BAB II - sinta.unud.ac.id II KAJIAN...juga bagi dokter dan tenaga kesehatan untuk membuat mereka...

31
11 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2. 1 Kajian Pustaka Kajian pustaka dilakukan untuk menelusuri penelitian yang relevan dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini. Secara khusus studi tentang Eksistensi Balian Bawo Dayak Lawangan di Dusun Tengah, Barito Timur, Kalimantan Tengah relatif sedikit dikaji oleh para peneliti terdahulu. Adapun tulisan-tulisan tersebut akan dijadikan rujukan guna mendukung dan memberi inspirasi dalam penelitian ini. Dari penelusuran terhadap studi-studi terdahulu tentang balian yang mempunyai relevansi dengan penelitian ini ada beberapa tulisan yang bisa dipakai sebagai acuan kajian pustaka, yaitu penelitian Andreas W. Massing (1982), Where Medicine Fails: Belian Disease Prevention and Curing Rituals Among the Lawangan Dayak of East Kalimantan” dalam Borneo Research Bulletin vol.14. Penelitian ini dilakukan di Kalimantan Timur di wilayah Benuaq dan Tanjung. Dalam penelitiannya ini, Massing menyatakan bahwa kajiannya tidak hanya untuk kalangan antropolog saja, tetapi bisa bermanfaat juga bagi dokter dan tenaga kesehatan untuk membuat mereka memahami subjektif keyakinan pasien. Menurut Massing (1982), tenaga medis atau dokter perlu memahami tentang asal-usul penyakit, psikologis pasien, dan cara penyembuhannya yang

Transcript of BAB II - sinta.unud.ac.id II KAJIAN...juga bagi dokter dan tenaga kesehatan untuk membuat mereka...

Page 1: BAB II - sinta.unud.ac.id II KAJIAN...juga bagi dokter dan tenaga kesehatan untuk membuat mereka memahami subjektif keyakinan pasien. Menurut Massing (198 2), tenaga medis atau dokter

11

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN

MODEL PENELITIAN

2. 1 Kajian Pustaka

Kajian pustaka dilakukan untuk menelusuri penelitian yang relevan

dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini. Secara khusus studi

tentang Eksistensi Balian Bawo Dayak Lawangan di Dusun Tengah, Barito

Timur, Kalimantan Tengah relatif sedikit dikaji oleh para peneliti terdahulu.

Adapun tulisan-tulisan tersebut akan dijadikan rujukan guna mendukung dan

memberi inspirasi dalam penelitian ini.

Dari penelusuran terhadap studi-studi terdahulu tentang balian yang

mempunyai relevansi dengan penelitian ini ada beberapa tulisan yang bisa

dipakai sebagai acuan kajian pustaka, yaitu penelitian Andreas W. Massing

(1982), “Where Medicine Fails: Belian Disease Prevention and Curing Rituals

Among the Lawangan Dayak of East Kalimantan” dalam Borneo Research

Bulletin vol.14. Penelitian ini dilakukan di Kalimantan Timur di wilayah Benuaq

dan Tanjung. Dalam penelitiannya ini, Massing menyatakan bahwa

kajiannya tidak hanya untuk kalangan antropolog saja, tetapi bisa bermanfaat

juga bagi dokter dan tenaga kesehatan untuk membuat mereka memahami

subjektif keyakinan pasien.

Menurut Massing (1982), tenaga medis atau dokter perlu memahami

tentang asal-usul penyakit, psikologis pasien, dan cara penyembuhannya yang

Page 2: BAB II - sinta.unud.ac.id II KAJIAN...juga bagi dokter dan tenaga kesehatan untuk membuat mereka memahami subjektif keyakinan pasien. Menurut Massing (198 2), tenaga medis atau dokter

12

didasarkan pada agama Dayak Lawangan. Tindakan utama yang perlu dilakukan

adalah bagaimana membuat obat medis menjadi lebih efektif dengan tidak

menyatakan keyakinan mereka sebagai sebuah tahayul.

Hasil penelitian Massing ini bersifat deskripsi, memberikan pemahaman

tentang pentingnya ritual balian dalam komunitas Dayak Lawangan, akan tetapi

Massing dalam penelitiannya lebih banyak mengulas dan mengklasifikasikan tipe

balian daripada menyatakan peran ritual balian. Penelitian ini digunakan peneliti

untuk melihat tipe-tipe klasifikasi ritual balian .

Penelitian yang serupa juga dilakukan oleh Isabell Herrmans (2011),

Towards the Breaking Day, An Ethnography of Belian Curing Rituals among the

Luangans of Indonesian Borneo. Penelitian ini mulai dilakukan pada tahun 1983,

kemudian dilanjutkan kembali pada tahun 1996 sampai 1997, dengan mengambil

lokasi penelitian di daerah perbatasan provinsi Kalimantan Tengah dan

Kalimantan Timur. Herrmans mengkaji karakteristik yang muncul dari variabel

ritual pertunjukan dalam praktik-praktik sosial penyembuhan, transformasi, dan

representasional. Tulisan Hermans ini digunakan peneliti sebagai acuan untuk

melihat telaah diskursus dialetika yang terjadi terutama pada mitologi yang

menghidupkan hubungan manusia-roh dalam ritual. Kajiannya Herrmans tidak

secara spesifik meneliti tentang balian bawo, karena varian ritual balian

bermacam-macam fungsi dan peruntukannya.

Kedua penelitian terdahulu di atas Massing (1982), Herrmans (2011)

digunakan sebagai acuan pustaka, bahan rujukan dan pembanding. Telaah

penelitian Massing dan Herrmans berbeda paradigma dengan penelitian ini secara

Page 3: BAB II - sinta.unud.ac.id II KAJIAN...juga bagi dokter dan tenaga kesehatan untuk membuat mereka memahami subjektif keyakinan pasien. Menurut Massing (198 2), tenaga medis atau dokter

13

bidang keilmuan, jangka waktu, dan lokasi penelitian. Walaupun yang dikaji

tentang balian, tetapi kedua penelitian tersebut lebih fokus dalam masalah ritual

balian pengobatan, sedangkan penelitian ini difokuskan pada masalah eksistensi

balian bawo dalam siklus hidup Dayak Lawangan di Dusun Tengah.

Penelitian yang dilakukan oleh Noerid Haloei Radam (2001) dalam

bukunya yang berjudul “Religi Orang Bukit: Suatu Lukisan Struktur dan Fungsi

dalam Kehidupan Sosial-Ekonomi”. Penelitian ini dilakukan di selama 20 bulan,

yakni dari bulan April 1979 hingga November 1980 dengan lokasi penelitian di

kawasan hulu Amandit, Kalimantan Selatan. Radam dalam penelitian ini

melukiskan kehidupan orang Bukit dengan menghubungkan aspek-aspek ekonomi

dan ekologis perladangan yang erat kaitannya dengan sistem keagamaannya

dengan menggunakan pendekatan strukturalisme fungsional.

Dalam penelitiannya, Radam menyatakan bahwa Orang Bukit meyakini

adanya sejumlah Ilah, roh alam dan roh nenek moyang, yang mempunyai wilayah

kekuasaan dan objek pemeliharaannya masing-masing pada berbagai upacara

yang dilakukan. Hal yang menarik dari penelitian Radam adalah bagaimana

budaya lokal (kosmologi keyakinan mereka) mengalami proses budaya, secara

historis mungkin diadopsi dari kebudayaan orang Banjar Hulu yang banyak

dipengaruhi agama Islam.

Proses-proses budaya yang terjadi pada kehidupan orang Bukit

bersentuhan dengan gagasan dan nilai agama Islam dengan agamanya, yang

disebut agama balian. Proses-proses tersebut terlihat dalam mite penciptaan

Suwara diyakini sebagai Tuhan pencipta cikal bakal alam semesta dan manusia

Page 4: BAB II - sinta.unud.ac.id II KAJIAN...juga bagi dokter dan tenaga kesehatan untuk membuat mereka memahami subjektif keyakinan pasien. Menurut Massing (198 2), tenaga medis atau dokter

14

pertama. Kejadian alam semesta terjadi karena perluasan gerakan dan dorongan

biologis Datu Adam dan Datu Tihawa.

Dalam religi orang bukit mengenal pula konsepsi tentang nabi dan

malaikat Jabaril pendamping Suwara mendapat pengaruh agama Islam. Guguhan

atau Suwara itu disebut pula Panglangit (Bapak Langit) juga diyakini sebagai

sumber asal mula yang ada, baik yang hidup di muka bumi maupun yang berada

di alam semesta. Guguhan atau Suwara sebagai Ilahi yang tinggal di kawasan

langit tertinggi yakni di Langit Ing-ingan yang juga dipercaya sebagai tempat

tinggal Indung Hawa dan Adam serta Nining Bahatara. Hal menarik dari tulisan

ini adalah diantara nabi-nabi itu ada yang menjadi balian setelah berguru dengan

pada Balian Asa Mula, yakni Datu Adam.

Radam mengungkapkan penamaan Nining Bahatara diadopsi dari

Hinduisme yang pernah berkembang di Kalimantan Selatan, tetapi tidak

diungkapkan lebih jauh mengenai temuan tersebut. Radam juga tidak

menguraikan mengapa masyarakat orang Bukit menamai agama mereka sebagai

agama Balian.

Fredrik Ngindra (1999) dalam bukunya “Upacara Agama Bungan Pada

Masyarakat Kenyah Bakung di Long Apan Baru”, lebih banyak

mendokumentasikan kegiatan keagamaan dan upacara ritual agama lama

masyarakat Kenyah Bakung di Long Apan Baru, Kecamatan Long Pujungan,

Kalimantan Timur, yang dinamakan agama Bungan. Penelitian Ngindra

menggunakan data yang diperoleh dari responden yang dipilih dalam jangka

waktu yang relatif lama ketika keberadaan rumah panjang masih mudah

Page 5: BAB II - sinta.unud.ac.id II KAJIAN...juga bagi dokter dan tenaga kesehatan untuk membuat mereka memahami subjektif keyakinan pasien. Menurut Massing (198 2), tenaga medis atau dokter

15

ditemukan dan respondennya sudah berusia lanjut. Agama Bungan kini tidak

dipraktikkan lagi karena seluruh penduduknya telah menganut agama Kristen.

Dalam penelitian ini, Ngindra mengulas tentang upacara ritual agama

Bungan. Salah satu ritual yang diulas adalah upacara mending yang

menggunakan balian untuk mengusir roh-roh jahat yang menggangu kehidupan

penghuni rumah panjang. Mendiang berarti “mendindingi (semua celah-celah

rumah)”. Tidak dijelaskan lebih lanjut mengenai otoritas dan peran balian dalam

agama Bungan selain mengusir roh-roh jahat dan sebagai dukun yang mengobati

orang sakit.

Tulisan Daniel Lawing (1999), “Lagu-lagu dan Alat Musik Dayak

Kenyah Leppo’ Ma’ut”, merupakan hasil penelitian singkat yang dilaksanakan

Lewing di Desa Long Alango di Kecamatan Long Pujungan, Kalimantan Timur.

Penelitian ini dilakukan melalui wawancara dengan orang-orang tua yang

menguasai kebudayaan Leppo’ Ma’ut.

Hasil penelitian Lawing (1999) ini merangkum lagu-lagu dan musik

rakyat Leppo’ Ma’ut dengan menggunakan nada pentatonis, yaitu nada terbatas,

hanya ada lima sampai dengan tujuh nada maupun diatonis (untuk lagu yang

menggunakan nada satu oktav penuh). Rima lagu-lagu rakyat Dayak Kenyah

Leppo’ Ma’ut pada umumnya A-A-B-B. Adapun jenis dan kategori lagu yang

ditulis dalam buku tersebut, yaitu: (1) lagu belian, terdiri atas tiga jenis lagu:

belian kenai ndok, belian suket dan belian sakit; (2) lagu silun, terdiri atas tiga

jenis: silun tindau, silun ketena’ dan silun menjaeng; (3) londe; (4) uyon along;

dan (5) melalo.

Page 6: BAB II - sinta.unud.ac.id II KAJIAN...juga bagi dokter dan tenaga kesehatan untuk membuat mereka memahami subjektif keyakinan pasien. Menurut Massing (198 2), tenaga medis atau dokter

16

Dari penelitian Ngindra (1999) dan Lawing (1999) ini diketahui bahwa

jenis balian yang diungkapkan berbeda dengan penelitian balian bawo dari

aspek religi, tata cara ritual, maupun bahasa atau mantra yang digunakan. Fokus

penelitan Lawing terutama sastra lisan, lagu-lagu rakyat, dan alat musik

tradisonalnya, sementara penelitian Ngindra mengenai sistem religi.

Penelitian lain yang meneliti tentang kegiatan ritual suku Dayak di

wilayah kabupaten Barito Timur dilakukan oleh Wayan Gepu (2009), “Upacara

Balian Palas Bidan pada Masyarakat Hindu Kaharingan Suku Lawangan di

Desa Putai Kabupaten Barito Timur Kalimantan Tengah (Kajian Bentuk,

Fungsi, dan Makna)”. Upacara balian palas bidan merupakan upacara memohon

anugerah dan berkah kepada Tuhan, dengan tujuan untuk mendapatkan

keselamatan dan kesucian. Upacara balian palas bidan merupakan kewajiban

yang patut dilaksanakan dengan tujuan agar anak yang sudah dilahirkan atau

sudah kepus tali puser menjadi bersih dan suci, serta diizinkan dibawa ke tempat

ibadah.

Berdasarkan hasil penelitiannya, Gepu (2009) menyimpulkan

pelaksanaan upacara balian palas bidan dibagi dalam tiga tahap, yaitu tahap

persiapan, tahap kegiatan pokok, dan tahap akhir yang dipimpin oleh seorang

belian (balian). Tahap persiapan merupakan kegiatan untuk mempersiapkan

segala sarana yang digunakan. Sedangkan tahap pokok berisi kegiatan

penyucian atau memandikan bayi yang disaksikan oleh Juwata sebagai

penguasa sungai. Tahap akhir mengantar kembali Mulung Umbo dan Mulung

Uwok kembali ke asalnya, yaitu langit (alam atas).

Page 7: BAB II - sinta.unud.ac.id II KAJIAN...juga bagi dokter dan tenaga kesehatan untuk membuat mereka memahami subjektif keyakinan pasien. Menurut Massing (198 2), tenaga medis atau dokter

17

Penelitian Gepu memfokuskan pada prosesi pelaksanaan ritual atau

upacara yang meliputi bentuk pelaksanaan, sarana prasarana, mantra yang

digunakan, tempat, dan waktu pelaksanaannya.

Kuri (2008) “Tradisi Tuyo Hindu Kaharingan di Desa Rodok, Barito

Timur, Kalimantan Tengah (Kajian Teologi Lokal)”, tulisan tentang sebuah

tradisi unik yang ada di Desa Rodok yang disebut tuyo. Dalam penelitiannya,

Kuri menguraikan bahwa pada mulanya sebutan tradisi tuyo itu bervariasi antara

lain disebut bapajem, bekapek, dan nyuli. Pada zaman penjajahan Belanda

banyak pengikut tuyo yang ditangkap karena tradisi tuyo dianggap

menghidupkan manusia yang sudah meninggal dunia untuk melawan penjajah.

Hal menarik lain disebutkan pada tahun 1942 pernah ada orang Jepang bernama

“Tuan Balok Enam Belas” yang ikut melaksanakan tradisi tuyo karena ajaran

tuyo dilihat memiliki kesesuaian dengan kepercayaan orang Jepang yang bersifat

“suci hati”.

Tradisi tuyo merupakan salah satu bentuk pemujaan yang ada pada etnis

Dayak Lawangan untuk memohon keselamatan, kesejahteraan, kedamaian, dan

pembersihan atau penyucian diri kepada Mo Maha Pengewasa Ulun Tinggi

Alam Pengelamen dalam manifestasinya sebagai dewa penjaga delapan penjuru

mata angin.

Tradisi tuyo dalam pelaksanan ritualnya dilakukan dengan tuye (tarian

tuyo) yang diiringi tinga-tinga (doa atau mantra). Menari memutar mengelilingi

tempat dan sarana persembahyangan sebanyak empat atau delapan kali putaran

dari arah kanan. Banyaknya putaran tergantung dengan ketentuan atau instruksi

Page 8: BAB II - sinta.unud.ac.id II KAJIAN...juga bagi dokter dan tenaga kesehatan untuk membuat mereka memahami subjektif keyakinan pasien. Menurut Massing (198 2), tenaga medis atau dokter

18

pemimpin sembahyang. Pemimpin sembahyang tradisi tuyo yang disebut belian

tuyo.

Tradisi tuyo saat ini biasa dilaksanakan di lingkungan keluarga yang

dilakukan sebanyak tiga kali sehari, yaitu pada pagi hari pukul 06.00 wib, siang

hari pukul 12.00 wib, dan sore hari pukul 18.00 wib. Di lingkungan umat

dilaksanakan di langar rodok loma bawoo dan langar tudan tuyo (tempat

ibadah) setiap malam Senin dan Kamis. Tradisi tuyo juga dilaksanakan pada hari

tertentu yaitu setiap tanggal 1 Januari tahun baru masehi sebagai ungkapan

syukur atas anugrah tahun sebelumnya dan mendoakan keselamatan pengikut

tuyo pada tahun baru berikutnya.

Perayaan besar lain yang biasa dirayakan adalah ulang tahun tuyo yang

dirayakan tiap tahun pada tanggal 4 Juni, yang sudah dilaksanakan sejak tahun

1959. Setiap tahun pada tanggal 17 Agustus tradisi tuyo dirayakan pula untuk

mendoakan memohon keselamatan umat manusia, bangsa, dan negara.

Tradisi tuyo berbeda dengan ritual balian bawo walaupun memiliki

persamaan dalam tujuan ritual. Tradisi tuyo lebih menekankan aspek ibadah

dan penyucian diri. Dalam penelitian Kuri tidak dijelaskan lebih mendalam

tentang keunikan teologi tradisi tuyo dan bagaimana agama lokal mengalami

perwujudkan sebagai identitas ideologi lokal.

Hasil penelitian yang telah dikemukakan di atas dijadikan sebagai sumber

data sekunder yang akan digunakan sebagai bahan pembanding dan pelengkap,

sedangkan sumber data primer yang akan digali di lapangan. Sumber data primer

yang paling utama adalah informasi hasil eksplorasi dari para narasumber,

Page 9: BAB II - sinta.unud.ac.id II KAJIAN...juga bagi dokter dan tenaga kesehatan untuk membuat mereka memahami subjektif keyakinan pasien. Menurut Massing (198 2), tenaga medis atau dokter

19

terutama penutur utama balian bawo yang masih hidup. Balian bawo

merupakan living traditions. Penelitian ini akan menggali ingatan kolektif yang

tersimpan dalam memori komunitas Dayak Lawangan.

2.2 Konsep

Konsep merupakan sejumlah karateristik yang menjelaskan suatu objek,

kejadian, gejala, kondisi atau situasi yang diyatakan dalam satu istilah atau kata.

Konsep bersifat operasional yang menyatakan seperangkat petunjuk atau kriteria,

atau operasional yang lengkap tentang apa yang harus diamati dan bagaimana

mengamati (Silalahi, 1999: 79). Definisi operasional tentang suatu konsep yang

dikemukakan oleh setiap peneliti dapat berbeda meskipun topik atau konsep yang

diteliti sama. Adapun konsep yang dirumuskan dalam penelitian ini, yaitu: (a)

eksistensi balian bawo, (b) komunitas Dayak Lawangan, dan (c) kelangkaan dan

kepunahan Budaya.

2.2.1 Eksistensi Balian Bawo

Sistem ritus dan upacara dalam religi berwujud aktivitas dan tindakan

manusia dalam melaksanakan baktinya terhadap Tuhan, Dewa-dewa, roh nenek

moyang, atau makhluk halus lain. Ritus atau upacara religi biasanya terdiri atas

suatu kombinasi yang merangkaikan satu, dua, atau beberapa tindakan, seperti

berdoa, bersujud, bersaji, berkorban, makan bersama, menari dan menyanyi,

berproses, berseni drama suci, berpuasa, intositasi, bertapa, dan bersemedi

(Koentjarangrat, 1985: 44).

Page 10: BAB II - sinta.unud.ac.id II KAJIAN...juga bagi dokter dan tenaga kesehatan untuk membuat mereka memahami subjektif keyakinan pasien. Menurut Massing (198 2), tenaga medis atau dokter

20

Asumsi filosofis ritus adalah manusia sebagai homo religious. Kottak

(dalam Vianey, 2008: 28--29) menegaskan ritus sebagai representasi dan

artikulasi dari religi yang memuat unsur verbal dan non-verbal. Unsur verbal dari

dalam religi dalam ritus antara lain terungkap dalam doa, mitos, ajaran kearifan

hidup berupa tuturan-tuturan ritual berbentuk ungkapan-ungkapan tradisional

yang memuat pernyataan-pernyataan filosofis, teologis, dan moral yang berkaitan

dengan manusia dan Tuhan.

Unsur-unsur non-verbal ritus dapat dilihat dalam proses pelaksanaannya

berupa sarana prasarana yang dihadirkan, sesaji, bahan-bahan ritual, serta waktu

dan tempat yang digunakan untuk mengaktualkan ritual tersebut oleh para

pemimpin upacara serta pembantu-pembantu khususnya dan warga atau umat

yang terlibat.

Dhavamony (1995: 175-176) membedakan ritus menjadi empat macam,

yaitu: (1) tindakan magi, yakni tindakan yang dikaitkan dengan penggunaan

bahan-bahan yang bekerja karena daya-daya magis; (2) tindakan religius; (3)

ritual konstitutif, yang mengungkapkan atau mengubah hubungan sosial dengan

merujuk pada pengertian-pengertian mistik sehingga dengan demikian upacara-

upacara kehidupan menjadi khas; (4) ritual faktif, yakni meningkatkan

produktivitas atau kekuataan, atau permurnian dan perlindungan, atau dengan kata

lain meningkatkan suatu kesejahteraan materi dari suatu kelompok.

Upacara ataupun ritual merupakan sebuah tindakan dan perbuatan manusia

dalam rangka usaha menghubungkan dirinya dengan semua objek yang dipandang

sakral, dikagumi ataupun yang ditakutinya, dengan segala sesuatu yang

Page 11: BAB II - sinta.unud.ac.id II KAJIAN...juga bagi dokter dan tenaga kesehatan untuk membuat mereka memahami subjektif keyakinan pasien. Menurut Massing (198 2), tenaga medis atau dokter

21

dipandangnya amat mempengaruhi, dan menentukan kehidupan di masa depan.

Upacara menjadi alat pengukur religi individu ataupun komunitas.

Menurut Hadi (1999: 29-30) ritual merupakan suatu bentuk perayaan yang

berhubungan dengan beberapa kepercayaan atau agama yang ditandai dengan sifat

khusus yang menimbulkan rasa hormat atau rasa luhur yang merupakan

pengalaman yang suci. Sedangkan Endaswara (2003: 175) mengklasifikasi ritual

menjadi dua, yaitu: pertama, ritual krisis hidup, artinya ritual yang berhubungan

dengan krisis hidup manusia. Manusia pada dasarnya akan mengalami krisis hidup

ketika masuk dalam peralihan. Pada masa ini, manusia akan masuk dalam lingkup

krisis karena terjadi perubahan tahap hidup, termasuk dalam lingkup ini antara lain

kelahiran, pubertas, dan kematian. Kedua, ritual ganguan, yakni ritual sebagai

negosiasi dengan roh agar tidak menggangu hidup manusia. Ritual balian bawo

termasuk dalam semua klasifikasi tersebut.

Ritual balian bawo tidak bisa lepas dari peran balian bawo dan

merupakan satu kesatuan yang utuh. Berdasarkan hasil wawancara dengan

berbagai narasumber Ririt (wawancara, 24 November 2013); Eben Tube

(wawancara, 25 November 2013); Martan (wawancara, 22 Agustus 2014);

Ardiansyah (wawancara, 18 November 2013); dan Aking Dugoi (wawancara,

22 November 2013), dinyatakan balian bawo mempunyai arti, yaitu: (1)

pimpinan ritual upacara, dukun dan tabib; (2) prosesi ritual balian bawo, (3)

identitas orang yang memimpin ritual disebut balian bawo. Sedangkan arti

kata balian menurut Dusio Moenge mempunyai arti sebagai berikut.

Kata balian artinya orang yang menggantikan, tukang ganti, tukangpengembali. Bali artinya benda, balian itu tukang kembali.

Page 12: BAB II - sinta.unud.ac.id II KAJIAN...juga bagi dokter dan tenaga kesehatan untuk membuat mereka memahami subjektif keyakinan pasien. Menurut Massing (198 2), tenaga medis atau dokter

22

Mengembalikan segala sesuatu yang tidak diinginkan dan menukarkanatau ganti diri dengan sajian hampatung (sajen) supaya tetap serasi sepertiasalnya. Mengharmoniskan alam semesta tidak ada saling iblis setan itumenggangu. Mengembalikan roh-roh yang tidak diinginkan (wawancara,10 September 2013).

Istilah kata balian dalam peyebutan bervariasi, Massing (1982) dan

Herrmans (2011) menggunakan kata belian bawo. Dalam penelitian ini

menggunkan istilah balian bawo berdasarkan informasi dari para balian bawo

Dusun Tengah. Namun, untuk membatasi dan memudahkan pemahaman antara

balian bawo sebagai individu dan balian bawo sebagai ritual. Dalam penelitian ini

dilakukan pembatasan. Peneliti menggunakan istilah “balian atau balian bawo”

untuk konotasi yang merujuk individu, sedangkan istilah “ritual balian bawo”

untuk hal yang merujuk ritual.

Pelaksanaan ritual-ritual dalam siklus hidup komunitas etnis Dayak

Lawangan dipimpin oleh balian bawo. Balian bawo bertugas sebagai mediator

dan komunikator dengan Tuhan, alam semesta, dan mahluk lainnya, yang

keberadaannya tidak terlihat secara kasat mata. Menurut Randam (2001: 2),

balian adalah perantara (medium, syaman) antara komunitas religius maupun yang

magis dengan Ilahi-ilahi, Hyang, dan roh yang diyakini menguasai kehidupan

orang banyak. Komunitas Dayak Lawangan percaya balian bawo memiliki

kemampuan istimewa yang tidak dimiliki oleh setiap orang.

Kemampuan para balian tidak terbagi dalam spesialisasi ritual yang

akan ditangani. Para balian secara individual mampu melaksanakan ritual

dalam semua siklus hidup Dayak Lawangan. Jumlah para balian ketika

menjalankan ritual bervariasi mulai dari hanya satu orang sampai tiga orang

Page 13: BAB II - sinta.unud.ac.id II KAJIAN...juga bagi dokter dan tenaga kesehatan untuk membuat mereka memahami subjektif keyakinan pasien. Menurut Massing (198 2), tenaga medis atau dokter

23

tergantung dari jenis ritual dan permintaan warga yang menyelenggarakan

ritual tersebut. Ritualnya bersifat terbuka yang dapat ditonton warga setempat.

Eksistensi berasal dari kata latin existere dari kata ex yang artinya keluar

dan kata sitere yang bermakna membuat sendiri. Dengan demikian, artinya apa

yang ada, ada yang memiliki aktualitas, apa yang dialami. Dalam konteks ini

menekankan bahwa sesuatu itu ada (Sutrisno, 1993: 355). Eksistensi adalah

merupakan pangkal dari eksistensialisme. Menurut pandangan Harun Hadiwiyono

(dalam Salam, 1996: 207-208) eksistensi adalah; (1) cara manusia berada. Hanya

manusialah yang bereksistensi. Pusat perhatian ada pada manusia. Oleh karena

itu, bersifat humanistis, (2) bereksistensi harus diartikan secara dinamis.

Bereksistensi berarti menciptakan dirinya secara aktif, bereksistensi berarti

berbuat, menjadi dan merencanakan, (3) dalam filsafat eksistensialisme, manusia

dipandang terbuka. Manusia adalah realitas yang belum selesai, yang masih harus

dibentuk. Pada hakikatnya manusia terikat kepada dunia manusia, (4) filsafat

eksistensialisme memberi tekanan kepada pengalaman yang kongkret,

pengalaman yang eksistensial.

Eksistensi adalah keadaan kesadaran manusia yang mampu melampaui

situasi-situasi yang melingkari, mampu mengatasi apa yang fakum dan datum

dalam proses transendensi melampaui pagar-pagar yang membatasi alam yang

mendukungnya (Sutrisno, 1993: 355). Eksistensi adalah hal-ihwal, sedang esensi

adalah apa-nya (Adian, 2005: 161). Ketika peneliti bertanya apa itu balian bawo,

sesungguhnya peneliti bertanya tentang esensi, sedang eksistensi adalah

kenyataan bahwa balian bawo ‘ada’. Dalam penelitian ini eksistensi yang

Page 14: BAB II - sinta.unud.ac.id II KAJIAN...juga bagi dokter dan tenaga kesehatan untuk membuat mereka memahami subjektif keyakinan pasien. Menurut Massing (198 2), tenaga medis atau dokter

24

dimaksud adalah eksistensi balian Dayak Lawangan di Dusun Tengah. Jadi,

eksistensi adalah keberadaan, wujud, yang tampak, dan yang memiliki aktualitas.

2.2.2 Komunitas Dayak Lawangan

Komunitas menurut Suparlan (2004: 117) adalah satuan kehidupan yang

lebih kecil dari masyarakat, hidup dalam sebuah wilayah tertentu, dengan batas-

batas wilayah yang jelas. Anggotanya saling terkait satu sama lain melalui

jaringan sosial dan jaringan kekerabatan, karena garis keturunan dari satu nenek

moyang yang sama atau karena melalui hubungan perkawinan. Sebuah komunitas

mempunyai aturan, pengetahuan, nilai, dan norma yang dipakai sebagai acuan

pedoman untuk bertindak dan memahami lingkungan hidupnya. Komunitas yang

dimaksud dalam penelitian ini adalah orang Dayak Lawangan dengan budaya,

tradisi, norma, nilai dan mitologi yang mengiringinya sebagai suku bangsa.

Koentjaraningrat (dalam Hardiman, 2009: 9) mengartikan suku bangsa sebagai

suatu golongan manusia yang terikat oleh kesadaran dan identitas kesatuan

budaya, yang sering dikuatkan oleh kesatuan kebudayaan dan tradisi. Kesatuan

kebudayaan dan tradisi dalam satu kelompok masyarakat tidak ditentukan oleh

orang luar, tetapi berdasarkan konversi para anggotanya.

Banyak pernyataan dan perbedaan-perbedaan pendapat mengenai asal-usul

nama etnis Dayak. Menurut O.K Rahmant dan R. Sunardi (dalam Riwut, 2003:

57) Dayak merupakan suatu perkataan untuk menamakan stam-stam yang tidak

beragama Islam yang mendiami pedalaman Kalimantan. Pendapat yang hampir

sama dinyatakan oleh King (dalam Maunati, 2006: 8) istilah Dayak paling umum

Page 15: BAB II - sinta.unud.ac.id II KAJIAN...juga bagi dokter dan tenaga kesehatan untuk membuat mereka memahami subjektif keyakinan pasien. Menurut Massing (198 2), tenaga medis atau dokter

25

digunakan untuk menyebut orang-orang asli non-muslim atau non-melayu yang

tinggal di Pulau Kalimantan. “Dayak” literally means people of the interior, and

is a collective name for a diverse group of tribal peoples who differ in language,

art forms and many elements of culture and social organization (MacKinnon,

dkk., 1986: 358). Nama Dayak berasal dari bahasa Malay yaitu dari kata aja yang

berarti asli (Scharer, 1963: 1).

Menurut Riwut (2003: 59) Dayak mempunyai sekitar 450 subsuku.

Masyarakat Dayak secara umum saat ini dibedakan menjadi enam kelompok

besar. Enam kelompok besar tersebut yaitu: Kenyah-Kayan-Bahau, Ot Danum,

Iban, Murut, Klemantan dan Punan. Suku-suku tersebut terbagi lagi menjadi

beberapa sub suku: Dayak Ngaju, Dayak Bakumpai, Dayak Ma’anyan, Dayak

Lawangan, Dayak Siang, Dayak Murung, Dayak Dusun, Dayak Bawo, Dayak

Sampit, OT Danum, Dayak Kotawaringin dan Dayak Taboyan (Riwut, 2003: 61).

Sedangkan penyataan Sillander (1995: 71) sebagai berikut.

If someone were asked to mention one or a few Dayak groups,Luangan would unlikely be among those that first came to mind. On thecontrary, few have ever heard about them even in Kalimantan. Still, theLuangan are distributed over a vast territory, located between two of themajor rivers of Borneo - east of the middle reaches of the Barito, andsouth of the middle Mahakam - and their population is among the largestin Borneo - it exceeds 50,000 even by a very conservative count, and itapproximates 100.000, if all potential candidates for subgroups areincluded.

Durasid (1990: 47) menyatakan sebagai berikut.

Kelompok Barito itu dibagi atas tiga subkelompok, yaitu BaritoBarat, yang terdiri atas bahasa Kahayan dan Dohoi, Barito Timur yangterdiri atas bahasa Maanyan dan subkelompok Lawangan-Dusun Deyah(yang terpisah menjadi bahasa Lawangan dan Duson Deyah), dan Barito –Mahakam, di sini diwakili bahasa Tunjung… penutur bahasa Lawanganbermukim di kabupaten administratif Barito Timur dan sekitarnya yang

Page 16: BAB II - sinta.unud.ac.id II KAJIAN...juga bagi dokter dan tenaga kesehatan untuk membuat mereka memahami subjektif keyakinan pasien. Menurut Massing (198 2), tenaga medis atau dokter

26

berpusat di kecamatan Dusun Tengah dengan ibukota kecamatan Ampah.Bahasa Lawangan berbatas langsung dengan bahasa Maanyan dan terjadihubungan langsung. Jumlah penuturnya diperkirakan 120.000 orang.

Perdebatan penggunaan istilah Luangan dan Lawangan, dalam kajian

Weinstock (1983: 72--77) istilah Luangan berdasarkan pertemuannya dengan

orang-orang yang berasal dari Sungai Luang, anak Sungai Teweh di Kalimantan

Tengah. Istilah Luangan Weinstock dianggap sebagai kesalahan otografi oleh

Mallinckrodt (1927). Perbedaan Mallinckrodt dengan istilah Lawangan dan

Weinstock dengan istilah Luangan berfungsi untuk menerangkan hetrogenitas

atau variasi pengunaan istilah bukan secara etimologi. Peneliti dalam kajian ini

menggunakan istilah Lawangan atau Dayak Lawangan berdasarkan pernyataan

komunitas Dusun Tengah untuk menamai identitas dirinya. Selain bahasa,

kelompok Dayak Lawangan juga memiliki banyak unsur-unsur budaya yang

sama. Menurut Sillander (1995: 71) hal yang paling penting seperti kutipan

berikut ini.

The most important of these are religious beliefs; adherence to theofficially recognized Hindu-Kaharingan religion (and a high percentageof members who have not converted to Christianitys) sets these groupsapart from other Dayaks. Elaborate secondary mortuary cermonies(kwangkei, gombok, ijambé, tiwah) are characteristic of these peoples,and frequent curing rituals (belian, balian, wadian) play an importantpart in their everyday Life. Regarding other commonalities socialorganization is more fluid than among many other Dayaks, especiallyamong the Luangan. Longhouses are and were uncommon or small incomparison to central and northern Borneo. Headhunting was also lessimportant, and among some groups it may not have been practised atSome form of stratification seems to have existed among all BaritoDayaks, but rank probably had only minor significance as a sociallyorganizing principle.

Dalam penelitian eksistensi balian bawo ini, sub suku Dayak yang diteliti

adalah komunitas Dayak Lawangan yang berdomisili di Kecamatan Dusun

Page 17: BAB II - sinta.unud.ac.id II KAJIAN...juga bagi dokter dan tenaga kesehatan untuk membuat mereka memahami subjektif keyakinan pasien. Menurut Massing (198 2), tenaga medis atau dokter

27

Tengah, Kabupaten Barito Timur, Kalimantan Tengah yang memiliki keyakinan

Kaharingan atau dikenal luas di Kalimantan Tengah sebagai Hindu Kaharingan.

Seperti halnya etnis-etnis lain, etnis Dayak Lawangan juga memiliki budaya

tersendiri yang berbeda dengan budaya etnis lainnya, yang di dalamnya terdapat

seperangkat nilai, tradisi, dan pengetahuan. Sosok budaya komunitas Dayak

Lawangan tercermin dengan eksistensi balian bawo dan pelaksanaan ritual balian

bawo yang mereka laksanakan dalam siklus kehidupannya.

2.2.3 Kelangkaan dan Kepunahan Budaya

Warisan budaya mempuyai cakupan pengertian yang luas, meliputi budaya

yang bersifat kebendaan yang dapat diraba (tangible) dan yang tidak dapat diraba

(intangible). Warisan budaya yang tak teraba (intangible) tercakup didalamanya

hal-hal yang bisa ditangkap panca indera lain diluar peradaban, seperti musik,

pembacaan sastra maupun bahasa lisan (Sedyawati, 2008: 207). Budaya akan

tumbuh dan berkembang apabila didukung oleh masyarakatnya. Masyarakat

sebagai ahli waris sekaligus pelaku menuju terciptanya situasi yang disebut sadar

budaya. Sadar budaya adalah kesadaran atau pemahaman di kalangan masyarakat

sebagai individu yang berada di tengah tatanan pergaulan, posisinya tidak pernah

singular, melainkan plural. Di samping itu, suatu masyarakat tidak akan mampu

menjaga eksistensinya dan menghayati budayanya sendiri apabila tidak bergaul

dengan masyarakat lain (Sayuti, 2008: 25-26).

Masalah yang dihadapi masyarakat pemilik tradisi dewasa ini adalah

makin memudarnya kekuataan religi, para penutur, dan komunitas tradisi lisan.

Page 18: BAB II - sinta.unud.ac.id II KAJIAN...juga bagi dokter dan tenaga kesehatan untuk membuat mereka memahami subjektif keyakinan pasien. Menurut Massing (198 2), tenaga medis atau dokter

28

Intensitas penyelenggaraan ritual balian bawo dan upacara tradisonal lainnya,

yang sesungguhnya merupakan kekuataan masyarakat di daerah-daerah sebagai

perekat kebersamaan. Menghidupkan budaya lokal sama artinya dengan

menghidupkan kembali identitas lokal, oleh karena identitas merupakan unsur

yang tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan (Piliang, 2004: 279).

Tradisi lisan mempunyai peluang bertahan, berkembang atau bisa juga

punah. Kepunahan itu disebabkan terlalu lama tidak diingat oleh masyarakat dan

tidak pernah diperdengarkan lagi (Sukarman, 2009: 13). Menurut Ali (2000: 15-

16), kepunahan tradisi lisan bisa disebabkan oleh beberapa hal antara lain, yaitu:

(1) dampak keberhasilan pembangunan diiringi merambahnya mediapandang dengar sehingga membuat anak-anak melupakan tradisi lisan;(2) tidak ada alih cerita dan penutur generasi tua banyak yang meninggaldunia dan generasi muda enggan mewarisi tradisi karena dianggap kuno;dan (3) kurangnya kesadaraan dari pemerintah maupun masyarakat akanpentingnya fungsi tradisi lisan sebagai sarana pendidikan, yakni sebagaisarana penyampaian nilai luhur bangsa.

Kepunahan tradisi terjadi karena faktor internal maupun faktor eksternal yang

terjadi di dalam masyarakat tersebut. Akibat dari situasi dan kondisi kelangkaan

tradisi tersebut membuat manusia tidak dapat memuaskan semua kebutuhan

subjektifnya. Kebutuhan subjektif meliputi kebutuhan keadaan alam, agama dan

kepercayaan, dan adat istiadat. Manusia menginterpretasikan pemenuhan

kebutuhan dan keinginan untuk mencapai kebahagiaan dengan berusaha

menyelaraskan dan menyeimbangkan dua sisi kehidupan duniawi dan religi.

Balian bawo merupakan kebutuhan subjektif bagi komunitas Dayak Lawangan.

Page 19: BAB II - sinta.unud.ac.id II KAJIAN...juga bagi dokter dan tenaga kesehatan untuk membuat mereka memahami subjektif keyakinan pasien. Menurut Massing (198 2), tenaga medis atau dokter

29

2.3 Landasan Teori

Pada hakikatnya teori digunakan untuk menjelaskan mengapa sesuatu

terjadi yang berlaku dalam kenyataan, teori melaksanakan fungsi ganda, yaitu

pertama, menjelaskan fakta yang sudah diketahui, dan kedua, membuka celah

pandangan baru untuk menemukan fakta baru. Apabila kejadian yang sama

ditafsirkan dalam konteks teoretis berbeda, akan muncul jenis-jenis fakta yang

berlainan pula (Kaplan, 2002: 15). Teori sebagai panduan menganalisis dan

mengembangkan pikiran dalam upaya menjawab masalah yang dikaji. Dalam

penelitian ini digunakan sejumlah teori, yaitu (a) teori genealogi, kekuasaan

dan pengetahuan, (b) teori praktik sosial, dan (c) teori semiotika.

2.3.1 Teori Genealogi, Kekuasaan dan Pengetahuan

Teori genealogi, kekuasaan dan pengetahuan yang digunakan dalam

penelitian ini adalah teori Michael Foucault, yang lahir di Poitiers Prancis, 15

Oktober 1926 dan meninggal 25 Juni 1984 (Foucault, 2002: 5-6). Foucault

adalah figur sentral dalam filsafat Prancis abad ke-20 yang ide-idenya sering

diasosiasikan dengan aliran pascastruktural. Pemikirannya amat memengaruhi

perkembangan kajian budaya kontemporer. Pemikiran Michael Foucault kental

dipengaruhi Nietzsche. Michael Foucault berikhtiar untuk mengidentifikasikan

kondisi-kondisi historis dan sejumlah aturan yang berkontribusi dalam

pembentukan pelbagai wacana sekaligus bekerjanya model kekuasaan

pengetahuan dalam praktik sosial (Barker, 2014: 101).

Dalam karyanya The Archaeplogi of Knowledge and the Discourse of

Page 20: BAB II - sinta.unud.ac.id II KAJIAN...juga bagi dokter dan tenaga kesehatan untuk membuat mereka memahami subjektif keyakinan pasien. Menurut Massing (198 2), tenaga medis atau dokter

30

Language, Foucault mengembangkan pemikirannya pada pendekatan arkeologi

(Ritzer, 2010: 67). Michael Foucault juga mengembangkan kajiannya ke arah

genealogi (sisilah) kekuasaan (Edkins-Williams, 2010: 211). Dalam kajian

budaya, konsep genealogi mendapatkan makna yang khas bila dikaitkan dengan

karya Foucault yang menggunakan konsep ini untuk meneliti relasi kekuasaan

serta kesinambungan (Barker, 2014: 106).

Genealogi Michael Foucault memfokuskan asal usul perkembangan

rezim-rezim kekuasaan dan ilmu pengetahuan (Ritzer, 2010: 78). Genealogi

Michael Foucault memaparkan bagaimana klaim-klaim kebenaran mempunyai

keterkaitan histories dengan akar-akar institusional tertentu dalam sejarah.

Genealogi Michael Foucault diilhami oleh Frederich Nietzche dalam karya

genealogi of morals (1887). Genealogi berhubungan dengan sejarah. Dalam

genealogi Foucault mengungkapkan perhatiannya pada hubungan timbal balik

antara sistem kebenaran dan mekanisme kuasa. Genealogi tidak mencari asal usul

melainkan menemukan awal-awal dari pembentukan diskursus, menganalisis

pluralitas sejarah kemunculan mereka secara faktual, dan melepaskan diri dari

ilusi identitas (Hadiyanta, 1997: 14).

Genealogi berkaitan dengan keturunan dan kesinambungan serta

ketidaksinambungan historis sebuah wacana pada saat ia dimainkan dalam

kondisi-kondisi historis yang spesifik dan tereduksi (Barker, 2005: 512).

Lebih lanjut Foucault (1984: 76) menyatakan bahwa:

[genealogi] must record the singularity of events outside of anymonoton ous finality. It must be sensitive to their recurrence, not in orderto trance the gradual curve of their evolution, but isolate the differentscenes where they engage in different role.

Page 21: BAB II - sinta.unud.ac.id II KAJIAN...juga bagi dokter dan tenaga kesehatan untuk membuat mereka memahami subjektif keyakinan pasien. Menurut Massing (198 2), tenaga medis atau dokter

31

Genealogi Foucault berusaha memperlihatkan bagaimana relasi-relasi kekuasaan

dan pengetahuan berjalan untuk menguasai dan mengontrol. Pada tahap ini

Foucault berusaha mendudukkan antara kekuasaan dan diskursus. Pengetahuan

dan kekuasaan mempunyai hubungan timbal balik. Penyelenggaraan pengetahuan

akan menimbulkan efek kekuasaan (Eriyanto, 2003: 65).

Michael Foucault juga berbicara tentang relasi antara pengetahuan dan

kekuasaan. Dalam konteks ini, pandangan Michael Foucault (dalam Sarup, 2003),

kekuasaan dapat menciptakan realitas serta objek dan ritual kebenaraan yang

dijunjung tinggi, dibekukan, dan diwariskan dalam relasi kekuasaan. Karena itu

kemudian praktik kekuasaan dapat melahirkan objek pengetahuan baru yang

menciptakan pengaruh-pengaruh kekuasaan.

Lebih detil Michael Foucault mengungkapkan berikut ini.

Kekuasaan menciptakan realitas dan kekuasaan menciptakandomain objek dan ritual kebenaran. Pelaksanaan kekuasaan itu sendirimenciptakan dan melahirkan objek pengetahuan yang baru. Sebaliknya,pengetahuan menciptakan pengaruh-pengaruh kekuasaan. Tanpapengetahuan kekuasaan tidak mungkin dijalankan, pengetahuan tidakmungkin tidak melahirkan kekuasaan (dalam Sarup, 2003: 124--128).

Menurut Foucault kekuasaan terartikulasi ke dalam pengetahuan dan sebaliknya

pengetahuan terartikulasi ke dalam kekuasaan. Dengan kata lain, kekuasaan tidak

hanya punya relasi dengan pengetahuan, melainkan kekuasaan terdiri atas

pengetahuan, sebagaimana halnya pengetahuan juga terdiri atas kekuasaan (dalam

Suryawan, 2010: 121).

Bagi Foucault, kekuasaan bukan hubungan subjektif searah, kemampuan

seseorang atau kelompok untuk memaksakan kehendak kepada orang lain.

Kekuasaan merupakan strategi kompleks dalam suatu masyarakat dengan

Page 22: BAB II - sinta.unud.ac.id II KAJIAN...juga bagi dokter dan tenaga kesehatan untuk membuat mereka memahami subjektif keyakinan pasien. Menurut Massing (198 2), tenaga medis atau dokter

32

perlengkapan, manuver, teknik, dan mekanisme tertentu. Menurut Haryomoko

(2002: 8--21) sebagai berikut ini.

Secara umum harus diakui bahwa kekuasaan lebih beroperasidaripada dimiliki. Kekuasaan tidak merupakan hak istimewa yang didapatatau dipertahankan kelas dominan, tetapi akibat dari keseluruhan posisistrategisnya, akibat yang menunjukkan posisi mereka yang didominasi.Dengan demikian, kekuasaan tidak bisa dilokalisasi pada tempat tertentumenjadi milik seseorang. Kekuasaan itu ada di mana-di mana menyebardalam hubungan-hubungan masyarakat.

Bertens (2014: 311--314) menyimpulkan, teorities kuasa Michael Foucault

dapat dibagi dalam empat perspektif penting, sebagai berikut.

Pertama, kuasa bukanlah milik melainkan strategi. Kuasa tidakdimiliki tetapi dipraktikkan dalam suatu ruang lingkup di mana ada banyakposisi yang secara strategis berkaitan satu sama lain dan senantiasamengalami pergeseran. Kedua, kuasa tidak dapat dilokalisasi tetapiterdapat di mana-mana. Menurut Foucault strategi kuasa berlangsung dimana-mana. Dimana saja terdapat susunan, aturan-aturan, dan hubungan-hubungan itu dari dalam, malah memungkinkan semua itu. Ketiga, kuasatidak selalu bekerja melalui penindasan dan represi, tetapi terutamamelalui normalisasi dan regulasi. Keempat, kuasa tidak bersifat destruktifmelainkan produktif. Kuasa tidak menghancurkan tetapi menghasilkansesuatu. Kuasa itu produktif, kuasa memungkinkan segala sesuatu.Menolak kuasa termasuk strategi kuasa itu sendiri.

Menurut Foucault (dalam Suryawan, 2010: 121) kuasa tidak bersifat subjektif.

Inilah salah satu alasan mengapa Michael Foucault menolak Marxistis; kuasa

tidak dapat dilihat sebagai suatu proses dialektis di mana si A menguasai si B dan

kemudian (sesudah beberapa syarat telah terpenuhi) si B menguasai si A. Kuasa

juga tidak bekerja dengan negatif dan represif, melainkan dengan cara positif dan

produktif. Pandangan Foucault (dalam Bartens, 2014: 313) sebagai berikut ini.

Kita harus berhenti melukiskan akibat-akibat kuasa dengan caranegatif: seolah-olah kuasa ‘meniadakan’, ‘merepresi’, ‘mensensor’,‘mengabstrakkan’,‘menyelubungi’,‘menyembunyikan’.Pada kenyataannyakuasa memproduksi. Kuasa memproduksi realitas; kuasa memproduksi

Page 23: BAB II - sinta.unud.ac.id II KAJIAN...juga bagi dokter dan tenaga kesehatan untuk membuat mereka memahami subjektif keyakinan pasien. Menurut Massing (198 2), tenaga medis atau dokter

33

lingkup objek dan ritus-ritus kebenaran. Baik manusia perorangan maupunpengetahuan yang dapat diperoleh daripadanya, termasuk produksi ini.

Menurut Foucault (2002a: 23), pengetahuan selalu berkaitan dengan

kekuasaan. Keduanya saling menguatkan satu sama lain, misalnya berbekal

pengetahuan psikologi seseorang mempunyai kekuasaan untuk menghakimi

kondisi mental orang lain. Pengetahuan terbentuk di dalam praktik kekuasaan

dan membangun perkembangan, perbaikan dan profilerasi teknik baru

kekuasaan (Barker, 2004: 83).

Bahasa dan praktik mengacu kepada produksi pengetahuan bahasa yang

memberikan makna kepada objek matrial dan praktik sosial. Diskursus

mengkontruksikan, mendefinisikan, dan menghasilkan objek pengetahuan

dengan cara yang dapat dipahami sambil mengesampingkan bentuk penalaran

lain sebagai suatu yang tidak dapat dipahami (Barker, 2004: 81). Foucault

(2002: 9) menegaskan bahwa diskursus adalah cara menghasilkan

pengetahuan, berserta praktik sosial yang menyertainya, bentuk subjektivitas

yang terbentuk darinya, relasi kekuasaan yang ada di balik pengetahuan dan

praktik sosial tersebut, serta saling keterkaitan di antara semua aspek ini.

Teori Genealogi, kekuasaan dan pengetahuan dipergunakan dalam

penelitian ini untuk melihat kaitan antara mitologi, silsilah atau sejarah dan proses

menjadi balian bawo terkait dengan pengetahuan balian bawo mempunyai punya

efek kuasa. Balian bawo memproduksi pengetahuan sebagai basis kekuasaan.

Pengetahuan berada di dalam relasi-relasi kuasa itu sendiri. Relasi tercipta antara

balian bawo dengan komunitas Dayak Lawangan. Tanpa pengetahuannya, balian

bawo tanpa kuasa dan sebaliknya tidak ada kuasa tanpa pengetahuan. Produksi

Page 24: BAB II - sinta.unud.ac.id II KAJIAN...juga bagi dokter dan tenaga kesehatan untuk membuat mereka memahami subjektif keyakinan pasien. Menurut Massing (198 2), tenaga medis atau dokter

34

pengetahuan yang dilakukan balian bawo melandasi kekuasaannya karena setiap

kekuasaan disusun, dimapankan, dan diwujudkan lewat pengetahuan. Eksistensi

balian bawo menghasilkan kebenaran dan pengetahuan tertentu yang

menimbulkan efek kuasa. Pengetahuan dan kekuasaan mempunyai hubungan

timbal balik.

2.3.2 Teori Praktik Sosial

Teori praktik sosial yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori

Pierre-Felix Bourdieu, seorang pemikir Prancis terkemuka yang lahir di Denguin

Distrik Pyrenees-Altantigues barat daya Prancis, 1 Agustus 1930 dan meninggal

di rumah sakit Saint-Antoine Paris, 23 Januari 2002. Dalam teori praktik sosial,

Bourdieu merumuskan bahwa praktik adalah gabungan habitus, modal, dan ranah

(Harker dkk, 2009).

Teori praktik sosial ini dikembangkan untuk memahami kompleksitas

realitas sosial. Dalam teori ini mengajukan analisis dialektis atas kehidupan

praktis dan menawarkan kesanggupan untuk menunjukkan hubungan saling

memengaruhi antara praktik personal dan praktik sosial eksternal. Praktik sosial

merupakan akumulasi proses habitus manusia, pola pikir maupun tingkah laku.

Bourdieu memahami praktik-praktik sosial sebagai kegiatan reflektif dan

reproduktif, baik dalam hal relasi-relasi sosial yang objektif maupun interpretasi-

interpretasi subjektif (dalam Soeriadiredja, 2012: 8).

Pierre Bourdieu (dalam Harker, 2009: 13) menyatakan rumus generatif,

yakni (Habitus X Modal) + Ranah = Praktik. Habitus adalah struktur kognitif

Page 25: BAB II - sinta.unud.ac.id II KAJIAN...juga bagi dokter dan tenaga kesehatan untuk membuat mereka memahami subjektif keyakinan pasien. Menurut Massing (198 2), tenaga medis atau dokter

35

yang memerantarai individu dan realitas sosial. Habitus juga merupakan struktur

subjektif yang terbentuk dari pengalaman individu berhubungan dengan individu

lain dalam jaringan struktur objektif yang ada di dalam ruang sosial. Habitus

diindikasikan sebagai skema-skema yang merupakan perwakilan konseptual dari

benda-benda dalam realitas sosial.

Menurut Takwin (2003: 114), skema habitus tersebut membentuk struktur

kognitif yang memberi kerangka acuan sebuah tindakan kepada individu di dalam

setiap keseharian mereka. Habitus juga dapat dinyatakan ketidaksadaran kultural,

yakni pengaruh sejarah yang disadari dianggap alamiah. Pembelajaran yang

dilakukan terkadang tidak disadari secara halus dan tampil sebagai sesuatu yang

wajar, sehingga akan kelihatan alamiah atau berasal dari sananya.

Habitus (Jenkins, 2004: 109) merupakan hasil pembelajaran melalui

pengasuhan aktivitas bermain, belajar, dan pendidikan masyarakat di dalam arti

luas. Habitus juga mencakup pengetahuan dan pemahaman seseorang mengenai

dunia yang memberikan kontribusi tersendiri pada realitas dunia itu. Habitus juga

berubah-ubah yang mengupayakan adanya kompromi dan kondisi material. Hal

ini akan memunculkan kontribusi baru untuk membangun suatu prinsip baru

untuk memunculkan sebuah praktik di dalam individu.

Sementara itu, modal budaya (cultural capital) menurut Bourdieu (dalam

Herwanto, 2005: 181-182), ada tiga modal yang berperan dalam masyarakat yang

menentukan kekuasaan sosial dan ketidaksetaraan sosial. Pertama, modal

ekonomis yang menunjukkan sumber ekonomi. Kedua, modal sosial yang berupa

hubungan-hubungan sosial yang memungkinkan seseorang bermobilisasi demi

Page 26: BAB II - sinta.unud.ac.id II KAJIAN...juga bagi dokter dan tenaga kesehatan untuk membuat mereka memahami subjektif keyakinan pasien. Menurut Massing (198 2), tenaga medis atau dokter

36

kepentingannya sendiri. Ketiga, modal budaya yang memiliki beberapa dimensi

seperti: (a) pengetahuan objektif tentang seni dan budaya; (b) cita rasa budaya

(cultural tastes) dan preferensi; (c) kualifikasi-kualifikasi formal; (d) kemampuan-

kemampuan budayawi (cultural skills) dan pengetahuan praktis (savoir-faire atau

know-how seperti kemampuan memainkan alat musik), serta (e) kemampuan

untuk dibedakan dan untuk membuat perbedaan antara yang baik dan yang buruk.

Modal budaya sebagai dimensi yang lebih luas dari habitus, sekaligus

menunjukkan lingkungan sosial pemiliknya dan modal budaya yang dapat

berubah-ubah. Modul budaya terbentuk selama bertahun-tahun hingga

terinternalisasikan dalam diri seseorang (Soeriadiredja, 2012: 10). Komunitas

Dayak Lawangan sebagai orang-orang yang memiliki habitus-nya sendiri dan

modal budaya, bergerak secara aktif di dalam ranah-ranah, sehingga

menghasilkan praktik sosial. Dalam arenanya komunitas Dayak Lawangan, hal

ini terjadi di dalam arena konflik yang melibatkan modal budaya, peran

balian bawo dan generasi mudanya.

Teori Praktik sosial, pertama digunakan untuk mengamati tentang struktur

objektif Dayak Lawangan yang terinternalisasi oleh ritual balian bawo

terhubung dengan keyakinan mereka. Kedua, digunakan untuk mencari struktur

subjektif peran di dalam internal komunitas Dayak Lawangan. Ketiga, untuk

menemukan pola-pola praktik sosial yang diyakini orang Dayak Lawangan untuk

memproduksi struktur objektif maupun struktur subjektif yang bermunculan di

sekitar mereka. Keempat, bagaimana balian bawo dipakai sebagai bagian dari

praktik sosial ritualnya sekaligus mengidentifikasi praktik sosial sebagai

Page 27: BAB II - sinta.unud.ac.id II KAJIAN...juga bagi dokter dan tenaga kesehatan untuk membuat mereka memahami subjektif keyakinan pasien. Menurut Massing (198 2), tenaga medis atau dokter

37

kebutuhan subjektif.

2.3.3 Teori Semiotika

Semiotika mempunyai satu pandangan global bahwa apabila di dalam

setiap praktik sosial, ekonomi, politik, hukum, budaya, dan keagaamaan

digunakan tanda-tanda dalam berbagai bentuk, maka semua praktik

pertandaan (signifying practice) dapat dibaca melalui semiotika (Piliang,

2012: 249). Menurut Hoed (2011: 3), semiotika adalah ilmu yang mengkaji

tanda dalam kehidupan manusia. Artinya, semua yang hadir dalam kehidupan

dilihat sebagai tanda, yakni sesuatu yang harus diberikan makna.

Pendekatan semiotika atau semiologi didasarkan pada asumsi bahwa

tindakan manusia atau hal yang dihasilkannya menunjukkan makna asalkan

tindakan tersebut berfungsi sebagai tanda, tentu ada sistem konvensi dan

pembedaan yang mendasarinya dan yang memungkinkan adanya makna tersebut.

Di mana ada tanda di situlah ada sistem. Hal inilah yang sama-sama ada dalam

berbagai kegiatan yang menjadi penanda (Culler, 1996: 74).

Elemen dasar semiotika adalah tanda (penanda dan petanda), aksi tanda

(sintagma dan sistem), tingkatan tanda (denotasi dan konotasi), serta relasi tanda

(metafora dan metonimi) (Piliang, 2012: 301). Semiotika terkait dengan

permasalahan penelitian ini, khususnya tentang eksistensi balian bawo Dayak

Lawangan di Dusun Tengah. Dalam kaitan ini, pendekatan semiotika terhadap

balian bawo meliputi analisis penanda, untuk mengindentifikasi pelibat balian

bawo¸ petanda untuk memahami pelibatan eksistensinya.

Page 28: BAB II - sinta.unud.ac.id II KAJIAN...juga bagi dokter dan tenaga kesehatan untuk membuat mereka memahami subjektif keyakinan pasien. Menurut Massing (198 2), tenaga medis atau dokter

38

Ritual Balian bawo merupakan penanda bentuk atau ekspresi dari

komunitas Dayak Lawangan, sedangkan petanda-nya menjelaskan konsep

ideologi dan makna ritual balian bawo bagi mereka. Balian bawo tidak bisa

dilihat hanya secara individu, akan tetapi dalam relasi dan kombinasinya

dengan tanda-tanda yang lain terkait masyarakat pendukungnya. Analisis

tanda berdasarkan sistem kepercayaan mereka.

Roland Barthes (2012: 90) mengembangkan dua tingkatan petanda

(stagered systems), yaitu tingkat denotasi dan konotasi. Denotasi adalah

tingkat petanda yang menjelaskan hubungan antara penanda dan petanda,

atau antara tanda dan rujukannya pada realitas, yang menghasilkan yang

ekplisit, langsung dan pasti. Makna denotasi, dalam hal ini adalah makna

yang tampak (Piliang, 2012: 304). Apa saja yang terkandung secara eksplisit

secara pasti dan langsung dari kelangkaan balian bawo. Apakah kelangkaan

balian bawo akibat keenganan generasi mudanya untuk terlibat ataukah

faktor internal dan faktor eksternal di dalam komunitas mereka.

Metode analisis teks semiotika interpretatif pada dasarnya beroperasi

pada dua jenjang analisis. Pertama, analisis tanda secara individual, misalnya

jenis tanda, mekanisme atau struktur tanda, dan makna tanda secara individual.

Kedua, analisis tanda sebagai sebuah kelompok atau kombinasi, yaitu kumpulan

tanda-tanda yang membentuk apa yang disebut sebagai teks (Piliang, 2012: 313).

Tipe-tipe teks yang paling jelas adalah kalimat-kalimat yang diucapkan penutur

balian bawo atau unsur-unsur atribut balian bawo yang digunakannya. Unsur-

unsur aktribut balian bawo dapat dianggap kumpulan tanda-tanda, dengan kode

Page 29: BAB II - sinta.unud.ac.id II KAJIAN...juga bagi dokter dan tenaga kesehatan untuk membuat mereka memahami subjektif keyakinan pasien. Menurut Massing (198 2), tenaga medis atau dokter

39

dan aturan tertentu, sehingga menghasilkan sebuah ekspresi bermakna. Sistem

budaya sebagai sistem makna yang secara bersama-sama membentuk budaya

manusia.

Ketika teks dan konteks dilihat dalam dimensi sosialnya, maka diperlukan

analisis yang menghubungkan teks dengan struktur mikro, yaitu mitos dan

ideologinya. Pada tataran analisis makronya menyangkut pengalaman langsung

dalam kehidupan keseharian komunitas Dayak Lawangan berhadapan dengan

ideologi religi balian bawo dan tradisi maupun sistem pewarisannya. Jadi,

eksistensi balian bawo adalah sebuah teks dan konteks, bagaimana relasi

pranata sosial budaya, faktor dan implikasi yang terdapat dalam balian bawo bagi

komunitas Dayak Lawangan.

2.3 Model Penelitian

Model penelitian Eksistensi Balian Bawo Dayak Lawangan di Dusun

Tengah, Barito Timur, Kalimantan Tengah tampak dalam gambar 2.1 Model

Penelitian berikut ini.

Page 30: BAB II - sinta.unud.ac.id II KAJIAN...juga bagi dokter dan tenaga kesehatan untuk membuat mereka memahami subjektif keyakinan pasien. Menurut Massing (198 2), tenaga medis atau dokter

40

Gambar 2.1 Model Penelitian

Sumber: Konstruksi Ervantia, 2013

Keterangan:

: Hubungan memengaruhi secara langsung

Model penelitian pada gambar di atas mengimplementasikan globalisasi

merambah di segala segi kehidupan. Globalisasi secara langsung maupun tidak

langsung akan menggeser tata nilai yang lama dengan tata nilai yang baru.

Pengaruh modernisasi, kapitalisme, teknologi, dan rasionalitas memberikan

pengaruh yang intens bagi masyarakat. Semakin intens masyarakat lokal

mentrasformasi kultural, dapat berdampak pada identitas, nilai, dan tradisi yang

GLOBALISASI

Praktik balian bawo& relasinya denganpranata kehidupanDayak Lawangan

TemuanPenelitian

Implikasi kelangkaanbalian bawo

EKSISTENSIBALIAN BAWO

DAYAK LAWANGANDI DUSUN TENGAH

- Kapitalisme- Teknologi- Rasionalitas

Penyebab utama yangmemengaruhikelangkaanbalian bawo

KEBUDAYAANLOKAL

- Kosmologi- Sistem Ritual- Kepercayaan Magis

TEMUANPENELITIAN

Page 31: BAB II - sinta.unud.ac.id II KAJIAN...juga bagi dokter dan tenaga kesehatan untuk membuat mereka memahami subjektif keyakinan pasien. Menurut Massing (198 2), tenaga medis atau dokter

41

akan memengaruhi dan mengubah paradigma berpikir, bersikap, motivasi maupun

tindakan. Globalisasi dapat memperteguh, memperkuat kebudayaan lokal, tetapi

juga dapat menihilkan kebudayaan lokal tersebut.

Di satu sisi kebudayaan lokal tetap mempertahankan kebudayaan sebagai

bagian kosmologi, sistem ritual, dan kepercayaan magis. Keberadaan balian bawo

belakangan ini semakin langka tereduksi oleh modernisasi. Dalam kehidupan

masyarakat etnis Dayak Lawangan di Dusun Tengah setiap fase siklus hidup

komunitas mereka tidak bisa dilepaskan dari balian bawo. Dalam Praktiknya,

balian bawo dominan dalam segala aspek kehidupan mereka. Pergulatan tersebut

menjadi problematika bagi eksistensi balian bawo Dayak Lawangan di Dusun

Tengah. Oleh sebab itu, diperlukaan perlindungan dan pelestarian demi

kelangsungan sebuah komunitas Dayak Lawangan sebagai pemilik kebudayaan

balian bawo.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka penting eksplorasi eksistensi

balian bawo Dayak Lawangan di Dusun Tengah. Hal ini akan bermanfaat

bagi keberlangsungan kehidupan Dayak Lawangan. Tradisi sebagai

kekuataan kultural merupakan pembentukan peradabaan, jangan sampai

balian bawo hanya menjadi sekadar cerita yang pernah ada dan tidak dikenal

oleh generasi yang akan datang. Penelitian ini harus segera dilakukan karena

suatu tradisi budaya sebagai bentuk kebudayaan untuk dimanfaatkan,

dikembangkan, direvitalisasi, dan perlu dijaga dari kepunahannya.