur kebudayaan asing tidak

dirasakan lagi sebagai hal yang berasal dari luar, akan tetapi dianggap sebagai

unsur-unsur kebudayaan sendiri. Unsur-unsur asing yang diterima tersebut,

Page 5: BAB II Songket Dan Kebudayaan Dalam Masyarakatdigilib.itb.ac.id/files/disk1/612/jbptitbpp-gdl-nettyjulia-30579-3... · Fungsi spiritual dari seni kerajinan berkaitan dengan sumber

18

tentunya terlebih dahulu mengalami proses pengolahan, sehingga bentuknya

tidaklah asli lagi seperti semula.

Pergeseran ini terjadi disebabkan oleh berubahnya manusia di dalam masyarakat,

perubahan kondisi alam, dan juga hasil dari tindakan belajar yang dilakukan oleh

individu dalam masyarakat yang kemudian berpengaruh besar kepada masyarakat

secara luas.

Menurut pendapat Koentjaraningrat dalam teori difusi kebudayaan, pergeseran

kebudayaan juga dimungkinkan oleh adanya penyebaran penduduk dan migrasi

kelompok-kelompok manusia di muka bumi yang juga membawa serta unsur-

unsur kebudayaannya ke tempat baru. Penyebaran unsur-unsur kebudayaan juga

dapat terjadi tanpa ada perpindahan kelompok-kelompok manusia ke satu tempat

lain, bisa juga karena ada individu-individu tertentu yang membawa unsur-unsur

kebudayaan itu hingga jauh sekali. Individu-individu tersebut bisa para pelancong,

pedagang, penyebar agama atau pelaut yang mendifusikan berbagai unsur dari

kebudayaan asalnya.

Bila dikaitkan dengan songket Palembang, pergeseran kebudayaan memang

terjadi berupa akulturasi budaya. Hal tersebut dapat diamati dalam corak ragam

hias songket Palembang, warna, kualitas material benang, kualitas material zat

pewarna, hingga proses pengaplikasian terhadap masyarakat melalui sosialisasi

budaya Palembang. Pergeseran budaya ini terjadi karena adanya masyarakat

setempat melakukan aktifitas perdagangan antara pedagang cina dan India,

maupun masyarakat dari daerah lainnya. Hal tersebut terjadi karena daerah

Palembang merupakan pusat lintasan jalur pelayaran kapal-kapal yang bermuatan

besar di wilayah Sumatera Selatan. Pada dasarnya pergeseran budaya ini terjadi

karena adanya warga masyarakat yang dengan sengaja melakukan tindakan

belajar ‘learning behaviour’. Pertemuan antara individu dari suatu kelompok

manusia dengan individu dari kelompok tetangga dengan cara belajar tadi

menghasilkan perubahan kebudayaan dari ‘tabu’ menjadi ‘umum’ karena

Page 6: BAB II Songket Dan Kebudayaan Dalam Masyarakatdigilib.itb.ac.id/files/disk1/612/jbptitbpp-gdl-nettyjulia-30579-3... · Fungsi spiritual dari seni kerajinan berkaitan dengan sumber

19

terdorong juga oleh kebijakan baru dan kebutuhan baru dalam unsur teknologi dan

unsur ekonomi.

Proses belajar yang dilakukan oleh warga masyarakat ini menghasilkan inovasi

yang bersifat culture change. Inovasi adalah pembauran kebudayaan melalui

proses dari penggunaan sumber-sumber alam, energi, dan modal, pengaturan baru

dari tenaga kerja dan penggunaan teknologi baru yang akan menyebabkan

produksi dan dibuatnya produk-produk baru. Culture chage terjadi dalam budaya

Palembang sebagai akibat adanya pendorong terhadap pergeseran kebudayaan

khususnya pada tenun songket Palembang.

2.3 Estetika dalam Kebudayaan

Istilah estetika berasal dari kata bahasa Yunani ‘aisthanesthai’ yang berarti

mengamati secara lahiriah, jasmani, inderawi. Filsafat keindahan, nilai seni dan

karya seni sudah dibahas sejak jaman Yunani kuno. (Ensiklopedi,1989)

Estetika adalah suatu penilaian indah atau buruk, menyenangkan atau tidak

menyenangkan terhadap suatu hal atau objek. Penilaian ini muncul dari diri

sendiri secara subjektif atau akibat pengaruh lingkungan dan pengalaman.

(Singgih D.Gunarsa, 1989:200)

Estetika adalah bagian filsafat yang mengkaji dan membicarakan tentang seni dan

keindahan; tanggapan dan kepekaan terhadap keindahan. Keindahan pada

dasarnya adalah sejumlah kualita yang dibebankan terhadap sesuatu. Sejumlah

kualita pokok tertentu yang paling sering disebut adalah kesatuan (unitiy),

keselarasan (harmony), kesetangkupan (symetri), keseimbangan (balance), dan

perlawanan (contras). Dengan demikian estetika berkaitan dengan keindahan

dalam kualita tertentu.(A.A.M. Djelantik, 1999)

Page 7: BAB II Songket Dan Kebudayaan Dalam Masyarakatdigilib.itb.ac.id/files/disk1/612/jbptitbpp-gdl-nettyjulia-30579-3... · Fungsi spiritual dari seni kerajinan berkaitan dengan sumber

20

Lois Fichner dalam bukunya “ Understanding Art” mengatakan bahwa konsep

keindahan tidak harus selalu sama. Proses penciptaan estetika memang tidak lepas

dari pengaruh-pengaruh lingkungan termasuk sistem kepercayaan, yang saling

berhubungan, sehingga menjadi pelengkap rasa estetis.

Dalam dunia seni rupa selain istilah estetika dikenal pula istilah bahasa rupa yang

menurut Primadi Tabrani merupakan komunikasi simbolik dengan

mempergunakan berbagai tanda yang memiliki kaidah, asas, atau konsep berupa

titik, garis, ukuran, warna, tekstur, ruang dan sebagainya. Dalam arti luas”bahasa

rupa” adalah segala sesuatu yang kasat mata (Primadi,98). Menurut Primadi

bahasa rupa gambar bisa berbentuk ekspresif, deskriptif, abstrak, geometris,

stilasi, estetik, simbolik, semiotik.

Dalam songket salah satu cabang seni yang visual, bahasa rupanya berbentuk

geometris, stilasi, dan simbolik. Simbolik dalam bahasan ini bermakna, suatu

sistem konsep yang diwariskan dan terungkap dalam bentuk-bentuk simbolis yang

digunakan manusia untuk berkomunikasi, melestarikan dan memperkembangkan

pengetahuan mereka tentang kehidupan dan sikap-sikap terhadap kehidupan.

2.3.1 Nilai Seni pada Songket sebagai Karya Kerajinan.

Songket adalah salah satu hasil karya kerajinan masyarakat Palembang. Karya

kerajinan dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Jadi kegiatan

kerajinan timbul atas desakan kebutuhan praktis dengan mempergunakan bahan

yang tersedia dan berdasarkan pengalaman kerja yang diperoleh dari kehidupan

sehari-hari. Apabila dalam kerajinan songket perasaan manusia ikut tergugah dan

berperan, maka munculah daya cipta yang mengandung nilai keindahan atau

bernilai artistik yaitu kemampuan manusia yang menyangkut tiga pokok budaya

sebagai kebulatan yakni pikiran atau cipta, kemauan atau karsa, dan rasa. Oleh

karena itu, kerajinan songket sebagai karya seni tidak dilepaskan dari ide atau cita

rasa pengrajinnya sebagai seniman. Dengan demikian sumber ide dan daya cipta

Page 8: BAB II Songket Dan Kebudayaan Dalam Masyarakatdigilib.itb.ac.id/files/disk1/612/jbptitbpp-gdl-nettyjulia-30579-3... · Fungsi spiritual dari seni kerajinan berkaitan dengan sumber

21

pembuatnya memegang peranan penting dalam seni kerajinan, karena hal ini akan

mencermikan identitas budaya.

Menentukan nilai seni kerajinan haruslah memperhatikan keadaan lingkungan

alam di setiap daerah dan memperhatikan pula tingkat perkembangan kebudayaan

masyarakat setempat karena tiap daerah pada setiap zaman menghasilkan seni

kerajinan dengan watak dan ciri tertentu akibat pengaruh kebudayaan yang selalu

berkembang. Perbedaan itu disebabkan karena peranan kebudayaan yang tidak

dirasakan sama di tiap daerah (Wiyoso,98). Untuk seni kerajinan, Wiyoso

menggunakan beberapa parameter yang terbagi kedalam dua nilai fungsional seni

kerajinan, yaitu ‘fungsi spiritual’ dan ‘fungsi fisikal’ seni kerajinan.

Fungsi spiritual dari seni kerajinan berkaitan dengan sumber ide yang didukung

oleh kebutuhan rohani manusia. Kebutuhan spiritual manusia sejak semula

mencapai manifestasinya dalam bentuk berbagai kegiatan termasuk dalam

kegiatan seni. Maka dalam seni kerajinan landasan dari kebutuhan spiritual ini

juga tampak. Kebutuhan spiritual tersebut berakar pada pandangan manusia

terhadap sesuatu yang gaib, yang ingin dipuja, segala sesuatu yang serba rahasia

yang dapat kita kenal pada segala bentuk kepercayaan dan agama serta falsafah

hidup.

Nilai-nilai yang terdapat dalam fungsi ini adalah ‘nilai magis’,’nilai animistik’,

dan ‘nilai adat’. ‘Nilai magis’ berlaku dalam masyarakat yang masih

mempercayai kekuatan gaib, dimana benda-benda magis dibuat oleh mereka yang

dianggap banyak mengetahui tentang segala rahasia mengenai kekuatan magis.

‘Nilai animistik’ berlaku dalam masyarakat yang memiliki kepercayaan kepada

arwah dan roh yang disebut animisme yang berkeinginan dan bersikap memuja

dengan maksud mendapat perlindungan atau berkah. Segala bentuk pemujaan atau

kultus ini membutuhkan alat atau media berupa benda buatan manusia.

Page 9: BAB II Songket Dan Kebudayaan Dalam Masyarakatdigilib.itb.ac.id/files/disk1/612/jbptitbpp-gdl-nettyjulia-30579-3... · Fungsi spiritual dari seni kerajinan berkaitan dengan sumber

22

‘Nilai adat’ dikenakan pada benda-benda kerajinan yang masih dipakai dalam

upacara-upacara adat sebagai media atau sarana yang memiliki arti spiritual sesuai

dengan tujuan dari upacara yang dimaksud.

Fungsi fisikal dari seni kerajinan menyangkut segi kegunaan praktis. Sebagai

cabang seni guna, desain bentuk dan hiasan benda kerajinan erat hubungannya

dengan cara-cara penggunaanya. Artinya nilai artistik dari bentuk dan hiasan tidak

berdiri sendiri, tetapi nilai artistik ini harus pula bisa menjawab nilai-nilai

pakainya sebagai benda untuk memenuhi kebutuhan praktis.

Selain nilai-nilai diatas, benda kerajinan juga memiliki ‘nilai teknik’. Pada

hakekatnya membuat benda kerajinan adalah perpaduan keterampilan pengrajin

dalam mempergunakan bahan dan alat dengan kepekaan apresiasi dalam mencipta

desain sesuai dengan tuntutan fungsi pakai.

Keterampilan dalam mempergunakan bahan berarti pula mengenal watak bahan

yang dipergunakan dengan cara-cara mengolah dan mengerjakannya. Kemampuan

mengolah dan mengerjakan bahan dalam seni kerajinan inilah yang menentukan

nilai-nilai teknik.

2.3.2 Nilai Estetik pada Songket

Sebagai karya seni, benda kerajinan harus menampilkan nilai estetik atau nilai

keindahan rupa, sedangkan sebagai karya seni terapan, nilai estetik karya

kerajinan tidak dapat dipisahkan dari nilai gunanya. (Wiyoso,98).

Tenun songket di Indonesia termasuk kedalam seni kriya atau seni kerajinan. Pada

hakekatnya kerajinan sebagai kegiatan artistik tidak berdiri sendiri. Untuk

mengenal dan memberi penilaian karya seni kerajinan diperlukan pengetahuan

tentang latar belakangnya yang antara lain menyangkut kesejarahan dan

kehidupan sosial budaya masyarakatnya, demikian pula dengan menilai songket.

Page 10: BAB II Songket Dan Kebudayaan Dalam Masyarakatdigilib.itb.ac.id/files/disk1/612/jbptitbpp-gdl-nettyjulia-30579-3... · Fungsi spiritual dari seni kerajinan berkaitan dengan sumber

23

Songket sebagai bentuk budaya adalah sebagai artefak yang berisikan wacana

representasi diri secara tersembunyi bagi pembuat, pemesan atau pemakai yang

dikerangkai budaya yang melahirkannya, dengan kata lain songket bisa dibaca

berdasarkan falsafah atau pandangan hidup masyarakat yang melatar

belakanginya.

Sebagai karya seni songket harus menampilkan nilai estetik atau nilai keindahan

visual atau rupa, sedangkan sebagai seni terapan, nilai estetik songket tidak dapat

dipisahkan dari nilai gunanya, selain itu nilai teknis juga menentukan kualitas

karya seni tenun songket sebagai kriya. Nilai estetik pada songket berkaitan

dengan konsep ornamentik seni hiasnya yang menggunakan simbol-simbol magis

sebagai konsep berpikir yang menjadi falsafah hidup dan budaya masyarakat

pembuat songket. Bentuk ornamen songket tercermin melalui unsur pembentukan

corak yakni unsur utama, unsur pelengkap, dan makna simbolik atau makna

filosofis songket berkait dengan hal-hal yang ada dibalik nama dan bentuk

ornamen songket itu sendiri.

Sebagai karya kerajinan songket diproduksi untuk memenuhi kebutuhan hidup

manusia sehari-hari artinya kebutuhan praktis. Apabila dalam benda kerajinan

tersebut ada unsur yang menggugah perasaan, maka benda tersebut selain

memiliki fungsi pakai juga nilai-nilai artistik atau keindahan, namun demikian

keindahan bukan satu-satunya persyaratan untuk menghasilkan karya seni

kerajinan yang bermutu.

Dalam tradisi masyarakat Indonesia bahkan mungkin di seluruh Asia tak ada

karya senirupa yang dibuat semata untuk ‘keindahan’ sebaliknya tidak ada benda

pakai yang asal bisa dipakai, benda pakai tersebut biasanya juga ‘indah’. Tabrani

dalam teorinya tentang senirupa tradisi menjelaskan bahwa keindahan pada seni

tradisi di Indonesia bukan hanya sekedar memuaskan mata, tapi melebur dengan

kaidah adat, tabu, kepercayaan, agama dan sebagainya. Jadi menurutnya, senirupa

tradisi ataupun kriya tradisi selain bermakna juga sekaligus indah. (Tabrani,2002).

Page 11: BAB II Songket Dan Kebudayaan Dalam Masyarakatdigilib.itb.ac.id/files/disk1/612/jbptitbpp-gdl-nettyjulia-30579-3... · Fungsi spiritual dari seni kerajinan berkaitan dengan sumber

24

Menurut Primadi, dalam perupaan seni tradisi di Indonesia tidak ditemukan

perupaan yang sungguh-sungguh naturalis atau sungguh-sungguh abstrak

sebagaimana di Barat (Eropa). Perupaan senirupa tradisi di Indonesia lebih

bersifat dekoratif berupa ragam hias yang memiliki keseimbangan dinamis.

Konsep berpikir dan konsep komunikasi yang digunakan adalah magis simbolis,

bukan verbal secara mutlak, sehingga tidak ada yang benar-benar konkrit dan

tidak ada yang benar-benar abstrak. Hal-hal inilah yang menjadikan seni kriya

Indonesia sangat khas dan berbeda dengan seni kriya Barat atau Eropa. Kekhasan

ini juga berlaku dalam kerajinan songket yang dianggap sebagai seni tradisi.

2.4 Tinjauan Estetika

Arti estetika / keindahan menurut Herbert Read adalah sekian kualita pokok

tertentu yang terdapat pada sesuatu hal. Kualita pokok itu antara lain kesatuan

(unity), keselarasan (harmony), kesetangkupan (symmetry), keseimbangan

(balance), dan perlawanan (contrast). Dan ciri atau kualita pokok itu antara lain

tersusun oleh susunan berbagai keselarasan dan perlawanan dari titik, garis,

warna, bentuk, tekstur, dan bahan serat (dalam tekstil).

Pengertian estetika adalah falsafah tentang keindahan, meliputi keindahan alam

dan keindahan buatan manusia yang pada umumnya disebut kesenian. Dengan

demikian kesenian dapat dikatakan merupakan salah satu wadah yang

mengandung unsur-unsur keindahan (Djelantik, 1999:15). Estetika itu sendiri

mengandung tiga aspek yang mendasar yaitu wujud atau rupa, bobot atau isi dan

penampilan atau penyajian. Wujud adalah kenyataan yang nampak secara

kongkrit (berarti dapat dipersepsi dengan mata atau telinga) maupun kenyataanya

yang tidak nampak secara kongkrit yakni abstrak. Wujud terdiri bentuk (form) dan

susunan, struktur (structure). (Djelantik, 1999:18)

Lebih lanjut Djelantik menjelaskan bahwa bobot atau isi dari benda atau peristiwa

kesenian meliputi bukan hanya yang dilihat semata-mata tetapi juga apa yang

dirasakan atau dihayati sebagai makna dari wujud kesenian itu. Bobot kesenian

Page 12: BAB II Songket Dan Kebudayaan Dalam Masyarakatdigilib.itb.ac.id/files/disk1/612/jbptitbpp-gdl-nettyjulia-30579-3... · Fungsi spiritual dari seni kerajinan berkaitan dengan sumber

25

mempunyai tiga aspek yaitu suasana (mood), gagasan (idea) dan ibarat/pesan

(message). Sedangkan yang dimaksud dengan penampilan adalah cara bagaimana

kesenian itu disajikan, disuguhkan kepada yang menikmatinya. Ada tiga unsur

dalam penampilan yaitu bakat (talent), keterampilan (skill), sarana atau media

(medium atau vehicle).

Pada perkembangan selanjutnya penafsiran tentang estetika mengalami proses

perubahan, keindahan tidak hanya terbatas pada pengetahuan tentang persepsi

fenomena fisikal, tetapi berkembang pada tataran yang lebih abstrak. Dalam

konsep pengertian estetika sangat luas, didalamnya terpaut pengertian tentang

sesuatu yang benar, teratur, tertata hirarkinya, bagus, indah, yang berguna dan

berbagai predikat lainnya. Derajat substansi dari predikat ini berubah-ubah

tergantung pada obyek pengamatan.

Pendekatan estetis digunakan untuk mengkaji bentuk songket dalam kategori

obyek dua dimensi. Songket sebagai karya seni tradisional memiliki kaidah-

kaidah desain yang dapat dianalisis yaitu unsur seni rupa dalam desain (titik,

garis, bentuk, dan warna) dan prinsip-prinsip penyusunan desain (keseimbangan,

irama, dan keselarasan).

Dari pengertian ragam hias yang berasal dari keinginan manusia untuk menghias

sebuah bidang atau objek, kata hiasan maupun menghias menyangkut makna

keindahan dimana unsur-unsur rupa dilibatkan dalam proses menghias atau

mengkaji bentuk ragam hias songket. Menghias memiliki arti luas dan arti yang

sempit. Dalam pengertian yang luas menghias sama artinya estetik atau indah.

menurut Webster, membuat kesenangan dengan kepuasan hati yang

mementingkan keharmonisan antara unsur-unsur garis, warna, dan irama. Dalam

penerapannya disesuaikan dengan ruang, posisi dan panjang suatu benda.

Sedangkan dalam arti sempit menghias adalah sesuatu yang relitas dan dalam

pengungkapannya secara ekspresif, dalam hal ini merupakan karakter aliran

Gothic (Thomas Munro,1951:122)

Page 13: BAB II Songket Dan Kebudayaan Dalam Masyarakatdigilib.itb.ac.id/files/disk1/612/jbptitbpp-gdl-nettyjulia-30579-3... · Fungsi spiritual dari seni kerajinan berkaitan dengan sumber

26

Bentuk ragam hias songket sebagai karya seni tradisional selain memiliki aspek-

aspek visual dua dimensi, dan mempunyai aspek simbol yang melatarbelakangi

munculnya ragam hias, terkait dengan bagaimana sistem kepercayaan dan sosial

budaya daerah bersangkutan. Pendekatan estetis dalam menggunakan dua aspek

yaitu unsur seni rupa dan prinsip pengorganisasian unsur-unsur rupa, dalam

desain mengenai bentuk ragam hias songket Palembang.

2.4.1 Unsur-Unsur Seni Rupa dalam Bentuk Songket

Secara umum seni rupa menggunakan bahasa rupa dengan unsur-unsurnya seperti

bentuk, titik, garis, tekstur, dan warna sebagai tanda atau simbol rupa yang sangat

berpengaruh dalam kehidupan manusia. Karya seni rupa tidak sekedar tanda

tetapi lebih merupakan simbol karena mempunyai unsur rupa seperti bentuk,

warna, dan bahan yang membentuk kualitas keindahan. Disamping memiliki sifat

yang unik khas dan inovatif serta dirancang berdasarkan suatu penyatuan unsur

rupa untuk memenuhi aturan tertentu. Dalam penggunaan tertentu simbol rupa

mampu membawa imajinasi manusia kealam pikiran sebagai ungkapan simbolik.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur rupa dapat

menjadi bentuk simbolik yang berfokus pada makna dan memiliki nilai-nilai yang

hakiki. Untuk itu unsur-unsur seni rupa sebagai pengembangan ide dan perasaan

tidaklah sekedar bentuk atau gaya tetapi sebuah ungkapan simbolik.

Seperti halnya tanda maupun simbol, unsur rupa berfungsi sebagai ekspresi serta

memberikan makna dan pemahaman melalui suatu penafsiran. Oleh karena itu

unsur rupa merupakan simbol ekspresi yang mengungkapkan ide dan perasaan.

Sebagai suatu ungkapan simbolik, unsur rupa seringkali memiliki makna yang

mendalam, yaitu suatu konsep yang paling bernilai dalam kehidupan masyarakat.

Beragam simbol ekspresi dalam seni rupa mempunyai susunan dari unsur-unsur

seni rupa yaitu titik, garis, bentuk, tekstur, dan warna.

Page 14: BAB II Songket Dan Kebudayaan Dalam Masyarakatdigilib.itb.ac.id/files/disk1/612/jbptitbpp-gdl-nettyjulia-30579-3... · Fungsi spiritual dari seni kerajinan berkaitan dengan sumber

27

2.4.1.1 Titik

Menurut Djelantik dalam buku estetika mengatakan bahwa, titik tersendiri belum

berarti dan baru mendapat arti setelah tersusun penempatannya. Disamping itu

titik bisa menggunakan unsur-unsur penunjang, yang bisa juga membantu atau

dipakai untuk membentuk wujud yang lain. Penunjang-penunjang itu misalnya:

gerak, sinar, dan warna.

Titik yang digerakkan bisa memberi kesan garis yang beraneka rupa dan berliku-

liku. Gerak-gerak ini dapat dilengkapi dengan sinar atau warna. Sinarnya yang

dipancarkan oleh titik itu sendiri sering dijumpai pada ragam hias songket. Jarak-

jarak antara titik, gerak, dan kecepatan, giliran dan warnanya dapat disusun

(distrukturkan) sedemikian rupa sehingga bisa berwujud indah dan memenuhi

syarat-syarat estetis.

Titik dalam penggunaanya di bidang seni, arsitektur, dan desain adalah elemen

visual yang paling sederhana dan minimal. Ia merupakan pembangkit segala

bentuk yang paling utama dan dapat berperan sebagai pendeterminasi serta

pendefinisi posisi dalam suatu ruang. Untuk dapat dilihat, titik haruslah

mempunyai ukuran, bentuk dan nilai. Cara melihatnya tergantung dari referensi

yang ada disekitarnya. Artinya titik itu bisa berarti besar, kecil, berupa bulatan,

kotak, segitiga, huruf “Z” atau sama sekali tidak berdimensi (khayalan). Misalnya,

bayangkan seseorang yang melukis dengan perantaraan mesin tik. Lalu misalnya

dibandingkan dengan pengertian dot yang terlanjur sudah mempunyai konsep

tertentu yaitu semacam bulatan aneka ukuran, contohnya kita mendengar motif

polka dot atau dot matrix, raster, dan lain-lain. (Acmad Haldani, 2007:116)

Page 15: BAB II Songket Dan Kebudayaan Dalam Masyarakatdigilib.itb.ac.id/files/disk1/612/jbptitbpp-gdl-nettyjulia-30579-3... · Fungsi spiritual dari seni kerajinan berkaitan dengan sumber

28

Gambar 2.1 Titik sebagai unsur ragam hias kain tenun tradisional

(Sumber: Album Tenunan Indonesia, 1995)

Haldani menerangkan bahwa dalam tenun songket, titik dapat dihasilkan dalam

bentuk kotak (pattern). Bentuk titik dalam tenunan tidak dapat berbentuk bulatan

atau lingkaran, misalnya yang sering kita lihat dalam ragam hias batik. Dari

susunan atau sekelompok kotak-kotak (pattern) dapat mengasilkan suatu garis

maupun bentuk dalam struktur kain tenun. Maka dalam tenun songket, titik dapat

ditimbulkan melalui proses persilangan antara satu helai benang pakan dengan

sehelai benang lungsi, menghasilkan satu titik pada stuktur benang tenun. Jika

persilangan benang pakan dan benang lungsi itu terjadi secara berulang-ulang

maka titik tersebut akan memiliki gerakan dan warna yang tersusun secara teratur.

Dari kumpulan atau sekelompok titik-titik pada struktur benang akan

menimbulkan kesan estetis atau indah.

2.4.1.2 Garis

Pengulangan titik akan menimbulkan garis, sesuatu yang hanya mempunyai satu

dimensi, yaitu panjang, dan didalam ruang ia mempunyai arah sekaligus posisi.

Garis akan nampak pada prilaku menggambar, menyampaikan gagasan, konsep,

suasana hati, ekspresi (goresan) dan jenis informasi lainnya. Garis dapat

dipergunakan untuk mempresentasikan bidang, bentuk (shape), objek, dan

berbagai susunan lainnya. Garis dapat membawa makna, simbol dan ekspresi

sehubungan dengan visual dan pesan-pesan informasinya, baik langsung maupun

Page 16: BAB II Songket Dan Kebudayaan Dalam Masyarakatdigilib.itb.ac.id/files/disk1/612/jbptitbpp-gdl-nettyjulia-30579-3... · Fungsi spiritual dari seni kerajinan berkaitan dengan sumber

29

tidak langsung. Contohnya, yang berhubungan dengan simbol-simbol tanda dan

lain-lain pada berbagai sejarah peradaban (huruf hieroglyph, gambar, bahasa

tulisan, dan lain-lain.

Garis merupakan elemen mendasar untuk menciptakan dan mewakili bentuk.

Garis sebagaimana halnya titik dapat memberi sifat dan karateristik rupa /

perupaan seperti nada, sifat, dan tekstur suatu permukaan latar. Garis juga dapat

memberi sifat kuat, tebal, ringan, anggun, aktif, rapat, spontan, dan sebagainya

(intensitas karakter), termasuk juga dalam melihat seni tenun songket yang stilasi

dan abstrak.

Garis sebagai bentuk mengandung arti yang lebih daripada titik; karena dengan

bentuknya sendiri, garis menimbulkan kesan tertentu pada sang pengamat. Garis

yang kencang memberikan perasaan yang lain daripada yang membelok atau

melengkung. Yang satu memberi kesan kaku, keras, dan yang lain memberi kesan

yang luwes. Kesan yang diciptakan juga tergantung dari ukurannya, dari tebal-

tipisnya, dan dari penempatannya terhadap garis-garis yang lain, sedang warnanya

selaku penunjang menambahkan kualitas tersendiri. (Djelantik, 1999:22)

Kumpulan garis-garis dapat disusun (diberi struktur) sedemikian rupa sehingga

mewujudkan unsur-unsur struktural seperti misalnya ritme, simetri,

keseimbangan, kontras, dan penonjolan. Seolah-olah garis sudah bisa “berbicara”

lebih daripada titik-titik. (Djelantik,1999:22)

Page 17: BAB II Songket Dan Kebudayaan Dalam Masyarakatdigilib.itb.ac.id/files/disk1/612/jbptitbpp-gdl-nettyjulia-30579-3... · Fungsi spiritual dari seni kerajinan berkaitan dengan sumber

30

Gambar 2.2 Garis sebagai unsur ragam hias songket tradisional

(sumber: Album Tenunan Indonesia,1995)

Karakteristik garis pada seni songket dapat dilihat dalam ornamen songket antar

lain ornamen apit (berbentuk garis lurus), ombak-ombak (berbentuk garis

gelombang), dan patah beras (berbentuk garis diagonal yang membentuk patahan

segitiga. Karakter garis dalam songket, umumnya berbentuk statis dan sifat yang

kaku namun ada juga yang berbentuk dinamis. Semua karakter dari garis dapat di

implementasikan pada seni-seni lainnya, seperti arsitektur, seni lukis, tekstil,

fashion dan sebagainya

Garis-garis dapat disusun secara geometris (sama dengan ukuran, proporsi, siku-

siku tertentu yang teratur) dan mewujudkan gambar yang memberi kepuasan dan

rasa indah karena keserasian dan keseimbangan bentuknya. Susunan garis-garis

yang geometris, baik yang polos atau yang rumit sifatnya, pada umumnya sangat

tepat untuk digunakan sebagai penghias (ornament). Maka semua ornamen tidak

terlepas dari unsur-unsur garis yang sebagai dasar pembentuk ragam hias songket.

Page 18: BAB II Songket Dan Kebudayaan Dalam Masyarakatdigilib.itb.ac.id/files/disk1/612/jbptitbpp-gdl-nettyjulia-30579-3... · Fungsi spiritual dari seni kerajinan berkaitan dengan sumber

31

2.4.1.3 Bentuk

Bentuk (shape) dapat diartikan sebagai konfigurasi permukaan yang spesifik dari

plane, figur, atau obyek. Bentuk (shape) bisa mudah dikenal bisa juga abstrak atau

sebagai bidang-bidang yang dapat didefinisikan, baik berdasarkan kontur garis

atau bidang (plane). Ini yang disebut sebagai atribut fisik atau asosiasi. Seperti

kita mengenal bentuk-bentuk geometri (triangle, hexagon, pentagon, dan lain-

lain). Bentuk (shape) lebih konkrit dibading plane (bidang), dia lebih mempunyai

arah dan stabilitas visual. Oleh karenanya bentuk (shape) mempunyai

kecenderungan lebih sebagai berikut:

a. Regular, tetap (jenisnya: polygon dan polyhedron) dan irregular, tidak tetap.

Jenisnya: polygon dan polyhedron.

b. Dua dimensi dan tiga dimensi.

Bentuk (shape) adalah karakteristik dari bidang (plane) yang dikenali. Bentuk

(shape) ditentukan oleh konfigurasi garis atau batas-batas bidang (plane), dalam

arti: sesuatu figur atau bentuk yang dapat dikenali. Bentuk-bentuk (shapes)

mempunyai sekian nama berdasarkan konturnya, atribut fisiknya, dan asosiasinya.

Bentuk dapat dikategorikan sebagai geometrik atau abstrak, representasional atau

non-representasional, atau simbolis. Hal diatas dapat dijelaskan sebagai berikut:

letakkan empat buah titik dengan formasi seolah-olah ini membuat sekeping ubin

lantai. Tariklah garis dengan menghubungkan keempat titik tadi. Contoh ini

disebut dengan bidang segi empat atau bujur sangkar (tetragon, secara ilmu

geometrik, tetra artinya empat, gon artinya segi, bahasa Yunani). Sedangkan

regular 3 dimensi, contohnya seperti kubus. Maka disini sudah membicarakan apa

yang disebut bentuk (shape). Kata kunci dalam peryataan ini, sebagaimana halnya

titik dan garis akan menghasilkan bidang (plane) juga membangkitkan bentuk,

pencitraan nada, tekstur dengan berbagai teknik, seperti perbedaan nilai pada

ketebalan warna, ukuran, pengulangan, dan sebagainya.

Contoh bentuk yang paling sederhana dalam seni rupa adalah titik. Titik tersendiri

tidak mempunyai ukuran atau dimensi. Namun kumpulan dari beberapa titik akan

mempunyai arti dengan menempatkan titik-titik itu secara tertentu. Kalau titik-

Page 19: BAB II Songket Dan Kebudayaan Dalam Masyarakatdigilib.itb.ac.id/files/disk1/612/jbptitbpp-gdl-nettyjulia-30579-3... · Fungsi spiritual dari seni kerajinan berkaitan dengan sumber

32

titik berkumpul dekat sekali dalam suatu lintasan, titik tersebut menjadi bentuk

garis. Beberapa garis bersamaan bisa menjadi bentuk bidang. Beberapa bidang

bersamaan bisa menjadikan bentuk ruang. Titik, garis, bidang, dan ruang

merupakan bentuk-bentuk yang mendasar bagi seni rupa. (Djelantik,1999:21)

Dalam kacamata seni, bentuk (form) diartikan sebagai organisasi, penempatan,

atau relasi-relasi dari elemen-elemen dasar, seperti garis dan warna dalam tenunan

songket, atau volumen dan ruang dalam seni songket guna menghasilkan eitera

yang koheren struktur formal dari karya seni. ( The Random House of Dictionary,

dalam Munro:3).

Gambar 2.3 Bentuk atau bidang yang sering ditemui dalam songket tradisional

(sumber, dok.2006)

Bila dikaitkan dengan seni songket, maka seni songket merupakan bentuk dari dua

dimensi. Hal ini dapat kita lihat pada ornamen songket diatas. Sekelompok titik

dapat membentuk garis, sekelompok garis-garis yang disusun dengan ukuran

tertentu dapat menghasilkan bidang. Hal ini mewujudkan suatu bentuk yang

diinginkan oleh setiap kreator. Bentuk-bentuk tersebut dapat dilihat dalam seni

songket, terutama pada ornamen-ornamen pada kain tradisional songket.

Page 20: BAB II Songket Dan Kebudayaan Dalam Masyarakatdigilib.itb.ac.id/files/disk1/612/jbptitbpp-gdl-nettyjulia-30579-3... · Fungsi spiritual dari seni kerajinan berkaitan dengan sumber

33

Contohnya, bentuk ragam hias bunga tanjung dan bentuk kotak-kotak. Hal ini

merupakan wujud dari sekelompok garis-garis maupun titik-titik yang membentuk

suatu bidang dan ruang terukur. Maka setiap motif yang terdapat pada kain tenun

Nusantara tidak terlepas dari unsur-unsur penunjang seperti warna dan ukuran

yang berbentuk simetri atau asimetri guna menghasilkan ornamen yang bernilai

estetis.

2.4.1.4 Warna

Warna primer (hue) yakni, warna-warna yang tidak bisa dibuat dengan warna

yang lain sebagai bahannya. Warna primer terdiri dari merah, kuning, dan biru.

Warna sekunder, yakni warna-warna yang dapat dibuat dengan campuran antara

dua warna primer, seperti: merah bersama kuning menjadi orange, kuning

bersama biru menjadi hijau, dan biru bersama merah menjadi unggu. Warna

tersier dibuat dengan warna sekunder dicampur dengan warna primer yang bukan

komplemen dari warna itu, seperti:

Merah dengan oranye menjadi oranye kemerahan,

Merah dengan unggu menjadi unggu kemerahan,

Kuning dengan oranye membuat oranye kekuningan,

Kuning dengan hijau membuat hijau kekuningan,

Biru dengan hijau membuat hijau kebiruan,

Biru dengan unggu membuat unggu kebiruan.

Jumlah warna-warni yang dapat dibuat dengan campuran-campuran warna tidak

ada batasnya. Hasilnya tergantung bukan hanya dari jenis warna yang dipakai

tetapi juga dari banyaknya zat warna dari masing-masing elemen yang disertakan.

Page 21: BAB II Songket Dan Kebudayaan Dalam Masyarakatdigilib.itb.ac.id/files/disk1/612/jbptitbpp-gdl-nettyjulia-30579-3... · Fungsi spiritual dari seni kerajinan berkaitan dengan sumber

34

H.ke k

Hijau

H.ke b.

Biru

U.ke b.

Kuning

Unggu

U.ke m.

Merah

O.ke m.

Oranye

O.ke k

Pr.

Ttr.

Sek.

Ttr.

Pr.

Ttr.Sek.

Ttr.

Pr.

Ttr.

Sek.

Ttr.

Lingkaran warna-warni

Warna-warni primer, sekunder, dan tersier bisa disusun dalam suatu lingkaran.

Warna-warni yang dalam lingkaran itu berposisi silang berhadapan dirasakan

cocok untuk dikombinasikan (dipakai berdampingan, bukan dicampur) disebut

warna komplementer (saling mengisi)

(Djelantik,1999:32-39)

Berdasarkan persepsi psikologis, bahwa warna dapat mengandung makna tertentu

bagi kehidupan manusia. Contohnya, warna merah yang menggambarkan panas,

kegembiraan, dan kegiatan saat baik untuk menimbulkan suasana hangat. Warna

kuning merupakan warna matahari. Percobaan-percobaan psikologis

membuktikan bahwa warna ini adalah warna yang paling menyenangkan dan

merangsang mata ataupun syaraf. Warna biru adalah warna langit dan laut luas

sehingga menimbulkan suasana adem. Percobaan-percobaan psikologis

menunjukkan bahwa warna ini mengurangi ketegangan otot. (Liang Gie, 1996:46)

Page 22: BAB II Songket Dan Kebudayaan Dalam Masyarakatdigilib.itb.ac.id/files/disk1/612/jbptitbpp-gdl-nettyjulia-30579-3... · Fungsi spiritual dari seni kerajinan berkaitan dengan sumber

35

Gambar 2.4 Warna songket Palembang yang sering disebut merah anggur

dan warna kuning emas. (sumber, dok.2006)

Menurut masyarakat Palembang, warna songket lebih didominasi dengan

menggunakan warna cerah, seperti merah dan warna emas. Warna dapat diartikan

sebagai unsur simbolik pada setiap obyek yang mendasari identitas budaya

setempat. Contohnya warna merah melambangkan kebahagian, warna kuning

emas melambangkan keagungan dan kebesaran. Menurut masyarakat Palembang

ditahun 1980-an. Warna merah dan kuning emas merupakan pengaruh budaya

Cina, sebab kedua warna tersebut melambangkan anugrah atau berkat dari para

dewa-dewa dalam mencapai kehidupan yang bahagia didunia. Namun saat ini

warna-warna songket mengalami perkembangan, sehinggga songket itu tidak

selalu berwarna merah melainkan beranekaragam warna, seperti: unggu tua, biru

dongker, oranye, hitam, pink, dan putih.

Page 23: BAB II Songket Dan Kebudayaan Dalam Masyarakatdigilib.itb.ac.id/files/disk1/612/jbptitbpp-gdl-nettyjulia-30579-3... · Fungsi spiritual dari seni kerajinan berkaitan dengan sumber

36

2.4.1.5 Tekstur

Tekstur adalah unsur rupa yang menunjukkan rasa permukaan bahan, yang

sengaja dibuat dan dihadirkan dalam susunannya untuk mencapai bentuk rupa,

sebagai usaha untuk memberikan rasa tertentu pada permukaan bidang,

perwajahan bentuk pada karya desain secara nyata atau semu. Tekstur mempunyai

kualitas plastis yang menimbulkan bayangan pada permukaannya sehingga

memberikan sifat atau karakter yang bervariasi. Pada prinsipnya permukaan benda

menjadi rasa tertentu secara raba atau secara visual. (Toekio,1987:76)

Gambar 2.5 Tekstur permukaan kain songket tampak depan. Songket ini disebut

Lepus Nago Besaung. Sifat kainnya tampak sedikit kaku dengan

bentuk komposisi estetik. (sumber, dok.2066)

Page 24: BAB II Songket Dan Kebudayaan Dalam Masyarakatdigilib.itb.ac.id/files/disk1/612/jbptitbpp-gdl-nettyjulia-30579-3... · Fungsi spiritual dari seni kerajinan berkaitan dengan sumber

37

Tekstur pada kain songket disebabkan oleh adanya motif. Motif pada songket

terasa lebih timbul dari bahan dasar kain merupakan efek dari teknik menenun

dengan pakan tambahan. Biasanya permukaan songket hanya bisa dipakai sebelah

bagian depannya saja, karena permukaan depanlah yang lebih halus teksturnya,

sedangkan bagian belakang sedikit lebih kasar karena banyak rentangan benang

pakan tambahan, terutama untuk motif yang lebih besar. Jadi pengertian tekstur

pada songket adalah efek rasa yang ditimbulkan oleh pakan tambahan dalam

pembuatan motif songket dan efek rasa dari bahan yang digunakan.

2.4.2 Prinsip-Prinsip Pengorganisasian dalam Songket

Unsur-unsur seni rupa dibentuk atau disusun yang mengangkat suatu organisasi

visual, yaitu organisasi yang mempunyai efektivitas lebih besar atau lebih kecil

tergantung pada bagaimana baiknya unsur visual saling bekerjasama. Karya-karya

seni dari semua jenis menampilkan pola-pola umum tertentu mengenai

“kerjasama” yang disebut dengan prinsip-prinsip desain. (E.B.Felmand,

1967:258) Prinsip-prinsip ini akhirnya didasarkan pada cara seseorang melihat

sesuatu yang paling efektif dan menyenangkan dan atas cara bagaimana unsur-

unsur itu dibentuk dengan paling memuaskan dari titik tolak pandang yang paling

efektif dan menyenangkan. Dalam arti apa yang disebut dengan prinsip-prinsip

desain adalah hasil eksperimentasi empiris dan intuitif yang panjang.

Dengan dasar kesamaan dalam prinsip-prinsip penyusunan desain memberikan

persamaan persepsi dan visi manusia yang mempertimbangkan keragaman

daripada keragaman pada visi manusia. Sesuai dengan ragam hias songket, dari

beberapa prinsip penyusunan desain antara lain keseimbangan, irama dan

harmoni.

Page 25: BAB II Songket Dan Kebudayaan Dalam Masyarakatdigilib.itb.ac.id/files/disk1/612/jbptitbpp-gdl-nettyjulia-30579-3... · Fungsi spiritual dari seni kerajinan berkaitan dengan sumber

38

2.4.2.1 Keseimbangan

Keseimbangan adalah kesamaan dari unsur-unsur yang berlawanan atau

bertentangan. Dalam karya seni, walaupun unsur-unsur tampaknya bertentangan,

tetapi sesungguhnya saling memerlukan karena bersama-sama mereka

menciptakan suatu kebulatan. Unsur-unsur yang saling berlawanan itu tidak perlu

hal yang sama, karena ini lalu menjadi kesetangkupan melainkan yang utama

ialah kesamaan dalam nilai. Dengan kesamaan dari nilai-nilai yang saling

bertentangan terdapatlah keseimbangan secara estetis. (Liang Gie,1996:74)

Keseimbangan merupakan penyelesaian kembali dari semua kekuatan dalam suatu

struktur yang mengarah pada keseimbangan atau perimbangan. Hal demikian

terbukti nyata dalam alam, manusia, dan dalam dunia buatan manusia.

Keseimbangan secara struktural sebagian besar merupakan persoalan rekonsiliasi

berat dan tekanan yang mengarah pada stabilitas. (E.B. Feldmand, 1967:263)

Pengorganisasian dari unsur-unsur rupa dalam desain diatur sedemikian rupa agar

tercapai komposisi yang memenuhi keseimbangan. Komposisi desain yang

seimbang dikategorikan dalam komposisi simetri dan asimetri. Dalam

keseimbangan asimetri ini termasuk beberapa jenis keseimbangan berdasarkan

besar kecilnya, berat atau besar obyek dalam sebuah komposisi, misalnya antara

obyek besar dan obyek kecil dalam sebuah kesatuan lukisan. Kesimbangan

berdasarkan penempatan obyek yang menjadi perhatian utama dalam sebuah

komposisi, misalnya di ujung lukisan digambar sebuah pohon yang ukurannya

lebih besar dari pohon-pohon lainnya. Ada juga kesimbangan berdasarkan

kekontrasan antara obyek dan warna, misalnya unsur warna hangat

dikomposisikan dengan warna dingin atau ragam hias geometris dengan organis.

Bentuk corak songket yang berkaitan dengan keseimbangan ini sebagai contoh

adalah corak atau ragam hias dengan kesimbangan simetris dan netral. Pada corak

songket, konsep keseimbangan melambangkan keseimbangan antara kosmologi

yaitu kedudukan sang Pencipta, alam semesta dan manusia. Adanya dari nenek

Page 26: BAB II Songket Dan Kebudayaan Dalam Masyarakatdigilib.itb.ac.id/files/disk1/612/jbptitbpp-gdl-nettyjulia-30579-3... · Fungsi spiritual dari seni kerajinan berkaitan dengan sumber

39

moyang sejak masa prasejarah yaitu adanya dunia atas, dunia manusia, dan dunia

bawah menjadi dasar dari ragam hias songket dengan percampuaran konsep

masuknya pengaruh Cina.

2.4.2.2 Irama

Dalam suatu karya seni, ritme atau irama merupakan kondisi yang menunjukkan

kehadiran sesuatu yang terjadi berulang-ulang secara teratur. (Djelantik,1999:44)

Irama didefinisikan dalam seni rupa adalah pengulangan suatu unsur-unsur secara

teratur dan tersusun. Yang utama dari irama adalah pengorganisasian repetitive,

alternative, dan progesif yang berkesinambungan. Pengulangan dari bentuk,

warna, garis, atau arah yang sama atau hampir sama akan mendukung irama.

Pengulangan ruang-ruang antara garis-garis yang dibentuk serupa dan

pengulangan warna-warna dan berbagai bentuk positif juga merupakan irama.

(E.B.Feldmand,1967:267)

Irama selalu dikaitkan dengan pola berulang, sesuatu yang bergerak, dan

kedinamisan. Ragam hias songket sebagai karya tekstil selalu berhubungan

dengan irama terutama jenis pola berulang, baik simetris maupun asimetris.

Komposisi irama dengan pola berulang-ulang yang teratur banyak terdapat pada

songket dengan ragam hias stilasi simetris.

2.4.2.3 Harmoni

Harmoni dimaksudkan adanya keselarasan antara bagian-bagian atau komponen

yang disusun untuk menjadi kesatuan bagian-bagian itu tidak ada yang saling

bertentangan, semua cocok dan terpadu. Tidak ada yang bertentangan dalam segi

bentuk, ukuran, jarak, warna-warninya, dan tujuannya. (Djelantik, 1999:46)

Harmoni atau keselarasan menyangkut bagaimana semua unsur-unsur rupa atau

bagian-bagian disusun saling berhubungan dalam sebuah komposisi sehingga

tercapai keselarasan serta memperkuat keutuhan. Dalam ragam hias songket,

kelarasan menyangkut kaedah estetis secara visual sesuai dengan ciri khas

Page 27: BAB II Songket Dan Kebudayaan Dalam Masyarakatdigilib.itb.ac.id/files/disk1/612/jbptitbpp-gdl-nettyjulia-30579-3... · Fungsi spiritual dari seni kerajinan berkaitan dengan sumber

40

songket, harmonisasi semua unsur visual dalam sehelai kain songket, ragam hias

songket selaras dengan kesatuan ragam hias, tata warna, tata letak, ukuran kain

dan fungsi. Sedangkan ditinjau dari keselarasan secara estetis tradisi masyarakat,

menyangkut juga konsep keselarasan ragam hias yang menggambarkan semua

unsur-unsur rupa dan pemaknaannya.

2.4.3 Estetika pada Songket

Songket merupakan suatu hasil karya seni yang memiliki nilai estetika yang

cukup tinggi. Disamping proses pengolahannya yang rumit namun keindahan

tetap terpancarkan melalui struktur permukaan kain tradisional. Keindahan

songket terwujud dari adanya kesatuan, keseimbangan, dan irama dalam

mengolah suatu titik, garis, bentuk, dan warna pada satu komposisi ornamen. Dari

keseluruhan unsur-unsur seni rupa tersebut dapat dibentuk menjadi suatu produk

songket yang bernilai estetis melalui pembentukan atau pengorganisasian benang

pakan dan lungsi. Sebab tidak ada tenun songket ataupun kain tradisional lainnya

yang tidak menampilkan ragam hiasnya pada struktur benang.

Kesatuan (unitiy) dalam struktur desain terlihat dari hubungan yang bermakna

relevan antar bagian tanpa adanya bagian yang tidak berguna atau tidak ada

hubungan dengan bagian lainnya. (Djelantik, 2001:38) Hubungan yang relevan

antar bagian bukan berarti gabungan semata-mata atau begitu saja, tetapi yang

satu memerlukan yang lain, bagian-bagian saling mengisi, sehingga terlihat

kesatuan yang menyeluruh. Dalam songket kesatuan dimunculkan oleh adanya

hubungan yang relevan antara motif-motif yang disusun, warna, bidang, tekstur

maupun bentuk motif dengan bagian-bagian yang lainnya.

Djelantik membagi tiga macam kondisi yang berpontensi atau bersifat

memperkuat kesatuan (unity) yaitu simetri (symetry), ritme (rhytm), keselarasan

(harmony). Simetri adalah ciri atau kondisi suatu kesatuan, apabila dibagi menjadi

dua secara vertikal ataupun horizontal menjadi dua bagian yang sama besarnya,

bentuk dan wujudnya. Simetri dalam istilah lain disebut seimbang (keseimbangan)

dan lawannya adalah asimetri atau tidak seimbang. Ritme atau irama merupakan

Page 28: BAB II Songket Dan Kebudayaan Dalam Masyarakatdigilib.itb.ac.id/files/disk1/612/jbptitbpp-gdl-nettyjulia-30579-3... · Fungsi spiritual dari seni kerajinan berkaitan dengan sumber

41

kondisi yang menunjukkan kehadiran sesuatu yang terjadi berulang-ulang secara

teratur. Keteraturan dalam ritme terdapat pada ukuran, bentuk maupun jarak yang

sama dalam sebuah desain ataupun seni. Keteraturan dalam irama disebut dengan

komposisi. Sedangkan harmoni terlihat dengan adanya keselarasan antara bagian

atau komponen yang disusun untuk menjadi kesatuan yang cocok dan terpadu.

(Djelantik, 2001:39-40)

Nilai estetik secara objektif yang terdapat pada songket tradisional pada umumnya

terbentuk oleh kesatuan yang terbangun antar bagian, antar motif dengan motif

yang lainnya, antar bidang yang terdapat dalam songket (kepala kain, badan kain,

dan pinggir kain). Keseimbangan yang simetri secara vertikal maupun horizontal

merupakan ciri keseimbangan bentuk songket tradisional di Indonesia. Irama

dibentuk dengan penataan motif dalam bidang kain dengan memberikan beberapa

variasi ukuran, bentuk motif di antaranya merupakan pengulangan. Harmoni

ditunjukkan dengan keselarasan hubungan antara bidang-bidang pada songket.

Pada umumnya ragam hias songket tradisional mempunyai nama, bentuk dan

nilai-nilai yang abstrak pada motif songketnya sesuai dengan kebiasaan suatu

daerah mengungkapkan ekspresi estetiknya. Salah satu songket dengan nilai-nilai

tradisi tersebut adalah songket tradisional Palembang. Sehingga keindahan

songket tradisi juga ditentukan oleh fungsi songket tersebut dalam budaya tradisi

masyarakat. Karena dalam tradisi di Indonesia pembuatan suatu benda budaya

seperti songket selalu diikuti oleh ketentuan-ketentuan guna oleh suku yang

membuatnya.

2.5 Pengertian, Teknik Pembuatan, dan Motif Songket

2.5.1 Pengertian

Berdasarkan sejarah Sriwijaya di abad 18, songket berasal dari kata menyongket

atau menyungkit. Kata tersebut maksudnya adalah pekerjaan menyusun benang

pakan dan benang lungsi melalui proses menenun yang berbentuk tradisional

(manual). Penyusunan dan penyukitan inilah yang dinamakan songket dan dalam

Page 29: BAB II Songket Dan Kebudayaan Dalam Masyarakatdigilib.itb.ac.id/files/disk1/612/jbptitbpp-gdl-nettyjulia-30579-3... · Fungsi spiritual dari seni kerajinan berkaitan dengan sumber

42

bahasa Inggrisnya adalah design atau perencanaan. (Sejarah & Kebudayaan

Palembang, 1985:63).

Kata songket bagian salah satu dari hasil kerajinan rakyat daerah tertentu di

Indonesia dalam bidang pertekstilan, misalnya: daerah Bali, Palembang, Jambi,

Sumatera Barat, Aceh, Lampung, Bengkulu, Kalimantan, dan sebagainya.

Songket tersebut dibuat dengan alat tenun sederhana (ATBM gedokan) dengan

bermacam motif yang dibuat dengan menyulamkan benang emas, benang perak,

benang kapas bewarna, benang filamen.

Anyaman dasarnya adalah anyaman polos sedang anyaman motif bermacam-

macam demikian pula dengan corak maupun warnanya yang kontras dan dinamis.

Ada yang penuh dengan motif benang emas, ada yang kosong dibagian tengahnya

tetapi motif diberikan pada bagian tepi kain, ada pula kembang-kembang

dicampur benang-benang biasa bewarna putih, merah atau hijau dan beraneka

pula ragam coraknya. (ITT,1977:217).

Kerajinan kriya songket yang tersebar di seluruh Indonesia sangat beraneka ragam

jenisnya, namun di setiap daerah memiliki perbedaan dan keunikannya tersendiri.

Hal tersebut dapat diamati pada corak ragam hias, tingkatan kualitas bahan, fungsi

pemakaian, serta warna yang dihasilkan.

Kerajinan tenun songket Palembang memiliki beberapa perbedaan jenis yang bila

ditinjau dari segi produk songket itu sendiri, antara lain:

a. Songket Lepus (Lepus berarti menutupi) adalah songket yang bermotif benang

emas menutupi hampir seluruh bagian permukaan kain sesuai dengan

motifnya.

b. Songket Tawur adalah songket yang motifnya tidak menutupi seluruh

permukaan kain tetapi berkelompok-kelompok yang letaknya menyebar.

Benang pakan dalam pembentukan motif kembang tidak disisipkan dari

pinggir ke pinggir seperti halnya pada tenun polos yang biasa, tetapi hanya

sekelompok-sekelompok saja mengikuti struktur dari corak kembang itu

Page 30: BAB II Songket Dan Kebudayaan Dalam Masyarakatdigilib.itb.ac.id/files/disk1/612/jbptitbpp-gdl-nettyjulia-30579-3... · Fungsi spiritual dari seni kerajinan berkaitan dengan sumber

43

sendiri. Misalnya: songket Tawur Lintang, songket Tawur Tampuk Manggis,

dan lain-lain.

c. Songket Limar adalah kain songket ini motifnya tidak dibentuk oleh benang-

benang tambahan seperti benang emas atau perak tetapi corak ragam hiasnya

dibentuk dari benang pakan yang di celup pada bagian-bagian tertentu

sebelum ditenun. Biasanya songket ini disebut dengan songket Limar. Kain

Limar ini ada yang dikombinasikan dengan songket berkembang benang emas

Tawur dan disebut dengan songket Limar Tawur.

d. Songket Tretes Mender adalah kain songket ini tidak dijumpai suatu gambar

motif pada bagian tengahnya. Motif-motifnya hanya terletak pada kedua ujung

pangkal dan pinggir-pinggir kain.

e. Songket Kombinasi adalah songket yang merupakan kombinasi dari jenis

songket-songket diatas, misalnya songket Bungo Cino adalah gabungan dari

songket Tawur dan songket Bungo Pacik, songket Bungo Intan adalah

gabungan antara songket Tretes Mender dan songket Bungo Pacik.

f. songket Bungo Pacik adalah kain songket ini sebagian besar benang motif dari

emas diganti dengan benang kapas putih sehingga anyaman benang emasnya

tidak banyak lagi dan hanya sebagai selingan. (Pengetahuan Barang

Tekstil,ITT, 1977:218)

2.5.2 Teknik Pembuatan Songket

Proses pembuatan kain songket Palembang harus melalui tiga tahap, yaitu:

pertama, mempersiapkan kompenen dari peralatan tenun ATBM gedokan. Kedua,

pengolahan material bahan benang, dan ketiga, proses menenun benang pakan dan

lungsi hingga menjadi sehelai kain songket.

a. Komponen Peralatan ATBM Gedokan.

Dari perkembangan alat tenun yang ada di masa sekarang semua asas teknologi

berasal dari alat tenun gedokan. Sebagai cikal bakal alat tenun ini memang sangat

sesuai dengan kebutuhan di masa lampau dimana membuat tenun bukanlah

pekerjaan dalam arti ekonomi saja melainkan juga berhubungan dengan cita rasa

Page 31: BAB II Songket Dan Kebudayaan Dalam Masyarakatdigilib.itb.ac.id/files/disk1/612/jbptitbpp-gdl-nettyjulia-30579-3... · Fungsi spiritual dari seni kerajinan berkaitan dengan sumber

44

dan sakral. Jadi alat ini sederhana bentuknya, lamban produksinya tetapi sangat

intensif dalam menghasilkan karya.

Dalam perkembangan alat tenun gedokan tersebut disebut ATBM. ATBM ini

masih tetap menggunakan tenaga manusia tetapi ditambah dengan prinsip-prinsip

mekanik pengungkit, maka alat ini lebih maju dan lebih cepat dalam

menghasilkan tenunan. ATBM ini kebanyakan digunakan untuk menenun kain

Gebeng maupun kain songket.

Alat tenun terdiri dari beberapa bagian yang saling berhubungan. Artinya bila satu

saja bagian dari gedokan tersebut hilang maka gedokan tersebut tidak akan

berfungsi sebagai alat tenun. Adapun nama-nama bagian dari alat tenun gedokan

adalah sebagai berikut:

1. Cacak,

Merupakan tumpuan untuk meletakkan dayan, terdiri dari dua buah tiang ada

yang berukir dan ada yang polos.

2. Dayan,

Berupa sekeping papan tempat menggulung benang lungsi.

3. Apit,

Tempat menggulung benang yang sudah ditenun menjadi kain.

Page 32: BAB II Songket Dan Kebudayaan Dalam Masyarakatdigilib.itb.ac.id/files/disk1/612/jbptitbpp-gdl-nettyjulia-30579-3... · Fungsi spiritual dari seni kerajinan berkaitan dengan sumber

45

4. Lempaut/Por,

Penahan yang diletakkan di punggung penenun berfungsi untuk menahan

benang lungsi. Bila alat ini terlepas maka benang pakan yang telah disusun

menjadi kendur. Di bagian kanan dan kiri lempaut/por diletakkan seutas tali

yang dihubungkan dengan apit.

5. Tumpuan,

Merupakan penahan kaki penenun.

6. Beliro,

Berfungsi sebagai penekan supaya benang pakan menjadi rapat, bentuknya

berupa kayu pipih dengan panjang kurang lebih 1 meter.

7. Suri,

Untuk menyisir benang pakan supaya benang pakan menjadi rapat sehingga

hasil tenunan juga rapat.

8. Gulungan,

Untuk menahan keluar masuknya benang pakan.

Page 33: BAB II Songket Dan Kebudayaan Dalam Masyarakatdigilib.itb.ac.id/files/disk1/612/jbptitbpp-gdl-nettyjulia-30579-3... · Fungsi spiritual dari seni kerajinan berkaitan dengan sumber

46

9. Cucuk karap/Nyincing,

Berfungsi untuk membuka benang agar benang lungsi tetap kencang dan

teratur letaknya.

10. Pelipiran,

Berfungsi untuk membantu membuat motif dengan cara membuka benang

lungsi sebelum dimasuki benang pakan.

11. Lidi/Gun,

Berfungsi untuk membuat motif kain tenun. Semakin banyak motif kain tenun

semakin banyak lidi yang diperlukan.

Alat tenun ATBM Gedokan

Gambar 2.5 Alat tenun bukan mesin atau ATBM Gedokan.

( sumber, dok 2007)

Page 34: BAB II Songket Dan Kebudayaan Dalam Masyarakatdigilib.itb.ac.id/files/disk1/612/jbptitbpp-gdl-nettyjulia-30579-3... · Fungsi spiritual dari seni kerajinan berkaitan dengan sumber

47

b. Pengolahan Material Benang

Sebelum proses menenun dimulai sebelumnya benang lebih dahulu diolah. Bahan

baku yang digunakan untuk tenun ikat, adapun proses pengolahan benang adalah

sebagai berikut:

1. Mencelup benang.

Masukan air panas ke dalam baskom sebanyak yang diperlukan. Selanjutnya

masukkan bahan pewarna aduk sampai larut setelah bahan larut masukan

benang. Obat pewarna yang digunakan adalah naftol atau basis atau jenis lain

seperti costik, BS, BO. Untuk menggunakan obat pewarna ini diperlukan

keahlian khusus serta pengalaman. Komposisi obat pewarna sangat

menentukan warna benang. Untuk mendapatkan warna gelap misalnya,

diperlukan obat pewarna BO lebih banyak dari lainnya sedangkan untuk

mendapatkan warna terang BO tidak diperlukan. Untuk mendapat warna cerah

diperlukan obat pewarna lain lagi sedangkan untuk memunculkan warna perlu

ditambahkan lagi obat merah B.

Page 35: BAB II Songket Dan Kebudayaan Dalam Masyarakatdigilib.itb.ac.id/files/disk1/612/jbptitbpp-gdl-nettyjulia-30579-3... · Fungsi spiritual dari seni kerajinan berkaitan dengan sumber

48

2. Menjemur benang

Setelah benang dicelup kemudian diangkat dan dijemur sampai kering.

3. Meriring

Benang tersebut diriring (dikelos) dengan berpuluh-puluh riringan / kelosan

untuk mengetahui jumlah yang diperlukan.

4. Mengani

Page 36: BAB II Songket Dan Kebudayaan Dalam Masyarakatdigilib.itb.ac.id/files/disk1/612/jbptitbpp-gdl-nettyjulia-30579-3... · Fungsi spiritual dari seni kerajinan berkaitan dengan sumber

49

Mengani yaitu menyusun jumlah benang sesuai dengan bentuk dan kebutuhan

seperti untuk membuat selendang dan kain.

5. Mencolet / melimar / nyecep

Yaitu memberi warna lain pada benang yang telah diberi warna dasar untuk

membuat bentuk atau warna lain.

6. Setelah dicolet dijemur lagi sampai kering.

7. Memasukan benang ke dalam sisir

8. Menggulung benang di dayan

9. Membuat motif, yaitu memasang gun kembang sesuai dengan rencana tenun

yang dikehendaki.

10. Setelah benang diberi ragam hias / motif kemudian dipindahkan ke alat yang

disebut pleting untuk kemudian menjadi benang pakan. Begitu juga dengan

benang emas dipindahkan dari gulungan besar ke pleting. Pemindahan ini

dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut lilingan yaitu meriring /

mengelos.

b. Proses Menenun

Page 37: BAB II Songket Dan Kebudayaan Dalam Masyarakatdigilib.itb.ac.id/files/disk1/612/jbptitbpp-gdl-nettyjulia-30579-3... · Fungsi spiritual dari seni kerajinan berkaitan dengan sumber

50

Langkah-langkah untuk menenun adalah sebagai berikut :

1. Setelah semua peralatan dan ATBM gedokan siap, penenun mulai menenun.

Posisi tubuh duduk dengan kedua kaki diselonjorkan ke depan, sambil

menekan penahan kaki.

2. Setelah benang digulungkan ke dayan dan sebagai benang lungsi ke apit,

selanjutnya dimulai menenun. Menenun tenun ikat songket dimulai dengan

matok / patuk. Patuk tidak memiliki ragam hias. Cara patuk adalah dengan

memasukkan benang pakan diantara benang lungsi ke arah kanan, kemudian

dengan menggunakan suri dan beliro benang pakan dirapatkan. Selanjutnya

kembali benang pakan dimasukkan ke arah kiri dan dirapatkan dengan suri

dan beliro. Begitu seterusnya sampai leher patuk kira-kira 10-15 cm.

3. Benang pakan disiapkan, digulung di pleting dan diletakan dikiri dan kanan

penenun. Gulungan benang pakan tambahan ini digunakan untuk membuat

motif pinggiran kanan dan kiri tenun ikat. Sama seperti menggerjakan patuk

benang pakan disisipkan diantara benang lungsi kiri dan kanan, kemudian

benang pakan polos. Baru kemudian disusun dan dirapatkan dengan beliro,

begitu seterusnya.

4. Setelah matok, selanjutnya membuat motif tumpal kurang lebih 30 cm, baru

selanjutnya ngembang yaitu membuat motif ragam hias ditengah kain.

5. Untuk membuat motif/ragam hias ini dipergunakan benang emas tambahan

dan sisipkan diantara benang lungsi yang sudah memiliki motif. Selanjutnya

digunakan sisir dan beliro untuk merapatkan benang pakan.

Secara lebih terurai langkah-langkah dari menenun motif yaitu: pertama,

masukkan lidi kembang (di tarik), angkat/tegakan pelipiran, masukkan

incing/karap satu, sisir dengan suri masukkan baliro, masukkan benang pakan

tambahan, tarik beliro, angkat incing/karap, sambil geser suri, masukkan beliro

lagi dan pantak/tekan. Masukkan benang limar, pantak, masukkan benang

tambahan (emas) pantak. Angkat incing/karap masukkan bambu, masukkan

beliro, pantak masukkan benang limar pantak, begitu seterusnya.

Page 38: BAB II Songket Dan Kebudayaan Dalam Masyarakatdigilib.itb.ac.id/files/disk1/612/jbptitbpp-gdl-nettyjulia-30579-3... · Fungsi spiritual dari seni kerajinan berkaitan dengan sumber

51

Setelah ditinjau di lapangan bahwa proses pembuatan kain songket membutuhkan

waktu 4 minggu ditambah dengan pembuatan selendang songket membutuhkan

waktu 4 minggu. Jadi setiap satu set produk songket bisa mencapai 1 hingga 2

bulan. Songket sangat dipengaruhi oleh tingkat kerumitan berbagai jenis ragam

hias yang dibutuhkan. Bila produk songket tersebut menerapkan corak ragam hias

lebih sederhana maka waktu yang dibutuhkan dalam memproses bahan baku

benang hingga menenun, bisa mencapai waktu 2-3 minggu dalam setiap satu set

produk songket.

Gambar 2.7 Proses menenun kain songket tawur di wilayah Ki Gede Ing Suro

kota Palembang (Dokumen, Netty Juliana:2004)

2.6 Tinjauan Umum Ragam hias

Ragam hias berasal dari kata ‘ragam’ dan ‘hias’. Ragam berarti macam, jenis,

modelnya beragam agar memenuhi selera pembeli; warna, corak.(Kamus

Indonesia, 2006:638). Sedangkan hias berarti mempercantik diri, memperelok

diri, memperindah diri, berdandan. (kamus Indonesia, 2006:322). Maka ragam

hias dapat dikatakan sebagai model dari berbagai macam bentuk yang berfungsi

sebagai keindahan dari suatu objek itu sendiri.

Page 39: BAB II Songket Dan Kebudayaan Dalam Masyarakatdigilib.itb.ac.id/files/disk1/612/jbptitbpp-gdl-nettyjulia-30579-3... · Fungsi spiritual dari seni kerajinan berkaitan dengan sumber

52

Ragam hias dalam bahasa Inggris disebut dengan kata ‘ornament’. Ornamen

diartikan sebagai hasil dari kerajinan tangan, hiasan dalam arsitektur: hiasan yang

dibuat dengan pahatan-pahatan (misalnya pada candi, rumah tradisional, dan

sebagainya). Ornamental: bersifat sebagai hiasan, bersifat sebagai lukisan.

(Kamus Indonesia, 2006:264).

Pendapat lain mengatakan ragam hias merupakan tiruan dari bentuk atau

mengembangkan bentuk alam yang dipergunakan sebagai elemen dekorasi yang

diaplikasikan pada permukaan benda. Ia mempersolek suatu bentuk benda secara

lahiriah, bahkan satu atau sebagian darinya memiliki nilai simbolik atau

mengandung makna tertentu. Dalam penciptaan ragam hias tidak dapat dilepaskan

unsur- unsur apa yang menjadi pendukung terjadinya bentuk-bentuk visual

tersebut, di antaranya peranan garis, bidang, tekstur dan warna. (Toekio, 1987:2)

Ragam hias adalah pangkal atau pokok dari suatu pola yang disusun dan

dikomposisikan secara berulang-ulang, maka akan diperoleh suatu pola, kemudian

setelah pola tersebut diterapkan pada benda maka akan terjadilah suatu ragam

hias. Ragam hias yang diterapkan pada suatu benda digunakan dalam dua aspek,

yaitu sebagai dekorasi dan sebagai lambang dalam konsepsi filosofi pada

kehidupan manusia. Sebagai dekorasi ragam hias tampil dalam berbagai bentuk

pada berbagai produk seperti cenderamata, barang-barang hiasan rumah tangga,

busana, dan lain-lain. Sebagai lambang ragam hias selain berfungsi praktis

sebagai penghias suatu benda juga diperuntukkan pula untuk tujuan lain seperti

keselamatan, kemakmuran tanda-tanda khusus, lambang kebesaran, ajaran tentang

adat dan sebagainya. Pada kesenian trdisional Indonesia, keberadaan ragam hias

tidaklah semata-mata sebagai media artistik, banyak diantaranya mempunyai

makna simbolik sebagai ungkapan atau cerminan budaya suku bangsa yang

membuatnya. Ragam hias menjadi simbol dari media tutur untuk menyampaikan

pesan tertentu yang berkaitan dengan sistem kepercayaan dan filosofi hidup

masyarakat.(Gustami, 1990:7)

Page 40: BAB II Songket Dan Kebudayaan Dalam Masyarakatdigilib.itb.ac.id/files/disk1/612/jbptitbpp-gdl-nettyjulia-30579-3... · Fungsi spiritual dari seni kerajinan berkaitan dengan sumber

53

Ciri utama ragam hias Indonesia adalah keberagaman bentuk dan warnanya yang

sangat kompleks. Kompleksitas tersebut karena latar belakang budaya masyarakat

dan lingkungan alamnya yang sangat beragam. Secara umum ragam hias di

Indonesia mempunyai banyak kemiripan, terutama ragam hias pada kerajinan

tekstil seperti kain songket. Hal ini disebabkan karena adanya kesamaan konsep

estetik yang berdasarkan pada kosmologi asli yang mengutamakan keselarasan,

serta faktor akulturasi dari hubungan dagang dengan budaya asing seperti India,

Cina, dan bangsa Eropa. Kalaupun terdapat perbedaan warna dan bentuk serta

bahan yang digunakan, semua itu mendukung terbentuknya ciri dan kekuatan

warna lokal masing-masing. Keberagaman ragam hias sangat dipengaruhi oleh

faktor adat, situasi dan kondisi lingkungan dan senimannya. Tetapi kebutuhan

terhadap ragam hias termotivasi oleh kebutuhan artistik. Daya artistik yang besar

terungkap dalam segala rupa ciptaan artistik dan kerajinan yang sangat indah.

(M.Lubis, 2006:16).

Ornamen ataupun ragam hias sering dijumpai pada arsitektur bangunan, tembikar,

kain tenun, ukiran mebel, hingga peralatan rumah tangga. Namun ragam hias

dipengaruhi oleh sifat alami material yang dibuat, demikian juga halnya gaya atau

cara dimana objek alami dibuat untuk ornamentasi oleh orang yang berbeda pada

waktu yang berbeda. Oleh sebab itu seni ragam hias berkaitan erat dengan

material, tujuan, bentuk dan gaya. Bentuk ragam hias yang paling tua terdiri

gambar geometris, lingkaran-lingkaran kecil, garis lurus dan lengkung dan

sebagainya, semua digambar dengan bentuk keteraturan pasti dan menurut irama

tertentu. Dengan kemajuan intelektual umat manusia, seniman memperoleh lebih

banyak kecakapan teknis, dan mencoba bahkan mengunakan ornamen binatang,

tumbuhan dan figur manusia sebagai seni ragam hias.

Page 41: BAB II Songket Dan Kebudayaan Dalam Masyarakatdigilib.itb.ac.id/files/disk1/612/jbptitbpp-gdl-nettyjulia-30579-3... · Fungsi spiritual dari seni kerajinan berkaitan dengan sumber

54

2.6.1 Ragam Hias Cina pada Tekstil

Kecenderungan kain tenun songket, tenun ikat pakan, ikat lungsi, maupun batik

di masa prasejarah mencermikan pandangan hidup yang menekankan

keseimbangan, keselarasan, keserasian dan kelestarian. Ragam hias tekstil

Nusantara dibentuk bukan hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan teknis,

estetis dan fungsi saja, tetapi selalu dihubungkan dengan kekuatan gaib, yang

dilambangkan dalam bentuk ragam hias dekoratif dan simbolis.

Bangsa Indonesia memiliki tradisi yang bersifat ‘dualisme dwitunggal’ ada dunia

atas: dewa, angkasa, gunung, lelaki, baik, kanan, dan sebagainya. Sebagai

pasangannya, ada dunia bawah: manusia, laut, wanita, jahat, kiri, dan sebagainya.

Dualisme ini bukan untuk dipertentangkan tapi untuk diintergarasikan. Selain itu,

berkembang pula pandangan dualisme: lama-baru, kenal-asing, dalam-luar.

Dualisme itu bukan untuk dipertentangkan. Melainkan perlu kerjasama untuk

menciptakan paduan yang seimbang, selaras, serasi, dan lestari. Kepada sesuatu

yang baru, asing, luar, bangsa Indonesia tidak langsung menolaknya, tetapi

menjalin hubungan dengannya kemudian mengintergrasikannya untuk menjadi

“milik barunya” tanpa meninggalkan jati dirinya. (Primadi Tabrani,1995).

Menurut catatan sejarah bangsa Indonesia, budaya Cina masuk ke Indonesia

melalui jalur perdagangan hingga kawasan Hindia dan pasifik. Masyarakat Cina

melalukan transaksi jual beli dengan masyarakat pribumi diantaranya kain sutera,

porselin yang berbentuk guci, kain katun, rempah-rempah, dan lain sebagainya.

Dan masa kebudayaan perunggu, bangsa Indonesia telah biasa melakukan

perdagangan antar pulau di Nusantara. Mereka bahkan mengadakan kontak

dagang dengan penduduk di Vietnam. Kemungkinan besar mereka telah

melakukan perdagangan dengan cina dan menyaksikan kebudayaan Cina seperti

yang digambarkan dalam nekara, benda-benda perunggu seperti kapak perunggu,

porselin, barang-barang logam dan kayu tekstil. Pada barang-barang tersebut

terdapat ragam hias yang indah sehingga menjadi daya tarik bagi pembelinya.

Page 42: BAB II Songket Dan Kebudayaan Dalam Masyarakatdigilib.itb.ac.id/files/disk1/612/jbptitbpp-gdl-nettyjulia-30579-3... · Fungsi spiritual dari seni kerajinan berkaitan dengan sumber

55

Orang Cina mengenal filsafat kesinambungan yang melambangkan dinamika

alam. Menurut shu Ching, ada lima elemen wujud yang berinteraksi: air, api,

kayu, logam, dan tanah. Kelima elemen tersebut dapat saling bersahabat, tapi juga

bisa saling bermusuhan satu dengan lainnya. William 1976 menulis:

Water produces wood, but destroys fire;

Fire produces Earth, but destroys Metal;

Metal produces Water, but destroys Wood;

Wood produces Fire, but destroys earth;

Earth produces Metal, but destroys Water.

Dari analogi dengan lima elemen tersebut berkembang lima susunan lainnya

seperti lima atmosfer, lima jenis padi-padian, lima planet, lima logam, lima warna,

dan sebagainya. Hubungan antara lima logam dan lima warna digambarkan

sebagai berikut: emas = kuning, perak = putih, tembaga = merah, timah = biru,

dan besi = hitam.

Filsafat kesinambungan dinamis dijadikan titik tolak pemikiran bahwa elemen-

elemen di alam ini merupakan suatu siklus yang terus-menerus aktif sepenjang

masa. Elemen-elemen yang menunjang kehidupan selalu aktif berinteraksi

membawa manfaat. Menghayati kedinamisan alam ini, seniman cina

mengekspresikan bentuk-bentuk yang ada di alam ini dengan garis dan susunan

yang dinamis, berirama, berubah, hidup dan tidak membosankan. Alam penuh

gejolak, waktu selalu berubah, alam memiliki daya untuk mengubah lingkungan.

Angin menyebabkan gelombang, gulungan awan, lidah api, goyang daun, dan

getaran rasa. Dengan demikian bentuk ragam hias Cina cenderung digambarkan

dinamis, seperti meander yang tersusun ritmis, bentuk lidah api, bentuk awan,

swastika yang memutar ke kanan, dan bentuk spiral yang melilit. Pemandangan,

tumbuhan, binatang, dan manusia digambarkan dengan komposisi dinamis.

Gambar pada porselin dan tekstil Cina, disusun secara dinamis, seperti burung

terbang dengan sayap mengepak, kupu-kupu riang bercumbu, dan bunga

bergoyang seolah tersenyum. Semua itu merupakan ungkapan kecintaan terhadap

alam. Ragam hias Cina yang masih sangat berpengaruh terhadap kain tradisional,

Page 43: BAB II Songket Dan Kebudayaan Dalam Masyarakatdigilib.itb.ac.id/files/disk1/612/jbptitbpp-gdl-nettyjulia-30579-3... · Fungsi spiritual dari seni kerajinan berkaitan dengan sumber

56

baik itu kain batik maupun kain tenun Nusantara. Corak lakcon ini terdiri atas

ragam hias burung funiks dengan ekor berjumbai. Burung funiks adalah mitologi

Cina yang dianggap sebagai maharaja semua burung, yang melambangkan

kegagahan dan keperkasaan. (Hasanudin,2001: 43).

Pengaruh kebudayaan cina pada kain songket Palembang tergambar pada berbagai

corak seperti bungo cino, nago besaung, dan meander. Warna pada songket

Palembang juga dipengaruhi oleh kebudayaan Cina seperti warna emas dan warna

merah anggur. Pada awal abad 20 kain songket mulai bergeser menjadi kain

tradisional yang tidak tergantung lagi pada makna simbol pemakainya, tetapi

dapat dipakai oleh siapa saja yang ingin mengenakannya, sesuai dengan selera

konsumen maupun permintaan pasar.

2.6.2 Ragam Hias India pada Tekstil

Dalam buku Perpolus dan Hyphegesis adalah catatan sejarah yang membuka mata

para pedagang Barat untuk mengenal lebih jauh jalur pelayaran Samudaera Hindia

ke Indonesia. Dengan jalur laut ini terbuka kemungkinan meningkatkan kontak

dagang antar kota dagang di Romawi, Arab, Persia, India dan Indonesia bahkan

Cina. Menurut Van Leur, barang dagangan yang beredar di pasar pada waktu itu

adalah emas, perhiasan, berbagai barang tenunan, barang pecah belah, bahan

kerajinan, ramuan untuk wewangian dan obat-obatan. (Marwati,1992).

Perdagangan antara Indonesia dan India merupakan salah satu faktor yang

memberi peluang masuknya pengaruh kebudayaan India. Proses penyerapan nilai-

nilai kebudayaan India banyak dipengaruhi oleh sikap bangsa Indonesia yang

telah dimiliki sejak masa prasejarah sebagai bangsa bahari yang terbuka dan

ramah. India tidak hanya melakukan hubungan dagang saja melainkan

menyebarkan agama Budha dan Hindu. Hal ini dapat dilihat dari peninggalan

masa kejayaan kerajaan Hindu dan Budha yang sampai sekarang masih bisa

disaksikan seperti candi, arca yang melambangkan dewa-dewa dalam ajaran

Hindu, arca raja, dan prasasti yang mengungkapkan latar belakang sejarah. Bukti

Page 44: BAB II Songket Dan Kebudayaan Dalam Masyarakatdigilib.itb.ac.id/files/disk1/612/jbptitbpp-gdl-nettyjulia-30579-3... · Fungsi spiritual dari seni kerajinan berkaitan dengan sumber

57

sejarah tentang perkembangan kerajaan Hindu dan Budha banyak diperoleh dari

catatan orang Cina.

Perdagangan antara kerajaan-kerajaan Indonesia dengan Cina dan India

berkembang pesat. Hal ini disebabkan oleh kemajuan transportasi, baik laut

maupun darat, sehingga mempercepat hubungan dengan sumber penghasilan.

Jalur-jalur pendalaman dibuka dengan menggunakan angkutan darat berupa kereta

berkuda. Pengaruh kebudayaan India pada bangsa Indonesia adalah membentuk

kedinamisan dalam berpikir, terutama setelah mengenal cara membaca dan

menulis, sehingga bangsa Indonesia dapat membaca perkembangan budaya.

Hubungan dagang antara India dan Indonesia mendorong terbukanya hubungan

dagang lebih luas, yang melibatkan Cina Parsi dan Arab. Indonesia terletak

dipersilangan lalu lintas dagang Arab dan Cina, adalah wilayah yang strategis

yang banyak dikunjungi oleh bangsa lain. Karena itu, Indonesia dapat langsung

menawarkan hasil bumi atau hasil usaha lainnya secara langsung kepada

mancanegara yang datang. Karena itu, para pedagang Indonesia dapat secara tepat

dan cepat mengetahui kebutuhan pasar. (Hasanudin, 2001)

Pengaruh kebudayaan India mendorong perkembangan agama Hindu dan Budha

di Indonesia. Perkembangan ini banyak melahirkan tempat peribadatan yang

dibangun secara artistik, dan upacara, yang menumbuhkan kesenian, seperti seni

patung, seni ukir, seni tari, wayang, gamelan, tenunan, batik, dan seni sastra.

Dalam seni rupa, seni yang banyak mengungkap bentuk ragam hias adalah seni

ukir, tenun, dan batik. Ragam hias pada seni tersebut banyak diilhami oleh

gambar-gambar mitologi Hindu dan Budha. Ragam hias banyak terdapat pada

dinding candi, seperti ceplok, jlamprang, banji, dan bentuk-bentuk geometris

lainnya. Selain itu, terdapat pula ragam hias manusia, wayang, kedok, bermacam-

macam binatang, termasuk binatang mitologi dan ragam hias tanaman, dengan

langgam sulur-suluran yang tesusun ritmis. Ragam hias tersebut berpengaruh pada

corak batik dan corak tenun songket Palembang.

Page 45: BAB II Songket Dan Kebudayaan Dalam Masyarakatdigilib.itb.ac.id/files/disk1/612/jbptitbpp-gdl-nettyjulia-30579-3... · Fungsi spiritual dari seni kerajinan berkaitan dengan sumber

58

2.6.3 Ragam Hias Pada Kain Songket

Ragam hias pada tekstil Indonesia pada umumnya dapat dikelompokan menjadi

dua yaitu ragam hias geometris dan non geometris/organik. Ragam hias geometris

mengambil bentuk-bentuk terukur seperti segi empat, segitiga, lingkaran dan lain-

lain. Ragam hias geometris terdiri dari berbagai jenis di Indonesia yang terkenal

adalah jenis ragam hias meander, jenis ragam hias tumpal, jenis ragam hias banji,

jenis ragam hias spiral atau pilin, dan jenis ragam hias kawung. Ragam hias

organik adalah ragam hias yang pola hiasnya tersusun dari bentuk-bentuk yang

lebih bebas, tidak terikat pada pola-pola tertentu yang dikategorikan sebagai pola

geometris. Ragam hias ini bentuknya lebih kompleks dan dinamis, susunan

bentuknya terdiri dari berbagai jenis stilasi bentuk bersumber dari lingkungan

alam (flora, fauna, dan alam/benda mati).

Pengembangan bentuk-bentuk mahluk hidup atau objek tumbuhan sebagai objek

ragam hias dapat dilakukan dengan dua cara, pertama; dibentuk dengan wujud

alami objek itu, inilah yang disebut dengan ragam hias naturalistik. Dan yang

kedua dalam suatu bentuk yang mencerminkan spirit waktu, religius atau gagasan

politis dari suatu masyarakat tertentu disebut dengan Sylistic Ornament. Masing-

masing mempunyai bentuk-bentuk ragam hias yang lebih disukai oleh masyarakat

dimana ragam hias itu tumbuh. (N.S.Djumena, 1986:8) menjelaskan faktor-faktor

yang mempengaruhi munculnya rancangan dari ragam hias yang begitu

banyaknya, juga untuk membedakan macam ragam hias setiap daerah yaitu letak

geografis suatu daerah, sifat dan tata kehidupan daerah, kepercayaan, serta adat

istiadat, keadaan alam sekitar termasuk flora fauna dan kontak atau hubungan

antar daerah penghasil kerajinan.

Terjadinya akulturasi, khususnya akulturasi kebudayaan Indonesia itu sendiri,

merupakan hal yang rumit. Hal ini dikarenakan letak wilayah Indonesia, yang

berada pada titik-titik pengaruh kebudayaan dari tiga benua. Dari hasil pengaruh-

pengaruh tersebut, memang memberikan kekayaan corak atau gaya dalam

kebudayaan Indonesia. Akan tetapi, bila dilihat dari suatu nilai dan fungsi setiap

Page 46: BAB II Songket Dan Kebudayaan Dalam Masyarakatdigilib.itb.ac.id/files/disk1/612/jbptitbpp-gdl-nettyjulia-30579-3... · Fungsi spiritual dari seni kerajinan berkaitan dengan sumber

59

hasil kreatifitas menunjukkan adanya dua sifat yaitu sebagai hiasan dan sebagai

lambang. Hal ini hampir dialami oleh setiap kelompok masyarakat di muka bumi

ini. Sebagai misal, bentuk (ciptaan) karya seni gaya dekoratif dengan berbagai fi-

gur ragam hias yang hanya untuk dekorasi saja, atau sebagai suatu perlambangan,

untuk suatu upacara. Dari gaya yang ditampilkan oleh masing-masing etnis di

kepulauan Indonesia ini, tampak jelas perbedaan-perbedaan motifnya. Namun dari

bentuk dasar sebagai motif memiliki beberapa unsur yang sama. Hal ini

merupakan bukti adanya sumber pengaruh yang searah. Unsur-unsur geometrik,

bentuk-bentuk pilin, meander serta figur-figur binatang, tumbuh-tumbuhan dan

manusia semua orang di kepulauan Indonesia ini menggunakannya sebagai

gambar ornamen. Di dalam bentuk ornamen yang diterapkan pada bentuk-bentuk

tertentu, selain sebagai dekorasi, mempunyai arti lain, yaitu sebagai

lambang/simbol. (Hasanudin, 2001)

Seni ragam (ornamen), memang cocok/tepat, bila digunakan dalam dunia

perlambangan. Banyak tanda-tanda yang digunakan oleh manusia sebagai

lambang untuk kepentingan-kepentingan tertentu di dalam kehidupan manusia.

Contohnya bentuk binatang, misalnya seekor burung dalam seni ornamen,

dikaitkan sebagai lambang dewa atas. Demikian juga seekor ular atau biawak,

sebagai lambang dewa bawah. Di dalam seni ragam hias sebatang pohon

ditampilkan dalam bentuk gambar stilasi yang dikaitkan dengan lambang pohon

hayat, atau pohon kehidupan atau Hyang Maha Esa. Gambar pohon ini hampir

menyebar di seluruh kepulauan Indonesia. Demikian pula bentuk-bentuk ornamen

dengan figur-figur tertentu sebagai motif dapat mempunyai arti tertentu pula,

sesuai dengan manfaatnya. Hal ini dapat dilihat pada penjelasan-penjelasan

sebagai berikut.

Ragam hias yang terdapat pada seni songket Palembang dibentuk melalui proses

ditenun dengan menggunakan benang pakan emas. Ragam hias songket

dipengaruhi oleh budaya Cina-Hindu dan.India, misalnya motif ular naga (naga

besaung). Sedangkan kepandaian bertenun songket Palembang dipengaruhi oleh

Page 47: BAB II Songket Dan Kebudayaan Dalam Masyarakatdigilib.itb.ac.id/files/disk1/612/jbptitbpp-gdl-nettyjulia-30579-3... · Fungsi spiritual dari seni kerajinan berkaitan dengan sumber

60

budaya India. dengan ragam hias gunungan. Lambang/simbol gunungan pada

songket Palembang merupakan simbol tempat pembelajaran para pemuka agama

Budha dalam mensucikan diri terhadap kehidupan dunia (bertapa). Sedangkan

ragam hias pucuk rebung merupakan simbol dari kesuburan terhadap kondisi

lingkungan alam sekitar. Ragam hias yang utama, pada songket umumnya

berbentuk geometrik yang bersifat abstrak, seperti ragam hias naga besaung,

pucuk rebung, gunungan, kembang mawar, bunga melati, bunga tanjung, bunga,

sulur-sulur dedaunan, apit (garis horizontal), kotak-kotak, pilin dan sebagainya.

Maka motif songket sebagai salah satu kebudayaan Indonesia diciptakan oleh

lingkungan masyarakat dengan latar budaya dan adat istiadat yang beragam.

Keberagaman terlihat pada bentuk ragam hias sebagai ungkapan estetik etnis

dengan ciri kedaerahan masing-masing. Walaupun terdapat perbedaan juga

terdapat banyak persamaan dan kemiripan, terutama oleh daerah-daerah penghasil

kerajinan songket yang berdekatan, atau daerah yang mendapat pengaruh dari

budaya yang sama. Seperti motif pucuk rebung atau tumpal hampir ditemui pada

semua songket Melayu (Aceh, Riau, Minang, Bengkulu, Jambi, Palembang,

bahkan Malaysia), bahkan motif pucuk rebung juga ditemui dalam songket dan

kain-kain tradisional di Jawa, Bali, Sulawesi, dan Kalimantan. Dengan demikian

songket dari setiap daerah lebih mempunyai arti apabila kita dapat meghayati dari

sikap dan pandangan masyarakatnya yang menciptakan songket tersebut. Karena

perbedaan yang timbul juga disebabkan oleh fungsi dan cara penggunaan dalam

adat dan budaya masyarakat setempat.